USIA DINI
Dewi Laukha M, Putri Rosyidatur Rahma, Wildan Ari Syahbana, Zulfalaila Ramadani1
1 universitas islam negeri sunan ampel surabaya
Abstrak
Abstract
1
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
1
2
penggunaan bahasa jawa yang sudah jarang di lingkungan pendidikan juga seharusnya
digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. ditanamkan dilingkungan keluarga karena
Etika budaya jawa merupakan salah satu nilai pendidikan pertama seorang anak adalah dari
moral yang disampaikan menggunakan bahasa keluarganya. Apabila didalam keluarga ini
jawa (Nur Samsiyah, 2013). menerapkan etika jawa maka secara tidak
Dalam sepuluh tahun terakhir, riset langsung anak tersebut akan menerapkannya
terkait peran etika budaya jawa dalam (Muhammad Idrus, 2012:128).
membangun karakter anak usia dini yang ditulis Walaupun riset terkait etika jawa dalam
oleh Quin Atriani Vesiano menyatakan bahwa membangun karakter anak usia dini sudah ada
karakter mengalami krisis sehingga perlu adanya yang mengkaji, bukan berarti masalah tersebut
pembangunan karakter. Pendidikan karakter ini terselesaikan. namun hal ini perlu adanya
lebih baik diberikan pada anak usia dini. Hal pembaharuan dalam penelitian tersebut.
tersebut dilakukan karena pada usia dini Dikarenakan sampai saat ini masih banyak
merupakan masa golden age yang mana tepat masyarakat yang sudah tidak lagi menggunakan
dilakukan pondasi pada seorang anak. Dari etika jawa dalam bermasyarakat misalnya
penelitian tersebut diperoleh hasil bahwasanya berperilaku terhadap orang yang lebih tua. Hal
peran etika budaya jawa (unggah-ungguh) dalam itu sangat berdampak negatif bagi generasi-
pembangunan karakter anak usia dini sangat generasi selanjutnya dan berdampak bagi
berpengaruh dalam pembangunan etika seorang kesopoan seseorang.
anak. Di era saat ini masih banyak dijumpai
Dalam riset lain yang berjudul Unggah anak-anak usia dini yang masih belum mengenal
Ungguh dalam etika jawa yang dituliskan oleh etika jawa. Tak hanya anak usia dini namun
Sri Handayani menyatakan bahwa sebagai orang banyak juga anak-anak remaja maupun orang
jawa tentunya kita harus melaksanakan etika dewasa yang belum tau terkait etika jawa.
jawa baik itu perilaku maupun tutur katanya. Maka dari itu perlu adanya pembiasaan
Apalagi orang jawa sendiri memiliki tujuan ataupun pembelajaran etika pada anak usia dini
hidup yaitu manunggaling kawula gusti. Untuk yang dikemas secara simple dan mudah
mencapai hal itu orang jawa harus mampu dipahami. Pembiasaan beretika pada anak usia
memiliki unggah ungguh dalam etika jawa baik dini misalkan disekolah nantinya akan
itu perilaku maupun tutur kata (Sri Handayani, berdampak pada karakter anak tersebut. Anak
2009). Dari hasil riset diatas tentunya sebagai diajarkan untuk berbicara yang sopan kepada
orang jawa kita harus memahami etika jawa dan orang yang lebih tua, bagaimana menghormati
menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. orang tua, dan cara berperilaku terhadap orang
Oleh karena itu etika jawa harus ditanamkan tua. Selain itu juga dapat melestarikan budaya
sejak usia dini agar ketika dewasa sudah terbiasa jawa yaitu memiliki jiwa lemah lembut, sopan
menerapkannya. santun dan menghormati orang tua.
Selain itu, pada riset yang lainnya Bagaimanapun penelitian ini penting
menyatakan bahwa etika jawa selain ditanamkan untuk dikaji lebih dalam, karena akan bisa
3
dirasakan dampak negatif yang timbul dari bertindak atau berperilaku dengan
kurangnya pemahaman etika jawa baik dalam
mendefinisikan nilai-nilai benar dan
kalangan dewasa maupun anak-anak. Bukti dari
salah. Salam mengklaim bahwa etika
dampak negatif tersebut adalah masih banyaknya
tawuran dan aksi demo yang dilakukan,
adalah ilmu yang mendalami masalah
kurangnya sopan santun kepada orang tua baik perilaku manusia dan mengkaji mana
dari tutur kata dan perilakunya. Hal tersebut perbuatan atau perilaku yang dapat
disebabkan karena kurangnya pemahaman dan dikategorikan baik dan mana yang buruk
pembiasaan etika jawa dalam bermasyarakat
(dalam Nur Samsiyah, 2013). Ada
sejak usia dini. Hal ini mengakibatkan lunturnya
etika jawa dari masa ke masa.
beberapa masalah etika di zaman modern
Oleh karena itu, untuk mengembangkan ini. Beberapa peradaban modern sering
karakter anak usia dini perlu adanya peran etika mengabaikan etika demi memenuhi
jawa dalam proses belajarnya. Karena tuntutan setiap orang, terlepas dari cara
pembelajaran etika jawa yang membosankan
pemenuhannya, bahkan ketika hal itu
guru harus lebih kratif dalam mengajarkan etika
jawa misalnya dengan paribahasa parikan dan
dapat membahayakan orang lain,
lainnya. lingkungan, dan bahkan diri mereka
METODE PENELITIAN sendiri. maka dari itu memberikan
Metode penelitian yang digunakan dalam pemahaman terkait bagaimana
penelitian ini yaitu menggunakan metode pentingnya etika dalam menjalani hidup
kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif khususnya kepada masyarakat modern
subjek penelitian ini merupakan anak usia dini
pada momen ini sangat diperlukan.
atau siswa paud. Adapun teknik pengambilan
data yang digunakan adalah study literatur.
Asal usul etika berasal dari kata
Pengumpulan data dilakukan dengan mencari
beberapa referensi terkait tema peran etika dalam
latin yang merupakan: Ethis (us), yang
pengembangan karakter anak usia dini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Etika Jawa
Hidup tanpa etika adalah seperti hidup dalam bahasa yunani diartikan sebagai a
tanpa aturan agar menjadi orang yang body of moral principles or values,
baik atau seutuhnya. Etika adalah sesuatu anggota dari prinsip moral atau nilai (Nur
situasi dengan tepat. Menurut Nur ketitik ala ketoro (wong becik lan wong
Samsiyah (2013), orang Jawa percaya ala bakal ketarabedane, perbedaan akan
bahwa orang yang unggah ungguh adalah terlihat jelas bagi orang baik dan orang
orang yang berkepribadian baik dan jahat. Selanjutnya ada Jer Basuki mawa
bagus. Penggunaan bahasa Jawa dalam beya (kabeh gegayuhan mbituhake
budaya Jawa juga diatur dalam unggah wragad). Siapapun yang ingin sukses
ungguh basa jawa. Bahasa Jawa dibagi pasti selalu menuntut biaya untuk
menjadi dua kelompok yaitu krama, yang pencapaiannya.
meliputi krama alus dan krama lugu, dan
Sekolah dan lembaga pendidikan
ngoko, yang meliputi ngoko alus dan
memiliki peran yang signifikan dan
ngoko lugu. Ngoko digunakan oleh
strategis dalam membantu anak
mereka yang usia, kedudukan, dan
mengembangkan karakter yang baik.
derajatnya sama atau lebih rendah,
Perkembangan anak saat ini terjadi
sedangkan basa krama digunakan ketika
dengan cepat, sehingga perlu didorong
berbicara dengan orang lain yang lebih
untuk tumbuh sebaik mungkin karena
tua, lebih tinggi derajatnya, dan
akan berdampak pada masa depan. Oleh
berkedudukan.
karena itu, pendidik harus menggunakan
Nasihat yang ditulis dengan kata- teknik orisinal dan kreatif untuk
kata indah seperti mutiara inilah yang mengembangkan karakter anak agar
disebut Paribasan, bebasan, Saloka, dan tumbuh menjadi pribadi yang bermoral
Purwakanthi. Kalimat dari Purwakanthi, tinggi. Budaya Jawa sebagai sumber
Pembebasan, Parabasan, dan Saloka pendidikan karakter tidak perlu
meliputi: Adigang, Adigung, dan dipertanyakan karena sangat menekankan
Adiguna (wong song ngendelake pada prinsip-prinsip pendidikan yang
kakuwatane, kaluhurane, dan membentuk pendidikan karakter. Nilai-
kapinterane). Menggunakan kekuatan, nilai budaya Jawa yang meliputi norma-
keberuntungan, dan kepintaran sebagai norma, kepercayaan, kebiasaan, gagasan,
pembenaran atas kesombongan adalah dan simbol-simbol yang ada dan
arti dari pernyataan ini. Karena
berpotensi menciptakan hubungan yang
tegang, sikap ini harus dihindari. Becik
6
kewajiban dalam mencari sebuah dalam falsafah Jawa. Dua kutipan ini
penghidupan (memenuhi kebutuhan menawarkan tuntunan batin untuk selalu
hidup sehari-hari). Mereka akan terus berhati-hati dalam menjalankan dasar-
menginspirasi anak-anak mereka dengan dasar kehidupan. Fokus filsafat Jawa
mengajari mereka pelajaran moral dan adalah pada hubungan antarpribadi dunia
menggunakan perumpamaan sebagai nyata. Kebutuhan untuk menghindari
tuladha (contoh). Ana dina ana upa, konflik, menjunjung tinggi kerukunan,
artinya ada hari pasti ada rezeki; aja dan menghormati pandangan masing-
sangga uang; "jangan berpangku tangan"; masing pihak dengan bertindak secara
dan Obah-mamah, lebih lengkapnya tepat adalah kewajiban sosial dasar
dalam petuah Sing Sopo Gelem Obah filosofi Jawa.
akan Mamah, yang artinya siapa yang
Filosofi Jawa tidak setuju jika
mau berusaha (bekerja) pasti makan,
seseorang hanya mengejar kepentingan
itulah beberapa kata bijak yang sering
dan kesenangannya sendiri. Cara berpikir
diucapkan orang tua kepada anaknya
seperti itu akan membentuk orang Jawa
untuk menyemangati anaknya agar mau
menjadi orang yang berbudaya. Menjadi
bekerja. Sepotong kebijaksanaan ini
berbudaya memerlukan pemahaman
memiliki pesan yang mendalam. Obah
hierarki sosial dan bagaimana berperilaku
memiliki arti bergerak, menunjukkan
secara beradab. Prinsip-prinsip filosofis
bahwasanya kita harus bekerja untuk
Jawa ini mewujudkan karakter yang
mendapatkan rezeki.
terhormat. Manusia secara kodrati
Cara hidup orang Jawa berbeda mampu membedakan antara perbuatan
dengan cara hidup yang dipraktikkan baik dan jahat, maka tugas Piwulang
dalam budaya Barat. Berbeda dengan Kautaman adalah upaya pendidikan
Jawa, di mana filsafat hidup merupakan untuk mengasah kemampuan tersebut
pendekatan untuk mencapai dan membatasi manusia untuk terus-
kesempurnaan, filsafat barat dikaitkan menerus memilih perbuatan baik dan
dengan mempelajari ilmu pengetahuan benar serta menghindari kesalahan dan
itu sendiri. Untuk memperoleh eksistensi keburukan. Tetapi memilih yang benar
yang ideal, sangkan paraning dumadi dan dan baik saja tidak akan membantu setiap
manunggaling kawula-gusti ditekankan
8
orang masuk ke dalam masyarakat atau bukanlah suatu hal yang gampang
ke dalam cara hidup suatu kelompok. khususnya untuk anak.4
Pembangunan Karakter Pada Anak
Oleh karena itu, pengenalan budi
luhur dan budi asor, di mana pilihan Harus ada upaya yang dilakukan
manusia bisa diterima oleh kaum untuk memerangi krisis yang banyak
bangsawan, juga diajarkan dalam ditemui oleh anak-anak zaman sekarang.
piwulang kautaman. Setiap orang begitu Perkelahian antar pelajar yang sering
terdorong untuk selalu menjalani terjadi, protes yang mengakibatkan
kehidupan sosial yang cermat, baik, dan kekerasan fisik, kejahatan seksual, tata
pener (tepat,pas). Dengan bahasa dan tata krama yang buruk dalam
menerjemahkan arti kalimat sesanti atau situasi sosial, lebih memilih barang
unen-unen tersebut, seseorang tidak impor daripada barang domestik, kasus
dapat sepenuhnya memahami konsep penggunaan narkoba, balap motor atau
yang mendasari pernyataan sesanti atau mobil ilegal, dan perilaku lainnya yang
unen-unen tersebut. Pelajaran sesanti mengungkapkan karakter anak zaman
yang sebenarnya adalah pengembangan sekarang. Anak yang perkembangannya
karakter setiap orang agar dapat hidup mulai menurun. Orang-orang yang peduli
berdampingan atau bermanfaat dalam dengan akhlak anak-anak di negeri ini
masyarakat. Membangun kehidupan harus peduli akan hal ini. Kekuatan
bersama yang harmonis, tenteram, dan eksternal yang dengan mudahnya
sejahtera adalah tujuan utama. Selalu membiarkan budaya asing masuk ke
mengoperasionalkan sensasi pangrasa Indonesia tanpa membedakan mana yang
saat berinteraksi dengan orang lain baik dan patut diteladani dan mana yang
adalah makna mulat sarira dan tepa slira. tidak baik itulah yang menimbulkan
Murat Sarira dapat diartikan kita harus masalah pada karakter pemuda negeri ini.
sering introspeksi terus-menerus. Ini membuktikan bahwasanya terdapat
Dengan demikian itu dapat melahirkan kegagalan dalam proses membangun
watak tepo sliro, selalu berempati karakter anak di lingkungan manapun.
kepada sesama manusia, memahami
4
Quina Atriani Vesiano “Perang Etika Jawa
nilai yang terdapat dalam etika jawa Dalam Membangun Karakter Ank Usia Dini,”
dalam Seminar Nasional Pendidikan 2015, 2019,
314-20
9
tekanan dari luar, serta bagaimana Pendidikan karakter yang dilakukan sejak
mengekspresikan semua ambisi mereka usia muda dapat menjadi langkah awal
secara tepat dan akurat. 5) Prinsip-prinsip dalam menentukan karakter seseorang
Demokrasi anak diajarkan dalam sudut seiring dengan bertambahnya usia.
pandang ini tentang bagaimana Mulyasa berpendapat dalam bukunya
menghormati orang lain dan memberi Muhammad Fadlillah (2013:44) bahwa
mereka sarana untuk melakukannya pendidikan karakter bagi anak usia dini
tanpa paksaan atau tekanan dari luar, memiliki tujuan yang lebih tinggi
serta bagaimana mengekspresikan semua daripada pendidikan akhlak karena
ambisi mereka secara tepat dan akurat. 6) menyangkut persoalan-persoalan yang
Pentingnya Kesatuan Karakter Siswa bukan sekedar teori, tetapi tentang cara
dapat belajar tentang nilai rasa menanamkan kebiasaan tentang beberapa
kebersamaan dan kesatuan melalui perilaku yang baik dalam kehidupan
pendidikan. Siswa diajari dan dihadapkan sehingga anak mempunyai kesadaran dan
pada nilai menghormati perbedaan satu komitmen untuk mengimplementasikan
sama lain sejak awal. Nilai kemanusiaan, kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.5
7) Siswa diajarkan untuk selalu
Terdapat lima Etika Jawa,
mengutamakan kemanusiaan. Hal ini
meliputi tepa slira (toleransi), rukun
dicapai melalui mengajar siswa
(cinta damai), rumangsa melu
pentingnya empati.
handarbeni, rumangsa wajib
Pendidikan karakter anak hangrungkebi (peduli sosial), mamayu
dianggap penting karena menumbuhkan hayuning bawana (peduli lingkungan),
kreativitas, kemandirian, dan tanggung dan aja dumeh (menghargai prestasi,
jawab anak serta nilai dan karakter jujur , dan rendah hati). Etika Jawa
mereka di usia muda (Muhammad tertanam dalam tatanan masyarakat.
Fadlillah, 2013: 26). Masa kanak-kanak Etika Jawa sudah ada sejak lama dan
awal adalah "masa keemasan" seseorang, berkembang menjadi cara pandang yang
saat mereka paling mampu dan saat
sekolah dapat digunakan untuk 5
Yayuk Hidayah, Yoga Ardian Feriandi, dan
Exwan Andriyan Verry Saputro, “Transformasi
mendorong kecerdasan mereka sehingga kearifan lokal jawa dalam pendidikan karakter
sekolah dasar,” AULADUNA: Jurnal Pendidikan
dapat berkembang secara maksimal.
Dasar Islam 6, no. 1 (2019): 50–61.
11
6
mereka percaya bahwa tujuan hidup
Dini, “Penanaman sikap sopan santun dalam budaya
jawa pada anak usia dini.” adalah untuk membuat sesuatu menjadi
lebih indah. (Khotimah) 2013, Meayu
13
hayuning bawana merujuk pada sebuah bertata krama, Amanah, dan dapat
gagasan tentang hakikat kehidupan dipercaya (Feriandi, 2017)
manusia di dunia. Dengan rasa aman,
Pada intinya, anak-anak adalah
gembira, dan sejahtera, manusia bekerja
orang-orang dengan kepribadian yang
untuk menjadikan dunia lebih indah
sangat berbeda. Unik karena kepribadian
(Lutfillah, Mangoting, Wijaya, &
anak berbeda dari orang dewasa dan dari
Djuharni, 2016). Gagasan melestarikan
setiap anak muda, yang secara konsisten
lingkungan sebagai tempat tinggal untuk
menimbulkan kekaguman dan tawa.
mendorong terciptanya suasana yang
Setiap anak memiliki potensi yang unik,
bersih, nyaman, dan sehat menjadi
sehingga orang tua dan pendidik harus
pelajaran bagi anak dalam ungkapan ini.
menyadari potensi tersebut dan siap
Aja Dumeh, yang rendah hati dan dekat
membantu anak mewujudkannya.
dengan karakter mengakui prestasi,
Pembelajaran yang menggugah potensi
adalah karakter yang selanjutnya. Aja
anak lebih difokuskan pada pembelajaran
Dumeh bisa digunakan untuk
melalui bermain. Ini karena efek
mempelajari setidaknya dua hal. Pertama,
menguntungkan dari aktivitas bermain
dapat dijadikan sebagai falsafah yang
pada anak-anak dengan demikian,
jika dipraktikkan akan memungkinkan
kegiatan bermain dapat membantu anak
kehidupan sosial berjalan lancar dan
mengembangkan karakter yang baik.
teratur. Kedua, frasa ini mungkin
Permainan pilihan juga harus memiliki
merujuk pada prinsip moral atau nilai
tujuan dan manfaat bagi perkembangan
baik dan buruk (Great, 2010). Aja dumeh
karakter anak. Rahmat, 2013 (dalam
mengandung arti rendah hati, tidak
Muhammad Fadlillah 2013:149)
angkuh. Jadi, makna ini mengandung
menjelaskan bahwa melalui bermain,
karakter yang menghargai prestasi.
anak belajar bagaimana mempergunakan
Bahkan, ungkapan "aja dumeh" bisa
alat-alat, bagaimana cara
menjadi sumber prinsip-prinsip moral
mengembangkan kecakapan, bagaimana
kewarganegaraan universal, tidak hanya
cara menghindarkan diri dari bahaya
untuk orang Jawa tetapi juga untuk orang
dari ras lain. Hal tersebut karena pada
ungkapan tersebut terdapat kandungan
ajaran agar menjadi manusia yang tetap
14
serta bagaimana cara bekerja sama yang jelas tanpa ancaman hukuman; (3)
dengan anak anak yang lainnya.7 menakut-nakuti anak dengan cerita
tentang nasib buruknya di tangan orang
Generasi muda (anak-anak) hari
atau makhluk halus; (4) jarang
ini harus diajari prinsip-prinsip besar
memberikan hukuman yang
yang pernah dijadikan sebagai karakter
menghilangkan kasih sayang; dan (5)
untuk menentukan bangsa. Dibandingkan
mengajarkan kesopanan dan ketaatan.
dengan kebanyakan orang yang hidup di
Dengan menggunakan pengalihan,
zaman kontemporer (Barat), orang tua
hindari tujuan yang tidak diinginkan atau
Jawa memiliki pola asuh yang berbeda.
abaikan saja. Orang tua menggunakan
Koentjaraningrat mengklaim bahwa pola
paradigma ini dengan mengarahkan
asuh orang Jawa meliputi: (1)
keinginan anak ke arah tertentu. Model
menghukum anak; (2) "menyuap" anak
ini mencoba membentuk karakter anak
dengan menjanjikan hadiah dan makanan
agar tidak selalu percaya bahwa segala
yang baik sebagai imbalan atas janjinya
keinginannya harus segera tercapai.
untuk tidak berperilaku buruk; (3)
Secara tidak langsung, model ini
memenuhi harapan atau permintaan anak;
membentuk kesabaran anak. Tujuan
atau meminta anak untuk melakukan
model pengasuh adalah untuk
perbuatan yang dilarang (dipunlulu)
mendorong dialog antara orang tua dan
dengan motif sebagai anti perangsang;
anak dengan memberikan instruksi yang
(4) mengucilkan anak dengan tidak
jelas tanpa menunjukkan emosi atau
mengajaknya bermain dan bercakap-
hukuman yang mengancam. Ketika ada
cakap (dipunsatru; dipunjothak). Geertz
banyak keadaan yang dapat
berpendapat bahwa orang tua Jawa
menyebabkan hubungan antara orang tua
menggunakan lima strategi pengasuhan
dan anak menjadi tidak memuaskan,
yang berbeda untuk membentuk
komunikasi merupakan prosedur yang
kepribadian anak-anak mereka: (1)
sangat penting, model ini menunjukkan
menghindari tujuan yang tidak
bahwa perlu menjali silaturahmi sebagai
diinginkan; (2) memberikan instruksi
sebuah karakter pada individu jawa.
Model pengasuhan dengan menakut-
7
Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu nakuti anak melalui ancaman akibatnya
Khorida, “Pendidikan karakter anak usia dini,”
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media 25 (2013). akan mengerikan di tangan orang lain
15
animasi ini menganut prinsip filosofi menjadi orang yang berpegang teguh
Jawa yang menekankan kejujuran, kasih pada etika dan budaya jawa.
sayang, kemandirian, tanggung jawab,
SIMPULAN
kerja keras, kesederhanaan, keberanian,
dan keadilan. Terdapat kata-kata bijak Hidup tanpa etika seperti hidup
yang berkaitan dengan tema cerita di tanpa aturan agar menjadi orang yang
akhir masing-masing cerita. Hal ini baik atau seutuhnya. Etika adalah
pembangunan karakter anak melalui etika perilaku manusia dan mengkaji mana
jawa, baik itu dari yang bersifat perbuatan atau perilaku yang dapat
Fadllillah Muhammad & Mualiafatu Lilif (2013) Penelitian dan PPM untuk Mewujudkan Insan
“Pendidikan karakter anak usia dini, Unggul, Yogyakarta.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 25 (Jika online, tambahkan alamat website-nya)
Ichsan Shofiyuddin A & Samsudin S. (2019),
PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER Artikel Prosiding
ANAK DALAM STRUKTUR SOSIAL Retnowati, E. (2012, 24-27 November). Learning
KELUARGA DESA DI YOGYAKARYA, mathematics collaboratively or individually.
Jurnal Basicedu 3, no (2019): 514-23 Paper presented at the The 2nd International
Nuryantiningsih Farida & Pandanwangi Dyah W. Conference of STEM in Education, Beijing
(2017). Animasi kartun falsafah jawa sebagai Normal University, China. Retrieved from
Pendidikan karakter bagi anak usia dini, http://stem2012.bnu.edu.cn/data/short
Rekam: Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi 13 %20paper/stem2012_88.pdf.
no. 1: 21-28
Disertasi/Tesis
Lestari, S. N. D. (2014). Analisis faktor-faktor yang
Book section mempengaruhi kinerja pengelolaan keuangan
Sahlberg, P. (2012). The most wanted: Teachers and PTN: Studi kasus di UGM (Tesis, UGM).
teacher education in Finland. In L. Darling-
Hammond & A. Lieberman (Eds.), Teacher Dokumen buku pedoman/ laporan institusi/
education around the world: changing pemerintah/ organisasi
policies and practices. London: Routledge. NCTM. (2000). Principles and standards for school
mathematics. Reston, VA: Author.
Buku satu pengarang
Brown, D. H. (2001). Teaching by principles: An Dokumen hukum perundangan
interactive approach to language pedagogy. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
San Francisco: Addison Wesley Longman, Isi.
Inc. Permendiknas 2009 No. 22, Kompetensi Dasar
Winch, C. (2006). Graduate attributes and changing Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
conceptions of learning. Dalam Hager, P. & Sekolah Dasar Kelas I-VI.
Holland, S., Graduate attributes, learning and
employability, (pp.67-90). Dordrecht: Hukum perundangan di LN
Springer. Child Protection Act 1999 (Qld), s.5