RUPTUR PERINEUM
YAYUK AGUSTIN
NIM : G0E.018.008
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing I Pembimbing II
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Semarang, 2021
Penguji I: Nuke Devi Indrawati,S.SiT.M.Kes
NIK : 28.6.1026,102
Mengetahui :
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT.
Berkat rahmat dan kekuatan yang diberikan, penulis dapat menyelesaikan Tugas
penulis miliki, sehingga penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna.
Tugas Akhir ini menjadi lebih baik lagi ke depan nya. Dalam kesempatan ini
laporan tugas akhir ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir
3. Dr. Ali Rosidi, SKM, M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan.
4. Dr. Fitriani Nur Damayanti, S.ST. MH.Kes Ketua Program Studi DIII Kebidanan
iv
6. Dewi Puspitaningrum,S.SiT. M.Kes sebagai Pembimbing I yang sangat
8. Kedua orang tua yang selalu mendukung, dan mendoakan penulis dalam setiap
9. Sahabat dan teman – teman dekat penulis yang selalu mendengarkan keluh kesah
10. Semua teman – teman DIII Kebidanan angkatan 2018 yang sudah saling
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis merasa masih banyak kekurangan.
Oleh Karena itu, penulis mengharapkan masukan baik kritik maupun saran yang
membangun dan bisa menjadikan tugas akhir ini lebih baik lagi.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
2. Manfaat pijat perineum........................................................................... 27
3. Waktu Pemijatan Perineum .................................................................... 28
4. Cara melakukan pemijatan perineum ..................................................... 28
BAB III : METODE .............................................................................................. 33
A. Jenis penelitian ........................................................................................... 33
B. Sumber Data ............................................................................................... 33
C. Pengumpulan Data ..................................................................................... 34
D. Metode analisa data .................................................................................... 34
E. Prosedur penelitian ..................................................................................... 34
BAB IV : PEMBAHASAN ................................................................................... 36
A. Permasalahan.............................................................................................. 36
B. Sumber literratur ........................................................................................ 37
C. Analisa........................................................................................................ 41
D. Evaluasi Data ............................................................................................. 45
BAB V : PENUTUP.............................................................................................. 47
A. Kesimpulan ................................................................................................ 47
B. Saran........................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 48
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR BAGAN
ix
Literratur review: PENGARUH PIJAT PERINEUM TERHADAP
RUPTURE PERINEUM
Yayukagustin1708@gamil.com
ABSTRAK
Latar belakang : rupture perineum merupakan perlukaan jalan lahir pada saat persalinan baik
menggunakan alat atau tidak hal ini dapat menyebabkan trauma jalan lahir. Rata-rata ibu hamil
hampir semua mengalami rupture perineum , rupture perineum sendiri bisa dicegah atau
setidaknya mengurangi derajat laserasi dengan melakukan pijat perineum pada bulan- bulan
terakhir kehamilan mulai dari usia kehamilan 34 minggu. Tujuan penelitian untuk menemukan
dan membuat kerangka pemikiran yang jelas dari apa yang sudah dirumuskan dalam
permasalahan literatur review. Metode penelitian : kepustakaan (library research), dengan
mengkaji secara kritis di dalam tubuh literatur berorientasi akdemik. Sumber literatur ada 5
jurnal penelitian yang disesuaikan dengan tema dan permasalahan literatur review. Metode
Analisa data menggunakan anotasi bibliografi (annotated bibliography) dimana setiap sumber
akan ditarik simpulan terkait dengan yang tertulis. Hasil pembahasan terdapat 2 permasalahan
yaitu 1. Adakah pengaruh pijat perineum terhadap rupture perineum 2. Apakah pijat perineum
dapat mengurangi derajat laserasi perineum. Kesimpulan : pengaruh pijat perineum terhadap
kejadian rupture perineum.
ABSTRACT
Background: Perineal rupture is an injury to the birth canal at the time of delivery, whether
using a device or not, this can cause birth canal trauma. On average, almost all pregnant women
experience perineal rupture, perineal rupture itself can be prevented or at least reduce the
degree of laceration by doing perineal massage in the last months of pregnancy starting from 34
weeks of gestation. The purpose of this research is to find and create a clear framework of what
has been formulated in the literature review problem. Research method: library research, by
reviewing critically in the body of academically oriented literature. Literature sources are 5
research journals that are adapted to the themes and problems of the literature review. Method
Analysis of data using annotated bibliography (annotated bibliography) where each source will
be drawn conclusions related to what is written. The results of the discussion there are 2
problems, namely 1. Is there an effect of perineal massage on perineal rupture 2. Can perineal
massage reduce the degree of perineal laceration. Conclusion: the effect of perineal massage on
the incidence of perineal rupture.
x
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain. Persalinan sangat
dipengaruhi oleh “3P” yaitu janin ( passenger), jalan lahir ( passage ), dan
tenaga ( power ) dan “2P” yaitu position dan phsycologi (manuaba, 2015).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan ataudapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini
dimulai dengan adanya perubahan servik secara progresif dan diakhiri dengan
kelahiran plasenta. (Sulistyawati, 2012).
Wanita meninggal akibat komplikasi selama dan setelah kehamilan dan
persalinan. Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% dari semua
kematian ibu adalah perdarahan hebat setelah melahirkan, infeksi, tekanan darah
tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia), komplikasi dari
persalinan, dan aborsi yang tidak aman (WHO, 2018).
Di seluruh dunia pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus rupture perineum
pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050,
seiring dengan semakin tingginya bidan yang tidak mengetahui asuhan
kebidanan dengan baik (Pratami & Kuswanti, 2015).
Di Asia rupture perineum juga merupakan masalah yang cukup banyak
dalam masyarakat, 50% dari kejadian rupture perineum didunia terjadi di Asia.
Prevalensi ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di Indonesia pada
golongan umur 25 – 30 tahun yaitu 24 % sedang pada ibu bersalin usia
Ruptur perineum adalah luka jalan lahir yang dapat terjadi spontan karena
perineum kaku dan menjadi penyebab perdarahan ibu postpartum. Perdarahan
postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Laporan
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan gangguan
11
atau komplikasi kehamilan yang dialami oleh 3 wanita 15-49 tahun yang
memiliki kelahiran hidup terakhir dalam 5 tahun sebelum survei. Delapan dari
sepuluh (81%) wanita tidak mengalami komplikasi selama hamil. Di antara
wanita yang mengalami komplikasi kehamilan, 5 persen mengalami perdarahan
berlebihan, masing-masing 3 persen mengalami muntah terus menerus dan
bengkak kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala yang disertai kejang, serta
masing-masing 2 persen mengalami mulas sebelum 9 bulan dan ketuban pecah
dini. 8 persen wanita mengalami keluhan kehamilan lainnya, di antaranya
demam tinggi, kejang dan pingsan, anemia serta hipertensi.
Apabila terjadi perdarahan yang berlangsung meskipun kontraksi uterus
baik dan tidak didapatkan adanya retensi plasenta maupun adanya sisa plasenta,
kemungkinan telah terjadi perlukaan jalan lahir (Nugroho, 2012). Tanda dan
gejala robekan jalan lahir diantaranya adalah perdarahan, darah segar yang
mengalir setelah bayi lahir, uterus berkontraksi dengan baik, dan plasenta
normal. Gejala yang sering terjadi antara lain pucat, lemah, pasien menggigil.
Rukiyah (2010) juga menjabarkan ciri khas robekan jalan lahir yakni kontraksi
uterus kuat, keras dan mengecil; perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir,
perdarahan ini terus menerus setelah pijatan atau pemberian uterotonika
langsung mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.
Robekan jalan lahir harus dapat diminimalkan karena dapat menimbulkan
terjadinya syok. Klasifikasi robekan perineum ini dibagi menjadi 4 tingkatan
(Sultan et al., 2007; Frolich et al., 2015), yakni: 1. Tingkat satu dimana robekan
hanya terjadi pada mukosa vagina atau hanya kulit perineum (Oxorn, 2010). 2.
Tingkat dua, robekan mengenai otot perineum, tapi tidak mengenai sfingter ani.
Pada tingkat tiga, terjadi robekan yang mengenai sfingter ani (Wiknjosastro,
2007). 3. Robekan derajat tiga dibagi menjadi Tingkat IIIa. Robekan < 50 %
ketebalan sfingter ani eksterna; Tingkat III b. Robekan > 50% ketebalan sfinter
ani eksterna; Tingkat III c. Robekan hingga sfingter ani interna (Cunningham,
2014; ADHB, 2011). 4. Pada derajat empat, merupakan robekan derajat tiga
dengan putusnya mukosa rektum.
12
Sekitar 70% ibu melahirkan pervaginam mengalami trauma perineum
(Aritonang, 2016). Berbagai cara untuk mengurangi ruptur pada perineum dapat
dilakukan, antara lain dengan senam kegel (kegel exercise) dan pijatan perineum
pada ibu hamil trimester tiga (Emery dan Ismail, 2016). Pada saat kehamilan,
tulang panggul ibu akan melebar demi mempersiapkan proses kelahiran nanti.
Senam kegel dan pijatan perineum selama hamil akan menjaga kekuatan
panggul sekaligus menjaga kelenturan otot-otot perineum. Senam kegel dan
pijatan perineum adalah cara yang paling efektif untuk menghindari terjadinya
ruptur pada perineum (Donmez, 2015). Manfaat lain pada kehamilan adalah juga
efektif untuk membantu otot dasar panggul lebih kencang dan elastis
(Bechmann, 2015).
Menurut (Widianti, 2015) pijat perineum pada kehamilan dapat
meningkatkan elastisitas perineum dan menurunkan trauma perineum, sehingga
dengan melakukan pijat perineum efektif dapat mengurangi robekan perineum
selama proses persalinan. Hasil penelitian (Anggraini, 2015). menunjukkan
bahwa kejadian ruptur perineum pada kelompok primigravida dan multigravida
yang melakukan pijatan perineum dapat menurunkan derajat ruptur perineum
secara bermakna dibandingkan dengan kelompok yang tidak melakukan pijat
perineum.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Menemukan kerangka pikiran yang sudah dirumuskan yaitu mengenai pengaruh
pijat perineum terhadap ruptur perineum dalam literratur review.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisa beberapa referensi yang bersifat penelitian untuk dijadikan sumber
untuk mengetahui pengaruh pijat perineum terhadap rupture perineum.
b. Mengkaji berbagai faktor yang akan di angkat dalam penulisan literratur review.
c. Membuat sebuah rangkuman dari hasil penelitian beberapa sumber ( artikel,
jurnal dll) tentang judul pengaruh pijat perineum terhadap rupture perineum.
13
d. Membuat saran berisi harapan akan terselesaikannya masalah tersebut.
C. Manfaat
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan
1. Pengertian kehamilan
Kehamilan adalah suatu keadaan di dalam rahim seorang wanita terdapat
hasil konsepsi (pertemuan ovum dan spermatozoa).Kehamilan merupakan suatu
proses yang alamiah dan fisiologis (Yanti, 2017).
Menurut kalender internasional kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di
mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 dan minggu ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-
28 hingga minggu ke-40) (Prawirohardjo, 2016).
15
akan menjadi janin. Di hari ke-4 blastula masuk ke endometrium, kemudian
menempel dihari ke-6 dan dihari ke-10 blastokista sudah terbenam didalam
endometrium proses nidasi selesai (Prawirohardjo, 2016).
c. Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah
nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia
plasentasi berlangsung 12 – 18 minggu setelah fertilisasi (Prawirohardjo, 2016).
16
Terjadi proses pembelahan sel yang cepat, Organ - organ mulai terbentuk
(bakal organ). Perkembangan kepala dan karakteristik wajah. Lapisan kulit
menjadi transparan. Genetalia eksternal telah ada, tetapi jenis kelamin belum
dapat dibedakan. Pergerakan awal minggu dapat dilihat pada pemeriksaan USG
sejak usia kehamilan 6 minggu. (S. dkk Astuti, 2017).
3) Usia 8 – 12 minggu
Ginjal mulai berfungsi, kelopak mata mulai berfusi sirkulasi darah janin
telah bekerja, Adanya kegiatan mengisap dan menelan. Jenis kelamin mulai
terlihat dengan menggunakan pemeriksaan USG. Janin mulai bergerak secara
bebas, tetapi belum aktif (S. dkk Astuti, 2017).
4) Usia 12 – 16 minggu
Bentuk wajah bayi mulai lengkap, ada dagu dan hidung kecil. Kedua cikal
bakal mata mulai terlihat, telinga bagian luar terus berkembang dan menyerupai
telinga normal. Perkembangan rangka janin serta terbentuknya mekonium di
usus janin. Muncul lanugo sehingga kulit ditutupi lanugo. Fusi septu . Fusi
septum nasal dan palatum dan jenis kelamin telah dapat dibedakan (H. P. Astuti,
2012).
5) Usia 16 – 20 minggu
Berat janin sekitar 110 gram. Gerakan janin sudah bisa dirasakan oleh ibu
(quickening). Gerakan tersebut Pada multigravida dapat dirasakan saat usia 16 –
18 minggu kehamilan. Sedangkan, pada primigravida pada usia kehamilan 20
minggu. Sistem saraf janin terus mengalami perkembangan. Lapisan kulit bayi
sudah dapat dibedakan bagian epidermis dan dermis (H. P. Astuti, 2012).
6) Usia 20 – 24 minggu
Berat janin sudah mencapai 300 gram dan akan meningkat secara linear.
Sebagian besar organ mulai berfungsi, dapat menanggapi respons suara dan
sentuhan. Gerakan janin mulai aktif terasa oleh ibu (S. dkk Astuti, 2017).
7) Usia 24 – 28 minggu
Berat janin sekitar 630 gram, Perkembangan dari paru janin, yaitu bronkus
dan bronkiolus membesar dan saluran alveolar mengembang. Mulai terjadi
17
penumpukan lemak dan sudah dapat bertahan hidup jika lahir (S. dkk Astuti,
2017).
8) Usia 28 – 32 minggu
Berat janin akan bertambah dari 1100 – 1250 – 1400 – 1600 – 2000 gram
setiap minggunya. Gerakan bayi semakin kuat dan intesnsitas sering. Lanugo
hilang dari wajah, kulit janin menjadi tipis berwarna merah ditutupi dengan
verniks kaseosa. Testis turun ke dalam skrotum (pada bayi laki2) (H. P. Astuti,
2012).
9) Usia 32 – 37 minggu
Berat janin sekitar 1.800 gram dan akan bertambah hingga 2950 gram,
Lanugo semakin berkurang. Rambut kepala memanjang, Kuku mencapai ujung
jari, kartilago telinga lunak dan terjadi proses pematangan fungsi paru. Kepala
bayi akan masuk ke jalan lahir dengan posisi siap lahir (H. P. Astuti, 2012).
10) Usia 37 – 40 minggu
Berat janin sekitar 2500 – 4.000 gram tubuh menjadi lebih gemuk karena
timbunan lemak. Proses pertumbuhan telah selesai sepenuhnya dan janin siap
dilahirkan (fase matur). Pada genetalia janin laki – laki testis sudah turun semua,
pada permpuan labia mayora (bibir kemaluan bagian luar) sudah berkembang
baik dan menutupi labia minora (bibir kemaluan bagian dalam). Pada usia ini
bayi siap dilahirkan. (H. P. Astuti, 2012).
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Pembesaran uterus merupakan perubahan anatomi yang paling nyata
pada ibu hamil. Pembesaran ini di sebabkan oleh peningkatan vaskularisasi
dan dilatasi pembuluh darah, hipertofi dari otot-otot rahim, dan
perkembangan desidua dan pertumbuhan janin. Pada Trimester III (> 28
minggu) dinding uterus mulai menipis dan lebih lembut. Pergerakan janin
dapat diobservasi dan badannya dapat diraba untuk mengetahui posisi dan
ukurannya, korpus berkembang menjadi segmen bawah rahim. Pada minggu
18
ke-36 kehamilan terjadi penurunan janin ke bagian bawah rahim, hal ini
disebabkan melunaknya jaringanjaringan dasar panggul bersamaan dengan
gerakan yang baik dari otot rahim dan kedudukan bagian bawah rahim
(Prawiroharjo, 2014).
2) Serviks Uteri
Vaskularisasi Serviks bertambah dan menjadi lunak (Soft) yang disebut
dengan tanda Goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan
banyak cairan mucus. Oleh karena pertambahan dan pelebaran pembuluh
darah, warna menjadi livide (kebiruan) yang disebut dengan tanda
Chadwick (Dewi dkk, 2012).
4) Ovarium
Pada permulaan kehamilan Tidak terjadi pembentukan folikel baru dan
hanya terlihat perkembangan dari korpus luteum. Korpus luteum graviditas
berdiameter kira-kira 3 cm lalu mengecil setelah plasenta terbentuk (Hani,
2011).
b. Sistem kardiovaskuler
Meningkatnya beban kerja menyebabkan otot jantung mengalami
hipertrrofi, terutama ventrikel kiri sebagai pengatur pembesaran jantung.
Kecepatan darah meningkat (jumlah darah yang dialirkan oleh jantung dalam
setiap denyutnya) sebagai hasil dari peningkatan curah jantung. Ini
meningkatkan volume darah dan oksigen ke seluruh organ dan jaringan ibu
untuk pertumbuhan janin (Asrinah dkk, 2015).
c. Sistem pencernaan
Tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas dan
19
makanan lebih lama berada dalam saluran makanan, resorbsi makanan baik,
namun menimbulkan konstipasi. Gejala mual muntah (emesis gravidarum
)sering terjadi, biasanya pada pagi hari di sebut morning sickness (Mochtar,
2012).
d. Sistem urinaria
Selama kehamilan, uterus membesar mendorong ureter secara lateral
sehingga ureter menjadi lebih pendek. Tekanan terhadap kandung kemih
semakin besar dan mengakibatkan penurunan kapasitas kandung kemih.
nokturia terjadi akibat kombinasi factor perubahan pola tidur, efek tekanan
uterus yang membesar terhadap kandung kemih, dan penurunan kapasitas
kandung kemih akibat peningkatan tekanan (Fraser dkk, 2015).
e. Sistem respirasi
Sebagai respons terhadap peningkatan metabolisme dan peningkatan
kebutuhan oksigen ke uterus dan janin, maka secara otomatis kebutuhan oksigen
ibu akan meningkat. Pembesaran uterus akan menyebabkan diafragma naik
sekitar 4 cm selama kehamilan. Selain itu, panjang paru juga akan berkurang,
diameter transversal kerangka toraks akan meningkat sekitar 2 cm dan lingkar
dada meningkat sekitar 6 cm (S. dkk Astuti, 2017).
f. Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ± 135 %.
Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam
kehamilan. Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi, saat persalinan
dapat berjalan dengan lancar. Hormon prolaktin akan meningkat 10x lipat
pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya, setelah persalinan konsentrasinya pada
plasma akan menurun. Hal ini juga ditemukan pada ibu-ibu yang menyusui
(Prawirohardjo, 2014).
Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat
persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi.
Konsentrasi plasma hormon paratiroid akan menurun pada trimester pertama
dan kemudian akan meningkat secara progresif. Aksi yang sangat penting dari
hormon paratiroid ini adalah untuk memasok kalsium ke janin dengan adekuat.
20
Selain itu, juga diketahui mempunyai peran dalam produksi peptida pada janin,
plasenta dan ibu (Prawirohardjo, 2014).
g. Sistem Integument
Pada kulit terjadi hiperpigmentasi yang dipengaruhi hormone Melanophore
Stimulating Hormone di Lobus Hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar
suprarenalis (Kamariyah dkk, 2014). Sehubungan dengan tingginya kadar
hormonal, maka terjadi peningkatan pigmentasi selama kehamilan. Ketika
terjadi pada kulit muka dikenal sebagai cloasma. Linea Alba adalah garis putih
tipis yang membentang dari simfisis pubis sampai umbilikus, dapat menjadi
gelap yang biasa disebut Line Nigra. Striae Gravidarum yaitu renggangan yang
dibentuk akibat serabut-serabut elastic dari lapisan kulit terdalam terpisah dan
putus. Hal ini mengakibatkan pruritus atau rasa gatal. Kulit perut mengalami
perenggangan sehingga tampak retak-retak, warna agak hyperemia dan kebiruan
disebut striae lividae (Dewi dkk, 2012).
h. Sistem Metabolisme
Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula, terutama pada
trimester ketiga. Kesimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq
per liter menjadi 145mEq per liter disebabkan adanya hemodilusi darah dan
kebutuhan mineral yang dibutuhkan janin. Kebutuhan protein perempuan hamil
semakin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan
organ kehamilan dan persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein
tinggi sekitar 0,5 gr/kgBB atau sebutir telur ayam sehari. Kebutuhan kalori
didapatkan dari karbohidrat, lemak, dan protein. Kebutuhan zat mineral untuk
ibu hamil. Berat badan ibu hamil bertambah (Asrinah dkk, 2015).
21
dikonsumsi ibu hamil harus mencukupi kebutuhan ibu hamil agar terhindar dari
beberapa penyakit yang berkaitan dengan gizi ibu hamil.
Berikut merupakan kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar.
1) Asam folat
Merupakan bagian dari vitamin B kompleks yang bersumber dari sayur –
sayuran hijau (bayam), buah, hati, ginjal, dan jamur. Kebutuhan pada ibu hamil
adalah 50-100 mg/hari. Kekurangan asam folat dapat mengakibatkan gangguan
plasenta, abortus, dan kelainan kongenital pada janin. Pemberian asam folat
dimulai 2 bulan sebelum konsepsi dan berlanjut hingga 3 bulan pertama
kehamilan.
2) Energi
Pola gizi seimbang pada ibu dan janin harus diterapkan guna menurunkan
angka kejadian BBLR. Kebutuhan energi selama kehamilan adalah 285 kalori.
3) Protein
Merupakan zat penyusun tubuh pembentukan jaringan tubuh membutuhkan
protein sebesar 910 gr dalam 6 bulan terakhir kehamilan dan 12 gr/hari.
4) Zat besi (Fe)
Merupakan suplemen tambah darah yang diberikan kepada ibu hamil selama
masa kehamilanya. Setiap ibu hamil minimal mengonsumsi sebanyak 90 tablet
selama kehamilan.
5) Kalsium
Komponen utama dalam pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan
kalsium ibu hamil adalah sebesar 500 mg/hari.
6) Vitamin D
Untuk mencegah risiko penularan penyakit menular seksual. (H. P. Astuti,
2012).
b. Oksigen
22
c. Personal higiene
Kebersihan harus dijaga selama hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali
sehari karena ibu hamil cenderung mengeluarkan banyak keringat.
23
atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai
dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran
plasenta (Sulistyawati, 2013).
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37 sampai 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin (Saifuddin, 2011).
2. Jenis Persalinan
a. Persalinan Spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melalui jalan
lahir ibu.
b. Persalinan Buatan
Persalinan yang di buat dengan tenaga dari luar misalnya vacum atau
tindakan caesaria.
c. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak di mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung
setelah pemecahan ketuban, pemberian piticin atau Persalinan berdasar umur
kehamilan
1) Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22mg atau bayi dengan berat
badan kurang dari 500gr.
2) Partus immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22mg dan 28mg atau bayi dengan berat
badan 500g dan 999g.
3) Partus prematurus
Pengeluaran buah kehamilan antara 28mg dan 37mg atau dengan berat badan
1000g dan 2499g.
4) Partus matures/aterm
24
Pengeluaran buah kehamilan antara 37mg dan 42mg atau bayi dengan berat
badan 2500g atau lebih.
b. Power ( kekuatan )
Merupakan kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu.
c. Passanger ( janin )
Faktor yang berpengaruh adalah janin (tulang tengkorak, ukuran kepala) dan
postur janin.
d. Psikis ( psikologi )
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seoalah-olah pada saat itu benar-benar
terjadi kewanitaan sejati.
a) Kala I
Kala I persalinan di mulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan
serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10cm).
b) Kala II
Kala II persalinan di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi.
c) Kala III
Kala III persalinan di mulai setelah selesainya kelahiran bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta
d) Kala IV
Masa 1-2 jam setelah plasenta lahir.
25
6. Mekanisme persalinan
a. Turun
Janin mengalami penurunan terus-menerus dalam jalan lahir sejak kehamilan
trimester ketiga.
b. Fleksi
Dengan turunnya kepala janin, tahanan yang di peroleh dari dasar panggul
akan makin besar, yang mengakibatkan kepala janin makin fleksi lagi, sampai-
sampai dagu janin menekan dadanya dan belakang kepala (oksiput) menjadi
bagian terbawah janin.
c. Rotasi dalam
Dengan makin turunnya kepala janin dalam jalan lahir, kepala janin akan
berputar sedemikian rupa sehingga kepala janin akan bersesuaian dengan rongga
panggul.
d. Ekstensi
Kepala janin di lahirkan dengan melepaskan diri dari sikap kepala yang
fleksi maksimal dengan jalan menempuh gerakan defleksi atau ekstensi kepala.
e. Restitusi
Sewaktu berlangsung rotasi dalam, leher akan terpelintir karena bahu tidak
bersama-sama mengadakan rotasi dalam dengan kepala yang lebih dahulu
melakukan rotasi dalam.
f. Rotasi luar
Rotasi luar kepala janin pada hakekatnya mengikuti rotasi dalam bahu janin.
7. Tanda persalinan
a. Tanda –tanda permulaan persalinan
Sebelum terjadinya persalinan sebenarnya wanita akan memasuki yang
disebut kala pendahuluan. Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
lightening atau settling atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigavida. (rukiyah et al, 2009)
b. Tanda-tanda timbulnya persalinan inpartu
26
1) His adalah tanda-tanda kontraksi rahim yang diraba menimbulkan rasa
nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks kontraksi
rahim yang dimulai pada 2 face masker yang letaknya didekat cornu uteri.
2) Keluarnya lendir bercampur darah (show )
Lendir ini berasal dari pembukaan kanalis servikalis, sedangkan
pengeluaran darahnya disebabkan oleh robeknya pembuluh darah waktu
serviks membuka
3) Dilatasi dan effacement
Dilatasi adalah terbukanya serviks secara bengangsur- angsur akibat
pengaruh his. Effacement adalah pendataran atau pemendekan kanalis
servikalis yang semula panjang 1-2 cm yang menjadi hilang sama sekali,
sehingga tinggal hanya ostium yang tipis seperti kertas ( sari dan
rimandini, 2014 )
C. Pijat perineum
27
Menurut Aprilia (2010), manfaat atau keuntungan dari pijat perineum
diantaranya adalah:
a. Kemungkinan melahirkan bayi dengan perineum utuh.
b. Dapat dilakukan sebagai ritual hubungan seksual.
c. Teknik ini digunakan untuk membantu merenggangkan dan
mempersiapkan kulit perineum pada saat proses persalinan.
d. Teknik ini bukan hanya membantu mempersiapkan jaringan perineum, tapi
juga membantu anda untuk mempelajari sensasi saat proses persalinan.
Dengan demikian akan membantu untuk lebih rileks dalam menghadapi
proses persalinan nanti.
e. Menstimulasi aliran darah ke perineum yang akan membantu mempercepat
proses penyembuhan setelah melahirkan.
f. Membantu ibu lebih santai saat dilakukan pemeriksaan vagina (Vagina
Toucher).
g. Membantu menyiapkan mental ibu terhadap tekanan dan regangan perineum
di kala kepala bayi akan keluar.
h. Menghindari kejadian episiotomi atau robeknya perineum di kala
melahirkan dengan meningkatkan elastisitas perineum.
3. Waktu Pemijatan Perineum
sebelum tanggal persalinan atau saat umur kehamilan lebih dari 34 minggu.
Lakukan 5-6 kali seminggu, kemudian semakin intens menjadi setiap hari pada 2
28
a. Cucilah tangan ibu terlebih dahulu dan pastikan kuku ibu tidak panjang.
Pijatan ini bisa dilakukan sendiri atau oleh pasangan (suami)
b. Berbaringlah dalam posisi yg nyaman. Beberapa wanita berbaring dengan
posisi miring dan menggunakan bantal untuk menyangga kaki mereka. Ada
yang menggunakan posisi semilitotomi atau mengangkang. Jika pemijatan
dilakukan berdiri, letakkan kaki satu dikursi dan kaki yang lain berada di
sekitar 60-90 cm dari kursi
c. Ibu dapat menggunakan cermin untuk pertama kali untuk melihat daerah
perineum tersebut
d. Gunakan minyak kelapa, atau sweet almond. Lakukan pemijatan sebelum
mandi pagi dan sore
e. Letakkan satu atau dua ibu jari ( atau jari lainnya bila ibu tidak sampai )
sekitar 2-3 cm didalam vagina. Tekan kebawah kemudian menyamping
pada saat bersamaan. Perlahan lahan coba regangkan daerah tersebut sampai
ibu merasakan sensasi seperti terbakar,perih atau tersengat
f. Tahan ibu jari seperti diatas sampai 2 menit sampai daerah tersebut menjadi
tidak berasa dan ibu tidak merasa perih lagi
g. Tetap tekan daerah tersebut dengan ibu jari. Perlahan lahan pijat kedepan
kemudian kebelakang melewati separuh terbawah vagina. Lakukan ini
selama 3-5 menit. Hindari pembukaan saluran kemih dan ibu dapat memulai
dengan pijatan ringan dan semkain ditingkatkan tekanannya seiring dengan
sensivitas yang berkurang
h. Ketika sedang memijat, tarik bagian terbawah dari vagina dengan ib jari
tetap berada didalam. Hal ini akan membantu meregangkan kulit dimana
kepala bayi saat melahirkan nanti akan meregangkan perineum itu sendiri.
Lakukan pijatan perlahan lahan dan hindari pembukaan dari katup uretra (
lubang kencing ) untuk menghindari iritasi atau infeksi. (Shinta Nur
Rochmayanti& kholifatul ummah, 2019)
29
Gambar 1 (Shinta Nur Rochmayanti& kholifatul ummah, 2019)
30
terhadap janin serta dapat menyebabkan robekan perineum yang luas sampai
tingkat III.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa pijat perineum dapat menurunkan
kecemasan pada kelompok perlakuan didapatkan 90 % subjek penelitian
mengalami kecemasan tingkat rendah. Hal ini disebabkan karena pijat perineum
dapat menigkatkan endorphin sehingga ibu hamil mengalami ketenangan dan
rileks sehingga perineum menjadi elastis (Aprilia, 2010 ). Menurut Chapman
(2006 ) pijat perineum merupakan salah satu mekanisme koping bagi ibu
sehingga ibu berada dalam kenyamanan. Kondisi ini menyebabkan perineum
menjadi elastis. Ditinjau dari segi psikologi pijat perineum menimbulkan
perasaan senang dan nyaman sehingga dapat menurunkan kekhawatiran,
ketakutan menghadapi persalinan serta dapat menurunkan nyeri.
Menurut jurnal Azntenatal perineal massage benefits in reducing perineal
trauma and postpartum morbidities: a systematic review and meta-analysis of
randomized controlled trials Pijat perineum antenatal mengurangi kejadian
episiotomi, robekan perineum derajat ketiga dan keempat, nyeri perineum
postpartum, dan inkontinensia. Ini juga mengarah ke yang lebih pendek
persalinan kala dua, penyembuhan luka yang lebih baik, dan perbaikan dalam
skor Apgar. Oleh karena itu, profesional perawatan kesehatan harus
mempertimbangkan dan merekomendasikan pijat perineum antenatal sebagai
rutinitas latihan untuk persiapan persalinan.
Menurut jurnal berjudul Antenatal Perineal Massage Improves Women’s
Experience of Childbirth and Postpartum Recovery: A Review to Facilitate
Provider and Patient Education on the Technique
Penulis meta-analisis 2013 tentang manfaat APM menyimpulkan bahwa
wanita yang diinstruksikan dalam pijat perineum (baik karena mereka menjadi
lebih tahu tentang persalinan, episiotomi dan keuntungan dari perineum utuh,
atau karena tindakan memijat itu sendiri) cenderung tidak mengalami
episiotomi, membutuhkan penjahitan perineum atau laporkan nyeri perineum
yang sedang berlangsung pascapartum "Studi tambahan dan yang lebih baru
seperti yang diulas di sini mendukung lebih lanjut penggunaan APM untuk
31
mengoptimalkan pengalaman melahirkan dan untuk wanita meningkatkan
pemulihan fungsi perineum pascapartum yang sehat.Menjelaskan APM dengan
cermat sebagai bagian dari metode berbasis buktiuntuk mengurangi trauma
perineum dan nyeri akan terus menghilangkan misteri teknik dan dapat
meningkatkan penggunaannya yang lebih luas. Ditingkatkan penerimaan APM
dapat dicapai dengan membantu staf medis dan wanita memahami manfaat
potensinya dan dengan mendorong berbagi pengalaman pasien dengan staf
klinik.
32
BAB III
METODE
A. Jenis penelitian
Ada beberapa sumber data yang digunakan untuk tinjauan literatur atau
Literatur Review. Disebutkan bahwa setidaknya ada empat sumber yaitu sumber
utama/primer, sumber sekunder, konseptual/teoritis, dan anekdotal/opini.
Sumber utama merupakan sebuah laporan oleh peniliti asli dari sebuah
penelitian yang berbentuk artikel yang diterbitkan dalam jurnal terkemuka.
Sumber sekunder merupakan deskripsi atau ringkasan oleh seseorang selain
peneliti asli termasuk buku teks dan ulasan artikel literatur. Sumber sekunder
tidak mengandung informasi baru. Sumber ketiga yaitu konseptual/teoretis
merupakan makalah yang berkaitan dengan deskripsi atau analisa teori atau
konsep terkait dengan topik. Sumber terkahir yaitu enkdotal/opini merupakan
sebuah pandangan atau pendapat tentang subjrk yang bukan penelitian, ulasan
atau teoritis (Ramdhani et al., 2014).
33
C. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data Studi Literatur yang terdiri dari artikel jurnal,
textbook, handbook, arsip maupun regulasi adalah cara untuk menyelesaikan
persoalan dengan menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat
sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengumpulan data
literature review dengan urut struktur tematik. Struktur Tematik
mengelompokkan dan mendiskusikan sumber-sumber sesuai tema atau topiknya.
Dengan mengelompokkan tema atau topik penelitian, dapat menunjukkan jenis
topik yang penting dan memperkuat ketajaman dalam penelitian.(Ramdhani et
al., 2014)
D. Metode analisa data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis data
yang telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasus
yang diteliti dan mengkajinya sebagai temuan bagi orang lain. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis anotasi bibliografi
(annotated bibliography). Anotasi berarti suatu kesimpulan sederhana dari suatu
artikel, buku, jurnal, atau beberapa sumber tulisan yang lain, sedangkan
bibliografi diartikan sebagai suatu daftar sumber dari suatu topik. Dari kedua
definisi tersebut, anotasi bibliografi diartikan sebagai suatu daftar sumber-
sumber yang digunakan dalam suatu penelitian, dimana pada setiap sumbernya
diberikan simpulan terkait dengan apa yang tertulis di dalamnya. Terdapat tiga
hal yang harus diperhatikan dalam suatu analisis anotasi bibliografi. Ketiga hal
tersebut adalah: (1) Identitas sumber yang dirujuk; (2) Kualifikasi dan tujuan
penulis; (3) Simpulan sederhana mengenai konten tulisan; dan (4)
Kegunaan/pentingnya sumber yang dirujuk dalam menjawab permasalahan
yang telah dirumuskan (Suharsimi, 2013).
E. Prosedur penelitian
34
Literatur yang di-review merupakan literatur yang relevan/sesuai dengan
permasalahan. Adapun tahap dalam mengorganisasi literatur adalah
mencari ide, tujuan umum, dan simpulan dari literatur dengan membaca
abstrak, beberapa paragraf pendahuluan, dan kesimpulannya, serta
mengelompokkan literatur berdasarkan kategori-kategori tertentu
(Suharsimi, 2013)..
2) Synthesize, yakni menyatukan hasil organisasi literatur menjadi suatu
ringkasan agar menjadi satu kesatuan yang padu, dengan mencari
keterkaitan antar literatur (Suharsimi, 2013).
3) Identify, yakni mengidentifikasi isu-isu kontroversi dalam literatur. Isu
kontroversi yang dimaksud adalah isu yang dianggap sangat penting untuk
dikupas atau dianalisis, guna mendapatkan suatu tulisan yang menarik
untuk dibaca (Suharsimi, 2013)..
4) Formulate, yakni merumuskan pertanyaan yang membutuhkan penelitian
lebih lanjut (Suharsimi, 2013).
35
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Permasalahan
36
B. Sumber literratur
Ringkasan dari artikel yang direview dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel 4.1 berikut :
No Judul Peneliti , Tahun Desaign Sampel dan Populasi Teknik sampling Hasil
1 Pencegahan Hera Mutmainah, pre test- Sampel yang digunakan dalam penelitian kuasi Berdasarkan hasil penelitian diperoleh ratarata
rupture Dewi Yuliasari ,dan post test ini kelompok perlakuan yaitu ibu hamil eksperimental ruptur perineum ibu yang diberi pijat
perineum Ana Mariza control Trimester III (usia kehamilan ≥28 minggu) perineum adalah 0,67 dengan standar deviasi
pada ibu group Masih berdomisili di Wilayah Semarang 0,617. Sejalan dengan teori yang diungkapkan
2019
bersalin design Utara, Pedurungan sedangkan kelompok oleh Aprilia (2010) perineum terdiri dari kulit
dengan pijat kontrol /perlakuan merupakan ibu hamil dan otot di antara vagina dan anus. Ketika
perineum yang tidak diberikan perlakuan di wilayah kepala janin menyembul di vagina, perineum
Semarang Utara dan Pedurungan, dengan dengan sendirinya meregang untuk memberi
kriteria sebagai berikut: Ibu hamil jalan keluar bagi janin. Pemijatan perineum
Trimester III (usia kehamilan ≥28 minggu) yang dilakukan pada bulanbulan terakhir
di wilayah semarang utara dan pedurungan kehamilan meningkatkan perubahan hormonal
yang melembutkan jaringan ikat, sehingga
jaringan perineum lebih elastis dan lebih
mudah meregang.
2 Hubungan Fatimah, dan Posttest Sampel yang diambil adalah ibu hamil usia Pre-eksperimen Hasil penelitian dari 58 responden dengan
pemberian Prasetya Lestari Only kehamilan 37-42 minggu.vHasil penelitian pekerjaan sebagai Ibu hamil terbesar IRT 41
edukasi pijat Design ibu hamil terbesar IRT 41 orang (70%), orang (70%), dari segi pendidikan terbanyak
2018
perineum pendidikan SMA 40 orang (69%), yang dengan pendidikan SMA 40 orang (69%),
37
dengan melakukan pijat perineum 34 orang sedangkan yang melakukan pijat perineum ada
pelaksanaan (58,6%) dan mengalami rupture perineum 34 orang (58,6%) dan yang mengalami rupture
pijat perineum pada derajat I. adanya pengaruh pada ibu perineum paling banyak mengalami rupture
pada ibu hamil yang melakukan pijat perineum perineum pada derajat I. Sedangkan hasil
hamil analisis bivariatnya ada hubungan pada ibu
trimester III hamil yang melakukan pijat perineum.
3 Pengaruh Erna kusumawati, Cross Penelitian ini dilakukan tahun 2018 Non probability Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
antenatal agustin rahmawati , sectional dengan sampel dalam penelitian yaitu Ibu sampling kelompok perlakuan yang berjumlah 45 orang
perineal siti istiana bersalin yang mengikuti kelas antenatal di terdiri dari ibu hamil trimester III yang
massage pada Klinik Pratama Ratna Komala, dengan diberikan pijatan perineum lebih sedikit
2017
primigravida menggunakan teknik pengambilan sampel mengalami laserasi perineum yaitu sebanyak
terhadap yaitu Non probability sampling sebanyak 16 orang tidak ada laserasi (35,6), derajat I 10
laserasi 33 orang orang (22,5),derajat II 14 orang (31,1) dan
perineum saat derajat III 5 orang (11,1) dibandingkan
persalinan di kelompok kontrol yang berjumlah 45 orang
kota semarang terdiri dari ibu hamil trimester III atau
tahun 2017 kelompok yang tidak diberikan pijatan
perineum yaitu tidak ada laserasi 6 orang
(13,3), derajat I 9 orang (20), derajat II 23
orang (51,1), derajat III 7 orang (15,6).
4 The Effect of Cholisah Suralaga, post test The sample taken was 30 primigravida at The results of the study showed that perineal
Perineal Analia, Sri with gestational age more than 35 weeks massage had an effect on the incidence of
Massage On
38
Perineal Dinengsih control consisting of 15 people in the intervention perineal rupture in primiparous mothers.
Rupture group and 15 people in the control group. Statistical results obtained through bivariate
Incidence On 2021
analysis obtained a p-value of 0.009 (p-value
Primipara
Mothers’ < = 0.05), indicating that perineal massage is
Labor In affected by the incidence of perineal rupture in
Kasih Ibu
primiparous mothers at the Kasih Ibu Clinic in
Clinic In 2020
2020.
5 The Effect of Triana Indrayani , eksperimen Samples were obtained as many as 32 purposive from the results of the study showed that
Perineal Nurabia Tuasikal semu respondents who were divided into 2 perineal massage had an influence on cases of
Massage on groups, 16 respondents were given perineal tears in primigravida pregnant women
2020
Perineal Tear perineal massage and 16 respondents were in the third trimester. The current study found
Case on not given perineal massage that 78.6% of those who received perineal
Primigravida massage did not suffer from perineal tears and
Pregnant 72.2% of those who did not receive perineal
Mothers In massage had perineal tears. The Mann
Their Third Whitney test was obtained that there was a
Trimester In difference in the mean of the perineal tear
Public Health rating between the experimental group (1.17)
Center Care and the control group (0.9). Statistical test also
of Morokay obtained p = 0.005 which means there is a
2018 difference in perineal tear cases between the
group that received perineal massage and the
39
group that did not receive perineal massage.
40
C. Analisa
41
Menengah Atas sebanyak 40 orang (69,1%). sedangkan variabel pekerjaan
Menunjukkan bahwa sebagian besar responden sebagai Ibu Rumah Tangga
yaitu sebanyak 41 orang (70,7%).
Kesimpulan : Pada variabel Pendidikan tingkat SMA merupakan tingkat yang
paling mudah menerima informasi dibandingkan tingkat Sekolah dasar
maupun Sekolah Menengah Pertama. Sedang tingkat perguruan tinggi kadang
merasa sudah pintar dan tidak perlu untuk menerima informasi yang baru
sedangkan divariabel pekerjaan Pada ibu rumah tangga banyak dihabiskan
waktu di rumah sehingga banyak waktu luang untuk belajar, terutama
pemberian edukasi kita kepada ibu hamil tentang pijat perineum
Pijat perineum
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ibu hamil yang melakukan pijat
perineum setelah dilakukan edukasi tentang pijat perineum diketahui tertinggi
pada ibu hamil yang melakukan pijat yaitu sebanyak 34 orang (58,6%) dan
yang tidak melakukan pijat perineum sebanyak 24 orang ibu hamil (41,4%).
Alasan ibu hamil yang tidak melakukan pijat perineum karena merasa takut
jika pijat akan terjadi kontraksi dan rasa sakit pada bagian perineum..
3. Jurnal penelitian ketiga berjudul Pengaruh antenatal perienal masage
pada primigravida terhadap laserasi perineum saat persalinan dikota
semarang tahun 2017 sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Ibu hamil Trimester III (usia kehamilan ≥28 minggu), Primigravida atau
wanita yang baru pertama kali hamil, Wanita yang belum memiliki
riwayat persalinan pervaginam berdasarkan penelitian tersebut didapatkan
2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dengan Ibu hamil Trimester III
(usia kehamilan ≥28 minggu), Primigravida atau wanita yang baru
pertama kali hamil, Wanita yang belum memiliki riwayat persalinan
pervaginam, Masih berdomisili di Wilayah Semarang Utara, Pedurungan
berjumlah 45 orang dan kelompok kontrol merupakan ibu hamil yang
tidak diberikan perlakuan di wilayah Semarang Utara dan Pedurungan,
dengan kriteria sebagai berikut: Ibu hamil Trimester III (usia kehamilan
≥28 minggu), Primigravida atau wanita yang baru pertama kali hamil,
42
Wanita yang belum memiliki riwayat persalinan pervaginam dan Masih
berdomisili di Wilayah Semarang Utara, Pedurungan.
Kesimpulan : Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang
kontrol atau kelompok yang tidak diberikan pijat perineum lebih banyak
mengalami laserasi perineum daripada kelompok perlakuan atau yang
diberikan pijatan perineum.
Pijat perineum
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok perlakuan yang berjumlah
45 orang terdiri dari ibu hamil trimester III yang diberikan pijatan perineum
lebih sedikit mengalami laserasi perineum yaitu sebanyak 16 orang tidak ada
laserasi (35,6), derajat I 10 orang (22,5), derajat II 14 orang (31,1) dan derajat
III 5 orang (11,1) dibandingkan kelompok kontrol yang berjumlah 45 orang
terdiri dari ibu hamil trimester III atau kelompok yang tidak diberikan pijatan
perineum yaitu tidak ada laserasi 6 orang (13,3), derajat I 9 orang (20),
derajat II 23 orang (51,1), derajat III 7 orang (15,6). Ini menunjukkan bahwa
pijatan perineum yang dilakukan pada ibu hamil trimester III memiliki
pengaruh terhadap laserasi perineum.
4. Jurnal penelitian keempat berjudul The Effect of Perineal Massage On
Perineal Rupture Incidence On Primipara Mothers’ Labor In Kasih Ibu
Clinic In 2020 dilakukan untuk menguji pengaruh pijat perineum terhadap
rupture perineum pada ibu dengan persalinan primipara di klinik Kasih
Ibu 2020 dibagi dalam dua kelompok dengan jumlah sampel 15 orang
usia 20-35 tahun 11 orang di kelompok intervensi dan 15 orang usia 20-
35 tahun 9 orang di kelompok kontrol yang semua populasi dilakukan
pemijatan perineum. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
masing-masing kelompok ada yang mengalami rupture perineum. Dari
kelompok intervensi sebanyak 3 orang (20%) sedangkan kelompok
kontrol sebanyak 10 orang (66,7%) dari hasil tersebut menunjukkan usia
mempengaruhi terjadinya rupture perineum
Kesimpulan : Umur ibu saat kehamilan memiliki pengaruh terhadap kejadian
rupture perineum.
43
Umur ibu : pada penelitian ini menyatakan umur ibu memiliki pengaruh
terhadap kejadian rupture perineum. Pada penelitian ditunjukkan bahwa
kelompok kontrol yang memiliki ibu hamil usia 20-35 tahun sebanyak 9
orang dari 15 orang lebih banyak mengalami rupture perineum dibandingkan
kelompok intervensi yang memiliki ibu hamil usia 20-35 tahun sebanyak 11
orang dari 15 orang.
Pijat perineum
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 3 orang (20%) dari kelompok
intervensi yang mengalami rupture perineum dan 10 orang (66,7%) pada
kelompok kontrol yang mengalami ruptur perineum. Ini menunjukkan bahwa
pijat perineum selama kehamilan dapat mengurangi kejadian trauma
perineum
5. Jurnal penelitian kelima berjudul The Effect of Perineal Massage on
Perineal Tear Case on Primigravida Pregnant Mothers In Their Third
Trimester In Public Health Center Care of Morokay 2018 pada ibu hamil
primigravida trimester III di Puskesmas Morokay tahun 2018 dengan
jumlah Sampel 32 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok, 16 orang
diberikan pijat perineum dan 16 orang tidak diberikan perineum pijat.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang tidak diberi
pijat perineum mengalami banyak kejadian rupture perineum yaitu
sebanyak 13 orang (81,2%), sedangkan yang tidak menderita robekan
perineum adalah 3 ibu (18,8%). Dibandingkan dengan yang mendapatkan
pijat perineum yaitu yang mengalami robekan perineum terdapat 5 orang
(31,2%) dan yang tidak mengalami robekan perineum 11 orang (68,8%).
Hal ini disebabkan Pijat perineum membantu melembutkan perineum
jaringan sehingga akan terbuka tanpa hambatan selama proses persalinan,
untuk membuatnya bayi lebih mudah dikeluarkan. Pijat perineum
memungkinkan persalinan dilakukan dengan perineum tetap utuh, hindari
kasus episiotomi atau robekan perineum selama persalinan dengan cara
meningkatkan elastisitas perineum.
44
Kesimpulan : Terdapat perbedaan hasil antara kelompok yang diberi pijatan
perineum dengan yang tidak mendapatkan pijat perineum. Yaitu kelompok
yang tidak diberi pijatan perineum lebih banyak mengalami rupture perineum
dibandingkam dengan kelompok yang diberi pijatan perineum.
Pijat perineum
Pengaruh Pijat Perineum Terhadap Kasus Robekan Perineum Pada Ibu Hamil
Primigravida Ibu di Trimester Ketiga. Penelitian saat ini memperoleh bahwa
78,6% dari mereka yang mendapatkan pijat perineum mereka yang
melakukannya tidak menderita robekan perineum dan 72,2% dari mereka
yang tidak mendapatkan pijat perineum menderita robekan perineum. bahwa
ada perbedaan Rata-rata perbedaan peringkat robekan perineum antara
kelompok eksperimen (1,17) dan kontrol kelompok (0.9). Uji statistik juga
didapatkan p=0,005 yang berarti terdapat perbedaan kasus antara kelompok
yang mendapatkan pijat perineum dan kelompok yang tidak mendapatkan
pijat perineum.
D. Evaluasi Data
Penelitian ini adalah sebuah sintesis dari studi literature yang bersifat
sistematik, jelas, menyeluruh dengan mengidentifikasi, menganalisis,
mengevaluasi melalui pengumpulan data – data yang sudah ada, data jurnal yang
diakses dalam proses penelitian ini diskrining berdasarkan pada kriteria seperti
jurnal yang diterbitkan dalam rentang waktu 9 tahun terakhir dengan metode
pencarian yang eksplisit dan melibatkan proses telaah kritis dalam pemilihan
jurnal penelitian dan buku sebagai sumber literature review dengan tujuan untuk
membantu penulis lebih memahami latar belakang dari penelitian yang menjadi
subjek topic yang dicari serta memahami kenapa dan bagaimana andil dari
penelitian tersebut sehingga dapat menjadi acuan untuk literature review.
Adapun topik yang diteliti dalam penelitian ini adalah Pengaruh Pijat Perineum
Terhadap Rupture Perineum.
45
Bagan 4.1 Pathway artikel penelitian
Pijat perineum
Jurnal pertama
Tidak pijat perineum Rupture perineum
Pendidikan SMA
Jurnal kedua
Pekerjaan IRT
Pijat perineum
Jurnal ketiga
Pijat perineum
pijat perineum
Jurnal kelima
Tidak pijat perineum Rupture perineum
46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
47
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, M dan Martini. (2015) : Hubungan Pijat Perineum dengan
Robekan Jalan Lahir pada Ibu Bersalin Primipara di BPM
Kecamatan Metro Selatan Kota Metro. Jurnal Kesehatan, Volume
VI, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 155-159
Anggraini, D. 2012. Efektifitas Pijat Perineum Pada Primigravida di BPS Siti
Alfirdaus Kingking Kabupaten Tuban. Jurnal Kebinanan Vol.1,
No.1, November 2012. STIKes NU Prodi DIII Kebidanan Tuban.
Angraini (2015) Hubungan Pijat Perineum Dengan Robekan Jalan Lahir Pada
Ibu Bersalin Primipara Di BPM Kecamatan Metro Selatan Kota
Metro
Arifia, M. (2015). Pijat Perineum Untuk Bebas Robekan Saat Persalinan.
Jakarta. Diaskes 02 Mei 2018.
ASRI, D. & CLERVO, C , (2012), Asuhan persalinan Normal, Yogyakarta:
Nuha Medika.
Asrinah, dkk. 2015, Buku Askeb Ibu Bersalin. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Astuti, H. P. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan I (Kehamilan) (T. Endoko
(ed.); 1st ed.). Rohima Press.
Astuti, S. dkk. (2017). Asuhan Ibu dalam Masa Kehamilan (E. kemala dan R.
A. Dewi (ed.)). Erlangga.
Bechmann. (2015). Antenatal Perineal Massage for Reducing Perineal
Trauma. Cohrane Database of Systematic Review.
Beckmann MM, Garrett AJ.”Antenatal perineal massage for reducing
perineal trauma.”, Cochrane Database Syst Rev. 2006 Jan 25;(1):
CD005123.
Dahlia, 2015. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pijat Perineum di
Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin, Jurnal : STIKES
Sari Mulia Banjarmasin.
Dai Doni, S., Kuswanti, I., & Novitasari, R. (2016). Hubungan berat badan
lahir dengan derajat ruptur perineum pada persalinan normal. Jurnal
Keperawatan Intan Husada, 3(2).
Damayanti Fitri Nur, 2020. Buku Panduan Tugas Akhir Masa Pandemi
Covid19. Semarang: PRODI DIII KEBIDANAN FIKKES UNIMUS
Danuatmaja, B. M. Meiliasari. 2007. Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit.
Jakarta : Pusra Sehat.
Dewi, dkk, 2012, Asuhan Kehamilan untuk kebidanan, Jakarta : Salemba
medika
Diana, S., & Mail, E. (2019). Buku ajar asuhan kebidanan, persalinan, dan
bayi baru lahir. CV Oase Group (Gerakan Menulis Buku Indonesia).
48
Fatimah, P. (2018). Hubungan Pemberian Edukasi Pijat Perineum Dengan
Pelaksanaan Pijat Perineum Pada Ibu Hamil Trimester III.
In Proseding seminar nasional vokasi Indonesia (Vol. 1).
Hani, U., & KusbandiyahJiarti, M. R. (2011). Asuhan kebidanan pada
kehamilan fisiologis. Jakarta: Salemba Medika.
Ilmiah, W. S. (2015). Buku Ajar asuhan persalinan normal.
Jones LE, Marsden N. The application of antenatal perineal massage: a
review of literature to determine instruction, dosage and technique
Journal of the Association of Chartered Physiotherapists in Women’s
Health, Spring 2012:8–11.
Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2016.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2016). Profil Kesehatan
Indonesia. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Manuaba. (2010). Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :
EGC
Masita, E. D. (2016). Pengaruh Pijat Perineum Terhadap Tingkat Kecemasan
Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III, 4, 7–11.
Mutmainah, H., YULIASARI, D., & MARIZA, A. (2019). PENGARUH
PIJAT PERINEUM TERHADAP PENCEGAHAN RUPTURE
PERINEUM PADA IBU BERSALIN. Jurnal Kebidanan
Malahayati, 5(2).
Ramdhani, M. A., Garut, U., Amin, A. S., & Pasundan, U. (2014). Menulis
Makalah Penelitian Kajian Pustaka : Pendekatan langkah demi
langkah Menulis Makalah Penelitian Tinjauan Pustaka : Jurnal
Internasional Ilmu Dasar Dan Terapan, Vol. 03, N, 11.
Rochmayanti, S. N., Ummah, K., & Keb, A. (2019). PIJAT PERINEUM
SELAMA MASA KEHAMILAN TERHADAP KEJADIAN
49
RUPTURE PERINEUM SPONTAN: Jakad Media Publishing.
Shinta Nur Rochmayanti, dkk (2019) Pijat Perineum Selama Masa
Kehamilan Terhadap Kejadian Rupture Perineum Spontan
Suharsimi Arikuntoro, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta
:Rieneka Cipta, 2013), h. 26 7
Widianti. (2015). Senam Kesehatan. Yogyakarta: nuha medika.
Yanti, D. (2017) Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Bandung: PT Radika Adit
50