HUKUM OBAT PENUNDA HAID Oleh Nur Lailatul Qomariyah
HUKUM OBAT PENUNDA HAID Oleh Nur Lailatul Qomariyah
Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
FIQHI KONTEPORER
Oleh:
Dosen pembimbing:
Dr. H. Mukhlisin Saad, M.Ag
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Manfaat dan Madlarat dari Pengguna obat penunda Haid...... 2
B. Hukum pengguna Obat penunda Haid........................................ 3
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh berkah bagi umat islam, dimana bulan tersebut
Allah swt melipatkan gandakan setiap kebaikan yang dilakukan oleh hambanya. Pada bulan
tersebut, semua orang berlombah-lombah untuk berpuasa secara sempurna serta melakukan
amalan-amalan lainna, baik itu dari kalangan laki-laki, perempuan maupun anak-anak yang
telah mencapai akil baligh.
Diera modern seperti sekarang ini, dengan alat yang semakin canggi situasi haid bisa
dimanipulasi. Maksutnya, perempuan yang mengalami menstruasi atau haid pada waktu
puasa dengan menggunakan teknologi terkini dibidang terapi hormonal memungkinkan
pengeturan waktu terjadi haid secara tetap sesuai keinginan. Bisa dimajukan atau
dimundurkan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat atau jamu penunda
haid. Oleh karena itu, didalam makalah ini saya ingin membahas sedikit mengenai
bagaimana sebenarnya hukum pengguna obat penunda haid bagi perempuan ketika
menunaikan haji atau ramadhan.
B. Pokok Masalah
1. Apa manfaat dan kemadlaratan dari penggunaan obat penunda haid?
2. bagaiman analisis fiqhi dalam menentapkan hukum pengguna obat penunda haid dalam
puasa Ramadhan?
C.Tujuan Masalah
1. Agar mengetahui manfaat dan kemadlaratan dari pengguna obat penunda Haid.
2. Agar mengetahuai analisis fiqhi dalam menentapkan hukum pengguna obat penunda
haid dalam puasa Ramadhan?
analisis fiqhi dalam menentapkan hukum pengguna obat penunda haid dalam puasa
Ramadhan?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
wanita yang sukar mengqadha’ puasa Ramadhan pada hari lain. Tidak jauh dari
fatwa MUI tersebut dalam muktamar Nu 28 memutuskan bahwasanya
menggunakan obat penunda Haid adalah boleh dengan catatan tidak
membahayakan bagi pelaku atau tidak sampai memutuskan keturunan (merusk sel
reproduksi), dan tidak berdampak tertundanya kehamilan.
2. Makruh
Penggunaan obat penunda Haid juga dapat dihukumi Makruh apabila, hanya
menyempurnakan ibadah puasa ramadhan dan tidak ada kesulitan untuk
mengqodhanya puasa Ramadhan di hari lain. Dimana, seakan-akan perempuan itu
mempunyai sifat malas berpuasa dihari lain karena terlalu berat, jika dibandingkan
puasa bersama-sama pada bulan Ramadhan. Hal tersebut berdasarkan fatwa MUI
pada tanggal 12 januari 1979 yang menyatakana bahwa pengguna obat penunda
haid adalah makruh jika untuk menyempurnakan puasa Ramadhan, namun dapat
mengqadha’ pada hari lain tanpa kesulitan.
3. Haram
Adapun landasan keharaman yang ditetapkan dalam penggunaan obat penunda
haid ini adalah berdasarkan metode Saddudz Dzari’ah, para Ulama mendefinisikan
dengan mencegah sesuatu yang menjadi jalan kerusakan, atau menymbat jalan
yang dapat menyampaikan seseorang pada kerusakan. Jika ada suatu perbuatan
yang baik. Tetapi, jika mengakibatkan terjadinya kerusakan maka menurut metode
ini perbuatan tersebut harus dicega dan dilaraang.
Dalam hal ini dilihat dari tujuan digunakannya obat penunda haid adalah
merupakan suatu perbuatan baik karena keinginan perempuan bisa menjalankan
ibadah puasa serta amalan-amalaan lainnya di bulan Ramadhan secara penuh dan
sempurna. Akan tetapi, efek yang dapat ditimbulkan dari penggunaan obat tersebut
yang dapat merusak Rahim inilah yang menjadi pegangan atas larangan mengenai
penggunaan obat tersebut. Apalagi hingga menyebabkan kemandulan bagi seorang
perempuan hal ini pasti juga akan berdampak kesulitan untuk mendapatkan
seorang keturunan.
Jika dilihat dari dampak yang bisa diakibatkan oleh pil-pil tersebut, yaitu adanya bahaya
yang mengancam rahim, maka menurut beliau dalam masalah ini, hendaknya kaum
perempuan perempuan tidak menggunakannya. Segalah puji bagi Allah yang telah
menetapkan ketentuan nya dan hikmanya, yaitu saat datang Haid kaum wanita tidak boleh
puasa dan sholat, kemudian setelah suci baru boleh puasa dan sholat, setela ramadhan selesai
mak ia wajib mengqadha puasa yang telah terlewati.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penggunaan obat penunda haid para ulama berbeda pendapatndalam
menentukan hukumnya hal tersebut berkaitan erat dengan prinsip kemaslahatan itu
sendiri yang bersifat dinamis fleksibel. Artinya, pertimbangaan kemsalaahatan akan
berkembang seiring dengan perubahan zaman.
Hukum dalam penggunaan obat pennunda haid ketika puasa ramaadhan dapat
dikatagorikan menjadi mubah, makruh dan haram.
B. Saran
Fitrah sebagai seorang wanita dengan mengalami Haid akan selalu ada dalm fatwa
para ulama mengenai hukum menunda haid untuk menyempurnakan puasa Ramadhan,
terlihat jelas upaya mewujudkan kemaalahatan dalam perumusan hukum. bahwa
disana terdapat beberapa perbedaan pendapat, hal itu berkaitan dengan prinsip
kemslahatan itu sendiri yang bersifat dinamis dan fleksibel.
8
DAFTAR PUSTAKA
Makky, Muhammad Nuruddin Marbu Banjar, Fiqh Darah Perempuan: Telaah Tuntas T
entang Darah Haid,Istihadah, Dan Nifas Serta Hubungannya Dengan Berbagai Hukum I
badah, Judul asli Al-Ibathah Bi Aham Masail Al-Haidh Wa An-Nifas Wa Al-Istihadhah, P
enerjemah: Jamaluddin, Solo:Era Intermedia, 2004.
Wahid, Nur, Skripsi Pandangan Yusuf Al-Qaradhawi Tentang Penundaan Menstruasi U
ntuk Kepentingan Ibadah, Fakultas Syari’ah dan Hukum Uin sunan Kalijaga, 2008.