Anda di halaman 1dari 6

I.

Definisi
Perkembangan pada anak merupakan sebuah keberlangsungan yang terjadi secara terus menerus
dan bersifat alamiah. Menurut Hurlock (2005) pada dasarnya perkembangan merupakan serangkaian
bentuk perubahan yang terjadi secara progresif sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Pada masa perkembangan anak usia sembilan dan sepuluh tahun, mereka memasuki fase kepuasan relatif
yang terkadang digambarkan sebagai ketenangan sebelum badai di masa remaja (Marotz & Allen, 2013).
Pertumbuhan dan perkembangan mencakup berbagai aspek baik secara fisik, motorik, kognitif, bahasa,
dan sosio emosi. Perkembangan salah satu individu dengan individu lainnya bisa berjalan berbeda, bisa
saja lebih cepat atau lebih baik. Adanya perbedaan tersebut terjadi karena faktor usia, genetika, faktor
makanan dan lingkungan (Bujuri, 2018). Pengetahuan mengenai perkembangan manusia merupakan hal
yang sangat penting diketahui dan dipahami sebagai panduan dalam memahami kebutuhan dan karakter
individu. Perkembangan disini spesifik membahas untuk individu usia sembilan hingga sepuluh tahun
yang dapat disebut anak yang berada pada usia sekolah dasar. Pengetahuan memahami perkembangan
anak usia sekolah dasar menjadi keharusan bagi orang tua, guru serta orang yang lebih dewasa
dikarenakan melalui merekalah anak mengenal sesuatu positif dan negatif (Hurlock, 2005).
Perkembangan pada anak di usia sembilan tahun terus terjadi dengan masih menunjukkan naik
turunnya emosi, namun ledakan emosi ini secara bertahap bersikap lembut di usia sepuluh tahun. Rumah
dan keluarga merupakan sumber keamanan dan kenyamanan bagi kebanyakan anak. Kebanyakan anak
usia sembilan dan sepuluh tahun juga menganggap sekolah menyenangkan. Mereka menantikan kelas dan
pertemuan dengan teman serta kecewa jika harus bolos kegiatan sekolah.

II. Karakteristik / milestone


Perkembangan anak mencakup berbagai aspek baik secara fisik, motorik, kognitif, bahasa, dan
sosio emosi. Berikut untuk setiap karakteristik perkembangan yang terjadi di anak usia 9 hingga 10 tahun
(Marotz & Allen, 2013):
a. Perkembangan aspek fisik:
1) Tingkat pertumbuhan yang lambat dan tidak teratur; anak perempuan akan mulai
mengalami lonjakan pertumbuhan yang jauh lebih besar dibandingkan anak laki-laki.
2) Pertumbuhan berbagai bagian tubuh terjadi pada tingkat yang berbeda-beda; bagian
bawah tubuh tumbuh lebih cepat; lengan dan kaki tampak panjang dan tidak
proporsional.
3) Ukuran otak bertambah secara signifikan; hampir mencapai ukuran dewasa pada usia
sepuluh tahun.
4) Tinggi badan bertambah sekitar 5 cm setiap tahunnya.
5) Pertambahan berat badan hingga sekitar 14,3 kg per tahun.
6) Kehilangan sisa gigi susu; kepadatan berlebih mungkin terjadi ketika gigi permanen yang
lebih besar tumbuh sedangkan rahang yang masih kecil.
7) Anak perempuan mulai mengalami perubahan sebelum pubertas (misalnya payudara
mulai membesar, tumbuh rambut pada kemaluan, pinggul membulat, garis pinggang
menonjol; penggelapan warna rambut); anak laki-laki cenderung tidak mengalami hal
tersebut dan mengalami perubahan seksual dalam satu atau dua tahun lagi.

b. Perkembangan aspek kognitif:


1) Mengembangkan kemampuan bernalar berdasarkan pengalaman dan logika dibandingkan
intuisi (tahap Piaget pemikiran operasional konkrit). Anak mulai memahami konsep
abstrak jika benda nyata (konkret) bisa dilihat dan dimanipulasi.
2) Menyukai tantangan angka, tetapi tidak selalu mengerti hubungan matematika dalam
operasi hitungan yang kompleks seperti perkalian atau pembagian.
3) Anak lebih suka belajar melalui praktik langsung; lebih suka melakukan penelitian
informasi dalam buku atau online, melakukan eksperimen, membuat model, daripada
mendengarkan guru yang menjelaskan hal yang sama/informasi.
4) Menikmati waktu di sekolah untuk berkegiatan; sulit untuk duduk diam selama beberapa
waktu (lebih dari 30 menit).
5) Menggunakan keterampilan membaca dan menulis untuk kegiatan non akademik
(menyusun daftar belanja, mengarang skrip untuk boneka, menggambar dan memberi
label pada peta lingkungan).
6) Menunjukkan peningkatan pemahaman sebab dan akibat.
7) Mulai menguasai konsep waktu, berat, volume, dan jarak.
8) Menelusuri peristiwa berdasarkan ingatan; mampu berpikir terbalik/flashback, mengingat
serangkaian kejadian awal.
9) Lebih menyukai membaca buku yang lebih panjang dan deskriptif, dengan alur cerita
yang lebih rumit.

c. Perkembangan aspek motorik:


1) Melempar bola dengan akurat; menulis, membuat sketsa, dan melakukan keterampilan
motorik halus lainnya dengan koordinasi yang lebih baik. Pada periode ini anak mulai
menyempurnakan keterampilan motorik halus khususnya penting di kalangan anak
perempuan (Barnett et al., 2010).
2) Menggunakan keterampilan pada lengan, tungkai, tangan, dan kaki dengan mudah; anak
laki-laki cenderung unggul dalam aktivitas motorik yang memerlukan kekuatan dan
kecepatan.
3) Berlari, memanjat, lompat tali, berenang, bersepeda, dan berselancar dengan terampil dan
percaya diri.
4) Menyukai olahraga tim meskipun masih perlu mengembangkan beberapa keterampilan
kompleks.
5) Suka menggunakan tangan untuk seni dan kerajinan, memasak, menjahit, melukis,
membangun model, atau membongkar benda.
6) Menggambar secara detail; sangat senang dalam menyempurnakan keterampilan tangan.

d. Perkembangan aspek bahasa:


1) Pembicaraan, mulai berbicara tanpa henti dan tanpa alasan khusus; kata-kata digunakan
sebagai alat untuk menarik perhatian; bisa jadi anak menjadi pendiam di kelas, tetapi riuh
dan banyak bicara di waktu lain.
2) Mengekspresikan perasaan dan emosi secara efektif melalui kata-kata.
3) Memahami dan menggunakan bahasa sebagai sistem untuk berkomunikasi dengan orang
lain.
4) Menggunakan ekspresi slang yang biasa diungkapkan oleh teman-teman dalam
percakapan.
5) Menyadari bahwa beberapa kata mempunyai arti ganda.
6) Menemukan humor dalam pembicaraan atau metafora yang tidak logis (contohnya mulai
melakukan permainan kata-kata, lelucon, dan teka teki).
7) Menunjukkan pemahaman tingkat lanjut dalam menyusun tata bahasa; mengenali ketika
sebuah kalimat tidak benar secara tata bahasa.

e. Perkembangan aspek sosio emosional:


1) Senang berkumpul dengan teman-teman; mencari persahabatan berdasarkan kepentingan
dan kedekatan yang sama (bersahabat dengan anak tetangga atau teman sekelas); secara
verbal kritis terhadap lawan jenis (“Laki-laki biasanya bersikap lebih kasar daripada
perempuan”).
2) Memiliki beberapa “teman baik” dan sebuah “musuh”; teman dan persahabatan sering
berubah dari hari ke hari.
3) Mulai menunjukkan minat yang lebih besar terhadap peraturan. Contohnya mulai
mendasarkan permainan pada permainan yang realistis; aturan harus dipatuhi sehingga
semua orang menikmatinya dan merasa adil dalam bermain.
4) Merespon dengan menyebut nama dan mulai mudah merasa terprovokasi.
5) Dimulainya pengembangan moral pemikiran; mengadopsi adat istiadat sosial dan nilai-
nilai moral (mengerti kejujuran, hal benar dan salah, keadilan, baik dan buruk, rasa
hormat) (Malti & Latzko, 2010).
6) Mengembangkan keterikatan dengan guru, pelatih, hingga pemimpin kelompoknya; anak
akan melihat mereka sebagai sosok berkuasa/pahlawan sehingga berusaha untuk sering
menarik perhatiannya.
7) Bertindak dengan penuh keyakinan; tahu segalanya dan tidak bisa berbuat salah.
8) Menganggap kritik sebagai serangan pribadi; perasaan mudah terluka; kadang-kadang
mengalami kesulitan dalam menanganinya kegagalan dan frustasi.

III. Faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan


Menurut Hurlock (2005), terdapat beberapa kondisi baik faktor internal maupun eksternal yang
dapat mempengaruhi sifat, kualitas, atau kecepatan perkembangan individu. Beberapa faktor tersebut
ditinjau melalui berikut:
1. Intelegensi
Intelegensi adalah faktor terpenting dalam perkembangan manusia. Kecerdasan yang tinggi
disertai perkembangan yang crpat, sebaliknya jika kecerdasan rendah, maka anak akan
terbelakang dalam pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian
Terman LM (Genetic studies of Genius) dan Mead TD (The age of walking and talking in
relation to general intelligence) dimana ditemukan pengaruh intelegensi terhadap tempo
perkembangan berjalan dan berbicara pada anak .
2. Seks
Perbedaan perkembangan pada pertumbuhan jasmani anak. Pada waktu lahir, anak laki-laki akan
berukuran lebih besar daripada anak perempuan. Namun dalam mencapai kedewasaan, anak
perempuan mengalami perkembangan yang lebih cepat daripada laki-laki. Pada umumnya, anak
perempuan lebih cepat mencapai kematangan seksnya sekitar satu atau dua tahun lebih awal. Hal
ini secara jelas dialami oleh anak usia 9 hingga 10 tahun.
3. Hormon/kelenjar
Adanya kelenjar endokrinologi (kelenjar buntu) menunjukkan adanya peranan penting dalam
pertumbuhan jasmani dan rohani yang berpengaruh terhadap perkembangan anak sebelum dan
sesudah dilahirkan.
4. Ras
Anak-anak dengan ras Mediterania mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dari anak-anak ras
Eropa. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan yang tidak terlalu cepat dibandingkan dengan
anak-anak kulit putih dan kuning.
5. Makanan
Makanan menjadi faktor yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan. Tidak hanya
makanan saja, melainkan isi kandungan gizinya yang terdiri dari berbagai vitamin yang
mendukung perkembangan fisik dan kognitifnya seperti gigi runtuh, penyakit kulit, dan lain-lain.
6. Luka dan penyakit
Luka dan penyakit memiliki pengaruh jelas kepada perkembangan, meskipun hanya menyangkut
perkembangan fisik.
7. Kedudukan dalam keluarga
Kedudukan anak dalam keluarga merupakan suatu kondisi yang dapat mempengaruhi
perkembangan. Anak kedua, ketiga, dan seterusnya biasanya berkembang lebih cepat
dibandingkan anak pertama. Dalam hal ini, anak tunggal cenderung memiliki perkembangan
mental yang lebih cepat karena lebih banyak dipengaruhi oleh interaksi dengan orang dewasa.
8. Budaya
Penelitian Dennis di Amerika dan Indiana menunjukkan bahwa karakteristik pertumbuhan bayi
di kedua budaya adalah sama. Hal ini memperkuat pandangan bahwa karakteristik bayi bersifat
universal dan bahwa budaya mengubah banyak perilaku mendasar anak selama
perkembangannya. Faktor budaya disini antara lain pendidikan, agama, dan lain-lain, selain
budaya masyarakat.

IV. Cara meningkatkan perkembangan


Cara meningkatkan perkembangan pada anak usia 9 hingga 10 tahun berupa pengaplikasian ilmu
perkembangan di lingkungan keluarga dan guru. Penting bagi orang tua maupun pendidik memahami
setiap kebutuhan perkembangan pada anak. Berikut aplikasi perkembangan yang dapat dilakukan untuk
keluarga dan guru: (Marotz & Allen, 2013)
1) Memanfaatkan peluang pendidikan di masyarakat. Merencanakan kegiatan belajar atau tamasya
ke pantai, pasar, perpustakaan, museum, kebun binatang, taman, akuarium, taman kota, toko
hewan peliharaan, atau toko kelontong. Hal ini dikarenakan anak sedang aktif untuk belajar
secara praktikal dan mengamati objek pembelajaran secara langsung.
2) Mendorong anak untuk menghargai keberagaman dengan mempelajari adat istiadat dan perayaan
budaya lain. Berikan buku perpustakaan, kunjungi situs web, konten edukasi, alat musik, dan
menyiapkan makanan etnik untuk dicicipi anak-anak. Hal ini selain mempelajari keberagaman
juga mengajarkan anak-anak untuk menerima dan menghindari prasangka melalui tindakan dan
perkataan.
3) Mengumpulkan perlengkapan olahraga seperti bola, alat pemukul, jaring, dan raket; mendorong
anak-anak untuk mengatur dan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.
4) Menyediakan dan mengagendakan kegiatan bercocok tanam bersama untuk melatih motorik halus
anak dengan menanam dan memelihara tanaman.
5) Mengumpulkan bahan-bahan dan memberikan petunjuk dasar dalam melakukan ilmu
pengetahuan eksperimen.
6) Kembangkan minat anak-anak dalam membaca, menulis, dan berteman dengan mencari teman
pena negara lain atau sekedar membuat persahabatan dengan teman sekelasnya.
7) Dorong anak-anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik berat untuk perkembangan yang
sehat; rencanakan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan semua anggota keluarga bersama.
8) Pertahankan komunikasi terbuka dengan anak. Penting untuk menghabiskan waktu bersama,
mengobrol mengenai minat dan teman-teman mereka, dan bersikap suportif akan apa yang
sedang anak lakukan. Hal ini akan membuat anak semakin percaya diri dalam mencoba hal baru
di sekitarnya.

Daftar pustaka:
Marrotz, L. R. & Allen, K. A. (2013). Developmental Profiles Pre-birth through Adolescence: 7th
Edition. USA: Wadsworth.
Bujuri, D. A. (2018). Analisis perkembangan kognitif anak usia dasar dan implikasinya dalam kegiatan
belajar mengajar. LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan), 9(1), 37-50.
Hurlock. (2005). Psikologi perkembangan. Edisi 5. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai