Anda di halaman 1dari 5

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 11, No.

2, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E79

Perencanaan Geometrik Jalan Rel Kereta Cepat


Surabaya-Banyuwangi
Hafizh Afif Rinanto dan Budi Rahardjo
Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
e-mail: rahardjo@ce.its.ac.id

Abstrak—Perkembangan kereta api didunia sudah sangat pesat Perbedaan ini dipengaruhi oleh peraturan yang berlaku
dapat dilihat dengan berkembangnya kereta cepat yang dapat dinegara tersebut, di Indonesia sendiri ruang untuk
mencapai kecepatan lebih dari dua ratus km/jam. Namun pengoperasian kereta sudah diatur dalam Peraturan
perkembangan kereta cepat di Indonesia untuk saat ini hanya
Kementrian No.60 tahun 2012, namun belum terdapat
perencanaan kereta cepat Jakarta-Bandung. Untuk rute
pengaturan untuk kereta cepat. Pengalokasian ruang untuk
Surabaya-Banyuwangi belum memiliki rencana pengembangan
kereta cepat, hal ini dikarenakan perencanaan kereta cepat pengoperasian kereta di Indonesia dibuat sedemikian rupa
memiliki kecepatan yang tinggi, yang dalam hal ini dikarenakan lahan pembangunan yang terbatas dan nilai
mempengaruhi radius dari lengkung horizontal dan lengkung ekonomi dari lahan. Oleh karena itu pengalokasian ruang
vertikal jalur kereta. Selain itu pengalokasian ruang untuk untuk pengoperasian kereta cepat harus menggunakan
pengoperasian kereta cepat yang berbeda harus disesuaikan peraturan dari negara lain, dengan memilih peraturan yang
dengan kondisi di Indonesia. Peraturan terkait kereta cepat di nilainya mendekati peraturan yang terdapat di Indonesia.
Indonesia untuk saat ini belum ada, sehingga pembangunan Surabaya merupakan kota padat nomor dua di Indonesia
kereta cepat harus menggunakan peraturan dari negara luar.
dengan jumlah penduduk mencapai 2.806.306 Kabupaten
Oleh karena itu diperlukan studi untuk merencanakan kereta
cepat Surabaya-Banyuwangi. Dalam penelitian ini dilakukan
Banyuwangi merupakan salah satu destinasi wisata di
pemilihan peraturan untuk perencanaan kereta cepat di provinsi Jawa Timur khususnya bagi warga Surabaya, hal ini
Indonesia, pemilihan trase, dan perencanaan geometrik. karena kabupaten Banyuwangi memiliki banyak objek wisata
Metode yang digunakan adalah perbandingan peraturan kereta seperti taman nasional Alas Purwo, pantai boom, air terjun
cepat dari negara China (Code for Design of High-speed Railway, congklak, taman nasional baluran, dan masih banyak lagi.
TB10621-2009), Swedia (Spårgeometrihandboken: Track Selain kabupaten Banyuwangi memiliki sumber daya alam
geometry handbook, BVF 586.41, BVH 586.40), dan Jerman yang dapat dimanfaatkan guna mengembangkan
(Netzinfrastruktur Technik entwerfen; Linienführung (Net perekonomian kabupaten Banyuwangi. Untuk rute Surabaya-
Infrastructure Technical Draft; Alignment, 900.0110).
Banyuwangi belum terdapat rencana pengembangan kereta
Perencanaan geometrik yang dilakukan adalah perhitungan
alinyemen horizontal dan alinyemen vertical,sesuai dengan
cepat. Kereta cepat memiliki kecepatan yang tinggi, hal ini
spesifikasi kereta cepat CRH1A/B/E. Hasil yang diperoleh dari mempengaruhi besar radius dari lengkung horizontal dan
penelitian ini adalah pemilihan peraturan dari China (Code for lengkung vertikal jalur kereta [1]. Oleh karena itu diperlukan
Design of High-speed Railway, TB10621-2009). Trase kereta studi untuk merencanakan geometri kereta cepat Surabaya-
cepat Surabaya-Banyuwangi mebentang sepanjang 269,703 km Banyuwangi. Pengembangan jalur kereta api Surabaya-
dan melalui 3 stasiun.. Hasil tersebut diharapkan dapat menjadi Banyuwangi diharapkan dapat menjadi sarana perkembangan
masukan dalam pengembangan kereta cepat di provinsi Jawa perekonomian provinsi Jawa Timur.
Timur.

Kata Kunci—Kereta Cepat, Geometrik Jalan Rel, Surabaya- II. TINJAUAN PUSTAKA
Banyuwangi. A. Definisi Jalan Rel
Jalan rel adalah satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari
I. PENDAHULUAN baja, beton, atau konstruksi lain yang terletak di permukaan,

M ENURUT Peraturan Menteri Perhubungan No.60


tahun 2012, kereta api adalah sarana transportasi
berupa kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri
di bawah, dan diatas tanah atau bergantung beserta
perangkatnya yang mengarahkan jalannya kereta api [2].
B. Perencanaan Konstruksi Jalur Kereta Api
maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan
Perencanaan konstruksi jalur kereta api harus direncanakan
ataupun sedang bergerak di rel. Kereta api merupakan alat
sesuai persyaratan teknis sehingga dapat dipertanggung
transportasi massal yang sifatnya sebagai angkutan massal
jawabkan secara teknis dan ekonomis. Perencanaan
efektif, beberapa negara berusaha memanfaatkannya secara
konstruksi jalur kereta api dipengaruhi oleh jumlah beban,
maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat baik
kecepatan maksimum,beban gandar dan pola operasi. Atas
dalam kota, antar kota, maupun antar negara. Perkembangan
dasar ini diadakan klasifikasi jalur kereta api sehingga
kereta api didunia sudah sangat pesat. Kereta cepat
perencanaan dapat dibuat secara tepat guna [2]. Peraturan dari
merupakan kereta api yang dapat melaju pada kecepatan
3 negara yang ditemukan yaitu China (Code for Design of
>200 km/jam. Perkembangan kereta api di Indonesia saat ini
High-speed Railway, TB10621-2009) , Swedia
baru terdapat di kereta cepat Jakarta-Bandung.
(Spårgeometrihandboken : Track geometry handbook, BVF
Kereta cepat memerlukan alokasi ruang untuk
586.41, BVH 586.40), dan Jerman ( Netzinfrastruktur
pengoperasian, ruang untuk pengoperasian yang diperlukan
kereta cepat memiliki perbedaan dibeberapa negara.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 11, No. 2, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E80

Tabel 2.
Jari-Jari Lengkung Horizontal
Jari-Jari Kecepatan (Km/Jam)
Negara
(m) 200 250 280 300 330 350
China Disarankan 4500- 4500- 6000- 8000
7000 7000 8000
Minimal 4000 3200 5000 10000
Swedia Disarankan 3200 5000 6300 7200 8700 9800
Minimal 1888 2950 3700 4248 5140 5782
Jerman Disarankan 2776 4338 5542 6247 7559 8503
Minimal 1628 2543 3190 3662 4431 4984

Tabel 3.
Panjang Lengkung Peralihan
Kecepatan
350 300 250
(Km/jam)
Jari-Jari
Lengkung (1) (2) (3) (1) (2) (3) (1) (2) (3)
(m)
12000 370 330 300 220 200 180 140 130 120
11000 410 370 330 240 210 190 160 140 130
10000 470 420 380 270 240 220 170 150 140
9000 530 470 430 300 270 250 190 10 150
8000 590 530 470 340 300 270 210 190 170
670 590 540
7000 390 350 310 240 220 190
680 610 550
670 590 540
6000 450 410 370 280 250 230
680 610 440
670 590 540
5500 490 440 390 310 280 250
680 610 550
5000 - - - 540 480 430 340 300 270
Gambar 1. Diagram Alur Metodologi 570 510 460
4500 380 340 310
585 520 470
Tabel 1. - - - 570 510 460
Lebar Sepur 4000 420 380 340
585 520 470
China Swedia 3500 - - - 480 430 380
Kriteria Jerman (Deutsche
(TB10621- (BVF 586.41, 3200 - - - - - - 480 430 380
Desain Bahn 900.0110)
2009) BVH 586.40) 3000 - - - - - - 480 430 380
Lebar 2800 - - - 48 43 38
1435 mm 1435 mm 1435 mm
Sepur 49 44 40

Technik entwerfen; Linienführung (Net Infrastructure Track) dan Beton (Ballastless Track). Perancangan jalan rel
Technical Draft; Alignment , 900.0110). bagian bawah dengan balas (Ballast Track) adalah
perancangan substruktur dengan komponen balas (ballast)
C. Lebar Jalan Rel dimana material granular/butiran diletakkan sebagai lapisan
Lebar jalan rel yang terdapat di Indonesia dikelompokkan permukaan dari konstruksi substruktur. Pada perancangan ini
menjadi 2 yaitu 1067 mm dan 1435 mm. subtruktur terdiri atas balas, subbalas, tanah dasar dan tanah
D. Tata Ruang asli. Perancangan jalan rel bagian bawah dengan beton
Persyaratan tata letak, tata ruang dan lingkungan, (Ballastless Track) merupakan sistem lintasan rel tanpa
merupakan persyaratan yang harus diperhatikan dalam ballast atau tanpa batuan sekitar rel, Ballast tersebut diganti
perencanaan, pembangunan, dan pengoperasian jalur kereta dengan slab beton yang kemudian sekitarnya di cor
api. Beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya : disepanjang jalan rel kereta api
1. Ruang manfaat jalur kereta api
2. Ruang milik jalur kereta api III. METODOLOGI
3. Ruang pengawasan jalur kereta api
A. Langkah Pengerjaan
E. Perancangan Jalan Rel Bagian Atas Dalam mengerjakan penelitian ini, diperlukan sebuah
Geometri jalan rel bagian atas direncanakan berdasarkan metodologi yang terdiri atas beberapa tahap pelaksanaan.
pada kecepatan rencana serta ukuran kereta. Perencanaan Diagram alur metodologi ditunjukkan oleh Gambar 1.
geometrik jalan rel merupakan perencanaan ruas jalan yang
B. Perencanaan Geometrik
meliputi alinyemen horizontal dan vertikal. Perencanaan
geometrik jalan rel merupakan perencanaan ruas jalan yang Geometrik jalan rel kereta api cepat direncanakan
meliputi alinyemen horizontal dan vertikal dimana bedasarkan kecepatan rencana serta ukuran-ukuran kereta
didalamnya terdapat perencanaan tikungan, kelandaian, lebar yang melewatinya yang memperhatikan faktor keamanan,
sepur, pelebaran jalan rel, dan peninggian rel. kenyamanan serta ekonomi dan lingkungan.
1) Lebar Sepur
F. Perancangan Jalan Rel Bagian Bawah
Lebar sepur dari 3 jenis peraturan yang ditemukan
Perancangan jalan rel bagian bawah dibagi menjadi 2 tipe, ditunjukkan dalam Tabel 1.
yakni peracangan jalan rel bagian bawah Balas (Ballast
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 11, No. 2, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E81

Tabel 4. Tabel 6.
Jari-Jari Lengkung Vertikal Peninggian Rel
Jari-Jari Kecepatan (Km/Jam) Sumber Kelandaian
Negara China a. Disarankan 100 mm
(m) 200 250 280 300 330
China Disarankan 20000 25000 b. Batas 160 mm
Swedia a. Disarankan 100
Minimal
b. Batas 150 mm
Swedia Disarankan 16900 26500 33200 38100 46100 Jerman a. Disarankan 100 mm
Minimal 10000 15625 16900 22500 27225 b. Batas 170 mm
Jerman Disarankan 16900 26500 33200 38100 46100
Minimal 10000 15625 16900 22500 27225 Tabel 7.
Pengalokasian Ruang Untuk Kereta Api
Tabel 5. Sumber Struktur Jalan Rel
Kelandaian China Jarak Lebar struktur
Kecepatan
Sumber Kelandaian antara permukaan (m)
rencana
Tipe Trek as Trek Trek
China a. 2.5 % maksimum
sepur tunggal Ganda
b. Ketika ukuran standar 2.5 % tidak bisa (Km/jam)
(m) (m) (m)
digunakan dikarenakan topografi atau 250 4.6 13.2
kendala lain, dapat menggunakan nilai 3.5 Ballastless
300 4.8 8.6 13.4
%, dengan memperhatikan performa dari Track
350 5.0 13.6
lokomotif, daya lokomotif, kecepatan dan 250 4.6 13.4
rem lokomotif Ballasted
300 4.8 8.8 13.6
Swedia a. Maksimal 1%, untuk kereta barang Track
350 5.0 13.8
b. Minimal 1%, untuk kereta penumpang Swedia Jarak antara as sepur 4.5 m
Jerman a. Maksimal 1.25 %, untuk kereta barang German Jarak antara as sepur 4.6 m
b. Maksimal 3 %, untuk kereta penumpang
Infrastructure Technical Draft; Alignment , 900.0110),
2) Alinyemen Horizontal peraturan China (Code for Design of High-speed Railway,
Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan rel TB10621-2009) menjadi peraturan yang dipilih dalam
pada bidang horizontal alinyemen horizontal terdiri dari garis penelitian ini, karena peraturan China (Code for Design of
lurus dan lengkungan. Jari-jari dan lengkung peralihan dari 3 High-speed Railway, TB10621-2009) memiliki kriteria
jenis peraturan yang ditemukan ditunjukkan dalam Tabel 2 desain yang lengkap dibanding 2 negara lainnya. Oleh karena
dan Tabel 3. itu, peraturan yang digunakan adalah peraturan China [3].
3) Alinyemen Vertikal
Alinyemen vertikal merupakan proyeksi sumbu jalan rel IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
pada bidang vertikal yang melalui sumbu jalan rel tersebut. A. Trase
Jari-jari lengkung vertikal dan kelandaian dari 3 jenis
Trase yang dipakai untuk perencanaan kereta cepat
peraturan yang ditemukan ditunjukkan dalam Tabel 4 dan
Surabaya-Banyuwangi menggunakan acuan trase awal yang
Tabel 5.
sudah dibangun sebelumya merupakan jalur trek tunggal
4) Pelebaran Sepur sepanjang 295 km dengan kecepatan maksimal 90 km/jam
Kereta dengan jalur tipe Ballastless Track tidak dan rel 1067 mm. Dalam perencanaan kereta cepat dalam
memerlukan pelebaran sepur. penelitian ini, trase awal akan mengalami perubahan sesuai
5) Peninggian Rel dengan hasil perhitungan dari geometrik jalan rel kereta
cepat. Trase existing kereta api Surabya-Banyuwangi
Pada lengkungan, elevasi rel pada bagian luar dibuat lebih
ditunjukkan dalam Gambar 2.
tinggi sedangkan rel bagian dalam elevasinya tetap. Hal ini
Jarak antara stasiun Surabaya Gubeng (SGU) menuju
untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang terjadi pada
Stasiun Banyuwangi Kota (BWI) mengunakan rute kereta
rangkaian kereta api. Peninggian rel dari 3 jenis peraturan
yang sudah ada sebesar 295 Km Jarak antar stasiun unutk
yang ditemukan ditunjukkan dalam Tabel 6.
rencana kereta cepat yaitu :
6) Pengalokasian Ruang untuk Pengoperasian a) Stasiun Surabaya Gubeng (SGU) menuju stasiun Jember
Jalur kereta api memliki ruang bebas dan ruang bangun, (JR) sepanjang 194 Km.
ukuran dari ruang bebas dan ruang bangun hanya ditemukan b) Stasiun Jember (JR) menuju stasiun Banyuwangi Kota
di peraturan China (TB10621-2009). Pengalokasian ruang (BWI) sepanjang 101 Km..
untuk kereta api dari 3 jenis peraturan yang ditemukan 1. Trase Rencana Kereta Cepat
ditunjukkan dalam Tabel 7. a) Trase rencana antara Stasiun Surabaya Gubeng (SGU)
7) Penentuan Peraturan menuju Jember (JR) ditunjukkan dalam Gambar 3.
b) Trase rencana antara Stasiun Jember (JR) menuju Stasiun
Setelah ditinjau kriteria desain dari ketiga peraturan yang
Banyuwangi Kota (BWI) ditunjukkan dalam Gambar 4.
ditemukan, rangkuman kelengkapan kriteria desain
ditunjukkan pada Tabel 8. B. Perencanaan Geometrik
Setelah ditinjau kriteria desain sebelumnya, dapat Perencanaan geometric disesuaikan dengan spesifikasi
disimpulkan bahwa peraturan dari 3 negara yang ditemukan kecepatan kereta dan desain rencana.
yaitu China [3], Swedia (Spårgeometrihandboken : Track 1. Kriteria Desain
geometry handbook, BVF 586.41, BVH 586.40), dan Jerman Perencanaan geometrik memerlukan kriteria desain.
( Netzinfrastruktur Technik entwerfen; Linienführung (Net Kriteria desain dapat ditunjukkan dalam Tabel 9.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 11, No. 2, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E82

Tabel 8.
Kelengkapan Kriteria Desain
No. Kriteria Desain China German Swedia
1 Lebar Sepur √ √ √
2 Jari-jari Horizontal √ √ √
3 Jari-jari Verikal √ √ √
4 kelandaian √ √ √
5 Pelebaran Sepur √ √ √
6 Peninggian Rel √ √ √
7 Pengalokasian Ruang Kereta Api √ - -
8 Terowongan dan Jembatan √ - -
Gambar 2. Trase kereta Surabaya-Banyuwangi
Tabel 9.
Kriteria Desain
Kriteria Digunakan
Rel 1435 mm
Kecepatan Rencana (V) 250 km/jam
Kecepatan Maksimal 200 km/jam
Jari-Jari Lengkung horizontal (Rh) 4500 m
Lengkung Peralihan (Ls) 310 m
Jari-jari Lengkung vertikal (Rv) 20000
Peninggian rel 100 mm
Kelandaian ≤ 3.5%
Pelebaran Sepur 0.5 m
Sub Struktur ballastless track
Lokomotif CRH1A/B/E Gambar 3. Trase kereta cepat SGU-JR.

Tabel 10.
Titik Koordinat Trase
Titik Koordinat X Koordinat Y
A 693448 9196521
P1 693332 9195640
P2 692867 9193635

Lokasi yang bersimpangan atau berpotongan dengan jalur


kereta cepat seperti jalan raya, jalur kereta cepat tersebut Gambar 4. Trase kereta cepat JR-BWI.
tidak boleh berpotongan maupun dibuat persimpangan. 310²
Ketika terjadi persimpangan, harus dibangun sarana untuk =
6 𝑥𝑥 4500
melewati jalur kereta api tanpa memotong jalur kereta api. = 3.56 m
Sepanjang jalur kereta harus dipasang pagar pengaman yang p =
𝐿𝐿𝐿𝐿²
− 𝑅𝑅(1 − cos ϴs)
dipasang 0.5 m dari sisi terluar ruang operasi kereta cepat. 6 𝑥𝑥 𝑅𝑅ℎ
310²
2. Lengkung Horizontal = − 4500(1 − 1,973ᵒ)
6 𝑥𝑥 4500
Pada perencanaan geometrik jalan rel kereta cepat, = 0.89 m
berdasarkan TB10621-2009 digunakan jenis lengkung 𝐿𝐿𝑠𝑠 ³
k = 𝐿𝐿𝐿𝐿 − − R sin ϴs
Spiral-Circle-Spiral (SCS). Contoh perhitungan lengkung 6 𝑥𝑥 𝑅𝑅ℎ
3103
horizontal adalah sebagai berikut. = 310 − − 4500sin (1,973)
6 𝑥𝑥 4500
Menghitung jarak dan sudut lingkaran PI-1. = 154.96 m
693332−693448
αA-P1 = arc tan = 187.5ᵒ 𝛥𝛥𝛥𝛥
9195640−9196521 Ts = (R + p) x tg( ) + k
692867−693332 2
αP1-P2 = arc tan = 193.1ᵒ 5.6⁰
9193635−9195640 = (4500 + 3.56) tg + 154.96
ΔPI-1 = 193,1ᵒ - 187.5ᵒ = 5.6 ᵒ 2
= 376.17 m
Jarak antara titik A ke titik PI-1 𝛥𝛥𝛥𝛥
- Es = (R + p) x sec( ) – Rh
d = √∆𝑋𝑋 2 + ∆𝑌𝑌 2 2
5.6⁰
= �(−115.34)2 + (−881.04)2 = (4500 + 3.56) sec – 4500
2
= 888.6 m = 6.32 m
Menghitung parameter lengkung horizontal. a) Stationing titik parameter lengkung horizontal
90 𝑥𝑥 𝐿𝐿𝐿𝐿 90 𝑥𝑥 310
ϴs = = = 1,973⁰ = 1⁰0’58,4’’ Sta PI-1 = 0+889
𝜋𝜋 𝑥𝑥 𝑅𝑅ℎ 𝜋𝜋 𝑥𝑥 4500
𝐿𝐿𝐿𝐿ᶟ Sta TS = Sta PI-1 – (0.5 x Lc + Ls)
Xs = Ls(1 − ) = 0+889– (0.5 x 131.5 + 310)
40 𝑥𝑥 𝑅𝑅ℎ2
310ᶟ
= 310(1 − ) = 0+513 m
40 𝑥𝑥 4500²
= 309.96 m Sta SC = Sta TS + Ls
𝛥𝛥−2𝛳𝛳 22 = 0+513 + 310
Lc =� � 𝑥𝑥 𝑥𝑥 Rh = 0+823
180 7
5.6−(2𝑥𝑥1.97) 22
=� � 𝑥𝑥 𝑥𝑥4500 Sta CS = Sta SC + Lc
180 7
= 131.5 m = 0+823 + 131.5
𝐿𝐿𝐿𝐿² = 0+954 m
Ys = Sta ST = Sta CS + Ls
6 𝑥𝑥 𝑅𝑅ℎ
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 11, No. 2, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E83

= 0+954 + 310 Ev =
𝐴𝐴 𝑥𝑥 𝐿𝐿𝐿𝐿
=
0.15 𝑥𝑥 30
= 0.0001 m
= 1+264 m 800 800
3. Lengkung Vertikal Stationing parameter lengkung vertikal cembung
Lengkung vertikal dibagi mejadi 2 yaitu lengkung vertikal Sta PPV = 13+000
cembung dan lengkung vertikal cekung. Sta PLV = Sta PPV – (L/2)
a) Lengkung Vertikal Cekung = 13+000 – (30/2)
Lengkung vertikal dikatakan cekung apabila hasil = 13+985
perhitungan dari A = |g1 ± g2| < 0%. Sta PTV = Sta PPV + (L/2)
Perencanaan lengkung vertikal pada PPV-1 = 13+000 + (30/2)
A = ( 0% - 0.15%) ) = -0.15% = 13+015
Lv = A x Rv Perhitungan elevasi titik lengkung vertikal cembung
= 0.15% x 20000 El. PPV = +10.000 m
= 30 m El. PPV’ = El. PPV - EV
Lmin = 25 m = +9.999 – 0.0001
Digunakan Lv sebesar 30m = +9.999 m
𝐴𝐴 𝑥𝑥 𝐿𝐿𝐿𝐿 0.15 𝑥𝑥 30 El. PLV = El. PPV – (g1% x L/2)
Ev = = = 0.0001 m = +10.000– (0.15% x 30/2)
800 800
Stationing parameter lengkung vertikal cekung = +9.878 m
Sta PPV = 12+000 El. PTV = El. PPV - (g2% x L/2)
Sta PLV = Sta PPV - (L/2) = +7.264– (0% x 30/2)
= 12+000 – (30/2) = +10.000 m
= 11+985
Sta PTV = Sta PPV + (L/2)
V. KESIMPULAN
= 12+000 + (30/2)
= 12+015 A. Kesimpulan
Perhitungan elevasi titik lengkung vertikal cekung Berdasarkan pembahasan dari bab sebelumnya dapat
El. PPV = +7.264 m disimpulkan bahwa kereta cepat Surabaya-Banyuwangi
El. PPV’ = El. PPV - EV melewati 3 stasiun yaitu staiun Gubeng (SGU), stasiun
= +7.264– 0.0001 Jember (JR), dan stasiun Banyuwangi Kota (BWI). Peraturan
= +7.264 m yang digunakan dalam perencanaan desain kereta cepat
El. PLV = El. PPV – (g1% x L/2) Surabaya-Banyuwangi dalam penelitian ini adalah Code of
= +7.264 – (0% x 30/2) Design of High Speed Railways (TB10621-2009). Dari hasil
= +7.264 m perhitungan perencanaan geometrik jalan rel kereta cepat
El. PTV = El. PPV - (g2% x L/2) Surabaya-Banyuwangi pada bab sebelumnya didapatkan rute
= +7.264 – (0.15% x 30/2) kereta cepat Surabaya-Banyuwangi memiliki panjang trase
= +7.264 m sepanjang 269+703 km.
b) Lengkung Vertikal Cembung
Lengkung vertikal dikatakan cembung apabila hasil
DAFTAR PUSTAKA
perhitungan dari A = |g1 ± g2| > 0%.
Perencanaan lengkung vertikal pada PPV-2 [1] S. Hodas, “Design of Railway Track for Speed and High-speed
Railways,” Procedia Eng., vol. 91, pp. 256–261, Jan. 2014, doi:
A = ( 0.15% - 0% ) = 0.15% 10.1016/J.PROENG.2014.12.056.
Panjang lengkung vertikal dapat dihitung sebagai berikut. [2] Menteri Perhubungan Republik Indonesia, “Peraturan Menteri
Lv = A x Rv Perhubungan Republik Indonesia No. 60. (2012). Dalam Persyaratan
Teknis Jalur Kereta Api.” Departemen Perhubungan, Direktorat
= 0.15 x 20000 Jenderal Perhubungan Perkeretaapian, Jakarta, 2012.
= 30 m [3] Ministry of Railways of the People’s of Republic of China, “TB 10621-
Lmin = 25 m 2009_English: PDF (TB10621-2009),” 2009. Accessed: Aug. 16, 2022.
[Online]. Available:
Digunakan Lv sebesar 30 m https://www.chinesestandard.net/PDF/English.aspx/TB10621-2009.

Anda mungkin juga menyukai