DISUSUN OLEH:
Dr. Ana Hidayati M, M.Si
Dr. Stalis Norma E, M.Si
Fandhi Adi Wardoyo, M.Sc
Ir. Dyah Hetty Sitomurti, M.Kes
VISI
Menjadi pusat pendidikan Sarjana Sains Terapan Teknologi Laboratorium Medis yang
unggul dalam bidang Diagnostik Molekuler di tingkat Asean pada tahun 2030
MISI
MODUL PRAKTIKUM
ANALISA AIR
Penanggung Jawab
Proses Tanggal
Nama Jabatan Tanda Tangan
Fandhi Adi W,
1. Perumusan Koordinator MK
M.Sc
Fandhi Adi W,
2. Pemeriksaan Sekretaris PS
M.Sc
Andri Sukeksi,
3. Persetujuan Ketua PS
SKM, M.Si
Dr. Ali Rosidi,
4. Penetapan Dekan
SKM, M.Si
Meutia Srikandi F,
5. Pengendalian SPM
M.Biotech
Dokumen ini adalah hak milik intelektual unit kerja Program Studi DIV Analis Kesehatan
FIKKES UNIMUS dan tidak boleh dikopi atau digunakan untuk keperluan komersial atau
tujuan lain baik seluruhnya atau sebagian tanpa ijin dari Ketua unit kerja.
PENDAHULUAN
Mata Kuliah ini merupakan salah satu mata kuliah untuk mencapai kompetensi dalam
melakukan prosedur analisa air, untuk mengetahui kadar suatu zat dalam sampel air melalui
metode titrimetri dan spektrometri.
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
Keasaman jumlah adalah banyaknya basa yang diperlukan untuk menetralkan zat
asam di dalam satu liter sampel. Keasaman jumlah ditetapkan melalui titrasi asam basa,
basa kuat seperti NaOH dapat menetralkan zat asam sampai titik akhir titrasi (titik
ekuivalen). Keasaman dalam air dapat disebabkan oleh asam mineral dan juga CO 2.
CaCO3 + 2 NaOh → Ca(OH)2 + Na2CO3
CO2 + NaOH → H2O + Na2CO3
D. INDIKATOR PENCAPAIAN
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya. Setelah
mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan dilihat
apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri dengan
diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami
praktikum yang telah dilakukan.
B. PK Keasaman jumlah
• Sebagai CO2
1000 44
= (V. N)NaOH x BE CO2 = .......... mg/L BE CO2 =
V sampel 1
• Sebagai CO2
1000 44
= (V. N)NaOH x BE CO2 = .......... mg/L BE CO2 =
V sampel 1
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
Mata Kuliah ini merupakan salah satu mata kuliah untuk mencapai kompetensi dalam
melakukan prosedur analisa air, untuk mengetahui kadar suatu zat dalam sampel air melalui
metode titrimetri dan spektrometri.
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
Kebasaan jumlah adalah banyaknya asam yang diperlukan untuk menetralkan zat
basa di dalam satu liter sampel. Kebasaan jumlah ditetapkan melalui titrasi asam basa, asam
kuat seperti HCl dapat menetralkan zat basa sampai titik akhir titrasi (titik ekuivalen).
Kebasaan dalam air dapat disebabkan oleh ion-ion CO3-, HCO3-, OH-, BO33-, PO43-, SiO4,
dsb. Air irigasi dan air ledeng tidak boleh mengandung kebasaan yang tinggi. Apabila
kebasaan dalam air tinggi maka air menjadi mudah untuk bereaksi dengan zat lain dan
dapat menyebabkan karat.
OH- + H+ ↔ H2O
CO32- + H+ ↔ HCO3- pada pH 8,3
HCO3- H+ ↔ H2O + CO2 pada pH 4,5
D. INDIKATOR PENCAPAIAN
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya. Setelah
mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan dilihat
apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri dengan
diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami
praktikum yang telah dilakukan.
B. PK Keasaman jumlah
• Sebagai HCO3-
1000 61
= (V. N)HCl x BE HCO3− = ..........mg/L BE HCO3− =
V sampel 1
• Sebagai HCO3-
1000 61
= (V. N)HCl x BE HCO3− = ..........mg/L BE HCO3− =
V sampel 1
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
Klorida merupakan salah satu anion yang paling banyak ada di dalam perairan.
Klorida yang berlebihan dapat menimbulkan rasa asin pada air, dengan rasa asin yang
berbeda-beda tergantung susunan kimia air tersebut. Air yang mengandung Cl dengan
kadar tinggi dapat merusak pipa logam dan juga tanaman.
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
F. INDIKATOR PENCAPAIAN
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan klorida pada sampel air melalui titrasi
argentometri mohr.
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya. Setelah
mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan dilihat
apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri dengan
diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami
praktikum yang telah dilakukan.
B. PK Klorida
Kesimpulan:
• Kadar klorida dalam sampel sebesar .......... mg/L
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
Bagaimanakah efek jika mengkonsumsi air dengan klorida yang terlalu tinggi?
PENDAHULUAN
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya
ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air
keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air
dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab
kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat.
Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air
lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan
menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Kesadahan air total dinyatakan
dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3.
A. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa mampu melakukan metode titrasi kompleksometri untuk menetapkan
kadar kesadahan jumlah dan kesadahan Ca dalam sampel air
C. DASAR TEORI
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan
beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat
saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga,
dan air sadah yang bercampur sabun tidak dapat membentuk busa, tetapi malah membentuk
gumpalan soap scum (sampah sabun) yang sukar dihilangkan. Efek ini timbul karena ion
2+ menghancurkan sifat surfaktan dari sabun dengan membentuk endapan padat (sampah
sabun tersebut). Komponen utama dari sampah tersebut adalah kalsium stearat, yang
muncul dari stearat natrium, komponen utama dari sabun:
Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah
kerugian. Pada industri yang menggunakan ketel uap, air yang digunakan harus terbebas
dari kesadahan. Hal ini dikarenakan kalsium dan magnesium karbonat cenderung
mengendap pada permukaan pipa dan permukaan penukar panas. Presipitasi (pembentukan
padatan tak larut) ini terutama disebabkan oleh dekomposisi termal ion bikarbonat, tetapi
bisa juga terjadi sampai batas tertentu walaupun tanpa adanya ion tersebut. Penumpukan
endapan ini dapat mengakibatkan terhambatnya aliran air di dalam pipa. Dalam ketel uap,
endapan mengganggu aliran panas ke dalam air, mengurangi efisiensi pemanasan dan
memungkinkan komponen logam ketel uap terlalu panas. Dalam sistem bertekanan, panas
berlebih ini dapat menyebabkan kegagalan ketel uap. Kerusakan yang disebabkan oleh
endapan kalsium karbonat bervariasi tergantung pada bentuk kristal, misalnya, kalsit atau
aragonit.
D. INDIKATOR PENCAPAIAN
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya. Setelah
mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan dilihat
apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri dengan
diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami
praktikum yang telah dilakukan.
B. PK Kesadahan jumlah
Kesimpulan:
• Kadar kesadahan jumlah sebagai CaCO3 sebesar .......... mg/L
Kesimpulan:
• Kadar kesadahan Ca dalam sampel sebesar .......... mg/L
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yanng terpenting bagi mahkluk hidup.
Oksigen diperlukan organisme untuk proes metabolisme, menghasilkan energi, hingga
tumbuh dan berkembang biak.
Oksigen merupakan salah satu jenis gas yang sukar larut di dalam air, dikarenakan
sukar bereaksi dengan air. Kelarutan oksigen di dalam air tergantung oleh tekanan parsial
dan juga perubahan temperatur. Oksigen terlarut dibutuhkan dalam kaitannya untuk:
1. Menentukan proses pengolahan air, dengan mikroorganisme aerob maupun
anaerob.
2. Penentuan bidang sanitasi
3. Pengawasan pencemaran sungai, agar mahkluk hidup dalam air dapat tumbuh dan
berkembang biak dengan baik
4. Sebagai dasar pengukuran BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Pengambilan sampel air untuk penetapan kadar oksigen terlarut memerlukan cara
tersendiri. Hal ini dikarenakan:
1. Kadar oksigen biasanya kurang dari kadar jenuhnya, sehingga dapat terjadi
kesalahan apabila sampel kontak dengan udara. Maka dari itu, diusahakan selama
pengambilan sampel, kontak dengan udara dijaga seminimal mungkin.
2. Penentuan DO harus dilakukan sesegera mungkin dan tidak dapat ditunda.
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
C. DASAR TEORI
Oksigen terlarut dapat ditetapkan kadarnya dengan cara Winkler. Prinsip dari PK DO
cara Winkler adalah reaksi pembebasan Iodium (Iodometri) yang ekivalen dengan O 2 yang
ada dengan mengukur I2 dengan larutan. Larutan baku yang digunakan adalah Na 2S2O3
dengan indikator amylum. Pada akhir reaksi akan terjadi perubahan warna dari biru
menjadi warna biru tepat hilang, dikarenakan I2 telah habis.
MnSO4 + 2 NaOH → Mn(OH)2 + Na2SO4
Mn(OH)2 + ½ O2 → MnO2 + H2O
MnO2 + 2NaI + 2 H2SO4 → MnSO4 + Na2SO4 + 2 H2O + I2
I2 + 2 Na2S2O3 → 2 NaI + Na2S4O6
Penetapan kadar oksigen terlarut dapat mengalami gangguan dengan adanya NO32-,
Fe2+ yang dapat mengoksidaso I- menjadi I2 yang menyebabkan hasil titrasi menjadi
bertambah banyak. Fe2+, SO32- dan S2- juga dapat mereduksi I2 menjadi I- yang
menyebabkan hasil titrasi menjadi lebih sedikit. Untuk mengatasi gangguan tersebut, dapat
dilakukan dengan penambahan:
D. INDIKATOR PENCAPAIAN
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan oksigen terlarut pada sampel air melalui
titrasi iodometri.
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya. Setelah
mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan dilihat
apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri dengan
diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami
praktikum yang telah dilakukan.
B. PK Oksigen terlarut
Kesimpulan:
• Kadar oksigen terlarut dalam sampel sebesar .......... mg/L
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
Zat organik sering juga disebut sebagai bilangan permanganat. Bilangan
permanganat adalah 1 jumlah miligram KMnO4 yang diperlukan untuk mengoksidasi zat
organik di dalam satu liter air dengan pendidihan selama 10 menit.
Adanya zat organik dalam air menunjukkan bahwa air tersebut terlah tercemar oleh
kotoran manusai, hewan atau sumber lain. Zat organik merupakan bahan makanan bakteri
atau mikroorganisme lainnya. Semakin tinggi kandungan zat organik di dalam perairan,
menunjukkan semakin banyak mikroorganisme yang mencemari perairan tersebut.
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
Penentuan zat organik dapat dilakukan dengan suasana asam maupun suasana basa.
Suasana/metode asam digunakan untuk air dengan kandungan ion Cl < 300 ppm.
Sedangkan metode basa digunakan untuk air dengan kandungan ion Cl > 300 ppm.
Metode asam :
Zat organik di dalam sampel dioksidasi oleh KMnO4 berlebih dalam keadaan asam dan
panas. Sisa KMnO4 direduksi dengan larutan asam oksalat berelbih. Kelebihan asam oksalat
dititrasi kembali dengan KMnO4.
2 KMnO4 + 2 H2SO4 → K2SO4 + 2 MnSO4 + 2 H2O + 5 On
Zat organik + On → CO2 + H2O
Metode basa:
Sampel didihkan terlebih dahulu dengan NaOH, selanajutnya dioksidasi oleh KMnO 4
berlebih. Sisa KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi
kembali dnegan KMnO4.
2 KMnO4 + 2 H2O → K2SO4 + 2 MnO2 + 2 KOH + 3 On
Zat organik + On → CO2 + H2O
Penetapan kadar zat organik dapat mengalami gangguan dengan adanya:
1. Ion sulfida dan nitrit. Untuk menghilangkannya harus dipanaskan dengan H 2SO4
encer hingga H2S dan nitrit hilang.
2. Garam ferro dapat dihilangkan dengan penambahan beberapa tetes KMnO 4 sebelum
dianalisa sampai larutan merah muda.
3. Untuk penyimpanan lebih dari satu hari, perludiasamkan hingga pH < 5.
D. INDIKATOR PENCAPAIAN
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan zat organik pada sampel air melalui
titrasi permanganometri.
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya. Setelah
mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan dilihat
apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri dengan
diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami
praktikum yang telah dilakukan.
B. PK zat organik
Kesimpulan:
• Kadar zat organik dalam sampel sebesar .......... mg/L
J. EVALUASI PEMBELAJARAN
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
C. DASAR TEORI
Penetapan kadar nitrit dilakukan melalui pembentukan warna dari senyawa azo yang
berwarna ungu kemerahan pada pH 2,0-2,5 melalui penggabungan senyawa asam sulfanilat
dengan N-(1-naftil)-etilen diamin dihidroklorida. Warna yang dihasilkan selanjutnya
diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm.
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan nitrit pada sampel air melalui metode
spektrofotometri.
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya. Setelah
mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan dilihat
apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri dengan
diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami
praktikum yang telah dilakukan.
H. INTERPRETASI
Kesimpulan:
• Kadar nitrit dalam sampel sebesar .......... mg/L
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
C. DASAR TEORI
Chrom merupakan salah satu jenis logam yang banyak digunakan dalam proses
industri, hingga dapat masuk ke dalam perairan sebagai air limbah. Senyawa chrom sering
ditambahkan ke dalam air pendingin untuk mencegah korosi. Chrom dalam air dapat
beruba Cr3+ maupun Cr6+. Chrom bervalensi 6 bersifat lebih toksik jika dibandingkan
chrom bervalensi 3.
D. INDIKATOR PENCAPAIAN
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan chrom pada sampel air melalui metode
spektrofotometri.
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya. Setelah
mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan dilihat
apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri dengan
diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami
praktikum yang telah dilakukan.
H. INTERPRETASI
Kesimpulan:
• Kadar chrom dalam sampel sebesar .......... mg/L
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
C. DASAR TEORI
Tembaga merupakan unsur yang penting bagi tubuh manusia. Kebutuhan tembaga
pada tubuh sekitar 2 mg per hari. Kelebihan tembaga dalam tubuh dapat menyebabkan
muntah, dan dapat terakumulasi hingga merusak hati.
Ion tembaga dalam suasana basa akan beraksi dengan Na dietil ditiokarnamat
menghasilkan senyawa koloid berwarna coklat kekuningan. Absorbasi diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 480 nm.
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya. Setelah
mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan dilihat
apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri dengan
diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami
praktikum yang telah dilakukan.
H. INTERPRETASI
Kadar Cu sampel 1
Abs sampel 1
= x Konsentrasi baku x Pengenceran sampel = .......... mg/L
Abs baku
Kesimpulan:
• Kadar Cu dalam sampel sebesar .......... mg/L
I. EVALUASI PEMBELAJARAN
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
G. DASAR TEORI
Besi dalam larutan dapat direduksi menjadi bentuk ferro dengan cara memanaskan
dengan asam dan hidroksilamin HCl kemudian direaksikan dengan 1,0 mL fenantrolin pada
pH 3,2-3,3. Tiga molekul fenantrolin dengan satu atom besi ferro membentuk senyawa
kompleks berwarna merah jingga. Warna yang terbentuk dibandingkan dengan baku yang
telah diketahui kadarnya secara spektrofotometri pada panjang gelombang 510 nm.
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
D. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya. Setelah
mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan dilihat
apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri dengan
diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami
praktikum yang telah dilakukan.
H. INTERPRETASI
Kadar Fe sampel 1
Abs sampel 1
= x Konsentrasi baku x Pengenceran sampel = .......... mg/L
Abs baku
Kadar Fe sampel 2
Abs sampel 2
= x Konsentrasi baku x Pengenceran sampel = .......... mg/L
Abs baku
Kesimpulan:
• Kadar Fe dalam sampel sebesar .......... mg/L
A. KOMPETENSI DASAR
B. POKOK BAHASAN
C. DASAR TEORI
Mangan dalam air dapat menimbulkan warna kecoklatan pada pakaian. Untuk
menurunkan kadar Mn dalam air dapat dilakukan dengan pengendapan secara kimia,
pengaturan pH, aerasi, superklorinasi dan dengan bahan penukar ion.
Mn di dalam air dapat dioksidasi oleh K2S2O8 menjadi KMnO4 yang berwarna ungu,
lalu dibaca absorbasinya pada panjang gelombang 525 nm.
E. REFERENSI
Day, IR, R.A, and Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harris, Daniel C. 1982. Quantitative Chemical Analysis. USA : W.H. Freeman and
Company.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia.
F. STRATEGI PEMBELAJARAN
Metode perkuliahan ini menggunakan strategi pre test, penjelasan teori penunjuang,
dan praktek langsung dengan menggunakan sampel yang telah diketahui kadarnya. Setelah
mahasiswa melakukan praktikum selanjutnya hasil pekerjaan mahasiswa akan dilihat
apakah sesuai dengan kadar yang ditentukan. Praktikum selanjutnya diakhiri dengan
diskusi lalu dilakukan post test untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa memahami
praktikum yang telah dilakukan.
H. INTERPRETASI
Kesimpulan:
• Kadar mangan dalam sampel sebesar .......... mg/L