Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KANDUNGAN ETIL OKSIDA DALAM MIE INSTAN

Disusun oleh :

NAMA : INDI ULPATU RABBI


NIM : 20482011193
PRODI : S1 – FARMASI 2020
MATKUL : FARMASI INDUSTRI

Dosen Pembimbing : apt. Hayatus Sa'adah, M.Sc

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA


2023

i
PENDAHULUAN

Pada tahun 2018, Kementerian Perindustrian Negara Indonesia memaparkan


bahwa terdapat empat pilar utama yang akan memperkuat perekonomian
Indonesia di masa depan, diantaranya teknologi, industri, inovasi dan sumber daya
(Hartanto, 2018). Melalui pengembangan keempat pilar tersebut, Indonesia
diharapkan mampu menjadi 10 besar negara dengan ekonomi terkuat pada tahun
2030 mendatang. Sektor industri menjadi salah satu pilar yang diharapkan terus
mengalami perkembangan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya kebutuhan
masyarakat terhadap bahan intermediate atau bahan jadi yang diproduksi oleh
industri berskala besar atau pun kecil. Industri kimia menjadi salah satu industri
dengan perkembangan yang cukup pesat, mengingat kebutuhan akan bahan-bahan
kimia terus meningkat. Beberapa masalah yang masih menjadi kendala dalam
pengembangan industri adalah tingginya nilai impor untuk bahan baku, bahan
penunjang, dan bahan intermediate, dikarenakan industri dalam negeri belum
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Salah satu industri kimia yang paling menunjang perekonomian ialah
produksi mi instan. Namun salah satu produk mi instan produksi Indonesia baru-
baru ini ditarik dari peredaran di Malaysia danTaiwan karena terdeteksi
mengandung residu etilen oksida. Pada 23 April 2023, Departemen Kesehatan
Kota Taipei menarik produk mi instan Indomie rasa ayam spesial karena adanya
temuan etilen oksida. Selain itu, Malaysia pada 26 April 2023 juga
memerintahkan adanya pemeriksaan produk yang sama dan meminta produsen
untuk menarik produk tersebut.
Etilen oksida atau EtO sebenarnya merupakan gas beracun tidak berwarna
yang bersifat reaktif dan mudah terbakar. Senyawa EtO umumnya digunakan
sebagai bahan baku di industri, misalnya untuk sintesis etilen glikol, sterilisasi alat
medis, serta pestisida. Etilen oksida dapat bersifat genotoksik karsinogenik bagi
tubuh manusia. Hal tersebut menunjukkan pentingnya upaya memperketat aturan
ataupun standarnya pada produk pangan di Indonesia.

1
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Etilen Oksida (EtO)


Etilen oksida (EtO) adalah senyawa organic dengan rumus C2H4O.
senyawa ini termasuk eter siklik. Ini berarti bahwa etilen oksida terdiri dari
dua gugus alkil yang terikat pada atom oksigen dalam bentuk siklik
(melingkar). Penampakan dari gas ini yaitu mudah terbakar, tidak berwarna,
dan mempunyai bau yang samar-samar.
Etilen oksida adalah epoksida paling sederhana, tiga cincinnya terdiri
dari dua karbon dan satu atom oksigen. Karena memiliki struktur molekul
yang khusus, etilen oksida dapat mengalami reaksi samping dengan mudah,
dengan terbukanya rantai siklik, kemudian atom tersebut berikatan dengan
molekul lain sehingga terjadilah polimerisasi. Etilen oksida adalah isomer
dengan asetaldehida.
B. Dampak Paparan EtO
Adanya kandungan etilen oksida pada bahan pangan terutama mi instan
jika dikonsumsi dengan takaran yang banyak dapat menimbulkan dampak
paparan EtO diantaranya:
1. Iritasi mata, kulit, dan saluran pernafasan
2. Pusing
3. Mual
4. Mempengaruhi system saraf pusat
5. Berpotensi menyebabkan kanker
6. Genotoksik dan mutagenik
C. Bahaya Etilen Oksida (EtO)
Etilen oksida merupakan bahan baku penting dengan penggunaan yang
beragam, tetapi etilen oksida itu sendiri merupakan zat yang sangat
berbahaya: pada suhu kamar gas ini sangat mudah terbakar, karsinogenik,
dapat menyebabkan perubahan gen, dan dapat menyebabkan iritasi.
Berdasarkan International Agency for Research on Cancer pada 2012,
EtO masuk dalam klasifikasi sebagai grup 1 yang bersifat karsinogenik pada

2
manusia. Etilen oksida dapat bersifat genotoksik karsinogenik bagi tubuh
manusia. Itu artinya, seberapa besar kadar yang ditemukan tetap memiliki
sifat yang sama, yakni dapat merusak informasi genetik pada sel sekaligus
dapat memicu kanker.
Mengutip jurnal Foods 2022 Volume 11, The European Chemicals
Agency (ECHA) telah mendefinisikan EtO sebagai bahaya keamanan pangan
kronis yang bersifat karsinogen, mutagen, dan berbahaya bagi sistem
reproduksi.

3
ANALISIS MASALAH

Kebutuhan akan suatu produk menjadi salah satu faktor mendasar yang
harus dipertimbangkan ketika akan membuat sebuah produk terutama pangan.
Salah satu langkah yang harus dipahami untuk mengetahui seberapa besar
kebutuhan produk tersebut adalah dengan menganalisa kebutuhan konsumen.
Analisa ini diperlukan untuk mengetahui prospek pasar di tahun-tahun mendatang
dengan perhitungan supply and demand.
Saat ini diketahui bahwa bisnis konsumsi pada makanan instan seperti mi
menjadi penggemar di kalangan masyarakat luas. Namun, diketahui pula bahwa
akhir-akhir ini muncul berita bahwa mi instan yang digemari masyarakat luas
tersebut mengandung etilen oksida yang termasuk dalam senyawa karsinogen
dimana diduga memiliki kandungan yang berbahaya hingga dapat memicu kanker.
Namun, itu merupakan penelitian dari uji coba hewan. Sementara pada manusia,
penyebab kanker sulit diketahui sehingga kaitan etilen oksida dengan risiko
kanker tidak dipastikan.
Mengutip dari laman National Cancer Institute, etilen oksida atau EtO
adalah pestisida yang tidak diizinkan untuk digunakan dalam makanan. Zat ini
berupa gas tak berwarna yang mudah terbakar dengan bau yang manis. Bahan ini
lazimnya digunakan untuk memproduksi bahan kimia lain, termasuk antibeku.
Dalam jumlah yang lebih kecil, etilen oksida digunakan sebagai pestisida dan
agen sterilisasi. Kemampuan etilen oksida untuk merusak DNA dalam tubuh
manusia, membuatnya menjadi agen sterilisasi yang efektif. Namun demikian, zat
ini lambat laun menyebabkan kanker, seperti kanker limfoma dan leukemia.
Kedua jenis kanker tersebut adalah kanker yang paling sering dilaporkan terkait
dengan paparan etilen oksida di tempat kerja. Selain itu, kanker perut dan
payudara juga dapat dikaitkan dengan paparan etilen oksida. Manusia dapat
terpapar EtO melalui udara maupun konsumsi, dalam hal ini konsumsi mi instan.
Etilen oksida yang terkandung dalam mi instan dapat bersifat genotoksik
karsinogenik bagi tubuh manusia. Itu artinya, seberapa besar kadar yang

4
ditemukan tetap memiliki sifat yang sama, yakni dapat merusak informasi genetik
pada sel sekaligus dapat memicu kanker.

5
SOLUSI YANG DITAWARKAN

Temuan residu EtO dan senyawa turunannya dalam mi instan merupakan


bukan isu baru dalam dunia keamanan pangan. EtO dimulai dengan adanya
notifikasi oleh European Union Rapid Alert System for Food and Feed
(EURASFF) pada 2020 silam. Namun demikian, BPOM RI masih melakukan
kajian mengenai aturan EtO, karena diketahui ternyata EtO dan senyawa
turunannya belum diatur secara detail oleh WHO dan badan pangan dunia FAO.
Mengetahui hal tersebut, BPOM diharapkan dapat segera melakukan kajian
kebijakan mengenai EtO dan senyawa turunannya pada mi instan, BPOM juga
dapat terus memantau perkembangan terbaru terkait peraturan dan standar
keamanan pangan internasional, serta melakukan sampling dan pengujian untuk
mengetahui tingkat kandungan senyawa tersebut pada produk dan tingkat
paparannya, kemudian BPOM secara terus-menerus melakukan monitoring dan
pengawasan pre- dan post-market terhadap sarana dan produk yang beredar untuk
perlindungan terhadap kesehatan masyarakat dan menjamin produk yang terdaftar
di BPOM dan beredar di Indonesia aman dikonsumsi.
Dosis paparan EtO yang dapat dikendalikan (manageable) untuk manusia
adalah 0,037 mikrogram per kilogram berat badan per hari. Dengan besaran
tersebut, paparan EtO dinilai tidak memberikan risiko yang berarti, sehingga
masyarakat juga wajib aware terhadap besaran dosis paparan yang diperbolehkan
bagi tubuh tersebut.

6
KESIMPULAN

Slah satu produk mi instan produksi Indonesia baru-baru ini ditarik dari
peredaran di Malaysia dan Taiwan karena terdeteksi mengandung residu etilen
oksida. Temuan residu EtO dan senyawa turunannya dalam mi instan merupakan
bukan isu baru dalam dunia keamanan pangan. EtO dimulai dengan adanya
notifikasi oleh European Union Rapid Alert System for Food and Feed
(EURASFF) pada 2020 silam. Namun demikian, BPOM RI masih melakukan
kajian mengenai aturan EtO, karena diketahui ternyata EtO dan senyawa
turunannya belum diatur secara detail oleh WHO dan badan pangan dunia FAO.

7
SARAN

BPOM diharapkan dapat segera melakukan kajian kebijakan mengenai EtO


dan senyawa turunannya pada mi instan, BPOM juga dapat terus memantau
perkembangan terbaru terkait peraturan dan standar keamanan pangan
internasional, serta melakukan sampling dan pengujian untuk mengetahui tingkat
kandungan senyawa tersebut pada produk dan tingkat paparannya, kemudian
BPOM secara terus-menerus melakukan monitoring dan pengawasan pre- dan
post-market terhadap sarana dan produk yang beredar untuk perlindungan
terhadap kesehatan masyarakat dan menjamin produk yang terdaftar di BPOM
dan beredar di Indonesia aman dikonsumsi. Selain itu, dosis paparan EtO yang
dapat dikendalikan (manageable) untuk manusia adalah 0,037 mikrogram per
kilogram berat badan per hari. Dengan besaran tersebut, paparan EtO dinilai tidak
memberikan risiko yang berarti, sehingga masyarakat juga wajib aware terhadap
besaran dosis paparan yang diperbolehkan bagi tubuh tersebut.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/04/28/menakar-bahaya-etilen-
oksida-penyebab-penarikan-indomie-di-taiwan-dan-malaysia. Diakses pada
Minggu, 7 Mei 2023 pukul 11.00.
https://money.kompas.com/read/2022/10/08/204000026/apa-itu-etilen-oksida-
pestisida-yang-bikin-produk-mie-sedaap-ditarik-dari?page=all. Diakses
pada Minggu, 7 Mei 2023 pukul 11.00.
https://katadata.co.id/tiakomalasari/berita/6448d8042d675/etilen-oksida-
penyebab-indomie-dan-mie-sedaap-dilarang-di-negara-lain. Diakses pada
Minggu, 7 Mei 2023 pukul 11.00.

Anda mungkin juga menyukai