Anda di halaman 1dari 7

54

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Universitas Aufa Royhan

3.1.2 Waktu

Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Dan Waktu Penelitian

Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun


Mengajukan Judul
pendahuluan
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal
Revisi Proposal
Pengumpulan Data
Ujian Skripsi

3.2 Alat Dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti neraca analitik,

drying oven , rotary evaporator , lemari pendingin , pH meter , thermometer ,

alat-alat gelas dari Pyrex (gelas ukur, erlenmeyer, beaker glass, batang pengaduk,

tabung reaksi), perkolator, cawan porselen, cawan petri, pipet ukur, pipet tetes,

bunsen, viskometer Ostwald, incubator , autoklaf, perforator, jangka sorong , pipet

mikro.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah tawas dan bunga kecombrang yang di

peroleh dari pasar sagumpal bonang di Kota padangsidempuan, tawas, NaOH,

54
55

propil paraben, isopropil alkohol, gliserin, propilenglikol, mentol, twin, pewangi,

aquades, Na (Oktaviana et al., 2019).

3.3 Sampel

3.3.1 Bunga Kecombrang (Etlingera elatior)

Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih bunga kecombrang

(Etlingera elatior) yang segar berwarna ping muda,di proleh dari pasar sagumpal

bonang di Kota Padangsidempuan.

3.3.2 Tawas

Tawas di dapatkan dengan cara dibeli di pasar sagumpal bonang di Kota

padangsidempuan .

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Pembuatan Simplisia Bunga Kecombrang (Etlingera elatior)

Bunga kecombrang (Etlingera elatior) dibersihkan dari kotoran (sortasi

basah), kemudian Bunga kecombrang (Etlingera elatior), tersebut dicuci dibawah

air mengalir, ditiriskan. Selanjutnya lakukan proses perajangan pada Bunga

kecombrang (Etlingera elatior) yang sudah bersih. Pengeringan dilakukan dengan

cara alamiah yaitu dengan cara diangin-anginkan didalam ruangan tidak dijemur

secara langsung di bawah matahari selama 1 hari sampai sampel benar-benar

kering. Setelah kering, Bunga kecombrang (Etlingera elatior) di sortasi kering

(dipisahkan dari pengotor), kemudian Bunga kecombrang (Etlingera elatior)

yang telah kering dihaluskan dengan cara diblender sampai menghasilkan sari,

setelah itu sari tersebut di saring. Hasil sari kemudian ditimbang (Ramdani,

Mulqie and Maulana, 2018).


56

3.4.2 Pembuatan Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior)

Bunga kecombrang yang dicincang dikeringkan tetapi tidak dijemur di

bawah matahari secara langsung, bunga kecombrang yang sudah kering kemudian

ditimbang, bunga kecombrang yang telah ditimbang kemudian diperkolasi dengan

1,5 liter etanol selama 48 jam kemudian disaring menghasilkan ekstrak

kecombrang, setelah itu ekstrak kecombrang dibiarkan terbuka selama 48 jam

untuk menghilangkan bau alkohol pada ekstrak kecombrang kemudian ekstrak

bunga kecombrang disimpan di lemari pendingin (Ramdani, Mulqie and Maulana,

2018).

3.5 Skrining Fitokimia

Pengujian fitokimia dilakukan meliputi pemeriksaan alkaloida

menggunakan pereaksi Dragendorf dan Mayer, pemeriksaan flavonoida

menggunakan pereaksi HCl pekat dan logam Mg, pemeriksaan steroid

menggunakan pereaksi Lieberman Burchard, pemeriksaan saponin menggunakan

aquadest, dan pemeriksaan tanin menggunkan pereaksi FeCl₃ (Cho, Chatterjee

and Brennan, 2018).

3.6 Formulasi Sediaan Deodoran Spray

Tabel . Formula Deodoran Spray Ekstrak Bunga kecombrang

Bahan Formula
F0 F1 F2 F3
1. Ekstrak bunga kecombrang 0 5 10 15
2. Tawas 0 5 8 11
3. NaOH 0,1 0,1 0,1 0,1
4. Propil paraben 0,15 0,15 0,15 0,15
5. Isopropel alcohol 6 6 6 6
6. Gliserin 3 3 3 3
7. Propilen glikol 12 12 12 12
8. Mentol 1,1 1,1 1,1 1,1
9. Twin 80 5 5 5 5
10. 10.Pewangi 3 3 3 3
57

11. Aquqdes ad 100 ad 100 ad 100


12. Na ad100

3.7 Pembuatan Deodoran Spray

Alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembuatan deodoran spray

disiapkan sesuai dengan yang tertera pada tabel formulasi. Ekstrak etanol bunga

kecombrang dilarutkan terlebih dulu dengan etanol 96% secukupnya dan

dimasukkan ke dalam botol. Propilenglikol ditambahkan ke dalamnya, dikocok

perlahan hingga homogen. Etanol 96% yang tersisa ditambahkan,kemudian kocok

perlahan hingga homogen. Setelah itu Aquadest ditambahkan hingga batas 100

mL, dikocok perlahan hingga homogen, dan botol dikemas dengan rapih

(Oktaviana et al., 2019).

3.8 Uji Stabilitas Deodoran Spray

Uji stabilitas deodoran spray dilakukan dengan car menggunakan metode

cycling test dimana sampel sediaan deodoran spray yang disimpan pada suhu ±

4oC selama 24 jam dan ± 40oC selama 24 jam (1 siklus). Pengujian dilakukan

yaitu selama 6 siklus (Lumentut et al., 2020).

3.9 Uji Aktivitas Deodoran Spray Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Larutan uji yang digunakan dalam uji aktivitas ini meliputi sediaan deodoran

spray ekstrak bunga kecombrang dengan konsentrasi 12%, 14%, dan 16%, kontrol

negatif berupa sediaan basis,dan kontrol positif berupa larutan suspensi injeksi

amoxicillin 0.005%. Pengujian aktivitas antibakteri ini dilakukan menggunakan

metode difusi lubang dengan cara menuangkan 1,5 mL suspensi bakteri kedalam

erlenmeyer yang berisi 82 mL media nutrien agar dan dikocok hingga homogen

kemudian dituangkan ke dalam cawan petri sebanyak 17 mL dalam keadaan

hangat dan dibiarkan memadat pada suhu kamar selama 15-30 menit. Cawan
58

petriditandai dengan label untuk menempatkan posisi lubang yang akan diisi

larutan uji dan larutan kontrol. Media dilubangi menggunakan perforator dengan

diameter 6 mm sesuai dengan tanda yang sudah dibuat. Larutan uji deodoran

spray konsentrasi 10%, 12%, 14%,larutan kontrol positif serta larutan kontrol

negatif sebanyak 20 mL (0,02 mL) dimasukkan ke dalam masing-masing lubang

menggunakan mikropipet. Di biarkan selama lebih kurang 2 jam agar terdifusi

kemudian inkubasikan pada suhu 37oC selama 18-24 jam dengan posisi cawan

petri tidak terbalik (Kurniasari, 2020).

3.10 Uji Organoleptis

Menyiapkan sediaan deodoran spray yang sudah dibuat, lalu mengamati

bentuk, warna, bau dan tekstur pada sediaan yang dibuat (Wulandasari, 2019).

3.11 Uji pH

Uji pH terhadap sediaan deodoran spray ekstrak etanol herba kemangi

dilakukan dengantujuan untuk mengetahui nilai keasaman sediaan. Sediaan

diharapkan tidak bersifat terlaluasam karena dapat mengiritasi kulit dan juga tidak

bersifat terlalu basa karena dapat membuat kulit menjadi kering (Oktaviana et al.,

2019).

3.12 Uji Viskositas

Uji viskositas memberikan gambaran resistensi suatu zat cair dalam mengalir.

Viskositas yang tinggi mengindikasikan resistensi aliran akan semakin besar

(Puspita, Puspasari and Shabrina, 2021).


59

3.13 Uji waktu kering

Uji waktu kering terhadap sediaan deodoran spray ekstrak bunga kecombrang

dilakukan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sediaan

mengering ketika digunakan (Oktaviana et al., 2019).

3.14 Uji Berat Jenis

Pengujian berat jenis dilakukan dengan menggunakan alat yaitu piknometer

kosong yang sudah dibersihkan dan dalam keadaan kering dan juga telah

dikalibrasi dengan menetapkan berat piknometer dan berat air pada suhu 25°C dan

mengatur hingga air kurang lebih 20°C, kemudian mengatur hingga suhu

piknometer yang telah diisi hingga 25°C. Selanjutnya memasukkan air ke dalam

piknometer dan menimbangnya. Memasukkan zat uji ke dalam piknometer,

kemudian membuang kelebihan zat uji yang dibuat dengan tissue, kemudian

mengurangkan berat piknometer kosong dengan berat piknometer yang telah di isi

(Oktaviana et al., 2019).

3.15 Uji Kesukaan

Uji ini dilakukan terhadap 25 responden secara uji sampel terbuka, Uji

sampel terbuka dilakukan dengan cara menyemprotkan sediaan pada kulit ketiak,

didiamkan selama kurang lebih 10 menit dan diamati hasilnya (Pujianty et al,

2016).

Kriteria Inklusi

a) Pria dan wanita dewasa 18-25 tahun.

b) Bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent.

Kriteria Eksklusi

a) Memiliki penyakit kulit.


60

b) Memiliki alergi pada kulit yang dapat menyebabkan hasil penelitian tidak

baik.

Anda mungkin juga menyukai