Anda di halaman 1dari 8

“HUKUM OBAT PENUNDA HAID”

Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

FIQHI KONTEPORER

Oleh:

Nur Lailatul Qomariyah (E21215074)

Dosen pembimbing:
Dr. H. Mukhlisin Saad, M.Ag

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2017

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan nikmat, taufik, hidayah serta inayah kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Obat Penunda Haid”
dengan tiada halangan suatu apa pun. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen pengampu mata Kuliah Fikhi
Kontepore.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.


Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya dengan tersusunnya makalah ini, semoga ada guna dan
manfaatnya, khususnya di dunia pendidikan dan masyarakat.

Surabaya, 01 Januari 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Manfaat dan Madlarat dari Pengguna obat penunda Haid...... 2
B. Hukum pengguna Obat penunda Haid........................................ 3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh berkah bagi umat islam, dimana bulan tersebut
Allah swt melipatkan gandakan setiap kebaikan yang dilakukan oleh hambanya. Pada bulan
tersebut, semua orang berlombah-lombah untuk berpuasa secara sempurna serta melakukan
amalan-amalan lainna, baik itu dari kalangan laki-laki, perempuan maupun anak-anak yang
telah mencapai akil baligh.
Diera modern seperti sekarang ini, dengan alat yang semakin canggi situasi haid bisa
dimanipulasi. Maksutnya, perempuan yang mengalami menstruasi atau haid pada waktu
puasa dengan menggunakan teknologi terkini dibidang terapi hormonal memungkinkan
pengeturan waktu terjadi haid secara tetap sesuai keinginan. Bisa dimajukan atau
dimundurkan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat atau jamu penunda
haid. Oleh karena itu, didalam makalah ini saya ingin membahas sedikit mengenai
bagaimana sebenarnya hukum pengguna obat penunda haid bagi perempuan ketika
menunaikan haji atau ramadhan.

B. Pokok Masalah
1. Apa manfaat dan kemadlaratan dari penggunaan obat penunda haid?
2. bagaiman analisis fiqhi dalam menentapkan hukum pengguna obat penunda haid dalam
puasa Ramadhan?

C.Tujuan Masalah

1. Agar mengetahui manfaat dan kemadlaratan dari pengguna obat penunda Haid.

2. Agar mengetahuai analisis fiqhi dalam menentapkan hukum pengguna obat penunda
haid dalam puasa Ramadhan?

analisis fiqhi dalam menentapkan hukum pengguna obat penunda haid dalam puasa
Ramadhan?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A.Manfaat dan Madlarat dari Pengguna obat penunda Haid


Haid secaa bahas berarti aliran. Sedangkan menurut istilah haid berarti dara kotor yang
keluar dari pangkal rahim perempuan setelah masa baligh pada waktu sehat dan pada saat
tertentu. Darah haid keluar setiap bulan sekali pada perempuan, namun yang terjadi
dimasyarakat sekarang ini siklus haid yang terjadi disetiap bulannya bisa dimundurkan
bisa dimajukan. Mengundurkan massa haid bisa berupa penundaan haid agar dalam waktu
tertentu tidak datang menstruasi dikarenakan adanya suatu hajat.
Perkembangan teknologi informasi sekarang ini sudah mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Sehingga, mampu menghasilkan obat penunda haid yang berupa pil ataupuan
suntik yaitu progestin (progerteron) yang mana kombinasinya estrogen dengan pil KB.
Yang mana obat ini telah memberikan manfaat bagi perempuan yang memmiliki
keinginan untuk menjalankan ibadah puasa secara sempurna (penuh) seperti halnya dalam
melakukan ibadah haji.
Adapun kemadharatan yang bisa ditimbulkan dari pemakaian obat ini ialah tidak
baiknya bagi kesehatan perempuan terutama bagi rahim perempuan. Selain itu hal yang
sangat membahayakan bisa mengakibatkan komplikasi yang sangat serius sehingga
mengalami kemandulan. Penggunaan obat penunda haid ini juga harus sesuai dengan
takarannya dan hanya digunakan pada jangka waktu tertentu. Efek negative lainnya
diakibatkan dari mengkonsumsi obat penunda haid seperti: rasa mual dan muntah-muntah,
sakit kepala hebat, perasaan lelah dan gelisa, darah tinggi, keputihan dan nafsu makan
yang tinggi.

B. Hukum pengguna Obat penunda Haid


Setelah diketahui manfaat dan kemdaharatan yang ditimbulkan dari pemakaian obat
penunda haid, pertanyaan selanjutnya yaitu bagaimana kita menghukumi pengguna obat
penunda Haid untuk menyempurnakan puasa Ramadhan yang digunakan oleh para
perempuan pada massa sekarang ini? untuk itu dalam hal ini kami memberikan tiga
ketetapan hukum berkaitan dengan ha tersebut:
1. Mubah
Dalam kajian fikhi, salah satu metode istimbath hukum islam yang lebih banyak
menekan aspek masalah dalam pengambialan keputusan hukumannya adalah
masalah mursalah. Salah satu persyaratan masalah mursalah yaitu tidak adanya
dalil tertentu yang membenarkan atau membatalkannya. Sehingga dalam hukum
islam menunda haid dimana tidak terdapat nas yang mengaturnya maka
argumentasi tersebut berdasarkan pada metode masalah mursalah. Yang dalam hal
ini berlaku kaidah:
Yang Artinya “Hukum asal dari segala sesuatu itu boleh (mubah) kecuali terdapat
adanya dalil yang terdapat mengharamkan.”
Berdasarkan sidang komisi Fatwa Majlis Ulama Indonesia pada tanggal 12 januari
1979 memutuskan bahwa menggunakan obat penunda haid adalah mubah bagi

6
wanita yang sukar mengqadha’ puasa Ramadhan pada hari lain. Tidak jauh dari
fatwa MUI tersebut dalam muktamar Nu 28 memutuskan bahwasanya
menggunakan obat penunda Haid adalah boleh dengan catatan tidak
membahayakan bagi pelaku atau tidak sampai memutuskan keturunan (merusk sel
reproduksi), dan tidak berdampak tertundanya kehamilan.
2. Makruh
Penggunaan obat penunda Haid juga dapat dihukumi Makruh apabila, hanya
menyempurnakan ibadah puasa ramadhan dan tidak ada kesulitan untuk
mengqodhanya puasa Ramadhan di hari lain. Dimana, seakan-akan perempuan itu
mempunyai sifat malas berpuasa dihari lain karena terlalu berat, jika dibandingkan
puasa bersama-sama pada bulan Ramadhan. Hal tersebut berdasarkan fatwa MUI
pada tanggal 12 januari 1979 yang menyatakana bahwa pengguna obat penunda
haid adalah makruh jika untuk menyempurnakan puasa Ramadhan, namun dapat
mengqadha’ pada hari lain tanpa kesulitan.
3. Haram
Adapun landasan keharaman yang ditetapkan dalam penggunaan obat penunda
haid ini adalah berdasarkan metode Saddudz Dzari’ah, para Ulama mendefinisikan
dengan mencegah sesuatu yang menjadi jalan kerusakan, atau menymbat jalan
yang dapat menyampaikan seseorang pada kerusakan. Jika ada suatu perbuatan
yang baik. Tetapi, jika mengakibatkan terjadinya kerusakan maka menurut metode
ini perbuatan tersebut harus dicega dan dilaraang.
Dalam hal ini dilihat dari tujuan digunakannya obat penunda haid adalah
merupakan suatu perbuatan baik karena keinginan perempuan bisa menjalankan
ibadah puasa serta amalan-amalaan lainnya di bulan Ramadhan secara penuh dan
sempurna. Akan tetapi, efek yang dapat ditimbulkan dari penggunaan obat tersebut
yang dapat merusak Rahim inilah yang menjadi pegangan atas larangan mengenai
penggunaan obat tersebut. Apalagi hingga menyebabkan kemandulan bagi seorang
perempuan hal ini pasti juga akan berdampak kesulitan untuk mendapatkan
seorang keturunan.

Jika dilihat dari dampak yang bisa diakibatkan oleh pil-pil tersebut, yaitu adanya bahaya
yang mengancam rahim, maka menurut beliau dalam masalah ini, hendaknya kaum
perempuan perempuan tidak menggunakannya. Segalah puji bagi Allah yang telah
menetapkan ketentuan nya dan hikmanya, yaitu saat datang Haid kaum wanita tidak boleh
puasa dan sholat, kemudian setelah suci baru boleh puasa dan sholat, setela ramadhan selesai
mak ia wajib mengqadha puasa yang telah terlewati.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penggunaan obat penunda haid para ulama berbeda pendapatndalam
menentukan hukumnya hal tersebut berkaitan erat dengan prinsip kemaslahatan itu
sendiri yang bersifat dinamis fleksibel. Artinya, pertimbangaan kemsalaahatan akan
berkembang seiring dengan perubahan zaman.
Hukum dalam penggunaan obat pennunda haid ketika puasa ramaadhan dapat
dikatagorikan menjadi mubah, makruh dan haram.

B. Saran
Fitrah sebagai seorang wanita dengan mengalami Haid akan selalu ada dalm fatwa
para ulama mengenai hukum menunda haid untuk menyempurnakan puasa Ramadhan,
terlihat jelas upaya mewujudkan kemaalahatan dalam perumusan hukum. bahwa
disana terdapat beberapa perbedaan pendapat, hal itu berkaitan dengan prinsip
kemslahatan itu sendiri yang bersifat dinamis dan fleksibel.

8
DAFTAR PUSTAKA
Makky, Muhammad Nuruddin Marbu Banjar, Fiqh Darah Perempuan: Telaah Tuntas T
entang Darah Haid,Istihadah, Dan Nifas Serta Hubungannya Dengan Berbagai Hukum I
badah, Judul asli Al-Ibathah Bi Aham Masail Al-Haidh Wa An-Nifas Wa Al-Istihadhah, P
enerjemah: Jamaluddin, Solo:Era Intermedia, 2004.
Wahid, Nur, Skripsi Pandangan Yusuf Al-Qaradhawi Tentang Penundaan Menstruasi U
ntuk Kepentingan Ibadah, Fakultas Syari’ah dan Hukum Uin sunan Kalijaga, 2008.

Anda mungkin juga menyukai