Anda di halaman 1dari 23

SEJARAH

PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM


DI DESA BANARAN

SUKRY ANNAJAM
ISLAM DI BANARAN PERIODE 1945 – 1950

Pada sekitar tahun 1945 pemeluk agama Islam di Desa Banaran yang telah
menjalankan shalat antara lain :
1. Bp. Lurah Sepuh di Butuh
2. Bp. Amat Yasir di Butuh
3. Bp. Imanrejo di Butuh
4. Bp. Ahmad Darpan di Butuh
5. Bp. Joyodimejo di Butuh
6. Bp. Ramelan di Butuh
7. Bp. Sajuri di Butuh
8. Bp. Kasan di Barang
9. Bp. Ahmad Danun di Barang
10. Bp. Iman Zaed di Banaran
11. Bp. Abdul Jabar di Banaran
12. Bp. Imam Anom di Kd.Banteng
14. Bp. Burhan di Korowelang
15. Bp. Ponco di Banaran

Dari golongan pemuda yang dianggap tokoh :


1. Bp. Haji Muhammad Ya’coob putra dari Bapak Darpandi
2. Bp. Haji Muhammad Thalkah putra dari Bapak Imanrejo
3. Bp. Saman Sastrongulomo putra dari Bapak Amat Yasir
4. Bp. Samin Syamsuddin putra dari Bapak Amat Yasir
5. Bp. Jamal H. Qomaruddin putra dari Bapak Joyodimejo
6. Bp. Muhammad Thohirin putra dari Bapak Amat Danun
7. Bp. Muhammad Thaha putra dari Bapak Amat Danun
8. Bp. Guntur putra dari Bapak Kasan.

Mereka itu yang termasuk ada titik maju dalam memeluk Islam disertai
pengembangannya. Dari golongan tua - tua :
1. Bp Imanrejo
Bukti kemajuannya : menyelenggarakan pengajian tiap - tiap sore bertempat di
mushollanya, pelajaran baca al Qur 'an.
2. Bp. A. Darpandi
Kegiatannya dipindahkannya pengajian & diadakannya upacara sholat Jum'at
pertama kali di Desa Banaran dengan menyediakan segala peralatannya yang
diperlukan.

1
3. Bp A. Yasir
Usahanya untuk kemajuan Islam dengan cara menyekolahkan dan memondokkan
anak- anaknya ke suatu tempat.
4. Bp A. Danun
Usaha beliau juga memondokkan putranya ke Pondok Pacitan.
5. BP Joyodimejo
Usaha beliau juga menyekolahkan anaknya ke al Islam Surakarta.

Dari Golongan muda yang termasuk menonjol ialah :


1. Bp. Hadi Ya’coob. 4. Bp. Jamal Qomaruddin.
2. Bp. Saman Sastrongulomo. 5. Bp. Muh. Thohirin.
3. Bp. Tholhah 6. Bp. Samin Syamsuddin.
Kesemuanya itu dalam masa kepartaian mereka langsung atau tidak langsung
tergabung dalam suatu Partai Politik ialah Partai Masyumi/Organisasi pemuda GPII.
Dalam perjuangan mengusir penjajah para orang tua tergabung dalam barisan
Sabilillah, adapun yang muda muda tergabung dalam barisan Hisbullah. Saya kira
kalau tidak salah dikarenakan mereka pernah berjuang mengusir Penjajah dalam
wadah Hisbulloh itulah bapak-bapak sekarang masih mendapat imbalan jasa dari
Pemerintah berupa Pensiunan Veteran. Memang banyak sekali pengalaman pahit yang
dialami oleh para tokoh kita di Banaran ini dalam usaha merebut dan mempertahankan
Kemerdekaan RI .
Selain itu masih banyak hal yang membutuhkan tenaga dan fikiran yang sangat
berat antara lain menghadapi Peristiwa Pemberontakan Partai Komunis Indonesia
(PKI) yang kondang dengan nama Peristiwa Madiun. Sebagaimana pernah kita ketahui
bersama kita dengar bahwa Pemberontakan Madiun oleh PKI itu selain ingin merebut
Kekuasaan Pemerintah RI yang sah juga ingin menghancurkan Islam beserta
Ummatnya sebagai sasaran utamanya.
Akan tetapi didalam keadaan yang demikian sibuk dan prihatin para bapak kita
itu masih sempat berfikir tentang amal-amal sosial lainnya. Adapun salah satu usaha
yang menonjol waktu itu ialah berusaha untuk mendirikan sebuah masjid yang
memadai untuk ukuran pada masa itu.
Namun usaha itu sempat terhenti karena terganggu oleh adanya Pemberontakan
Komunis (PKI) yang terjadi pada tahun 1948 kemudian disusul oleh Aksi Militer ke II
pada tahun 1949 dari kerajaan Belanda.

2
ISLAM DI BANARAN PERIODE 1950 - 1959

Pada tahun itu keadaan memang agak mereda dikarenakan adanya gencatan
senjata antara Pemerintah Indonesia dengan kerajaan Belanda akibat dari K.M.B dan
ditariknya semua tentara Belanda dari Wilayah Indonesia kecuali Irian Barat.
Dalam keadaan yang agak aman itu para tokoh kita di antara yang tua - tua
maupun yang muda sempat melanjutkan usaha mereka untuk menyelesaikan
pembangunan sebuah Masjid yang mereka usahakan tetapi mengalami mandek akibat
perang dan gangguan keamanan lainnya. ( Hal ini akan kami haturkan secara rinci dan
tersendiri).
Selain sebuah masjid tokoh tokoh kita itu masih juga sempat mengusahakan
amal usaha yang lain yaitu :
Pertama : Resmi didirikan sebuah Madrasah malam yang dahulu diberi nama Al
Islam Cabang 18, dari pendidikan Al Islam Surakarta. ( Hal Pendidikan
ini nanti juga akan kami sajikan tersendiri )
Kedua : Berhasil membentuk sebuah kepanitiaan ialah Panitia zakat di desa
Banaran, dimaksudkan dari hasil zakat itu dapat digunakan untuk
membiayai atau sebagai sumber dana akan perkembangan agama Islam
di Desa Banaran.
Ketiga : Diadakan pengajian - pengajian oleh para tokoh kita untuk para ibu
terutama yang ditangani oleh para pendatang baru antara lain :
1. Bapak dan Ibu Diryolukita Naib Sambungmacan ( Bapaknya Pak
Saleh palur )
2. Bp. Muh
3. Ibu Hartosutaknyo (mantri penanggap dulu)
4. Bp. Shobiron adik Ibu Hartosutaknyo.
5. Bp. Abdul Majid Siswopranoto dari Walikukun.
(beliau ini waktu itu menantu Bp. Ponco Banaran)

Kesemuanya itu bersama sama dengan bapak - bapak kita yang asli dari Desa
Banaran untuk melaksanakan amal usaha sosial Islam sebagaimana tersebut diatas.
Sekalipun agaknya dengan susah payah, harta pribadi harus dikeluarkan, fikiran-
fikiran harus dicurahkan bahkan kerap kali mungkin urusan diri pribadi harus
dikesampingkan, tampaknya apa yang mereka usahakan itu dapat terlaksana sekalipun
belum dapat memenuhi target - target yang mereka inginkan.
Pada masa itu pula selain usaha - usaha sosial Islam yang mereka tangani para
tokoh kita itu masih kelihatan gigih berjuang di bidang politik yang pada masa itu

3
memang hak dan dilindungi hukum untuk itu.
Pada masa itu tokoh-tokoh kita masih mendambakan sekali kepada Partai
Masyumi sebagai satu-satunya Partai yang dianut dalam memperjuangkan Islam
melalui Politik Negara, sehingga oleh fihak - fihak yang tidak / kurang menyukai Islam
atau setidak-tidaknya Partai-partai yang Islami, khususnya Partai Masyumi diisyukan
sama dengan para Pemberontak antara lain DI/ TII / Bat 426 yang dipimpin oleh
seorang yang bernama Sofyan dari Klaten, sehingga sempat para tokoh muda kita
ditahan oleh yang berwajib untuk beberapa bulan yang selanjutnya dibebaskan karena
memang tidak pernah tersangkut oleh pemberontakan yang manapun.
Pada masa itu juga agaknya dirasa sangat berat oleh para tokoh kita karena
pada masa itu masa berlomba yang sangat menentukan sekali menurut pemikiran masa
itu karena pada masa itu para anggota konstituante menentukan dasar Negara Kita
yaitu Republik Indonesia.

4
ISLAM DI BANARAN PERIODE 1959 – 1963

Dengan terjadinya kekalahan total bagi Partai Masyumi dalam constituante,


ialah dikeluarkannya Dekrit dari President maka partai Masyumi resmi sudah tidak ada
lagi, bahkan sempat dicap sebagai partai terlarang oleh Pemerintah pada waktu itu,
sekalipun sebenarnya sebelum waktu yang diberikan kepada Partai-Partai untuk
menyesuaikan diri dengan peraturan Pemerintah ( PP ) itu belum habis, partai
Masyumi telah membubarkan diri kurang lebih 2 jam sebelumnya. Jadi Pemerintah
pada waktu itu melarang Partai yang sudah tidak ada. Tidak luput para - tokoh kita di
Banaran itu juga berhenti total dalam perjuangannya melalui Politik Negara. Akan
tetapi mungkin telah menjadi watak dari para tokoh kita di Banaran ini tidak pernah
putus asa didalam mengemban Risalah Muhammad ialah penjagaan dan
pengembangan Islam khususnya di Daerah Desa Banaran ini. Apa yang mereka
lakukan untuk agama Islam selanjutnya?
Untuk waktu-waktu berikutnya para tokoh kita itu menekuni usaha-usaha
mereka dalam gerakan sosial Islam yang non Politik praktis, agar apa yang diusahakan
itu lebih berhasil dan bermanfaat.
Yang perlu di ingat-ingat pada waktu itu ada suatu kesepakatan bersama oleh
para tokoh kita, sekali pun kesepakatan itu merupakan kesepakatan sepihak.
Kesepakatan itu ialah bahwa mereka tidak akan mendirikan organisasi politik
melainkan mereka sepakat untuk membentuk suatu organisasi non politik yang mereka
beri nama Gerakan Islam Banaran yang disingkat GIB.
Mereka berharap dan bertujuan agar GIB ini dapat untuk menampung
semua gagasan yang Islami yang timbul, sehingga nantinya dapat dikerjakan
dengan balk menurut alaran Islam yang sumbernya itu adalah Al Qur'an dan
Al Hadits yang shoheh.
Maka sekalipun agak lamban terbentuklah suatu susunan ke pengurusan
Gerakan Islam Banaran (GIB) dengan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah
Tangga (ART) nya sekali sebagaimana tersebut dalam lembaran yang dibendel
menjadi satu bendel SUSUNAN PENGURUS GERAKAN ISLAM BANARAN
(GIB) dengan AD dan ART nya terlampir.

5
SUSUNAN ANGGOTA PENGURUS GIB
(GERAKAN ISLAM BANARAN)

NO NAMA UMUR ALAMAT PEKERJAAN JABATAN


1. Sastrongulomo 40 th Banaran Bakul Ketua I
2. Thohirin 41 th Barang Tani Ketua II
3. Hadi Pratomo 36 th Banaran Pen. Mas Sekretaris I
4. Am. Marzuqi 32 th Banaran GA. MI Sekretaris II
5. Abdul Majid 34 th Banaran GA. SD KU I
6. Sujoo 37 th Banaran Bakul KU II
7. Samingan 25 th Banaran Bakul KU III
8. Ny. Mitrowiyono 40 th Banaran Bakul KU IV
9. Sukry Annajam 33 th Banaran Tani Bg. Pendidikan I
10. Kajar Aswad 30 th Banaran Gr. SD Bg. Pendidikan II
11. Syamsudin 36 th Banaran GA. SD Bg. Pendidikan III
12. Am. Marzuqi 23 th Banaran Gr. MWB Bg. Pendidikan IV
13. Thalhah 38 th Banaran Tani Bg. Perlengkapan I
14. M. Thaha 38 th Banaran Bakul Bg. Perlengkapan II
15. Hadipratomo 36 th Banaran Pen Mas Bg. Kesehatan I
16. Syamsudin 36 th Banaran Gr. Ag. Bg. Kesehatan II
17. Thohirin 41 th Banaran Tani Bg. Wakaf I
18. Thalhah 38 th Banaran Tani Bg. Wakaf II
19. Sukry Annajam 33 th Banaran Tani Bg. Zakat I
20. Sastrongulomo 40 th Banaran Bakul Kemasjidan

Banaran, 18 Mei 1963


Sekretaris Ketua
Ttd ttd
Hadi Pratomo Sastrongulomo

6
ISLAM DI BANARAN PERIODE 1963 – 1965

Dalam usaha memajukan, mengembangkan dan memurnikan amalan serta


Aqidah Islam di Desa Banaran ini, pada tahun itu antara lain :
a. Memperbaharui sistem Pendidikan dan mengusahakan Pendidikan yang lain yang
mungkin mendapat sambutan dari masyarakat Banaran dan sekitarnya. Selain
Pengajian-Pengajian muda / mudi, Pengajian Ibu - ibu dll, GIB berhasil merubah
Madrasah Al Islam masuk malam menjadi Madrasah Wajib Belajar (MWB)
masuk pagi dengan para pengasuhnya antara lain : para pengurus GIB dibantu
oleh Bp Slamet Musthofa, Bapak Rimanul Arifin, Bapak Syamsuddin, Bapak Abd
Majid dan guru - guru lainnya yang sering berganti.
b. Mendirikan / mengusahakan berdirinya sebuah Pendidikan Menengah, dengan
maksud lahan itu dapat menghasilkan beberapa anak yang berpengetahuan
seimbang antara apa yang biasa disebut pengetahuan umum dengan pengetahuan
agama maka pada tahun itu juga dapatlah didirikan sebuah ajang yang diinginkan
yaitu lembaga Pendidikan yang nama Pendidikan Islam Pertama (P I P). Yang
kedengannya begitu mudah akan tetapi sebenarnya dalam mengusahakan itu
semua sangat berat bagi pengurus GIB dalam proses pembentukannya, apa lagi
pemeliharaan selanjutnya. Mengapa berat? Coba marilah kita bayangkan. Para
tokoh pelaku dari Pendidikan itu kebanyaan masih ada dan dapat kita bayangkan
modal apakah yang mereka punyai? Dari segi Pendidikan mereka kebanyakan
hanyalah lulusan menengah juga, hanya sedikit sekali yang dari pendidikan
tingkat atas, belum lagi mengenai soal dana. Jadi sebenarnya terciptanya MWB
dan PIP itu semata - mata dari pertolongan Allah juga dan sedikit dari tekad para
anggauta GIB yang bulat itu. Belum lagi GIB mencari guru - guru pengasuh
kesana kemari, setiap waktu harus ganti guru, maklumlah imbalan jerih - payah
para guru itu sangat minim dan itu saja tidak dapat rutin diberikan. Khususnya guru
- guru MWB setiap kali membina Guru, dengan cara menatarkan ke tingkat yang
lebih baik, tiba - tiba surat pengangkatan dari pemerintah datang, terpaksa harus
mencarikan ganti lagi. Kejadian serupa itu kerap kali terjadi sampai sekarang.
Belum lagi untuk mengusahakan PIP masuk pagi pengurus harus melepas
beberapa orang guru yang pinjaman dari person guru-guru SD Negeri dan
mencarikan gantinya, itu juga merupakan masalah rumit untuk ditangani. Situasi
dari luarpun sempat ikut memperberat keadaan - kelangsungan PIP. Situasi pada
masa itu adalah situasi menuju ke tahun 1965, sehingga pada tahun ajaran ke III
Sekolah tidak mendapatkan murid seorang pun. Keadaan semacam ini memang
yang tidak langsung menangani seakan-akan tidak terjadi apa-apa tetapi bagi yang

7
menangani langsung alangkah bingungnya sekolahan tidak mendapatkan murid,
khawatir, malu, sedih campur menjadi satu, namun bagi pengasuh, dicoba untuk
bersabar menerima pukulan telak itu dengan tekun mengasuh sebaik - baiknya
siswa-siswa yang ada.
c. Memanfaatkan para pengurus GIB yang mampu untuk mengajar bersama Bapak
guru yang lain antara lain: Bp. Isman, Bp. Kajar Aswad, Bp. Soegito, Bp. Soeroto,
Bp. Rosyid El Qodri, Bp. Zainuddin, Bp. Slamet Dardini, Bp. Sali Mardiyo, Bp.
Banani (penilik Agama Gondang) dan Bapak-Bapak dari Gondang lainnya.
Pada sekitar tahun 1963-1965, pada periode ini terjadila perubahan penting di
dunia Pendidikan GIB di Banaran. Jelasnya sebagai berikut :
Setelah PIP berjalan sampai tahun yang ke III mengalami kerepotan,
dikarenakan tidak akan dapat mengikuti Ujian Negara. Sebab sarat untuk meugikuti
ujian negara statusnya harus SMP. Jadi yang sifatnya Pendidikan tidak diperkenankan
mengikutinya. Pada kejadian inilah terjadi perrbahan penting di Pendidikan GIB.
Perubahan apakah itu ?
Untuk mengatasi hal tersebut Pengurus GIB bagian Pendidikan mengadakan
Musyawarah dengan Pengurus GIB yang lain untuk membicarakan kelanjutan
kehidupan PIP berkenaan dengan tidak diperkenankannya turut Ujian Negara. Maka
terjadilah dalam permusyawaratan itu suatu kesepakatan untuk merubah status dari
PIP menjadi SMP.
Setelah kesepakatan itu masih ada lagi yang harus dibicarakan ialah kemana
SMP itu harus menggabungkan diri. Menurut kesepakatan bersama sebaiknya SMP
digabungkan ke SMP Muhammadiyah di Sragen. Maka tidak begitu lama setelah
diproses untuk beberapa waktu dengan MPK Muhammadiyah Sragen SMP yang
selama ini dikelola GIB sekarang bernama SMP Muhammadiyah III di Banaran.
Sekaligus pengelolaan Pendidikan menjadi tugasnya MPK Muhammadiyah Sragen
bersama - sama dengan Pengurus GIB Bagian Pendidikan. Selanjutnya ternyata cara
itu dapat berhasil sesuai dengan yang diinginkan oleh bapak - bapak dari GIB. Artinya
Sekolahan dapat mengikuti Ujian Negara dengan hasil memuaskan. Untuk
menyatakan kepuasan itu sempat dari bapak - bapak pengurus GIB berkenan
menyelenggarakan suatu hiburan wayang kulit lebih dari semalam suntuk dengan
dalang Ki Gondo Sutikno dari Gondang.
Demikian juga Madrasah yang tadinya MWB setelah MWB bubar kita juga
membutuhkan identitas maka sesuai dengan SMPnya juga dirubah menjadi MIM
(Madrasah Ibtidaiyyah Muhammadiyah ).
Maka demikianlah perjalanan selanjutnya PIP yang telah menjadi SMP
Muhammadiyah III dan MWB yang telah berubah menjadi MIM berjalan bertahun -

8
tahun dan selalu dapat mengikuti Ujian Negara setiap tahun dengan hasil yang
menggembirakan segala pihak baik siswa itu sendiri, wali murid maupun dari para
guru maupun dari pengurus. Bukti - bukti keberhasilan itu saya kira masih dapat dilihat
pada arsip di Sekolah masing-masing. Namun demikian pengurus tetap masih
mengusahakan agar mutunya lebih baik dari yang lalu.
Selain itu bagi GIB sendiri maupun dari pihak lain turut merasakan
kegembiraan akan keberhasilan itu tidak terlihat adanya hambatan-hambatan yang
memperlambat jalannya SMP Muhammadiyah III Banaran ini. Bahkan sebagaimana
saya sebutkan diatas kegembiraan itu diwujudkan dengan diadakannya hiburan
wayang kulit tadi. Lebih dari itu GIB, umumnya dan GIB Bagian Pendidikan tidak ada
rasa keberatan sedikitpun untuk mengelola SMP dan MIM bersama dengan MPK
Muhammadiyah maupun para Kepala Sekolah juga Gurunya.
Mulai periode inilah seaara resmi sesuatu yang berhubungan dengan Sekolah
menjadi urusan Kepala Sekolah dan Majlis Pendidikan dan Kebudayaan (MPK)
Muhammadiyah Darah Sragen begitu Pula MIM nya.

9
ISLAM DI BANARAN PERIODE 1965 - 1985.

Bagi GIB pada masa - masa ini secara resmi tidak menangani Pendidikan
dengan tampak, tetapi GIB masih merasa wajib mengelola sarana-sarana yang
dibutuhkan oleh SMP/MIM tersebut. Bukti dari itu semua sebagai anggauta GIB atau
atas nama pribadi mereka masih tetap dan bersungguh - sungguh berusaha agar SMP
/MIM lebih maju lagi dari yang lalu. Usaha - usaha itu dapat dilihat dari alangkah
gigihnya tekad mereka untuk mengusahakan agar dapat didirikannya sebuah gedung
untuk SMP diatas tanah yang diperoleh pinjaman dari Pemerintah Desa Banaran yang
terletak disebelah timur Dukuh Butuh.
Selain sebuah Gedung tanah itu sendiri merupakan perjuangan para anggauta
GIB di kantor Kelurahan / Desa Banaran melalui rapat Desa sehingga dapat diperoleh
sebidang tanah tersebut. Luas tanah 1075 M2 Persil no: 151 Kls IV. SK Bupati Kepala
Dati II Sragen Nomor : DSA.B/36/1/16/68 tanggal 16 September 1969.
Sebenarnyalah bagi GIB dan umumnya ummat Islam di Banaran Periode ini
merupakan tahun - tahun yang sangat menegangkan sekali. Bagaimana tidak coba kita
bayangkan GIB yang orang-orangnya masih dapat kita baca kita hadapkan kepada
beberapa ajang yang telah begitu rapohnya. Masjid yang begitu besar yang baru saja
dibangun pada tahun 1965 telah mengalami rusak berat disana sini temboknya akan
runtuh total (maklumlah dalam membangunnya dulu satu batang besipun yang
dipasang sebagai ototnya tidak ada). Keadaan gedung sekolah yang digunakan SMP
telah mengalami rusak berat, belum lagi peralatan sarana Pendidikan pun juga
mengalami hal yang sama. Berfikir pula untuk Madrasah yang sudah lama sekali
berpindah pindah meminjam rumah perorangan, sehingga sedikit banyak merusakkan
tata tertip perumahan. Bagaimana cara agar dapat mendirikan Gedung untuk MIM juga
peralatannya seringkali pindah tempat, juga mengalami rusak berat juga menambah
beban G I B ialah pembenahan - pembenahan, dari bekas - bekas ulah G 30 S PKI turut
memperberat pemikiran para Pengurus G I B masa itu.
Sekalipun begitu beratnya, memang itu sudah menjadi tekat mereka bersama
untuk mengatasi segalanya. Jerih tayah mereka memang tidak sia-sia, beberapa hal
dapat diatasi antara lain :
 Masjid dapat dibangun sedemikian rupa sekalipun masih membutuhkan
penyelesaian disana sini.
 Gedung MIM juga dapat dibangun 6 lokal sekalipun sangat sederhana ( terdiri dari
rumah biasa disambung -sambung, sehingga dapat digunakan untuk belajar anak
tidak panas, hanya kalau hujan memang masih ketrocohan dikarenakan sangat
sederhananya kerangka dart rumah itu.

10
Akan tetapi agaknya Gedung SMP lah yang agaknya itu mendapat yang lebih
kecil, hingga terpaksa bertahun tahun harus masih menempati sebuah gedung
sebenarnya sudah tidak memadai lagi dari segi gedungnya itu sendiri maupun
perlengkapannya. Menurut kenyataan gedung SMP hanya dapat kebagian dibuatnya
dua setengah kotak pondasi dari 6 lokal yang direncanakan. Bukannya G I B tidak mau
melanjutkan melainkan memang sudah kandas dikeduk hartanya orang-orang Banaran
khususnya. Sekalipun demikian bagi para pengasuh SMP Muhammadiyah masih tetap
mengusahakan agar anak didiknya lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya sekalipun
dengan pergedungan yang begitu rapuh dan peralatan yang rapuh pula.

Sampai disinilah usaha GIB yang berkenaan dengan pembangunan SMP


Muhammadiyah kandas total dikarenakan ayahan - ayahan lain juga masih banyak
yang memerlukan penanganan serius, yang terjadi adalah pembangunan gedung SMP
tidak mendapat prioritas sama sekali hingga keadaan bangunan gedung terbengkalai
dalam waktu yang lama sampai bertahun - tahun . Akibatnya dengan terpaksa sekali
SMP Muhammadiyah belum dapat pindah tempat mau tidak mau harus menempati
gedung yang sebenarnya sudah tidak memadahi lagi. Di lain fihak para pengasuh
dihadapkan kepada pembangunan yang masih terbengkelai sampai beberapa waktu
lamanya mau tidak mau Kepala Sekolah dan para pengasuh lainnya akhirnya turut
berfikir serius tentang keadaan pembangunan gedung yang sempat mandeg itu. Namun
dalam mutu Pendidik nya tetap dijaga agar selalu dalam keadaan yang baik.
Dilain fihak Kepala Sekolah dan Guru - Guru bersepakat ingin mencoba
mengatasi keadaan pembangunan gedung yang sedang mandeg itu. Akhirnya
musyawarah dan sepakat akan mengumpulkan bekas-bekas murid SMP
Muhammadiyah dengan tujuan mudah - mudahan wereka yang telah bekerja diharap
dapat memberikan bantuan yang dapat untuk meneruskan pembangunan Gedung
tersebut. Akhirnya gagasan itu terwujud dan dapat menghasilkan uang kontan
sebanyak Rp 900.000,00
Mulai saat itulah dari SMP merasa lebih tidak mendapatkan prioritas sama
sekali dari GIB. Sekalipun hanya pemikiran dengan kata lain seakan - akan SMP
dibiarkan berkembang sendiri secara alami. Itupun dapat dimengerti oleh para petugas
SMPM karena memang sangat berat tugas - tugas yang harus ditangani oleh GIB
sendiri di bidang - bidang yang lainnya.
Namun begitulah keadaan dan kenyataan yang ada. Me mang GIB sediri masih
harus banyak - banyak berfikir seri us kepada lahan - lahan sosial lainnya, dilain fihak
dari SMP Muhammadiyah sendiri memang bersekeras untuk mengusahakan akan
diteruskannya pembangunan yang terbengkalai dengan modal yang didapat dari para

11
alumni SMPM tersebut diatas. Begitu juga dari siswa - siswi SMP dipungut dana
sedikit - sedikit tiap akhir tahun ditambah bantuan-bantuan dari Dermawan sekiranya
ada kelonggaran serta dana lain yang syah. Oleh Panitia baru (kalau tidak salah Sdr
Slamet Mustofa dan Sdr Kartono) pembangunan yang terbengkalai itu dapat terwujud
sekalipun baru mencapai beberapa persen. Namun lama kelamaan sedikit demi sedikit
diusahakan oleh para Pengasuh SMP kerja sama dengan Panitia pembangunan sekolah
yang baru itu akhirnya Gedung Sekolah yang diinginkan dari semua fihak itu dapat
didirikan dan dapat ditempati, sekalipun baru sekedar dapat digunakan untuk belajar
siswa asalkan tidak kepanasan dan kehujanan.
Dalam masa ini pulalah maka yang terjadi ada lahan sosial Islam lainnya yang
boleh dibilang dapat diatasi oleh GIB. Begitu pula dari fihak Pendidikan (SMPM) ju
ga dapat dikatakan ada peningkatan, dengan bukti bahwa da pat dipindahkannya
tempat para pelajar untuk belajar dari gedung yang lama ke gedung yang baru
sekalipun belum dapat dibilang patut untuk ukuran suatu Gedung Sekolah pada masa
itu apalagi mengenai fasilitas peralatan lainnya. Akan tetapi begi para pengasuh
Sekolah itu semua merupakan dorongan tekad mereka untuk lebih giat dalam
mencapai tingkatan yang lebih baik lagi. Itulah yang terjadi dalam kurun waktu kurang
lebih 11 tahun ( 1965 - 1976 ).
Para angkatan muda pejuang Islam dari Desa Banaran yang selalu saya harap -
harapkan. Mungkin dari sinilah anda semua dapat mengamati bahwa dari pihak GIB
maupun dari pihak Muhammadiyah masih begitu kompak dalam menangani
Pendidikan dan lain-lain di Desa Banaran ini. Tidak nampa gejala-gejala buram yang
timbul yang mungkin dapat menjadi sebab mundurnya Pendidikan Islam di Banaran
ini. Sekalipum mereka bekerja giat di bidang masing-masing saran di bidang kemajuan
Islam di desa Banaran ini mereka saling memberikan masukan-masukan tentang apa
yang sebaiknya mereka perbuat.
Keadaan semacam itu memang tidak aneh sebab diantara Muhammadiyah dan
GIB mempunyai misi yang hampir sama atau sejalan. Silahkan periksa dalam
anggaran Dasar GIB kemudian bandingkan dengan anggaran Dasar Muhammadiyah.
Kita kembali keperkembangan Islam di Banaran ini terutama di bidang
Pendidikan. Patutu diingat-ingat pada tahun 1976 itu pulalah timbul suatu
kesepakatan bersama antara pengasuh SMP / MIM dengan para anggauta untuk lebih
dapat menangani akan jalannya Pendidikan yang lebih baik lagi pada waktu - waktu
mendatang, ialah mengusahakan terbentuknya kepengurusan Muhammadiyah
setempat, yang langsung dapat mengurusi jalannya Pendidikan yang su dah lama
menjadi urusan Majlis Pendidikan dan Kebudayaan Muhammadiyah Daerah Sragen
( mulai tahun 1965 - tahun 1976).

12
Maka dalam jangka waktu kurang lebih satu tahun diadakan pendekatan dan
akhirnya dapatlah terbentuk Pengurus Muhammadiyah Cabang Sambungmacan
dengan surat Keputusan Muhammadiyah Wilayah Jawa Tengah . Sk.No. K/008/1977,
tanggal 20 Muharam 1397 Hijriyah yang bertepatan dengan tanggal 10 Januari 1977,
dengan 3 Rantingnya yaitu Ranting Banaran, Ranting Gringging, Ranting
Karanganyar atau Bulubata.
Perlu juga diingat bahwa yang menduduki kepengurusan Muhammadiyah
Cabang Sambungmacan ini adalah para tokoh senior dari kepengurusan GIB juga.
Dalam kepengurusan ini ini penulis sendiri hanya menjabat seksi Pendidikan. Adapun
susunan Pengurus tersebut mestinya tersimpan pada sekretaris. Penulis hanya dapat
mengingat nama - namanya saja, sedangkan Jabatan masing - masing penulis tidak
hafal Adapun nama Bapak - bapak itu ialah :
1. Bapak Slamet HS menjabat sebagai Ketua
2. Bapak Kajar Aswad sebagai Bendahara.
3. Bapak Abdul Majid sebagai Bendahara.
4. Bapak Sastrongulomo menduduki pada ketua Seksi.
5. Bapak Thohirin menduduki pada Ketua Seksi.
6. Bapak Sukry Annajam menduduki Ketua Seksi.
Dan lain- lainya yang juga menduduki di seksi - seksi.
Demikianlah setelah terbentuknya Muhammadiyah C bang Sambungmacan
langsung SMPM/ MIM ditangani oleh Muhammadiyah Cabang Sambungmacan
Bagian Pendidikan. Hanya sekali-kali dari Bagian Pendidikan dan Kebudayaam
(BPK) saling memberi informasi atau fatwa kepada dan oleh GIB Bagian Pendidikan.
Mulai itu pulalah agaknya GIB membiarkan Pendidikan SMPM / MIM berkembang
dibawah kelolaan BPK Muhammadiyah. Yang jelas terlihat mulai waktu itu SMPM
/MIM adalah Muhammadiyah.
Pada masa itu kalau Muhammadiyah mau dapat saja Muhammadiyah
membiarkan GIB dalam keadaan tidur terus sehingga hampir tidak berfungsi lagi,
karena dapat dilihat hampir semua tokoh senior dari Pengurus GIB ikut duduk dan
dilantik resmi menjadi Pengurus Muhammadiyah Cabang Sambungmacan maupun
Pengurus Ranting Banaran.
Akan tetapi tidak demikian keadaan yang ada, pada tiap - tiap pribadi tokoh
kita pada waktu itu terutama bagi yang sama-sama duduk di kepengurusan GIB
maupun yang duduk di kepengurusan Muhammadiyah. Kesempatan itu tidak
dipergunakan oleh tokoh - tokoh kita, jadi yang terjadi adalah sekalipun GIB pada-
masa itu (th 1977 - 1979) tidak terlihat dalam percaturan pengembangan Islam di
Banaran sebenarnya masih dirasa perlu akan keberadaannya di daerah kita ini. Karena

13
menurut pandangan para tokoh-tokoh itu GIB masih dianggap dapat menampung
semua gagasan dari segala fihak yang bersangkutan dengan pengembangan Islam di
Banaran, sekalipun gagasan itu timbul dari sekecil manapun. Memang sampai pada
waktu itu belum terlihat nyata bila ada pemikiran - pemikiran yang masuk dari luar
kedalam tubuh GIB. apalagi yang berwujud organisasi keagamaan belum/tidak
muncul terlihat diatas permukaan bumi Banaran selain Organisasi Muhammadiyah
dimana memang dikehendaki oleh para tokoh GIB itu sendiri keberadaannya.
Memang ada desas-desus perkiraan bahwa ada satu, dua tiga empat dan
seterusnya dari generasi kita bukan yang termasuk tokoh GIB mengelompokkan diri
kesesuatu organisasi Islam lainnya, akan tetapi menurut pengamatan saya bermula dari
karena mencari pekerjaan atau karena mereka harus segagasan dengan atasan mereka,
bukan didalam pilihan perilaku dari organisasi itu sekalipun kelanjutannya semacam
itu.
Sebenarnyalah untuk kelangsungan GIB dan masih dapat berperan
sebagaimana mestinya, maka Muhammadiyah membatasi dirinya hanya dibidang
Pendidikan saja yang ditangani. Dalam hal ini sebagai contoh adalah : TK, MIM
SMP, SMA. Di bidang - bidang lain masih tetap biasa. Sebagai tangan panjang dari
GIB maka gerakan Islam di Banaran masih tetap wajar. Pengajian - pengajian remaja,
Ibu-ibu, Bapak - Bapak masih tetap berlanjut sekalipun mengalami pasang surut, itu
adalah keadaan yang wajar dan biasa terjadi dimana - mama termasuk di Banaran ini.
Selanjutnya kitanya patut kita ingat pula mungkin ini merupakan bukti dari
keikhlasan tekad dari seluruh umat Islam di Banaran ialah karunia Allah yang
berkenan diberikan kepada kita semua yang bersamaan dengan doa - doa kita bersama
juga, disana sini bermunculan Bapak-bapak, Ibu-ibu giat membangun musholla -
musholla, diatas tanah mereka sendiri, setelah jadi dengan baik mereka tidak segan -
segan menyatakan dengan ikhlas mushola tersebut beserta tanahnya diwakafkan.
Meskipun penyelesaiannya masih membutuhkan pemecahan yang agak rumit.
Disamping itu masih ada beberapa orang lagi yang menyerahkan tanahnya sebagai
wakaf beliau agar digunakan sebaik - baiknya dalam beberapa kepentingan agama
Allah. Bukan itu saja pertolongan Allah yang di anugerahkan kepada kita ada lagi yang
tidak kurang pentingnya ialah dapat dibentuknya Pengurus Pengajian di tiap-tiap
Mushola tersebut dan dapat dihimpun satu kepengurusan Pengajian di Banaran ini
dengan diberi nama : ( P P K B ) Pe ngurus Pengajian Kalurahan Banaran dan sekarang
sudah disesuaikan dan diberi nama ( KORPBA ) Kordinator Pengajian Banaran. Inipun
termasuk tangan- tangan panjang dan GIB sekalipun GIB itu sendiri mungkin pangling
akan keberadaannya pengajian-pengajian yang tergabung dalam KORPBA.
Sebenarnyalah pada masa - masa itu GIB sendiri dalam keadaan tidur - tidur jaga. Para

14
pembaca yang budiman untuk sementara marilah kita tinggal dulu keadaan GIB yang
sedang tidur - tidur jaga untuk mengikuti sisi lain dari perjalanan Muhammadiyah di
Sambungmacan ini yang erat sekali hubungannya dengan perkembangan Islam di Desa
Banaran ini.
Dalam mengikuti jalannya Muhammadiyah di Sambungmacan ini pada tahun
1977 / 1978 mungkin bagi Muhammadiyyah merupakan tahun yang disebut tahun
BaLo ( Bangkit dan Loyo) bagi Muhammadiyah di Sambungmacan ini.
Mengapa demikian? Karena pada tahun itulah timbul hambatan di dalam tubuh
Muhammadiyah sendiri sehingga menyebabkan keadaan Pengurus Muhammadiyah di
Sambungmacan ini mengalami kondisi loyo, bahkan seakan - akan Muhammadiyyah
di Sambungmacan ini hampir - hampir mengalami kehabisan pimpinan yang handal.
Jelasnya demikian :
Setelah Muhammadiyah Cabang Sambungmacan berdirri kira - kira 1 tahun 9
bulan situasi kemsyarakatan memaksa Muhammadiyah Cabang Sambungmacan
mengalami kehabisan pimpinan. Kenap ? Karena Bapak - bapak yang tadinya dengan
megah dan bangga dilantik oleh Muhammadiyah Wilayah Jawa Tengah dan belum
lagi dapat berbuat banyak untuk Muhammadiyah satu persatu Bapak - bapak yang
kebetulan dari Pegawai Negeri mereka mengundurkan diri dikarenakan agaknya
sebagai Pegawai Negeri pada waktu itu sangat dibutuhkan oleh atasan mereka secara
penuh tenaga dan fikirannya, kecuali hanya beberapa orang saja yang masih tetap
tinggal dalam Kepengurusan Muhammadiyah. Dengan kejadian tersebut untuk
beberapa waktu pengurus Muhammadiyyah Cabang Sambungmacan dalam keadaan
pincang berat karena kekosongan pada jabatan Ketua I dan lain - lainnya.
Karena itulah untuk mengatasi keadaan jangan sampai berlarut - larut pengurus
yang masih ada dengan para sesepuh GIB atau yang memang beliau anggauta rangkap
mengadakan pertemuan pada tanggal 13 Oktober 1978 untuk musyawarah dalam
perbaikan kepengurusan Muhammadiyah Cabang Sambungmacan. Dapat saya
kutipkan disini :
Tempat pertemuan : Rumah Bp Syukry Annajam.
Waktu : Jam 19.00 wib.
Keperluan : Reorganisasi Pengurus.
Yang diundang : 18 Orang yang hadir 11 Orang yaitu:
1. Bp Sastrongulomo. 7. Bp Sumarno
2. Bp Abdul Majid. 8. Bp Muzayyin musthofa.
3. Bp Muhammad Thoha/ 9. Bp Am Rasyid ElQodri.
4. Bp Syukry Annajam. 10. Bp Muh Alwin.
5. Bp Hadi ya'coob. 11. Bp Tamrin Hasan.

15
6. Bp Muhammad Thohirin.
Musyawarah dipimpin Bp Thohirin. Kesemuanya ini tercatat dalam buku
notulen rapat. Keputusan rapat ini terbentuk Pengurus Muhammadiyah Cabang
sementara dengan susunan se bagai berikut
Ketua I : Bp Syukry Annajam.
Ketua II : Bp Slamet Daroini BA.
Sekretaris I : Bp Am Rasyid El Qodri.
Sekretaris II : K o s o n g.
Bendahara I : Bp Abdul Majid.
Bendahara II : K o s o n g.
Seksi - seksi : Seksi pendidikan : Bp Muzayyin
Seksi Tablegh : Bp Sastrongulomo.
Demikianlah personalia Pengurus, dan yang belum ada akan dilengkapi pada
kesempatan pertemuan yang akan datang.

yang mencatat dalam pertemuan


t t d.
Am Rasyid El Qodri.

Selanjutnya dengan pengurus sementara itulah Muhammadiyah Cabang


Sambungmacan terseok-seok berjalan menjalankan tugasnya masing-masing. Selang
beberapa waktu kemudian dapatlah diadakan pertemuan lagi untuk lebih melengkapi
susunan Pengurus sementara itu. Pertemuan itu diadakan pada tanggal 24 Oktober
1979 .
Yang diundang sebanyak 16 orang yang hadir 13 orang sebagaimana tersebut
dibawah ini :
1. Bp. Muh. Hadi Yatcoob 8. Bp Sumarno
2. Bp. Abdul Majid. 9. Bp Sudarto
3. Bp. Am Rasyid El Qodri. 10. Bp Tamrin Hasani
4. Bp. Muh. Thaha. 11. Bp Alwin
5. Bp. Muzayyin Musthof a. 12. Bp. Syukry Annajam
6. Bp. Muh Thohirin. 13. Bp Slamet Daroini BA
7. Bp Mustaqim.
Yang berhalangan hadir ialah :
1. Bp Sastrongulomo
2. Bp Slamet Mustofa
3. Bp Talhah

16
Beberapa hal yang dibicarakan itu antara lain instruksi dari Pengurus Pusat
Muhammadiyah dan sedikit melengkapi kepengurusan Muhammadiyah Cabang
Sambungmacan yang kurang. Maka terbentuklah susunan Pengurus sementara itu
sebagai berikut :
Ketua : Syukry Annajam.
Ketua II : Slamet Daraini
Sekretaris I : Am Rasyid El Qodri.
Sekretaris II : k o s o n g.
Bendahara I : Abdul Majid.
Bendahara II : Fikri mustaqiem.
Bagian - bagian : a. Pendidikan : Muzayin Mustofa
: diganti Kartono Sumarno
: Mundzir Asnawi
b. Tablegh : Sastrongulomo.
Pertemuan ini dicatat oleh Sekretaris pada tgl 24 Oktober 1979.
Dengan kepengurusan sementara yang lebih lengkap inilah Muhammadiyah
Sambungmacanb untuk menunaikan tugas-tugasnya termasuk tugasnya di bidang
pendidikan yang ada kaitannya dengan GIB bagian pendidikan.
Ternyata tugas-tugas itu dapat dikerjakan dengan baik dan lancar artinya
kekompakan antara BPK Muhammadiyah dengan GIB bagian pendidikan masih
begitu serasi tanpa adanya sesuatu hambatan yang timbul. Apalagi setelah jabatan
Muhammadiyah Bagian BPK dijabat oleh seorang Yang sama (menjabat rangkap)
terasa sekali manfaat kekompakan itu. Selain itu sebagaimana yang telah saya
singgung pada keterangan saya di muka tulisan ini ialah Muhammadiyah GIB
memiliki misi yang mirip. Lagi pula setelah bagian Pendidikan dari kedua Yayasan itu
dirangkap oleh seorang, dengan demikian akan lebih mempermudah segala
administrasi yang terkait. Pejabat waktu itu ialah Bp. Kartono beliau adalah pengganti
Bapak Muzayyin Musthofa Ar yang pindah tempat ( transmigrasi ).
Dapat pula saya sebutkan disini pada masa Muhammadiyah itu membenahi diri
sedang GIB dalam keadaan tidur - tidur jaga maka yang terlihat di bidang pendidikan
adalah Muhammadiyah. Akan tetapi sebenarnya bagi Muhammadiyah sendiri masih
merasakan akan pentinguya keberadaan GIB di Desa Banaran ini. Maka dari itu di
samping Muhammadiyyah berbenah diri utamanya menjelang Muktamar ke 41 sekitar
Desember 1985 para Pengurus Muhammadiyah juga berfikir akan dibangunkannya
GIB yang selama ini tidur - tidur jaga itu.
Saudara sekalian marilah kita ikuti saja dulu perjalanan Muhammadiyah
selanjutnya yaitu sekitar tahun 79/85. Pada tahun-tahun ini sebagaimana biasa

17
Muhammadiyah membenahi diri terutama dibidang Pendidikan selalu saja diusahakan
peningkatannya, di sisi lain Muhammadiyyah berusaha lebih menampakkan diri di
Masyarakat khususnya Muhammadiyah mempersiapkan diri untuk menyambut
datangnya Mu’tamar yang agung itu agar dapat ikut mensukseskan. Akhirnya datang
jugalah hari yang ditunggu - tunggu itu ialah pada tanggal 7 Desember sampai 11
Desember 1985. Dan benarlah Muhammadiyah dapat berpartisipasi sekalipun
bagaikar sebutir pasir di gurun yang luas.
Perkembangan selanjutnya sesudah Muktamar ialah Muhammadiyah Cabang
Sambungmacan dapat mengadakan / menyelenggarakan MUSYCAB (Musyawarah
Cabang) yang dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 1986 untuk memilih Pimpinan Cabang
yang baru periode 1985 / 1990. Maka dalam Musyawarah cabang itu dapat dipilih
pengurus baru dengan susunan sebagai berikut :
1 . Ketua I : Bp Syukry Annajam.
Ketua II : Bp Muhtar Purnomo.
2 . Sekretaris I : Bp Qomaruddin.
Sekretaris II : Bp Alwin Winoto.
3 . Bendahara I : Bp Margono.
Bendahara II : Bp Santosa.
4 . Seksi - Seksi : (belum dapat dibentuk karena waktunya sudah tidak
memungkinkan )
Untuk melengkapi kepengurusan tersebut maka diadakan pertemuan lanjutan
ialah pada tanggal 1 Agustus 1986 dan akhirnya terbentuklah susunan yang baru
sebagai berikut :
1. Ketua I : Bp Syukri Annajam
Ketua II : Bp Muhtar purnomo
2. Sekretaris I : Bp Raharjo.
Sekretaris II : Bp Alwin Winoto
3. Bendahara I : Bp Margono
Bendahara II : Bp Santoso
4. Bagian-Bagian : a. Pendidikan : - Bp. Sumarno.
- Bp. Mundzir As.
- Bp. Fikri mustaclim
b. Tablegh : - Bp. Sarjono.
- Bp. Qomaruddin.
c. PKU : - Bp. Raharjo.
- Bp. Alwin Winoto

18
Demikianlah sekilas perjalanan Muhammadiyah sampai awal tahun 1991 di
Kecamatan Sambungmacan khususnya di daerah Banaran menuju ke Muktamar ke 42.
Sekarang marilah kita menelusuri kehidupan Gerakan Islam Banaran (GIB) pada
masa-masa ini ialah sekitar tahun 1985 - 1991.

19
ISLAM DI BANARAN PERIODE 1985 - 1991

Sebagaimana disebutkan diatas pada masa ini keadaan GIB memang dalam
keadaan tidur-tidur jaga, bahkan kalau mau meneliti keadaan semacam itu sudah lama
terjadi sebelumnya, hanya saja dari sisi lain para Pengurus Muhammadiyah yang juga
merangkap Pengurus GIB masih memandang perlu kebangkitan GIB itu di Daerah
Banaran ini.
Selain itu memang juga timbul gagasan-gagasan, dari para angkatan muda kita
untuk lebih menfungsikan lagi GIB tersebut. Maka setelah diadakan pendekatan -
pendekatan terjadilah suatu kesepakatan bersama untuk membangunkan kembali GIB
yang sedang dalam keadaan tidur-tidur jaga. Kemudian selanjutnya diadakan
pertemuan dan dalam pertemuan itu dapat diambil suatu keputusan menyusun kembali
Pengurus GIB yang didalam keputusan itu namanya diubah menjadi Yayasan Islam
Banaran (YIB). Pertemuan itu dapat meletakkan para angkatan muda kita kedalam
susunan pengurus Yayasan Islam Banaran (YIB). Kalau tidak salah ingat susunan
Pengurus YIB itu sebagai berikut :
1. Ketua Umum : Bp. Sastrongulomo.
KetuaI : Bp. Drs .Ya'coob Suharno.
Ketua II : Bp. Syukry Annajam.
Ketua III : Bp. Suharno.
2. Sekretaris I : Bp. Slamet Hs.
Sekretaris II : Bp.
3. Bendahara Umum : Bp. Abdul Majid
Bendahara I : Bp. Sumitro
Bendahara II : Bp. Jasmanto
4. Bagian - bagian : a. pendidikan : Bp. Kartono
Bp. Slamet Hs
b. Zakat : Bp. Kartono
Bp. Tamrin Hasani
Bp. Thohirin
c. Wakaf : Bp. Thalhah
d. Da’wah : Bp Muhtar Purnomo
e. Amsa : ( bagian Usaha )
Bagian ini ada pengurusnya sendiri, penulis tidak ingat para pejabatnya
khususnya di bagian ini sempat diperdebatkan statusnya, apakah Amsa itu berdiri
sendiri atau dibawah YIB (dalam hal ini adalah Bendahara). Yang akhirnya Amsa
harus merupakan salah satu dari Bendahara YIB.

20
Itulah yang dapat penulis ingat mengenai susunan pengurus YIB yang disusun
kembali dan susunan pengurus itu sempat di akte notariskan. Untuk mengetahui
susunan pengurus YIB selengkapnya dapat dilihat pada sekretaris YIB. Para pembaca
yang budiman sebenarnya dari kebanGkitan YIB itu sangat di harap-harapkan peran
utamanya dalam perkembangan Islam untuk masa - masa mendatang terutama pada
waktu-waktu masih banyak hal yang harus ditanganinya. Antara lain kokohnya
kepengurusan itu sendiri, perbaikan dan peningkatan di bidang pengajian - pengajian
pembenahan musholla dan sarana lainnya. Terutama sekali adalah pensertifikatan
tanah - tanah wakaf yang menjadi urusan YIB dan beberapa rencana usaha permodalan
YIB. Akan tetapi agaknya memang semuanya itu harus belum dapat kita capai.
Ternyata kepengurusan YIB yang kita harapkan itu mengalami hal yang sama dengan
kepengurusan GIB sebelum kita perbaharui, artinya juga dalam keadaan tidur - tidur
jaga. Memang di sana-sini terlihat dari ruas-ruas YIB masih bergerak akan tetapi
gerakan itu seakan-akan tanpa dikendalikan oleh sesosok tubuh, artinya gerakan itu
bukan yang diprogramkan YIB melainkan seakan-akan mereka bergerak secara tradisi.
Bahkan dalam segi lain yang amat pentingpun belum dapat ditangani sama sekali.
Umpamanya di bidang wakaf dan penggalian dana oleh Amsa. Kalaupun ada uang
yang masuk ke bendahara itu bukan hasil dari Amsa, melainkan kebaikan dari satu dua
orang yang baik hati kepada YIB secara pribadi.
Memang demikianlah kenyataan itu dapat dilihat bersama khususnya bagi para
pengurus itu sendiri, selama pengurus itu di akte notariskan sampai lebih kurang enam
tahun lamanya belum pernah mengadakan pertemuan. Apalagi program kerja sama
sekali belum dapat difikirkan. Keadaan dapat menambah lebih parah lagi terhadap
YIB. Sebab, bergesernya semangat para anggauta pengurus itu dalam YIB satu demi
satu bersikap masa bodoh tidak ada niat untuk berfikir tentang kelanjutan YIB dalam
percaturan pengembangan Islam di Desa Banaran ini. Ditambah lagi keparahan YIB
karena wafatnya beberapa orang anggauta inti dan melemahnya pengurus yang masih
ada. Untungnya dari ruas-ruas YIB itu ada yang masih bergerak atas nama YIB antara
lain pelaksanaan zakat fitrah tiap tahun, pelaksanaan pengajian di desa-desa maka yang
terlihat adalah seakan-akan YIB masih kokoh berdiri tegak.
Para generasi penerus pejuang Islam di Banaran yang selalu saya harapkan.
Itulah kiranya yang dapat diingat oleh penulis mengenai sekelumit catatan sejarah
perkembangan Islam di Banaran.
Akhirnya sudah barang tentu penulis tidak dapat mengingat dan mencatat
Sejarah Perkembangan Islam di Banaran ini secara lengkap dari segala segi, karena
keterbatasan penulis dan mungkin masih banyak dari sisi lain yang tidak sempat
penulis ingat dan catat, namun apa - apa yang saya tulis ini adalah benar - benar penulis

21
ketahui, dengar dan alami sendiri.
Selanjutnya harapan penulis, tulisan yang hanya sekelumit ini dapatlah menjadi
masukan bagi para generasi kita para pejuang Islam di Banaran mendatang.
Bagi para pelaku yang sempat saya sebut namanya dalam penulisan ini kalau
memang ada kesalahan harap sudi memberikan pembetulannya, juga bila kedapatan
kurang dapat dimengerti susunan kata-kata penulis minta maaf sebesar-besarnya.
Karena selain penulis sendiri hanya sedikit sekali pengetahuan tentang bahasa, penulis
berpacu antara ingatan dan pangan, kadang-kadang tangan tertinggal jauh oleh ingatan,
sehingga tidak dapat menulis dengan lebih tertib bahkan penulisan ini saya batasi
hingga pada wawal tahun 1991.
Wassalamu 'alaikum.wr.wb.

Banaran, tgl 1 Mei 1991

Penulis

Syukry Annajam.

22

Anda mungkin juga menyukai