ABORTUS INCOMPLETE
Pembimbing :
Oleh :
Kelompok E39
Riwayat Pengobatan : -
- HPHT: 22-05-2023
- HPL: 29-02-2024
- UK: 8-9 minggu
Riwayat Menikah:
Pasien menikah 1 kali,
selama 5 bulan
Riwayat Obstetri :
1. Hamil ini
Riwayat ANC
Bidan : 1x
Riwayat Kontrasepsi:-
Pemeriksaan Fisik :
- TB: 155 cm
- BB: 54 kg
- BMI: 22,47 kg/m2
- Keadaan umum: baik
- Kesadaran: compos
mentis
- GCS: 456
- TD: 110/70 mmHg
- Nadi: 75 x/menit
- RR: 20x/menit
- Suhu aksila: 37o C
- SpO2 98%
Pemeriksaan
Generalisata:
Kepala : A/I/C/D = -/-/-/-,
edema kelopak mata -/-
Leher: Tidak ada
pembesaran KGB, tidak ada
deviasi trakea
Thorax:
Paru:
- Inspeksi: bentuk
normochest, pergerakan
dinding dada simetris
- Palpasi: ekspansi dinding
dada simetris, stem
fremitus simetris.
- Perkusi:sonor
- Auskultasi suara nafas
vesikuler/vesikuler
Rokhi -/- wheezing -/-
Cor:
- Inspeksi: dada kanan dan
kiri simetris, kelainan
bentuk dada (-), pulsasi
prekordial (-), iktus tidak
tampak
- Palpasi: iktus tidak kuat
angkat, thrill (-)
- Perkusi: batas kanan di
ICS IV SL dekstra, batas
kiri di ICS V MCL
sinistra, batas atas ICS III
SL sinistra, punggung
jantung ICS III PSL
sinistra
- Auskultasi:S1S2 tunggal,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
- Inspeksi: Striae (+),
- Auskultasi: BU (+)
normal
- Palpasi : soepel, hepar,
lien, ginjal tidak teraba,
nyeri tekan supra
symphysis (-)
- Perkusi: redup
Ekstremitas :
- Superior-Inferior : Akral
hangat, merah, kering.
- Edema
- -
- -
- Superior-Inferior : CRT
<2 dtk
Pemeriksaan Ginekologi
VT
V/V fluxus (+), fluor (+)
Portio : Terbuka seujung
jari, licin
CU : AF ~ Membesar UK 9
mgg
AP D/S : Massa (-), Nyeri
(-)
CD : Tidak ada kelainan
PEMBAHASAN
Definisi
Abortus adalah kehamilan yang berhenti prosesnya pada umur kehamilan di
bawah 20 minggu, atau berat fetus yang lahir 500 gram atau kurang. Sedangkan
Llewollyn & Jones (2002) mendefenisikan abortus adalah keluarnya janin
sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai 22 minggu
dan beratnya kurang dari 500 gram.3 WHO merekomendasikan viabilitas apabila
masa gestasi telah mencapai 22 minggu atau lebih dan berat janin 500 gram atau
lebih.1
Klasifikasi
Klasifikasi menurut terjadinya abortus adalah sebagai berikut :1,2
1. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis
maupun mekanis.
2. Abortus buatan, Abortus provocatus (disengaja, digugurkan), yaitu:
a. Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus artificialis
atau abortus therapeuticus). Indikasi abortus untuk kepentingan ibu,
misalnya : penyakit jantung, hipertensi esential, dan karsinoma
serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang terdiri dari
dokter ahli kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri, atau psikolog.
b. Abortus buatan kriminal (Abortus provocatus criminalis) adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang
yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum.
Klasifikasi Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan kepada:
1. Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion)
dimana terjadi perdarahan pervaginam, Abortus iminens didiagnosa bila
seseorang wanita hamil kurang daripada 20 minggu mengeluarkan darah
sedikit pada vagina. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat
berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri
punggung bawah seperti saat menstruasi. ostium uteri masih tertutup dan
hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.5
Gambar 1. Abortus Imminen
Etiologi1,2,3,4
- Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada
50%-60% kasus keguguran.
- Faktor ibu:
a) Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing manis.
b) Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti phospholipid
syndrome.
c) Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma, herpes, klamidia.
d) Kelemahan otot leher rahim
e) Kelainan bentuk rahim.
- Faktor Ayah:
Kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan abortus.
Patofisiologi
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu :Embrio rusak atau cacat yang
masih terbungkus dengan sebagian desidua danvilli chorialis cenderung
dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian darihasil konsepsi masih tertahan
dalam cavum uteri atau di canalis servikalis.Perdarahan pervaginam terjadi saat
proses pengeluaran hasil konsepsi.6,7,8
Pada kehamilan 8-14 minggu :Mekanisme di atas juga terjadi dan diawali
dengan pecahnya selaput ketuban terlebih dahulu dan diikuti dengan pengeluaran
janin yang cacat, namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini
sering menimbulkanperdarahan pervaginam banyak.8
Pada kehmilan minggu ke 14-22 :Janin biasanya sudah dikeluarkan dan
diikuti dengan keluarnya plasentabeberapa saat kemudian. Kadang-kadang
plasenta masih tertinggal dalamuterus sehingga menimbulkan gangguan kontraksi
uterus dan terjadi perdarahan pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam
umumnya lebih sedikit namun rasa sakit lebih menonjol. 7,8
Gambaran Klinis
1. Amenore
2. Perdarahan pervaginam
3. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang
4. Pemeriksaan ginekologi
Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak ada jaringan
konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva
Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium
Vagina toucher (VT): portio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, kavum douglas, tidak menonjol dan tidak nyeri5-6
Diagnosis
a. Anamnesis
Tiga gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian
bawah terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke punggung,bokong
dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi. 11 Gejala ini
terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi yang masih tertingal di dalam
rahim. Selain itu, ditanyakan adanya amenore pada masa reproduksi kurang 20
minggu dari HPHT.10 Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau disertai jaringan hasil
konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa jaringan yang
lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau keram bawah
perut biasanya di daerah atas simpisis.10
Riwayat penyakit sekarang seperti IDDM yang tidak terkontrol, tekanan darah tinggi
yang tidak terkontrol, trauma, merokok, mengambil alkohol dan riwayat infeksi
traktus genitalis harus diperhatikan.10 Riwayat kepergian ke tempat endemik malaria
dan pengambilan narkoba malalui jarum suntik dan seks bebas dapat menambah
curiga abortus akibat infeksi.11
b. Pemeriksaan Fisik
Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit.4 Palpasi abdomen dapat
memberikan idea keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dengan pemeriksaan
bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi, dan
konsistensinya.4 Pada pemeriksaan pelvis, dengan menggunakan spekulum
keadaan serviks dapat dinilai samaada terbuka atau tertutup , ditemukan atau tidak
sisa hasil konsepsi di dalam uterus yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan
di liang vagina.4
Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini: 4
Gejala dan
Perdarahan Serviks Uterus Diagnosis
tanda
Bercak sedikit Tertutup Sesuai Kram perut Abortus
hingga sedang dengan usia bawah, uterus immines
gestasi lunak
Tertutup/terbuka Lebih Sedikit/tanpa Abortus
kecil dari nyeri perut komplit
usia bawah, riwayat
gestasi ekspulsi hasil
konsepsi
Sedang hingga Terbuka Sesuai Kram atau nyeri Abortus
masif dengan usia perut bawah, insipien
kehamilan belum terjadi
ekspulsi hasil
konsepsi
Kram atau nyeri Abortus
perut bawah, incomplit
ekspulsi
sebahagian
hasil konsepsi
Terbuka Lunak Mual/muntah, Abortus mola
dan lebih kram perut
besar dari bawah,
usia sindroma mirip
gestasi PEB, tidak ada
janin, keluar
jaringan seperti
anggur
Diagnosis Banding
2,6,7,9,10
berikut:
c. Abortus inkomplit
- Lakukan konseling.
- Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang mencuat dari serviks.
- Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan
evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah metode yang
dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak
tersedi. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2
mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
- Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin
dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per
menit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi.
- Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam.
Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
- Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
- Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen,
dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin
setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat
diperbolehkan pulang.6,7,9,10
d. Abortus komplit
- Tidak diperlukan evakuasi lagi.
- Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan
menawarkan kontrasepsi pasca keguguran.
- Observasi keadaan ibu.
- Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/ hari
selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.
- Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.6,7,9,10
e. Abortus Habitualis
- Pada serviks inkompeten terapinya operatif Shirodkar atau Mc Donald
(cervical cerclage).
- Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih
besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada
sesudahnya.6,7,9,10
f. Abortus Infeksious
- Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup
- Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan dan
uji kepekaan obat)
Berikan suntikan penisilin 1.000.000 satuan tiap 6 jam
Berikan suntikan streptomisin 500mg setiap 12 jam
Atau antibiotika spektrum luas lainnya.
- Bila tetap terjadi perdarahan banyak setelah 1-2 hari lakukan dilatasi dan
kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi6,7,9,10
g. Abortus Septik
- Penatalaksanaan sama dengan abortus infeksious, hanya dosis dan jenis
antibiotika ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil
pembiakan dan uji kepekaan kuman. Perlu di observasi apakah ada tanda
perforasi atau akut abdomen.6,7,9,10
Komplikasi
a. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal,
diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca
tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.
b. Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus
provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien biasanya
datang dengan syok hemoragik.
c. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila
setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat
kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan histologik
harus dilakukan dengan teliti.
d. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam
uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga
gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama
sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah
kecil biasanya tidak menyebabkan kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100
ml dilaporkan sudah dapat memastikan dengan segera.
e. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan
tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat
terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan
cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.
Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal
seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat
mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan
seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan
histologik dan toksikolgik sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
f. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi
memerlukan waktu. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,
streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T.
paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina
ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli,
Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus
infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri
tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan
peritonium.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi
paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci
anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial
berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.
Prognosis
Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren
mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.
Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan
keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %.
Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin
pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi
spontan yang tidak jelas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono Prawiroharhdjo. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Ilmu
Kandungan, edisi 2014
2. Saifuddin A. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2012.
3. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, GilstrapIII LC, Hauth JC, Wenstrom
KD. Williams Obstetrics. 23 ed. (diterjemahkan oleh Andry Hartanto, Y Joko
Suyono, Brahm U. Pendit). Jakarta: EGC; 2012.
4. Pranata S, Sadewo FS. Kejadian Keguguran, Kehamilan Tidak Direncanakan
dan Pengguguran Di Indonesia [Artikel Serial Online]. Surabaya: Pusat
Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Date
Review: February 11, 2012
5. Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta: EGC; 2010.
6. Manuaba IBG, Chandranita IA, Fajar IBG. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:
EGC; 2011.
7. Manuaba IBG. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Edisi 2.
Jakarta: EGC; 2010.
8. Achadiat CM. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC; 2010.
9. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF, editor. Ilmu Kesehatan
Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2010.
10. Kepmenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kepmenkes RI; 2013.
11. Gaufberg F, Abortion Treatened. 2014. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/795359-overview
12. Gaufberg F, Abortion Septic. 2014. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/795439-overview