Anda di halaman 1dari 15

NAMA : HERI SUSANTO

SMK NEGERI 1 NANGGULAN KULONPROGO

LK. 2.2 Menentukan Solusi

Eksplorasi alternatif Analisis alternatif


No. Solusi yang relevan Analisis penentuan solusi
solusi solusi
1 1. Guru dapat Berdasarkan hasil A. Kajian Literatur Berdasarkan kajian
menerapkan model analisis dari Group Investigation atau investigasi literatur dan hasil
pembelajaran eksplorasi alternatif kelompok adalah suatu proses penyelidikan wawancara dapat
kooperatif tipe solusi untuk yang dilakukan oleh kelompok yang terdiri diambil kesimpulan
Group Investigation menangani masalah dari beberapa orang, dan selanjutnya bahwa solusi yang
2. Guru dapat kemampuan siswa kelompok tersebut mengkomunikasikan hasil relevan untuk
menerapkan model dalam memecahkan perolehan anggotanya, dapat masalah
pembelajaran masalah rendah membandingkannya dengan perolehan orang kemampuan siswa
berbasis masalah/ antara lain : atau kelompok lain, karena dalam suatu dalam
problem based 1. RENCANA investigasi dapat diperoleh satu atau lebih memecahkan
learning. AKSI 1 hasil. Penggunaan model ini, siswa bekerja masalah rendah
3. Guru dapat Menerapkan melalui enam tahap yaitu: 1) antara lain :
menerapkan model model Mengidentifikasikan topik dan mengatur A. RENCANA AKSI
pembelajaran pembelajaran murid ke dalam kelompok; 2) Merencanakan 1
discovery learning kooperatif tipe tugas yang akan dipelajari; 3) Melaksanakan Materi : contoh
4. Guru dapat Group investigasi; 4) Menyiapkan laporan akhir; 5) kasus hierarki
menggunakan Investigation Mempre-sentasikan laporan akhir; 6) dan hubungan
model (materi contoh Evaluasi (Najmina, 2017). antarregulasi
pembelajaran kasus hierarki Model
inkuiri dan hubungan Tujuan pembelajaran dari materi contoh pembelajaran
antarregulasi) kasus hierarki dan hubungan antarregulasi kooperatif tipe
2. RENCANA adalah siswa mampu menganalisis beberapa Group
AKSI 2 kasus yang menunjukkan ketidakserasian, Investigation
Menerapkan tumpang tindih dan kontradiksi antaraturan Metode :
model perundang-undangan, serta kasus aturan ceramah, kajian
pembelajaran yang benar, serasi, dan tidak tumpang tindih konstitusional,
berbasis (Kholiludin, dkk, 2021 ) diskusi,
masalah/ penugasan
problem based Problem based learning merupakan salah Media : bahan
learning satu model pembelajaran yang menuntut tayang tentang
(materi aktivitas mental siswa untuk dapat hierarki dan
konsekuensi memahami suatu konsep pembelajaran hubungan antar
pelanggaran melalui situasi dan masalah yang regulasi
kesepakatan) disajikan pada awal pembelajaran Asesmen
dengan tujuan untuk melatih peserta berbasis
didik menyelesaikan masalah dengan barqode
menggunakan pendekatan pemecahan Kelebihan :
masalah (Purana, 2021). 1. Melatih siswa
berpikir kritis
Menurut Septiana, dan M. Ragil K (2018), 2. Melatih
sintaks atau langkah-langkah dalam kerjasama
penerapan model pembelajaran problem 3. Memiliki
based learning antara lain : identifikasi pengalaman
masalah, pengembangan alternatif masalah, belajar yang
pengumpulan data, uji data, dan nyata
pengambilan keputusan. 4. Siswa aktif
5. Siswa mampu
Model pembelajaran Problem Based Learning mengekplore
(PBL) berguna untuk merangsang peserta topik dari
didik berpikir kritis dalam situasi yang berbagai sudut
berorientasi pada masalah, mendorong pandang
pembelajar (peserta didik) untuk Kekurangan :
menerapkan berpikir kritis, keterampilan 1. Waktu lama
menyelesaikan masalah, menghubungkan 2. Kemampuan
pengetahuan mengenai masalah-masalah siswa beragam
dan isu-isu dunia nyata (Rahmayanti, 2017). 3. Tidak dapat
diterapkan di
Tujuan pembelajaran dari materi semua materi
konsekuensi pelanggaran kesepakatan
adalah siswa mampu mengidentifikasi B. RENCANA AKSI
berbagai jenis kesepakatan bersama yang 2
ada di sekolah. Siswa mampu mengevaluasi Materi
pelaksanaan kesepakatan bersama di konsekuensi
sekolah; hal yang sudah dilaksanakan dan pelanggaran
belum dilaksanakan. (Kholiludin, dkk, 2021 ) kesepakatan
Model
B. Hasil Wawancara : pembelajaran
1. Supriningsih, S.Pd (Guru PPKn) berbasis
Penerapan model Group Investigation masalah/
sesuai dengan materi karena problem based
mengarahkan siswa untuk melakukan learning
investigasi yang muaranya mencari Metode :
solusi dari permasalahan yang dibahas. ceramah,
Hal ini dapat melatih siswa untuk diskusi
menemukan pengalaman belajar dan kelompok,
memacu kemampuan siswa untuk kajian literatur
bekerjasama dengan baik. Media : gambar
Penerapan model pembelajaran problem mengenai
based learning ini sesuai dengan kesepakatan di
materi. Namun di lapangan siswa lingkungan
kadang sulit menemukan masalah sekitar
yang berkaitan dengan materi yang Asesmen
sedang dipelajari, sehingga waktu yang berbasis
dibutuhkan cenderung lebih lama. barcode
Kelebihan :
2. Sumarjo, S.Pd (Guru Seni Budaya) 1. Mendukung
Model pembelajaran Group untuk
Investigation cocok diterapkan dalam pembelajaran
pembelajaran PPKn dengan materi PPKn dengan
kasus hierarki dan hubungan antar konteks masalah
regulasi. Karena materi ini berkaitan kenergaraan dan
dengan masalah sosial yang ditemukan politik
siswa dalam kehidupan sehari-hari. 2. Kasus bersifat
Manfaat menggunakan model kontekstual
pembelajaran GI adalah siswa dapat 3. Siswa lebih
menemukan masalah kemudian mudah
mampu menyelesaikannya, sehingga memahami
dapat melatih siswa berpikir logis 4. Siswa berpikir
dan kritis. Selain itu, siswa juga kritis dan aktif
memiliki pengalaman belajar secara Kekurangan :
nyata, atau sesuai dengan konteks 1. Siswa sulit
lingkungan sekitarnya. mengidentifikasi
Model pembelajaran Problem Based masalah
Learning ini dapat digunakan untuk 2. Membutuhkan
materi konsekuensi pelanggaran siswa yang aktif
kesepakatan. Karena dalam mata dalam semua
pelajaran PPKn banyak sekali dikaitkan langkah
dengan permasalahan politik dan pembelajaran
kenegaraan. Namun, model
pembelajaran ini tidak dapat
digunakan untuk semua materi
pembelajaran, dan juga
membutuhkan waktu yang lama.
3. Suminah, S.Pd (Guru Sejarah)
Penerapan model pembelajaran Group
Investigation ini dapat diterapkan
dalam materi yang dipilih. Karena
model pembelajaran ini dapat
memfokuskan pada pemikiran siswa
sendiri. Hal ini membuat siswa terlatih
untuk berpikir kritis. Namun,
kelemahannya adalah ada siswa yang
tidak mengerjakan tugasnya sendiri
atau hanya menyontek tugas temannya.
Problem based learning ini dapat
diterapkan di dalam materi yang telah
dipilih. Penerapan model ini membuat
siswa dapat melihat masalah yang ada
di sekitarnya atau lebih bersifat
kontekstual. Kekurangan dari model
ini adalah kasus atau permasalahan
yang ditemukan diragukan
kebenarannya/ subjektif. Kelebihannya
adalah siswa lebih mudah memahami
materi karena belajar dari
lingkungannya sendiri.
4. Taufiqurrahman (Guru Agama Islam)
Model Group Investigation cocok
diterapkan karena materi ini dapat
mengarahkan siswa untuk
mengeksplore dari berbagai sudut
pandang yang berbeda, yang nantinya
dapat menjadi bahan diskusi.
Kelemahan dari model ini adalah waktu
yang dibutuhkan lama dan sumber
belajar masih terbatas pada buku teks
atau literatur saja. Kelebihannya adalah
menjadikan siswa aktif, mampu
bekerjasama dengan baik, ada
pembagian tugas yang jelas dan ada
proses diskusi di dalamnya
Penerapan model pembelajaran problem
based learning ini sesuai dengan materi
yang dipilih. Namun, ada
kekurangannya yaitu siswa kesulitan
untuk melakukan identifikasi
masalah yang ada di lapangan.
Sedangkan kelebihannya adalah dapat
melatih siswa berpikir kritis, aktif,
dan menjadikan pengalaman belajar
yang dapat diingat oleh siswa.
5. Heru Prasetyo, S.T (Guru TELIN)
Model pembelajaran Group
Investigation dapat diterapkan pada
materi yang dipilih. Penerapan model
ini dapat membuat siswa berlatih
untuk mengkaitkan antara materi
dengan masalah yang nantinya
memacu siswa untuk berpikir kritis
dalam menemukan solusi dari setiap
permasalahan yang ada. Namun, ada
kelemahannya yaitu tidak semua siswa
memiliki kemampuan yang sama
untuk melakukan identifikasi masalah.
Model pembelajaran Problem Based
Learning ini mendorong siswa untuk
berupaya mencari permasalahan dari
lingkungan sekitar yang berhubungan
dengan materi yang sedang dipelajari.
Tetapi dalam penerapannya dibutuhkan
keaktifan siswa dalam setiap langkah
pembelajaran, sehingga pembelajaran
dapat berjalan dengan baik dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran.

2 1. Penggunaan model Berdasarkan hasil A. Kajian Literatur Berdasarkan kajian


pembelajaran analisis dari Menurut Iman (2022), literasi budaya dan literatur dan hasil
project based eksplorasi alternatif kewargaan bertalian erat dengan kehidupan wawancara dapat
learning solusi untuk sehari-hari dalam masyarakat. Oleh karena diambil kesimpulan
2. Pemanfaatan menangani masalah itu, pengalaman yang diperoleh peserta didik bahwa solusi yang
sumber belajar guru belum optimal akan memberikan nilai dan makna relevan untuk
berbasis budaya dalam menerapkan tersendiri. Implementasi literasi budaya dan masalah guru
dan kewargaan dari literasi budaya dan kewargaan dapat dilaksanakan dalam belum optimal
lingkungan sekitar kewargaan antara lain : pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. dalam menerapkan
3. Pemanfaatan HP 1. RENCANA Implementasi literasi budaya dan kewargaan literasi budaya dan
sebagai sumber AKSI 3 dalam pembelajaran di kelas dapat diajarkan kewargaan antara
Memanfaatkan lain :
belajar sumber dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan
4. Memaksimalkan belajar dan Seni Budaya dan Prakarya ataupun A. RENCANA AKSI
pemanfaatan berbasis mata pelajaran lainnya. 3
sumber belajar dari budaya dan Materi macam-
perpustakaan. kewargaan Menurut Suastika dan Sukadi (2017) macam norma
dari menyebutkan bahwa unsur pendidikan dan pelanggaran
lingkungan budaya dan kewargaan di antaranya norma regulasi
sekitar (materi identitas nasional, kebangsaan dan dalam
macam- kewarganegaraan, hak dan kewajiban warga masyarakat
macam norma negara, demokrasi dan masyarakat madani Model
dan Indonesia, wawasan nusantara dan hak asasi pembelajaran
pelanggaran manusia. problem based
norma learning
regulasi dalam Menurut Yusuf, dkk (2020), literasi budaya Metode :
masyarakat) dan kewarganegaraan merupakan kecakapan Ceramah, diskusi
yang harus dibentuk melalui kegiatan- kelompok, studi
2. RENCANA kegiatan membaca buku, koran dan media lapangan
AKSI 3 massa lain, serta kegiatan lain yang berbasis Media : Hp,
Memanfaatkan pengembangan kebudayaan, seperti bahasa, Googlesite
HP sebagai kesenian, tarian dan bentuk kebudayaan Asesmen berbasis
alat untuk lainnya. barqode
mengakses Kelebihan :
sumber Strategi yang dapat dilakukan untuk 1. Mudah diaksesnya
belajar mengimplementasikan literasi budaya dan sumber belajar
berbasis kewargaan dengan integrasi ke dalam 2. Sumber belajar
budaya dan pembelajaran, pengenalan produk-produk lebih menarik
kewargaan budaya berorientasi kearifan local. Berbagai 3. Tidak terbatas
(materi media pembelajaran juga dikenalkan ruang dan waktu
macam- sehingga peserta memahami pembelajaran Kekurangan:
macam norma konstekstual sangat erat dengan kearifan 1. Terbatasnya wifi
dan local yang ada (Suwayandani, Beti Istanti, 2. Banyak terjadi
pelanggaran dkk, 2022). pelanggaran
norma 3. Tidak ada batasan
regulasi dalam Prinsip dasar literasi kebudayaan dan yang jelas dalam
masyarakat)
3. RENCANA kewargaan antara lain, budaya sebagai alam mengakses
AKSI 4 pikir melalui bahasa dan perilaku; kesenian sumber belajar
Menggunakan sebagai produk budaya; kewargaan melalui Hp
model multikultural dan partisipatif; nasionalisme; 4. Sumber belajar
pembelajaran inklusivitas dan pengalaman langsung tidak kredibel
project based (Kemdikbud, 2017).
learning B. RENCANA AKSI 4
(materi Lingkup kelas pelaksanaan literasi budaya Materi mengatasi
mengatasi dan kewargaan dilaksanakan melalui pelanggaran
pelanggaran pembelajaran PPKn, dimana guru norma dan
norma dan mengaitkan budaya dalam pembelajaran regulasi di dalam
regulasi di PPKn, membiasakan menyanyikan lagu masyarakat
dalam nasional/daerah, mengunjungi pengadilan, Model
masyarakat) DPR, dan LSM (Maimun, dkk 2020). pembelajaran
project based
Pembelajaran berbasis proyek (project- learning
based-learning) adalah metoda Metode : ceramah,
pembelajaran yang menggunakan diskusi kelompok,
proyek/kegiatan sebagai media. Projek studi lapangan
merupakan tuga yang melibatkan kegiatan Media : video dan
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan bahan tayang
secara tertulis maupun lisan dalam waktu dengan materi
tertentu umumnya menggunakan data. contoh mengatasi
Langkah-langkah model project based pelanggaran
learning yang digunakan dalam penelitian norma
ini, terdiri enam langkah yaitu: (1) Asesmen berbasis
Penentuan Projek. barqode
(2) Perancangan langkah-langkah Produk : poster
penyelesaian projek. (3) Penyusunan dari Canva
Jadwal Pelaksanaan Projek. (4)Penyelesaian
projek dengan fasilitasi dan monitoring Kelebihan :
guru. (5) Penyusunan laporan dan 1. Melatih siswa
presentasi/publikasi hasil projek. (6) berpikir
Evaluasi proses dan hasil projek (Nuraeni, sistematis
2018). 2. Melatih
kerjasama dan
Menurut Yusuf, dkk (2020), hasil penelitian sosialisasi
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan 3. Siswa lebih aktif
yang signifikan antara kelas eksperimen dan 4. Siswa mampu
kelas kontrol terhadap literasi digital. mengorgansir
Penerapan model project citizen dapat dengan baik
meningkatkan literasi digital siswa dalam 5. Siswa dapat
proses pembelajaran. merencanakan
pembuatan
Perluasan Akses terhadap Sumber Belajar projek
Bermutu dan Cakupan Peserta Belajar Kekurangan :
dengan pemanfaatan TIK. Tidak dapat 1. Waktu lama
disangkal, teknologi informasi dan 2. Banyak
komunikasi (TIK) berperan sangat besar persiapan’
dalam kehidupan. TIK dapat menjadi sarana 3. Perencanaan
efektif sebagai sumber belajar siswa. Ragam harus jelas
sumber belajar bermutu dapat dilakukan 4. Guru harus
dengan pengayaan bahan cerita lokal dan menguasai
nasional. Misalnya Siswa perlu model PJBL
diperkenalkan bacaan lokal dan nasional. 5. Siswa belum
Bacaan lokal penting agar siswa mengetahui paham
karya sastra daerah yang dilahirkan prosedur PJBL
nenek moyangnya (Hadiansyah, Firman dkk,
2017).

Berikut ini adalah beberapa contoh


penerapan literasi digital di sekolah.
1. Peserta didik membaca dan menulis
melalui aplikasi digital. Proses membaca
dan menulis di aplikasi digital ini dapat
dilakukan dengan memanfaatkan
smartphone masingmasing peserta
didik, membaca di halaman website,
blog sekolah atau menulis di watpad.
2. Kelas virtual bagi peserta didik. Kelas
virtual ini memudahkan pendidik untuk
tetap dapat mengajar meskipun ada
kondisi yang tidak memungkinkan
untuk belajar di dalam kelas. Kelas
virtual ini dapat dilakukan dengan
memanfaatkan aplikasi zoom, google
meeting, whatsapp dll.
3. Warga sekolah berkomunikasi dengan
menggunakan teknologi digital
4. OSIS mengunggah kegiatannya melalui
blog.
5. Pihak sekolah aktif mengelola website.
6. Sekolah membuat akun instagram
untuk media informasi (Hadiansyah,
Firman dkk, 2017).

B. Hasil Wawancara :

1. Supriningsih, S.Pd (Guru PPKn)


Model pembelajaran project based
learning ini dapat dilaksanakan dalam
pembelajaran PPKn. Namun
membutuhkan banyak persiapan,
waktu nya panjang, dan guru harus
mampu menguasai sintaks dalam
model ini.
Pemanfaatan Hp untuk literasi digital
sangat dianjurkan, namun dalam
pelaksanaannya masih banyak sekali
kendala, seperti terbatasnya akses
internet dan wifi dari sekolah,
sulitnya mengawasi siswa agar tidak
terjadi penyalahgunaan.
Media pembelajaran yang
memungkinkan untuk digunakan
dalam pembelajaran PPKn adalah
asesmen berbasis barcode, video
pembelajaran, film dokumenter dan
gambar.
2. Sukirna, S.Pd., M. Pd. (Kepala Sekolah)
Penggunaan model project based
learning sesuai dengan materi yang
diambil yaitu mengatasi pelanggaran
norma. Model ini bisa terlaksana
dengan baik jika sebagai guru kita
pandai memilih materi mana yang
sesuai dan produk apa yang dapat
dihasilkan. Kelemahannya adalah
butuh persiapan yang matang,
perencanaan yang jelas dan waktu
yang lama.
Pemanfaatan Hp untuk literasi digital
ini sangat bisa dilakukan, tetapi karena
sekolah belum bisa memaksimalkan
fasilitas yang dimiliki seperti wifi.
Sehingga membuat pelaksanaannya
juga terhambat.
Media pembelajaran yang
direkomendasikan adalah video, bahan
tayang, atau projek membuat poster
dari kertas, pengembangan LKPD
berbasis barcode.
3. Suminah, S.Pd (Guru Sejarah)
Model project based learning cocok
diterapkan, dan dapat membuat siswa
mendapatkan pengalaman belajar yang
nyata dari lingkungan sekitarnya.
Selain itu, dapat membuat siswa
berpikir sistematis karena ada
langkah yang jelas dalam membuat
projek. Kelemahannya adalah butuh
banyak persiapan, waktu lama.
Pemanfaatan Hp bisa dilakukan,
namun banyak kendala seperti batasan
siswa dalam mengakses kurang jelas,
sehingga banyak pelanggaran. Konten
materi hanya bersifat menghibur,
konten materi dan sumber belajar
tidak kredibel. Tetapi kelebihannya
adalah dapat diakses dengan mudah
tidak terbatas ruang dan waktu,
tampilan lebih menarik karena
biasanya banyak gambar dan
ilustrasinya.
Media pembelajaran yang dapat
digunakan adalah stick es krim yang
dikreasikan sesuai dengan model
pembelajaran dan materi yang
dipelajari.
4. Taufiqurrahman, S. Pd. (Guru Agama
Islam)
Model project based learning ini dapat
diterapkan di materi yang telah dipilih.
Namun dalam pelaksanaanya
membutuhkan bimbingan lebih
banyak dari guru, siswa belum paham
prosedur atau sintaksnya, waktu dan
persiapannya banyak. Kelebihannya
adalah mampu membuat siswa lebih
aktif, mampu mengorganisir dengan
baik, mampu merencanakan projek.
Pemanfaatan hp untuk literasi digital
berbasis budaya dan kewargaan sangat
bisa diterapkan misalnya membuat
bahan ajar berbasis android, seperti
website (googlesite)
Media yang digunakan adalah video,
gambar, bahan tayang, poster.
5. Heru Prasetyo, S. T. (Guru TELIN)
Penerapan model pembelajaran project
based learning ini sangat bagus
diterapkan karena dapat melatih siswa
untuk belajar bekerjasama,
bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar dan merencanakan
pembuatan projek. Kendala yang
ditemukan adalah persiapan banyak,
waktu lama.
Pemanfaatan HP untuk literasi digital
berbasis budaya dan kewargaan, dapat
dilakukan. Namun kita harus
mempersiapkan materi apa saja yang
harus diakses, agar tidak ada
pelanggaran saat proses literasi
berlangsung.
Media yang dapat digunakan adalah
video dari youtube atau dari canva.

Sumber :
Rahmayanti, Esti. Penerapan Problem Based Learning dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Pembelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas XI SMA. Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III 11 November
2017, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

Yusuf, dkk. Tinjauan Literasi Budaya dan Kewargaan Siswa SMA Se-Kota Banda Aceh. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan
Undiksa Vol. 8 No. 2 (Mei 2020).

Hadiansyah, Firman dkk.Materi Pendukung Literasi Budaya dan Kewargaan. Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2017.

Maimun, dkk. Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Kebangsaan Melalui Literasi Budaya dan Kewarganegaraan di SMA Kota Banda
Aceh. CIVICUS: Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan Vol.8 No. 2 Maret 2020

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Literasi Budaya Dan Kewargaan.” Gerakan Literasi Nasional 8, no. 9 (2017): 1–58.
Rahmawati, Putri. Pembelajaran Aktif dan Kreatif ”6 Literasi Dasar”. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden
Intanlampung. 2022

Suwandayani, Beti Istanti. Pemberdayaan Guru Sekolah Dasar dalam Implementasi Literasi Budaya dan Kewargaan Berorientasi
Kearifan Lokal. Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 02, No.01, Januari 2022.

Iman, Bagus Nurul. Budaya Literasi dalam Dunia Pendidikan. PROCEEDINGS Membangun Karakter dan Budaya Literasi Dalam
Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di SD. FKIP Universitas Muhammadiyah Cirebon. 2022

Yusuf, dkk. Meningkatkan Literasi Digital Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Model Project Citizen. Prosiding Seminar
Nasional ”Reaktualisasi Konsep Kewarganegaraan Indonesia” 15 Oktober 2019, Universitas Negeri Medan

Suastika, I. N., & S. (2017). Pendidikan kewarganegaraan. Yogyakarta: Andi Offset.

Septiana, Tri Siwi dan M. Ragil K. Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Kelas 5
Pada Mata Pelajaran Pkn di SD Muhammadiyah Kauman Tahun 2016/2017. 2018 Fundamental Pendidikan Dasar Vol. 1, No. 1
Edisi Maret 2018

Nuraeni. Meningkatkan Nilai Tugas Proyek PPKN Melalui Implementasi Model Project Based Learning. Indonesia Journal of
Learning Education and Counseling. Volume 1, No. 1, September 2018.

Anda mungkin juga menyukai