Dibuat Oleh :
Nama : Jeri Mustika Permana
Nirm : 1207.20.0111
Kelas : Extension 4
Segala puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wata'ala yang telah
memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Strategi Pembelajaran ini yang berjudul “Strategi Pembelajaran
Iman kepada Kitab kitab Allah” tepat pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat
dan Salam semoga selalu tersampaikan kepada Nabi Agung Muhammad Shollallahu
‘alaihi Wasallam.yang telah membimbing kita menuju jalan yang lurus.
Penulis ucapkan Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
memberikan dorongan semangat kepada penulis dalam penyelesaian makalah ini,baik
secara langsung maupun tidak langsung, terutama kepada Dosen pengampu Bpk.
Dr..H.Hamzah, S.Ag, M.Ag. sebagai dosen pembimbing mata kuliah Desain
Pembelajaran PAI.
Penulis
DAFTAR ISI
Tak pernah seharipun di sekolah, kita lepas dari kata “kompetensi”. Ketika
menyusun rencana pembelajaran, melakukanproses pembelajaran, melakukan
penilaian, semuanya selalu terkait dengan kata “kompetensi”. Aktivitas guru di
sekolah selalumengacu pada istilah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar(SK-
KD) atau Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI-KD).Kedua pasangan istilah itu
sudah menjadi bagian yang melekatdengan pekerjaan sehari-hari para guru.
Dalam dunia pendidikan, kompetensi dimaknai sebagai perilaku yang melekat pada
diri peserta didik atas dasar keterampilan dan pengetahuan yang dipelajarinya di
sekolah. Peserta didik yang kompeten akan berperilaku konsisten ketika bersekolah
dansetelah berada di masyarakat, karena perilaku itu sudah melekatdalam dirinya.
Itulah sebabnya, hasil dari sebuah proses pendidikan adalah peserta didik memiliki
kompetensi yang disyaratkan,bukan peserta didik yang hanya menguasai materi
pengetahuansemata.Sebagai ilustrasi, seorang peserta didik dikatakan kompeten
dalam“membuang sampah pada tempatnya”, apabila dia memiliki perilaku terbiasa
membuang sampah pada tempatnya. Perilaku ini muncul sebagai hasil proses belajar
di sekolah. Peserta didik mengetahui bahwa kebersihan itu penting dan dia terampil
bagaimanacara menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Perilaku itu bukanhanya
ditunjukkan di sekolah, melainkan di rumah dan di lingkungannya, bahkan melekat
setelah ia lulus sekolah.
Kompetensi apa sebenarnya yang harus dikuasai peserta didik dizaman ini dan ke
depan? Bagaimana agar peserta didik menguasaikompetensi-kompetensi itu? Serta
bagaimana kompetensi-kompetensi itu dibelajarkan kepada mereka? Berapa lama itu
dilakukan? Dan apa tanda-tanda kompetensi itu telah dikuasai? Sederet pertanyaan itu
terkait dengan proses pendidikan.
Di Indonesia, istilah kompetensi dalam dunia pendidikan, mulai populer pada 2004.
Ketika itu pemerintah melakukan rintisan kebijakan kurikulum berorientasi hasil
pendidikan, yang kemudian dikenal sebagai kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
Dua tahun kemudian, secara resmi diberlakukan kurikulum yang mengacu pada “hasil
pendidikan”. Hasil pendidikan dimaksud adalah “kompetensi yang dikuasai peserta
didik”. Selama tiga decade sebelumnya istilah itu tidak muncul karena kebijakan
kurikulum waktu itu berbasis “materi pengetahuan”.
Secara praktek perbedaan di antara keduanya dapat dilihat dengan jelas. Contohnya
pada tiga hal, yakni dalam penyediaan bahan ajar, proses pembelajaran, dan prinsip
penilaian. Secara terinciadalah sebagai berikut.
- Basis materi
Jika basisnya materi, maka hasil belajar yang diukur adalah seberapa
persen daya serap peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Apakah
peserta didik sudah mampu menyerap 100% dari isi materi, 70%, atau
40%. Dalam konteks demikian, wajar apabila penilaianya beracuan norma.
Artinya hasil belajar peserta didik (daya serapnya terhadap materi)
dibandingkan dengan rata-rata daya serap materi peserta didik di kelas
tersebut. Wajar pula jika kemudian dilakukan pemeringkatan peserta didik.
Peserta didik yang rangkingnya tinggi adalah yang daya serapnya tertinggi
terhadap materi pelajaran.
- Basis kompetensi
Dari uraian terdahulu telah diungkap bahwa hasil dari proses pendidikan
adalah kompetensi yang dikuasai peserta didik. Dengan kata lain, proses
pembelajaran dilakukan agar peserta didik kompeten dalam berbagai bidang yang
disyaratkan. Lantas, bagaimana proses pembelajaran dilakukan? Berikut kita bahas
lebih rinci.
1. Ada peserta didik yang belum bisa menguraikan pendapat pribadi tentang
isi buku sastra;
2. Ada peserta didik yang dapat menguraikan pendapat pribadi tentang isi
buku sastra dengan bahasa lisan yang terbata-bata tapi baik dalam tulisan;
3. Ada peserta didik yang dapat menguraikan pendapat pribadi tentang isi
buku sastra dengan baik dalam bahasa lisan yang belum baik dalam tulisan;
4. Ada peserta didik yang dapat menguraikan pendapat pribadi tentang isi
buku sastra dengan baik dalam bahasa lisan dan tulisan;
5. Ada peserta didik yang dapat menguraikan pendapat pribadi secara lengkap
dan baik tentang isi buku sastra dengan baik dalam bahasa lisan dan
tulisan;
6. Ada peserta didik yang dapat menguraikan pendapat pribadi secara lengkap,
baik, serta penguasaan materi yang baik tentang isi buku sastra dengan baik
dalam bahasa lisan dan tulisan
BAB III
CARA MENYUSUN INDIKATOR PENILAIAN KOMPETENSI (IPK)
IPK merupakan perilaku yang dapat diukur dan atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian Kompetensi Dasar (KD) tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran. IPK dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan
menggunakan kata kerja operasional (KKO). Makna kata kerja operasional di sini
adalah sebuah aktivitas yang dilakukan siswa guna menunjukkan kompetensinya.
Menyusun indikator secara benar sangat penting agar kita bisa mengetahui
ketercapaian suatu kompetensi oleh siswa. Jika salah merumuskan indikator, maka
salah pula mengetahui apakah siswa telah mencapai kompetensi yang disyaratkan
atau belum. Ada 6 (enam) langkah menyusun IPK yang baik, yaitu:
1. Pahami KD
2. Buat uraian KD
3. Susun spektrum kemampuan yang harus dikuasai
4. Susun indikator berjenjang
5. Jadikan indikator sebagai tindak lanjut pembelajaran
6. Konsisten pada kompetensi bukan angka
Langkah 1:
Setiap guru harus mengetahui KD yang harus dicapai setiap tingkatan kelas yang
tertuang dalam Permendikbud No. 37 tahun 2018. Berikut ini contoh salah satu
rumusan kompetensi yang harus dikuasai siswa:
Dari rumusan tersebut, analisa kemampuan apa yang dapat dievaluasi, apakah perlu
adanya penambahan kegiatan pembelajaran dan sebagainya
Langkah 2:
Langkah 3:
Langkah 4:
Indikator ini dapat dijadikan daftar ceklist capaian kompetensi setiap siswa untuk
memudahkan melihat sebaran capaian kompetensi pada siswa.
Langkah 5:
Langkah 6:
PENUTUP
Atas dasar itulah maka para pendidik yang insyaf akan berupaya sekuat tenaga
untuk mempelajari bagaimana menentukan indikator sesuai capaian kompetensi yang
diharapkan. Lalu lebih lanjut menentukan apa alat yang digunakan untuk memastikan
indicator tercapai.
Alat ukur, alat test, dan alat uji lainnya, menjadi kunci untuk mengetahui
kompetensi yang dicapai. Kesesuaian antara kompetensi-indikator-alat uji merupakan
rangkaian yang harus sesuai Ketika kita menerapkan kurikulum berbasis kompetensi,
maka pencapaian kompetensi peserta didik menjadi tujuan dari kegiatan
pembelajaran. Adapun pencapaian kompetensi dapat dilihat dari indikator yang
menandainya.
Oleh karena itu, indikator capaian kompetensi merupakan hal yang sangat
menentukan kompetensi yang dikuasai peserta didik. Indikator yang tidak tepat
menyebabkan capaian kompetensi juga tidak tepat. dan konsisten.Semoga dengan
konsostensi kompetensi-indikator-alat uji dapat menjadi titik masuk pada perbaikan
proses pembelajaran kita.
REFERENSI
Aksara
Marzano, R.J and Kendall, J.S. 2008. Designing & Assessing Educa- tional
Objectives. Applying the New Taxonomy. California:
Corwin Press
Marzano, R.J and Kendall, J.S. 2007. The New Taxonomy of Education- al
Objectives. Second Edition. California: Corwin Press