Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KEGIATAN WEBINAR

TEMA KEGIATAN

1. WORKSHOP WEBINER PAUDPEDIA EPISODE 3


(TIGA) , DENGAN TEMAN “MERANCANG
PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA ANAK”.

PEMATERI WEBINER

KEYNOTE SPEAKER

DR. MUHAMMAD HASBI (DIREKTUR PAUD


KEMENDIKBUDRISTEK RI

NARASUMBER

ANNE GRACIA (VIGORACTION PRAKTISI PAUD DAN


PENDIDIKAN KELUARGA)
MUHAMMAD AKKAS (ASOSIATE PROGRAM MANAJEMEN
KALANANTI)
EMELDA (PENGELOLA PAUD AL-FA'IZIN TANAH DATAR DAN
DOSEN PG PAUD UNIVERSITAS ADZKIA SUMBAR
2. MODERATOR
3. -FARIDA ARIYANI KANGIDEN (PENGLOLA
PAUD AL-KAUTSAR CILEGON, BA
4.
5.
6.
7.
8.
9.

1
10.
A. TUJUAN WEBINER

11.

12. ADAPUN TUJUAN MENGAMATI DAN MENYIMAK WEBINAR


INI ANTARA LAIN SEBAGAI BERIKUT :
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang menuliskan WEBINER
“Merancang Pembelajaran Yang Berpusat Pada Anak” dalam bentuk
Artikel atau Feature (Non fiksi).
2. Untuk mengetahui Strategi pembelajaran kelas yang berpusat pada
anak merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berupaya
mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak secara optimal.
Kelas yang berpusat pada anak merupakan salah satu implementasi
dari pendekatan belajar aktif.
3. Berdasarkan perumusan masalah yang akan di tanyakan sebagai
panduan dalam pembuatan makalah ini, Perlu kiranya memerlukan
tujuan pembahasan sebagai jawaban atas perumusan masalah.
Adapun tujuan pembahasan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui
konsep dasar pada pendekatan pembelajaran berpusat pada anak 2.
Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran berpusat pada anak 3.
Untuk mengetahui model pembelajaran yang berada pada
pendekatan berpusat pada anak 4. Untuk mengetahuiprinsip –
prinsip pendekatan pembelajaran berpusat pada anak 5. Untuk
mengetahui keunggulan dan kelemahan pendekatan pembelajaran
berpusat pada anak
4.
SUBJEK WEBINER
5.
6. Belajar adalah proses menjadikan anak menjadi tahu, mengerti,
memahami dan menginternalisasi pengetahuan. Dalam hal ini tentu saja
anak merupakan subjek sekaligus pusat kegiatan belajar.
7. Sebagai pusat pembelajaran, kebutuhan anak harus terpenuhi.
Anak perlu merasa aman, nyaman, berharga, dicintai, dan dipahami. Ini
adalah kebutuhan primer, tidak bisa dihilangkan. Perasaan aman,
nyaman, berharga, dicintai, dan dipahami akan mendorong munculnya
motivasi dan kesadaran anak untuk belajar.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
2
RANGKUMAN WABINER
14.
15. Belajar adalah proses menjadikan anak menjadi tahu, mengerti,
memahami dan menginternalisasi pengetahuan. Dalam hal ini tentu saja
anak merupakan subjek sekaligus pusat kegiatan belajar.
16. Sebagai pusat pembelajaran, kebutuhan anak harus terpenuhi.
Anak perlu merasa aman, nyaman, berharga, dicintai, dan dipahami. Ini
adalah kebutuhan primer, tidak bisa dihilangkan. Perasaan aman,
nyaman, berharga, dicintai, dan dipahami akan mendorong munculnya
motivasi dan kesadaran anak untuk belajar.
17. Setelah tumbuh motivasi belajarnya, anak perlu hal yang
menyenangkan dalam belajar. Apa yang dekat dan dikenal baik oleh
anak merupakan hal yang menyenangkan bagi anak. Oleh sebab itu,
pembelajaran dikejar ke arah yang kontekstual. Sesuatu yang akan
mudah dipahami anak karena anak sudah mendapatkan pengalamaan
dalam bentuk lain yang berhubungan dengan materi yang dibelajarkan.
18. Apakah ini berarti pembelajaran sudah berpusat pada anak?
Belum! Berpusat pada anak berarti pembelajaran dan semua yang
menyertainya disesuaikan dengan kebutuhan, gaya dan cara belajar,
kemampuan, serta kondisi mental, psikologis, dan sosial anak. Artinya
guru perlu mengenali benar anak didiknya. Mengetahui hobi, makanan
kesukaan dan “hal-hal kecil” lainnya mutlak diperlukan.
19. Selanjutnya guru mempersiapkan skenario pembelajaran dimana
setiap anak mempunyai kesempatan berkembang secara optimal dengan
semua latar belakang yang dimilikinya. Derajat keberagaman metode
dan pendekatan pembelajaran berbanding lurus dengan tingkat
kemajemukan yang ada dalam kelas.
20. Prinsip pembelajaran yang berpusat pada anak lainnya adalah
menjadikan anak sebagai subjek pembelajaran. Sebagai subjek, anaklah
yang aktif membangun pengetahuannya. Jika ternyata guru masih
dominan dalam proses pembelajaran, maka ia sudah mengambil hak
anak untuk memberdayakan dirinya.
21. Makna lainnya adalah apa yang dibelajarkan berangkat dari
kebutuhan anak, cara mengajarkannya sesuai dengan kondisi anak, dan
pendekatan yang dipakai berdasarkan dunia anak.
22. Kebutuhan tiap anak sangat beragam. Dari segi kemampuan, ada
yang perlu pengayaan, ada juga yang perlu pengulangan. Perlakuan pun
berbeda. Memotivasi tidak akan sama caranya bagi setiap anak.
Termasuk didalamnya cara berkomunikasi, menyelesaikan masalah, dan
cara melakukan pendekatan.
23. Pembelajaran yang berpusat pada anak membuat anak
memahami pentingnya materi yang dipelajari. Membantu mereka
mengidentifikasi manfaatnya bagi diri sendiri untuk kemudian
dipancarkan bagi kemanfaatan manusia.
24. Hal ini mensyaratkan adanya proses pemaknaan materi, bukan
sekedar menguasainya saja. Pemaknaan akan terjadi bila anak
mengetahui manfaat bagi dirinya. Disinilah muncul keragaman. Anak
3
bisa mengidentifikasi manfaat yang berbeda dari temannya. Nah, saat
itulah guru mempunyai peran menguatkannya sehingga anak
memperoleh pelecut semangat sekaligus melakukan aktivitas belajar
dengan kesadaran diri.
25. Sedangkan dari sisi materi, pembelajaran yang berpusat pada
anak memilih materi yang dekat dengan anak. Materi selalu dikaitkan
dengan pengalaman-pengalaman yang pernah dirasakan. Materi yang
bersifat abstrak sebisa mungkin dibawa dalam bentuk yang konkret.
26. Pembelajaran yang berpusat pada anak mensyaratkan
keterlibatan anak. Pembelajaran diorientasikan pada pengalaman secara
langsung, hingga pada akhirnya anak bisa menemukan hubungan antara
materi dengan situasi kehidupan nyata. Tidak hanya berhenti di
pemahaman, dalam pembelajaran yang berpusat pada anak seorang
anak mendapatkan bimbingan agar mampu mengaplikasikan
pengetahuan dalam kehidupan.
27.
Pembelajaran yang berpusat pada anak memfokuskan
28. Perencanaan dan pengelolaan pembelajaran pada kebutuhan
29.
30. Dan minat anak.
31.
32. Kita tidak bisa menyimpulkan langsung bahwa dengan melihat
kegiatan anak, apakah anak bersenang-senang atau menikmati kegiatan
pembelajar!
33. Kita perlu gali lebih dalam minat anak dengan melakukan
observasi, karena tidak tidak dapat menyimpulkan bahwa kegiatan yang
berlangsung apakah berpusat pada anak atau pada guru yang
melakukan perencanaan. Dalam hal ini guru harus melakukan
perencanaan yang terdiri dari:
34. 1. Mengamati kebutuhan anak
35. 2. Mengamati minat anak
36. 3. Rencanakan strategi pengelolaan pembelajaran dan
lingkungannya
37. 4. Rencanakan Bentuk Asesmen
38.
39. Program kelas yang berpusat pada anak merupakan salah satu
strategi belajar
40.
41. Aktif, yang menjadikan anak sebagai pusat dari seluruh kegiatan
di kelas. Program ini
42.
43. Berupaya memfasilitasi seluruh aspek perkembangan anak
secara optimal dengan
44.

4
45. Penekanan pada aspek-aspek pembelajaran yang berorientasi
perkembangan,
46.
47. Individualisasi pengalaman belajar serta partisipasi keluarga
melalui kegiatan yang Direncanakan.
48.
49. Upaya lain yang dapat ditempuh oleh pihak sekolah adalah
dengan cara memberikan kesempatan kepada pihak keluarga untuk
terlibat dalam kegiatan di kelas, dengan cara menjadi fasilitator di pusat
kegiatan atau mengundang mereka
50. untuk menjadi nara sumber. Selain itu, pihak sekolah dapat
mengupayakan terjalinnya komunikasi yang harmonis dengan pihak
keluarga, dengan cara
51. melakukan kunjungan rumah, serta mengoptimalkan papan
bulettin yang terdapat di
52. sekolah sebagai media komunikasi.
53. Pada prinsipnya, segala upaya untuk memfasilitasi seluruh
aspek
54. perkembangan anak secara optimal dapat tercipta melalui
kesungguhan pihak-pihak
55. yang terlibat dalam program pendidikan tersebut. Kesetaraan serta
rasa tanggung jawab yang besar dari masing-masing pihak akan
membantu pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan
56.
57.
58.
59.
60. F. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA
ANAK
61. Berikut terdapat Kelebihan dan kelemahan pembelajaran berpusat
pada anak. Model pembelajaran student center, pada saat ini
diusulkan menjadi model pembelajaran yang sebaiknya digunakan
karena memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan yaitu[3] :
62. Keunggulannya, antara lain :
63. 1. Anak akan dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi
miliknya sendiri karena diberi kesempatan yang luas untuk
berpartisipasi
64. 2. Anak memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran;
65. 3. Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajara sehingga
akan terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar-membelajarkan
di antara Anak
66. 4. Dapat menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi guru
karena sesuatu yang dialami dan disampaikan anak mungkin belum
diketahui sebelumnya oleh guru

5
67. 5. Mengaktifkan anak
68. 6. Mendorong anak menguasai pengetahuan
69. 7. Mengenalkan hubungan antara pengetahuan dan dunia nyata
70. 8. Mendorong pembelajaran secara aktif dan berpikir kritis
71. 9. Mengenalkan berbagai macam gaya belajar
72. 10. Memperhatikan kebutuhan dan latar belakang pembelajar
73. 11. Memberi kesempatan pengembangan berbagai strategi
assessment
74.
75. Kelemahannya, antara lain :
76. 1. Sulit diimplementasikan pada kelas besar (jumlah anak banyak)
77. 2. Memerlukan waktu lebih banyak
78. 3. Tidak cocok untuk anak yang tidak terbiasa aktif, mandiri, dan
ddemokratis
79.
80.
81. G. ISTILAH-ISTILAH BARU
ii.
1. Seiring dengan makin gencarnya program pemerintah dalam
mensosialisasikan Kurikulum Merdeka atau Kurikulum 2022,
terdapat beberapa istilah baru di kurikulum merdeka ini yang
sebelumnya belum pernah diperkenalkan pada kurikulum-
kurikulum sebelumnya. Istilah populer di kurikulum merdeka ini
harus Guru Pintar ketahui supaya tidak gagap saat menerapkan
Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan masing-masing. Berikut ini
beberapa istilah baru dalam kurikulum Merdeka:
2.
3. ISTILAH-ISTILAH KURIKULUM MERDEKA 2022
4.
5. Kurikulum ini merupakan langkah dari pemerintah untuk mengatasi
krisis pembelajaran. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Nadiem
Anwar Makarim. Meskipun pada saat ini sekolah masih diberikan
pilihan kurikulum yang diimplementasikan di sekolahnya, namun
berbagai seminar dan pelatihan seputar Kurikulum Merdeka sudah
gencar diadakan, baik secara offline maupun online. Dengan
demikian semua sekolah dan pihak-pihak terkait di dalamnya sudah
siap menerapkan kurikulum ini pada tahun 2024 nanti.
6.
7. Seiring dengan makin gencarnya program pemerintah dalam
mensosialisasikan Kurikulum Merdeka atau Kurikulum 2022,
terdapat beberapa istilah baru di kurikulum merdeka ini yang
sebelumnya belum pernah diperkenalkan pada kurikulum-
kurikulum sebelumnya. Istilah populer di kurikulum merdeka ini
harus Guru Pintar ketahui supaya tidak gagap saat menerapkan

6
Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan masing-masing. Berikut ini
beberapa istilah baru dalam kurikulum Merdeka:
8.
Capaian Pembelajaran (CP)
9.
10. Istilah baru yang ada di kurikulum merdeka yang pertama adalah
Capaian Pembelajaran atau sering disingkat CP. Capaian
Pembelajaran atau CP ini juga menjadi pengganti KI dan KD dalam
kurikulum 2013 (Kurtilas). Dalam format Capaian Pembelajaran
tidak ada lagi pemisahan antara aspek pengetahuan, keterampilan
dan sikap seperti dalam KI dan KD. Semua aspek tersebut digabung
dan diintegrasikan ke dalam satu paragraf utuh.
11.
12. Capaian Pembelajaran dibuat berdasarkan pembagian fase. Dalam
CP di setiap fase dapat dilihat deskripsi yang mencakup
pengetahuan, keterampilan, serta kompetensi umum yang Kemudian
diturunkan menjadi capaian pembelajaran menurut elemen yang
dipetakan berdasarkan perkembangan siswa.
13.
Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)
14. Dalam Kurtilas dikenal adanya silabus. Istilah dalam ilmu keguruan
serta relevansinya dari silabus dalam Kurikulum Merdeka adalah
Alur Tujuan Pembelajaran (ATP). Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)
merupakan rangkaian tujuan pembelajaran yang tersusun secara
sistematis dan logis, menurut urutan pembelajaran sejak awal
hingga akhir suatu fase. Alur tujuan pembelajaran (ATP) ini memiliki
fungsi yang sama dengan Silabus pada kurikulum 2013 (Kurtilas),
yaitu sebagai acuan perencanaan pembelajaran. Penyusunan ATP
dalam kurikulum Merdeka dilakukan dengan menganalisis Capaian
Pembelajaran. ATP ini kemudian dijadikan sebagai panduan guru
dan siswa untuk mencapai Capaian Pembelajaran di akhir fase
tersebut. Komponen Tujuan Pembelajaran dapat memuat tiga aspek,
yaitu: Kompetensi, konten, dan variasi. Alur tujuan pembelajaran
dalam satu fase dapat memberikan gambaran tentang cakupan dan
tahapan pembelajaran yang linear dari awal hingga akhir fase. Alur
tujuan pembelajaran pada keseluruhan fase menggambarkan
cakupan dan tahapan pembelajaran yang menggambarkan tahapan
perkembangan kompetensi antar fase dan jenjang pendidikan.
15.
Modul Ajar (MA)
16. Guru harus tahu istilah yang populer dalam kurikulum merdeka
17. Foto oleh Mikhail Nilov dari Pexels
18.
19. RPP di kurikulum merdeka dikenal dengan Modul Ajar (MA). Seperti
RPP, Modul ajar ini dilengkapi dengan berbagai materi
pembelajaran, lembar aktivitas siswa, dan asesmen untuk mengecek

7
apakah tujuan pembelajaran dicapai siswa. Modul ajar tersebut
memiliki komponen yang lebih lengkap dibandingkan dengan RPP
dalam Kurikulum 2013. Terdapat 2 macam modul ajar dalam
Kurikulum Merdeka, yaitu Modul Ajar Umum untuk proses
pembelajaran yang diwajibkan untuk semua guru mapel dan Modul
Ajar Khusus Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang
dikhususkan untuk mengembangkan projek Profil Pelajar Pancasila.
20.
Profil Pelajar Pancasila
21. Di Kurikulum 2013, dikenal singkatan PPK. Kepanjangan PPK adalah
Penguatan Pendidikan Karakter. Dalam Kurikulum Merdeka, tidak
ada ada lagi istilah PPK. Yang adalah adalah istilah Profil Pelajar
Pancasila. Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar
Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki
kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada
Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong
royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
22.
Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP)
23. Apa itu KKTP di kurikulum merdeka? Kriteria Ketercapaian Tujuan
Pembelajaran (KKTP) ini diturunkan dari indikator asesmen suatu
tujuan pembelajaran yang mencerminkan ketercapaian kompetensi
pada tujuan pembelajaran tersebut. Fungsi dari Kriteria
Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) ini adalah untuk
merefleksikan proses pembelajaran dan mendiagnosis tingkat
penguasaan kompetensi peserta didik agar Guru Pintar dapat
memperbaiki proses pembelajaran dan atau memberikan intervensi
pembelajaran yang sesuai kepada peserta didik.
24.
25. Berbeda dengan KKM dalam Kurtilas, Kriteria Ketercapaian Tujuan
Pembelajaran (KKTP) ini tidak menjadi sebuah standar minimum
yang harus dicapai setiap peserta didik. Setiap peserta didik
mungkin saja berada pada kriteria pencapaian yang berbeda. Dapat
dikatakan bahwa Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP)
merupakan sumber informasi atau data bagi guru untuk menentukan
tindak lanjut penyesuaian pembelajaran sesuai kondisi peserta
didik.
26.
Teaching at the Right Level (TaRL)
27. Istilah dalam kurikulum merdeka berikutnya yang harus Guru Pintar
pahami adalah Teaching at The Right Level atau disingkat TaRL.
Teaching at the Right Level (TaRL) merupakan sebuah pendekatan
belajar yang mengacu pada tingkatan capaian atau kemampuan
peserta didik. Teaching at the right level (TaRL) ini tidak mengacu
pada tingkat kelas, melainkan mengacu pada tingkat kemampuan

8
siswa. Inilah yang membedakan TaRL dengan pendekatan yang
biasanya.
28.
29. 7.Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan (KOSP)
30. Dalam Kurikulum Merdeka juga dikenal istilah Kurikulum
Operasional di Satuan Pendidikan yang disingkat KOSP. Kurikulum
Operasional di Satuan Pendidikan (KOSP) dalam Kurtilas dikenal
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum
Operasional di Satuan Pendidikan (KOSP) ini memuat seluruh
rencana proses belajar yang diselenggarakan di satuan pendidikan.
KOSP dijadikan sebagai pedoman seluruh penyelenggaraan
pembelajaran dalam satuan pendidikan. Kurikulum operasional
satuan pendidikan dikembangkan sesuai dengan konteks dan
kebutuhan peserta didik dan satuan pendidikan supaya menjadi
lebih bermakna
31.

Anda mungkin juga menyukai