Anda di halaman 1dari 1

KONSEP ULAMA YANG INTELEK DAN INTELEK YANG ULAMA

Konsep ulama yang intelek dan intelek yang ulama mengacu pada pemahaman yang keliru di
masyarakat yang memisahkan antara ulama dan intelektual. Padahal, keduanya seharusnya
saling melengkapi. Ulama-ulama terdahulu dikenal sebagai sosok-sosok yang menguasai
ilmu agama sekaligus ilmu lainnya seperti matematika, fisika, dan humaniora . Oleh karena
itu, penting untuk memahami bahwa ulama yang intelek adalah mereka yang menguasai ilmu
agama Islam serta ilmu-ilmu lainnya, sementara intelek yang ulama adalah mereka yang
menguasai ilmu pasti dan umum serta memiliki keinginan untuk mempelajari dan menguasai
ilmu agama .
Dalam konteks pengembangan pengetahuan dan kecerdasan yang berlandaskan pada Islam,
penting untuk memperhatikan nilai-nilai Islam dalam pengelolaan dan pengembangan modal
intelek di berbagai sektor Konsep ulama yang intelek dan intelek yang ulama
menggabungkan antara kecerdasan intelektual dengan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai
Islam.
Konsep ulama yang intelek dan intelek yang ulama mengacu pada pemahaman yang keliru di
masyarakat yang memisahkan antara ulama dan intelektual. Padahal, keduanya seharusnya
saling melengkapi. Ulama-ulama terdahulu dikenal sebagai sosok-sosok yang menguasai
ilmu agama sekaligus ilmu lainnya seperti matematika, fisika, dan humaniora. Oleh karena
itu, penting untuk memahami bahwa ulama yang intelek adalah mereka yang menguasai ilmu
agama Islam serta ilmu-ilmu lainnya, sementara intelek yang ulama adalah mereka yang
menguasai ilmu pasti dan umum serta memiliki keinginan untuk mempelajari dan menguasai
ilmu agama.
Sebuah artikel menyebutkan bahwa dalam masyarakat terjadi dikotomi (pemisahan)
pemahaman antara ulama dan intelektual. Padahal, antara ulama dan intelek seperti dua sisi
dalam satu mata uang logam. Ulama yang intelek adalah mereka yang menguasai ilmu agama
Islam serta ilmu-ilmu lainnya, sementara intelek yang ulama adalah mereka yang menguasai
ilmu pasti dan umum serta memiliki keinginan untuk mempelajari dan menguasai ilmu agama
.
Dalam konteks pendidikan, terdapat cita-cita untuk melahirkan ulama yang intelek dan
intelek yang ulama. Misalnya, Kyai Dahlan, pendiri Muhammadiyah, memiliki cita-cita
untuk melahirkan manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai ulama-intelek atau
intelek-ulama, yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas .
Pengertian ulama sendiri mengalami pengembangan makna seiring dengan perubahan zaman.
Ulama dapat diartikan sebagai orang yang mendalami ilmu agama, namun juga dapat
menguasai ilmu-ilmu lainnya .
Dalam upaya mempersatukan konsep ulama yang intelek dan intelek yang ulama, penting
untuk memperhatikan nilai-nilai Islam dalam pengembangan pengetahuan dan kecerdasan.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengintegrasikan ilmu agama dengan ilmu pasti dan umum,
serta memanfaatkan ilmu dan kecerdasan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam dan
memberikan manfaat bagi umat manusia .

Anda mungkin juga menyukai