Anda di halaman 1dari 16

LK. 2.

1 Eksplorasi Alternatif Solusi

Masalah terpilih
Akar Penyebab
No. yang akan Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
masalah
diselesaikan
1 Kemampuan Guru belum Hasil Kajian Literatur Dari hasil kajian literatur
Sebagian siswa menggunakan Menurut Kurniawan, dan Wuri W (2017) dan hasil wawancara dapat
dalam pemecahan metode dan model model pembelajaran berbasis masalah, diambil kesimpulan bahwa
masalah masih pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan alternatif solusi dari guru
rendah cocok untuk keterampilan peserta didik untuk bekerja
belum menggunakan
melatih siswa sama, menumbuhkan keterampila berpikir
memecahkan kritis, dan mampu memecahkan masalah-
metode dan model
permasalahan masalah dalam kehidupan sehari-hari, pembelajaran yang cocok
khususnya dalam pembelajaran PPKn. untuk melatih siswa
Dalam penggunaan model pembelajaran memecahkan
ini, akan menyajikan tugas individu/ permasalahan :
perseorangan dan kelompok. Tugas 1. Guru dapat
kelompok yang akan diberikan berupa menggunakan model
latihan-latihan soal yang harus pembelajaran inkuiri
dikerjakan secara berkelompok. Model untuk melatih siswa
pembelajaran dimulai dengan
dalam memecahkan
menyajikan permasalahan nyata yang
penyelesaiannya membutuhkan kerjasama
masalah. Pemilihan
diantara siswa-siswa (Septiana dan M. Ragil model pembelajaran
K, 2018) inkuiri ini berdasarkan
temuan pada sintaks
Menurut Septiana, dan M. Ragil K (2018), yang didalamnya ada
sintaks atau langkah-langkah dalam proses mencari
penerapan model pembelajaran problem jawaban/solusi dari
based learning antara lain : identifikasi permasalahan yang
masalah, pengembangan alternatif masalah, diajukan. Dari sintaks
pengumpulan data, uji data, dan
ini dapat diidentifikasi
pengambilan keputusan.
metode pembelajaran
Menurut Haris dan Fitriani, B (2018) model apa yang cocok untuk
pembelajaran kooperatif adalah kegiatan proses pembelajaran
pembelajaran dengan cara berkelompok yang mengembangkan
untuk bekerjasama saling membantu kemampuan siswa
mengkonstruksikan konsep, menyelesaikan dalam memecahkan
persoalan atau inkuiri.
masalah, yaitu metode
Menurut Sulianti dan Mukhamad Murdiono
diskusi kelompok
(2017), model pembelajaran inkuiri adalah kecil, metode
rangkaian ke-giatan pembelajaran yang ceramah bervariasi,
menekankan pada proses berfikir secara dan metode
kritis dan analisis untuk mencari dan pengalaman lapangan.
menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan. Kelebihan model
pembelajaran inkuiri yaitu
Menurut Muftahid dan Deni Andikat (2019), a. Melatih siswa untuk
ciri utama model pembelajaran inkuiri,
melakukan
meliputi :
a. Model inkuiri menekankan pada
pengolahan informasi,
aktivitas siswa secara maksimal b. Pengajaran berpusat
untuk mencari dan menemukan, pada siswa
artinya model inkuiri menempatkan c. Pemahaman materi
siswa sebagai subjek belajar. lebih baik
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan d. Sumber belajar
siswa diarahkan untuk mencari darimana saja,
dan menemukan jawaban dari e. Terhindar dari
sesuatu yang dipertanyakan menghafal materi
Menurut Nur Khosiah (2016), tahapan-
Kekurangan model
tahapan model pembelajaran inkuiri yaitu (1)
orientasi masalah; (2) merumuskan masalah; pembelajaran inkuiri yaitu
(3) mengajukan hipotesis; (4) merencanakan a. Guru kesulitan
percobaan/cara penyelesaian masalah; (5) mengarahkan siswa
melaksanakan percobaan/mencari cara mengolah informasi;
pemecahan masalah yang lain; (6) b. kurangnya sumber
pengumpulan data; (7) menganalisis data;
dan (8) menyimpulkan. belajar dan fasilitas
yang memadai
Dalam penerapan discovery learning ini c. Metode ini tidak
siswa lebih aktif untuk membaca dan efisien khususnya
mencari informasi, pengetahuan serta
untuk mengajar siswa
pemecahan terhadap masalah yang
diberikan guru.
dalam jumlah besar.
Sintak model pembelajaran discovery d. membutuhkan waktu
learning sebagai berikut yaitu 1) yang lama
mengajukan persoalan 2) mengidentifikasi
berbagai permasalahan 3) mengumpulkan 2. Guru dapat menerapkan
data 4) menganalisis hasil pengumpulan model pembelajaran
data 5) uji hipotesis/verifikasi 6) menarik berbasis masalah/
kesimpulan (Sujarwadi, dkk 2021). problem based
learning.
Menurut Suryosubroto, “model problem
Berdasarkan sintaks model
posing atau pengajuan
masalah-masalah yang dituangkan dalam
problem based learning
bentuk pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan dapat diperoleh data bahwa
tersebut kemudian diupayakan untuk metode pembelajaran yang
dicari jawabannya baik secara individu dapat digunakan untuk
maupun bersama dengan pihak lain, mengembangkan
misalnya sesama peserta didik maupun kemampuan siswa dalam
dengan pengajar sendiri” (Sari, Nurharmi, memecahkan masalah
dan Hendrizal, 2015). adalah metode diskusi
kelompok kecil, metode
Model problem posing menurut Barlow dan
ceramah bervariasi, dan
Cates berpendapat bahwa ketika guru
metode pengalaman
tergabung dalam sebuah proses
pembelajaran dikelas dan membangun lapangan.
sebuah contoh permasalahan maka proses
belajar dikelas menjadi terpusat kepada Kelebihan model problem
siswa dan siswa lebih aktif terlibat dalam based learning antara lain :
menciptakan dan memecahkan masalah a. Pembelajaran lebih
mereka sendiri. Di sisi lain, memberi
tanggungjawab kepada siswa secara penuh bermakna
terhadap masalah yang telah mereka b. Mengembangkan
hasilkan atau rumuskan (Surdinata, pengetahuan
Sukardi dan Rispawati, 2018) sekaligus
keterampilan
Menurut Ni Wayan Sulasti (2014), model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
c. Meningkatkan
Investigation (GI) adalah suatu metode yang kemampuan
dapat merangsang siswa agar berpikir menyelesaikan
kritis serta mampu untuk menganalisa masalah
suatu permasalahan, sehingga siswa dapat d. Menambah motivasi
memecahkan permasalahan tersebut. siswa untuk belajar

Asumsi yang digunakan sebagai acuan Kekurangan model


dalam pengembangan model problem based learning
pembelajaran kooperatif tipe Group
antara lain :
Investigation (GI) , yaitu
(1) untuk meningkatkan kemampuan
a. Masalah sulit
kreativitas mahasiswa dapat dipecahkan karena
ditempuh melalui pengembangan proses minat siswa kurang
kreatif menuju suatu kesadaran dan b. Membutuhkan
pengembangan alat bantu yang secara waktu yang lama
eksplisit mendukung kreativitas, c. Pemahaman siswa
(2) komponen emosional lebih penting kurang sehingga
daripada intelektual, yang tak rasional lebih siswa sulit
penting daripada yang rasional dan menyelesaikan
(3) untuk meningkatkan peluang
masalah yang
keberhasilan dalam memecahkan suatu
diajukan
masalah harus lebih dahulu memahami
komponen emosioanl dan irrasional
(Wahyuningsih, 2012). 3. Guru dapat menerapkan
model pembelajaran
Hasil Wawancara : kooperatif tipe Group
1. Kepala Sekolah (Sukirna, S.Pd., Investigation
M.Pd.) Kelebihan :
Metode yang cocok digunakan untuk a. Pembelajaran
mengasah kemampuan pemecahan berpusat pada siswa
masalah adalah metode diskusi b. Melatih siswa
kelompok kecil, metode ceramah bekerjasama dalam
bervariasi, metode demonstrasi,
kelompok
metode simulasi, dan metode
pengalaman lapangan. Sedangkan
c. Mendukung siswa
model pembelajarannya adalah dapat mengembangkan
dilihat dari kegaitan membuat projek kreativitasnya
misalnya tugas membuat video, d. Meningkatkan
mencari jawaban dari suatu masalah, kemampuan siswa
discovery learning, problem based menyelesaikan
learning. masalah
2. Guru PPKn (Supriningsih, S.Pd) Kekurangan :
Metode yang digunakan adalah a. Membutuhkan
metode demonstrasi, metode
waktu yang panjang
simulasi dan metode pengalaman
lapangan. Projek based learning
b. Hanya siswa tertentu
bisa mengasah kemampuan siswa yang aktif dalam
untuk menyelesaikan masalah, selain diskusi
itu ada problem based learning yang c. Terbatasnya media
berangkat dari adanya masalah pembelajaran untuk
kemudian mencari solusinya dan mendukung
model problem solving. penerapan model GI
3. Guru Sejarah (Suminah, S.Pd) d. Dibutuhkan siswa
Guru dapat menggunakan metode yang aktif dalam
diskusi, metode simulasi dan
mencari sumber
metode ceramah bervariasi.. Dalam
belajar
kelas, menggunakan model
pembelajaran inkuiri yaitu siswa 4. Guru dapat menerapkan
dihadapkan pada pertanyaan yang model pembelajaran
kemudian siswa diarahkan pada discovery learning
pencarian jawaban melalui kajian Kelebihan :
literatur maupun sumber belajar a. Meningkatkan
lainnya. Selain inkuiri ada discovery keaktifan siswa
learning dan membuat projek b. Melatih siswa untuk
misalnya membuat video atau bahan berpikir logis
tayang yang sesuai dengan materi c. Melatih siswa
saat itu. memecahkan
4. Teman Sejawat (Heru Prasetyo,
permasalahan
S.T)
Metode pembelajaran yang bisa
d. Mengembangkan
diterapkan dalam mata pelajaran pemahaman siswa
PPKn adalah metode simulasi, tentang proses
metode demonstrasi, metode menganalisis
pengalaman lapangan, metode masalah
diskusi kelompok. Siswa biasanya Kekurangan :
membuat projek dan dipresentasikan a. Waktu lama
di kelas. Selain itu, siswa diarahkan b. Guru dituntut untuk
untuk mencari jawaban dari berbagai membimbing siswa
permasalahan yang ditemukan di
dengan giat
lingkungan sekitar/ berita, nantinya
siswa melaporkan
c. Menuntut siswa aktif
jawaban/solusinya. dalam diskusi dan
mengemukakan
pendapat

2. Guru PPKn SMK N 1 Guru kurang Menurut Atmazaki, dkk (2017) literasi Dari hasil kajian literatur
Nanggulan belum memahami budaya adalah pengetahuan dan dan hasil wawancara dapat
optimal dalam substansi, konten kecakapan dalam memahami dan bersikap diambil kesimpulan bahwa
menerapkan literasi dan pentingnya terhadap kebudayaan Indonesia sebagai alternatif solusi dari guru
budaya dan literasi budaya identitas bangsa.
kurang memahami
kewargaan dan kewargaan Sedangkan, literasi kewargaan adalah
pengetahuan dan kecakapan dalam
substansi, konten dan
memahami hak dan kewajiban sebagai pentingnya literasi budaya
warga masyarakat. dan kewargaan antara
lain :
Dalam Forum Ekonomi Dunia tahu 1. Pemanfaatan HP
2015, terdapat 6 literasi dasar yang sebagai sumber
merupakan kecakapan hidup abad 21 yang
wajib dikuasai oleh generasi muda. belajar untuk
Literasi tersebut mencakup literasi baca menerapkan literasi
tulis, numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan
budaya dan kewarganegaraan. kewargaan berbasis
Literasi budaya dan kewargaan merupakan
kelas
pengetahuan dan kecakapan dalam
memahami dan bersikap terhadap
Kelebihan
kebudayaan Indonesia. Pada kecakapan pemanfaatan HP
ini siswa diukur implementasi literasi sebagai sumber
budaya dan kewarganegaraannya baik belajar antara lain :
melalui penggunaan fasilitas fisik maupun a. Pembelajaran
digital (Nudiati dan Sudiapermana, 2020) lebih menarik
b. Sumber belajar
Menurut Hardiansyah (2017), literasi budaya yang didapatkan
dan kewargaan sangat penting dikuasai di lebih bervariasi
abad ke-21, oleh karena itu menjadi suatu
c. Dapat
yang pasti bagi setiap individu memiliki
kemampuan dengan keragamaan suku,
meningkatkan
budaya, bahasa, adat istiadat, kepercayaan motivasi dan
dan lapisan sosial. Sesuai dengan semangat belajar
pernyataan tersebut literasi budaya dan siswa
kewargaan penting bagi siswa agar siswa
memahami, melestarikan kebudayaan Kekurangan
Indonesia serta menerapkan nilai-nilai pemanfaatan HP
kewargaan budaya untuk memperkuat sebagai sumber
pribadi menjadi generasi penerus bangsa. belajar antara lain :
a. Membutuhkan
Literasi budaya dan kewargaan sangat
jaringan internet
dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia
untuk menegaskan kepribadiannya sebagai yang baik
bagian dari bangsa Indonesia yang b. Rawan terjadi
berpegang teguh pada ideologi Pancasila. penyalahgunaan
Literasi budaya dan kewargaan adalah HP saat
keharusan sebagai upaya untuk pembelajaran
mengkontruksi wawasan kebangsaan dan
tentu dengan pendekatan yang otentik (Siti berlangsung
Aisyah, 2021). c. Sering terjadi
miskonsepsi pada
Menurut Utami dan Abdurrohman M (2020), istilah-istilah
literasi budaya dan kewarganegaraan yang
yang sulit
tidak hanya berkaitan dengan membaca
buku. Namun guru juga dapat menggunakan
video, lingkungan sekitar yang berkaitan 2. Penggunaan model
dengan kebudayaan dan ketahanan dan pembelajaran
keamanan lingkungan. project based
learning untuk
Literasi budaya menjadi hal yang penting mengembangkan
untuk masyarakat Indonesia. Indonesia literasi budaya dan
memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kewargaan berbasis
kebiasaaan, adat istiadat, kepercayaan, dan kelas
lapisan sosial. Sebagai bagian dari dunia,
Kelebihan
Indonesia pun turut terlibat dalam kancah
perkembangan dan perubahan global. Oleh
penggunaan model
karena itu, kemampuan untuk menerima pembelajaran project
dan beradaptasi, serta bersikap secara based learning
bijaksana atas keberagaman ini menjadi antara lain :
sesuatu yang mutlak membangun budaya a. Meningkatkan
literasi pada seluruh ranah pendidikan motivasi belajar
(keluarga, sekolah, dan masyarakat) siswa
(Yulianingsih, Lestari dan Rahma, 2018). b. Meningkatkan
keterampilan
Indikator yang digunakan untuk mengukur
mengelola
kemampuan literasi budaya dan kewargaan
sumber belajar
di sekolah adalah sebagai berikut.
1. Basis Kelas c. Meningkatkan
a. Jumlah pelatihan tentang literasi kemampuan
budaya dan kewargaan untuk kepala pemecahan
sekolah, guru, dan tenaga kependidikan; masalah
b. Intensitas pemanfaatan dan d. Meningkatkan
penerapan literasi budaya dan
kewargaan dalam pembelajaran; dan kemampuan
c. Jumlah produk budaya yang dimiliki literasi siswa
dan dihasilkan sekolah. (Ibrahim, yang rendah
Gufran Ali dkk. 2017) Kekurangan
penggunaan model
Pembelajaran berbasis proyek (project-
pembelajaran project
based-learning) adalah metoda
pembelajaran yang menggunakan
based learning
proyek/kegiatan sebagai media. Projek antara lain :
merupakan tugas yang melibatkan a. Guru dituntut
kegiatan perencanaan,pelaksanaan, dan untuk terampil
pelaporan secara tertulis maupun lisan b. Membutuhkan
dalam waktu tertentu umumnya waktu yang
menggunakan data. Langkah-langkah model panjang
project based learning yang digunakan c. Tidak sesuai
dalam penelitian ini, terdiri enam untuk siswa
langkah yaitu: (1) Penentuan Projek.
yang mudah
(2) Perancangan langkah-langkah
penyelesaian projek. (3) Penyusunan
menyerah
Jadwal Pelaksanaan Projek.
(4)Penyelesaian projek dengan fasilitasi 3. Memaksimalkan
dan monitoring guru. (5) Penyusunan pemanfaatan
laporan dan presentasi/publikasi hasil sumber belajar dari
projek. (6) Evaluasi proses dan hasil perpustakaan.
projek (Nuraeni, 2018). Kelebihan
pemanfaatan sumber
belajar dari
Ada beberapa gerakan literasi budaya perpustakaan antara
dan kewargaan di sekolah yang dapat lain :
dikembangkan antara lain : a. Dapat diakses
dengan mudah
(1) Bengkel Kreatif Berbahasa Daerah b. Membantu siswa
untuk
Bengkel kreatif adalah sarana paling
penting untuk mendorong budaya tulis menemukan
dan siswa yang literat di sekolah. Di sumber belajar
bengkel kreatif, siswa akan c. Menanamkan
kebiasaan siswa
mengeluarkan bakat dan minatnya
untuk belajar
menjadi karya nyata di bidang lisan, mandiri
tulisan, audio, dan visual. Siswa dapat d. Sumber belajar
memanfaatkan saranadigital sebagai dapat dipinjam
sarana belajar, sumber belajar, dan
publikasi karya. Kekurangan
pemanfaatan sumber
(2) Pengenalan Ketahanan Negara belajar dari
perpustakaan antara
Ketahanan negara adalah pondasi besar lain :
di dalam mempertahankan hidup yang a. Literatur terbatas
aman dan damai. Oleh karena itu, siswa b. Terbatasnya jam
operasional
perlu diperkenalkan materi ketahanan
perpustakaan
negara atau bela negara dengan c. Sumber informasi
menghadirkan unsur TNI, kepolisian, terbatas pada
pemerintah, kelompok agama, buku teks/cetak
perkumpulan pemuda, pramuka, dan saja
komunitas literasi. Beragam unsur d. Literatur kurang
tersebut akan memperkaya sudut. update
4. Pemanfaatan
(3) Pelatihan Pembuatan Permainan sumber belajar
Edukatif berbasis budaya
dan kewargaan dari
Dewasa ini, pembelajaran di kelas lingkungan sekitar
mengharuskan guru untuk mengasah
Kelebihan
kemampuan dan kreativitas mereka
dalam mengajar. Dalam hal ini, guru pemanfaatan sumber
dituntut untuk membuat permainan belajar berbasis
edukatif di dalam kelas. Literasi budaya budaya dan
kewargaan dari
dan kewargaan dapat diaplikasikan
lingkungan sekitar
dalam bentuk permainan-permainan antara lain :
tradisional, seperti engklek atau a. Siswa memiliki
congklak. pengalaman
belajar yang
Hadiansyah (2017, menjelaskan sumber nyata
belajar yang menunjang literasi budaya b. Pembelajaran
dan kewargaan antara lain : bersifat
kontekstual
(1) Penyediaan bahan bacaan dan c. Melatih
alat peraga di perpustakaan kepercayaan diri,
(2) Pemanfaatan TIK empati dan
kepedulian sosial
(3) Pemanfaatan perpustakaan
siswa
sekolah d. Melatih
(4) Program menulis buku keterampilan
(5) Pengayaan bahan cerita lokal dan siswa untuk
nasional bersosialisasi
Kekurangan
Hasil Wawancara : pemanfaatan sumber
1. Kepala Sekolah (Sukirna, S.Pd., belajar berbasis
M.Pd.) budaya dan
Literasi budaya dan kewargaan kewargaan dari
biasanya dilakukan dengan
lingkungan sekitar
membaca buku di perpustakaan
sekolah, atau melakukan berbagai
antara lain :
pengamatan seperti kegiatan pentas a. Keterbatasan
budaya, kirab budaya. Selain itu, waktu
juga memaksimalkan HP untuk b. Jangkauan siswa
membaca literatur dalam mengakses
Kendala penerapan literasi budaya sumber belajar
dan kewargaan antara lain berasal terbatas di
dari siswa sendiri yang sejak awal sekolah saja
tidak berminat dengan kegiatan
c. Diperlukan
literasi. Selain itu karena ada sarana
prasarana yang kurang memadai.
keterampilan
Misalnya buku-buku yang terbatas. guru untuk
Pentingnya penerapan literasi membimbing
budaya dan kewargaan antara lain siswa dalam
sebagai dasar pengetahuan siswa berekplorasi
untuk mempelajari berbagai ilmu d. Rawan terjadi
yang ada di sekolah, misalnya ilmu penyalahgunaan
kejuruan dengan ilmu sosial. Literasi pembelajaran
budaya dan kewargaan yang
bersumber dari lingkungan sekitar
adalah melalui kegiatan pengalaman
lapangan dan pendidikan karakter,
seperti wawancara dengan
masyarakat sekitar saat bergotong
royong
2. Guru PPKn (Supriningsih, S.Pd)
penerapan literasi budaya dan
kewargaan antara lain membaca dari
berbagai sumber misalnya buku
teks, majalah, koran, artikel
dengan menggunakan HP. Kendala
penerapan literasi budaya dan
kewargaan antara lain berasal dari
siswa yang minatnya untuk literasi
kurang, dan juga literatur di
perpustakaan yang terbatas. Literasi
menjadi penting untuk dikuasai
karena sebagai bekal pengetahuan
untuk menyelesaikan berbagai
masalah-masalah yang dihadapi
siswa. Lingkungan sekitar menjadi
sumber literasi misalnya melalui
studi lapangan dengan berkunjung ke
KPU, BPBD dan lain sebagainya
3. Guru Sejarah (Suminah, S.Pd)
penerapan literasi budaya dan
kewargaan antara lain membaca
berbagai literatur dan mengamati
kegiatan seperti pentas teater,
pemutaran film, mengunjungi
museum dan memanfaatkan literasi
digital. Kendala penerapan literasi
budaya dan kewargaan antara lain
berasal dari minat siswa kurang dan
juga sarana prasarana misalnya
keterbatasan wifi. Pentingnya literasi
adalah sebagai dasar untuk
beradaptasi dengan perubahan yang
ada, misalnya perubahan teknologi
dan lain-lain.
Guru dapat mengajak siswa
berkunjung ke tempat bersejarah dan
situs sejarah lainnya.
4. Teman Sejawat (Heru Prasetyo.
S.T.)
Penerapan literasi budaya dan
kewargaan antara lain, membaca
literatur dari jurnal, atau dengan
literasi digital dengan
memanfaatkan jaringan internet dan
HP siswa. Kendala penerapan literasi
budaya dan kewargaan antara lain
berasal dari pemahaman siswa yang
kurang sehingga siswa mengganggap
literasi tidak terlalu penting untuk
dirinya. Pentingnya literasi adalah
sebagai basic atau dasar bagi siswa
untuk berpikir logis, kritis dan
kreatif dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan di
lingkungan sekitar. Guru bisa
mengajak siswa berkunjung ke
kantor pemerintahan dan pengadilan
yang nantinya berhubungan dengan
materi yang sedang dipelajari.

DAFTAR PUSTAKA

Atmazaki, dkk. 2017. Panduan Gerakan Literasi Nasional. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Hardiansyah, Firman. 2017. Materi Pendukung Literasi Budaya dan Kewargaan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan
Haris, Hasnawi dan Fitriani B. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pelajaran PKn di SMA
Negeri 1 Watansoppeng. Jurnal Supremasi, Volume XIII, No 1, April 2018
Ibrahim, Gufran Ali dkk. 2017. Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI
M.Wahyu Kurniawan dan Wuri Wuryandani. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Motivasi
Belajar dan Hasil Belajar PPKn. Jurnal Civics, Volume 14, No 1, Mei 2017
Muftahid, Hasrul dan Deni Andika. Upaya Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri
Pada Mata Pelajaran PPKn. Mendidik: Jurnal Kajian Pendidikan dan Pengajaran, Volume 5, No 2, 2019
Ni Wayan Sulasti. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKn di Kelas XI IPA 1 SMA N 1 Sawan Tahun Ajaran 2012/2013.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, Vol. 2 No. 1, Februari 2014.

Nudiati, Deti dan Elih Sudiapermana. Literasi Sebagai Kecakapan Hidup Abad 21 Pada Mahasiswa. Indonesia Journal
of Learning Education Education and Counseling Vol 3, No 1, 2020.
Nuraeni. Meningkatkan Nilai Tugas Proyek PPKN Melalui Implementasi Model Project Based Learning. Indonesia
Journal of Learning Education and Counseling. Volume 1, No. 1, September 2018.
Nur Khosiah. Penerapan Model Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pokok Bahasan Kerjasama Negara-Negara
di Asis Tenggara pada Mata Pelajaran PKn bagi Siswa Kelas VI di SDN Tanjungrejo III Tongas-Probolinggo.
Jurnal Review Pendidikan Dasar: Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian, Vol. 2, No. 2, Mei 2016
Sari, Maitri Purnama, Nurharmi, dan Hendrizal. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Pembelajaran PKn
Melalui Metode Problem Posing di SDN 11 Tanjung Medan Kabupaten Pesisir Selatan. Artikel Penelitian FKIP
Universitas Bung Hatta Padang 2015
Septiana, Tri Siwi dan M. Ragil K. Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Berpikir Kritis
Siswa Kelas 5 Pada Mata Pelajaran Pkn di SD Muhammadiyah Kauman Tahun 2016/2017. 2018 Fundamental
Pendidikan Dasar Vol. 1, No. 1 Edisi Maret 2018
Siti Aisyah. Pengamalan Nilai- Nilai Pancasila Dan Konstitusi Di SMK Negeri 3 Banjarbaru Untuk Meningkatkan
Literasi Budaya Menyongsong Era Revolusi 4.0. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Volume 10, Nomor 01,
Mei 2021
Sujarwadi, Ari dkk. Penerapan Metode Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Kewarganegaraan
Siswa. Jurnal Pendidikan Tambunsai Volume 5 Nomor 3 Tahun 2021
Sulianti, Ani dan Mukhamad Murdiono. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis
dan Hasil Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran PPKn. Harmoni Sosial Jurnal Pendidikan IPS, Volume 4, No
2, September 2017
Surdinata, Sukardi dan Rispawati. Pengaruh Model Problem Solving dan Problem Posing Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis dan Hasil Belajar PPKn. Jurnal Pendidikan Sosial Keberagaman, Vol. 5, No. 2, April-September
2018
Utami, Ima Wahyu Putri dan Abdurrohman M. Analisis Pendampingan Literasi Budaya dan Kewarganegaraan di Era
New Normal. Jurnal Wahana Vo. 72, No 2, Desember 2020.
Wahyuningsih, Siti Lestari Dwi (2012) Peningkatan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran PKn Dengan Metode Group
Investigation Kelas IV SD Negeri 2 Gerdu Tahun 2010/2011. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Yulianingsih, Lestari dan Rahma. Parenting Education dalam Literasi Budaya dan Kewargaan. Prosiding Seminar
Nasional & Temu Kolegial Jurusan PLS Se-Indonesia. 2018. Universitas Negeri Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai