Anda di halaman 1dari 21

2.

4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Neonatus

2.4.1 Pengkajian Data

1. Data subyektif

a. Identitas bayi dan orang tua (tmabahan per)

Segera setelah bayi lahir pasang identitas untuk menghindari bayi

tertukar, gelang identitas tidak boleh dilepaskan sampai penyerahan bayi

(Manuaba, 2012). Alat identifikasi harus tercantum nama (bayi dan

ibunya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, dan unit (Saifuddin,

2014).

b. Umur

Neonatus adalah bayi berusia 0-28 hari (Marmi, 2015). Masa neonatal

sendiri dapat dibedakan lagi menjadi neonatal dini (0-7 hari) dan neonatal

lanjut (8-28 hari).

c. Keluhan utama (tambah per)

Keluhan utama pada neonates usia 0-7 hari yaitu hipoglikemi, hipotermi,

dan ikterik, sedangkan pada neonates usia > 7 hari yaitu ruam popok,

milliariasis, seborrhea, muntah atau gumoh, bercak monggol, dan oral

trush (Manuaba, 2012).

d. Riwayat prenatal gnti judul)

Imunisasi TT pada ibu untuk mencegah risiko tetanus selama dalam

kandungan dan mencegah terjadinya infeksi tetanus saat bayi lahir,

sedangkan pengaruh obat tambah darah pada janin yaitu untuk

meningkatkan volume darah agar bayi sehat (Armini, Sriasih, & Mahaeni,
2017). Pemeriksaan kehamilan minimal 6 kali dan minimal 2 kali

pemeriksaan oleh dokter (Kemenkes RI, 2020). Tambah SKIRING PE)

e. Riwayat natal (ganti gonr tarisa, padakne per)

Menurut Saifuddin (2014), pemberian IMD segera setelah lahir untuk

memberikan kehangatan, mendapatkan antibody berupa kolostrum dan

mencegah perdarahan pada ibu. Salep mata diberikan untuk mencegah

kebutaan, injeksi vitamin K mencegah perdarahan otak dan Hb0 mencegah

penyakit hepatitis.

f. Riwayat postnatal

Dampak hipotermi pada neonates menyebabkan terjadinya penyempitan

pembuluh darah mengakibatkan terjadinya metabolic anaerobic,

meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia dan

berlanjut dengan kematian (Sarnah, Firdayanti & Andi, 2020).

g. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Nutrisi (ndelo per)

ASI diberikan sesering mungkin, minimal 8-12x dalam 24 jam secara

on demand atau sesuai keinginan bayi (Marmi dan Rahardjo, 2018).

Menurut Manuaba (2013), frekuensi menyusui meningkat dengan cepa

tantara hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah kelahiran dan bantu bayi

untuk bersendawa setiap kali selesai minum ASI. Bila ASI ekslusif

tidak diberikan, berikan susu formula sesuai pada tabel 2.15 dibawah

ini: (DIHAPUS)
Tabel 2.15

Kebutuhan Dasar Cairan dan Kalori Pada Neonatus

Hari kelahiran Cairan/Kg/hari Kalori/kg/hari


Hari ke-1 60 ml 40 kal
Hari ke-2 70 ml 50 kal
Hari ke-3 80 ml 60 kal
Hari ke-4 90 ml 70 kal
Hari ke-5 100 ml 80 kal
Hari ke-6 110 ml 90 kal
Hari ke-7 120 ml 100 kal
Sumber: Saifuddin, Abdul Bari. 2018. Buku Acuan Nasional PelayananMaternal
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Halaman 38.

2) Eliminasi

Bayi harus dapat BAK maksimal 24 jam setelah lahir dan BAB

maksimal 48 jam setelah lahir. Pada 3 hari pertama BAK bayi

normalnya mengalami berkemih <5x, 1-3 hari pertama jernih dan

tidak pekat. Tinja berbentuk meconium berwarna hijau keluar dalam

waktu 24 jam sampai hari ke 2/3. Bayi yang mendapat susu buatan

tinjanya berwarna keabu-abuan dengan bau sedikit membusuk

(Wiknjosastro, 2014).

3) Istirahat

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya, sering tidur,

bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam

sehari (Siti Nurhasiyah Jamil, 2017).

4) Aktivitas

Dilihat apakah bayi bergerak aktif atau tidak, menangis kuat/tidak,

kemudian dilihat juga refleknya resflek opo), apakah bagus atau ada
gangguan (Sembiring, 2017). Menurut Saifuddin (2014), normalnya

bayi melakukan Gerakan tangan dan kaki yang simetris pada saat

bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki, dan tangan waktu manangis

adalah normal.

5) Personal hygiene

Memandikan bayi menurut WHO seharusnya dilakukan minimal 12-

24 jam setelah bayi dilahirkan dan ketika suhu stabil (36,5ºC- 37,5ºC )

dengan air hangat (Rahmah, dkk, 2021). Ganti popok dan baju jika

basah dan saat mandi. Rawat tali pusat terbuka dan kering, jika kotor

atau basah cuci dengan air bersih dan sabun mandi lalu keringakan

(Kemenkes RI, 2020).(penggunaan pempers gfanti 4 jam sekali, cebok

nya, perawatan bayai modern, usia berapa bayi boleh menggunakan

skincare)

h. Psikososial

Bidan harus melakukan observasi langsung untuk meyakinkan kebutuhan

psikososial neonates tercukupi. Focus observasi pada perilaku ibu saat

menyusui, perilaku saat merawat tali pusat, perilaku saat memandikan

bayinya, perilaku saat mengganti popok dan perilaku lainnya. Kasih

saying antara ibu dan perasaan. Kebutuhan kasih saying akan

maningkatkan imun bagi bayi dan imun bagi ibu (Sunarto & Arsyad,

2023). Menurut Saifuddin (2014), bayi baru lahir memiliki

kecenderungan menjadi cepat setress karena perubahan suhu lingkungan.

Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga di
dapat pola tidur yang lebih baik. Bayi sangat peka terhadap sentuhan,

menikmati kontak kulit ke kulit, berendam di air, Gerakan mengayuh,

dibuai dan diayun.

i. Latar belakang sosial budaya (modern harus ada dasarnya)

Menurut (Bahiyatun, 2013) tidak dianjurkan untuk melakukan pijat bayi

ke dukun, menggunakan gurita terlalu kencang yang dapat mempersulit

bayi bernafas. Bayi yang normal bergerak bebas dan aktif sehingga tidak

dianjurkan untuk membedong bayi terlalu rapat dan lama. Tidak

dianjurkan untuk memberi minum selain ASI (MP-ASI) sebelum anak

berusia 6 bulan, larangan memotong kuku membahayakan bayi. Menurut

(Marmi, 2015), tidak dianjurkan menggunakan kunyit untuk tali pusat

dengan tujuan membuat tali pusat cepat terlepas. Bayi tidak boleh diurut

pada bagian perut. Tali pusat yang sudah lepas dibuat jimat atau obat.

2. Data Objektif

a. Keadaan Umum

Keadaan umum baik, neonates dalam kondisi sehat, kulit

tampak kemerahan, gerak aktif, tonus otot baik, menangis

keras, kemampuan menetek kuat, neonates merespon saat ada

rangsangan kejutan atau rangsangan suara keras (Sunarto &

Arsyad, 2023).

b. Tanda-tanda Vital

1) Nadi
Nadi BBL normal 120-160x/menit, tetapi dianggap masih

normal jika diatas 160x/menit dalam jangka waktu pendek

(Sunarto & Arsyad, 2023).

2) Pernafasan

Pernafasan normal bayi baru lahir adalah 40-60x/menit

(Marmi, 2015). Pada pernafasan normal, perut dan dada

bergerak hampir bersamaan tanpa adanya retraksi, tanpa

terdengar suara pada waktu inspirasi dan ekspirasi

(Saifuddin, 2014).

3) Suhu

Suhu tubuuh normal pada neonatus adalah 36,5-37,5ºC

(Sunarto & Arsyad, 2023).

c. Pemeriksaan antropometri

1) Berat badan

Berat badan bayi lahir normal adalah 2500-4000 gram (IBI,

2016). Berat badannya dapat berkurang 10% selama

beberapa hari pertama kehidupan, tetapi harus meningkat

Kembali dalam 2 minggu setelah kelahiran. Selanjutnya

peningkatan bervariasi secara individual tetapi rata-rata

160gram/minggu adalah normal selama bulan pertama (L.

Walsh, 2012). Penambahan berat badan seterusnya

dipantau kenaikan-kenaikannya melalui KMS (Kartu


Menuju Sehat) (Kemenkes RI, 2023). Tabel 2.18 dan

penurunan berat badan sesuai umur bayi

Tabel 2.18

Peningkatan Berat Badan Bayi

Jenis kelamin Bulan ke Peningkatan


Perempuan 1 bulan 800 gram
2 bulan 900 gram
3 bulan 800 gram
4 bulan 600 gram
5 bulan 500 gram
6 bulan 400 gram
7-10 bulan 300 gram
11-48 bulan 200 gram
Laki-laki 1 bulan 800 gram
2 bulan 900 gram
3 bulan 800 gram
4 bulan 600 gram
5 bulan 500 gram
6-7 bulan 400 gram
8-11 bulan 300 gram
12-48 bulan 200 gram
Sumber : Kemenkes RI. 2020. Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta.

2) Panjang badan

Panjang badan rata-rata 45-50 cm. pada tahun pertama

pertambahannya 1,25 cm/bulan (1,5 x Panjang badan lahir).

Penambahan tersebut berangsur-angsur berkurang sampai

usia 9 tahun yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun (Handayani et

al., 2018).

3) Ukuran kepala bayi (tambahan per dan tar, vira)


Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya 34-35 cm.

Kemudian bertambah ± 0,5 cm/bulan pada bulan pertama

atau menjadi 44 cm (Handayani et al., 2018).

4) Lingkar dada bayi

Lingkar dada normal 30-38 cm (Marmi & Rahardjo, 2018).

d. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala

Pada kepala ubun-ubun kecil menutup pada minggu ke-6

sampai ke-8. Ubun-ubun besar tetap terbuka hingga bulan

ke-18. Periksa adanya trauma pada kepala misalnya caput

suksedaneum (teraba benjolan lunak, berbatas tidak tegas)

yang menghilang dalam 24 jam. Adanya cefalohematoma

(pada prabaan teraba adanya fluktuasi karena tertimbun

darah, biasanya di daerah parietal) dapat pulih 4-6 minggu

(Marmi, & Rahardjo 2018).

2) Kulit

Keadaan normal kulit nenonatus aterm berwarna

kemerahan dan sedikit lebih muda di tangan dan kaki

(Medforth, Janet & Battersby, 2014). Pada kulit bayi

prematur (33-38 minggu) berwarna kebiruan (Kemenkes

RI, 2020). Adanya lanugo (rambut halus pada bayi)

menandakan bayi kurang bulan dan akan menghilang

minggu ke-30. Lapisan putih atau vernik caseosa menjaga


kehangatan bayi saat keluar dari perut ibu (Marmi, &

Rahardjo, 2018).

3) Mata

Menilai adanya strabismus atau tidak (koordinasi Gerakan

mata yang belum sempurna), kebutaan seperti jarang

berkedip atau sensitive terdapat cahaya berkurang, katarak

konginetal apabila pupil berwarna putih (IBI, 2016).

Kemerahan pada konjungtiva dapat mengidentifikasi

adanya infeksi (L. Walsh, 2012). (blenore selret yang

berlebihan, tambah gone per)

4) Hidung

Normalnya tidak ada pernafasan cuping hidung, jika cuping

hidung mengembang menunjukkan adanya gangguan

pernafasan (Marmi, 2015).

5) Mulut

Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada bagian yang

terbelah, nilai kekuatan isap bayi (Noordiati, 2018).

Kelainan yang dapat dijumpai yaitu labioschisis,

labiopalatoschisis, labiopalatogenatoschisis (Saifuddin A.

B., 2018).

6) Telinga

Telinga normalnya bentuk simestris, daun telinga tidak

menempel, kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata


dan kepala serta tidak ada gangguan pendengaran

(Indrayani, 2013).

7) Leher

Normalnya tidak ada kaku kuduk. Bayi dengan leher yang

mengalami kaku kuduk merupakan salah satu tanda

terjadinya tetanus neonatorum dan ikterus neonatorum

(Manuaba, 2012). Periksa adanya pembesaran atau

benjolan dengan mengamati pergerakan leher apabila

terjadi keterbatasan dalam pergerakannya maka

kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher seperti

kelaianan tiroid maupun kaku kuduk (IBI, 2016).

8) Dada

Pada pernafasan normal, perut dan dada bergerak hampir

bersamaan tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar suara

waktu inspirasi dan ekspirasi. Gerak pernafasan 30-50

x/menit. Pada bayi cukup bulan puting susu sudah

terbentuk baik dan tampak simetris. Denyut jantung bayi

normal berkisar 120-160 (Saifuddin 2014).

9) Punggung

Tidak ada benjolan pada punggung (Wiknjosastro, 2016).

Abnormalitas medulla spinalis atau kolumna vertebrata,

adanya spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak

kecil berambut (Marmi, 2015).


10) Abdomen

Normalnya perut bayi datar, teraba lemas, tali pusat

tidak ada perdarahan, bengkak, keluar nanah, bau tidak

sedap atau kemerahan sekitar tali pusat (Wiknjosastro,

2017). Tali pusat bayi lepas antara usia 6-7 hari (Saifuddin,

2014b). Serta tada/tidak hernia umbilicallis.

11) Genetalia

Laki-laki testis berada pada skrotum dan berjumlah 2 buah.

Lubang uretra berada di bagian tengah dan diujung penis.

Pada perempuan vagina berlubang, uretra terpisah dengan

lubang vagina, dan terdapat labia mayora sudah menutupi

labia minora. Terkadang pada vagina terdapat secret

kemerahan atau berwarna putih karena hormon ibu (Marmi,

& Rahardjo, 2018).

12) Anus

Terlihat lubang anus dan mekonium harus keluar dalam 24

jam sesudah lahir, bila tidak harus waspada terhadap atresia

ani (Wiknjosastro G. , 2014).

13) Ekstermitas

Periksa gerakan dan kelengkapan jari tangan maupun kaki

utnuk mengetahui adanya kelemahan, kelumpuhan dan

kelainan bentuk jari (IBI, 2016). Normalnya ekstremitas

atas simetris, tidak ada sindaktili, tidak adaktili dan tidak


polidaktili. Sindaktili adalah penyatuan atau penggabungan

jari-jari, dan polidaktili menunjukan jari eksterna.

e. Pemeriksaan Neurologis

Reflek merupakan gerakan naluriah untuk melindungi bayi,

menurut Nurjasmi (2016), antara lain:

1) Refleks glabella (berkedip)

Ketuk pangkal hidung pelan menggunakan jari telunjuk

pada saat mata terbuka. Bayi mengedipkan mata 4–5

ketukan pertama. Reflek ini tidak akan hilang (Rosita,

2018).

2) Refleks moro

Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila

kepala tiba-tiba digerakkan atau dikejutkan dengan cara

bertepuk tangan. Respons bayi baru lahir berupa

mengehentakkan tangan dan kaki lurus ke arah keluar,

sedangkan lutut fleksi. Tangan kemudian akan kembali

lagi ke arah dada seperti posisi bayi dalam pelukan.

Biasanya akan mulai menghilang sekitar 4 bulan dan

sesudah 6 bulan hanya dapat ditimbulkan dengan susah

payah (Rosita, 2018).

3) Refleks mencari (Rooting)

Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.

Misalnya mengusap pipi bayi dengan lembut, bayi


menolehkan kepalanya kearah jari kita dan membuka

mulutnya. Reflek rooting dan sucking dimulai dari usia 3

bulan reflek ini akan berkembang dan menjadi terkendali

serta fungsinya pun jadi berkembang, yaitu kemampuan

untuk makan dan minum (Rosita, 2018).

4) Refleks menghisap (Sucking)

Benda menyentuh bibir disertai reflek menelan. Tekanan

pada mulut bayi pada langit bagian dalam gusi atas

timbul hisapan yang kuat dan cepat. Dilihat pada waktu

bayi menyusu (Marmi, & Rahardjo, 2018)

5) Refleks menelan (swallowing reflex)

ASI di mulut bayi mendesak otot daerah mulut dan

faring mengaktifkan refleks menelan dan mendorong

ASI ke dalam lambung bayi. Reflek ini tidak akan hilang

(Rosita, 2018).

6) Refleks menggenggam (Palmar Gasp)

Menstimulasi telapak tangan bayi dengan jari pemeriksa.

Respons bayi menggenggam erat, sehingga dapat

diangkat sebentar dari tempat tidur. Reflek ini biasanya

akan menghilang saat usia 8-12 bulan (Rosita, 2018).

7) Refleks menoleh (tonic neck)

Ekstremitas saat kepala ditolehkan ekstensi, dan

ekstremitas yang berlawanan fleksi bila kepala


ditolehkan ke satu sisi selagi istirahat. Respons ini dapat

tidak lengkap segera setelah lahir. Reflek ini akan

menghilang sekitar usia 9 bulan, yaitu kala bayi sudah

bisa duduk (Rosita, 2018).

8) Refleks babinsky

Telapak kaki bayi digores, bayi akan menunjukkan

respon berupa semua jari kaki hiperekstensi dengan ibu

jari dorsofleksi. Reflek ini akan menghilang sekitar 6

bulan (Rosita, 2018).

9) Reflek muntah, batuk dan bersin

Reflek ini melindungi bayi dari sumbatan nafas. Reflek

ini tidak akan hilang (Rosita, 2018).

f. Pemeriksaan perkembangan

Tahap perkembangan bayi normal usia 1 bulan menggunakan

DDST dengan intepretasi hasil 0T dan 1P. Lembar denver

(terlampir). Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan: status

gizi melalui kartu KMS (terlampir) hasil bayi normal jika BB

pada daerah hijau, stunting, lingkar kepala

makro/mikrocephali/normal dengan lembar lingkar kepala

(terlampir) (Kemenkes RI, 2016).

3. Analisa data

Menurut Kemenkes (2011), bidan melakukan pengelompokan data


dukung yang menimbulkan masalah actual, masalah risiko dan atau

kemungkinan timbulnya masalah. Hasil Analisa data yang diperoleh

pada pengkajian, ditafsirkan secara akurat dan logis untuk

menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

2.4.2 Diagnosa kebidanan

Neonatus cukup bulan, lahir spontan, usia 0–28 hari, jenis

perempuan, tumbuh kembang baik/buruk, keadaan umum baik, prognosa

baik (Marmi & Rahardjo, 2018).

2.4.3 Perencanaan

Diagnosa: Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan, lahir

spontan, usia 0-28 hari, jenis kelamin laki-laki/perempuan, keadaan umum

baik.

1. Tujuan

Menurut Sembiring (2017), neonatus dapat melewati masa transisi dari

intrauterin ke ekstrauterin dengan baik tidak terjadi hipotermi dan

hipoglikemi.

2. Kriteria

Kriteria menurut Kemenkes Tahun 2011 meliputi:

a. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis

b. TTV dalam batas normal (S: 36,5-37,5 oC, N: 120-160 x/menit, RR:

40-60 x/menit)

c. Bayi menangis kuat dan bergerak aktif.

d. Tubuh bayi kemerahan dan bayi menyusu kuat.


e. Berat badan bayi normal saat lahir 2,5-4 kg, pada usia 1 minggu

berat badan berkurang 10% selama beberapa hari pertama

kehidupan, pada usisa 2 minggu peningkatan BB minimal 160 gram

per minggu, setelah 1 bulan BB naik setidaknya 800 gram dalam 3

bulan pertama (Marmi & Raharjo, 2018).

f. Bayi defekasi 1-4 kali setiap hari, mekonium 1-3 hari berwarna

hitam seperti petis, selanjutnya berwarna hijau kekuningan.

g. Bayi berkemih 5 kali atau lebih setiap hari.

h. Kadar bilirubin normal bayi baru lahir dibawah 5 mg/dL pada 24

jam pertama setelah kelahiran.

i. Bayi tidak kejang, tidak latergi, pernafasan teratur, kulit

kemerahan. Tidak pucat, minum ASI adekuat, tangis kuat.

j. Kulit bayi tidak ikterus atau berwarna kuning dan dibagian sklera

Intervensi

Intervensi menurut Kemenkes RI (2020), meliputi:

1. Menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan.

Rasional: bayi dalam keadaan sehat.

2. Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering

Rasional: tali puata yang basah/lembab dapat menyebabkan infeksi.

3. Menjelaskan kepada ibu mengenai pemberian ASI eksklusif minimal 6

bulan dan berikan ASI secara on demand.

Rasional: mencegah hipoglikemia pada bayi.


4. Tempatkan bayi di tempat yang hangat dan dekat tempat tidur yang

sama dengan ibunya.

Rasional: Kehilangan suhu tubuh bayi dapat melalui konduksi,

konveksi, radiasi, dan evaporasi.

5. Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda bahaya pada bayi (Ni

Wayan A,2017)

Rasional: Tanda-tanda bahaya pada bayi diketahui sejak dini akan

mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.

6. Menjelaskan mengenai masalah yang mungkin terjadi pada bayi,

meliputi:

1) Hipotermi

Hipotermi dapat disebabkan oleh cuaca dingin, tidak mengeringkan

bayi setelah lahir. Ditandai dengan kulit bayi pucat dan terasa

dingin. Hangatkan bayi dengan memakaikan bedong, hangatkan bayi

dengan metode kanguru.

2) Ikterus

Ikterus, ditandai dengan warna kekuningan pada kulit, mukosa dan

sklera mata, tinja tidak berwarna pucat. Disebabkan oleh kelainan

kadar bilirubin. Cara mengatasinya yaitu dengan memberikan ASI

sesegera mungkin kepada bayi setiap 2 jam sekali, jemur bayi di

matahari pagi jam 7-9 jam selama 10 menit (Jamil, Siti Nurhasiyah,

2017).

3) Muntah dan Gumoh


Disebabkan oleh ASI yang diminum bayi kembali ke kerongkongan

(refluk). Cara mengatasinya yaitu dengan menyendawakan bayi

setelah menyusui dan mengentikan menyusui bayi ketika bayi mulai

rewel dan menangis (Jamil, Siti Nurhasiyah, 2017).

4) Oral Trush

Disebabkan oleh jamur candida albicas pada mulut bayi. Cara

mengatasinya yaitu membersihkan mulut bayi setelah menyusu. Jika

bayi menggunakan susu formula cuci bersih botol dan dot susu.

Sebelum menyusui ibu membersihkan putingnya terlebih dahulu

(Jamil, Siti Nurhasiyah, 2017).

7. Anjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan neonatal (KN)

minimal 3 kali yaitu 6-48 jam pascalahir (KN1), 3-7 hari (KN2), dan

8-28 hari (KN3).

a. KN 1 (6-48 jam) pemantauan suhu tubuh bayi untuk

mencegah hipotermi,pemantauan tanda bahaya, pemberian

injeksi Vit K, salep mata dan imunisasi HB0, pemeriksaan

fisik bayi baru lahir, pemberian ASI ekslusif, penanganan dan

rujukan kasus bila diperlukan.

b. KN 2 (3-7 hari)

menjaga tali pusat tetap dalam keadaan bersih dan

kering,pemantauan tanda bahaya, perawatan bayi baru lahir,

melakukan konselingkepada ibu dan keluarga untuk memberikan

ASI ekslusif, penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.


c. KN 3 (8-28 hari)

pemeriksaan tali pusat, pemantauan tanda bahaya, perawatan

bayi baru lahir, konseling tentang imunisasi lengkap.

Rasional: untuk evaluasi hasil perkembangan dan kemajuan yang

berkaitan dengan keadaan umum bayi (Kemenkes, 2020 ).

8. Lakukan stimulasi pada bayi usia 0-3 bulan menggunakan buku KIA

dan berikan masase pada bayi (Kemenkes RI, 2019).

Rasional: Kegiatan stimulasi dapat merangsang kemampuan dasar anak,

agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Sentuhan fisik pada

bayi dapat menghasilkan hormone serotonin sehingga bayi merasa lebih

tenang dan memperlancar pencernaan.

9. Lakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dengan

Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)

sesuai jadwal.

Rasional: Untuk memonitor dan memantau tumbuh dan kembang

bayi.

10. Anjurkan ibu untuk melakukan imunisasi sesuai jadwal pada buku

KIA .

Rasional: mendapatkan kekebalan tubuh sesuai dengan usianya

11. Lakukan rujukan jika masalah mengarah ke kondisi komplikasi.

Rasional: agar masalah segera teratasi dan mendapatkan penanganan

lebih lanjut apabila terjadi komplikasi.

2.4.4 Pelaksanaan
Menurut (Kemenkes, 2011), dalam pelaksanaan seluruh rencana

tindakan yang sudah disusun dilaksanakan dengan efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan, sebagaian lagi oleh

klien, atau anggota lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri

dia tetap memikul tanggung jawab untuk melaksanakan rencana asuhannya

(misal memastikan langkah tersebut benar-benar terlaksana).

2.4.5 Evaluasi

Menurut (Kemenkes, 2011), Bidan melakukan evaluasi secara

sistematis dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari

asuhan yang sudah diberikan, sesuaiperubahan perkembangan

dengan kondisi klien. Kriteria pencatatan asuhan kebidanan:

Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada

formulir yang tersedia (Rekam medis/KMS/Status pasien/buku KIA)

Ditulis dalam betuk catatan perkembangan SOAP

S : Data subyektif, mencatat hasil anamnese

O : Data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan

A : Hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan

P :Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan,

kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.

Petugas

Anda mungkin juga menyukai