Pembimbing:
Disusun Oleh:
Kelompok E39
Riwayat
perkawinan :
Perkawinan 1 kali,
lama menikah 17 th
R.Kehamilan :
I.
9bln/SptB/BPM/P/320
0gr/15 thn
II. 2bln/Ab/Kuret
(-)/2019
III. Hamil ini
R. ANC
BPM 5x
PKM 1z
Pmx. Fisik:
-KU: Baik
-Kes : Composmentis
-TTV:
- TD: 110/70 mmHg
- Suhu: 37,4 ⁰C
- Nadi= 87x/menit
- RR= 20x/menit
Head To Toe:
Kepala / Leher :
A/I/C/D
-/-/-/-
Mata cowong (-),
Mukosa bibir kering
(-).
Thorax:
I : bentuk normal,
simetris, IC tidak
tampak, pergerakan
dinding dada simetris
P:ekspansi simetris,
P:sonor sonor, batas
jantung normal
A:vesikuler/vesikuler,
ronkhi (-), wheezing
(-), S1S2 tunggal,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
BSC (-), nyeri tekan
supra simfisis (-),
turgor dbn, Timpani,
BU (+) normal
Ekstremitas :
Akral Hangat Kering
Merah, Edema (-),
CRT < 2 detik
Leopold I : teraba
bagian lunak, kesan
bokong, TFU 20 cm
Leopold II : punggung
kanan, DJJ (-)
Leopold III : teraba
bagian keras kesan
kepala, belum masuk
PAP
Leopold IV :
konvergen
Pemeriksaan dalam :
Bagian terbawah janin
masih tinggi
PEMBAHASAN
1.1 Definisi
Intra uterine Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin setelah usia kehamilan 20
minggu dan diklasifikasikan menjadi IUFD dini dan IUFD lanjut. Intrauterine Fetal Death
(IUFD) dini jika kematian janin terjadi sebelum usia kehamilan 24 minggu. Intrauterine Fetal
Death (IUFD) lanjut jika kematian janin setelah usia kehamilan 24 minggu. World Health
Organization (WHO) dan The American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG)
menyatakan bahwa kematian janin (IUFD) adalah janin yang meninggal dalam rahim dengan
berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu
1.2 Epidemiologi
IUFD merupakan salah satu penyebab kematian perinatal. Dari data pusat statistik
kesehatan nasional tahun 2003 menunjukkan di Amerika Serikat frekuensi IUFD sebesar 6,9
per 1000 kelahiran. Sedangkan di negara berkembang masih belum didapatkan data yang
valid akibat sistem pelaporan yang kurang baik (Lindsey, 2008). Sedangkan kasus IUFD di
Indonesia sendiri tidak diketahui dengan pasti karena belum ada survei yang menyeluruh
(Triana, 2012).
menjadi anomali kongenital berat atau letak (16%), hemoragi antepartum (8%) dan penyebab
intrapartum (7%) serta lebih dari 50% kasus tidak jelas penyebabnya (Putri, 2019).
Penyebab kematian janin pada 25-60% kasus masih belum jelas namun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor maternal, fetal, atau kelainan patologis
Kehamilan postterm (> 42 minggu), umur ibu tua, diabetes melitus tidak
2. Faktor fetal
3. Faktor placental
Kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini dan vasa previa.
Faktor resiko terjadinya fetal death atau kematian janin meningkat pada usia ibu >40
tahun, ras Afrika-Amerika, pada ibu infertil, riwayat bayi dengan berat badan lahir rendah,
Usia ibu saat kehamilan >35 tahun meningkatkan resiko terjadinya fetal loss, abortus
spontan, kematian janin dalam rahim, abnormalitas kromosom dan peningkatan resiko
komplikasi penyakit pada ibu seperti hipertensi, diabetes gestasional serta meningkatkan
resiko terjadinya plasenta previa, proses kelahiran dengan operasi caesar dan abrupsio
plasenta. Hal ini merupakan faktor resiko terjadinya Intrauterine fetal death. Mekanisme
fisiologis yang menjelaskan hubungan usia maternal dan kejadian Intrauterine Fetal Death
terutama berfokus pada penuaan dan insufisiensi plasenta. Usia ibu tua saat kehamilan
terjadinya perfusi yang rendah dan gangguan distribusi nutrisi ke janin (Mattingley P, 2016).
1.5 Diagnosis
Riwayat dan pemeriksaan fisik memiliki nilai terbatas dalam menegakkan diagnosis
janin dan pada pemeriksaan fisik tidak terdengar denyut jantung janin. Diagnostik pasti
tidak sesuai usia kehamilan, berat badan ibu menurun, dan lingkar perut ibu mengecil.
Selain itu, jika diperiksa dengan fetoskopi dan Doppler tidak dapat didengar adanya bunyi
jantung janin. Jika dilihat menggunakan USG maka didapatkan gambaran janin tanpa
tanda kehidupan. Dengan foto radiologi setelah 5 hari tampak tulang kepala kolaps, saling
tumpang tindih, tulang belakang hiperfleksi, edema sekitar tulang kepala, gambaran gas
pada jantung dan pembuluh darah. Jika dilakukan pemeriksaan hCG maka didapatkan
kadarnya akan negatif setelah beberapa hari kematian janin. Untuk diagnosis pasti
sebaiknya dilakukan otopsi janin dan pemeriksaan plasenta serta selaput. Untuk mencari
Pada kematian janin usia kehamilan 24- 28 minggu dapat digunakan misoprostol
pervaginam sebanyak 50-100 µg tiap 4-6 jam dan induksi oksitosin. Sedangkan pada
setiap 6 jam. Setelah bayi lahir dapat dilakukan ritual keagamaan merawat bayi dan dapat
dilakukan otopsi atau pemeriksaan patologi plasenta yang akan membantu mengungkap
Induksi pada pasien dengan riwayat persalinan perabdominal harus dilakukan dengan
sangat hati-hati karena risiko terjadinya ruptur uteri yang tinggi, namun risiko terjadinya
ruptur uteri selama induksi untuk penanganan kematian janin pada akhir trimester dua
atau awal trimester tiga belum diketahui. 15 Penanganan rasa sakit pada pasien selama
induksi pada kematian janin merupakan bagian yang penting untuk perawatan pasien.
Seringkali, morfin atau hidromorfin digunakan sebagai analgesik untuk mengontrol rasa
1.8 Prognosis
Eklampsia meskipun jarang insidensi nya namun tetap memakan korban nyawa yang
cukup besar baik kepada ibu maupun bayi nya. Dari berbagai literatur, kematian bayi yang
tercatat sekitar 9.8% - 25.5% dan angka kematian bayi tercatat sebanyak 42.2% - 48.9%.
Angka kematian ini lebih tinggi pada negara-negara berkembang dan kurang maju karena
adanya ketidak waspadaan dan kurangnya pengawasan antenatal. Hal ini memicu terhadap
keterlambatan pengobatan dan pencegahan yang tidak tepat. Kematian pada maternal
disebabkan oleh perdarahan otak, decompensasi cordis, edema paru, gagal ginjal, dan aspirasi
Penyebab utama kematian bayi disebabkan oleh hipoksia intrauterin dan prematuritas.
Preeklampsia dan eklampsia sendiri tidak akan menyebabkan terjadinya hipertensi kronik
namun pada suatu penelitian ditemukan bahwa angka insidensi terjadinya hipertensi lebih
tinggi pada pasien setelah 10-15 tahun pasca partum. Prognosis bagi ibu dan anak kurang
baik terutama bagi mereka yang merupakan multipara dan berusia lebih dari 35 tahun.
Apabila jumlah urin lebih sedikit dari 800 cc dalam 24 jam atau kurang dari 200 cc setiap 6
jam yang disebut oliguria, maka prognosis menjadi lebih buruk. Gejala-gejala yang
1.9 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi antara lain (Liu LC et al, 2013):
1. Trauma emosional yang berat apabila waktu antara kematian janin dan persalinan
cukup lama.
Badan Pusat Statistik. Profil Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: BPS; 2014.
Demirci O, Yılmaz E, Tosun Ö, Kumru P, Arınkan A, Mahmutoğlu D, dkk. Effect of
Young Maternal Age on Obstetric and Perinatal Outcomes : Results from the Tertiary Center
in Turkey. 2016:344-9.
Liu LC, Huang H Bin, Yu MH, Su HY. Analysis Of Intrauterine Fetal Demise A
Hospital Based Study In Taiwan Over A Decade. Taiwan J Obstet Gynecol. 2013;52(4):546-
50.
Mattingley, P. Evaluation of Fetal Death: Definition of Fetal Death, Frequency of
Fetal Death, Diagnosis of Fetal Death. Medscape. 2016;1-12.
McDonald SD, Vermeulen MJ, Ray JG. Risk of Fetal Death Associated With
Maternal Drug Dependence and Placental Abruption: A Population-Based Study. J Obstet
Gynaecol Canada. 2017;29(7):556-
Putri SM, Ningrum WM. Gambaran Penyebab Bayi Lahir Mati (Stillbirth) Pada
Proses Persalinan. J Midwifery Public Health. 2019;1(1):37. doi:10.25157/jmph.v1i1.2003
Sagala SH, Maifita Y, Armaita. Jurnal Menara Medika
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/men aramedika/index JMM 2020 p-ISSN 2622-657X, e-
ISSN 2723-6862. J Menara Med. 2020;2(2):119-127.
Triana A. Pengaruh Kadar Hb dan Paritas dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death
(IUFD) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. J Kesehatan Komunitas. 2012;2(1):20-25.
doi:10.25311/jkk.vol2.iss1.37
Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2009