Dear Hoesin'ers, tahukah anda Angka kejadian gagal ginjal kronis di Indonesia berdasarkan data dari
Riskesdas, (2018) yaitu sebesar 0,38 % dari jumlah penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka
terdapat 713.783 jiwa yang menderita gagal ginjal kronis di Indonesia (Riskesdas, 2018)
Fungsi ginjal adalah untuk membuang zat yang berbahaya bagi tubuh, menyerap kembali nutrisi penting,
mengatur volume cairan dan elektrolit, serta memproduksi hormon.
Namun ketika ginjal tidak dapat melakukan fungsi-fungsinya tersebut diatas pasien akan mengalami
retensi cairan, kelainan elektrolit dan akumulasi zat beracun, sehingga pasien membutuhkan terapi
pengganti ginjal.
Salah satu terapi pengganti ginjal yang banyak di pilih oleh pasien adalah hemodialysis. Walaupun
memperpanjang usia, hemodialysis ( HD ) dapat memicu komplikasi hemodinamik dan nutrisi, karena
selama tindakan HD tidak hanya zat zat yang tidak berguna dikeluarkan (urea) tetapi juga zat zat penting
untuk tubuh (asam amino, peptide, vitamin dan glukosa) selain kehilangan nutrisi peningkatan
katabolisme juga terjadi selama HD, sehingga pasien HD berisiko tinggi kehilangan cadangan protein dan
energi tubuh.
Status nutrisi yang buruk akan menyebabkan pasien mengalami malaise dan fatigue, rehabilitasi jelek,
penyembuhan luka terganggu, kepekaan terhadap infeksi meningkat dan angka rawat inap serta
mortalitas meningkat.
Malnutrisi umum terjadi pada pasien hemodialisis rutin. Prevalensi 40% dari gizi buruk ditemukan pada
pasien dengan gagal ginjal kronik pada awal menjalani dialisis.
Seperti yang ditunjukkan oleh beberapa penelitian cross-sectional di Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa,
pasien gagal ginjal stadium akhir (ESRD) yang mendapat terapi pengganti hemodialisis rutin beresiko
kekurangan gizi. Bahkan hampir setiap studi meneliti status gizi pasien hemodialisis menunjukkan bahwa
pasien sering kekurangan energi protein. Pasien mungkin tidak makan dengan cukup karena kehilangan
nafsu makan. Anoreksia dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti retensi racun uremik dan asidosis
metabolik kronis, yang merupakan faktor penting katabolik.
Selama sesi hemodialisis (HD), kuantitas asam amino yang hilang bisa (4-9 g dalam keadaan puasa dan 8-
12 g pasca-prandially). Kekurangan energi protein (KEP) merupakan salah satu komplikasi lazim muncul
pada pasien yang menjalani hemodialisis.
Kebutuhan protein pasien yang dilakukan hemodialysis diperkirakan 1,2 ± 0,2 g / kg / hari.
Secara umum 50% protein ini harus berasal dari protein yang bernilai biologis tinggi & mengandung
asam amino esensifl lengkap. seperti daging, ikan, unggas, tahu, telur, susu, dan keju. Adapun buah-
buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian.Contoh protein bernilai biologis rendah.
2. Kebutuhan energi
Bagi pasien hemodialisis tidak ada batasan yang tepat, meskipun umumnya 35 kkal/kg/hari untuk
pemeliharaan. Pada situasi yang stres atau malnutrisi, kebutuhan kalori bisa mencapai 40 hingga 45
kkal / kg / hari. Pasien dengan obesitas, 25 sampai 30 kkal/kg/hari.
3. Pengendalian kalium
Hampir semua makanan mengandung kalium, termasuk buah-buahan serta sayuran tertentu. Ketika
keluaran urin turun di bawah 1000 mL / harii, kalium harus dikontrol dalam makanan. Asupan sekitar 70
mEq atau 2.730 mg / hari aman untuk sebagian besar pasien hemodialisis.
4. Kebutuhan natrium
Asupan natrium sekitar 87 mEq atau 2000 mg / hari natrium sesuai untuk kebanyakan pasien
hemodialisis. Penyesuaian dapat dilakukan tergantung pada tekanan darah, keluaran urin, dan ada
tidaknya edema.
Umumnya asupan cairan yang dianjurkan adalah 500-600 mL / hari ditambah jumlah urin yang keluar
dalam 24 jam. Cairan yang terkandung dalam makanan, seperti buah-buahan dan sayuran, biasanya
tidak dihitung dalam jumlah ini.
Makanan yang berbentuk cair seperti suhu, sup, gelatin, dan es, termasuk yang dihitung dalam cairan
harian. Peningkatan berat badan interdialitik yang dapat diterima adalah 1,5 kg, atau kurang dari 3%
berat badan.
Asupan fosfor harus dibatasi hingga 800 sampai 1200 mg / hari pada pasien CKD stadium (KDOQI Clinical
Practice Guidelines for Bone Metabolism, 2003).
7. Suplemen vitamin
Pasien yang menjalani dialisis mungkin membutuhkan suplementasi vitamin B 3 , B 2 , dan B 12 , biotin,
asam pantotenat, dan niasin, serta 800 hingga 1000 mcg asam folat dan 10 mg piridoksin (B 6 ).
Suplementasi vitamin C dibatasi hingga 60 mg / hari. Dosis vitamin C yang lebih tinggi harus dihindari
untuk mencegah akumulasi oksalat, suatu metabolit asam askorbat.
Kekurangan seng dapat ditemukan pada beberapa pasien Pasien yang menunjukkan tanda-tanda
defisiensi seng — seperti hipogeusia (kehilangan indera perasa), penyembuhan luka yang tertunda, atau
alopecia.
Jika terdapat defisiensi zat besi, pemberian zat besi intravena atau suplementasi zat besi oral
diperlukan.
4. Mencegah atau memperbaiki toksisitas uremi dan berbagai kelainan metabolik yang
Putih telur :Putih telur merupakan makanan yang baik untuk ginjal
Selain itu, bahan makanan ini cocok untuk pasien dialisis yang memerlukan banyak protein tapi tetap
harus mengurangi asupan fosfornya.
. Dada ayam tanpa kulit :Dada ayam merupakan makanan yang baik untuk pasien cuci darah karena kaya
akan protein, tapi kandungan fosfor dan natriumnya tetap rendah.
Ikan :Ikan merupakan sumber asam lemak omega-3 lemak menyehatkan yang membantu mengurangi
peradangan dalam tubuh Anda. Dibanding seafood lainnya, ikan juga lebih rendah fosfor sehingga aman
untuk ginjal pasien dialisis.
Yang paling penting adalah pola makan yang tepat dapat membantu perawatan pasien gagal ginjal. Oleh
karena itu, pilihlah makanan bagi ginjal mengandung zat gizi beragam agar tubuh Anda senantiasa bugar
selama melakukan cuci darah.
Secara singkat terapi dialisis untuk pasien dengan penyakit ginjal akut atau kronis dapat memberikan
hasil yang optimal bagi pasien jika dikombinasikan dengan manajemen nutrisi yang efektif dan tepat.
Meskipun manajemen diet pada akhirnya menjadi tanggung jawab pasien atau pengasuh, anggota tim
interdisipliner memainkan peran penting dalam mendidik dan memperkuat informasi diet yang
disesuaikan dengan individu dan dipantau keefektifannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bergstorm, Jonas MD, 1995 Why Are Dialysis Patients Malnourished? Dalam American Journal
of Kidney Disease Vol 26 No 1
Kresnawan, Triyani. 2002. Pengukuran Status Gizi dengan Menggunakan SGA (Subjektive
Global Assesment) dalam ASDI Edisi Khusus 2002 ISSN 1412.646 X. Jakarta: Media
Dietetik NKFKDOQI Guidelines, 2006. Hemodialysis Adequacy Peritoneal Dialysis Adequacy Vascular
Access. Available at :
http://www.kidney.org/professionals/kdoqi/pdf/ckd_evaluation_clasificattion_stratificattion.pdf
Sukandar, 2006. Gagal Ginjal Dan Panduan Terapi Dialisis. Pusat Informasi Ilmiah (PII)