Anda di halaman 1dari 10

BIDANG ILMU DAN PENGEMBANGAN KARIR DOSEN

DI KEMENTERIAN AGAMA1
Oleh Suwito2

Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang ada di Indonesia sebagaimana


tercantum dalam Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012
Tentang Pendidikan Tinggi merupakan kumpulan sejumlah pohon, cabang, dan ranting Ilmu
Pengetahuan yang disusun secara sistematis. Pasal 10 ayat (2) dinyatakan bahwa Rumpun Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi ada 6 yaitu: 1. rumpun ilmu agama; 2. rumpun ilmu humaniora; 3.
rumpun ilmu sosial; 4. rumpun ilmu alam; 5. rumpun ilmu formal; dan 6. rumpun ilmu terapan.
Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ini ditransformasikan, dikembangkan, dan/atau
disebarluaskan oleh Sivitas Akademika melalui Tridharma. Sampai dengan Agustus 2019,
rumpun Ilmu Agama Islam yang berlaku di Kementerian Agama RI untuk Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam (PTKI) adalah Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 33 Tahun 2016 tentang
Gelar Akademik Perguruan Tinggi Keagamaan. Dalam PMA ini tercantum 55 jenis Program
Studi. Adapun gelar akademiknya terbagi ke dalam 10 jenis gelar akademik, yaitu: 1) Sarjana
Agama (S.Ag.), 2) Sarjana Hukum (S.H.), 3) Sarjana Humaniora (S.Hum.), 4) Sarjana Sosial
(S.Sos.), 5) Sarjana Pendidikan (S.Pd.), 6) Sarjana Ekonomi (S.E.), 7) Sarjana Akuntansi
(S.Akun.), 8) Sarjana Terapan Akuntansi (S.Tr.Akun.), 9) Sarjana Psikologi (S.Psi), dan 10)
Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP.). Adapun penyebutan keahlian dalam SKPI (Surat Keterangan
Pendamping Ijazah) tidak pada nama Program Studinya tetapi pada kesarjanaannya. Selain itu
penyebutan gelar kesarjanaan tidak selalu sama dengan pencantuman keahlian pada SKPInya.
Contohnya adalah Sarjana Hukum pada gelar akademiknya tetapi pada SKPInya ditulis Sarjana
Hukum Islam. Sarjana Sosial pada gelar akademiknya, dalam SKPInya ditulis Sarjana Sosial
Islam. Sarjana Pendidikan pada gelar akademiknya, dalam SKPInya ditulis Sarjana Pendidikan
Islam, dan Sarjana Ekonomi pada gelar akademiknya dalam SKPInya ditulis Sarjana Ekonomi
Islam. Semoga saja perbedaan ini tidak dipermasalahkan karena perbedaan dalam hal
dokumentasi.
Jika diperbandingkan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 154 Tahun 2014 Tentang Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Serta
Gelar Lulusan Perguruan Tinggi maka dapat diketahui bahwa penulisan keahlian dalam SKPI
sama dengan nama Program Studi. Adapun penulisan singkatan gelar akademik disesuaikan
dengan pembidangan ilmu. Di dalam Peraturan ini, jenis keahlian atau pembidangan ilmu terdiri
atas: 1) Seni (Sn), 2) Sejarah (Sej), 3) Linguistik (Li), 4) Sastra (S), 5) Filsafat (Fil), 6)
Antropologi dan Sosiologi (Sos), 7) Ekonomi kurung E kurung, 8) Psikologi (Psi), 9) Kimia dll
(Si), 10) Komputer (Kom), 11) Matematika (Mat), 12) Statistika (Stat), 13) Asuransi (Akt), 14)
Agrikalter (Agr), 15) Peternakan (Pt.), 16) Pengolahan hasil pertanian (Pi), 17) Teknik (T), 18)
Arsitektur (Ar), 19) Arsitektur (Ars), 20) Perencanaan Wilayah (P.W.), 21) Desain Interior (Ds),
22) Akuntansi (Akun), 23) Manajemen (M), 24) Administrasi Bisnis (A.B), 25) Administrasi
Perkantoran (A.Pkt), 26) Keirausahaan (Bns), 27) Pendidikan (Pd), 28) Guru (Guru SD), 29)

1
Bahan diskusi pada acara Workshop Pembidangan Ilmu Program Studi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Kamis 12 September 2019 di Yogyakarta.
2
Profesor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lingkungan (Ling), 30) Kehutanan (Hut), 31) Tata rias (Js), 32) Sais Biomedis (Bmd), 33)
Penyakit Mulut (P.M.), 34) Kedokteran (Ked), 35) Dokter (dr.), 36) Dokter Akupuntur (dr.
Akup), 37) Andrologi (And), 38) Anestesiologi (An.), 39) Kardiologi (Kd), 40) Parasitologi
Klinis (Par.K), 41) Patologi Klinis (P.K), 42) Farmakologi Klinis (F.K), 43) Kedokteran
Forensik dan Legal (K.F.L), 44) Obstetrik dan Ginekolog (O.G.), 45) Penyakit Dalam (P.D.), dan
seterusnya yang pada dasarnya, keahlian yang dituliskan dalam SKPI adalah nama Program
Studi. Sementara itu, gelar akademik adalah singkatan dari kelompok ilmu Program Studi.
Contoh: Program Studi Penyuluhan Pertanian, nama gelar sarjananya adalah S.Agr, gelar dari
Program Studi Pendidikan Antropologi adalah S.Pd dan keahlian yang ditulis dalam SKPi adalah
Pendidikan Antropologi, dst. Dengan demikian ada perbedaan antara yang terdapat dalam PMA
dan yang ada di Permendikbud tsb dalam hal penulis SKPI. Contohnya sbb:

Kementerian Nama Prodi Gelar Akademik SKPI


PMA Ilmu Al-Qur'an dan S.Ag Sarjana Agama
Tafsir
Hukum Pidana Islam S.H. Sarjana Hukum Islam
(Jinayah)
Permendikbud Filsafat Keilahian S.Fil Filsafat Keilahian
Kajian Timur Tengah M.Sos Kajian Timur Tengah

Akan tetapi Permendikbud ini kemudian diubah oleh Keputusan Menteri Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI Nomor 257 Tahun 2017 tentang Nama Program Studi pada
Perguruan Tinggi yang tidak mencantumkan SKPI. Dalam SK ini pembidangan ilmu dilakukan
sebagai berikut: RUMPUN ILMU HUMANIORA (HUMANITIES) 1) Seni (Sn.), 2) Sejarah
(Hum.), 3) Linguistik (Li.), 4) Susastra atau Sastra (S.), 5) Filsafat (Fil.), RUMPUN ILMU
SOSIAL (SOCIAL SCIENCES) 6) Sosial (Sos.), 7) Ekonomi kurung E kurung, 8) Pertahanan
(Han.), 9) Psikologi (Psi.), RUMPUN ILMU ALAM (NATURAL SCIENCES) 10) Kimia (Si.),
11) Ilmu atau Sains Kebumian (Si.), 12) Ilmu atau Sains Kelautan (Si.), 13) Biologi (Si.), 14)
Biofisika (Si.), 15) Fisika (Si.), 16) Astronomi (Si.), RUMPUN ILMU FORMAL (FORMAL
SCIENCES) 17) Komputer (Kom.), 18) Logika (Lgk.) RUMPUN ILMU TERAPAN
(PROFESSION AND APPLIED SCIENCES) 19) Matematika (Mat.), RUMPUN ILMU
TERAPAN (PROFESSION AND APPLIED SCIENCES) A. PERTANIAN (AGRICULTURE)
23) Arsitektur (Ars.), 24) Perencanaan Wilayah (P.W.K), 25) Desain (Ds.), C. BISNIS
(BUSINESS), 26) Ilmu atau Sains Akuntansi (Ak.), 27) Ilmu atau Sains Manajemen (M.), 28)
Logistik (Log.), 29) Administrasi Bisnis (A.B.), 30 Kewirausahaan (Bns.). D. KOMUNIKASI
(COMMUNICATION), 31) Ilmu atau Sains Komunikasi (I.Kom.), E. PENDIDIKAN
(EDUCATION), 32) Pendidikan (Pd.), F. TEKNIK ATAU REKAYASA (ENGINEERING), 33)
Teknik atau Rekayasa (T.), G. LINGKUNGAN (ENVIRONMENT), 34) Ilmu atau Sains
Lingkungan (Ling.), 35) Kehutanan (Hut.), H. KESEHATAN (HEALTH), 36) Ilmu atau Sains
Kedokteran (Biomed.), 37) Ilmu atau Sains Kedokteran Gigi (K.G), 38) Ilmu atau Sains
Veteriner (Vet.), 39) Ilmu Farmasi (Farm.), 40) Ilmu atau Sains Gizi (Gz.), 41) Kesehatan
Masyarakat (K.M.), 42) Kebidanan (Keb.), 43) Keperawatan (Kep.), 44) Kesehatan (Kes.), I.
SAINS INFORMASI (INFORMATION SCIENCE), 45) Ilmu atau Sains Informasi (S.I.), J.
HUKUM (LAW), 46) Hukum (H.), K MILITER (MILITARY), 47) Ilmu atau Sains Militer
(Mil.), L. SOSIAL (SOCIAL), 48) Urusan Publik (A.P.), M. KEOLAHRAGAAN (SPORTS),
49) Ilmu atau Sains Keolahragaan (Or.), N. PARIWISATA (TOURISM), 50) Pariwisata (Par.),
O. TRANSPORTASI (TRANSPORTATION), 52) Transportasi (Tra.), dan P. JEJARING
KEILMUAN MULTI, INTER, ATAU TRANSDISIPLIN.
Jika dicermati daftar di atas maka penetapan singkatan untuk gelar akademik lebih
banyak didasarkan pada cabang atau ranting ilmu, bukan pada rumpun ilmu. Pada rumpun ilmu
tertentu seperti Rumpun Humaniora, gelar akademiknya ada yang Sn. untuk Seni, Hum. untuk
Sejarah, Li. untuk Linguistik, S. untuk Susastra atau Sastra, dan Fil. untuk Filsafat. Oleh sebab
itu maka keahlian Program Studi yang ada adalah pada cabang dan bahkan ranting ilmu. Bahkan
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 178/U/2001 pada Pasal 2
dinyatakan sbb: 1) Penetapan jenis gelar akademik dan sebutan profesional didasarkan atas
bidang keahlian, (2) Bidang keahlian untuk gelar akademik merupakan program studi, (3)
Bidang keahlian untuk sebutan profesional merupakan program studi. Dengan demikian maka
nama suatu Program Studi sudah merupakan nama keahlian. Akan tetapi dalam Peraturan
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2017
Tentang Penamaan Program Studi Pada Perguruan Tinggi ditemukan ketentuan bahwa Program
Studi pada perguruan tinggi disusun dan ditetapkan sesuai dengan rumpun ilmu pengetahuan dan
teknologi (Pasal 3 ayat 1). Jika demikian maka sebetulnya penyebutan rumpun, atau cabang, atau
ranting ilmu dapat saja berubah sesuai perkembangan ilmu itu.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 20l9 Tentang
Pendidikan Tinggi Keagamaan, pembidangan atau perumpunan ilmu ke dalam fakultas, jurusan,
dan Program Studi menjadi dasar bagi pemberian gelar akademik. Sehubungan dengan Peraturan
Pemerintah ini maka pembidangan atau perumpunan ilmu di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
baik negeri maupun swasta semakin berkembang. Sebagaimana dituliskan di atas, di PTKI sudah
ada 55 jenis Program Studi dengan 10 gelar akademik. Gelar inipun tidak lama lagi diduga akan
ada penambahan apabila di PTKI bertambah banyak lulusan pendidikan akademik, pendidikan
vokasi, pendidikan profesi, dan pendidikan spesialis seta semakin banyak keahlian para dosen.
Selama ini di PTKI hanya dikenal pendidikan akademik. Pada dasarnya, pembuatan gelar
akademik digunakan dengan huruf S untuk Sarjana dan huruf M untuk Magister kemudian
diikuti dengan singkatan inisial pohon dalam rumpun ilmu pengetahuan dan teknologi atau
inisial nama program studi. Sementara itu, Program Studi dapat dibentuk untuk 1 (satu) cabang
ilmu tertentu apabila telah memiliki bangunan keilmuan secara epistimologis dan berbeda dari
cabang ilmu lainnya. Demikian ketentuan yang ada pada PP tentang Pendidikan Tinggi
Keagamaan Pasal 26 ayat (4). Dalam Pasal 28 ayat (1) Program Studi dalam rumpun ilmu
humaniora, sosial, alam, formal, dan terapan yang diselenggarakan oleh PTK harus memperoleh
izin dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan tinggi.
Pembidangan keilmuan dalam Islam yang ada sampai dengan Agustus 2019 sangat
berbeda dengan pada awal terbitnya Peraturan Menteri Agama RI nomor 110 tahun 1982.
Menurut Peraturan Agama Nomor 110 tahun 1982 ini, ada 8 bidang ilmu agama Islam yaitu: 1)
Quran dan Hadis, 2) Pemikiran dalam Islam, 3) Fiqh (Hukum Islam), 4) Sejarah dan Peradaban
Islam.5) Bahasa, 6) Tarbiyah Islamiyah (Pendidikan Islam), 7) Dakwah Islamiyah, dan 8)
Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam. Dari 8 bidang ini kemudian berkembang
menjadi 1) Ulumul Quran, 2) Ulumul Hadis, 3) Ilmu Kalam, 4) Falsafah, 5) Tasawuf, 6) Ilmu
Falak, 7) Fiqh Islam, 8) Ushul Fiqh, 9) Pranata Sosial, 10) Sejarah Islam, 11) Peradaban Islam,
12) Bahasa Arab, 13) Sastra Arab, 14) Pendidikan Islam, 15) Ilmu Nafsil Islamy, 16) Dakwah,
17) Perbandingan Madzhab, 18) Hukum, 18) Politik, 19) Sosial, dan 20) Ekonomi. Adanya
pembidangan ilmu yang demikian inilah akhirnya di Kementerian Agama diperbolehkan
membuka Program Pascasarjana untuk Magister dan Doktor. Sebelum itu, begitu cerita Prof. Dr.
Harun Nasution, di Kementerian Agama tidak diperbolehkan membuka program Pascasarjana
terutama oleh LIPI karena dinilai ketika itu, dalam Islam tidak jelas keilmuannya.
Jika diperhatikan PMA Nomor 36 Tahun 2009, pembidangan ilmu agama Islam di
Kementerian Agama RI adalah sebagai berikut: 1) USHULUDDIN terdiri atas a. Ilmu al-Quran
dan Tafsir, b. Ilmu Hadis, c. Ilmu Aqidah, d. Akhlak dan Tasawuf, e. Perbandingan Agama, dan
f. Filsafat Agama. 2). SYARI’AH terdiri atas a. Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyyah), b.
Hukum Pidana Islam (Jinayah), c. Hukum Tata Negara (Siyasah), d. Perbandingan Madzhab, e.
Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah), e. Zakat dan Wakaf, dan f. Ilmu Falak. 3) ADAB terdiri
atas a. Sejarah dan Kebudayaan Islam, dan b. Bahasa dan Sastra Arab. 4). DAKWAH terdiri atas
a. Manajemen Dakwah, b. Pengembangan Masyarakat Islam, c. Bimbingan dan Konseling Islam,
dan d. Komunikasi dan Penyiaran Islam. 5) TARBIYAH terdiri atas a. Pendidikan Agama Islam,
b. Pendidkan Bahasa Arab, c. Manajemedn Pendidikan Islam, d. Pendidikan Guru Madrasah
Ibitidaiyah, e. Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, f. Ilmu Pendidikan Dasar Islam, dan g. Ilmu
Pendidikan Anak Usia Dini. Peraturan ini merupakan peraturan awal Menteri Agama dalam
menerbitkan gelar akademik dan nama Program Studi Keagamaan Islam.
Berkait dengan penyusunan kurikulum, ditetapkan bahwa Kurikulum Pendidikan
Tinggi Keagamaan untuk setiap Program Studi di PTK, ditetapkan dan dikembangkan oleh
satuan PTK masing-masing dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi untuk
setiap Program Studi yang mencakup pengembangan kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan
keterampilan (Pasal 30 ayat 1 PP 40 2019). Selanjutnya dinyatakan bahwa Kurikulum
Pendidikan Tinggi Keagamaan dilaksanakan dengan berbasis kompetensi yaitu kompetensi
utama, kompetensi pendudkung, dan kompetensi lain. Perbandingan beban ekivalen dalam
bentuk satuan kredit semester adalah 40 – 80% untuk kompetensi utama, 20 – 40% untuk
kompetensi pendukung, dan 0 – 30% untuk kompetensi lain di dalam kurikulum (Kepmendiknas
No. 045 Tahun 2002 Pasal 5). Dalam Pasal 3 dijelaskan bahwa (1) Kurikulum inti merupakan
penciri dari kompetensi utama. (2) Kurikulum inti suatu program studi bersifat: a. dasar untuk
mencapai kompetensi lulusan; b. acuan baku minimal mutu penyelenggaraan program studi; c.
berlaku secara nasional dan internasional; d. lentur dan akomodatif terhadap perubahan yang
sangat cepat di masa datang; e. kesepakatan bersama antara kalangan perguruan tinggi,
masyarakat profesi, dan pengguna lulusan. (3) Kompetensi pendukung, dan kompetensi lain yang
bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama suatu program studi ditetapkan oleh institusi
penyelenggara program studi.
Pada tahun 2018 Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia telah menerbitkan buku Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) dan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) Program Studi Jenjang
Sarjana pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dan Fakultas Agama Islam (FAI) pada
Perguruan Tinggi. Di dalam buku tersebut terdapat 52 SKL dan CPL Program Studi Jenjang
Sarjana yang didasarkan pada lampiran PMA 38 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas PMA
Nomor 33 Tahun 2016 Tentang Gelar Akademik Perguruan Tinggi Keagamaan. Ke-52 Program
Studi dimaksud adalah 1. Ilmu Al-Quran dan Tafsir, 2. Ilmu Hadis, 3. Aqidah dan Filsafat Islam,
4. Ilmu Tasawuf, 5. Studi Agama-agama, 6. Pemikiran Politik Islam, 7. Tasawuf dan Psikoterapi,
8. Hukum Keluarga Islam (Ahwal Syakhshiyyah). 9. Hukum Pidana Islam (Jinayah, 10. Hukum
Tata Negara (Siyasah Syar’iyyah), 11. Perbandingan Mazhab, 12. Hukum Ekonomi Syariah
(Mu’amalah), 13. Ilmu Falak, 14. Sejarah Peradaban Islam, 15. Bahasa dan Satra Arab, 16.
Tarjamah, 17. Manajemen Dakwah, 18. Pengembangan Masyarakat Islam, 19. Bimbingan
Konseling Islam, 20. Bimbingan Penyuluhan Islam, 21. Komunikasi dan dan Penyiaran Islam,
22. Jurnalistik Islam, 23. Sosiologi Agama, 24. Pendidikan Agama Islam, 25. Pendidikan Bahasa
Arab, 26. Manajemen Pendidikan Islam, 27. Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 28.
Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 29. Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam, 30. Tadris
Bahasa Indonesia, 31. Tadris Bahasa Inggris, 32. Tadris IPA, 33. Tadris IPS, 34. Tadris
Matematika, 35. Tadris Biologi, 36. Tadris Fisika, 37. Tadris Kimia, 38. Ekonomi Syariah, 39.
Perbankan Syariah, 40. Asuransi Syariah, 41. Akuntansi Syariah, 42. Akuntansi Lembaga
Keuangan Syariah, 43. Manajemen Bisnis Syariah, 44. Manajemen Keuangan Syariah, 45.
Manajemen Keuangan Mikro Syariah, 46. Manajemen Haji dan Umroh, 47. Manajemen Zakat
dan Wakaf. 48. Pariwisata Syariah, 49. Psikologi Islam, 50. Studi Islam, 51. Ilmu Seni dan
Arsitektur Islam, 52. Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam. SKL dan CPL Program Studi
Antropologi Agama, Ma’had Aly, dan Ilmu Syari’ah tidak ada dalam daftar tersebut sehingga
jumlahnya hanya 52 Program Studi. Hal ini dapat diakses di
http://diktis.kemenag.go.id/NEW/file/dokumen/2815324462893280LFULL.pdf
Selain itu terdapat pula buku tentang SKL dan CPL untuk 25 jenjang Magister dan 13
Doktor PTKI di
file:///C:/Users/suwito/Downloads/011_20190801_SK%20dan%20CPL%20Program%20Magist
er%20dan%20Doktor.pdf. SKL dan CPL Program Studi Magister yang tersedia dalam laman
tersebut adalah: 1. Ilmu Al-Quran dan Tafsir, 2. Ilmu Hadis, 3. Aqidah dan Filsafat Islam, 4.
Ilmu Tasawuf, 5. Studi Agama-agama, 6. Pemikiran Politik Islam, 7. Tasawuf dan Psikoterapi, 8.
Hukum Keluarga Islam (Ahwal Syakhshiyyah). 9. Hukum Ekonomi Syariah (Mu’amalah), 10.
Ilmu Falak, 11. Sejarah Peradaban Islam, 12. Bahasa dan Satra Arab, 13. Pengembangan
Masyarakat Islam, 14. Komunikasi dan dan Penyiaran Islam, 15. Pendidikan Agama Islam, 16.
Pendidikan Bahasa Arab, 17. Manajemen Pendidikan Islam, 18. Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, 19. Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 20. Bimbingan dan Konseling Pendidikan
Islam, 21. Tadris Bahasa Inggris, 22. Ekonomi Syariah, 23. Perbankan Syariah, 24. Studi Islam.
25. Ilmu Syari’ah. Adapun SKL dan CPL untuk Program Studi Doktor, yang ada adalah 13
Prtogram Studi yaitu 1. Ilmu al-Quran dan Tafsir, 2. Ilmu Hadis, 3. Studi Agama-Agama, 4.
Hukum Keluarga Islam (Ahwal Syakhshiyyah)., 5. Sejarah Peradaban Islam, 6. Komunikasi dan
dan Penyiaran Islam, 7. Pendidikan Agama Islam, 8. Pendidikan Bahasa Arab, 9. Manajemen
Pendidikan Islam, 10. Ekonomi Syariah, 11. Perbankan Syariah, 12. Studi Islam, dan 13. Ilmu
Syari’ah.
Dengan adanya SKL dan CPL Program Studi jenjang Sarjana, Magister, dan Doktor
yang diusahakan oleh Diktis Kementerian Agama tersebut sudah sangat membantu bagi semua
Program Studi untuk melakukan pengembangan lebih lanjut sesuai dengan visi misi masing-
masing perguruan tingginya, terutama dalam hal menentukan kurikulum dan bahan kajian dalam
rangka penyusunan mata kuliah. Adanya rumusan SKL dan CPL setiap Program Studi ini sudah
dapat diketahui bahwa suatu Program Studi merupakan suatu keahlian dan bahkan dapat
membantu untuk menghadirkan keahlian baru sehingga tumbuh dahan, cabang, ranting dan
seterusnya. Dalam SKL dan CPL yang ada sudah tersedia 1) Profil Lulusan Program Studi, 2)
Deskripsi Profil Lulusan, 3) Rumusan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang
terbagi ke dalam a. Deskripsi Umum, b. Deskripsi Kualifikasi Level 6 Jenjang Sarjana dalam
KKNI yang dilengkapi dengan Unsur Kualifikasi Kerja, Deskripsi Generik, dan Deskripsi
Spesifik. 3. Capaian Pembelajaran Program Studi 3. a. Capaian Pembelajaran Program Studi
Bidang Sikap dan Tata Nilai, 3. b. Capaian Pembelajaran Program Studi Bidang Pengetahuan, 3.
c. Capaian Pembelajaran Program Studi Bidang Keterampilan 3. c. 1. Capaian Pembelajaran
Program Studi Bidang Keterampilan Umum, 3. c.2. Capaian Pembelajaran Program Studi
Bidang Keterampilan Khusus. (Pasal 12). Apabila ingin dilanjutkan kepada rumusan yang ideal
maka masih diperlukan langkah untuk 1) menentukan bahan kajian, 2) penentuan bidang ilmu
yang ada dalam bahan kajian tersebut, 3) keluasan dan kedalaman materi untuk masing-masing
jenjang, dan 4) penentuan nama mata kuliah yang dapat berbentuk parsial atau secara integrasi
(komprehensif). Dengan adanya penggabungan bahan kajian, jumlah mata kuliah menjadi sedikit
dengan bobot sks yang besar.
Berkait dengan pengembangan karir dosen, maka setidaknya perlu diperhatikan
pemahaman terhadap istilah linieritas bidang ilmu, Istilah linieritas bidang ilmu ini sampai
sekarang masih banyak menimbulkan perdebatan sehingga Dirjen Dikti sempat menerbitkan
Surat Edaran Nomor 696/E.E3/MI/2014 tgl 11 Agustus 2014 yang memberi penjelasan mengenai
linieritas bidang ilmu yang berkaitan dengan pembukaan Program Studi, penerimaan dosen baru,
dan kenaikan jenjang jabatan. Pada penerimaan dosen baru dan pembukaan Program Studi baru
dijelaskan bahwa linieritas bidang ilmu dosen adalah memberikan makna bahwa disiplin ilmu
yang dimiliki dosen yang akan berkarya pada sebuah Program Studi harus memiliki kontribusi
pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan ketercapaian Capaian Pembelajaran
Utama Lulusan di Program Studi tempat berkarya. Adapun pada kenaikan jenjang jabatan
dijelaskan bahwa liniearitas bidang ilmu dosen memberikan makna bahwa disiplin ilmu yang
dimiliki dosen yang berkarya pada sebuah Program Studi yang pohon keilmuannya berbeda
namun dalam satu rumpun yang sama, tetap dapat naik jenjang jabatan, sepanjang dapat
menunjukkan keterkaitan dalam pengembangan keilmuan Program Studi tersebut, yang
ditunjukkan oleh publikasi karya ilmiah dalam jurnal terakreditasi atau terindeks. Adapun dalam
hal kenaikan jabatan ke Guru Besar dimungkinkan apabila bidang pendidikan S1 dan S2 berbeda
dengan pendidikan S3 yang ditekuninya, sepanjang dapat menunjukkan publikasi internasional
yang serumpun dengan pendidikan akhir yang ditempuhnya. Ditegaskan dalam Surat Edaran
tersebut bahwa rujukan pengelompokan Rumpun Ilmu tercantum pada Pasal 10 ayat 2 Undang
Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Surat Edaran tersebut kemudian
ditegaskan kembali melalui Surat Edaran Nomor 887/E.E3/MI/2014 tgl 17 Oktober 2014 bahwa
yang dimaksud linieritas yaitu kesesuaian latar belakang ilmu yang diperoleh dosen pada
program Magister atau Doktor dengan ilmu yang akan diajarkan untuk mencapai kompetensi
atau CP lulusannya pada prodi tempat dosen tersebut mengajar. Dinyatakan juga bahwa linieritas
bukan diartikan sebagai latar belakang ilmu dosen pada progra S1 harus sama dengan S2 atau S3.
Secara sederhana, liniearitas bidang ilmu dosen dapat diperhatikan pada 3 kesesuaian yaitu 1)
keahlian (Program Studi) pendidikan akhir, 2) karya-karya yang dihasilkan, dan 3) penugasan.
(Bandingkan dengan uraian pada Pedoman Operasional Penilaian Angka Kredit Kenaikan
Jabatan Akademik/Pangkat Dosen yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek
dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2019 halaman 58 – 59).
Pengembangan karir dosen juga berkait dengan kebebasan mimbar akademik.
Dijelaskan dalam Pasal 9 ayat 2 UU Nomor 2 Tahun 2012 bahwa kebebasan mimbar akademik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) merupakan wewenang profesor dan/atau Dosen
yang memiliki otoritas dan wibawa ilmiah untuk menyatakan secara terbuka dan bertanggung
jawab mengenai sesuatu yang berkenaan dengan rumpun ilmu dan cabang ilmunya. Selain itu,
dosen juga sangat dianjurkan untuk menemukan, mengembangkan, mengungkapkan, dan/atau
mempertahankan kebenaran ilmiah menurut kaidah, metode keilmuan, dan budaya akademik.
Bahkan dosen sebagai ilmuwan memiliki tugas mengembangkan suatu cabang Ilmu Pengetahuan
dan/atau Teknologi melalui penalaran dan penelitian ilmiah serta menyebarluaskannya. Secara
perseorangan atau berkelompok, dosen wajib menulis buku ajar atau buku teks, yang diterbitkan
oleh Perguruan Tinggi dan/atau publikasi ilmiah sebagai salah satu sumber belajar dan untuk
pengembangan budaya akademik serta pembudayaan kegiatan baca tulis bagi Sivitas
Akademika. Demikian beberapa penegasan yang tercantum dalam UU Pendidikan Tinggi
tersebut.
Pengembangan karir, terutama dalam hal kenaikan jabatan fungsional dosen sangat
memberi makna bagi pribadi, keluarga, dan bahkan institusi. Jabatan Lektor Kepala (associate
professor) dan Profesor (full professor) memberikan dampak besar bagi peringkat akreditasi
Program Studi dan Institusi. Program Studi jenjang Sarjana diharapkan minimal memiliki 40%
dosen yang berpangkat Lektor Kepala dan Profesor. Program Studi jenjang Magister diharapkan
minimal memiliki 50% dosen yang berpangkat Lektor Kepala dan Profesor. Program Studi
jenjang Doktor diharapkan minimal memiliki 70% dosen yang berpangkat Profesor. Pada tingkat
institusi Perguruan Tinggi, diharapkan jumlah meinimal yang memiliki pangkat Profesor adalah
15% dari total dosen. Demikian rambu-rambu untuk mendapatlan nilai terbaik peringkat
akreditasi di Indonesia yang ditetapkan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-
PT).
Berdasarkan pengalaman sejak 2007 sampai dengan 2019 sebagai salah seorang penilai
kenaikan jabatan fungsional dosen untuk Lektor Kepala dan Guru Besar di Kemristekdikti, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengurusan kenaikan jabatan fungsional dosen,
yaitu: 1) Memiliki semangat yang tinggi untuk memiliki jabatan fungsional. Sikap ini sangat
perlu dimiliki karena seorang dosen sudah terlanjur “basah” tercatat sebagai dosen. Sawah dan
ladang dosen terdapat pada tingginya jabatan fungsional. 2) Karya-karya yang dihasilkan
hendaknya relevan dengan keahlian (Program Studi) yang tercantum dalam ijazah akhir agar
urusan keahlian tidak diragukan lagi oleh penilai. 3) Penugasan, terutama dalam hal pengampu
mata kuliah, hendaknya relevan dengan keahlian (Program Studi) yang tercantum dalam ijazah
akhir. Dengan demikian maka ijazah, karya-karya, dan penugasan sesuai dengan keahliannya. 4)
Dokumen berkait dengan ejaan nama, tempat dan tanggal lahir dan sebagainya hendaknya sama
baik yang tercantum dalam ijazah, KTP, SK, maupun lainnya. 5) Memiliki banyak karya
internasional terutama karya hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal internasional
bereputasi. 6) Terhindar dari plagiasi. Hendaknya semua karya yang dimajukan untuk
pengurusan kenaikan jabatan fungsional terhindar dari plagiasi. 7) Semua dokumen online harus
sangat mudah diakses oleh penilai. Sering ditemukan bahwa dokumen administrasi dan karya-
karya sulit dan bahkan tidak berhasil diakses oleh penilai sehingga dapat menghambat proses,
bahkan sering dikembalikan ke penulis melalui lembaga. 8) Karya harus dinilai serius oleh Peer
Reviewer. Sering kali para Peer Reviewer menilai karya dosen sangat maksimal dari tarif
sehingga sering pula dikembalikan untuk dinilai ulang karena penilaiannya sulit
dipertanggungjawabkan. Contohnya dalam tarif nilai maksimal 10 kemudian dinilai 9,7 oleh
Peer Reviewer. 9) Hati-hati dalam memilih jurnal karena banyak jurnal yang ditemukan
terindikasi abal-abal dan bahkan palsu. Silakan mengkaji beberapa temuan Dikti berkait dengan
jurnal yang demikian melalui laman ristekdikti di pak.ristekdikti.go.id/portal/ 10) Menilai karya
sendiri dengan penilaian yang minimal. Sebaiknya para dosen menilai karyanya sendiri dengan
penilaian yang minimal sebelum dinilai oleh orang lain. Orang lain boleh saja menilai yang lebih
tinggi dari penilaian sendiri. Penilaian sendiri ini tidak perlu diberitahukan kepada orang lain,
tetapi hanya untuk diri sendiri. Penilaian minimal ini contohnya adalah sebagai berikut: Nilailah
dengan angka 2 untuk karya yang tarif maksimalnya 10. Nilailah 12 atau kurang untuk karya
yang tarif penilaiannya maksimal 25, dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan agar jumlah karya
yang dimajukan untuk pengurusan jabatan fungsional sangat banyak. Sering kali penilaian di
Perguruan Tinggi terlalu murah sehingga ketika dinilai di Ristekdikti mengalami kekurangan.
Hal ini dapat terjadi karena penilaian di Ristekdikti sering sangat teliti. Bisa jadi ditemukan suatu
karya penelitian tidak terdapat permasalahannya, metodologinya, dan kesimpulannya. Sering
pula referensi yang digunakan bukan dari penulis otoritatif, terbitan lama (jadul), ditemukan
unsur plagiasi, dll. Sering juga ditemukan alamat palsu, ISSN palsu, ISBN palu, URL palsu, dan
seterusnya sehingga suatu karya yang tadinya ada nilai, menjadi tidak mendapatkan nilai. Hal-hal
inilah yang perlu menjadi perhatian agar ada antisipasi dalam mempersiapkan pengurusan
jabatan fungsional. 11) Segeralah mengajukan usulan baru setelah menerima suatu SK Kenaikan
Jabatan Fungsional. Oleh karena urusan administrasi sering memerlukan waktu lama, maka
upayakan agar secepat mungkin mengajukan usulan baru jika suatu pangkat sudah diperoleh
untuk mengajukan pangkat yang lebih tinggi lagi sehingga setiap 2 tahun dapat diperoleh
pangkat baru. Sehubungan dengan ini maka dosen harus selalu memiliki karya setiap
semesternya.
Berdasarkan uraian di atas, tulisan ini diakhiri dengan catatan bahwa sebetulnya para
dosen sudah memiliki keahlian masing-masing yaitu sesuai dengan keahlian (Program Studi)
yang tercantum dalam ijazah akhirnya. Keahlian dosen dengan homebase-nya di Program Studi
diupayakan sedapat mungkin memberikan kontribusi spesifik bagi keilmuan Program Studi
terutama dari aspek integrasi keilmuan. Misalnya ada dosen yang keahliannya sastra Arab tetapi
hosebasenya di Teknik Kimia, maka SKL dan CPL Program Studi tersebut dirumuskan ulang
dan diberikan corak kesastra-Araban sehingga lulusan Program Studi Kimia akan berbeda
dengan lulusan Program Studi Kimia yang biasa. Karya dosen sastra Arab ini pun nantinya ada
nuansa Kimia-nya sehingga upaya integrasi akan lebih mudah terrealisasi. Semoga kebijakan
yang demikian ini dapat dipahami dan diterima oleh asesor akreditasi yang sering
mempersoalkan tentang linieritas bidang ilmu dosen padahal Dirjen Dikti melalui Surat Edaran
di atas sudah sangat tegas penjelasannya mengenai linieritas bidang ilmu ini.
Wallahu a’lam bi al-shawab.

Kampung Utam, 3 September 2019

BAHAN BACAAN
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 045 Tahun 2002 Tentang
Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 178/U/2001 Tentang Gelar
Ddan Lulusan Perguruan Tinggi
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 178/U/2001 Tentang Gelar
dan Lulusan Perguruan Tinggi
Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI Nomor 257/M/KPT/2017
tentang Nama Program Studi pada Perguruan Tinggi
Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI Nomor 164/M/KPT/2017
tentang Penyebuban Jabatan Akademik Dosen Dalam Bahasa Inggris
Pedoman Implementasi Integrasi Ilmu di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), Direktorat
Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama
Republik Indonesia, 2019
Pedoman Operasional Penilaian Angka Kredit Kenaikan Jabatan Akademik/Pangkat Dosen,
Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi Tahun 2019
Peraturan BAN-PT Nomor 59 tahun 2018 tentang Panduan Penyusunan Laporan Evaluasi Diri,
Panduan Penyusunan Laporan Kinerja Perguruan Tinggi, dan Matriks Penilaian dalam Instrumen
Akreditasi Perguruan Tinggi
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Agama Nomor 33 Tahun 2016 tentang Gelar Akademik Perguruan Tinggi
Keagamaan
Peraturan Menteri Agama RI Nomor 33 tahun 2016 tentang Gelar Akademik Perguruan Tinggi
Keagamaan
Peraturan Menteri Agama RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Penetapan Pembidangan Ilmu dan
Gelar Akademik di Lingkungan Perguruan Tinggi Agama
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 154 Tahun 2014
Tentang Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Serta Gelar Lulusan Perguruan Tinggi
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2018 Tentang Penamaan Program Studi Pada Perguruan Tinggi
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 59 Tahun
2018 Tentang Ijazah, Sertifikat Kompetensi, Sertifikat Profesi, Gelar, dan Tata Cara Penulisan
Gelar Di Perguruan Tinggi
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 63 Tahun
2016 Tentang Gelar dan Tata Cara Penulisan Gelar di Perguruan Tinggi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 20l9 Tentang Pendidikan Tinggi
Keagamaan
Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 2 Tahun 2019 tentang Panduan P
enyusunan Laporan Evaluasi Diri dan Panduan Penyusunan Laporan Kinerja Program Studi dala
m Instrumen
Akreditasi Program Studi
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) Program Studi
Jenjang Sarjana pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dan Fakultas Agama Islam (FAI) pada
Perguruan Tinggi, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2018
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) Program Studi
Jenjang Magister dan Doktor pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dan Fakultas Agama
Islam (FAI) pada Perguruan Tinggi, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2018
Surat Edaran Dikti Nomor 696/E.E3/MI/2014 tgl 11 Agustus 2014 perihal Linieritas Bidang
Ilmu Bagi Dosen
Surat Edaran Dikti Nomor 887/E E3/MI/2014 tgl 17 Oktober 2014 perihal Penjelasan tentang
Linieritas Ilmu
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi

Anda mungkin juga menyukai