Anda di halaman 1dari 32

JURNAL PRAKTIKUM

FISIKA DASAR 2
JUDUL PERCOBAAN : JARAK FOKUS LENSA TIPIS

HARI / TANGGAL PERC. : Kamis, 24 JUNI 2021

NAMA :SRI ROBIYATUL A.

NIM :60400120017

JURUSAN :FISIKA

KELOMPOK :A

ASISTEN :UPI AMALIA

LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR 2021
JARAK FOKUS LENSA TIPIS
Sri Robiyatu A.
Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Email: srirobiyatul191@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan Jarak Fokus Lensa Tipis. Memiliki tujuan yaitu untuk
menentukan jarak fokus sebuah lensa cembung dan lensa cekung, memplot grafik hubungan
antara jarak banayang dengan jarak benda sehingga diperoleh nilai jarak fokus
berdasarkan grafik, dan membandingkan nilai teoritis dengan hasil plot grafik jarak fokus
lensa yang diperoleh. Adapun Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu
baangkuoptik, rel presisi, pemegang slide diafragma, bola lampu, lensa cembung, lensa
cekung, catu daya (power supply), layar optic penangkap bayangan, tempat lampu
bertangkai, diafragma anak panah, kabel penghubung dan mistar plastik. Ada 2 kegiatan
yang dilakukan pada percobaan ini yaitu menentukan jarak fokus lensa tipis pada lensa
cembung (positif) diketahui bahwa S sebesar 8 dan S’ sebesar 74 diperoleh jarak fokus pada
lensa cembung f sebesar 7,22 cm, pembesaran pada lensa cembung M sebesar 9,25, dan
kedua menentukan jarak fokus lensa tipis pada lensa cekung (negatif) diketahui bahwa S
sebesar 24 dan S’ = 56 diperoleh jarak fokus lensa tipis pada lensa cekung M sebesar 2,3.
Adapun hasil yang diperoleh pada percobaan ini yakni yang pertama dalam menentukan
jarak fokus lensa tipis pada lensa cembung (positif) didapatkan hasil f sebesar 7,22,
, KR sebesar 1,27%, DK sebesar 99,73%, AB sebesar 3, PFmax sebesar
| | , serta Pfmin sebesar | | , sedangkan pada percobaan yang kedua yakni
menentukan jarak fokus lensa tipis (negatif) didapatkan hasil f sebesar 16,8, sebesar
0,050, KR sebesar 0,030%, DK sebesar 99,7%, AB sebesar 3, Pfmax sebesar | |, serta
PFmin sebesar | |.

Kata Kunci : Lensa, Sumbu utama,Titik fokus


1. PENDAHULUAN
Alat optik sederhana yang paling penting adalah lensa tipis. Perkembangan alat-alat
optik dengan menggunakan lensa berawal dari abad ke-16 dan ke-17, walaupun catatan
mengenai kacamata yang paling tua berasal dari akhir abad ke-13. Sekarang kita menemukan
lensa pada kecamata, kamera, kaca pembesar teleskop, teropong, mikroskop, dan peralatan
kedokteran. Lensa tipis biasanya berbentuk lingkaran, dan kedua permukaannya melengkung.
Keutamaan lensa ialah karena ia membentuk bayangan benda (Giancoli, 2001: 263).

Titik fokus merupakan titik bayangan untuk benda pada jarak takhingga pada sumbu
utama. Berarti, titik fokus lensa bisa ditemukan dengan menentukan titik di mana berkas-
berkas cahaya matahari atau benda jauh lainnya dibentuk menjadi bayangan yang tajam.
Jarak titik fokus dari pusat lensa disebut jarak fokus, f. Lensa mana pun yang lebih tebal di
tengah daripada di tepinya akan membuat berkas-berkas paralel berkumpul ke satu titik dan
disebut lensa konvergen. Lensa yang lebih tipis di tengah daripada di sisinya disebut lensa
divergen karena membuat cahaya paralel menyebar (Giancoli, 2001: 265).

Lensa memusat (konvergen), atau positif lebih tebal di bagian tengahnya dibanding
pinggirnya dan akan memusatkan berkas cahaya sejajar ke suatu fokus nyata. Lensa
menyebar (divergen), atau negatif lebih tipis bagian tengahnya dibanding bagian pinggirnya
dan akan menyebarkan berkas sejajar dari fokus maya. Ketika suatu sinar menembus suatu
lensa. Sinar tersebut membias atau “membengkok” pada setiap permukaan batas. Jika
hubungan dengan lensa tipis, untuk penyederhanaan semua pembiasan dapat diasumsikan
terjadi di sepanjang bidang vertikal yang ditarik ke bawah dari bagian tengah lensa. Dua
sinar seberang yang berasal dari sebuah titik pada sebuah benda, yang digambar melalui
sistem, akan menentukan bayangan titik tersebut. Terdapat tiga unsur yang sangat mudah
digunakan karena kita tahu dengan tepat, tanpa melakukan perhitungan, bagaimana sinar
tersebut akan melewati lensa biasa disebut dengan sinar-sinar istimewa (Bueche dan Hecht,
2006: 249).

Menurut Young dan Freedman (2001: 552), menentukan posisi bayangan yang
dibentuk oleh sebuah lensa tipis dengan menggambarkan beberapa sinar khusus yang
dinamakan sinar utama yang berpancar dari sebuah titik benda itu yang tidak berada pada
sumbu optik. Perpotongan sinar-sinar ini, setelah sinar-sinar ini lewat melalui lensa,
menentukan posisi dan ukuran bayangan itu. Ketiga unsur utama yang lintasannya biasanya
mudah ditelusuri untuk lensa yaitu:

1. Sebuah sinar yang paralel dengan sumbu muncul keluar dari lensa itu dalam arah
yang melalui titik fokus kedua F2 dari sebuah lensa konvergen, atau datang dari titik
fokus kedua sebuah lensa divergen.

2. Sebuah sinar yang melalui pusat lensa tidak banyak dideviasikan, di pusat lensa itu
kedua permukaan adalah paralel, sehingga sinar muncul pada sudut yang pada intinya
sama ketika sinar masuk dan berjalan sepanjang garis yang pada intinya sama.

3. Sebuah sinar yang melalui (atau terus menuju) titik fokus pertama F1 muncul keluar
paralel dengan sumbu. Untuk lensa cekung, bayangan yang dihasilkan oleh benda
nyata adalah bayangan maya, sehingga untuk menentukan jarak fokus lensanya, maka
digunakan sebuah lensa positif (Herman, 2015: 47).

Alat optik sederhana yang paling penting adalah lensa tipis. Perkembangan alat-
alat optik dengan menggunakan lensa berawal dari abad ke-16 dan ke-17, walaupun
catatan mengenai kacamata yang paling tua berasal dari akhir abad ke-13. Sekarang kita
menemukan lensa pada kecamata, kamera, kaca pembesar, teleskop, teropong, mikroskop,
dan peralatan kedokteran. Lensa tipis biasanya berbentuk lingkaran, dan kedua
permukaannya melengkung. Keutamaan lensa ialah karena ia membentuk bayangan
benda (Giancoli, 2001).

Titik fokus merupakan titik bayangan untuk benda pada jarak takhingga pada
sumbu utama. Berarti, titik fokus lensa bisa ditemukan dengan menentukan titik di mana
berkas-berkas cahaya matahari atau benda jauh lainnya dibentuk menjadi bayangan yang
tajam. Jarak titik fokus dari pusat lensa disebut jarak fokus, f. Lensa mana pun yang lebih
tebal di tengah daripada di tepinya akan membuat berkas-berkas paralel berkumpul ke
satu titik dan disebut lensa konvergen. Lensa yang lebih tipis di tengah daripada di
sisinya disebut lensa divergen karena membuat cahaya paralel menyebar (Giancoli, 2001).
Lensa memusat (konvergen), atau positif lebih tebal di bagian tengahnya
dibanding pinggirnya dan akan memusatkan berkas cahaya sejajar ke suatu fokus nyata.
Lensa menyebar (divergen), atau negatif lebih tipis bagian tengahnya dibanding bagian
pinggirnya dan akan menyebarkan berkas sejajar dari fokus maya. Ketika suatu sinar
menembus suatu lensa. Sinar tersebut membias atau “membengkok” pada setiap
permukaan batas. Jika hubungan dengan lensa tipis, untuk penyederhanaan semua
pembiasan dapat diasumsikan terjadi di sepanjang bidang vertikal yang ditarik ke bawah
dari bagian tengah lensa. Dua sinar seberang yang berasal dari sebuah titik pada sebuah
benda, yang digambar melalui sistem, akan menentukan bayangan titik tersebut. Terdapat
tiga unsur yang sangat mudah digunakan karena kita tahu dengan tepat, tanpa melakukan
perhitungan, bagaimana sinar tersebut akan melewati lensa biasa disebut dengan sinar-
sinar istimewa (Bueche dan Hecht, 2006).

2. METODE PENELITIAN

Adapun Percobaan yang telah dilakukan adalah percobaan Jarak Fokus Lensa
Tipis yang dilaksanakan pada hari Kamis, 03 Juni 2021 di Laboratorium Fisika, Jurusan
Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu Bangku optik yang
berfungsi sebagai tempat diletakkannya alat dan bahan digunakan pada percobaan dan
juga sebagai tempat untuk merangkai alat dan bahannya, rel presisi berfungsi sebagai
tempat meluncurnya kereta dinamika, pemegang slide diafragma 1buah, bola lampu 12V
18 W sebagai sumber cahaya, lensa cembung digunakan untuk membentuk bayangan
yang diperbesar, lensa cekung digunakan untuk membentuk bayangan yang diperkecil,
catu daya, layar optik penangkap bayangqn 1buah, tempat lampu bertangkai 1buah ,
diafragma anak panah berfungsi sebagai objek yang akan diteliti, beberapa kabel
penghubung ganda berfungsi untuk menghubungkan komponen yang satu dengan
komponen yang lainnya agar membentuk sebuah rangkaian, mistar plastik sebagai alat
pengukur. Serta power supply sebagai sumber tegangan.

Prosedur kerja pada kegiatan pertama yaitu menentukan jarak fokus lensa
cembung dengan merajah 1/s terhadap 1/s’ Pertama meletakkan lensa, sumber cahaya dan
layar pada bangku optik, jarak antara benda dengan layar tidak bileh melebihi satu meter.
kedua menggeser ke posisi tertentu hingga bayangan benda terbentuk pada layar
bayangan dengan benda. Ketiga pada posisi di atas, setelah itu mengukur ukuran benda
dan ukuran bayangan. Keempat menggeser ke posisi berikutnya hingga bayangan
berfokus ( jangan menggeser layar atau sumber cahaya). Kemudian mengukur jarak
antara bayangan dengan benda.Kelima mengukur pula ukuran bayangan pada posisi yang
baru tersebut. Keenam mengerakkan layer mendekati benda hingga tidak ditemukan lagi
dua posisi dari lensa dimana bayangan dapat terjadi. Selanjutnya gerakkan layar beberapa
cm menjauhi benda. Ulangi langkah b dan d, sehingga seluruhnya di perroleh 6 data.
Ketujuh memplot hubungan antara 1/S dengan 1/S' dari grafik tentukanlah jarak fokus f
untuk setip perpotongan sumbuh x dengan sumbu Kemudian menghitung pula perbesaran
bayangan dengan menggunakan persamaan M=S'/S.

Prosedur kerja pada kegiatan kedua yaitu menentukan jarak fokus lensa cekung
(negatif) pertama membuat bayangan yang jelas dari benda dengan pertolongan lensa
positif (seperti pasa kegiatan 1). Kedua Meletakkan lensa negatif diantara lensa positif
dengan layar. Ketiga mengukur jarak lensa negatif ke layar (S). Keempat menggeser
layar sehingga terbentuk bayangan yang jelas pada layar. Ukut jarak lensa negatif ke
layar (S'). setelah itu mengulangi kegiatan/percobaan beberapa kali. Kemudian
menghitung f dengan rumus 1/f = 1/S +1/S'. selanjutnya membuat garafik hubungan
antara 1/S dengan 1/S'. Dari grafik tersebut kemudian menentukan jarak fokus lensa
negatif. Selanjutnya menghitung perbesaran bayangan dengan menggunakan
persamaan M= S'/S.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil pengamatan
3.1.1 Menentukan jarak fokus lensa cembung (positif) dengan merajaah
1/s terhadap 1/s’
Tabel 1: Hasil pengamatan jarak fokus lensa cembung (positif).
V = 10 Volt f = 200 mm
No. Jarak Benda Jarak Bayangan Tinggi Bayangan
S (cm) S’ (cm) h (cm)
1. 4 78 24,3

2. 6 76 27,5

3. 8 74 30

4. 10 72 30+

5. 12 70 30+
6. 14 68 30+
7. 16 66 30+
3.1.2 Menentukan jarak fokus lensa cekung (negatif) dengan merajaah
1/s terhadap 1/s’
Tabel 2: Hasil pengamatan jarak fokus lensa cekung (negatif).
V = 10 Volt f = 200 mm
No. Jarak Benda Jarak Bayangan Tinggi Bayangan
S (cm) S’ (cm) h (cm)
1. 6 74 30+
2. 9 71 28,8
3. 12 68 26,7
4. 15 65 24,5
5. 18 62 22,5
6. 21 59 21
7. 24 56 19,5
3.2 Analisis Data
3.2.1 Analisis data tanpa ketidakpastian
a. Menentukan Jarak fokus lensa tipis pada lensa
Tabel 3: Menentukan jarak fokus pada lensa cembung (Positif)
No. S (cm) S’ (cm) 1/S 1/S’ f (cm)

4 78 1/4 1/78 3,8


1.
6 76 1/6 1/76 5,56
2.
8 74 1/8 1/74 7,22
3.
10 72 1/10 1/72 8,78
4.
12 70 1/12 1/70 10,24
5.
14 68 1/14 1/68 11,61
6.
16 66 1/16 1/66 12,88
7.

Tabel 4: Menetukan Jarak fokus pada lensa cekung (Negatif).

No. S (cm) S’ (cm) 1/S 1/S’ f (cm)

1. 6 74 1/6 1/74 5,55

2. 9 71 1/9 1/71 8,33

3. 12 68 1/12 1/68 10,2

4. 15 65 1/15 1/65 12,19

5. 18 62 1/18 1/62 13,95

6. 21 59 1/21 1/59 15,49

7. 24 56 1/24 1/56 16,8


b. Menentukan pembesaran pada lensa fokus lensa tipis

Tabel 5: Menentukan pembesaran pada lensa cembung (positif)

No. S (cm) S’ (cm) 1/S 1/S’ M

1. 4 78 1/4 1/78 19,5

2. 6 76 1/6 1/76 12,7

3. 8 74 1/8 1/74 9,25

4. 10 72 1/10 1/72 7,2

5. 12 70 1/12 1/70 5,8

6. 14 68 1/14 1/68 4,86

7. 16 66 1/16 1/66 4,12

Tabel 6: Menentuksn pembesaran jarak fokus pada lensa cekung (Negatif)

No. S (cm) S’ (cm) 1/S 1/S’ M

1. 6 74 1/6 1/74 12,3

2. 9 71 1/9 1/71 7,9

3. 12 68 1/12 1/68 5,7

4. 15 65 1/15 1/65 4,3

5. 18 62 1/18 1/62 3,4

6. 21 59 1/21 1/59 2,8

7. 24 56 1/24 1/56 2,3


3.2.2 Analisis Data dengan ketidakpastian
Tabel 7: Analisis data dengan ketidakpastian pada lensa cembung (positif)
No. KR DK AB PF

Max Min

3,8 0,05 1,3 % 98,7% 3 | | | |


1.
5,56 0,05 0,86 % 99,14 % 3 | | | |
2.
7,22 0,05 1,27 % 98,73 % 3 | | | |
3.
8,78 0,05 0,57 % 99,43 % 3 | | | |
4.
10,24 0,05 0,47 % 99,53 % 3 | | | |
5.
11,61 0,05 0,36 % 99,64 % 3 | | | |
6.
12,88 0,05 0,38 % 99,62 % 3 | | | |
7.

Tabel 8: Analisis data dengan ketidakpastian pada lensa cekung (negatif)


PF
No. KR DK AB
Max Min

5,55 0,050 0,9 % 99,1 % 3 | | | |


1.
8,33 0,052 0,62 % 99,38 % 3 | | | |
2.
10,2 0,050 0,49 % 99,51 % 3 | | | |
3.
12,19 0,051 0,42 % 99,58 % 3 | | | |
4.
13,95 0,050 0,36 % 99,64 % 3 | | | |
5.
15,49 0,049 0,32 % 99,68 % 3 | | | |
6.
16,8 0,050 0,30 % 99,7 % 3 | | | |
7.
3.3 Grafik
3.3.1 Hubungan antara jarak benda S (cm) dengan Jarak Bayangan
S’ (cm) pada Lensa Cembung (positif).
GRAFIK HUBUNGAN ANTAR JARAK BENDA S (CM)
D E N G A N J A R A K B A Y A N G AN S ' ( C M ) P A D A L E N S A
CEMBUNG (POSITIF)

80
JARAK BAYANAGN S'(CM)

78
76
74
72
70
68
66
64
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
JARAK BENDA S(CM)

3.3.2 Hubungan antara jarak benda S (cm) dengan Jarak Bayangan


S’ (cm) pada Lensa Cekung (Negatif).

GRAFIK HUBUNGAN ANTAR JARAK BENDA S (cm)


DENGAN JARAK BAYANGAN S'(CM)
CEKUNG (NEGATIF)
80
JARAK BAYANGAN S'(cm)

60

40

20

0
0 5 10 15 20 25 30
JARAK BENDA S (cm)
3.4 Pembahasan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dua kegiatan yaitu pada kegiatan
pertaman menentukan jarak fokus lensa cembung (positif) dengan merajah 1/S
terhadap 1/S` didapatkan hasil percobaan yaitu pada jarak benda sebesar 4 cm dan
jarak bayangan sebesar 78 cm sehingga diperoleh jarak fokus lensa sebesar 3,8 cm
dengan nilai ketidakpastian untuk kesalahan mutlak sebesar 0,050 cm, KR sebesar
1,3 %, DK sebesar 98,7 %, AB sebanyak 3 dan PF sebesar |3,8 ± 0,050|.
Pada kegiatan kedua yaitu menentukan jarak fokus lensa cekung (negatif)
dengan merajah 1/S terhadap 1/S` didapatkan hasil percobaan yaitu pada jarak benda
sebesar 6 cm dan jarak bayangan sebesar 74 cm sehingga diperoleh jarak fokus lensa
sebesar 5,55 cm. Adapun hasil percobaan dengan ketidakpastian yaitu kesalahan
mutlak sebesar 0,050 cm, KR sebesar 0,9%, DK sebesar 99,1%, AB sebanyak 3 dan
PF sebesar |5,55 ± 0,050|.
Sehingga dari hasil percobaan yang diperoleh maka untuk kegiatan pertama
(lensa cembung) diperoleh bahwa semakin kecil jarak benda maka semakin besar
jarak bayangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa jarak bayangan berbanding tebalik
dengan jarak benda. Kemudian untuk kegiatan kedua (lensa cekung) berdasarkan
data hasil pengamatan diperoleh bahwa semakin besar jarak benda maka jarak
bayangannya pun semakin besar pula. Sehingga dapat dikatakan bahwa jarak
bayangannya berbanding terbalik dengan jarak bendanya.
4. KESIMPULAN
Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Menentukan jarak fokus lensa cembung terlebih dahulu diketahui jarak benda (S)
dengan jarak bayangan (S’) kemudian dimana ke dalam permukaan yaitu serti
jarak bayangan.
2. Berdasarkan hasil plot grafik hubungan jarak benda dengan jarak bayangan yaitu
berbanding terbalik dimana semakin besar jarak benda dengan lensa maka
semakin kecil jarak bayangan.
3. Nilai teoritis yang didaptkan dari hasil analisis data sebanding dengan hasil plot
grafik yang semakin besar jarak benda maka semakin kecil jarak bayangan.
5. DAFTAR PUSTAKA
Arkundato, A. 2007. Fisika Dasar. Jakarta : Universitas Terbuka.
Bueche Frederick J, Eugene Hecth. 2006. Schaum’s Outlines Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Giancoli, D.C .2001. Fisika Edisi kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Herman. 2015. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 2. Makassar: Unit
Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA UNM.
Soedojo, P. 1992. Ilmu Fisika. Jogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Young Hugh D, Roger A. Freedman. 2001. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Yulianti, N. 1997. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar.Jember : Universitas Jember.
Zemansky, S. 1994. Fisika Untuk Universitas Mekanika, Panas dan Bunyi.
Jakarta :Bina Cipta.
LAMPIRAN
1. Analisis data tanpa ketidakpastian
a. Analisis data tanpa ketidakpastian pada lensa cembung (positif dengan merajah 1/s
terhadap 1/s’ )
Data 1
Dik : s = 4 cm
s’=78 cm
Dit : f = ... ?
M = ....?
Penye:

cm

Data 2

Dik : s = 6 cm
s’= 76 cm
Dit : f = ... ?
M =... ?
Penye:
cm

Data 3

Dik : s = 8 cm

s’=74 cm

Dit : f ... ?
Penye:

cm

Data 4

Dik : s = 10 cm

s’=72 cm

Dit : f = ... ?
M = ...?
Penye:
cm

Data 5
Dik : s = 12 cm

s’=70 cm

Dit : f ... ?
M .....?
Penye:

cm

Data 6
Dik : s = 14 cm
s’= 68 cm
Dit : f ... ?
M...?
Penye:
cm

Data 7
Dik : s = 16 cm
s’= 66 cm
Dit : f ... ?
M ...?
Penye:

cm

b. Analisis data tanpa ketidakpastian pada lensa cekung (negatif dengan merajah 1/s
terhadap 1/s’ )
Data 1
Dik : s = 6 cm
s’=74 cm
Dit : f ... ?
M ....?
Penye:
Data 2
Dik : s = 9 cm
s’=71 cm
Dit : f ... ?
M....?
Penye:

cm

Data 3
Dik : s = 12 cm
s’= 68 cm
Dit : f ... ?
M....?
Penye:
cm

Data 4
Dik : s = 15 cm
s’= 65 cm
`Dit : f ... ?
M...?
Penye:

cm

Data 5
Dik : s = 18 cm
s’= 62 cm
Dit : f ... ?
M...?
Penye:
cm

Data 6
Dik : s = 21 cm
s’= 59 cm
Dit : f ... ?
M...?
Penye:

cm

Data 7
Dik : s = 24 cm
s’= 56 cm
Dit : f ... ?
M...?
Penye:
cm

2. Analisis data dengan ketidakpastian.

| |

| |

a. Analisis data dengan ketidakpastian pada lensa cembung (positif dengan merajah 1/s
terhadap 1/s’ )
Data 1
Dik: s = 4 cm
s’=78 cm
f = 3,80 cm
a) Kesalahan Mutlak

| |

| |

| |
| |

b) Kesalahan Relatif

c) Derajat Kepercayaan

d) Angka Berarti
e) Pelaporan Fisika
| |
| | | |
| | | |

Data 2

Dik: s = 6 cm

s’=76 cm

f = 5,56 cm
a) Kesalahan mutlak

| |

| |

| |
| |

b) Kesalahan Relatif.

c) Derajat Kepercayaan

d) Angka Berarti

e) Pelaporan Fisika
| |
| | | |
| | | |
Data 3

Dik: s = 8 cm
s’=74 cm
f = 7,22 cm
a) Kesalahan mutlak

| |

| |

| |
| |

b) Kesalahan Relatif

c) Derajat Kepercayaan
DK =
d) Angka Berarti

e) Pelaporan Fisika
| |
| | | |
| | | |

Data 4

Dik: s = 10 cm
s’=72 cm
f = 8,78 cm
a) Kesalahan mutlak
| |

| |

| |
| |

b) Kesalahan Relatif

c) Derajat Kepercayaan

d) Angka Berarti

e) Pelaporan Fisika
| |
| | | |
| | | |

Data 5

Dik: s = 12 cm
s’=70 cm
f = 10,24 cm
a) Kesalahan mutlak

| |

| |

| |
| |

b) Kesalahan Relatif
c) Derajat Kepercayaan

d) Angka Berarti

e) Pelaporan Fisika
| |
| | | |
| | | |

Data 6

Dik: s = 14 cm
s’= 68 cm
f = 11,61 cm
a) Kesalahan mutlak

| |

| |

| |
| |

b) Kesalahan Relatif

c) Derajat Kepercayaan

d) Angka Berarti

e) Pelaporan Fisika
| |
| | | |
| | | |
Data 7

Dik: s = 16 cm
s’= 66 cm
f = 12,88 cm
a) Kesalahan mutlak

| |

| |

| |
| |

b) Kesalahan Relatif

c) Derajat Kepercayaan

d) Angka Berarti

e) Pelaporan Fisika
| |
| | | |
| | | |

b. Analisis data dengan ketidakpastian pada lensa cekung (negatif dengan merajah 1/s
terhadap 1/s’ )

Data 1

Dik: s = 6 cm

s’=74 cm

f = 5,55 cm
a) Kesalahan Mutlak

| |

| |

| |
| |

b) Kesalahan Relatif

c) Derajat Kepercayaan

d) Angka Berarti

e) Pelaporan Fisika
| |
| | | |
| | | |

Data 2

Dik: s = 9 cm
s’=71 cm
f = 7,99 cm
a) Kesalahan mutlak

| |

| |

| |
| |

b) Kesalahan Relatif
c) Derajat Kepercayaan

d) Angka Berarti

e) Pelaporan Fisika
| |
| | | |
| | | |

Data 3

Dik: s =12 cm
s’=68 cm
f = 10,20 cm
a) Kesalahan mutlak

| |

| |

| |
| |

b) Kesalahan Relatif

c) Derajat Kepercayaan

d) Angka Berarti

e) Pelaporan Fisika
| |
| | | |
| | | |

Data 4

Dik: s = 15 cm
s’=65 cm
f = 12,19 cm
a) Kesalahan mutlak

| |

| |

| |
| |

b) Kesalahan Relatif

c) Derajat Kepercayaan

d) Angka Berarti

e) Pelaporan Fisika
| |
| | | |
| | | |

Data 5

Dik: s = 18 cm
s’=62 cm
f = 13,95 cm
a) Kesalahan mutlak

| |

| |

| |
| |

b) Kesalahan Relatif

c) Derajat Kepercayaan

d) Angka Berarti

e) Pelaporan Fisika
| |
| | | |
| | | |

Data 6

Dik: s = 21 cm
s’= 59 cm
f = 15,49 cm
a) Kesalahan mutlak

| |

| |

| |
| |
b) Kesalahan Relatif

c) Derajat Kepercayaan

d) Angka Berarti

e) Pelaporan Fisika
| |
| | | |
| | | |

Data 7

Dik: s = 24 cm
s’= 56 cm
f = 16,80 cm
a) Kesalahan mutlak

| |

| |

| |
| |

b) Kesalahan Relatif

c) Derajat Kepercayaan
DK
d) Angka Berarti.
e) Pelaporan Fisika.
| |
| | | |
| | | |

Anda mungkin juga menyukai