Disusun Oleh:
Kelompok 11
PAI 1 2018
Dosen Pengampu:
Dr. Halimatussakdiah, S. Ag,. M. Pd. I
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG
2021 M/1442 H
PENDAHULUAN
Islamisasi di Nusantara erat kaitannya dengan sejarah Islam yang hingga kini
penulisannya belum lengkap dan sifatnya masih parsial. Keadaan seperti ini jauh jauh
hari sudah disinyalir oleh Presiden Soekarno yang menyatakan bahwa sikap
ulama Indonesia kurang atau bahkan tidak memiliki pengertian perlunya penulisan
sejarah. Di samping sikap ulama Indonesia tersebut, masih ada kendala lain untuk
menuliskan sejarah. Kendala itu antara lain, kurangnya data atau sumber-sumber
tertulis, serta luasnya geografis Indonesia, sehingga untuk mengintegrasikan data
dari berbagai daerah juga sulit.1
Penduduk Indonesia kebanyakan memeluk agama Islam, tetapi ada agama
lain yang berkembang di sini Islam datang di Indonesia tidak terlepas dengan peran
para ulama-ulama dan ilmuwan untuk menyebarkan Islam secara damai sehingga
mudah diterima oleh berbagai lapisan masyarakat.2
Maka perlu kita ketahui bahwa istilah “ulama” secara sederhana berarti orang yang
mengetahui atau orang yang memiliki ilmu. Tidak ada pembatasan ilmu spesifk dalam
pengertian ini.Tetapi, seiring perkembangan dan terbentuknya ilmu-ilmu Islam
khususnya syari‟ah atau fikih, pengertian ulama menyempit menjadi orang yang
memiliki pengetahuan dalam bidang fikih. Meskipun di Timur Tengah ini, pengertian
ulama cenderung kembali meluas mencakup orang-orang yang ahli dalam ilmu agama
dan ilmu-ilmu umum.3 Sedangkan dalam KBBI, ilmuwan di definisikan sebagai
seseorang yang ahli atau seseorang yang memiliki banyak ilmu pengetahuan, serta juga
dapat didefinisikan sebagai seseorang yang berkecimpung dalam dunia ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sangat penting untuk mengetahui sejarah Islam masuk di
Nusantara supaya tidak kehilangan identitasnya sebagai warga Negara Indonesia.
Karena Islam yang ada di Indonesia ini berbeda dengan Islam yang ada di Mesir, Arab
Saudi, Palestina dan lain sebagainya sehingga perlu kita pelajari bersama.
1
M.Khoiril Anwar, Peran Ulama Di Nusantara Dalam Mewujudkan Harmonisasi
Umat Beragama, Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan Volume 4 Nomor 1, 2016, hlm. 82.
2
M.Khoiril Anwar, Peran Ulama Di Nusantara..., hlm. 81.
3
Burhanudin, Ulama Perempuan Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 27.
1
PEMBAHASAN
4
KBBI, https://kbbi.web.id/ulama, diakses pada tanggal 2 Januari 2021, pukul 06.40
5
Kamus Islam, https://www.risalahislam.com/2014/02/pengertian-ulama-yang-sesungguhnya.
html, diakses pada tanggal 2 Januari 2021, pukul 06.45
6
Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Ulama, diakses pada tanggal 2 Januari 2021, pukul
06.47
2
Ulama dalam arti luas adalah kaum cerdik – cendika dalam berbagai cabang
ilmu pengetahuan sesuai dengan kekhususannya masing – masing. Sejalan dengan
kelengkapan ajaran al –Qur‟an dan sunnah yang mencakup segala aspek
kehidupan manusia. Maka para ulama ( dalam pengertian luas ) dan lebih – lebih
ulama dalam pengertia sempit yaitu yang berkecimpung dalam ilmu – ilmu
agama. Secara jama‟i dapat memecahkan masalah – masalah yang dihadapi
masyarakat menuju perkembangan hidup yang sehat, sejalan dengan nilai – nilai
ajaran al – Qur‟an dan sunnah.7
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ulama adalah orang-orang
Muslim yang menguasai ilmu agama Islam, yang memahami syariat Islam secara
menyeluruh (kaaffah) sebagaimana terangkum dalam Al-Quran dan As-Sunnah,
serta menjadi teladan umat Islam dalam memahami ilmu serta mengamalkannya.
2. Pengertian Ilmuwan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, ilmuwan di definisikan
sebagai seseorang yang ahli atau seseorang yang memiliki banyak ilmu
pengetahuan, serta juga dapat didefinisikan sebagai seseorang yang berkecimpung
dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi.8 Dalam Ensiklopedia Islam
pengertian ilmuwan adalah seseoarang yang ahli dan memiliki banyak ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam suatu atau banyak bidang tertentu.9
Sedangkan pengertian ilmuwan menurut beberapa ahli, yaitu:10
a. Menurut McGraw
Definisi Ilmuwan menurut McGraw – Hill Dictionary Of Scientific and
Technical Terms adalah seseorang yang melakukan latihan, kemampuan, dan
memiliki hasrat atau rasa ingin tahu untuk mencari ilmu pengetahuan dan
teknologi yang baru, asas – asas baru dan juga bahan – bahan baru dalam suatu
bidang keilmuan tertentu.
7
Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan KeIslaman : Seputar Filsafat, Hukum, Politik
Dan Ekonomi (Bandung : Mizan, 1993), hlm. 259.
8
KBBI, https://kbbi.web.id/ilmuwan, diakses pada tanggal 2 Januari 2021, pukul 07.29.
9
Ensiklopedia Islam, https://ensiklopediaislamweb.id/ilmuwan/, dikases pada tanggal 2 Januari
2021, pukul 07.40.
10
Jagad, https://jagad.id/definisi-ilmuwan/, dikases pada tanggal 2 Januari 2021, pukul 07.36.
3
b. Menurut Maurice Richer Jr.
Pengertian ilmuwan menurut pandangan seorang Maurice Richer adalah
seseorang atau mereka yang memiliki keikutsertaan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, secara relatif, langsung, kreatif, dan juga inovatif.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwasannya ilmuwan
merupakan orang yang ahli dalam sebuah bidang ilmu pengetahuan, yang
menghasilkan sesuatu yang baru dari ilmu tersebut, dan darinya dapat
bermanfaat bagi kemaslahatan umat.
Berdasarkan pengertian ulama dan ilmuwan penulis dapat menyimpulkan
bahwa, seorang ulama sudah pasti dan merupakan bagian dari Ilmuwan. Akan
tetapi Ilmuwan tidak harus selalu ulama, dalam artian yang dikatakan ilmuwan
bukan hanya dari golongan ulama, banyak ilmuwan-ilmuwan dari focus ilmu
lain yang mereka ahli di suatu atau banyak bidang ilmu tertentu.
11
Ahmad Sarwat, https://www.eramuslim.com/umum/kriteria-ulama-dan-ilmunya.htm, diakses
pada tanggal 2 Januari 2021, pukul 08.42
4
untuk menentukan siapa yang termasuk ulama, rujukannya adalah nash Al-Quran
dan Hadits tentang karakteristik atau sifat ulama, antara lain:12
a. Paling takut kepada Allah
“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah adalah ulama” (QS.
Fathir: 28) karena ia dianugerahu ilmu, tahu rahasia alam, hukum-hukum
Allah, paham hak dan batil, kebaikan dan keburukan, dsb.
b. Berperan sebagai “pewaris nabi” (waratsatul ambiya‟)
“Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi” (HR. Abu Daud
dan At-Tirmidzi)”.Seorang ulama menjalankan peran sebagaimana para nabi,
yakni memberikan petunjuk kepada umat dengan aturan Islam, seperti
mengeluarkan fatwa, laksana bintang-bintang di langit yang memberikan
petunjuk dalam kegelapan bumu dan laut (HR. Ahmad).
c. Terdepan dalam dakwah Islam
Menegakkan „amar ma‟ruf nahyi munkar, menunjukkan kebenaran dan
kebatilan sesuai hukum Allah, dan meluruskan penguasa yang zhalim atau
menyalahi aturan Allah.
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan karakteristik esensial ulama
adalah iman, ilmu, dan amal, yang semuanya amat mendalam, berbeda dengan
orang biasa, serta mendapatkan pengakuan dan penerimaan dari masyarakat
secara cultural.
2. Ilmuwan
Adapun syarat dan karakter atau sifat yang harus dimiliki seorang sehingga
dapat dikatakan seoarang ilmuwan, yaitu:13
a. Tanpa ada rasa pamrih artinya suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai
pengetahuan ilmiah yang objektif dengan menghilangkan pamrih atau
kesenangan pribadi.
b. Bersikap selektif yaitu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan mampu
mengadakan pemilihan terhadap segala sesuatu yang dihadapi.
12
Kamus Islam, https://www.risalahislam.com/2014/02/pengertian-ulama-yang-sesungguhnya.
html, diakses pada tanggal 2 Januari 2021, pukul 08.14
13
Istighfarah, https://istighfarahmq.wordpress.com/2016/11/29/contoh-sikap-ilmiah-yang-harus-
dimiliki-ilmuwan/, diakses pada tanggal 2 Januari 2021, pukul 09.03
5
c. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap
alat-alat indera serta budi (mind).
d. Adanya sikap yang berdasarkan pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan
merasa pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah
mencapai kepastian.
e. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seseorang ilmuwan harus selalu tidak puas
terhadap penelitian yang telah dilakukan, sehingga selalu ada dorongan untuk
riset dan riset sebagai kehidupan yang menonjol dalam hidupnya.
f. Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu berkehendak
untuk mengembangkan ilmu untuk kemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan
manusia, lebih khusus untuk perkembangan bangsa dan negara.
14
A. Azra dan Umam, Biografi Sosial Intelektual Ulama Perempuan: Perberdayaan
Historiograf. Dalam Ulama Perempuan Indonesia, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 27.
15
Miftah Arifn, Suf Nusantara: Biograf, Karya Intelektual, dan Pemikiran Tasawuf,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 91.
6
mufti besar di Kerajaan Kedah, tetapi kemudian menikah dengan wanita
Palembang, Raden Ranti.16 Sebelum itu, ayah Abdus Shamad pernah
melakukan perjalanan ke India dan Jawa, kemudian menetap di Palembang lalu
menikahi saudari perempuan Sultan Mahmud Badaruddin I tersebut.
b. Karya-Karya Al-Palimbani
Sejarawan seperti Drewes mengungkapkan bahwa Syaikh Abdus Shamad
memiliki tujuh buah kitab yang terkenal, Cuzwain dan Azyumardi Azra
menambahkan satu lagi kitabnya yang terkenal yaitu Thuhfah Al-Raghibin,
sehingga menjadi delapan buah. Secara lengkap rinciannya adalah sebagai
berikut:17
a) Hidayatus Salikin f Suluk Maslak al-Muttaqiin ditulis pada 1778 M. Kitab
ini berbahasa Melayu. Kitab ini bukan saja terjemahan dari Bidayat Al-
Hidayah Imam Al-Ghazali, namun juga dilengkapi dengan komentar yang
ditulis oleh Syaikh Abdus Shamad. Secara khusus akan dikaji pada sub-bab
selanjutnya.
b) Siyarus Salikin ila Ibadat rabb al- „alamin yang ditulis pada 1779 M. Kitab
ini berbahasa Melayu yang diterjemahkan dari kitab Imam Al-Ghazali,
Ihya‟ Ulumuddin. Dalam kitab ini ia berusaha mengkompromikan
pemikiran-pemikiran “Sufsme Lama” dari para tokoh seperti Ibn „Arabi, Al-
Jilli, dan Burhanpuri, namun ditafsirkan dalam pemikiran Imam AlGhazali
dan membentuk corak pemikiran Neo-Sufsme.
c) Thufah Al-Raghibin f Bayan Haqiqat Iman Al-Mu‟minin , kitab ini
berbahasa Arab dan ditulis pada 1774 M. Berisi tentang peringatan-
peringatan mengenai paham-paham yang menyebar dan memungkinkan
untuk menyesatkan umat. Menurut Drewes, kitab ini ditulis menurut
permintaan Sultan Baha‟uddin yang memerintah di Palembang.
16
Azyumardi Azra, “Jaringan Ulama”, dalam Abdullah, Taufk (Ed.)., Ensiklopedi Tematis
Dunia Islam Jilid V, ( Jakarta : Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 245.
17
Arafah Pramasto, Kontribusi Syaikh Abdus Shamad Al-Palimbani pada Aspek Intelektual
Islamdi Nusantara Abad ke-18, Jurnal Tsaqofah & Tarikh, Vol. 4 No. 2, 2020, hlm. 103-104.
7
d) Nasihat al-Muslimin wa Tadzkirat alMu‟minin f Fadha‟il Al-Jihad f
Sabilillah wa Karamat al-Mujahidin f Sabilillah, kitab ini ditulis dengan
berbahasa Arab dan berisi tentang anjuran berjihad di jalan Allah (Jihad f
Sabilillah). Kitab ini juga merupakan jawaban atas penjajahan bangsa barat
yang terjadi di Nusantara.
e) Zuhrat al-Murid f Bayan Kalimat alTawhid, diperkirakan ditulis pada 1764
M dengan bahasa Melayu yang berisi tentang kajian-kajian kalimat Tauhid
f) Al-Urwat al-Wutsqa wa Silsilat Uli al-Ittiqa, ditulis dengan bahasa Arab
yang berisi tentang wirid-wirid dan doa dalam waktu-waktu tertentu.
g) Ratib Abdus Shamad, satu-satunya buku yang ditulis berdasarkan nama
dirinya, di dalamnya berisi doa-doa, dzikir, dan shalawat (Ratib) yang
dilakukan setelah Shalat Isya‟ seperti yang sering ia lakukan.
h) Zadd Al-Muttaqin f Tawhid Rabb al- „Alamin, yang berisi ringkasan ajaran
Tauhid yang di dapatkan dari gurunya, Syaikh Muhammad bin Abd Al-
Karim Al-Samani Al-Madani.
Al- palimbani merupakan ulama terkemuka yang memiliki reputasi
internasional mengenai otoritas keilmuwan yang dimilikinya karena karya-
karyanya telah menjadi sumber rujukan umat islam di dunia khususnya di Asia
Tenggara. Salah satu aspek yang cukup menarik dan berpengaruh terhadap
peradaban islam di nusantara adalah konsepsinya tentang ketuhanan yang
mampu mendeskripsikan secara komperehensif ajaran-ajaran tasawuf. Karya-
karya yang ditinggalkan al-Palimbani ini masih dibaca dan dikaji oleh orang-
orang yang peduli terhadap ilmu agama sampai sekarang. Olrh sebab itu,
pemaknaan ajaran tasawuf dari karya-karyanya merupakan sebuah khazanah
inelektual berharga yang selaras dengan perkembangan pemikiran tasawuf
sampai saat ini, khususnya dalam pengembangan pemikiran Islam.18
18
Syamsul Rijal, Rekontekstualisasi Konsep Ketuhanan Abd Samad Al- Palimbani, Jurnal
Tasawuf dan Pemikiran Islam Vol. 8 No. 1, 2018, hlm. 2-26
8
Nama lengkapnya adalah Muhammad Mahfudz bin „Abdillah bin „Abdul
Manan bin Dipomenggolo al-Tarmasi al Jawi. Beliau dilahirkan di Tremas,
Pacitan, Jawa Timur, pada tanggal 12 Jumadil Awal 1285 H. Beliau wafat di
Makkah pada awal bulan Rajab pada malam Senin tahun 1338 H dalam usia 53
tahun, dan dimakamkan di Maqbaroh al-Ma‟la. Saat dilahirkan, ayah beliau
sedang berada di Makkah yang sedang menunaikan haji sekaligus menuntut
ilmu agama di sana, sebagaimana kebanyakan ulama Nusantara pada masa itu.
Nisbat al-Tarmasi pada nama beliau merupakan penisbatan pada tempat asal
kelahiran beliau, yakni desa Tremas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur.19
b. Karya-karya Syaikh Mahfudz al-Tarmasi
Karya-karya beliau yang diterbitkan diantaranya adalah:20
1. Bidang Fiqh dan Ushul Fiqh, yaitu: al-Siqayah al-Mardiyah fi Asma al-Kutb
al Fiqhiyyah al-Syafi‟iyyah, Nail alMa‟mul bi Hasyiyah Ghayah al-Wusul fi
Ilm al Usul, al-Is‟af alMatholi bi Syarh Badr al-Lami‟ Nadham Jam‟ al-
Jawami, Hasyiah Takmilah al-Manhaj al-Qawim ila Faraid, Mauhibbah Zi
al-Fadl „Ala Syarh Muqaddimah bi al-Fadl, Tahyi‟at al-Fikr bi Syarh
Alfiyah al-Syair.
2. Bidang Tafsir, yaitu Fath al-Khabir bi Syarh Miftah al-Tafsir.
3. bidang Hadis dan Ulumul Hadis, yaitu Manhaj Dzawi al-Nadhar Syarh
Mandhumah al-Asar, alKhil‟ah al-Fikriyyah bi Syarh al-Minhah al
Khairiyyah,al-Minhah al-Khairiyyah fi Arba‟in Hadisan Min Ahadis Khair
al-Bariyyah, Shulashiat al-Bukhari, Inayah al-Muftaqir fima Yata‟allaq bi
Sayyidina al-Khidr, Bughyah al-Adzkiya‟ fi al-Bahs „an Karamah
al-Auliya‟.
4. Bidang Sanad, yaitu Kifayah al-Mustafid fima „Ala Min al-Sanid.
5. Bidang Qira‟at, yaitu, Insyirah al-Fuadi fi Qira‟at al-Imam Hamzah,
Ta‟mim al-Manafi fi Qiraat al-Imam Nafi‟, Tanwir al-Shadr fi Qira‟at al-
Imam Abi Amru, al-Badr alMunir fi Qira‟at al-Imam Ibn Katsir, al-Risalah
19
Ahmad Fauzan, Syekh Mahfudz al-Tarmasi: Muhaddis Nusantara, Jurnal Tahdis Volume 9
Nomor 2, 2018, hlm. 121
20
Ahmad Fauzan, Syekh Mahfudz al-Tarmasi..., hlm. 129-130.
9
al-Tarmasiyyah fi Asanid al-Qira‟at al-Asyriyyah, dan Ghunyah al-
Thalabah bi Syarh Badr al-Lami‟ Nazm Jam‟ al-Jawawi.
Pengaruh karya-karya Syaikh Mahfudz al-Tarmasi terhadap peradaban
Islam di Nusantara adalah pada bidang Sanad qira‟ah, hadis arba‟in, dan bidang
sanad. Seperti dalam bidang sanad, menurut beliau sanad merupakan hal yang
sangat penting karena merupakan perisai yang dipunyai oleh orang mukmin.
Bahkan oleh para ulama (khususnya ulama hadis yang mempunyai latar belakang
pesantren yang kuat).21
21
Ahmad Fauzan, Kontribusi Syaikh Mahfuz Al-Tarmasi Dalam Perkembangan Ilmu Hadis Di
Nusantara, Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an dan Hadis Vol. 19 No. 1, 2018.
22
Suwarjin, Biografi Intelektual Syekh Nawawi Al-Bantani, Jurnal Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No.
2, 2017, hlm. 189-190.
23
Suwarjin, Biografi Intelektual Syekh Nawawi Al-Bantani, Jurnal Tsaqofah..., hlm. 197-199.
10
alMajîd,63 yang terdiri dari dua jilid. Kitab ini sangat dikagumi oleh ulama di
Makkah dan Mesir dan juga banyak digunakan di pesantren-pesanten di
Indonesia.
2) Bidang Tasawuf dan Ahlak
Dalam bidang tasawuf, Syekh Nawawi menulis beberapa kitab yang
seluruhnya dalam bentuk syarah (penjelasan). Kitab-kitab tasawuf tersebut
mencerminkan pandangannya dan kedalaman ilmunya dalam bidang tasawuf.
Setidaknya ada empat kitab dalam bidang ini yang beliau tulis, yaitu Miṣbāḥ
aẓ-Ẓalām atau Nūr aẓ Ẓalām, Qāmi' aṭ-Ṭugyān, Bidāyah al-Hidāyah dan
Salālim al-Fuḍalā'. Kitab-kitab tersebut dipelajari secara luas di pesantren-
pesantren Jawa.
3) Bidang Fikih atau Hukum Islam
Karya Syekh Nawawi dalam bidang fikih yang sampai saat ini masih
dikaji oleh kalangan pesantren adalah kitab (1) Nihāyah al-Zein fî Irsyād
alMubtadi'īn, (2) Qūt al-Ḥabīb al-Gharīb Tausyīḥ 'alā Fatḥ al-Qarīb al-
Mujīb, (3) Mirqāh Ṣu'ûd at-Taṣdīq, (4) Syarḥ Sullam alMunājāt, (5) Kāsyifah
as-Sajā fī Syarḥ Safīnah an-Najā, (6) Syarḥ ar Riyāḍ al-Badī‟ah bi aṡ- Ṡimār
al-Yāni‟ah, (7) Syarḥ Bahjah al-Wasā‟il dan (8) Syarḥ Uqūd al-Lujain fī
Bayān Ḥuqūq az-Zaujain.
4) Bidang Tauhid
Dalam bidang tauhid, Syekh Nawawi Banten mengikuti paham yang
dikembangkan oleh Abu Hasan al-Asy'ari. Dalam kitabnya, Fatḥ al-Majid
beliau berkali-kali merujuk kepada al-Asy'ari dengan menyebutnya sebagai
syekh. Pada dasarnya, ia mengidentifikasi dirinya sebagai pengikut asy'ari
dalam term-term i'tiqad.
Pengaruh karya-karya Syaikh Nawawi Al-Banteni terhadap peradaban
Islam di Nusantara adalah pada saat kristenisasi yang dibawa oleh Belanda.
Syaikh Nawawi Al-Banteni menangkal misi tersebut dengan membekali rakyat
indonesia dengan pendidikan-pendidikan yang paling mendasar yaitu dalam
bidang akidah, fikih, dan tasawuf. Pokok-pokok ajaran Syaikh Nawawi lebih
bermuatan ajaran-ajaran ntradisional, indikasi ini karena dalam bidang fiqih ia
11
bermazhab Syafi‟i, bidang kalam bermazhab Asy‟ari, dan tasawuf berhaluan
sunni. Dalam bidang tafsir Syaikh Nawawi juga mengeluarkan gagasan tentang
pentingnya pembaharuan (Tajdid), karena menurutnya setiap zaman pasti ada
pembaharuan.24
24
Iin Yunus Muflihin, Skripsi:Pengaruh Pemikiran Politik Syekh Nawawi Al-Banteni Terhadap
Perjuangan Melawan Kolinialisme Belanda di Banten, 2008.
25
Alfian Dhany Misbakhuddi dan Muhamad rokim, Muhammad Yasin Al-Fadani Dan
Konstribusinya Dalam Sanad Keilmuan Ulama Nusantara, Jurnal Universum Vol. 12 No. 1, 2018, hlm.
2.
26
Alfian Dhany Misbakhuddi dan Muhamad rokim, Muhammad Yasin Al-Fadani..., hlm. 4.
12
c. Fathu al-„alam Syarah Bulugu al-Maram.
d. Arba‟un Hadithan min Arba‟ina kitaban „an Arba‟ina Syaikhan.
e. Arba‟un al-Bulda>niyyah Arba‟un Haditsan “an Arba‟in Syaikh}an min
Arba‟ina Baladan.
f. Arba‟un Hadithan min Riyadh al-Jannah min Atsari Ahli al-Sunnah.
g. Arba‟un Hadithan musal-salan bi an-Nujah ilaal-jalal al-syuthi.
h. Al-„Ujalah fi al-Ahadits al-Musalsalah.
i. Warawah „ala al-Jauhar al-Tsamin fi Arba‟in Hadithan min Ahaditsi Sayyid
al-Mursalin li al-„ajluni.
j. Waraqah fi Majmu‟ah al-Musal-salah
Pengaruh karya-karya Syaikh Muhammad Yasin terhadap peradaban
Islam di Nusantara adalah karya-karya yang sebagian besar masih berupa
naskah, tentang hadis, Ushul Fiqh, Manthiq, dan Bahasa Arab. Dalam
pembaharauan islam di Nusantara, karya-karya Syaikh Muhammad Yasin
tersebut menunjukkan akan luasnya pengetahuannya dalam bidang hadis baik
riwayat maupun dirayat, ushul fiqh maupun bidang keagamaan lain. Syaikh
Muhammad Yasin juga terlibat dalam institusi-institusi keagamaan dan
pendidikan umat. Dalam bidang pendidikan umat, selain mengajar di
rumahnya, Syaikh Muhammad Yasin juga tercatat sebagai orang yag berjasa
dalam pendirian Madrasah Dar al-„ulum ad-Diniyah di Makkah. Selain itu,
Pengaruh yang begitu besar oleh Syaikh Muhammad Yasin yaitu beliau
mampu menghidupkan kembali berbagai cabang ilmu hadis yang cenderung
dilupakan kalangan terpelajar muslim sekarang ini seperti pada cabang ilmu
isnad. 27
27
13
Dari segi politiknya, peranan ulama dalam usaha menyebarkan Islam di
Nusantara dapat dilihat melalui berdirinya kerajaan-kerajaan Melayu-Islam hasil
daripada gerakan dakwah yang oleh para mubaligh. Selain itu, golongan ulama
turut diangkat sebagai penasihat raja. Para ulama ini akan menasihati raja dalam
hal-hal berkaitan agama dan pada masa yang sama mereka turut memberi
penerangan rakyat tentang keagamaan. Raja bertindak sebagai pemegang utama
kekuasaan politik dan pentadbiran manakala golongan ulama sebagai pemegang
kekuasaan dalam soal hukum hakam agama.
Jika dilihat dari sudut yang lain, ulama telah berperanan mengubah
penggunaan dan gelaran raja-raja di Nusantara yaitu penggunaan gelaran “Sultan”
yang merupakan perubahan paling jelas dalam penyebaran Islam seterusnya
menyebarkan Islam dalam pemerintahan. Jika sebelum ini pemerintah Nusantara
terkenal dengan konsep dewaraja akibat pengaruh Hindu, dengan penglibatan
ulama-ulama Islam ini telah menyesuaikannya dengan fahaman tasawuf, yaitu
kedudukan Sultan sebagai Sayyid al- Mukammil atau pemerintah yang sempurna
dengan mengikut jejak Nabi Muhammad sebagai Insan al-Kamil.28
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, sejarah penyebaran Islam di
Nusantara telah membuktikan bahawa golongan ulama telah berperanan dalam
menimbulkan kesedaran dalam kalangan pemerintah dan masyarakat agar tidak
terikat dengan tradisi lama yang mengongkong kehidupan mereka.
2. Dalam Bidang Sosial
Perkembangan ajaran Islam yang disampaikan oleh golongan ulama telah
banyak mengubah sistem sosial masyarakat Nusantara walaupun tidak secara
total. Menurut pendapat Wertheim, kedatangan Islam telah menjadikan golongan
bawahan merasakan diri mereka berharga seperti golongan lain.29
Nilai-nilai persamaan taraf, persaudaraan dan perpaduan Islam sejagat adalah
pembaharuan yang telah diterapkan kepada masyarakat di seluruh Alam Melayu.
Faham kesamarataan dalam Islam telah merubah radikal sistem kelas yang selama
ini menjadi anutan masyarakat Nusantara. Sifat keadilan sosial adalah merupakan
28
Mohd Jamil Bin Mukmin. Melaka Pusat Penyebaran Islam di Nusantara, (Melaka : Institut
Kajian Sejarah dan Patriotisme Malaysia (IKSEP), 2014), hlm. 109
29
Mohd Jamil Bin Mukmin. Melaka Pusat Penyebaran Islam di Nusantara…., hal. 154
14
sistem hidup dalam Islam. Selain itu. Sifat mahmudah yang diterapkan oleh
golongan ulama dalam ajaran Islam yang disampaikan yaitu seperti masyarakat
mula mengamalkan nilai-nilai murni yaitu menghormati tetangga, keluarga, dan
tanggung jawab saling membantu antara satu sama lain.
3. Dalam Bidang Ekonomi
Melihat kepada aspek ekonomi pula, peran ulama dalam menerapkan unsur-
unsur pengajaran Islam itu juga turut wujud. Hal ini dapat dibuktikan apabila
karya-karya mereka itu sendiri telah menyentuh tentang aspek penting dalam
kegiatan ekonomi itu sendiri menerusi karya-karya mereka. Contohnya seperti
karya dari ulama Aceh yaitu Abdul Al- Rauf Singkel yang bertajuk Mir‟ath Al-
Thullab yang membicarakan aspek muamalat dari sudut fikah.Antara masalah-
masalah mu‟amalat yang dikupas ialah tentang hukum jual beli, riba, khiyar,
sharikah, qirad, sulh, hiwalah, daman, wakalah, iqrar, musaqah, laqit dan lain-
lain.30
Sehubungan itu juga, para ulama Islam ini menganjurkan supaya setiap
anggota masyarakat itu berniaga, bertani dan sebagainya untuk memantapkan
ekonomi masing-masing.Selain itu, ajaran Islam yang disebarkan oleh golongan
ulama ini menekankan aspek perniagaan yang menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Pada masa yang sama, masyarakat turut diaplikasikan
dengan sistem zakat yang merupakan salah satu daripada Rukun Islam yang lima
serta menegah keras unsur penipuan dalam timbangan dan sukatan.
Oleh karena itu, jelas dapat dinyatakan bahawa peranan ulama yang turut
sama berdagang dan memainkan peranan penting dalam menyebarkan Islam telah
memberikan kesan yang cukup besar terhadap aspek ekonomi berteraskan unsur
islam di Alam Melayu ini.
Dari penjelasan diatas mengenai peranan ulama dan ilmuwan sangatlah besar
dalam peradaban Islam Melayu, baik itu dari segi Politik, social budaya, maupun
ekonomi.
30
Madya dan Ali Mohammad, Peranan Ulama dalam Memartabatkan Tamadun Islam di
Nusantara : Tumpuan Terhadap Abdul Rauf Singkel, hlm. 91.
15
E. Hambatan Bagi Ilmuwan dan Ulama dalam Mengembangkan Islam di
Nusantara
Sosialisasi dan Islamisasi di Nusantara telah menimbulkan pro dan kontra
ditengah masyarakat. Sebagian masyarakat dapat menerima (Islam) ajaran baru yang
dikembangkan oleh para ulama/ilmuwan. Sebagian lain, menolak keberadaan ajaran
baru tersebut. Akibatnya timbullah konflik di tengah-tengah kehidupan masya rakat.
Adapun bentuk konflik tersebut adalah:31
1. Akulturasi Budaya
Pada awal Islamisasi di Nusantara, masyarakat telah memiliki budaya dan
adat istiadat lokal. Budaya dan adat istiadat lokal tersebut telah menyatu dalam
kehidupan masyarakat setempat. Bahkan sebagian masyarakat menganggap
budaya tersebut sebagai hal yang dogmatis. Sistem kasta yang berkembang pada
masyarakat pra Islam sangat bertentangan denga ajaran Islam sehingga sulit
diterima oleh masyarakat pada waktu itu.
2. Pertentangan dengan Pihak Penguasa
Ketika Islam disosialisasikan di Nusantara, para ulama berhadapan dengan
berbagai masalah. Di antaranya pertentangan dengan penguasa. Penguasa daerah
di Nusantara pra Islam telah menganut berbagai bentuk paham dan keyakinan.
Sebagian penguasa menolak ajaran baru yang dikembangkan oleh para
ulama/ilmuwan. Hal ini disebabkan oleh berbagai tekanan di antaranya: pertama,
adanya perbedaan keyakinan lama dengan keyakinan baru. Kedua, dalam Islam
masalah kehidupan beragama dan bernegara memiliki aturan sesuai dengan
tuntunan alQur'an
3. Perbedaan Keyakinan
Masyarakat pra Islam telah memiliki keyakinan dan agama. Agama dan
paham yang berkembang di antaranya animisme, dinamisme, Hindu, Budha dan
keyakinan lainnya.
4. Pertentangan dengan Tokoh Adat
31
Syamsuar Syam, Mengenal Islamisasi: Konflik Dan Akomodasi (Kajian Tentang Proses
Penyebaran Islam Periode Awal Di Nusantara), Jurnal Dakwah dan ilmu Komunikasi, 2018. hlm. 79-80.
16
Masyarakat pada pra dan awal Islam di Nusantara telah memiliki sistem adat
yang cukup mapan. Sebagai contoh, pada masyarakat tertentu memiliki tingkatan
dan kasta-kasta. Berbeda dengan Islam, manusia merupakan makhluk Allah yang
memiliki kedudukan sama di dunia. Dalam Islam, semua manusia sama,
perbedaannya hanya terletak pada tingkat ketakwaannya kepada Tuhan.
17
PENUTUP
Simpulan
Dapat kita artikan bahwa ulama adalah orang-orang Muslim yang menguasai ilmu
agama Islam, yang memahami syariat Islam secara menyeluruh (kaaffah) sebagaimana
terangkum dalam Al-Quran dan As-Sunnah, serta menjadi teladan umat Islam dalam
memahami ilmu serta mengamalkannya. Sedangkan ilmuwan ilmuwan merupakan
orang yang ahli dalam sebuah bidang ilmu pengetahuan, yang menghasilkan sesuatu
yang baru dari ilmu tersebut, dan darinya dapat bermanfaat bagi kemaslahatan umat.
Berdasarkan pengertian ulama dan ilmuwan penulis dapat menyimpulkan bahwa,
seorang ulama sudah pasti dan merupakan bagian dari Ilmuwan. Akan tetapi Ilmuwan
tidak harus selalu ulama, dalam artian yang dikatakan ilmuwan bukan hanya dari
golongan ulama, banyak ilmuwan-ilmuwan dari focus ilmu lain yang mereka ahli di
suatu atau banyak bidang ilmu tertentu.
Ada banyak ulama/ilmuwan yang turut andil dalam penyebaran islam di nusantara
dan turut berperan dalam peradaban islam, diantaranya adalah Sayyid „Abd al-Rahman
„Abdus Shamad al-Palimbani (dari Palembang), Syaikh Mahfudz al-Tarmasi (dari
Termas Jawa Timur), Syaikh Nawawi al-Banteni (dari Banten) sampai pada Syaikh
Muhammad Yasin ibn Isa al-Padani (dari Padang Sumatera Barat). Keseluruhan
ulama/ilmuwan ini kaya akan karya yang sangat penting bagi jalan dakwah mereka di
nusantara. Selain itu, memiliki banyak peran dalam peradaban islam baik dalam bidang
politik, ekonomi dan bidang sosial.
18
DAFTAR PUSTAKA
Arifn, Miftah. 2012. Suf Nusantara: Biograf, Karya Intelektual, dan Pemikiran
Tasawuf. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Basyir, Ahmad Azhar. 1993. Refleksi Atas Persoalan KeIslaman : Seputar Filsafat,
Hukum, Politik Dan Ekonomi. Bandung : Mizan.
Fauzan, Ahmad. 2018. Syekh Mahfudz al-Tarmasi: Muhaddis Nusantara. Jurnal Tahdis
9(2).
--------------------. 2018. Kontribusi Syaikh Mahfuz Al-Tarmasi Dalam Perkembangan
Ilmu Hadis Di Nusantara. Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an dan Hadis 19(1).
Misbakhuddi, Alfian Dhany dan Muhamad rokim. 2018. Muhammad Yasin Al-Fadani
Dan Konstribusinya Dalam Sanad Keilmuan Ulama Nusantara. Jurnal Universum
12(1).
Mukmin, Mohd Jamil Bin. 2014. Melaka Pusat Penyebaran Islam di Nusantara.
Melaka : Institut Kajian Sejarah dan Patriotisme Malaysia (IKSEP).
Pramasto, Arafah. 2020. Kontribusi Syaikh Abdus Shamad Al-Palimbani pada Aspek
Intelektual Islamdi Nusantara Abad ke-18. Jurnal Tsaqofah & Tarikh 4(2).
Rijal, Syamsul. 2018. Rekontekstualisasi Konsep Ketuhanan Abd Samad Al- Palimbani.
Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam 8 (1).
Suwarjin. 2017. Biografi Intelektual Syekh Nawawi Al-Bantani. Jurnal Tsaqofah &
Tarikh 2(2).
Syam, Syamsuar. 2018. Mengenal Islamisasi: Konflik Dan Akomodasi (Kajian Tentang
Proses Penyebaran Islam Periode Awal Di Nusantara), Jurnal Dakwah dan ilmu
Komunikasi.
19
Ensiklopedia Islam, https://ensiklopediaislamweb.id/ilmuwan/, dikases pada tanggal 2
Januari 2021, pukul 07.40.
20