Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS PERAN ETIKA JAWA DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK

USIA DINI
Dewi Laukha M, Putri Rosyidatur Rahma, Wildan Ari Syahbana, Zulfalaila Ramadani1
1 universitas islam negeri sunan ampel surabaya

Abstrak

Kata kunci: Etika Jawa, Karakter, Anak usia dini

Abstract

Keywords: Javanese ethics, character, early childhood

PENDAHULUAN etika budaya yang cukup kental. Begitupun


dengan suku jawa tentunya memiliki etika jawa
Sesuai riset yang telah dilakukan
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
bahwa Indonesia merupakan negara dengan 40%
Seiring dengan berkembangnya zaman etika
bersuku jawa. Setiap suku tentunya memiliki
jawa mulai luntur. Hal ini ditandai dengan

1
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

1
2

penggunaan bahasa jawa yang sudah jarang di lingkungan pendidikan juga seharusnya
digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. ditanamkan dilingkungan keluarga karena
Etika budaya jawa merupakan salah satu nilai pendidikan pertama seorang anak adalah dari
moral yang disampaikan menggunakan bahasa keluarganya. Apabila didalam keluarga ini
jawa (Nur Samsiyah, 2013). menerapkan etika jawa maka secara tidak
Dalam sepuluh tahun terakhir, riset langsung anak tersebut akan menerapkannya
terkait peran etika budaya jawa dalam (Muhammad Idrus, 2012:128).
membangun karakter anak usia dini yang ditulis Walaupun riset terkait etika jawa dalam
oleh Quin Atriani Vesiano menyatakan bahwa membangun karakter anak usia dini sudah ada
karakter mengalami krisis sehingga perlu adanya yang mengkaji, bukan berarti masalah tersebut
pembangunan karakter. Pendidikan karakter ini terselesaikan. namun hal ini perlu adanya
lebih baik diberikan pada anak usia dini. Hal pembaharuan dalam penelitian tersebut.
tersebut dilakukan karena pada usia dini Dikarenakan sampai saat ini masih banyak
merupakan masa golden age yang mana tepat masyarakat yang sudah tidak lagi menggunakan
dilakukan pondasi pada seorang anak. Dari etika jawa dalam bermasyarakat misalnya
penelitian tersebut diperoleh hasil bahwasanya berperilaku terhadap orang yang lebih tua. Hal
peran etika budaya jawa (unggah-ungguh) dalam itu sangat berdampak negatif bagi generasi-
pembangunan karakter anak usia dini sangat generasi selanjutnya dan berdampak bagi
berpengaruh dalam pembangunan etika seorang kesopoan seseorang.
anak. Di era saat ini masih banyak dijumpai
Dalam riset lain yang berjudul Unggah anak-anak usia dini yang masih belum mengenal
Ungguh dalam etika jawa yang dituliskan oleh etika jawa. Tak hanya anak usia dini namun
Sri Handayani menyatakan bahwa sebagai orang banyak juga anak-anak remaja maupun orang
jawa tentunya kita harus melaksanakan etika dewasa yang belum tau terkait etika jawa.
jawa baik itu perilaku maupun tutur katanya. Maka dari itu perlu adanya pembiasaan
Apalagi orang jawa sendiri memiliki tujuan ataupun pembelajaran etika pada anak usia dini
hidup yaitu manunggaling kawula gusti. Untuk yang dikemas secara simple dan mudah
mencapai hal itu orang jawa harus mampu dipahami. Pembiasaan beretika pada anak usia
memiliki unggah ungguh dalam etika jawa baik dini misalkan disekolah nantinya akan
itu perilaku maupun tutur kata (Sri Handayani, berdampak pada karakter anak tersebut. Anak
2009). Dari hasil riset diatas tentunya sebagai diajarkan untuk berbicara yang sopan kepada
orang jawa kita harus memahami etika jawa dan orang yang lebih tua, bagaimana menghormati
menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. orang tua, dan cara berperilaku terhadap orang
Oleh karena itu etika jawa harus ditanamkan tua. Selain itu juga dapat melestarikan budaya
sejak usia dini agar ketika dewasa sudah terbiasa jawa yaitu memiliki jiwa lemah lembut, sopan
menerapkannya. santun dan menghormati orang tua.
Selain itu, pada riset yang lainnya Bagaimanapun penelitian ini penting
menyatakan bahwa etika jawa selain ditanamkan untuk dikaji lebih dalam, karena akan bisa
3

dirasakan dampak negatif yang timbul dari bertindak atau berperilaku dengan
kurangnya pemahaman etika jawa baik dalam
mendefinisikan nilai-nilai benar dan
kalangan dewasa maupun anak-anak. Bukti dari
salah. Salam mengklaim bahwa etika
dampak negatif tersebut adalah masih banyaknya
tawuran dan aksi demo yang dilakukan,
adalah ilmu yang mendalami masalah
kurangnya sopan santun kepada orang tua baik perilaku manusia dan mengkaji mana
dari tutur kata dan perilakunya. Hal tersebut perbuatan atau perilaku yang dapat
disebabkan karena kurangnya pemahaman dan dikategorikan baik dan mana yang buruk
pembiasaan etika jawa dalam bermasyarakat
(dalam Nur Samsiyah, 2013). Ada
sejak usia dini. Hal ini mengakibatkan lunturnya
etika jawa dari masa ke masa.
beberapa masalah etika di zaman modern
Oleh karena itu, untuk mengembangkan ini. Beberapa peradaban modern sering
karakter anak usia dini perlu adanya peran etika mengabaikan etika demi memenuhi
jawa dalam proses belajarnya. Karena tuntutan setiap orang, terlepas dari cara
pembelajaran etika jawa yang membosankan
pemenuhannya, bahkan ketika hal itu
guru harus lebih kratif dalam mengajarkan etika
jawa misalnya dengan paribahasa parikan dan
dapat membahayakan orang lain,
lainnya. lingkungan, dan bahkan diri mereka
METODE PENELITIAN sendiri. maka dari itu memberikan
Metode penelitian yang digunakan dalam pemahaman terkait bagaimana
penelitian ini yaitu menggunakan metode pentingnya etika dalam menjalani hidup
kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif khususnya kepada masyarakat modern
subjek penelitian ini merupakan anak usia dini
pada momen ini sangat diperlukan.
atau siswa paud. Adapun teknik pengambilan
data yang digunakan adalah study literatur.
Asal usul etika berasal dari kata
Pengumpulan data dilakukan dengan mencari
beberapa referensi terkait tema peran etika dalam
latin yang merupakan: Ethis (us), yang
pengembangan karakter anak usia dini.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Etika Jawa

Hidup tanpa etika adalah seperti hidup dalam bahasa yunani diartikan sebagai a

tanpa aturan agar menjadi orang yang body of moral principles or values,

baik atau seutuhnya. Etika adalah sesuatu anggota dari prinsip moral atau nilai (Nur

yang sangat dijunjung tinggi karena Samsiyah, 2013). Sebuah subbidang

sering menjadi pedoman bagaimana filsafat yang dikenal sebagai etika


4

membahas prinsip-prinsip moral yang kehidupan masyarakat Jawa pada masa


harus dijunjung tinggi oleh manusia lampau dan diprakarsai oleh mereka yang
untuk menjaga kesadaran dirinya sebagai memiliki kekuasaan atas mereka yang
manusia (Agus Sutono, 2013). Etika berada pada posisi lebih rendah, seperti
adalah praktik menjalani kehidupan yang orang tua terhadap anak-anaknya. Poin
telah dimodifikasi berdasarkan penting dari etika jawa adalah hidup
pengalaman sebelumnya untuk mencapai rukun dan prinsip hormat. Prinsip rukut
tujuan hidup seseorang. Karena etika memiliki tujuan agar dapat menguatkan
tidak universal, mereka bervariasi masyarakat sehingga dapat hidup
tergantung pada budaya dan keadaan. Ini harmonis. Sedangkan prinsip hormat
karena setiap orang memiliki cara bertujuan agar setiap manusia seharusnya
pandang, pemahaman, dan tujuan hidup pada saat berbicara dan membawa diri ia
yang unik. Tujuan penerapan etika adalah harus selalu menerapkan sikap hormat
untuk menetapkan perbedaan yang jelas kepada orang lain sesuai dengan derajat
antara nilai baik dan buruk suatu dan kedudukannya (Agus Sutono, 2013).2
tindakan berdasarkan standar yang
Tradisi etika di Jawa, seperti
berlaku dalam budaya atau lingkungan
unggah-ungguh basa, paribasan, bebasan,
tertentu.
saloka, dan purwakanthi, itu ada dalam
Dengan dua cara yang berbeda, kaitannya dengan pendidikan. Unggah-
bahasa Jawa digunakan dalam budaya ungguh adalah konvensi perilaku sosial
Jawa untuk menyampaikan penerapan di Jawa. Sesuai dengan kedudukan, usia,
etika. Kedua cara tersebut yaitu pertama dan derajat seseorang, unggah ungguh
melalui pituduh (teguran, anjuran), yang dalam bersosialisasi mengatur tata cara
berisi nasehat berupa anjuran, dan kedua berbicara dan bertindak. Jika seseorang
melalui pepali (wewaler), yang artinya menggunakan unggah-unggah, ia dapat
larangan (Nur Samsiyah, 2013). membangun interaksi positif dengan
Tujuannya adalah agar seseorang dapat orang lain dan hubungan yang harmonis
hidup dalam kondisi slamet (aman) dan akan dihasilkan dari kemampuannya
merasa tenteram berkat himbauan dan untuk menempatkan diri sesuai dengan
pantangan tersebut. Praktik etika budaya
2
Agus Sutono, “Etika Jawa Sebagai ‘Global Ethic’
Jawa selalu mendarah daging dalam
Baru,” 2015.
5

situasi dengan tepat. Menurut Nur ketitik ala ketoro (wong becik lan wong
Samsiyah (2013), orang Jawa percaya ala bakal ketarabedane, perbedaan akan
bahwa orang yang unggah ungguh adalah terlihat jelas bagi orang baik dan orang
orang yang berkepribadian baik dan jahat. Selanjutnya ada Jer Basuki mawa
bagus. Penggunaan bahasa Jawa dalam beya (kabeh gegayuhan mbituhake
budaya Jawa juga diatur dalam unggah wragad). Siapapun yang ingin sukses
ungguh basa jawa. Bahasa Jawa dibagi pasti selalu menuntut biaya untuk
menjadi dua kelompok yaitu krama, yang pencapaiannya.
meliputi krama alus dan krama lugu, dan
Sekolah dan lembaga pendidikan
ngoko, yang meliputi ngoko alus dan
memiliki peran yang signifikan dan
ngoko lugu. Ngoko digunakan oleh
strategis dalam membantu anak
mereka yang usia, kedudukan, dan
mengembangkan karakter yang baik.
derajatnya sama atau lebih rendah,
Perkembangan anak saat ini terjadi
sedangkan basa krama digunakan ketika
dengan cepat, sehingga perlu didorong
berbicara dengan orang lain yang lebih
untuk tumbuh sebaik mungkin karena
tua, lebih tinggi derajatnya, dan
akan berdampak pada masa depan. Oleh
berkedudukan.
karena itu, pendidik harus menggunakan
Nasihat yang ditulis dengan kata- teknik orisinal dan kreatif untuk
kata indah seperti mutiara inilah yang mengembangkan karakter anak agar
disebut Paribasan, bebasan, Saloka, dan tumbuh menjadi pribadi yang bermoral
Purwakanthi. Kalimat dari Purwakanthi, tinggi. Budaya Jawa sebagai sumber
Pembebasan, Parabasan, dan Saloka pendidikan karakter tidak perlu
meliputi: Adigang, Adigung, dan dipertanyakan karena sangat menekankan
Adiguna (wong song ngendelake pada prinsip-prinsip pendidikan yang
kakuwatane, kaluhurane, dan membentuk pendidikan karakter. Nilai-
kapinterane). Menggunakan kekuatan, nilai budaya Jawa yang meliputi norma-
keberuntungan, dan kepintaran sebagai norma, kepercayaan, kebiasaan, gagasan,
pembenaran atas kesombongan adalah dan simbol-simbol yang ada dan
arti dari pernyataan ini. Karena
berpotensi menciptakan hubungan yang
tegang, sikap ini harus dihindari. Becik
6

berkembang dalam masyarakat Jawa hidup adalah petunjuk pengetahuan,


sudah dikenal luas.3 kebijaksanaan, dan ilmu seni hidup. Cara
berpikir yang mereka anut mencegah
Salah satu pilar pendidikan
seseorang tersesat atau terseret oleh
karakter bangsa dapat berupa
nafsu, bahaya, kegagalan, dan
pembangunan karakter yang bersumber
keputusasaan. Akibatnya, seseorang yang
dari etika Jawa. Cara hidup yang disebut
menjunjung tinggi standar moral menjadi
juga sebagai falsafah hidup dalam
bukti kemampuan seseorang. Fokus
budaya Jawa menyatukan pemikiran
utama filsafat Jawa adalah hubungan
orang Jawa sepanjang perjalanan hidup.
antarpribadi di dunia nyata.
Bagi orang Jawa, falsafah hidup adalah
petunjuk pengetahuan, kebijaksanaan, Etika jawa tidak setuju jika
dan ilmu seni hidup. Cara hidup yang seseorang hanya mengejar kepentingan
mereka anut membantu seseorang dalam dan kesenangannya sendiri. Anak-anak
menghindari tersesat, terseret oleh nafsu, memiliki tempat khusus di hati keluarga
sakit hati, kegagalan, dan keputusasaan. Jawa. Seperti dalam falsafah jawa
Inti dari cara hidup orang Jawa itulah bahwasanya anak itu gegantelaning ati,
yang mendefinisikan seseorang sebagai atau anak itu tempat bergelantungnya
"Orang Jawa" sepanjang hidupnya. hati. Ada juga falsafah jawa yang
berbunyi Mendhem jero mikul dhuwur,
Dengan demikian, identitas Jawa
anak molah bapak kepradhah, artinya
ini merupakan hasil akhir dari proses
menimbun yang dalam dan memikul
berlarut-larut yang melibatkan seleksi
yang tinggi, anak yang berbuat bapak
kualitatif, seperti becik ketitikk ala
yang bertanggung jawab. Menurut teori
katara, yang dikaitkan dengan nilai-nilai
ini, orang tua harus menanamkan nilai-
kehidupan. Ada pelajaran tentang
nilai luhur pada anak-anaknya sejak dini,
kebajikan hidup yang dikenal dalam
seperti menghargai orang lain, kejujuran,
bahasa Jawa sebagai piwulang (wewarah)
keadilan, dan kerja sama, agar mereka
kautaman, dalam falsafah ajaran hidup
tumbuh menjadi anggota masyarakat
orang Jawa. Bagi orang Jawa, falsafah
yang baik dan sopanPesan pesan moral
3
JPAU Dini, “Penanaman sikap sopan santun
dalam budaya jawa pada anak usia dini,” Jurnal yang ditanamkan orang tua untuk
Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 5, no. 2
anaknya tersebut terkait juga dengan
(2021): 2059–70.
7

kewajiban dalam mencari sebuah dalam falsafah Jawa. Dua kutipan ini
penghidupan (memenuhi kebutuhan menawarkan tuntunan batin untuk selalu
hidup sehari-hari). Mereka akan terus berhati-hati dalam menjalankan dasar-
menginspirasi anak-anak mereka dengan dasar kehidupan. Fokus filsafat Jawa
mengajari mereka pelajaran moral dan adalah pada hubungan antarpribadi dunia
menggunakan perumpamaan sebagai nyata. Kebutuhan untuk menghindari
tuladha (contoh). Ana dina ana upa, konflik, menjunjung tinggi kerukunan,
artinya ada hari pasti ada rezeki; aja dan menghormati pandangan masing-
sangga uang; "jangan berpangku tangan"; masing pihak dengan bertindak secara
dan Obah-mamah, lebih lengkapnya tepat adalah kewajiban sosial dasar
dalam petuah Sing Sopo Gelem Obah filosofi Jawa.
akan Mamah, yang artinya siapa yang
Filosofi Jawa tidak setuju jika
mau berusaha (bekerja) pasti makan,
seseorang hanya mengejar kepentingan
itulah beberapa kata bijak yang sering
dan kesenangannya sendiri. Cara berpikir
diucapkan orang tua kepada anaknya
seperti itu akan membentuk orang Jawa
untuk menyemangati anaknya agar mau
menjadi orang yang berbudaya. Menjadi
bekerja. Sepotong kebijaksanaan ini
berbudaya memerlukan pemahaman
memiliki pesan yang mendalam. Obah
hierarki sosial dan bagaimana berperilaku
memiliki arti bergerak, menunjukkan
secara beradab. Prinsip-prinsip filosofis
bahwasanya kita harus bekerja untuk
Jawa ini mewujudkan karakter yang
mendapatkan rezeki.
terhormat. Manusia secara kodrati
Cara hidup orang Jawa berbeda mampu membedakan antara perbuatan
dengan cara hidup yang dipraktikkan baik dan jahat, maka tugas Piwulang
dalam budaya Barat. Berbeda dengan Kautaman adalah upaya pendidikan
Jawa, di mana filsafat hidup merupakan untuk mengasah kemampuan tersebut
pendekatan untuk mencapai dan membatasi manusia untuk terus-
kesempurnaan, filsafat barat dikaitkan menerus memilih perbuatan baik dan
dengan mempelajari ilmu pengetahuan benar serta menghindari kesalahan dan
itu sendiri. Untuk memperoleh eksistensi keburukan. Tetapi memilih yang benar
yang ideal, sangkan paraning dumadi dan dan baik saja tidak akan membantu setiap
manunggaling kawula-gusti ditekankan
8

orang masuk ke dalam masyarakat atau bukanlah suatu hal yang gampang
ke dalam cara hidup suatu kelompok. khususnya untuk anak.4
Pembangunan Karakter Pada Anak
Oleh karena itu, pengenalan budi
luhur dan budi asor, di mana pilihan Harus ada upaya yang dilakukan
manusia bisa diterima oleh kaum untuk memerangi krisis yang banyak
bangsawan, juga diajarkan dalam ditemui oleh anak-anak zaman sekarang.
piwulang kautaman. Setiap orang begitu Perkelahian antar pelajar yang sering
terdorong untuk selalu menjalani terjadi, protes yang mengakibatkan
kehidupan sosial yang cermat, baik, dan kekerasan fisik, kejahatan seksual, tata
pener (tepat,pas). Dengan bahasa dan tata krama yang buruk dalam
menerjemahkan arti kalimat sesanti atau situasi sosial, lebih memilih barang
unen-unen tersebut, seseorang tidak impor daripada barang domestik, kasus
dapat sepenuhnya memahami konsep penggunaan narkoba, balap motor atau
yang mendasari pernyataan sesanti atau mobil ilegal, dan perilaku lainnya yang
unen-unen tersebut. Pelajaran sesanti mengungkapkan karakter anak zaman
yang sebenarnya adalah pengembangan sekarang. Anak yang perkembangannya
karakter setiap orang agar dapat hidup mulai menurun. Orang-orang yang peduli
berdampingan atau bermanfaat dalam dengan akhlak anak-anak di negeri ini
masyarakat. Membangun kehidupan harus peduli akan hal ini. Kekuatan
bersama yang harmonis, tenteram, dan eksternal yang dengan mudahnya
sejahtera adalah tujuan utama. Selalu membiarkan budaya asing masuk ke
mengoperasionalkan sensasi pangrasa Indonesia tanpa membedakan mana yang
saat berinteraksi dengan orang lain baik dan patut diteladani dan mana yang
adalah makna mulat sarira dan tepa slira. tidak baik itulah yang menimbulkan
Murat Sarira dapat diartikan kita harus masalah pada karakter pemuda negeri ini.
sering introspeksi terus-menerus. Ini membuktikan bahwasanya terdapat
Dengan demikian itu dapat melahirkan kegagalan dalam proses membangun
watak tepo sliro, selalu berempati karakter anak di lingkungan manapun.
kepada sesama manusia, memahami
4
Quina Atriani Vesiano “Perang Etika Jawa
nilai yang terdapat dalam etika jawa Dalam Membangun Karakter Ank Usia Dini,”
dalam Seminar Nasional Pendidikan 2015, 2019,
314-20
9

Pembangunan karakter menurut (Muhammad Fadlillah, 2013: 35–39). 1)


Mulyasa (dalam Muhammad Fadlilah, Pentingnya keutamaan Jika seseorang
2013:23) adalah suatu sistem yang hidup, bertindak sebagaimana mestinya,
menanamkan nilai-nilai karakter kepada dan membawa kebaikan bagi diri sendiri
anak dan terdiri dari unsur-unsur seperti dan orang lain, mereka dikatakan
kesadaran yang tinggi, pemahaman, memiliki kebajikan. 2) Menghargai
kepedulian, dan komitmen untuk keindahan Hakikat pendidikan ini akan
mengamalkan nilai-nilai tersebut, baik berdampak pada kemampuan peserta
terhadap Allah Tuhan Yang Maha Esa, didik untuk mengembangkan nilai-nilai
diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, estetis dimanapun berada dan tidak hanya
serta masyarakat dan bangsa secara menciptakan karya seni tetapi juga
keseluruhan, agar menjadi manusia yang mengembangkan interioritas pribadi
ideal sesuai dengan kodratnya. Menurut manusia sebagai individu yang matang
Darma Kesuma (dalam Muhammad secara spiritual. 3) Etos Kerja Dalam
Fadlillah, 2013: 25), tujuan upaya mendidik anak untuk selalu
pembangunan karakter khususnya di bekerja keras dan tidak bergantung pada
lingkungan sekolah adalah untuk orang lain, Menciptakan anak-anak
memperkuat dan mengembangkan nilai- pekerja yang berdedikasi dan tidak
nilai kehidupan yang penting dan mengenal putus asa adalah salah satu
diperlukan agar menjadi kepribadian atau tujuan pendidikan karakter. 4)
milik anak yang khas sebagaimana nilai- Pentingnya cinta patriotik. Tujuan
nilai tersebut. dikembangkan; terapi pendidikan adalah untuk mengajarkan
perilaku bagi anak yang tidak sesuai kepada generasi penerus nilai-nilai cinta
dengan nilai-nilai yang dikembangkan tanah air yang saat ini mulai terabaikan,
sekolah, membangun koneksi yang baik guna menghasilkan warga negara yang
dengan keluarga dan masyarakat sekitar dapat memajukan bangsa dan negara ini
dalam membangun katakter seorang serta memastikannya terus meningkat.
anak. Prinsip-prinsip Demokrasi Siswa
diajarkan dalam sudut pandang ini
Doni Koesoema menegaskan
tentang bagaimana menghormati orang
bahwa berikut adalah prinsip-prinsip
lain dan memberi mereka sarana untuk
pendidikan karakter di Indonesia
melakukannya tanpa paksaan atau
10

tekanan dari luar, serta bagaimana Pendidikan karakter yang dilakukan sejak
mengekspresikan semua ambisi mereka usia muda dapat menjadi langkah awal
secara tepat dan akurat. 5) Prinsip-prinsip dalam menentukan karakter seseorang
Demokrasi anak diajarkan dalam sudut seiring dengan bertambahnya usia.
pandang ini tentang bagaimana Mulyasa berpendapat dalam bukunya
menghormati orang lain dan memberi Muhammad Fadlillah (2013:44) bahwa
mereka sarana untuk melakukannya pendidikan karakter bagi anak usia dini
tanpa paksaan atau tekanan dari luar, memiliki tujuan yang lebih tinggi
serta bagaimana mengekspresikan semua daripada pendidikan akhlak karena
ambisi mereka secara tepat dan akurat. 6) menyangkut persoalan-persoalan yang
Pentingnya Kesatuan Karakter Siswa bukan sekedar teori, tetapi tentang cara
dapat belajar tentang nilai rasa menanamkan kebiasaan tentang beberapa
kebersamaan dan kesatuan melalui perilaku yang baik dalam kehidupan
pendidikan. Siswa diajari dan dihadapkan sehingga anak mempunyai kesadaran dan
pada nilai menghormati perbedaan satu komitmen untuk mengimplementasikan
sama lain sejak awal. Nilai kemanusiaan, kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.5
7) Siswa diajarkan untuk selalu
Terdapat lima Etika Jawa,
mengutamakan kemanusiaan. Hal ini
meliputi tepa slira (toleransi), rukun
dicapai melalui mengajar siswa
(cinta damai), rumangsa melu
pentingnya empati.
handarbeni, rumangsa wajib
Pendidikan karakter anak hangrungkebi (peduli sosial), mamayu
dianggap penting karena menumbuhkan hayuning bawana (peduli lingkungan),
kreativitas, kemandirian, dan tanggung dan aja dumeh (menghargai prestasi,
jawab anak serta nilai dan karakter jujur , dan rendah hati). Etika Jawa
mereka di usia muda (Muhammad tertanam dalam tatanan masyarakat.
Fadlillah, 2013: 26). Masa kanak-kanak Etika Jawa sudah ada sejak lama dan
awal adalah "masa keemasan" seseorang, berkembang menjadi cara pandang yang
saat mereka paling mampu dan saat
sekolah dapat digunakan untuk 5
Yayuk Hidayah, Yoga Ardian Feriandi, dan
Exwan Andriyan Verry Saputro, “Transformasi
mendorong kecerdasan mereka sehingga kearifan lokal jawa dalam pendidikan karakter
sekolah dasar,” AULADUNA: Jurnal Pendidikan
dapat berkembang secara maksimal.
Dasar Islam 6, no. 1 (2019): 50–61.
11

mengedepankan hal positif. Sekolah slira yang dapat dimaknai sebagai


mengintegrasikan siswa dan guru dan menghargai pendapat orang lain
melakukan kegiatan instruksional secara merupakan salah satu dari berbagai
tertib dan metodis. Menurut pendapat makna dalam kearifan lokal Jawa yang
kedudukan sekolah, sekolah merupakan dapat digunakan untuk memperkuat
sarana taktis untuk mendidik siswa dalam pendidikan karakter di sekolah dasar
etika Jawa sebagai bagian dari (Budiyono & Feriandi, 2017). Tepa slira
implementasi budaya. Beragam ideologi, membuat seseorang untuk dapat
slogan, dan keyakinan dunia nyata yang memahami dan merasakan dari sudut
mencerminkan kearifan masyarakat Jawa pandang yang berbeda. Dengan kata lain,
dapat diadaptasi untuk membangun tepa slira membutuhkan toleransi dan
karakter di ruang kelas. Menurut temuan kasih sayang karena seseorang selalu
penelitian Budiyono dan Yoga Ardian mempertimbangkan bagaimana
Feriandi, sejumlah karakter, seperti perasaannya jika berada di posisi orang
nastiti, sesuai slira, introspeksi, lain sebelum berperilaku. Tepa Slira
keluhuran budi, gemi, aja dumeh, ngati- melarang seseorang untuk tidak
ati sifat gemi jer Basuki mawa beya mementingkan diri sendiri dan selalu
ajining dhiri saka obahing lathi, dapat berusaha membahagiakan orang lain
dijadikan sebagai sumber pendidikan (Suratno & Astiyanto, 2009). Tujuan
karakter. Seperti yang diungkapkan oleh pendidikan karakter adalah untuk
Ali dan Ruslan (2018), pelestarian menumbuhkan prinsip-prinsip moral
budaya lokal dapat membantu warga yang kuat pada anak-anak yang akan
mewujudkan karakternya. bermanfaat bagi mereka sepanjang hidup
mereka. Tepa slira begitu erat kaitannya
Dalam budaya Jawa, etika
dengan toleransi karakter, salah satu dari
dikomunikasikan masing-masing melalui
18 karakter yang dicantumkan
pepali dan pituduh. Pepali adalah sarana
Kemendiknas, dalam hal pembinaan
untuk membahas etika dengan melarang
karakter pendidikan. Toleransi adalah
melakukan sesuatu yang dianggap
nilai kunci bagi anak-anak dalam budaya
sebagai perilaku negatif. Sedangkan
inklusif seperti Indonesia (Andayani,
pituduh bisa dilihat sebagai saran untuk
2013). Sekolah secara tidak langsung
mengambil keputusan yang baik. Tepa
turut andil dalam pelestarian prinsip-
12

prinsip luhur dengan memberikan hangrungkebi yang artinya memiliki rasa


pendidikan karakter kepada anak. memiliki. Akibatnya, Anda memiliki
Penggunaan toleransi dalam pengajaran tanggung jawab untuk membantu
karakter merupakan perwujudan dari tepa melindungi dan mempertahankannya,
slira yang berkaitan dengan pendidikan tetapi tetap waspada diri. Kepedulian
karakter. Hasil penelitian ini didukung sosial adalah karakter yang paling mirip
secara empiris oleh penelitian terkait. dengan ungkapan ini. Pengertian
Tepa slira merupakan salah satu unsur rumangsa melu handarbeni yaitu rasa
yang dapat meningkatkan kepekaan memiliki yang mengarah pada
sosial guna menimbulkan toleransi, kepedulian sosial. Sederhananya, frasa
emosi gotong royong, menurut Paiman ini mengisyaratkan bahwa seseorang
(2013).6 harus memahami bahwa setiap aktivitas
yang dilakukannya harus dilakukan
Ungkapan Jawa yang selanjutnya
dengan penuh semangat dan kepedulian
adalah rukun, yang dapat diterjemahkan
seolah-olah itu adalah aktivitasnya
menjadi "mencintai kedamaian". Nilai ini
sendiri (Rosari, 2017). Memayu
sudah ada sejak lama dan tertanam dalam
hayuning bawana, yang diterjemahkan
kehidupan masyarakat Jawa yang
sebagai "memperindah keindahan dunia",
menjunjung tinggi kedamaian dan
adalah ungkapan yang terkait dengan
keharmonisan dalam kehidupan sehari-
pelestarian lingkungan. Jelas dari
hari. (Susetyo, Widiyatmadi, dan
ungkapan memeyu hayuning bawana
Sudiantara, 2014). Gagasan harmonis
bahwa setiap orang memiliki tanggung
dalam kehidupan bermasyarakat adalah
jawab untuk menjaga kelestarian dan
rukun. Rukun adalah nilai yang dikaitkan
perdamaian di lingkungannya agar dapat
dengan kekeluargaan dan persahabatan
berkembang di dunia (Endraswara).
dalam KBBI, yang diartikan sebagai
Ideologi bagi orang Jawa, khususnya di
tidak bertengkar, baik, dan ramah.
Daerah Istimewa Yogyakarta ini,
Konsep berikutnya adalah rumangsa
merupakan cerminan dari bagaimana
melu handarbeni, rumangsa wajib
orang berinteraksi dengan alam karena

6
mereka percaya bahwa tujuan hidup
Dini, “Penanaman sikap sopan santun dalam budaya
jawa pada anak usia dini.” adalah untuk membuat sesuatu menjadi
lebih indah. (Khotimah) 2013, Meayu
13

hayuning bawana merujuk pada sebuah bertata krama, Amanah, dan dapat
gagasan tentang hakikat kehidupan dipercaya (Feriandi, 2017)
manusia di dunia. Dengan rasa aman,
Pada intinya, anak-anak adalah
gembira, dan sejahtera, manusia bekerja
orang-orang dengan kepribadian yang
untuk menjadikan dunia lebih indah
sangat berbeda. Unik karena kepribadian
(Lutfillah, Mangoting, Wijaya, &
anak berbeda dari orang dewasa dan dari
Djuharni, 2016). Gagasan melestarikan
setiap anak muda, yang secara konsisten
lingkungan sebagai tempat tinggal untuk
menimbulkan kekaguman dan tawa.
mendorong terciptanya suasana yang
Setiap anak memiliki potensi yang unik,
bersih, nyaman, dan sehat menjadi
sehingga orang tua dan pendidik harus
pelajaran bagi anak dalam ungkapan ini.
menyadari potensi tersebut dan siap
Aja Dumeh, yang rendah hati dan dekat
membantu anak mewujudkannya.
dengan karakter mengakui prestasi,
Pembelajaran yang menggugah potensi
adalah karakter yang selanjutnya. Aja
anak lebih difokuskan pada pembelajaran
Dumeh bisa digunakan untuk
melalui bermain. Ini karena efek
mempelajari setidaknya dua hal. Pertama,
menguntungkan dari aktivitas bermain
dapat dijadikan sebagai falsafah yang
pada anak-anak dengan demikian,
jika dipraktikkan akan memungkinkan
kegiatan bermain dapat membantu anak
kehidupan sosial berjalan lancar dan
mengembangkan karakter yang baik.
teratur. Kedua, frasa ini mungkin
Permainan pilihan juga harus memiliki
merujuk pada prinsip moral atau nilai
tujuan dan manfaat bagi perkembangan
baik dan buruk (Great, 2010). Aja dumeh
karakter anak. Rahmat, 2013 (dalam
mengandung arti rendah hati, tidak
Muhammad Fadlillah 2013:149)
angkuh. Jadi, makna ini mengandung
menjelaskan bahwa melalui bermain,
karakter yang menghargai prestasi.
anak belajar bagaimana mempergunakan
Bahkan, ungkapan "aja dumeh" bisa
alat-alat, bagaimana cara
menjadi sumber prinsip-prinsip moral
mengembangkan kecakapan, bagaimana
kewarganegaraan universal, tidak hanya
cara menghindarkan diri dari bahaya
untuk orang Jawa tetapi juga untuk orang
dari ras lain. Hal tersebut karena pada
ungkapan tersebut terdapat kandungan
ajaran agar menjadi manusia yang tetap
14

serta bagaimana cara bekerja sama yang jelas tanpa ancaman hukuman; (3)
dengan anak anak yang lainnya.7 menakut-nakuti anak dengan cerita
tentang nasib buruknya di tangan orang
Generasi muda (anak-anak) hari
atau makhluk halus; (4) jarang
ini harus diajari prinsip-prinsip besar
memberikan hukuman yang
yang pernah dijadikan sebagai karakter
menghilangkan kasih sayang; dan (5)
untuk menentukan bangsa. Dibandingkan
mengajarkan kesopanan dan ketaatan.
dengan kebanyakan orang yang hidup di
Dengan menggunakan pengalihan,
zaman kontemporer (Barat), orang tua
hindari tujuan yang tidak diinginkan atau
Jawa memiliki pola asuh yang berbeda.
abaikan saja. Orang tua menggunakan
Koentjaraningrat mengklaim bahwa pola
paradigma ini dengan mengarahkan
asuh orang Jawa meliputi: (1)
keinginan anak ke arah tertentu. Model
menghukum anak; (2) "menyuap" anak
ini mencoba membentuk karakter anak
dengan menjanjikan hadiah dan makanan
agar tidak selalu percaya bahwa segala
yang baik sebagai imbalan atas janjinya
keinginannya harus segera tercapai.
untuk tidak berperilaku buruk; (3)
Secara tidak langsung, model ini
memenuhi harapan atau permintaan anak;
membentuk kesabaran anak. Tujuan
atau meminta anak untuk melakukan
model pengasuh adalah untuk
perbuatan yang dilarang (dipunlulu)
mendorong dialog antara orang tua dan
dengan motif sebagai anti perangsang;
anak dengan memberikan instruksi yang
(4) mengucilkan anak dengan tidak
jelas tanpa menunjukkan emosi atau
mengajaknya bermain dan bercakap-
hukuman yang mengancam. Ketika ada
cakap (dipunsatru; dipunjothak). Geertz
banyak keadaan yang dapat
berpendapat bahwa orang tua Jawa
menyebabkan hubungan antara orang tua
menggunakan lima strategi pengasuhan
dan anak menjadi tidak memuaskan,
yang berbeda untuk membentuk
komunikasi merupakan prosedur yang
kepribadian anak-anak mereka: (1)
sangat penting, model ini menunjukkan
menghindari tujuan yang tidak
bahwa perlu menjali silaturahmi sebagai
diinginkan; (2) memberikan instruksi
sebuah karakter pada individu jawa.
Model pengasuhan dengan menakut-
7
Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu nakuti anak melalui ancaman akibatnya
Khorida, “Pendidikan karakter anak usia dini,”
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media 25 (2013). akan mengerikan di tangan orang lain
15

atau menakut-nakuti dengan makhluk Peran Etika Jawa Dalam Membangun


halus ini menunjukkan bahwasanya Karakter Anak
pentingnya sikap waspada dan selalu
Isi dan makna etika budaya Jawa
berhati-hati serta selalui bersikap sopan
memang bermanfaat bagi kehidupan
santun kepada siapapun yang ditemuinya.
manusia, namun jika diterapkan secara
Sebaliknya, pola asuh di mana orang tua
utuh di zaman sekarang ini tanpa
jarang memberikan hukuman yang
membeda-bedakan, maka tidak dapat
membatasi anak untuk mengekspresikan
diterima dengan baik bahkan akan
emosinya dan bersabar dengan masalah
dikesampingkan. Alon-alon waton
yang dihadapi. Orang tua Jawa
kelakon, yang secara dapat
membatasi anak-anak mereka untuk
diterjemahkan sebagai "pelan-pelan
menggunakan pendekatan pembelajaran
selama dilaksanakan", tetap memiliki arti
kepatuhan dan kesopanan ini sejak
penting dalam etika budaya Jawa
mereka masih bayi. Hal ini terlihat dari
meskipun semua serba cepat dan instan
rutinitas orang tua saat melakukan
diselesaikan. Hal inilah yang menjadi
aktivitas sehari-hari bersama bayi atau
penyebab kurangnya keterbukaan
anak, dengan demikian, anak secara tidak
masyarakat modern dalam menerapkan
langsung akan mengamati dan
etika budaya jawa. Salah satunya juga
mempraktekkannya. Menurut uraian di
bahasa yang menjadi penyumbang
atas, proses pendidikan dan pembentukan
sebagai penghambat dalam
karakter dalam keluarga Jawa dimulai
penerapannya. Pengaruh globalisasi yang
sejak anak masih kecil, bahkan sejak
selalu mendorong masyarakat Indonesia
masih dalam kandungan, dan berlanjut
agar bisa berbahasa luar negeri
hingga anak mencapai usia dewasa.
khususnya bahasa inggris menjadi salah
Proses ini terjadi sesuai dengan pola asuh
satu menyumbat penerapan bahasa jawa,
konvensional masyarakat Jawa.8
padahal bahasa jawa selalu digunakan
dalam menyampaikan nasehat atau
larangan ketika menerapkan etika budaya
8
Ahmad Shofiyuddin Ichsan dan Samsudin
Samsudin, “PENANAMAN PENDIDIKAN jawa. Orang tua juga akan lebih bangga
KARAKTER ANAK DALAM STUKTUR
SOSIAL KELUARGA DESA DI
apabila anaknya dapat lancar
YOGYAKARTA,” Jurnal Basicedu 3, no. 2
(2019): 514–23.
16

berkomunikasi menggunakan bahasa kepada orang lain sesuai dengan derajat


inggris daripada bahasa jawa. dan kedudukannya.9

Ada berbagai anjuran dan Modernisasi etika budaya Jawa


larangan dari budaya Jawa yang dapat dilakukan dengan penyatuan melalui
diterapkan dalam pengembangan pendekatan dalam penyampaiannya.
karakter anak usia dini, oleh karena itu Untuk lebih fokus pada metode pemicuan
penerapan budaya Jawa dalam yang digunakan, perlu dilakukan
pengembangan karakter anak dianggap screening untuk melihat apakah etika
sangat penting. Budaya Jawa tersebut masih layak digunakan saat ini
menawarkan tuntunan dan larangan atau tidak sebelum memilih cara yang
dalam bentuk unggah ungguh basa, yang tepat. Metode bermain, metode
mengatur tata bahasa masyarakat dan bernyanyi, metode bercerita, dan metode
mengkomunikasikan hukum terkait field trip merupakan teknik-teknik yang
tindakan melalui paribasan, bebasan, digunakan untuk mengembangkan
saloka, dan purwakanthi. Terdapat karakter pada anak. Dengan bantuan Alat
berbagai nasehat dan larangan dari etika Peraga Pendidikan (APE), teknik
budaya jawa yang diperkirakan dapat bermain dapat dilakukan. Pendekatan ini
diterapkan dalam pembangunan karakter merupakan pendekatan utama yang
anak yang berada pada usia emas, karena cocok untuk digunakan pada anak kecil
dapat membantu anak agar kelak pada karena pada umumnya mereka bermain
saat menjalankan kehidupannya menjadi dan belajar sambil bermain. Metode
harmonis yang telah disesuaikan dengan bermain dapat dilakukan dengan cara
dua kaidah dasar etika budaya jawa, yaitu bermain dengan game tradisional yang
prinsip rukun dan hormat. Menurut bermacam-macam seperti contoh othok-
suseno, (dalam Nur Samsiyah, 2013) othok, kithiran, manuk-manukan, egrang,
rukun berarti berada dalam keadaan dan lain sebagainya.
selaras, tenang dan tentram tanpa adanya
Karena banyaknya implikasi etis
perselisihan dan perkelahian, sedangkan
yang ada dalam tembang Jawa, teknik
kaidah hormat menyatakan agar manusia
dalam berbicara dan berkomunikasi
9
Vesiano, “Peran Etika Budaya Jawa Dalam
selalu menerapkan sifat yang hormat
Membangun Karakter Anak Usia Dini.”
17

menyanyi dapat digunakan dengan berbagai teknik yang sesuai dengan


tembang dolanan (lagu permainan Jawa). potensi dan minat intrinsiknya. Mereka
Anak-anak juga dapat menyempurnakan juga bisa menjadi contoh karakter yang
karakteristik linguistik tertentu dari baik, serta dapat melihat sesuai bakat dan
bahasa mereka melalui latihan menyanyi. minatnya.
Pendekatan storytelling adalah cara
Gerakan menggunakan literasi
penyampaian materi dengan
dapat digunakan untuk mengarahkan isi
menggunakan cerita atau dongeng yang
bahan bacaan dengan nilai-nilai etis
menarik perhatian siswa (Muhammad
berbasis kearifan lokal dengan tetap
Fadlillah, 2013: 179). Cerita tentang
memperhatikan perkembangan siswa,
wayang, seperti tentang Punakawan dan
yang juga dapat diterapkan pada
Pandawa, lazim dalam budaya Jawa dan
pendidikan karakter di sekolah dasar
mengandung ajaran moral. Prabu
(Oktavianti, Zuliana, & Ratnasari, 2015).
Puntadewa merupakan salah satu tokoh
Setiap sumber ajar diintegrasikan dengan
yang muncul dalam cerita pewayangan
nilai-nilai kearifan lokal Jawa dengan
dan memiliki sifat jujur, sabar, suci, mau
memanfaatkan temuan kajian
membantu sesama, dan menyayangi
pengembangan penelitian terkait model
sesama manusia.
materi bahan ajar bahasa Jawa (Rabiah,
Imajinasi anak dipupuk, emosi 2013). Bahan ajar SD dapat memasukkan
dan sentimennya dilatih, dihibur, dan pendidikan kearifan lokal Jawa (Sudiana
karakternya dibentuk berkat teknik & Sudirgayasa, 2015). Pengembangan
mendongeng. Pendekatan kunjungan bahan ajar cerita fiksi berbasis budaya
lapangan dapat menawarkan kesempatan pada sekolah dasar dapat menghasilkan,
kepada anak muda untuk belajar dan 1) terciptanya bahan ajar yang sesuai
menemukan semua yang menarik bagi dengan kebutuhan siswa, 2) bahan ajar
minat dan perasaan mereka dan yang relevan, 3) bahan ajar dapat memenuhi
ingin mereka ketahui. Kunjungan kriteria (Tang, Jufri & Sultan, 2015).
lapangan dapat diatur ke museum sejarah Dengan membandingkan hasil pretest
yang menggambarkan kepribadian tokoh dan posttest, diketahui melalui uji
sejarah. Anak dapat mengembangkan keefektifan produk bahwa kualitas hasil
karakter unggul dengan menggunakan belajar dalam budidaya kearifan lokal
18

meningkat (Saputro, Widodo, & pembelajaran menjadi lebih mudah bagi


Rusminto, 2014). Klaim bahwa kajian guru dan siswa, sehingga dapat
pendidikan kearifan lokal di sekolah berlangsung dengan sukses, efisien, dan
dasar dapat diimplementasikan dengan menyenangkan. Tokoh utama animasi
jelas dapat didasarkan pada dukungan yang digunakan untuk mengajarkan
temuan penelitian sebelumnya.10 tokoh pendidikan ini bernama Bima.
Nama tokoh pewayangan Pandawa
Media pembelajaran yang
menjadi inspirasi tokoh Bima. Hal ini
menarik sangat diperlukan jika
disebabkan karena dalam Pandawa
menyangkut sifat pendidikan sehingga
terdapat tokoh-tokoh lain yang layak
dapat dengan mudah dimasukkan ke
dijadikan teladan dalam pendidikan
dalam pelajaran di sekolah. Dengan
karakter di sekolah, selain tokoh
demikian, guru dapat menanamkan
Pandawa yang dikenal baik oleh
pendidikan karakter berbasis etika Jawa
masyarakat sebagai tokoh protagonis.
kepada siswa yang mudah dipahami.
Karakter Pandawa mewujudkan kasih
Animasi kartun adalah salah satu sumber
sayang, pemaaf, kesabaran, tanggung
pendidikan menarik yang tersedia untuk
jawab, suka menolong, dan sifat-sifat
siswa sekolah dasar. Hal ini dikarenakan
positif lainnya. Dengan durasi satu menit,
proses siswa mendapatkan pesan melalui
animasi ini menggunakan teknik stop-
animasi kartun akan bertahan lebih lama
motion. Faktor-faktor berikut menjadi
dibandingkan dengan proses
keputusan untuk menggunakan format
pembelajaran satu arah. Animasi kartun
ini: (1) animasi adalah cara yang efektif
juga dapat menggugah minat siswa untuk
untuk mengajar anak-anak; (2) menurut
menangkap materi yang diajarkan karena
kuesioner yang dibagikan, animasi
gambarnya yang menghibur. Dengan
adalah alat pembelajaran yang paling
menggunakan media animasi kartun
populer; (3) penggunaan teknik stop
sebagai sumber belajar diharapkan proses
motion karena dampak material yang
digunakan, khususnya objek papercrat,
10
Hidayah, Feriandi, dan Saputro, “Transformasi memberikan kesan visualisasi yang lebih
kearifan lokal jawa dalam pendidikan karakter realistis; dan (4) durasi yang singkat
sekolah dasar.”
memastikan anak tidak mudah bosan.
Kesembilan seri yang membentuk
19

animasi ini menganut prinsip filosofi menjadi orang yang berpegang teguh
Jawa yang menekankan kejujuran, kasih pada etika dan budaya jawa.
sayang, kemandirian, tanggung jawab,
SIMPULAN
kerja keras, kesederhanaan, keberanian,
dan keadilan. Terdapat kata-kata bijak Hidup tanpa etika seperti hidup

yang berkaitan dengan tema cerita di tanpa aturan agar menjadi orang yang

akhir masing-masing cerita. Hal ini baik atau seutuhnya. Etika adalah

dilakukan untuk memudahkan anak-anak sesuatu yang sangat dijunjung tinggi

memahami pesan yang disampaikan di karena sering menjadi pedoman

setiap episodenya. Animasi kartun bagaimana bertindak atau berperilaku

berikut berfungsi sebagai pendidikan dengan mendefinisikan nilai-nilai benar

karakter untuk anak-anak muda dan dan salah.

didasarkan pada etika Jawa.11


Salam mengklaim bahwa etika

Terdapat berbagai macam cara adalah ilmu yang mendalami masalah

pembangunan karakter anak melalui etika perilaku manusia dan mengkaji mana

jawa, baik itu dari yang bersifat perbuatan atau perilaku yang dapat

pendidikan karakter di sekolah, di dikategorikan baik dan mana yang buruk

keluarga, maupun yang terdapat di (dalam Nur Samsiyah, 2013).

lingkungan sekitar, melalui berbagai


Beberapa peradaban modern
macam cara itulah diharapkan anak
sering mengabaikan etika demi
mampu menyerap ilmu dan
memenuhi tuntutan setiap orang, terlepas
mempraktikkan adat budaya etika jawa
dari cara pemenuhannya, bahkan ketika
dalam menjalani kehidupannya sehingga
hal itu dapat membahayakan orang lain,
lingkungan, dan bahkan diri mereka
sendiri. maka dari itu memberikan
11
Wiekandini Dyah Pandanwangi dan Farida pemahaman terkait bagaimana
Nuryantiningsih, “Animasi kartun bertema
falsafah jawa sebagai pendidikan karakter bagi pentingnya etika dalam menjalani hidup
anak usia dini,” Rekam: Jurnal Fotografi,
Televisi, Animasi 13, no. 1 (2017): 21–28. khususnya kepada masyarakat modern
pada momen ini asal usul etika berasal
dari kata latin yang merupakan: Ethis
(us), yang dalam bahasa yunani diartikan
20

sebagai a body of moral principles or mendarah daging dalam kehidupan


values, anggota dari prinsip moral atau masyarakat Jawa pada masa lampau dan
nilai (Nur Samsiyah, 2013). diprakarsai oleh mereka yang memiliki
kekuasaan atas mereka yang berada pada
Etika adalah praktik menjalani
posisi lebih rendah, seperti orang tua
kehidupan yang telah dimodifikasi
terhadap anak-anaknya.
berdasarkan pengalaman sebelumnya
untuk mencapai tujuan hidup seseorang. Poin penting dari etika jawa
Ini karena setiap orang memiliki cara adalah hidup rukun dan prinsip hormat.
pandang, pemahaman, dan tujuan hidup Sedangkan prinsip hormat bertujuan
yang unik.angat diperlukan. agar setiap manusia seharusnya pada
saat berbicara dan membawa diri ia
Etika adalah praktik menjalani
harus selalu menerapkan sikap hormat
kehidupan yang telah dimodifikasi
kepada orang lain sesuai dengan derajat
berdasarkan pengalaman sebelumnya
dan kedudukannya (Agus Sutono, 2013).
untuk mencapai tujuan hidup seseorang.
[ Agus Sutono, “Etika Jawa Sebagai
Ini karena setiap orang memiliki cara
`Global Ethic` Baru,” 2015.]
pandang, pemahaman, dan tujuan hidup
yang unik. Tujuan penerapan etika
adalah untuk menetapkan perbedaan
yang jelas antara nilai baik dan buruk REFERENCES
suatu tindakan berdasarkan standar yang
Buku author sama dengan penerbit
berlaku dalam budaya atau lingkungan Dini, “Penanaman sikap sopan santun dalam budaya
jawa pada anak usia dini,”
tertentu.
E-book
Bransford, J. D., Brown, A. L., & Cocking, R. R.
Dengan dua cara yang berbeda, (2005). How people learn: Brain, mind,
experience and school. from
bahasa Jawa digunakan dalam budaya https://www.nap.edu/catalog/9853/how-
people-learn-brain-mind-experience-and-
Jawa untuk menyampaikan penerapan school-expanded-edition.

etika. Tujuannya adalah agar seseorang


Edited book dengan dua editor atau lebih
dapat hidup dalam kondisi slamet Ardian Yoga F & Hidayah Yayuk (Eds). (2019).
Transformasi kearifan local jawa dalam
(aman) dan merasa tenteram berkat Pendidikan karakter sekolah dasar,
AULADUNA: Jurnal Pendidikan Dasar
himbauan dan pantangan tersebut. Islam 6, no. 1: 50-61

Praktik etika budaya Jawa selalu


21

Fadllillah Muhammad & Mualiafatu Lilif (2013) Penelitian dan PPM untuk Mewujudkan Insan
“Pendidikan karakter anak usia dini, Unggul, Yogyakarta.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 25 (Jika online, tambahkan alamat website-nya)
Ichsan Shofiyuddin A & Samsudin S. (2019),
PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER Artikel Prosiding
ANAK DALAM STRUKTUR SOSIAL Retnowati, E. (2012, 24-27 November). Learning
KELUARGA DESA DI YOGYAKARYA, mathematics collaboratively or individually.
Jurnal Basicedu 3, no (2019): 514-23 Paper presented at the The 2nd International
Nuryantiningsih Farida & Pandanwangi Dyah W. Conference of STEM in Education, Beijing
(2017). Animasi kartun falsafah jawa sebagai Normal University, China. Retrieved from
Pendidikan karakter bagi anak usia dini, http://stem2012.bnu.edu.cn/data/short
Rekam: Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi 13 %20paper/stem2012_88.pdf.
no. 1: 21-28
Disertasi/Tesis
Lestari, S. N. D. (2014). Analisis faktor-faktor yang
Book section mempengaruhi kinerja pengelolaan keuangan
Sahlberg, P. (2012). The most wanted: Teachers and PTN: Studi kasus di UGM (Tesis, UGM).
teacher education in Finland. In L. Darling-
Hammond & A. Lieberman (Eds.), Teacher Dokumen buku pedoman/ laporan institusi/
education around the world: changing pemerintah/ organisasi
policies and practices. London: Routledge. NCTM. (2000). Principles and standards for school
mathematics. Reston, VA: Author.
Buku satu pengarang
Brown, D. H. (2001). Teaching by principles: An Dokumen hukum perundangan
interactive approach to language pedagogy. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
San Francisco: Addison Wesley Longman, Isi.
Inc. Permendiknas 2009 No. 22, Kompetensi Dasar
Winch, C. (2006). Graduate attributes and changing Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
conceptions of learning. Dalam Hager, P. & Sekolah Dasar Kelas I-VI.
Holland, S., Graduate attributes, learning and
employability, (pp.67-90). Dordrecht: Hukum perundangan di LN
Springer. Child Protection Act 1999 (Qld), s.5

Buku yang diterjemahkan


Schunk, D. H. (2012b). Learning theories an
educational perspective (E. Hamdiah & R.
Fajar, Trans.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(Original work published 2012).

Buku dua pengarang


Sutono, Agus (2007), Etika Jawa Sebagai “Global
Ethic” Baru,
Handayani Sri (2009), Unggah-ungguh dalam Etika
Jawa.
Saputro & feriandi (Eds) Transformasi kearifa local Catatan:
jawa dalam Pendidikan karakter sekolah dasar.
Mohon dapat mencermati beberapa catatan tambahan
Artikel dalam surat kabar/majalah: dan kesalahan yang sering terjadi.
Dini JPAU, (2021) “Penanaman sikap sopan santun 1. Layout 3 cm pada tiap sisi
dalam budaya jawa pada anak usia dini: 2. Judul maksimal 14 kata (tidak menyertakan
Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak usia lokasi)
Dini, no. 2: 2059-70
3. Total jumlah kata selain abstrak dan referensi
berkisar 5000-8000 kata
Vesiano Atriani Q, (2015, 2019, 314-20. Peran Etika 4. Mohon hanya mencantumkan ringkasan tujuan,
Budaya Jawa Dalam Membangun Karakter Anak
metode dan hasil pada abstrak.
Usia Dini, dalam Seminar Nasional Pendidikan
Makalah 5. Hindari menyertakan hasil data statistika pada
Wilujeng, I., Masruri, M. S., & Wangid, M. N. (2016, abstrak.
April). Pengembangan subject specific 6. Pastikan keterangan grafik berada di atas dan
pedagogy tematik untuk mengembangkan keterangan gambar berada di bawah serta
karakter siswa sekolah dasar. Makalah editable (mudah diedit).
dipresentasikan dalam Seminar Nasional
22

7. Tabel mengikuti APA sixth (tanpa garis


vertikal)
8. Halaman yang diizinkan 15-20
9. Sitasi mohon disertakan halaman dengan
format halaman (p. atau pp. Misal Isnanto,
2017, p.25) Referensi maksimal 10 tahun
terakhir.

Vesiano Atriani Q, (2015, 2019, 314-20. Peran Etika


Budaya Jawa Dalam Membangun Karakter Anak
Usia Dini, dalam Seminar Nasional Pendidikan
10. Poin, numbering dan subbab tidak diizinkan.
Mohon narasikan.
11. Anda bisa menggunakan Template ini secara
langsung, atau Anda bisa melakukan salin
tempel dari file yang telah Anda susun pada
template ini, dengan cara klik copy lalu klik
paste  klik keep text only (pada paste option).

Anda mungkin juga menyukai