Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM TEKANAN UDARA

PENGHISAP AIR

Laporan praktikum ini di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah fisika

DI SUSUN OLEH :

GUGUM GUMELAR

NIM: 101230009

SAEPUL MUHTADIN

NIM: 101230008

REECO RAHMAN NURMUSA SATRIYO

NIM:101230010

DINDA SELVIANA

NIM:101230011
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BALE BANDUNG
2024

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat dan
karunia Nya kami diberikan kesehatan, kekuatan dan kesempatan untuk
menyelesaikan laporan yang berjudul Laporan Praktikum Tekanan Udara
Penghisap Air ini tepat pada waktunya.

Dalam penulisan laporan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak/Ibu Dosen, karena telah memberikan bimbingan kepada kami untuk
menyelesaikan tugas ini.

Dalam laporan praktikum ini, dibahas mengenai tekanan udara dalam gelas. Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mempelajari tentang tekanan udara dan bagaimana
tekanan udara dapat berfluktuasi dalam lingkungan tertutup, seperti gelas. Hal ini
dimaksudkan agar dengan melakukan sejumlah percobaan, kita dapat memahami
fungsi tekanan udara dalam berbagai skenario dunia nyata. Dengan sedikit
keberuntungan, laporan praktikum ini akan memberikan informasi yang mendalam
dan bermanfaat tentang tekanan udara dalam konteks praktik.

Dalam laporan praktikum ini kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan demi menjadikan
laporan ini lebih baik.

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Judul Percobaan....................................................................................................3

1.3 Tujuan Percobaan.................................................................................................3

1.4 Rumusan Masalah................................................................................................3

1.5 Manfaat Penelitian................................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................4

2.1 Pengertian Tekanan Hidrotatis.............................................................................4

2.3 Hukum Tekanan Udara........................................................................................6

BAB III PROSEDUR DAN LANGKAH KERJA.......................................................10

3.1 Cara Kerja..........................................................................................................10

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................12

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................13

5.1 Kesimpulan.........................................................................................................13

5.2 Saran...................................................................................................................13

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penjelasan ekstensif mengenai tekanan udara dan penggunaannya dalam menghisap
air tercakup dalam laporan praktikum tekanan udara penghisapan air. Proses fisik
yang terjadi dalam alat penghisap air. Gaya yang diberikan oleh partikel udara di
sekitar kita diukur secara fisik oleh sesuatu yang disebut tekanan udara. Udara
memiliki berat dan memberikan tekanan pada benda-benda di dekatnya di permukaan
Bumi. Evangelista Torricelli menemukan ide ini pada abad ke-17 ketika melakukan
eksperimen dengan tabung air raksa yang menghasilkan pengukuran tekanan
atmosfer.

Karena tekanan udara berdampak pada penggunaan teknologi dan peristiwa alam,
maka tekanan udara cukup signifikan. Seperti yang ditunjukkan oleh eksperimen lilin
kaca, oksigen sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, hewan, dan
tumbuhan. Untuk bertahan hidup, semua makhluk hidup membutuhkan oksigen.

Baik hewan maupun manusia membutuhkan oksigen untuk bernapas. Untuk proses
fotosintesis, tumbuhan membutuhkan oksigen. Karena oksigen adalah komponen vital
kehidupan, maka suatu organisme dapat binasa tanpanya. Proses pembakaran pada
lilin juga bekerja dengan cara yang sama. Jika lilin berada di tempat terbuka dengan
aliran udara yang cukup, lilin akan tetap menyala. Lilin akan padam dalam 4 detik
jika kita menutupnya dengan gelas, misalnya. Ketika mencoba menghisap air
menggunakan sedotan di dalam gelas, terjadi beberapa fenomena menarik yang
berkaitan dengan tekanan udara. Apabila Anda menghisap udara dari sedotan, tekanan
udara di dalam sedotan akan berkurang. Hal ini menyebabkan tekanan udara di luar
gelas lebih tinggi daripada di dalam gelas. Akibat perbedaan tekanan ini, air naik ke
dalam sedotan untuk menyeimbangkan tekanan antara di dalam dan di luar gelas.
Mengenali hukum Gay-Lussac dan menggunakannya dalam pengaturan dasar dengan
gelas yang berfungsi sebagai media eksperimen. Ide ini sangat penting untuk
memahami bagaimana variasi suhu dapat memengaruhi tekanan udara dan bagaimana
menggunakannya saat menghisap air dalam wadah tertutup, seperti gelas.

1
Hukum Gay-Lussac, yang ditetapkan pada awal abad ke-19 oleh fisikawan Prancis
Joseph Louis Gay-Lussac, menyatakan bahwa, dalam kondisi tertentu, tekanan
konstan gas dan suhu absolut berkorelasi secara langsung selama volumenya tetap
konstan. Dengan kata lain, tekanan gas akan meningkat sebagai respons terhadap
peningkatan suhu dan sebaliknya. Dalam konteks gas, hukum ini menawarkan
pemahaman mendasar tentang hubungan antara suhu dan tekanan.

Hukum Gay-Lussac menjadi dasar penyelidikan praktikum tekanan udara hisap


tentang bagaimana variasi suhu dapat memengaruhi tekanan udara di dalam gelas.
Molekul-molekul udara di dalam gelas akan bergerak dengan lebih banyak energi
kinetik ketika suhu di dalamnya meningkat, sehingga meningkatkan tekanan udara.

Gagasan tentang gerakan acak molekul gas juga membantu menjelaskan bagaimana
hukum Gay-Lussac diterapkan dalam praktikum ini. Energi kinetik molekul
meningkat seiring dengan meningkatnya suhu, yang menyebabkan tumbukan antar
molekul menjadi lebih sering dan lebih cepat. Menurut hukum Gay-Lussac, hal ini
akan menyebabkan tekanan udara di dalam gelas meningkat.

Sangat penting untuk menyadari bahwa praktikum ini mencakup gagasan tekanan
negatif dan vakum selain hukum Gay-Lussac. Tekanan internal gelas bisa saja turun
di bawah tekanan atmosfer eksternal saat menyedot air dari dalamnya. Karena tekanan
negatif yang tercipta dari peristiwa ini, air dapat masuk ke dalam gelas dengan cara
naik melawan gravitasi.

Akan mendapatkan kesempatan untuk melacak dan mencatat variasi tekanan udara di
dalam gelas dengan suhu yang berbeda selama praktikum ini. Melalui pemahaman
tentang modifikasi ini, peserta praktikum dapat mengamati penerapan hukum Gay-
Lussac dalam skenario dunia nyata, seperti tindakan menghisap air.

Selain itu, praktikum ini dapat memulai percakapan tentang penggunaan hukum Gay-
Lussac dalam domain teknologi, misalnya, dalam pembuatan sistem vakum atau
penyedotan air. Mendapatkan pemahaman tentang ide ini akan membantu dalam
desain dan peningkatan efisiensi perangkat-perangkat ini.

Sejarah hukum Gay-Lussac, penerapannya dalam pengaturan eksperimen praktis, dan


dasar-dasar fisika semuanya digabungkan dalam laporan praktikum tentang tekanan
2
udara penyedotan air dalam gelas dengan penerapan hukum tersebut. Peserta dalam
praktikum ini harus memiliki pemahaman yang lebih kuat tentang bagaimana suhu
dan tekanan udara berinteraksi dan dapat menerapkan pemahaman tersebut pada
skenario penyedotan air dasar. Secara keseluruhan, investigasi ini menawarkan dasar
yang kuat untuk pemahaman yang lebih dalam tentang konsep fisika yang rumit dan
bagaimana kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

1.2 Judul Percobaan


TEKANAN UDARA PENGHISAP AIR

1.3 Tujuan Percobaan


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memastikan dan memvalidasi bagaimana
udara memengaruhi nyala api ketika lilin menyala.

1.4 Rumusan Masalah


1. Apa yang membuat air masuk ke gelas ?

2. Apa air yang kental bisa menyerap ke gelas ?

3. Apa hanya air saja yang bisa masuk ke gelas ?

3
1.5 Manfaat Penelitian
1. Memahami bagaimana tekanan udara bekerja dalam konteks penghisap air
dapat membantu siswa atau peneliti memahami konsep fisika yang mendasari
fenomena ini.

2. Mengetahui bagaimana tekanan udara dapat digunakan untuk menghisap air


dalam gelas dapat membantu memahami aplikasi praktis dalam kehidupan
sehari-hari, seperti pada alat hisap minum atau pompa sederhana.

3. Melakukan praktikum ini dapat membantu pengembangan keterampilan


praktis, seperti pengamatan, pengukuran, dan analisis data eksperimental.

4. Meningkatkan rasa keingintahuan terhadap fenomena alam dan mendorong


peserta praktikum untuk mencari penjelasan lebih lanjut tentang prinsip-
prinsip fisika yang terlibat.

5. Membahas hasil penelitian praktikum dengan kelompok atau kelas dapat


membantu dalam pengembangan keterampilan komunikasi ilmiah.

4
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Tekanan Hidrotatis


Tekanan Hidrotatis merupakan tekanan yang berasal dari zat cair keseluruh arah pada
suatu benda. Tekanan ini dapat terjadi karena adanya gaya gravitasi. Gaya gravitasi
menjadi sebab dari berat partikel air menekan partikel yang ada di bawahnya.
Tekanan hidrotatis tekanan yang disebabkan oleh gaya yang ada pada zat cair
terhadap suatu luas bidang tekan pada kedalaman tertentu.

Semakin jauh jarak suatu titik dalam zat cair dari permukaannya, maka akan semakin
kuat pula tekanan hidrotatisnya. Maksudnya tekanan hidrotatis akan semakin
meningkat seiring bertambahnya kedalaman titik dari suatu zat cair.

Pada sebuah botol diberi tiga lubang dengan posisi ketinggiannya yang berbeda- beda.
Jarak pancaran air pada titik atau lubang yang paling bawah akan lebih jauh apabila
dibandingkan dengan titik yang berada di atasnya. Hal tersebut dikarenakan lubang
yang terletak di paling bawah akan mengalami tekanan hidrostatis yang paling besar
dibandingkan dengan dua titik lain yang berada di atasnya.

Pembentukan Udara dari campuran gas yang di perlukan oleh semua mahluk hidup.
Ketika berkerak, udara menekan ke segala sesuatu yang dilaluinya dan gerakan udara
oleh tekanan tersebut di sebut dengan angin. Bumi kita dilapisi oleh udara setebal 640
km, meskipun ringan tapi lapisan ini sangat tebal sehingga menekan ke tanah setara
dengan tekanan setebal 10,4 m.

Akibat tekanan tersebut dan banyaknya benturan oleh pergerakan benda yang ada di
bumi maka terbentuklah angin yang merupakan jenis udara bergerak. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Tekanan Udara. Faktor-faktor yang memengaruhi tekanan udara
adalah sebagai berikut.

5
a) Tinggi Rendahnya Tempat

Semakin tinggi suatu tempat, lapisan udaranya semakin. tipis dan semakin renggang,
akibatnya tekanan udara semakin rendah. Tekanan udara di suatu tempat pada
umumnya dipengaruhi oleh penyinaran matahari. Daerah yang banyak mendapat sinar
matahari mempunyai tekanan udara rendah dan daerah yang sedikit mendapat sinar
matahari mempunyai tekanan udara tinggi.

Tekanan udara pada suatu tempat berubah sepanjang hari. Alat pencatat tekanan udara
dinamakan barograf. Pada barograf tekanan udara sepanjang hari tergores pada kertas
yang dinamakan barogram. Bila hasilnya dibaca secara teliti, maka tekanan udara
tertinggi terjadi pada pukul 10.00 (pagi) dan pukul 22.00 (malam) dan tekanan rendah
terjadi pada pukul 04.00 (pagi) dan pukul 16.00 (sore).

b) Temperatur

Jika temperatur udaranya tinggi, maka volume molekul udara berkembang, sehingga
tekanan udara menjadi rendah, sebaliknya jika temperatur udara menjadi kecil. maka
tekanan udara menjadi tinggi

2.3 Hukum Tekanan Udara


Gas adalah fase materi yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
berbagai bidang ilmiah, seperti fisika, kimia, dan teknik. Pemahaman yang mendalam
tentang perilaku gas menjadi landasan penting dalam pembuatan desain sistem
perpipaan (Harfit et al, 2022), pemodelan atmosfer (Jacobson, 1999), dan menghitung
faktor kompresibilitas gas pada industri industri minyak dan gas (Kontogeorgis et al.,
2019). Saat mempelajari sifat gas, terdapat dua hukum dasar yang menjadi pijakan
utama, yaitu Hukum Gay-Lussac dan Hukum Boyle. Hukum Gay-Lussac, juga
dikenal sebagai Hukum Amontons, ditemukan oleh fisikawan Prancis Joseph Louis
Gay-Lussac pada tahun 1802. Hukum ini menyatakan bahwa pada suhu konstan,
tekanan gas akan meningkat secara proporsional dengan kenaikan suhunya (Kidnay et
al, 2019). Gay-Lussac melakukan eksperimen dengan menggunakan berbagai jenis
gas dan diukur tekanan serta suhu gas pada volume yang konstan. Hasil eksperimen
menunjukkan hubungan linier antara tekanan dan suhu gas. Sementara itu, Hukum
6
Boyle yang ditemukan oleh fisikawan Irlandia Robert Boyle pada tahun 1662,
menyatakan bahwa pada suhu konstan, volume gas akan berbanding terbalik dengan
tekanan yang diberikan padanya (Kidnay et al, 2019). Eksperimen yang dilakukan
oleh Boyle menggunakan tabung tertutup berisi gas, di mana dia memvariasikan
tekanan dan mengamati perubahan volume yang terjadi. Hasil eksperimen ini
menunjukkan bahwa ketika tekanan gas ditingkatkan, volume gas akan berkurang
secara proporsional.Meskipun Hukum Gay-Lussac dan Hukum Boyle memberikan
pemahaman yang baik tentang hubungan antara tekanan, suhu, dan volume gas pada
kondisi umum, kedua hukum ini memiliki keterbatasan dalam menjelaskan perilaku
sebenarnya dari gas. Salah satu keterbatasan tersebut terletak pada tidak seimbang
antara gaya tarik antar partikel dan gaya dorong partikel dalam gas. Hukum-hukum
tersebut mengasumsikan bahwa partikel gas adalah titik massa tanpa volume dan
tidak memperhitungkan gaya tarik antara partikel-partikelnya. Namun, pada tekanan
tinggi dan suhu rendah, volume partikel dan gaya tarik menjadi signifikan, dan
akibatnya, gas cenderung mengalami kondensasi menjadi cairan (Vestfálová et al,
2018). Johannes Diderik van der Waals, seorang fisikawan Belanda pada abad ke-19,
mengembangkan model matematis yang lebih kompleks pada gas yang dikenal
sebagai Model Gas van der Waals untuk mengatasi keterbatasan tersebut. Model ini
memperhitungkan adanya volume partikel gas dan gaya tarik antara partikel-
partikelnya (Nuriyah, 2021).

Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis perilaku gas nyata pada eksperimen
Hukum Boyle dan GayLussac dengan pendekatan model gas ideal dan model gas Van
der Waals. Pada penelitian ini akan dilakukan pemeriksaan apakah model gas Van der
Waals memberikan kesesuaian yang lebih baik dengan data eksperimental daripada
hukum gas ideal yang lebih sederhana. Analisis dilakukan dengan membandingkan
nilai Root Mean Square Error (RMSE) dan koefisien determinasi (R2) antara kurva
eksperimen terhadap kurva model persamaan gas ideal dan Van der Waals, kemudian
akan dapat ditentukan model mana yang memberikan hasil terbaik atau memiliki hasil
yang mendekati keadaan sesungguhnya. Root Mean Square Error (RMSE) adalah
metrik evaluasi yang digunakan untuk mengukur sejauh mana prediksi atau perkiraan
yang dibuat oleh model statistik yang cocok dengan nilai sebenarnya dalam data yang
diamati. RMSE menghitung perbedaan antara nilai sebenarnya dan nilai yang

7
diprediksi, dan kemudian mengambil akar kuadrat rata-rata dari seluruh perbedaan
kuadrat (Ćalasan et al, 2020). Sedangkan, koefisien determinasi (R2) digunakan untuk
mengukur seberapa baik variabilitas data dapat dijelaskan oleh model teori. Nilai R2
berkisar antara 0 dan 1, di mana 1 menunjukkan kesesuaian sempurna antara teori dan
data (Chicco et al, 2021).

Oksigen sangat berpengaruh dalam proses kelangsungan hidup manusia, hewan, dan
tumbuhan. Semua makhluk hidup membutuhkan Oksigen untuk mempertahankan
hidupnya. Manusia dan hewan membutuhkan oksigen untuk bernafas. Tumbuhan
membutuhkan oksigen untuk proses fotosintesis. Makhluk hidup bias mati tanpa
adanya oksigen, karena sumber utama makhluk hidup mampu bertahan hidup adalah
Oksigen

Begitu juga dengan proses pembakaran pada lilin. Lilin akan tetap menyala jika lilin
berada pada tempat terbuka dan cukup udara. Jika lilin yang menyala itu kita tutup
menggunakan gelas (misalnya), dalam waktu 4 detik, api itu akan padam. Hukum
Boyle menyatakan bahwa "dalam suhu tetap" untuk massa yang sama, tekanan
absolut dan volume udara terbalik secara proporsional. Hukum ini juga bisa
dinyatakan sebagai: secara agak berbeda, produk dari tekanan absolut dan volume
selalu konstan.

Kebanyakan udara berjalan seperti udara ideal saat tekanan dan suhu cukup.
Teknologi pada abad ke-17 tidak dapat memproduksi tekanan tinggi atau suhu rendah.
Tetapi, hukum tidak mungkin memiliki penyimpangan pada saat publikasi. Sebagai
kemajuan dalam teknologi membolehkan tekanan lebih tinggi dan suhu lebih rendah,
penyimpangan dari sifat udara ideal bisa tercatat, dan hubungan antara tekanan dan
volume hanya bisa akurat, dijelaskan sebagai teori udara sesungguhnya.
Penyimpangan ini disebut sebagai faktor kompresibilitas.

Robert Boyle (dan Edme Mariotte) menyatakan bahwa hukum tersebut berasal dari
eksperimen yang mereka lakukan. Hukum ini juga bisa berasal secara teori,
berdasarkan anggapan bahwa atom dan molekul dan asumsi tentang gerakan dan
elastis sempurna (lihat teori kinetis udara). Asumsi tersebut ditemukan dengan
resisten hebat dalam komunitas ilmiah positif saat itu, tetapi, saat mereka terlihat,
merupakan konstruksi teoretis murni yang tidak ada sedikit pun bukti pengamatan.
8
Pada tahun 1738, Daniel Bernoulli, mengembangkan teori Boyle menggunakan
Hukum Newton dengan aplikasi tingkat molekul. Ini tetap tidak digubris sampai kira-
kira tahun 1845, di mana John Waterston menerbitkan bangunan kertas dengan
persepsi utama adalah teori kinetis; tetap tidak digubris oleh Royal Society of
England. Kemudian, James Prescott Joule, Rudolf Clausius, dan Ludwig Boltzmann
menerbitkan teori kinetis udara, dan menarik perhatian teori Bernoulli dan Waterston.
di mana:

P.V=C

Dimana c = bilangan tetap (konstanta)

Bila tekanan diubah maka volum gas juga berubah maka rumus di atas dapat ditulis
sebagai berikut.

P1 . V1 = P2 . V2

Keterangan:

P1 =tekanan gasmula-mula (atm, cm,Hg,N/m2,Pa)

P2 =tekanan gas akhir (atm, cm Hg, N/m2, Pa)

V1 =volume gas mula-mula (m3, cm3)

V2 = volum gas akhir (m3, cm3)

p berarti sistem tekanan.

V berarti volume udara.

Selama suhu tetap konstan, jumlah energi yang sama memberikan sistem persis
selama operasi dan, secara teoretis, jumlah k akan tetap konstan. Akan tetapi, karena
penyimpangan tegak lurus diterapkanm, kemungkinan kekuatan probabilistik dari
tabrakan dengan partikel lain, seperti teori tabrakan, aplikasi kekuatan permukaan
tidak mungkin konstan secara tak terbatas, seperti jumlah k, tetapi akan mempunyai
batas di mana perbedaan jumlah tersebut terhadap. Kekuatan volume v dari kuantitas
tetap udara naik, menetapkan udara dari suhu yang telah diukur, tekanan p harus turun
secara proporsional. Jika dikonversikan, menurunkan volume udara sama dengan

9
meninggikan tekanan. Hukum Boyle biasa digunakan untuk memprediksi hasil
pengenalan perubahan, dalam volume dan tekanan saja, kepada keadaan yang sama
dengan keadaan tetap udara. Sebelum dan setelah volume dan tekanan tetap
merupakan jumlah dari udara, di mana sebelum dan sesudah suhu tetap (memanas dan
mendingin bisa dibutuhkan untuk kondisi ini), memiliki hubungan dengan persamaan.
Hukum Boyle, Hukum Charles, dan Hukum Gay-Lusaac menghasilkan hukum
kombinasi udara. Tiga hukum udara tersebut berkombinasi dengan Hukum Avogadro
dan disamaratakan dengan hukum udara ideal.

10
BAB III PROSEDUR DAN LANGKAH KERJA

3.1 Cara Kerja


1. Alat dan bahan :

- Lilin

- Gelas bening

- Piring

- Korek api

- Air 100mL

-Pewarna makanan

2. Langkah kerja

Percobaan 1:

- Menyiapkan alat dan bahan

- Nyalakan lilin di atas piring. Kemudian tutup lilin dengan gelas.

Percobaan 2:

- Menyiapkan alat dan bahan

- Nyalakan lilin diatas piring

- Tuang air sebanyak 100mL kedalam piring

- Tutup lilin dengan gelas

- Amati perubahan yang terjadi

11
Hasil Penelitian

Percobaan 1:

Api dari lilin tersebut padam pada saat ditutup oleh gelas.

Percobaan 2:

Api dari lilin tersebut padam pada saat ditutup oleh gelas dan menyebabkan air yang
berada diluar gelas tersedot masuk kedalam gelas.

Pada percobaan 1 dapat diketahui bahwa pada saat lilin ditutup dengan gelas, lilin
masih menyala karena masih ada udara dalam gelas. Lalu api memanaskan udara dan
kian habis dan akhirnya lilin padam karena kehabisan udara.

Sementara pada percobaan 2 dapat diamati air masuk ke dalam gelas setelah lilin
padam. Hal ini disebabkan tekanan udara di dalam gelas menyusut karena
pembakaran atau nyala lilin, lalu udara dalam gelas kososng, sehingga air tersedot
masuk ke dalam gelas.

12
BAB IV PEMBAHASAN

Mengapa pada praktikum tekanan penghisap udara ini terjadi lilin padam karena
oksigen yang ada di dalam gelas tidak cukup lagi untuk "membantu" proses
pembakaran (ingat oksigen diperlukan pada saat proses pembakaran). Oksigen
(molekul) yang berkurang menyebabkan tekanan yang ada di dalam gelas juga
berkurang, akibatnya terjadi perbedaan tekanan di dalam dengan di luar gelas.
Tekanan di luar gelas lebih besar dibandingkan dengan tekanan di dalam gelas,
akibatnya air yang berada di luar gelas masuk ke dalam gelas.

Hubungan antara tekanan udara dan penghisap air dapat dijelaskan dengan hukum
Pascal. Hukum Pascal menyatakan bahwa perubahan tekanan yang diberikan pada
cairan yang tertutup akan merambat ke segala arah dengan sama kuatnya. Dalam
konteks penghisap air, ketika tekanan udara di atas air dalam gelas berkurang
(misalnya ketika udara dihisap keluar melalui sedotan), tekanan udara di bawah air
dalam gelas akan mendorong air naik melalui sedotan untuk menyeimbangkan
tekanan. Ini mengilustrasikan bagaimana tekanan udara memengaruhi pergerakan air
dalam penghisap. Referensi untuk hukum Pascal dapat ditemukan dalam berbagai
sumber ilmiah tentang fisika dan prinsip-prinsip dasar mekanika fluida

Api membutuhkan oksigen untuk dapat menyala, namun pada saat ditutup oleh gelas
lama lama oksigen akan habis yang menyebabkan api dari lilin tersebut akan padam.
Air yang berada diluar gelas dapat tersedot kedalam gelas karena tekanan udara
didalam gelas lebih kecil dibandingkan tekanan udara yang berada diluar gelas
sehingga air tersebut tersedot kedalam gelas.

Air masuk ke gelas karena perbedaan tekanan udara di dalam dan di luar gelas,
menciptakan gaya hisap. Air yang kental mungkin memiliki resistensi lebih besar,
namun kekentalannya bisa memengaruhi sejauh mana air diserap oleh gelas.
Praktikum ini mungkin fokus pada kemampuan air untuk masuk ke gelas, tetapi sifat
air kental bisa menjadi pertimbangan dalam prosesnya.

13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian maka dapat kami ambil kesimpulan. yaitu udara berpengaruh
terhadap pembakaran lilin, dibuktikan dengan padamnya lilin saat lilin ditutup dengan
gelas.

Hal ini disebabkan karena ketika terjadi pembakaran dalam gelas, awalnya terjadi
pengembangan udara, pada saat yang sama terjadi peningkatan uap air dalam udara.
Lilin ditutup dengan gelas akan padam karena kehabisan oksigen. Diruang tertutup
oksigen terbatas, hasil pembakarannya Karbondioksida mengumpul digelas, sehingga
lilin padam kehabisan oksigen. Dari kedua percobaan dan pengamatan yang telah
dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Proses pembakaran memerlukan
udara dan ketika udara mendingin, tekanannya menyusut.

5.2 Saran
1. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam, disarankan untuk
melakukan variasi eksperimen dengan mengubah beberapa variabel seperti
suhu atau jumlah air dalam gelas.

2. Mengingat kompleksitas tekanan udara, penelitian lanjutan dapat dilakukan


untuk mengeksplorasi dampak variasi tekanan udara pada berbagai cairan dan
kondisi lingkungan.

3. Melibatkan alat pengukur tekanan udara yang lebih canggih atau sensor-sensor
modern dapat meningkatkan presisi eksperimen dan memberikan data yang
lebih akurat.

14

Anda mungkin juga menyukai