Referat-LMA-Laryngeal-Mask-Airway (AutoRecovered)
Referat-LMA-Laryngeal-Mask-Airway (AutoRecovered)
ANESTESI
LARYNGEAL MASK AIRWAY (LMA)
OLEH:
Sartika Akib
(10542 0048 08)
PEMBIMBING:
dr. HASNIH, Sp.An
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu
Anestesi dan Manajemen Nyeri Fakultas Kedokteran Universitas Muhammaddiyah
Makassar.
Supervisor
ii
DAFTAR ISI
I. SAMPUL HALAMAN……………………………..………………….. i
A. Pendahuluan……………………………………...............................….. 4
DAFTAR PUSTAKA
iii
PEMBAHASAN
LMA
A. PENDAHULUAN
Saluran pernapasan manusia terdiri dari kompleks yang mulai dari hidung
hingga paru-paru. Sistem ini terbagi menjadi saluran napas atas dan bawah secara
anatomis. Batasnya adalah laring. Laring sendiri terbagi atas tiga region anatomis, yaitu
supraglotis, glottis, dan subglotis. Supraglotis terdiri dari epiglotis, plika aripiglotis,
kartilago aritenoid, plika vestibular (pita suara palsu) dan ventrikel laringeal. Glotis
terdiri dari pita suara atau plika vokalis. Daerah subglotik memanjang dari permukaan
bawah pita suara hingga kartilago krikoid.
Pentingnya penatalaksanaan jalan nafas tidak dapat dipandang mudah. Seorang
dokter anestesi adalah orang yang paling mengerti dalam penatalaksanaan jalan nafas.
Kesulitan terbesar dari seorang dokter anestesi adalah bila jalan nafas tidak dapat
diamankan. Penatalaksanaan pasien dengan jalan nafas yang normal adalah kunci
penting dalam latihan penanganan pasien.1,3
Efek dari kesulitan respirasi dapat berbagai macam bentuknya, dari kerusakan otak
sampai kematian. Resiko tersebut berhubungan dengan tidak adekuatnya
penatalaksanaan jalan nafas pasien. Tujuan dari referat ini adalah mendiskusikan
penatalaksanaan anestesi dengan LMA.1,2
Terdapat beberapa alat bantu napas yang dapat digunakan dalam manajemen
jalan napas supraglotis. Alat-alat ini digunakan di daerah supraglotis sehingga tidak
invasive seperti alat bantu napas yang dimasukkan lebih dalam melewati supraglotis
(misal intubasi endotrakeal). Akan tetapi, tiap alat (device) tentunya memiliki kelebihan
dan kekurangannya masing-masing.
LMA Fastrach terdiri dari satu tube stainless steel yang melengkung
(diameter internal 13 mm) yang dilapisi dengan silicone, connector 15 mm, handle, 11
cuff, dan suatu batang pengangkat epiglotis. Perbedaan utama antara LMA clasic
dan LMA Fastrach yaitu pada tube baja, handle dan batang pengangkat
epiglottic.3,6,7,8
Nama lain dari Intubating LMA : Fastrach. Laryngeal mask yang dirancang
khusus untuk dapat pula melakukan intubasi tracheal. Sifat ILMA : airway tube-
nya kaku, lebih pendek dan diameternya lebih lebar dibandingkan cLMA. Ujung
proximal ILMA terdapat metal handle yang berfungsi membantu insersi dan
membantu intubasi, yang memungkinkan insersi dan manipulasi alat ini. Di ujung
mask terdapat ”pengangkat epiglotis”, yang merupakan batang semi rigid yang
menempel pada mask. ILMA didesign untuk insersi dengan posisi kepala dan leher
yang netral.7,8,10
Ukuran ILMA : 3 – 5, dengan tracheal tube yang terbuat dari silicone yang
dapat dipakai ulang, dikenal : ILMA tube dengan ukuran : 6,0 – 8,0 mm internal
diameter.7
ILMA tidak boleh dilakukan pada pasien-pasien dengan patologi esofagus
bagian atas karena pernah dilaporkan kejadian perforasi esofagus. Intubasi pada
ILMA bersifat ”blind intubation technique”. Setelah intubasi direkomendasikan
untuk memindahkan ILMA. Nyeri tenggorok dan suara serak biasanya ringan,
namun lebih sering terjadi pada pemakaian ILMA dibandingkan cLMA. ILMA
memegang peranan penting dalam managemen kesulitan intubasi yang tidak
terduga. Juga cocok untuk pasien dengan cedera tulang belakang bagian cervical.
Dan dapat dipakai selama resusitasi cardiopulmonal.8,9,10
ILMA merupakan alat yang mahal dengan harga kira-kira 500 dollar
12
America dan dapat digunakan sampai 40 kali.
3. LMA Proseal
PLMA di insersi secara manual seperti cLMA. Akhirnya saat insersi sulit
dapat melalui suatu jalur rel melalui suatu bougie yang dimasukkan kedalam
esofagus. Tehnik ini paling invasif tetapi paling berhasil dengan misplacement yang
kecil. 7,8
Terdapat suatu teori yang baik dan bukti performa untuk mendukung
gambaran perbandingan antara cLMA dengan PLMA, berkurangnya kebocoran gas,
13
berkurangnya inflasi lambung, dan meningkatnya proteksi dari regurgitasi isi
lambung. Akan tetapi, semua ini sepenuhnya tergantung pada ketepatan posisi alat
tersebut.8,9
Pada suatu penelitian, ProSeal LMA juga dapat digunakan dalam jangka
waktu panjang (40 jam) tanpa menyebabkan tekanan yang berlebihan dan kerusakan
mukosa hypopharing. Laporan terakhir, satu kasus injury nervus lingual telah
dilaporkan saat pemakaian ProSeal LMA. Sementara juga dilaporkan terjadi
hypoglossal palsies oleh karena pemakaian clasic LMA. Meskipun begitu
komplikasi tadi sangat jarang terjadi, frekwensi injury pada nervus cranialis dapat
dikurangi dengan cara menghindari trauma saat dilakukan insersi, menggunakan
ukuran yang sesuai dan meminimalisir volume cuff. Disarankan untuk membatasi
tekanan jalan nafas kurang dari 20 cmH2O selama inflasi paru dan untuk
menggunakan volume tidal yang kecil ( 6 – 10 ml/kgBB ).6,9
4. Flexible LMA
14
Bentuk dan ukuran mask nya hampir menyerupai cLMA, dengan airway tube
terdapat gulungan kawat yang menyebabkan fleksibilitasnya meningkat yang
memungkinkan posisi proximal end menjauhi lapang bedah tanpa menyebabkan
pergeseran mask. Berguna pada pembedahan kepala dan leher, maxillo facial dan
THT. fLMA memberikan perlindungan yang baik terhadap laryng dari sekresi dan
darah yang ada diatas fLMA. Populer digunakan untuk pembedahan nasal dan
pembedahan intraoral, termasuk tonsilektomy. Airway tube fLMA lebih panjang dan
lebih sempit, yang akan menaikkan resistensi tube dan work of breathing. Ukuran
fLMA : 2 – 5. Insersi fLMA dapat lebih sulit dari cLMA karena flexibilitas airway
tube. Mask dapat ber rotasi 180 pada sumbu panjangnya sehingga masknya
mengarah ke belakang. Harga fLMA kira-kira 30 % lebih mahal dari cLMA dan
direkomendasikan untuk digunakan 40 kali.7,8,9
18
1. Morgan GE, Mikhail MS: Airway Management. Clinical Anesthesiology 3 nd ed,
Lange Medical Books, New York, 2002.
2. Gomillion MC, Jung Hee Han : Magnetic Resonance Imaging a case of 2 years old
boy.Anesthesiology Problem-Oriented Patient Management Yao & Artusio’s, 6 th ed,
Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, USA, 2008.
3. Morgan GE, Mikhail MS : Pediatric Anesthesia, Clinical Anesthesiology 3nd ed,
Lange Medical Books, New York, 2002.
4. http://emedicine.medscape.com/article/137362-overview. di akses tanggal 02 Juli
2014.
5. Afzal M : Airway Management In Pediatric Anesthesia: Laryngeal Mask Airway Vs
Endotracheal Tube. The Internet Journal of Anesthesiology 2007. Volume 13
Number 11.
6. O’neill B, Templeton JJ: The Laryngeal Mask Airway in Pediatric Patient; factors
affecting ease of use during insertion and emergence. Journal of Anesthesia &
Analgesia, Anesthesia Analg 1994; 78:659-662.
7. Messeeha Z, Ellyn G : 1954 Pediatric General Anastesi by Laryngeal Mask Airway
Without Intravenous Access. The Internet Journal of Anesthesiology 2007. Volume
13 Number 1.
8. Byhahn C, Meininger D, Zwissler B : Current Concepts of Airway Management in
The ICU and The Emergency Departement; Yearbok of Intensive Care and
Emergency Medecine, Vincent JL (ed), Springer, New York, 2006. P 377-399.
9. Allman KG, Wilson IH. Oxford Handbook of Anasthesia. Oxford University Pres
Inc, New York, 2001. P 368-369.
10. Fernandez JG, Tusman G: Pediatric Anesthesiology; Programming Pressure
Support Ventilation in Pediatric Patient in Ambulatory Surgery with a Laryngeal
Mask Airway. Journal of Anesthesia & Analgesia Anesth Analg 2007; 105:1585-
1591