Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FALSAFAH DAN SPIRIT KEWIRAUSAHAAN


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Jasa Kewirausahaan

Dosen pengampu : Imas Masitoh, M. Pd.

Oleh :

Rosi Jamilah

Prodi :
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
STIT AL-AZAMI CIANJUR
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Falsafah dan Spirit Kewirausahaan” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Ibu Imas Masitoh, M. Pd. yaitu tugas mata kuliah Jasa Kewirausahaan.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat


kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun. Akhirnya, tiada suatu usaha yang besar akan berhasil tanpa dimulai
dari usaha yang kecil. Semoga makalah ini bermanfaat. Kami harapkan kritik serta
saran dari pembaca apabila terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah
ini demi kesempurnaan dimasa mendatang.

Cianjur, 10 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Falsafah Wirausaha.......................................................................................3
B. Spirit Kewirausahaan....................................................................................7
C. Sikap Orang yang Tidak Memiliki Spirit Wirausaha yang Baik................10
D. Kunci agar Memiliki Spirit Kewirausahaan................................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kewirausahaan awalnya dikenal dengan istilah kewiraswastaan.
Kewiraswastaan di Indonesia dikemukakan oleh Bapak Suparman pada
tahun 1967 Berdasarkan suku katanya wiraswasta terdiri dari: wira berarti
berani, swa bermakna sendiri dan sta berarti berdiri, sehingga wiraswasta
diartikan sebagai sifat keberanian, keutamaan dan keteladanan dalam
mengambil risiko yang bertumpu pada kemampuan sendiri.
Wiraswastawan adalah orang yang gagah berani untuk berdiri
sendiri, Wiraswasta adalah orang yang berbudi luhur dan mampu mandiri
membangun bangsa. Swasta lebih tepat diartikan sebagai berdiri sendiri,
baik dalam menyelesaikan tugas pekerjaannya maupun tanggung
jawabnya. Karena itu kewiraswastaan tidak hanya terjadi pada bidang
swasta, tetapi juga pada bidang pemerintahan, bahkan pada para pejabat.
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh
Richard Castillon pada tahun 1755. Beberapa istilah wirausaha seperti di
Belanda dikenal dengan ondernemer. di Jerman dikenal dengan
unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950- an di
beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-
an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen
usaha kecil. Pada tahun 1980- an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat
memberikan pendidikan kewirausahaan.
Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa
sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan
dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan
baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala
lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.
Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur)
mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya.

1
Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang
sangat terkait dengan nilai-nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia
unggul.
Banyak hal yang mendorong seseorang untuk menjadi seorang
wirausahawan, diantaranya dorongan teman, dorongan ini cukup
berpengaruh terhadap semangat membuka suatu usaha, karena kita dapat
berdiskusi lebih bebas, dibandingkan dengan orang lain, teman bisa
memberikan dorongan, pengertian, bahkan bantuan, tidak perlu takut
terhadap kritikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Falsafah Wirausaha ?
2. Apa yang Menjadi Spirit dari Kewirausahaan?

C. Tujuan
1. Mengetahui serta memperlajari falsafah-falsafah wirausaha
2. Mengatahuin serta mempelajari apa saja yang menjadi spirit dari
kewirausahaan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Falsafah Wirausaha
Kita telah mengenal istilah falsafah dan kata lainnya filsafat atau
filosofi. Falsafah sebenarnya berasal dari bahasa Yunani, philosophia.
Istilah itu berasal dari kata philein atau philos yang berarti cinta atau
sahabat, dan shopia atau sophos yang berarti kebijaksana. Istilah
philosophia pertama kali diperkenalkan oleh ilmuan matematika,
Pytagoras. Istilah itu bermakna mencintai kebijaksanaan (love of wisdom).
Ini artinya filosofi merupakan deretan kata untuk menuntun (sebagai
ajaran) manusia agar mencintai kebijaksanaan.
Adapun istilah kewirausahaan berasal dari bahasa Perancis
(Entrpendre-toundertake), yang kemudian populer dalam bahasa Inggris
entrepreneurship. Kewirausahaan atau entrepreneurship bermakna
melakukan pekerjaan yang sulit, kompleks, dan berisiko, dengan cepat
melakukann aksi atau inisiatif sehingga diperoleh keuntungan (benefit).
Makna populernya adalah upaya memanfaatkan kesempatan dalam
kesempitan. Keuntungan itu bisa berupa materi (uang atau barang
berharga). Pelaku wirausaha disebut wirausahawan (entrepreneur) dan
kata kerjanya wirausaha.
Jika mengacu falsafah kewirausahaan yang berwawasan
kewirausahaan, kita diajak untuk dapat memiliki jiwa dan semangat ulet,
mau dan mampu, serta berani mengerjakan pekerjaan yang sulit dan penuh
risiko, dengan mengandalkan kemampuan sendiri melalui langkah dan
cara yang bijaksana. Falsafah kewirausahaan berfungsi sebagai dasar, arah
dan tujuan dari langkah dan tindakan yang akan ditempuh oleh setiap
orang dalam sebuah lembaga atau institusi.
Berikut ini ditampilkan beberapa contoh falsafah yang hidup di
masyarakatdan disajikan pula dalam bahasa daerah.

3
1. Nglurug tanpo bolo, menang tanpo ngasorake (Menyerang tanpa
pasukan,menang tanpa mengalahkan).
Falsafah ini terasa lembut dan enak dirasakan. Namun dijumpai pula
efek sampingnya, yaitu membuat orang tidak bisa menerima kenyataan
berupa kekalahan.
2. Menang ora umuk, kalah ora ngamuk (Menang tidak sombong,
kalah tidak anarkis).
Falsafah ini dapat membuat perilaku kita menjadi lebih baik, karena
tidak sombong ketika menang dan dapat menerima kenyataan dengan
ikhlas (legowo) walaupun kenyataan itu membuat kita bersedih.
3. Bener ning ora pener (Benar tapi tidak selayaknya).
Ini dimaksudkan agar setiap orang berlaku santun dan beretika,
hindarkan pernyataan yang tidak etis walaupun yang hendak dikatakan
itu sesuai kenyataan. Falsafah ini biasa diselewengkan, seolah-olah
kebenaran harus berada dibawah etika. Ini dapat menyebabkan
kejujuran dan idealisme masyarakat menjadi terhambat dan termassuk
ajaran feodal.
4. Ono dino, ono upo (Ada hari, ada nasi).
Adalah falsafah hidup untuk pemalas dan tidak rasional namun
membuat hidup tenteram. Falsafah ini sekarang masih dipakai
sebagian kecil anggota masyarakat yang lugu dan sederhana.
5. Mangan ora mangan asal ngumpul (Makan atau tidak makan asal
berkumpul).
Makna falsafah ini adalah mendahulukan persaudaraan dan
kebersamaan, namun kenyataan itu sukar ditampilkan pada keseharian.
Falsafah ini tidak menjabarkan pembagian tugas dalam kebersamaan,
sehingga sebagian warga diuntungkan dan sebagian lagi dirugikan.
Pada akhirnya rawan cekcok.
6. Alon-alon waton kelakon, gliyak-gliyak waton kecandak (Pelan-
pelan asal selesai, santai-santai asal kena sasaran).

4
Ini bisa dimaksud sebagai falsafah hidup yang saat ini termasuk baik
tetapi dapat juga dianggap buruk. Dianggap sebagai falsafah hidup
yang baik bila sebuah aktivitas itu berorientai selesai (kelakon) walau
perlu waktu lebih lama tetapi hasil aktivitas itu berkualitas tinggi.
7. Tiji-tibeh, artinya: Mati siji mati kabeh, mukti siji mukti kabeh
(mati satu mati semua, kaya satu kaya semua).
Falsafah ini biasa dikemukakan oleh Pakubuwono XI (dari Kasunanan
Surakarta), maknanya: kebersamaan sempurna yang setara dengan
semboyan "one for all, all for one" (satu untuk semua semua untuk
satu).
8. Kecil panjang adalah lebih baik dibanding besar pendek.
Ini merupakan salah satu falsafah hidup masyarakat di Pulau Bali.
Maknanya, lebih baik untung sedikit tetapi hubungan dengan
pelanggan atau relasi tetap baik, daripada untung besar tetapi
mengecewakan pelanggan atau relasi (istilah lainnya: sekali pukul, atau
bahasa Jawanya nuthuk). Falsafah ini bermanfaat untuk kita sekarang
dan mendatang, sehingga selayaknya tetap kita gunakan sebagai acuan
ketika kita berinteraksi dengan siapapun.
9. Time is money (Waktu adalah uang).
Merupakan falsafah asing (inggris) yang menunjukkan betapa
pentingnya penghargaan terhadap waktu. Waktu merupakan kekayaan
yang tidak bisa ditabung yang sebaiknya harus diisi dengan aktivitas
yang konsisten zaman sekarang.
10. Uang bermanfaat hanya kalau beredar dan bukannya disimpan.
Falsafah ini biasa digunakan oleh wiraswastawan dan suku Tionghoa.
Artinya, uang harus digunakan untuk investasi. Dari investasi itu
diperoleh aktivitas yang melibatkan sejumlah tenaga, dengan keluaran
berupa barang atau jasa yang bernilai tambah dan pada akhirnya
diperoleh kesejahteraan masyarakat.
11. Demi waktu, sesungguhnya manusia dalam keadaan yang merugi,
kecuali mereka yang menggunakannya untuk beramal soleh.

5
Ini diambil dari salah satu ayat Al-Quran, bersifat mendorong kinerja
tinggi yang konsisten dengan norma dan hati nurani. Melalui falsafah
ini hendaknya manusia tidak boleh merugi, caranya berbuat kebaikan
dan bermanfaat bagi orang lain.
12. Luwih apik urip ngono ning bondone bisa kanggo sangu mati,
tinimbang urip sumeleh nanggung mlarat (lebih baik hidup kerja
keras tetapi hartanya bisa untuk bekal ketika meninggal, dibanding
hidup menerima apa adanya tetapi miskin). Ini termasuk falsafah yang
rasional karena sesuai kenyataan.
Dari keduabelas falsafah hidup itu, tentunya kita dapat memilih
mana falsafah yang cocok dengan kebaikan pada kondisi sekarang.
Berdasarkan alasan tertentu hal itu bersifat debatable.
Dalam dunia bisnis pun diperlukan falsafah kewirausahaan. Itu
dimaksudkan guna mendorong untuk menjadi pengusaha yang bijaksana.
Tao Chu Kung (1987), pada artikelnya "The Management of Chinese
Small Business Entreprises in Malaysia' menyatakan, bahwa terdapat 16
prinsip bisnis yang baik. Prinsip-prinsip itu diuraikan berikut ini:
1. Rajin dan tekun.
2. Hemat dalam pengeluaran.
3. Ramah kepada setiap orang.
4. Gunakan kesempatan
5. Luga (transparan) dalam bertransaksi.
6. Berhati-hati dalam memberi kredit.
7. Memeriksa semua data keuangan (account) dengan cermat.
8. Secara jelas, membedakan yang baik dan yang jahat.
9. Dikendalikan sendiri secara sistematis.
10. Adil dan tidak pilih kasih terhadap karyawannya.
11. Memeriksa dengan cermat semua nota pengeluaran dan pemasukan.
12. Memeriksa dagangan sebelum diterima.
13. Mengkaji dengan teliti setiap perjanjian yang dibuatnya.
14. Bijaksana dan jujur dalam usaha.

6
15. Menunjukkan rasa tanggung jawab.
16. Bersikap tenang serta penuh percaya diri.
Agar bisnis seseorang menjadi sukses, maka harus waspada dan
peka terhadap etika. Setiap orang yang melakukan usaha atau aktivitas
lainnya sebaiknya merumuskan lebih dahulu tentang visi dan misi yang
ingin dijadikan landasannya. Selanjutnya, dievaluasi pada periode yang
telah ditetapkan apakah berhasil atau tidak? Tentu saja harus
diformulasikan terlebih dahulu sebagai tolak ukur keberhasilannya,
sehingga evaluasi itu bersifat terukur dan berstandar.
B. Spirit Kewirausahaan.
Negara maju umumnya memiliki wirausaha yang lebih banyak
ketimbang negara berkembang, apalagi miskin. Amerika Serikat,
misalnya, memiliki wirausaha 11,5 persen dari total penduduknya. Sekitar
7,2 persen warga Singapura adalah pengusaha sehingga negara kecil itu
maju.
Indonesia dengan segala sumber daya alam yang dimilikinya
ternyata hanya memiliki wirausaha tak lebih 0,18 persen dari total
penduduknya. Secara historis dan konsensus, sebuah negara minimal harus
memiliki wirausaha 2 persen dari total penduduk agar bisa maju. Untuk
itu, bagi kita bangsa Indonesia sumber energi yang dibutuhkan dalam
kegiatan kewirausahaan atau kegiatan apapun adalah mempunyai
semangat dan gairah untuk mengerjakannya. Kedua-duanya adalah satu
dan menjadi sumber energi atau motivasi dalam berwirausaha. Kita juga
butuh dinamo stater atau pematik agar sumber energi itu bisa menyala atau
bergairah dan bersemangat terus menerus, yaitu komitmen dalam memilih
jalan karir sebagai wirausaha yang sukses dan cerdas. Kunci penting dalam
menciptakan semangat kewirausahaan itu bisa disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu:
1. Figure, bagi seseorang guna membangkitkan semangat; karena melihat
orang itu sukses dan kaya, maka ia ingin menjadi seperti orang itu.

7
2. Suka mencari tantangan baru untuk menciptakan gairah, yaitu cinta
akan kewirausahaan.
3. Kepepet atau keterpaksaan karena harus tetap bertahan dan hidup
semangat bisa muncul karena keinginan untuk tetap bertahan hidup.
4. Keinginan untuk memperbaiki taraf hidup yang lebih baik lagi; tidak
ingin miskin selamanya.
5. Mengalami kegagalan dalam merintis karir pekerjaan dan mengambil
jalan pintas untuk semangat menjadi wirausahawan.
6. Memang cita-cita sejak kecil untuk menjadi wirausahawan.
Kewirausahaan bisa diterapkan dalam semua bidang seperti
kampus, di tempat kerja, saat melakukan kegiatan sehari-hari, atau ketika
memutuskan dan menjalankan sebuah unit usaha. Keterampilan wirausaha
itu ada pada setiap orang termasuk mahasiswa, tetapi yang sering terjadi
adalah kemampuan kewirausahaan tidak dimunculkan, dioptimalkan dan
digunakan sebagaimana mestinya. Hal itu terjadi karena kita terjebak oleh
pola pikir logika yang selalu mengutamakan kenyamanan, bebas dari
risiko, memilih solusi yang pasti sehingga kemampuan berpikir kita jarang
di gunakan. Namun disisi lain ada juga orang yang memanfaatkan
kemampuan berwirausaha mereka dengan maksimal seiring dengan
perkembangan dan kemajuan teknologi dan bidang lainnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, politik, budaya,
teknologi, kesejahteraan telah menciptakan celah diantara faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan, celah yang muncul akan
menyebabkan perubahaan status sosial, perilaku, gaya hidup, kebutuhan,
keinginan selera, dan sebagainya sehingga bisa membangkitkan sebuah
inspirasi bisnis sehingga pada akhirnya memunculkan peluang bisnis.
Munculnya peluang bisnis yang baru akan menstimulus munculnya
entrepreneur- entrepreneur muda. Hal inilah yang mendorong munculnya
spirit of entrepreneurship seiring dengan perubahan dan perkembangan
ekonomi.

8
Ada beberapa faktor yang menstimulus spirit of entrepreneurship,
yaitu:
1. Evolusi produk
Perubahan produk akan menimbulkan perubahan kebutuhan yang
memunculkan sebuah peluang baru.
2. Evolusi ilmu pengetahuan
Perubahan ilmu pengetahuan akan menimbulkan inspirasi produk baru
dan begitu seterusnya.
3. Perubahan gaya hidup, selera, dan hobi
Perubahan gaya hidup akan menimbulkan keinginan akan produk yang
berbeda.
4. Perubahan teknologi
Berkembangnya teknologi dan semakin canggihnya teknologi-akan
menciptakan produk, suasana, dan gaya hidup yang berbeda.
5. Perubahan budaya
Perkembangan gaya hidup, pendapatan, selera, teknologi, dan
sebagainya akan mengubah budaya seseorang, sehingga hal ini
mempengaruhi kebutuhan akan produk yang berbeda di setiap tempat.
Joseph A. Schumpeter, ekonom asal Austria yang kemudian
menetap di Amerika (1883-1950) mengatakan bahwa perilaku dan sifat
entrepreneur yang khas adalah kemampuannya, kecerdasannya dan
keberaniannya yang ditopang oleh ketetapan hatinya dan keteguhan
jiwanya untuk melancarkan usaha yang serba baru dengan melihat pada
kemungkinan-kemungkinan potensial di masa depan dan berhasil
menjelmakan menjadi kenyataan efektif.
Satu hal dari pandangan Schumpeter yang menggugah adalah
penilainnya tentang entrepreneur yang sama sekali berbeda dengan
pengusaha (businessman). Entrepreneur memiliki "sikap jeli" terhadap
kemungkinan potensial yang terbayang dalam perkembangan masa depan,
kemudian mampu merintis dan mengatur inovasi, menempuh pola baru

9
dalam penggunaan sumber dana dan daya produksi dalam suatu kombinasi
optimal yang baru pula (New Kombination).
Entrepreneur cenderung menggunakan energinya untuk melakukan
dan membangun suatu kegiatan, ketimbang hanya melakukan pengamatan
dan analisis. Dengan visinya, entrepreneur itu dengan sadar
memperhitungkan risiko, baik secara personal maupun finansial dan
kemudian melakukan apa saja agar bisa mengurangi risiko dan
kemungkinan gagal. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk mengindera
suatu peluang, ketika yang lain masih melihatnya sebagai suatu yag
kontradiksi, dan membingungkan. Entrepreneur itu memiliki know-how
bagaimana menemukan sesuatu, merangkai, dan mengendalikan sumber-
sumber (yang kadang-kadang dimiliki oleh orang lain) untuk mewujudkan
tujuannya.
Modal paling mendasar menjadi wirausahawan adalah tekad dan
keberanian mengambil dan menghitung resiko. Tanpa ini, diberi modal
sebesar apapun, tidak akan pernah menjadi wirausahawan. Kalau sudah
ada keberanian, kita beri kesempatan bagaimana mengelola bisnis dengan
baik.
Kewirausahaan adalah lebih kepada spirit, bukan sekedar yang
terlihat secara kasat mata. Bisa saja orang yang sehari-harinya berbisnis
tapi di dalam dirinya tidak terdapat spririt kewirausahaan.

C. Sikap Orang yang Tidak Memiliki Spirit Wirausaha yang Baik


Kewirausahaan itu sendiri sebenarnya merupakan ketrampilan
hidup (life skill) bagi manusia dimanapun, sehingga orang yang masih
hidup, tidak sadar bahwa mereka memiliki kemampuan ini. Disisi lain,
banyak diantara kita yang tidak sadar bahwa spirit kewirausahaan, telah
tergerus kemampuan dan performanya karena keadaan yang berlangsung
lama.
Kewirausahaan hanya bisa bangkit manakala diberi lahan subur
luntuk bersemai dipupuk, dilindungi, dan dibela kepentingannya. Untuk

10
mempercepat pertumbuhan wirausaha, harus ada upaya serius untuk
menciptakan orang-orang yang mampu mengambil peluang yang ada dan
menciptakan lapangan kerja untuk dirinya maupun untuk orang lain.
Banyak orang yang berpikir positif dan mempunyai semangat yang
tinggi tetapi tetap saja sulit meraih kesuksesan. Hal ini dikarenakan sikap
yang salah dalam menanggapi kegagalannya, diantaranya yaitu:
1. Sikap "saya takut gagal"
Sikap takut gagal menghentikan semua energi, semangat, daya, upaya
dan gairah kerja yang dahulunya tinggi dan sekarang berubah drastis
sehingga mengalami kemunduran. Takut gagal berarti takut beresiko
sehingga lebih baik memilih mundur dan tidak mau mencari jalan
keluarnya.
2. Sikap yang keliru tentang kegagalan
Bila seseorang mendapat nilai merah saat mengerjakan ulangan, kita
akan berpendapat ia telah gagal dalam mata kuliah yang diuji, padahal
itu baru sebagian dari pengalaman proses untuk berprestasi. Gagal
bukan berarti tereliminasi sebuah perjalanan karena itu merupakan
perjalanan yang panjang. Dibutuhkan proses untuk menaklukkan
kegagalan demi kegagalan. Jadi, kegagalan adalah episode perjalanan
yang harus kita lalui baik sebuah pertandingan yang kalah tapi bisa
menang.
3. Tidak siap mengalami kegagalan
Banyak orang berprestasi dikampus tapi tidak siap untuk menghadapi
kegagalan dalam bekerja atau berwirausaha. Hal ini dikarenakan orang
yang berprestasi cenderung ingin segalanya sukses dan tidak pernah
gagal. Padahal di kampus kita menghadapi suatu hal yang pasti ada
jawabannya, sedangkan di dunia bisnis atau pekerjaan kita menghadapi
jawaban yang kompleks, majemuk, dan bahkan mungkin belum ada
jawabannya.
4. Sikap berhenti mencoba

11
Disamping sikap tidak siap menghadapi kegagalan, ada pula sikap lain
yang mematahkan semangat wirausaha, yaitu sikap berhenti mencoba.
Kesuksesan itu terjadi pada saat kita selalu mencoba dan mencoba lagi
(ada rasa penasaran) sehingga tidak terasa bila kita sudah dekat dengan
kesuksesan itu.

D. Kunci agar Memiliki Spirit Kewirausahaan


Kunci sukses dalam membangun semangat kewirausahaan adalah
tidak takut gagal dan jangan mengenal arti gagal dalam kamus hidup anda.
Bila kita takut gagal, artinya semangatnya akan turun sebanding dengan
besarnya rasa takut untuk gagal. Keberhasilan kewirausahaan harus
didasarkan pada kerja keras, kerja sama dengan orang lain, penampilan
yang baik, yakin, semangat, bergairah pandai membuat keputusan, mau
menambah pengetahuan.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Falsafah Kewirausahaan berfungsi sebagai dasar, arah dan tujuan
dari langkah dan tindakan yang akan ditempuh oleh setiap orang dalam
sebuah lembaga atau institusi. Dalam dunia bisnis pun diperlukan falsafah
kewirausahaan. Itu dimaksudkan guna mendorong untuk menjadi
pengusaha yang bijaksana. Agar bisnis seseorang menjadi sukses, juga
harus waspada dan peka terhadap etika. Setiap orang yang melakukan
usaha atau aktivitas lainnya sebaiknya merumuskan lebih dahulu tentang
visi dan misi yang ingin dijadikan landasannya. Selanjutnya, dievaluasi
pada periode yang telah ditetapkan Tentu saja harus diformulasikan
terlebih dahulu sebagai tolak ukur keberhasilannya, sehingga evaluasi itu
bersifat terukur dan berstandar

Semangat / Spirit menjadi sumber energi atau motivasi dalam


berwirausaha. Kita juga butuh komitmen dalam memilih jalan karir
sebagai wirausaha yang sukses dan cerdas. Kunci sukses dalam
membangun semangat kewirausahaan adalah tidak takut gagal dan jangan
mengenal arti gagal dalam kamus hidup anda. Bila kita takut gagal, artinya
semangatnya akan turun sebanding dengan besarnya rasa takut untuk
gagal. Keberhasilan kewirausahaan harus didasarkan pada kerja keras,
kerja sama dengan orang lain, penampilan yang baik, yakin semangat,
bergairah pandai membuat keputusan, mau menambah pengetahuan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hendro. (2011). Dasar-dasar Kewirausahaan. Erlangga : Jakarta.


Murdaka, Bambang, dkk. (2015). Kewirausahaan. Andi: Yogyakarta.
Meredith, Geoffrey G, dkk. (1996). Kewirausahaan: Teori dan Praktek.
Ikrar Mandiri abadi: Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai