Anda di halaman 1dari 11

KEWARGANEGARAAN

ANALISA BERITA MENGENAI DISINTEGRASI NASIONAL

KELOMPOK 4

OLEH :

KOMANG SRI DIANA INDAH (12220196)

PUTU CLARISSA TARAMITHA DEVI (22220277)

NI PUTU NANDA SHINTA DEWI (22220281)

A.A KRISNANDA (22220283)

ALDO RAJENDRA ZUFAR WAHYU ARYAPUTRA (22220282)

I WAYAN WISNU PRATAMA (12210625)

DOSEN PENGAMPU : NI NYOMAN SRI WISUDAWATI S.ST.Par.,M.Par

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL DENPASAR

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya kami
selaku kelompok 4 telah diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ANALISA BERITA DISINTEGRASI NASIONAL” dengan tepat waktu. Makalah tersebut
kami susun demi memenuhi tugas pada mata kuliah Kewarganegaraan yang merupakan salah
satu mata kuliah wajib di Universitas Pendidikan Nasional. Selain itu, kami juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca agar dapat memahami materi yang
akan kami bahas lebih dalam.

Kami juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ni Nyoman Sri
Wisudawati S.ST.Par.,M.Par selaku dosen mata kuliah wajib Kewarganegaraan. Sehingga tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan kami terkait materi analisa
kasus disintegrasi yang terjadi di Indonesia .

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak yang harus
diperbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami diterima demi
kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 3 April 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara multietnis dan multikultural dengan semboyan, “Bhinneka


Tunggal Ika”. Akan tetapi pada kenyataannya, semboyan tersebut masih sulit untuk diwujudkan
karena banyaknya perbedaan ideologi dan kepentingan masyarakat yang bertentangan.
Indonesia, negara yang terdiri dari 17.500 pulau, lebih dari 300 kelompok etnik 1.340 suku
bangsa, 6 agama resmi dan belum termasuk beragama aliran kepercayaan, serta 737 bahasa.
Kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas keberuntungan bangsa kita yang
hingga kini tetap bersatu dalam keberagaman meskipun berbagai konflik dan pergolakan sempat
berlangsung di masyarakat.

Dalam sejarah republik ini, konflik dan pergolakan dalam skala yang lebih besar bahkan
pernah terjadi. Bila sudah begitu, lantas siapa pihak yang paling dirugikan? Tak lain adalah
masyarakat, bangsa kita sendiri. Karenanya dalam bab ini kita akan pelajari beberapa pergolakan
besar yang pernah yang pernah berlangsung di dalam negeri kita akibat ketegangan politik
selama rentang tahun 1948-1965. Salah satunya yaitu terbentuknya KKB Papua.

Terbentuknya KKB Papua tidak serta merta terjadi begitu saja, adanya konflik yang
kompleks menjadi salah satu penyebab terbentuknya. Sebelum lahir dengan sebutan KKB,
kelompok ini dulunya dikenal dengan nama Organisasi Papua Merdeka (OPM).

OPM didirikan pada 1965 untuk mengakhiri pemerintahan Provinsi Papua dan Papua
Barat, yang sebelumnya disebut Irian Jaya. Mereka berniat untuk melepaskan diri dari Indonesia.
OPM pun kerap menyuarakan tentang referendum supaya bisa merdeka dari NKRI.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang akan kami
bahas yaitu mengenai :

1. Judul berita dan sumber


2. Isi pokok berita
3. Kaitannya dengan integrasi
4. Faktor penyebab disintegrasi
5. Alternatif penyelesaian menurut kelompok

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab disintegrasi


2. Untuk lebih memahami alternatif penyelesaian yang bisa dilakukan
3. Untuk dapat mengetahui apa kaitan disintegrasi dengan KKB
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DISINTEGRASI BANGSA : ADA APA DENGAN KKB PAPUA?

Sebelum lahir dengan sebutan KKB, kelompok ini dulunya dikenal dengan nama
Organisasi Papua Merdeka (OPM). OPM didirikan pada 1965 untuk mengakhiri pemerintahan
Provinsi Papua dan Papua Barat, yang sebelumnya disebut Irian Jaya. Mereka berniat untuk
melepaskan diri dari Indonesia. OPM pun kerap menyuarakan tentang referendum supaya bisa
merdeka dari NKRI. Dalam memperjuangkan keinginan kelompok, mereka beberapa kali
melakukan gerakan kriminal yang memakan korban jiwa. Oleh sebab itu, pemerintah kemudian
berinisiatif untuk membentuk Otonomi Khusus bagi Papua dengan anggaran yang besar.
Sayangnya, anggaran tersebut hanya digunakan oleh golongan elite saja, tidak sampai ke
masyarakat luas.

Kelompok Kriminal Bersenjata atau akrab disebut KKB adalah sebuah organisasi yang
akhir-akhir ini menarik perhatian masyarakat sebab gencar meneror masyarakat sipil maupun
TNI dan Polri. Sebutan tersebut diberikan oleh penegak hukum kepada kelompok yang berusaha
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Gerakan tersebut dapat
dikatakan sebagai gerakan separatis yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.

Tentu kita paham bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman
mulai dari ras, suku, agama, bahasa, dan kebudayaan. Keberagaman tersebut tidak hanya
terdapat dampak positif tetapi juga terdapat dampak negatifnya. Penerimaan terhadap
keanekaragaman dapat menjadi anugerah bagi suatu bangsa, sebaliknya jika perbedaan
tersebut tidak dapat diterima, maka dapat menyebabkan konflik yang memicu disintegrasi
bangsa. Disintegrasi sama halnya dengan disorganisasi, menurut Soerjono Soekanto dalam buku
Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial (1983), disintegrasi adalah suatu proses dimana
perubahan terhadap masyarakat dapat mengakibatkan pudarnya nilai dan norma yang ada.

Dilansir dari pendidikan.co.id singkatnya disintegrasi merupakan situasi dimana tidak


adanya peraturan serta kesatuan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam konsep
disintegrasi bangsa dapat pula diartikan sebagai suatu perpecahan dalam masyarakat yang yang
terjadi karena kurangnya penerimaan terhadap suatu perbedaan.
Sejak Indonesia merdeka hingga kini, gerakan separatis selalu menjadi perhatian bagi
pemerintah. Mulai yang dari yang paling membekas yaitu Pemberontakan PKI dan yang baru-
baru ini terjadi yaitu KKB Papua. Seperti yang telah disebutkan di atas Kelompok Kriminal
Bersenjata (KKB) merupakan sebuah kelompok kejahatan separatis di Papua yang dapat
menimbulkan korban jiwa kapan saja.

Sebelum menjadi Kelompok Kriminal Bersenjata, gerakan ini dikenal sebagai Organisasi
Papua Merdeka (OPM). Dilansir dari Kompas.com, OPM berdiri sejak tahun 1965. Sejak saat itu
mereka ingin melepaskan diri dari Indonesia. Banyak cara yang dilakukan OPM untuk
memperjuangkan keinginannya mulai dari menyuarakan referendum hingga melakukan gerakan
kriminal yang memakan korban jiwa. Pemerintah tentu tidak tinggal diam. Demi keamanan dan
persatuan negara, pemerintah membentuk otonomi khusus bagi Papua dengan memberikan
anggaran yang cukup besar. Namun sayangnya anggaran tersebut tidak sampai ke tangan
masyarakat luas, melainkan disalahgunakan oleh golongan elit.

Hal tersebut kemudian menjadi pemicu masifnya perlawanan OPM dengan melakukan
berbagai tindak kejahatan. Oleh karena itu, aparat menamai OPM menjadi Kelompok Kriminal
Bersenjata. Strategi dan kelengkapan senjata KKB membuat pergerakannya menimbulkan
banyak korban jiwa. Dilansir dari laman kompas.com terdapat daftar kejahatan KKB Papua yang
dimulai sejak 16 Februari 2021 di kawasan Boega, Kecamatan Puncak, Papua. Kawasan ini
menjadi salah satu kawasan yang rawan gangguan KKB Papua.

Pada 16 Februari 2021 terjadi penganiayaan menggunakan parang pada leher korban
berinisial DP. Kemudian pada 8 April 2021 terjadi penembakan yang menewaskan seorang guru
(OR) yang disusul pembakaran rumah korban tersebut. 9 April 2021 kembali terjadi penembakan
yang menewaskan seorang guru berinisial JR. 11 April 2021 terjadi kebakaran SMA negeri 1
Boega. 2 hari setelahnya terjadi pembakaran rumah kepala SMP negeri 1 Junaedi Sulele dan
pembakaran kantor PT bumi infrastruktur. Pada 17 April 2021 kembali terjadi pembakaran di dua
tempat. Pada 25 April 2021 terjadi penembakan yang menewaskan kabinet Papua Brigjen TNI
Gusti putu Danny Nugraha Karya.
Kemudian yang beberapa saat lalu sempat ramai, yaitu pembantaian 8 orang pekerja
perbaikan tower BTS 3 Telkomsel pada 2 Maret 2022. Hingga update terakhir, penembakan sopir
truk yang baru ditemukan 22 jam Setelah kasus penembakan oleh KKB yaitu pada tanggal 12
Mei 2022. Dari banyaknya kasus tersebut, tentu kita sadar bahwa secepatnya harus dilakukan
pergerakan untuk menangani gerakan separatis ini agar tidak menimbulkan lebih banyak korban
jiwa

Dari tahun ke tahun kasus disintegrasi selalu terjadi dan hal ini tidak dapat dihindari.
Sebagai penulis saya hanya berharap agar pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama
untuk mengurangi tindakan separatis atau dampak dari tindakan separatis yang ada. Pemerintah
dapat lebih memperketat keamanannya.

Masyarakat dapat memperkuat rasa nasionalismenya. Seperti yang dikatakan pada kasus
sebelumnya bahwa beberapa waktu lalu terjadi gerakan separatis dan harus disyukuri bahwa
satu-satunya saksi dalam kejadian tersebut dapat selamat. Meskipun demikian, sudah
sepatutnya kita mencegah terjadinya perpecahan. Dimulai melalui langkah kecil dari diri sendiri
seperti meningkatkan nilai rasa nasionalisme atau rasa cinta tanah air dan menanamkan nilai-
nilai pancasila. Begitupun dengan pemerintah, dapat melaksanakan pemerintahan setulus dan
semaksimal mungkin agar semua rakyat Indonesia tidak kecewa atau sampai berpikiran untuk
memisahkan diri dari Indonesia.

2.2 KAITAN KASUS KKB PAPUA DENGAN INTEGRASI NASIONAL

Integrasi nasional merupakan proses mempersatukan bagian-bagian, unsur atau elemen


yang terpisah dari masyarakat menjadi kesatuan yang lebih bulat, sehingga menjadi satu bangsa.
Penguatan nilai integrasi nasional pada masyarakat Indonesia menjadi penting karena dengan
integrasi nasional merupakan modal kuat membangun kejayaan nasional demi mencapai tujuan
nasional. Terjadinya gerakan bersenjata seperti KKB Papua menghalangi terwujudnya tujuan
nasional dan kemajuan bangsa yang tercantum dalam UUD 1945 alinea ke-4, yang berbunyi,
“...melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.”

Oleh karena itu, kita sebagai bangsa Indonesia perlu mempertahankan kesetiaan terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui peningkatan nilai integrasi nasional yang dapat
dilakukan dengan selalu membangun dan menghidupkan komitmen, kesadaran, dan kehendak
untuk selalu bersatu; bertindak diri sesuai dengan peraturan yang berlaku di berbagai lingkungan;
tidak bertindak dengan semena-mena atas dasar kekuasaan yang dimiliki; tidak menciptakan
kelompok-kelompok yang dapat mendorong Bangsa Indonesia ke arah disintegrasi nasional;
selalu bertindak adil antar sesama; bersikap penuh dengan empati, tenggang rasa, dan toleran
terhadap sesama warga negara; serta memberikan kebebasan menganut agama kepada orang
lain.

2.3 FAKTOR PENYEBAB DISINTEGRASI NASIONAL

Pengetahuan akan disintegrasi pada tingkat nasional menjadi penting untuk dipahami
dalam konteks kebangsaan dan pendidikan. Selain itu, perlu diketahui pula bahwa ada beberapa
faktor penyebab disintegrasi nasional atau penghambat integrasi sebagaimana dirumuskan
Tholib dalam “Modul Pembelajaran PPKn: Integrasi Nasional dalam Bingkai Bhinneka Tunggal
Ika” (2020). Beberapa faktor itu antara lain:

a. Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen

b. Kurangnya toleransi antargolongan

c. Kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan gangguan dari luar

d. Adanya ketidakpuasan terhadap ketimpangan hasil-hasil pembangunan. Upaya untuk


mencapai proses integrasi nasional dapat dilakukan dengan cara menjaga keselarasan
antarbudaya.

Sejalan dengan faktor-faktor tersebut, berikut adalah beberapa contoh dari disintergrasi nasional
atau disintegrasi bangsa yang berujung pada konflik sosial di Indonesia.

Adapun faktor penyebab disintegrasi bangsa dari dikutip dari artikel Tirto antara lain: kurangnya
kesadaran terhadap ancaman dari luar, kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan,
kurangnya toleransi antar golongan, dan ketidakpuasan terhadap ketimpangan hasil-hasil
pembangunan.
2.4 ALTERNATIF PENYELESAIAN

1. Melakukan pendekatan kepada masyarakat dan membicarakannya secara baik-baik


serta mencari titik temu bersama-sama untuk menghindari terjadinya disintegrasi
bangsa yang dimana merugikan masyarakat, yaitu rakyat Indonesia.
2. Memusatkan kekuatan militer pada daerah yang menjadi pusat penyerangan KKB,
mengerahkan intelejen negara untuk mengetahui latar belakang KKB dan pihak yang
ikut membantu kelompok tersebut.
3. Pemerataan infrastruktur di Papua agar dapat memfasilitasi kegiatan perekonomian
secara merata di Papua sehingga dapat memajukan perekonomian di Papua dan
dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia khususnya di Papua.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kelompok Kriminal Bersenjata atau akrab disebut KKB adalah sebuah organisasi yang
akhir-akhir ini menarik perhatian masyarakat sebab gencar meneror masyarakat sipil maupun
TNI dan Polri. Sebutan tersebut diberikan oleh penegak hukum kepada kelompok yang berusaha
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Gerakan tersebut dapat
dikatakan sebagai gerakan separatis yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.

Integrasi nasional merupakan proses mempersatukan bagian-bagian, unsur atau elemen


yang terpisah dari masyarakat menjadi kesatuan yang lebih bulat, sehingga menjadi satu bangsa.
Terjadinya gerakan bersenjata seperti KKB Papua menghalangi terwujudnya tujuan nasional dan
kemajuan bangsa yang tercantum dalam UUD 1945 alinea ke-4, yang berbunyi, “...melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.”

Adapun faktor penyebab disintegrasi bangsa dari dikutip dari artikel Tirto antara lain:
kurangnya kesadaran terhadap ancaman dari luar, kurangnya penghargaan terhadap
kemajemukan, kurangnya toleransi antar golongan, dan ketidakpuasan terhadap ketimpangan
hasil-hasil pembangunan.

Adapun beberapa alternatif penyelesaian menurut kelompok kami yaitu, melakukan


pendekatan kepada masyarakat dan membicarakannya secara baik-baik serta mencari titik temu
bersama-sama untuk menghindari terjadinya disintegrasi bangsa yang dimana merugikan
masyarakat, yaitu rakyat Indonesia, memusatkan kekuatan militer pada daerah yang menjadi
pusat penyerangan KKB, mengerahkan intelejen negara untuk mengetahui latar belakang KKB
dan pihak yang ikut membantu kelompok tersebut, pemerataan infrastruktur di Papua agar dapat
memfasilitasi kegiatan perekonomian secara merata di Papua sehingga dapat memajukan
perekonomian di Papua dan dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
khususnya di Papua.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/mustikaayudika1782/628b75b8f1f29839e50e5612/disintegrasi-
bangsa-ada-apa-dengan-kkb-papua?page=all#section2

https://www.kompas.com/stori/read/2022/03/17/130000679/sejarah-munculnya-kkb-
papua?page=all#page2

https://www.kompasiana.com/veva290502/60bb4b3ed541df53e5628652/kkb-papua-sebagai-
bukti-perlunya-peningkatan-nilai-integrasi-nasional-pada-bangsa-
indonesia?page=2&page_images=1

Anda mungkin juga menyukai