Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH AUDIT KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS

PUBLIK PADA PERUMDAM TIRTA MUKTI KABUPATEN CIANJUR

*Corresponding Author
Submited : 99/xxx/9999 (mohon tidak diisi oleh author, bagian ini diisi oleh editor)
Accapted : 99/xxx/9999
Published : 99/xxx/9999

ABSTRACT
Performance audit checks have been carried out by BPKP or the Financial and Development
Supervisory Agency at the Water Regional Public Company or PERUMDAM Tirta Mukti
Cianjur Regency. This research aims to find out, how is the relationship between
performance audit examination and public accountability of Perumdam Tirta Cianjur
Regency. The data collection method used is literature study and interviews using a
questionnaire. The method of analysis used in this research is simple regression analysis
with the help of Statistical Product and Service Solution (SPSS) version 18. The purpose of
this method is to provide researchers with a history or to describe aspects relevant to the
phenomenon of attention from the perspective of a person, organization, industry orientation,
or others. Based on the results of the research and discussion that has been stated regarding
the effect of performance audits on public accountability at the Water Regional General
Company (PERUMDAM) Tirta Mukti of Cianjur Regency, it can be concluded that
performance audits have a significant positive effect on the public accountability of the
Water Regional General Company (PERUMDAM) Tirta Muktiof Cianjur Regency, if the
performance audit at the Water Regional General Company (PERUMDAM) Tirta Muktiof
Cianjur Regency is good then the public accountability is also good.
Keyword: Performance audit, Audit for management, Accountability.

Abstrak
Pemeriksaan audit kinerja telah dilakukan oleh BPKP atau Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, pada Perusahaan Umum Daerah Air Minum atau PERUMDAM Tirta Mukti
Kabupaten Cianjur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan
pemeriksaan audit kinerja dengan akuntabilitas publik pada Perumdam Tirta Mukti
Kabupaten Cianjur. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan
kuesioner. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
sederhana dengan bantuan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 18. Tujuan
dari metode ini adalah untuk memberikan peneliti histori atau menggambarkan aspek-aspek
yang relevan dengan fenomena yang menjadi perhatian dari sudut pandang seseorang,
organisasi, orientasi industri, atau lainnya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang
telah dikemukakan mengenai pengaruh audit kinerja terhadap akuntabilitas publik pada
Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PERUMDAM) Tirta Mukti Kabupaten Cianjur, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa audit kinerja berpengaruh positif signifikan terhadap
akuntabilitaspublik Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PERUMDAM) Tirta Mukti
Kabupaten Cianjur, jika audit kinerja pada Perusahaan Umum Daerah Air Minum
(PERUMDAM) Tirta Mukti Kabupaten Cianjur baik maka akuntabilitas publik juga akan
baik.
Kata kunci:Audit kinerja, Audit manajemen, Akuntabilitas

I. PENDAHULUAN
Badan usaha milik negara yang dikelola oleh pemerintah daerah disebut Badan usaha
Milik Daerah (BUMD).Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa Badan Usaha Milik Daerah yang
selanjutnya disingkat BUMD adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh daerah. Tujuan pendirian perusahaan daerah untuk turut serta pembangunan
daerah, pengembangan dan pembangunan potensi ekonomi di daerah menuju masyarakat
yang adil dan makmur. Perusahan Daerah Umum Air Minum Tirta Mukti merupakan Badan
Usaha Milik Daerah Kabupaten Cianjuryang merupakanperusahaan sektor publik dengan
tujuan utama untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat Kab. Cianjur dalam
pengelolaan dan pendistribusian air minum sertamenghasilkan laba.
Audit kinerja adalah audit yangdilakukan secara objektif dan sistematisterhadap
berbagai macam bukti untukmenilai kinerja entitas yang di auditdalam hal ekonomi, efesiensi
danefektivitas dengan tujuan untukmemperbaiki kinerja dan entitas yang diaudit serta
meningkatkan pelayanan pulikdan akuntabilitas publik. Akuntabiltas terkaiterat dengan
instrument untuk kegiatankontrol terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik
dan menyampaikannya secara transparankepada masyarakat (Ayudya, 2010).
Mengukur penilaian kinerja pada Perumdam Tirta Mukti Kabupaten Cianjur melalui
Audit Kinerja yang dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Perwakilan Provinsi Jawa Barat setiap tahunnya. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 47 Tahun 1999 bahwa tingkat keberhasilan pengelolaan PDAM ini diukur melalui
proses penilaian kinerja dengan tingkat keberhasilan Baik sekali, Baik, Cukup, Kurang, dan
Tidak Baik. Dalam penilaian kinerja ini ada tiga aspek penilaian kinerja yaitu Aspek
Keuangan, Aspek Operasional, dan Aspek Administrasi.
Pada tahun 2020 hasil penilaian audit kinerja perusahaan dalam kategori “Baik” dengan
skor 3,15 dan meningkat pada Tahun 2021 sebesar 0,1 dengan skor 3,25 (ditambah Tahun
2022). Hal ini menunjukan adanya peningkatan kinerja setiap tahunnya yang dilihat dalam tiga
aspek penilaian, yaitu Aspek keuangan, Aspek Operasional dan Aspek Administrasi. Meskipun
demikian, penilaian kinerja yang bersumber dari aspek keuangan perusahaan saja tidak mampu
untuk menggambarkan kondisi perusahaan sebenarnya. Pada faktanya jika dilihat dari sisi
nonkeuangan, Perumdam Tirta Mukti Kab. Cianjur pada saat ini masih belum dapat memenuhi
kebutuhan pelanggan seutuhnya karena masih saja terdapat informasi mengenai keluhan
pelanggan yang tidak dapat memenuhi distribusi air bersih selama 24 jam. Hal ini disebabkan
karena adanya beberapa faktor, faktor yang terpenting yaitu tingginya tingkat kebocoran atau
kehilangan air yang diproduksi dan didistribusikan perusahaan melebihi batas toleransi yaitu
sebesar 20%. Tingginya tingkat kebocoran yang dihadapi Perumdam Tirta Mukti Kab. Cianjur
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya alat ukur pada setiap jaringan induk produksi dan
distribusi tidak terpasang baik sehingga perhitungan hanya berdasarkan taksiran/estimasi,
pencatatan pemakaian air dilapangan belum akurat, belum optimalnya program penggantian
meter air pelanggan, intalasi transmisi dan distribusi yang sudah melampaui umur teknisnya.
Akuntabiltas terkait erat dengan instrument untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal
pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara transparan kepada
masyarakat (Ayudya, 2010).Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2009: 18). Sedangkan
menurut Sedarmayanti (2011: 260), kinerja adalah terjemahan dari performance yang berarti
hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara
keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan
dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan).Audit kinerja dapat
meningkatkan tingkat akuntabilitas perusahaan dan memudahkan pengambilan keputusan oleh
pihak yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan memperkarsai tindakan koreksi. Audit
kinerja mencakup audit tentang ekonomi, efisiensi, dan program. Perusahaan diharapkan
secara terus menerus mengevaluasi diri serta melakukan perbaikan kinerja secara berkelanjutan
agar bisa bekerja secara efektif, efisien, dan ekonomis. Untuk menunjang pemenuhan tuntutan
tersebut, peran audit kinerja di setiap perusahaan merupakan kebutuhan yang mutlak untuk
segera diterapkan pada masa sekarang atau di masa-masa yang akan datang.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dan menuangkannya dalam makalah dengan judul “PENGARUH AUDIT KINERJA
TERHADAP AKUNTABILITAS PUBLIK PADA PERUMDAM TIRTA MUKTI
KABUPATEN CIANJUR”.

II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN


Pengertian Audit Kinerja
Berdasarkan PP nomor 60 tahun 2008 pasal 50 ayat (2), audit kinerja adalah audit atas
pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang
terdiri atas audit aspek ekonomis, efisiensi, dan audit aspek efektivitas, serta ketaatan pada
peraturan. Tujuan dari audit kinerja adalah menilai kinerja suatu organisasi, program, atau
kegiatan yang meliputi audit atas aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas (3e).
Sedangkan Ihyaul (2009:55) menjelaskan definisi audit kinerja sektor publik adalah
pengujian sistematis, teorganisasi, dan objektif atas suatu entitas untuk menilai pemanfaatan
sumber daya dalam memberikan pelayanan publik secara efisien dan efektif dalam memenuhi
harapan stakeholder dan memberikan rekomendasi guna peningkatan kinerja dan beberapa
hal yang terdapat dalam audit kinerja sektor publik meliputi:
1. Penelitian awal informasi kinerja
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
3. Fokus pada ukuran-ukuran penting
4. Perencanaan dan pelaksanaan audit kinerja sektor publik
5. Pengendalian kinerja audit sektor publik.
Menurut Indra Bastian (2007:47) pengertian audit kinerja adalah sebagai berikut:
“Pemeriksaan secara objektif dan sistematik terhadap berbagai macam bukti untuk dapat
melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas atau program/ kegiatan
pemerintah yang diaudit.”
Sedangkan dalam Pasal 4 ayat (3) UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pengertian audit kinerja adalah audit
atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas audit aspek ekonomi dan efisiensi serta
audit aspek efektivitas.
Dari beberapa pengertian diatas mengenai definis audit kinerja dapat disimpulkan
bahwa audit kinerja merupakan suatu proses sistematis menverifikasi, menginvestigasi dan
mengevaluasi untuk mendapatkan data/bukti secara objektif atas kinerja suatu organisasi,
program, fungsi atau kegiatan. Audit kinerja (performance audit) merupakan perluasan dari
audit laporan keuangan, dalam hal prosedur dan tujuan merupakan suatu proses pemeriksaan
terhadap pemerintah untuk mengetahui ketepatan pelaksanaan kegiatan pemerintah yang
dilakukan sesuai standar atau tidak, yang dibuat sebagai bentuk pertanggungjawaban dan
memberikan reviu dan evaluasi atas kinerja manajemen dan menilai apakah kinerja organisasi
dapat memenuhi harapan dan sesuai dengan ketentuan.

Karakteristik Audit Kinerja


Karakteristik audit kinerja yakni sesuatu yang hanya dimiliki oleh audit kinerja,
yang membedakan audit kinerja dengan jenis audit lainnya. Menurut Profesor Soemardjo
Tjitrosidojo (1980) yang dikutip oleh I Gusti Agung Rai terdapat beberapa karakteristik dari
audit kinerja, adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksa haruslah wajar (fair), objektif, dan kongkret disamping itu berfikir secara
dinamis, konstruktif, dan kreatif. Pemeriksa pun mesti mampu bertindak secara
diplomatis.
b. Pemeriksa (atau setidaknya tim pemeriksa secara kolektif) harus memiliki wawasan
kemampuan dari berbagai macam bidang, ekonomi, hukum, moneter, statistik,
komputer, keinsinyuran, dan sebagainya.
c. Agar investigasi mampu berhasil dengan baik, pemeriksa harus mampu berpikir
dengan memakai sudut pandang pejabat pimpinan organisasi yang diperiksanya selain
itu pemeriksa mesti benar-benar mengetahui duduk perkara yang dihadapinya, dia
harus dapat mengantisipasi problem serta cara penyelesaiannya, dan memberikan
gambaran perihal perbaikan-perbaikan yang mampu dipraktekkan dalam organisasi
yang diperiksanya.
d. Pemeriksaan operasional harus mampu berfungsi sebagai sebuah early warning
system (metode peringatan dini) agar pimpinan secara tepat pada waktunya, setidak-
tidaknya belum terlambat mampu mengadakan tindakan-tindakan korektif yang
mengarah pada perbaikan organisasinya.
Karakteristik di atas sungguh berhubungan dengan rancangan audit kinerja sebagai
audit for management, bukan audit to management. Dalam audit for management auditor
mesti menawarkan saran perbaikan bagi administrasi selaku upaya peningkatan akuntabilitas
dan kinerja entitas yang diaudit.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari audit kinerja :
1. Audit kinerja berusaha mencari jawaban atas dua pertanyaan dasar.
2. Proses audit kinerja dapat dihentikan apabila pengujian terinci dinilai tidak akan
memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perbaikan manajemen atau kondisi
internal lembaga audit dinilai tidak mampu untuk melaksanakan pengujian terinci.
Dari karakteristik audit kinerja diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Audit kinerja berusaha mencari jawaban atas dua pertanyaan dasar berikut.
a. Apakah sesuatu yang benar telah dilakukan (doing the right things) ?
b. Apakah sesuatu telah dilakukan dengan cara yang benar (doing the things right) ?
Pertanyaan pertama ditujukan terutama bagi pembuat kebijakan. Tujuannya adalah
untuk mengevaluasi apakah kebijakan telah diputuskan dengan tepat. Pertanyaan kedua
ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kebijakan yang diambil telah diterapkan dengan
benar atau apakah kebijakan tersebut telah dilaksanakan dengan cara-cara yang memadai.
Kedua pertanyaan tersebut merupakan makna dari efektivitas dan efisiensi. Hubungan antara
efektivitas dan efisiensi tidak selalu berbanding lurus. Suatu kegiatan yang dilakukan secara
efisien, demikian juga sebaliknya.
Salah satu cara untuk melihat hubungan antara efektivitas dan efisiensi dapat
diilustrasikan dalam gambar dibawah ini,
Gambar 2 Kuadran Efektivitas dan Efisiensi
Apakah sesuatu yang benar telah dilakukan Pendekatan
Efektivitas
YA TIDAK
Apakah sesuatu telah
dilakukan dengan cara YA KUADRAN I KUADRAN II
yang benar dan efisien
TIDAK KUADRAN III KUADRAN IV

Sumber : I Gusti Agung Rai (2008:44)


Gambar 2 (Ilustrasi Karakteristik)
Sebagaimana ditunjukkan pada diagram di atas, ada beberapa kasus yang mungkin
terjadi, yaitu sebagai berikut :
a. Suatu program atau kegiatan yang benar dilakukan dengan menggunakan cara/metode
terbaik, benar, dan murah (kuadran I).
b. Suatu kegiatan atau program telah dirancang dengan benar, tetapi tidak dilakukan
dengan cara yang benar dan efisien (kuadran III).
c. Terakhir, terdapat kasus-kasus dimana suatu kegiatan atau program yang benar tidak
dilakukan, terlepas dari apakah cara atas metode yang digunakan benar atau tidak
(kuadran II dan IV).
Jika auditor mendapatkan auditee tidak melakukan sesuatu yang benar, auditor harus
mempertimbangkan pemberian rekomendasi perubahan total atas pekerjaan yang dilakukan
oleh auditee atau menghentikan program/kegiatan yang bersangkutan.
Proses audit kinerja dapat dihentikan apabila pengujian terinci dinilai tidak akan
memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perbaikan manajemen atau kondisi internal
lembaga audit dinilai tidak mampu untuk melaksanakan pengujian terinci.
Karakteristik di atas sangat relevan dengan konsep audit kinerja sebagai audit for
management, bukan audit to management. Dalam audit for management, auditor harus
memberikan rekomendasi perbaikan bagi manajemen sebagai upaya peningkatan
akuntabilitas dan kinerja suatu entitas yang diaudit.

Tujuan dan Manfaat Audit Kinerja


Manfaat audit kinerja menurut Mahmudi (2007:189) secara lebih spesifik, manfaat
dilakukannya audit kinerja bagi organisasi sektor publik antara lain :
1. Meningkatkan pendapatan. Hal ini karena kebocoran, penggelapan, dan
ketidakoptimalan dalam sisi pendapatan bisa diketahui dan diperbaiki.
2. Mengurangi biaya atau belanja. Melalui audit kinerja, sumber penyebab kebocoran
dan pemborosan organisasi bisa diidentifikasi sehingga melalui efisiensi organisasi
dapat melakukan penghematan biaya.
3. Memperbaiki efisiensi dan produktifitas. Hal ini juga berarti memperbaiki proses.
4. Memperbaiki kualitas pelayanan yang diberikan.
5. Meningkatkan kesadaran manajemen sektor publik terhadap perlunya transparansi dan
akuntabilitas dalam penggunaan sumber daya publik.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa audit kinerja bermanfaat untuk mengetahui
apakah sumber daya organisasi telah diperoleh dan digunakan secara ekonomis, efisiensi, dan
efektif, tidak terjadi pemborosan, kebocoran, salah alokasi, dan salah sasaran serta mencapai
tujuan. Selain itu audit kinerja berfungsi untuk mengetahui apakah penggunaan sumber daya
dalam rangka mencapai target dan tujuan telah memenuhi prinsip ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas, tidak melanggar ketentuan hukum, peraturan perundangan, dan kebijakan
manajemen.Dengan dilakukannya audit kinerja stakeholders sektor publik dapat memperoleh
informasi yang obyektif dan independen mengenai kinerja manajemen sektor publik.
Disamping itu, audit kinerja juga bermanfaat untuk mengidentifikasi cara untuk memperbaiki
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas di sektor publik serta mendorong dilakukannya perbaikan
sistem pengendalian manajemen sektor publik.
Tujuan dari audit kinerja merupakan bentuk penilaian terhadap suatu
kegiatan/program/projek telah dilaksanakan secara 3E (efektivitas, ekonomis, efisiensi), dan
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini juga membantu
dalam akuntabilitas, tranparansi, dan bertanggungjawab terhadap pemerintahan dan
pengawasan. Fokus audit kinerja adalah bisa mengetahui di mana saja kekurangan/kelemahan
dalam aturan dan undang-undang yang terkait dalam pelaksanaanya, memberi nilai tambah
dan memiliki risiko untuk memperbaikinya, serta bermanfaat bagi pihak-pihak terkait untuk
membuat keputusan yang tepat.
Akuntabilitas Publik
Pengertian Akuntabilitas Publik
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan
secara periodik. Definisi akuntabilitas publik menurut Penny Kusumastuti (2014:2) adalah
sebagai berikut :
“Akuntabilitas adalah bentuk kewajiban penyedia penyelenggaraan kegiatan publik untuk
dapat menjelaskan dan menjawab segala hal menyangkut langkah dari seluruh keputusan dan
proses yang dilakukan, serta pertanggungjawaban terhadap hasil kinerjanya.”
Menurut Abdul Halim (2012:20) definisi akuntabilitas publik sebagai berikut :
“Kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban serta menerangkan kinerja dan tindakan
seseorang, badan hukum atau pimpinan organisasi kepada pihak yang lain yang memiliki hak
dan kewajiban, untuk meminta kewajiban pertanggungjawaban dan keterangan.”
Sedangkan menurut Mahmudi (2013:9) Akuntabilitas Publik adalah sebagai berikut :
“Kewajiban Agen (Pemerintah) untuk mengelola sumber daya, melaporkan, dan
mengungkapkan, segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber
daya publik kepada pemberi mandat.”
Menurut Indra Bastian (2010:385) Akuntabilitas Publik adalah sebagai berikut :
“Akuntabilitas Publik adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau
untuk menjawab, menerangkan kinerja, dan tindakan seseorang atau badan hukum dan
pimpinan kolektif atau organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangna
untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.”
Menurut Deddi Nordiawan (2008:129) Akuntabilitas publik adalah sebagai berikut :
“Akuntabilitas Publik adalah mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara periodik.”
Definisi akuntabilitas publik menurut Lloyd dalam Alnoor Ebrahim (2010) sebagai
berikut :
“The process throught which an organization makes a commitment to respond to and
balance the needs of stakeholders in its decision making process and activities, and delivers
against this commitment.”
Mardiasmo (2009:20) menyatakan bahwa Akuntabilitas Publik yaitu sebagai berikut :
“Akuntabilitas Publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan
kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang
memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.”
Menurut Ihyaul Ulum (2010:40) mengemukakan bahwa akuntabilitas publik adalah
sebagai berikut :
“Akuntabilitas adalah perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan
atau kegagalan atas pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan melalui suatu media pertanggungjawaban secara periodik.”
Sedangkan Menurut Mursyidi (2013:44) akuntabilitas publik adalah sebagai berikut :
“Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
periodik.”
Dalam pelaksanaan akuntabilitas publik diperlukan untuk memperhatikan prinsip-
prinsip akuntabilitas menurut LAN dan BPKP, (Modul I 2000:43) yaitu sebagai berikut :
1. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staff instansi untuk melakukan
pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.
2. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumbersumber daya
secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
4. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh,
harus jujur, objektif, transparan dan inovatif sebagai katalisator perubahan manajemen
dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja dan penyusunan
laporan akuntabilitas.
Berdasarkan dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas itu sendiri
mengandung kewajiban menurut undang-undang untuk melayani atau memfasilitasi
pengamat independen yang memiliki hak untuk melaporkan temuan atau informasi mengenai
administrasi keuangan. Dengan kata lain, akuntabilitas dalam dunia birokrasi suatu instansi
pemerintah/ perusahaan publik diwajibkan untuk menyajikan dan melaporkan serta dapat
mempertanggungjawabkan segala kegiatannya terutama dibidang administrasi keuangan agar
dapat diketahui pertanggungjawabannya kepada publik.

Aspek-Aspek Akuntabilitas Publik


Dalam prinsip akuntabilitas ini terdapat lima aspek penting, yakni akuntabilitas adalah
sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil, akuntabilitas membutuhkan adanya
laporan, akuntabilitas membutuhkan konsekuensi, dan akuntabilitas memperbaiki kinerja.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Dalam aspek ini, hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok dalam institusi dengan negara dan masyarakat.Pemberi kewenangan
akan bertanggung jawab memberikan arahan, bimbingan, dan mengalokasikan sumber
daya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Di sisi lain, individu atau kelompok dalam
institusi ini akan bertanggung jawab untuk memenuhi semua kewajibannya.Oleh sebab
itu, dalam prinsip akuntabilitas, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang
bertanggung jawab antara kedua belah pihak.
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results oriented)
Dalam aspek ini, keberadaan prinsip akuntabilitas mengharapkan hasil dengan berupa
perilaku aparat yang bertanggung jawab, adil, dan inovatif.Dalam konteks tersebut,
setiap individu atau kelompok dalam institusi dituntut untuk bertanggung jawab dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya, serta berupaya untuk memberikan kontribusi
guna mencapai usaha yang mencapai.
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requires reporting)
Laporan yang dimaksud dalam aspek ini adalah laporan kinerja. Laporan kinerja adalah
perwujudan dari prinsip akuntabilitas.Dari adanya laporan kinerja, berarti mampu
menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu atau
kelompok dalam suatu institusi, serta mampu memberikan bukti nyata mengenai hasil
yang telah dilakukannya.Dalam dunia birokrasi, bentuk akuntabilitas setiap individunya
akan berwujud laporan yang didasarkan pada kontrak kerja, sementara dalam institusi
wujud laporannya disebut dengan LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah).
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without
consequences).
Akuntabilitas merupakan kewajiban. Dalam sebuah kewajiban akan menunjukkan
adanya tanggung jawab, dan tanggung jawab tersebut menghasilkan sebuah
konsekuensi.Adanya konsekuensi tersebut dapat berupa dua hal yakni penghargaan atau
sanksi kepada individu atau kelompok dalam institusi dalam melaksanakan tanggung
jawabnya.
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Dalam aspek ini, tujuan utama akuntabilitas adalah memperbaiki kinerja individu atau
kelompok dalam suatu instansi.Akuntabilitas memiliki pendekatan yang bersifat
proaktif (proactive accountability), sehingga akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah
hubungan dan proses yang direncanakan untuk mencapai suatu tujuan.Dalam
prosesnya, setiap individu atau kelompok dalam suatu institusi akan diminta
pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi, guna
meningkatkan kinerjanya.

Akuntabilitas dapat dilihat sebagai suatu tingkatan dengan lima tahap yang berbeda
yang diawali dari tahap yang lebih banyak membutuhkan ukuran obyektif ke tahap yang
membutuhkan lebih banyak ukuran subyektif (Sadjiarto, 2000), antara lain:
a) Probity and legality accountability, hal ini menyangkut pertanggungjawaban
penggunaan dana sesuai dengan anggaran yang telah disetujui dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b) Process accountability, dalam hal ini digunakan proses, prosedur, atau ukuran-ukuran
dalam melaksanakan kegiatan yang ditentukan.
c) Performance accountability, pada level ini dilihat apakah kegiatan yang dilakukan
sudah efisien.
d) Program accountability, di sini akan disoroti penetapan dan pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan tersebut.
Policy accountability, dalam tahap ini dilakukan pemilihan berbagai kebijakan yang akan
diterapkan atau tidak. Indikatornya adalah
1. Informasi yang relevan adalah informasi tersebut mempunyai manfaat untuk
pemakainya.
2. Informasi dapat memprediksi masa depan adalah informasi tersebut dapat melihat masa
depan tanpa meleset.
3. Tepat waktu maksudnya informasi tersebut tepat sesuai dengan yang dijadwalkan.
Selain itu, ciri-ciri Pemerintahan/ Perusahaan Publik yang Akuntabel menurut Finner
dalam Joko Widodo (2010:104) menjelaskan akuntabilitas sebagai konsep yang berkenaan
dengan standar eksternal yang menentukan kebenaran suatu tindakan birokrasi. Pengendalian
dari luar (external control) menjadi sumber akuntabilitas yang memotivasi dan mendorong
aparat untuk bekerja keras.
Masyarakat luas sebagai penilai objektif yang akan menentukan accountable
diantaranya sebagai berikut :
a. Mampu menyajikan informasi secara terbuka, cepat, dan tepat kepada masyarakat.
b. Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik.
c. Mampu menjelaskan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan
dan pemerintahan.
d. Adanya sasaran bagi publik untuk menilai kinerja (performance) pemerintah. Dengan
pertanggungjawaban publik, masyarakat dapat menilai derajat pencapaian pelaksanaan
program/kegiatan pemerintah.
Tingkatan dalam Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yakni adanya akuntabilitas personal,
akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
akuntabilitas stakeholder. Adapun Penjelasannya adalah seperi dibawah ini.
1. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)
Dalam tingkatan ini yakni akuntabilitas personal, mengacu pada nilai-nilai yang
adapadadiri seseorang, misalnya kejujuran, integritas, moral, hingga etika.Pribadi yang
memiliki prinsip akuntabilitas adalah yang menjadikan dirinya sebagai bagian dari
solusi dan bukan masalah.
2. Akuntabilitas Individu
Dalam tingkatan akuntabilitas individu, mengacu pada hubungan antara individu (yang
diberikan tanggung jawab) dengan lingkungan kerjanya. Misalnya, hubungan antara
PNS dengan instansi pemberi kewenangan.Selaku instansi pemberi kewenangan, harus
bertanggung jawab untuk memberikan arahan, bimbingan, dan sumber daya yang
memadai, serta menghilangkan adanya hambatan kerja; sementara PNS selaku individu
yang diberi tanggung jawab harus melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab.
3. Akuntabilitas Kelompok
Dalam tingkatan akuntabilitas kelompok ini, kinerja pada sebuah institusi biasanya
dilaksanakan atas dasar kerjasama kelompok. Dalam hal ini, tidak bisa disebut dengan
istilah “saya”, tetapi yang ada adalah “kami” dalam proses melaksanakan kinerjanya.
Dalam akuntabilitas tingkat ini, pembagian kewenangan dan semangat kerjasama antara
berbagai kelompok lain dalam institusi tersebut, memainkan peranan yang penting guna
mencapai kinerja organisasi (tujuan) yang diharapkan.
4. Akuntabilitas Organisasi
Dalam tingkatan akuntabilitas organisasi, mengacu pada hasil laporan kinerja yang
telah dicapai, baik laporan yang dilakukan oleh individu maupun kinerja organisasi
kepada masyarakat umum lainnya.
5. Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder adalah masyarakat umum, pengguna layanan, dan pembayar pajak yang
memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya.Jadi, dalam tingkatan
akuntabilitas stakeholder ini adalah tanggung jawab organisasi pemerintah untuk
mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsif, serta bermartabat.

Hipotesis
Pengaruh Audit Kinerja Terhadap Akuntabilitas Publik Supardi Dkk (2010); Rahayu
(2011) dan Rosalina (2014), menunjukkan bahwa secara parsial audit kinerja berpengaruh
akuntabilitas publik. Jika audit kinerja dilakukan dengan baik atau semakin semakin tinggi
kualitas audit kinerja, maka penilaian publik atas kinerja perusahan semakin baik.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut:
H1 : Audit kinerja berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas publik.

Kerangka Pemikiran
Penilaian kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan.
Penilaian tersebut dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan serta sebagai dasar
penyusunan imbalan dalam perusahaan. Selama ini manajemen tradisional umumnya
mengukur kinerja yang hanya menitikberatkan pada sisi keuangan, karena ukuran keuangan
ini mudah dilakukan. Padahal ukuran yang menitikberatkan pada ukuran finansial saja
mempunyai banyak kelemahan. Penilaian kinerja dengan sistem yang hanya memfokuskan
pada keuangannya saja menyebabkan perusahaan hanya berfokus pada keuntungan jangka
pendek tanpa memikirkan kelangsungan hidup perusahaan. Pengukuran kinerja dengan cara
ini juga kurang mampu bercerita banyak mengenai masa lalu perusahaan, kurang
memperhatikan sektor eksternal, serta tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke
arah yang lebih baik (Kaplan dan Norton,1996).
Mengukur penilaian kinerja pada Perumdam Tirta Mukti Kabupaten Cianjur melalui
penilaian kinerja keuangan dan non keuangan. Audit kinerja ini dilakukan oleh Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Jawa Barat setiap
tahunnya. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 bahwa tingkat
keberhasilan pengelolaan PDAM ini diukur melalui proses penilaian kinerja dengan tingkat
keberhasilan Baik sekali, Baik, Cukup, Kurang, dan Tidak Baik. Dalam penilaian kinerja ini
ada tiga aspek penilaian kinerja yaitu Aspek Keuangan, Aspek Operasional, dan Aspek
Administrasi.
Hasil penialain kinerja yang telah diaudit menunjukkan hasil yang baik dan dijalankan
dengan baik oleh seluruh pegawai perusahaan maka akuntabilitas publik akan terlaksana sesuai
yang diharapkan.

III METODOLOGI PENELITIAN


Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan suatu kondisi yang menggambarkan atau menerangkan
suatu situasi dari objek dan menjadi suatu perhatian atau sasaran penelitian untuk
mendapatkan gambaran yang jelas serta untuk mendapatkan jawaban dari suatu permasalahan
dari suatu penelitian. Menurut Supriati (2012 : 38) objek penelitian adalah variabel yang
diteliti oleh peneliti ditempat penelitian dilakukan, sedangkan menurut Sugiyono (2006:13)
adalah sebagai berikut:
“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang suatu hal
(variabel tertentu).”
Berdasarkan definisi objek penelitian diatas, objek penelitian yang akan diguakan dalam
penelitian ini adalah Audit Kinerja dan Akuntabilitas Publik.

Metode penelitian
Metode penelitian adalah suatu proses atau cara yang dipilih secara spesifik untuk
menyelesaikan masalah yang diajukan dalam sebuah penelitian. Sedangkan metodologi
penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu yang menjelaskan bagaimana seharusnya
sebuah penelitian dilakukan. Metode penelitian dapat diartikan juga sebagai rangkaian suatu
proses atau cara yang dipilih secara spesifik oleh peneliti untuk menyelesaikan masalah yang
diajukan dalam sebuah penelitian.
Menurut Darmadi (2013: 153) metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis, sedangkan menurut
Sugiyono (2009:2) definisi metode penelitian adalah : “Secara umum metode penelitian
diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
Berdasarkan uraian pengertian metode penelitian diatas, metode penelitian yang
digunakan oleh penulis merupakan metode survei untuk mencari hubungan antar variable,
dan juga untuk mengetahui seberapa erat hubungannya tersebut.

Operasionalisasi Variabel
Variabel penelitian menurut (Sugiyono, 2019) merupakan suatu atribut, sifat atau nilai
dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut (Arikunto, 2006), variabel
penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu titik perhatian suatu
penelitian.
Pengertian dari Operasionalisasi variabel menurut Husein Umar (2002:33) adalah :
“Penentuan suatu konstruk sehingga menjadi variabel atau variabel-variabel yang
dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang dapat digunakan oleh
peneliti dalam megoperasionalisasi konstruk sehingga memungkinkan peneliti yang lain
untuk melakukan replikasi (pengulangan) pengukuran dengan cara yang sama, atau mencoba
untuk mengembangkan cara construct yang lebih baik.”
Dari pengertian diatas, maka operasionalisasi variabel merupakan definisi yang
dinyatakan dengan cara menentukan pemikiran atau gagasan berupa kriteria-kriteria yang
dapat diuji secara khusus bagi suatu penelitian menjadi variabel-variabel yang dapat diukur.
Penjelasan variabel penelitian menurut Sugiyono (2009:59) yaitu:
“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya.”
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi variabel
diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait
dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan
secara benar, maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu:
1. Variabel Independent (X)
Pengertian variabel independen menurut Sugiyono (2009:59) yaitu:
“Variabel independen (bebas) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat).”
Yang menjadi variabel independen atau variabel bebas pada penelitian ini adalah Audit
Kinerja.
2. Variabel Dependent (Y)
Pengertian variabel dependen menurut Sugiyono(2009:59) yaitu:
“Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas.”
Yang menjadi variabel dependen atau variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah
Akuntabilitas Publik.

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah suatu analisis statistik yang ertujuan untuk memberikan
informasi secara umum mengenai karakteristik dari masing-masing variabel penelitian namun
tidak bermaksud menguji hipotesis. Nilai yang dapat ditampilkan merupakan hasil analisa
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), maximum, dan minimum, agar dapat memperjelas
keadaan atau karakteristik data yang bersangkutan.
Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation
Audit Kinerja 40 17 36 31.75 3.152
Akuntabilitas 40 17 35 32.18 2.818
Publik
Valid N (listwise) 40

Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS Versi 18


Berdasarkan tabel tersebut maka dapat diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :
1. Variabel dependent untuk Akuntabilitas Publik memperoleh nilai minimum sebesar 17
dan nilai maximum 35. Serta nilai mean 32,18 dengan standar deviation 2,818.
2. Variabel independent untuk Audit Kinerja memperoleh nilai minimum sebesar 17, nilai
maximum 36. Serta nilai mean 31,75 dengan standar deviation 3,152.
Hasil Uji Reabilitas
Menurut Ghozali (2013) uji reliabilitas dapat dilakukan dengan melihat croch’s alpha.
Instrumen yang reliabel artinya apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang
sama, maka data yang dihasilkan akan sama. Suatu variabel dinyatakan reliabel jika berhasil
mencapai nilai croch’s alpha > 0.60. Adapun untuk hasil uji reliabilitas variable penelitian ini
dapat dilihat pada table dibawah;
No Variabel Croch’s Alpha Nilai Valid Hasil Uji
1 Audit Kinerja 0,727 >0,60 Relaible
2 Akuntasi Publik 0,700 >0,60 Relaible
Sumber: Hasil ringkasan pengolahan data

Hasil Uji Validitas


Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk dapat
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Butir pertanyaan
dikatakan valid apabila korelasi nilai r hitung > r table. Selanjutnya r table dicari pada
signifikan 0,05 dengan uji sisi dan jumlah data 40, maka didapat r table sebesar 0.312.
Berdasarkan hasil uji validitas variable X Audit Kinerja (AK) diatas ditampilkan data
hasil perbandingan r Hitung dan r tabel pada dibawah ini.
Tabel 4.10 Hasil Perbandingan r Hitung dengan r Tabel Uji Validitas Variable X

Item Pertanyaan r Hitung r Tabel Hasil Keterangan


Pertanyaan Ak 1 0,648 0.312 r Hitung > r Tabel Valid
Pertanyaan Ak 2 0,538 0.312 r Hitung > r Tabel Valid
Pertanyaan Ak 3 0,545 0.312 r Hitung > r Tabel Valid
Pertanyaan Ak 4 0,611 0.312 r Hitung > r Tabel Valid
Pertanyaan Ak 5 0,554 0.312 r Hitung > r Tabel Valid
Pertanyaan Ak 6 0,743 0.312 r Hitung > r Tabel Valid
Pertanyaan Ak 7 0,467 0.312 r Hitung > r Tabel Valid
Pertanyaan Ak 8 0,620 0.312 r Hitung > r Tabel Valid
Sumber: Hasil ringkasan pengolahan data
Berdasarkan pengujian item pertanyaan pada kuesioner mengenai Audit Kinerja
variable (X), dapat dilihat bahwa seluruh item pertanyaan dalam setiap variable (X) memiliki
nilai kolerasi r tabel diatas 0,312. Sehingga dapat dikatakan bahwa item pertanyaan kuesioner
variable Audit Kinerja valid dan dapat digunakan untuk mengukur variable yang diteliti.
Hasil Uji Validitas Variable Y

Item Pertanyaan r Hitung r Tabel Hasil Keterangan

Pertanyaan AP 1 0,562 0.312 r Hitung > r Tabel Valid


Pertanyaan AP 2 0,632 0.312 r Hitung > r Tabel Valid
Pertanyaan AP 3 0,444 0.312 r Hitung > r Tabel Valid
Pertanyaan AP 4 0,646 0.312 r Hitung > r Tabel Valid
Pertanyaan AP 5 0,331 0.312 r Hitung > r Tabel Valid
Pertanyaan AP 6 0,754 0.312 r Hitung > r Tabel Valid
Pertanyaan AP 7 0,458 0.312 r Hitung > r Tabel Valid
Pertanyaan AP 8 0,662 0.312 r Hitung > r Tabel Valid
Sumber: Hasil ringksan pengolahan data
Berdasarkan pengujian item pertanyaan pada kuesioner mengenai Akuntabilitas
Publik variable (Y), dapat dilihat bahwa seluruh item pertanyaan dalam setiap variable (Y)
memiliki nilai kolerasi r tabel diatas 0,312. Sehingga dapat dikatakan bahwa item pertanyaan
kuesioner variable Audit Kinerja valid dan dapat digunakan untuk mengukur variable yang
diteliti.
Hasil Uji Normalitas
Tujuan Uji normalitas adalah untuk memastikan bahwa sampel yang diambil berasal
dari populasi yang sama sehingga dapat dinyatakan berdistribusi normal. Menurut Ghozali
(2013) tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah masing-masing variable
berdistrbusi atau tidak. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk melakukan
pengujian normalitas adalah metode Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan berdistribusi
normal apabila koefisien asymp sign (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 40
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .56584624
Most Extreme Absolute .239
Differences Positive .239
Negative -.237
Kolmogorov-Smirnov Z 1.513
Asymp. Sig. (2-tailed) .021
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Sumber : Hasil pengolahan data menggunakan SPSS Versi 18.


Berdasarkan Tabel diatas mengenai hasil uji normalitas dengan menggunakan One
Sample Kolmogorov-Smirnov Test, nilai koefisien asymp Sig. (2-tailed) menunjukan bahwa
tingkat signifikan sebesar 0,21. Maka dapat disimpulkan variable dependen pada uji One-
Sample Kolmogrov-Smirnov Test ini lebih besar dari α = 0,05 (0,21 > 0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa sampel terdistribusi secara normal.

Uji Regresi
Dalam penelitian ini pengujian dilakukan dengan menggunakan metode analisis
regresi sederhana, dengan tujuan untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan output pada tabel
coefficients dari hasil uji regresi maka hasil pengujian dapat dilihat pada tebel dibawah ini.
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -1.152 .929 -1.240 .223
Audit 1.035 .029 .985 35.558 .000
Kinerja
a. Dependent Variable: Akuntabilitas Publik
Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan SPSS Versi 18
Secara umum rumus persamaan regresi linier sederhana adalah Y = a + bx. Maka
dapat disampaikan jika persamaan regresi linier sedwrhana berdasarkan tabel 4.13 diatas
adalah sebagai berikut:
Y = -1,152 + 1,035
untuk mengetahui persamaan nilai koefisien regresi tersebut kita dapat melihat pada
pemaparan dibawah ini. :
1. a = Merupakan angka konstan dari unstandardized coefficients, dalam penelitian ini
nilainya sebesar -1,152, artinya jika tidak terlakasana Audit Kinerja (X), maka nilai
konsisten Akuntabilitas Publik (Y) adalah sebesar -1,152. Dikarenakan nilai konstanta
bersifat negatif maka hal nilai tersebut dapat di interpretasikan sebagai nilai 0, hal ini
sesuai dengan pendapat William Mendenhall (2011:99) dimana terdapat persamaan
Sales = – 0.100 + advertising ,
"Intersep kuadrat terkecil, β0 = -.1, adalah estimasi pendapatan penjualan rata-rata y
ketika pengeluaran iklan ditetapkan pada x = $0. Karena pendapatan penjualan tidak
akan pernah menjadi negatif, mengapa hasil yang tidak masuk akal seperti itu bisa
terjadi? Alasannya adalah karena kita mencoba menggunakan model kuadrat terkecil
untuk memprediksi y untuk nilai x (x = 0) yang berada di luar jangkauan data sampel
dan oleh karena itu tidak praktis. Akibatnya, β0 tidak selalu memiliki interpretasi
yang praktis. Hanya ketika x = 0 berada dalam rentang nilai x dalam sampel dan
merupakan nilai praktis, maka β0 akan memiliki interpretasi yang berarti" (hal. 99).
2. Angka koefisien regresi pada tabel 4.13 diatas bernilai 1,035 dapat diinterpretasikan
bahwa setiap penambahan 1% Audit Kinerja maka Akuntabilitas akan meningkat
sebesar 1,035.

Uji Determinasi R2
Koefisien determinasi (R square) bertujuan untul mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R square adalah nol
dan satu. Jika Nilai R square menghasilakan nial yang relatif kecil, maka dapat disimpulkan
bahea kemampuan variabel – variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel independen (Ghozali,
2013:97).
Model Summary
Model
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
a
1 .985 .971 .970 .573

a. Predictors: (Constant), Audit Kinerja


Adapun hasil pengujian dari koefisien determinasi penelitian ini dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Sumber : Hasil pengolahan data menggunakan SPSS versi 18
Berdasarkan tabel diatas dapat disampaikan bahwa nilai R Square sebesar 0,971.
Koefisien determinan 𝑅 2 (R Square) dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien
determinasi (R Square) adalah sebesar 0,971 atau 97,1% nilai tersebut bermakna bahwa audit
kinerja, mampu menjelaskan variabel akuntabilitas publik sebesar 97,1% Sedangkan sisanya,
yaitu 2,9% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diinformasikan dalam penelitian ini.

Hasil Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Hasil uji F terlihat di dalam tabel ANOVA pada kolom sig. Sebagai contoh kita
menggunakan taraf signifikan (0,05), jika nilai profitabilitasnya <0,05 maka dapat dikatakan
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Namun,
jika signifikannya >0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel bebas pada variabel terikat.
ANOVAb
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 415.488 1 415.488 1264.388 .000a
Residual 12.487 38 .329
Total 427.975 39
a. Predictors: (Constant), Audit Kinerja
b. Dependent Variable: Akuntabilitas Publik
Sumber : Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 18.
Berdasarkan hasil pengujian yang dipaparkan pada tabel diatas diperoleh hasil
koefisien signifikan menunjukan bahwa nilai signifikan (Sig) adalah 0,000 yang mana lebih
kecil dari nilai 0,05 (0,000 < 0.05), dengan nilai F yang ditunjukan adalah 19.519. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variable bebas
terhadap variable terikat.

Hasil Uji T
Dalam analisa Uji Statistik T, hasil pengujian yang diharapkan adalah penelti dapat
mengukur seberapa jauh pengaruh satu variable independen secara individual dalam
menerangkan variasi variable dependen. Adapun hasil analisa Uji T penelitian ini dapat
dilihat pada tabel dibaeah ini
Tabel 4.14 Hasil Uji T
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -1.152 .929 -1.240 .223
Audit 1.035 .029 .985 35.558 .000
Kinerja
a. Dependent Variable: Akuntabilitas Publik

Sumber : Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 18.


Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian pada variabel Audit
Kinerja terhadap Akuntabilitas Publik diperoleh tingkat signifikan (Sig) sebesar 0,000 lebih
kecil dari 0,05 (0,000<0,05) maka H1 atau hipotesis satu dapat diterima dikarenakan bahwa
audit kinerja berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas publik.

Pembahasan Pengaruh Audit Kinerja terhadap Akuntabilitas Publik


Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa audit kinerja berpengaruh
signifikan terhadap akuntabilitas publik. Variable audit kinerja pada hasil uji statistik analis
deskriptif memperoleh nilai minimum 17 dan nilai maximum 36, serta nilai mean 31,75 yang
berarti bahwa Perumdam Tirta Mukti Kabupaten Cianjur telah menerapkan audit kinerja
dengan baik seperti setiap laporan audit tidak dipengaruhi oleh siapapun dan setiap laporan
keuangan dikomunikasikan kepada pihak pihak pengguna.
Audit kinerja adalah suatu rangkaian program kegiatan audit yang dilakukan dengan
cara objektif dan sistematis pada segala macam bukti yang tersedia dengan tujuan untuk
menilai kinerja suatu entitas. Adapun area pemeriksaan biasanya mencakup hal ekonomi,
efesiensi dan efektivitas dengan tujuan semata-mata agar dapat memperbaiki kinerja entitas
yang di audit serta meningkatkan pelayanan entitas kepada masyarakat atau publik.

V SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mencar bukti empiris kaitanya dengan pengaruh Audit
Kinerja Terhadap Akuntabilitas Pada Perumdam Tirta Mukti Kabupaten Cianjur. Adapun alat
analisa yang digunakanuntuk elakukan pengolahan data dalam penelitian ini yaitu SPSS
Versi 18. Penelitian ini di lakukan di Perumdam Tirta Mukti Kabupaten Cianjur dengan
jumlah sampel sebanyak 40 responden.
Berdasarkan perhitungan pada bab empat dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil
pengujian yang menyimpulkan bahwa :
Audit Kinerja (X1) Berpengaruh Signifikan Terhadap Akuntabilitas Publik (Y)

KETERBATASAN PENELITIAN
Dalam pelaksanaan penelitian peneliti sudah berusaha melakukan penelitian dengan
maksimal, namun di sisi lain peneliti masih menemui keterbatasan dan kekurangan yang
dialami pada proses penelitian ini ,sehingga peneliti merasa perlu agar peneltian ini dapat
dikembangkan oleh peneliti selanjutnya, terutama pada poin-poin antara lain dibawah ini :
1. Wawancara dalam penelitian ini, dilakukam menggunakan angket Google Form yang
mana tidak dilakukan secara tatap muka berkenaan dengan keterbatasn waktu temu
dikarenakan responden dan penelti juga harus menjalankan aktifitas kerja sesuai dengan
kewajiban masing-masing.
2. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode penyebaran kuesioner sehingga
data yang dikumpulkan hanya menggambarkan pendapat dari pegawai secara tertutup.
3. Tidak semua responden adalah pengguna atau konsumen Perumdam Tirta Mukti, sehingga
penulis merasa hasil kuesioner yang didapatkan akan lebih baik jika kedepannya penelitian
terfokus juga pada variable dari sisi konsumen Perumdam Tirta Mukti.

SARAN
1. Pada penelitian selanjutnya metode pengumpulan data dapat disertai dengan metode
wawancara langsung kepada masing masing responden dengan harapan menghindari
kemungkinan responden memberikan jawaban yang tidak objektif.
2. Bagi peneliti lain yang tertarik akan judul yang sama, maka peneliti menyarankan untuk
menggunakan variable selain variable yang diguakan dalam penelitian ini yang dapat
mempengaruhi akuntabilitas publik sehingga terdapat hasil penelitian bandingan untuk
menyempurnakan penelitian ini.
3. Terakhir peneliti meberikan saran terhadap Perumdam Tirta Mukti Kabupaten Cianjur agar
dapat terus meningkatkan pelayanan dan juga akuntabilitas publik, sehingga perusahaan tetap
dapat berjalan dengan baik, selaras dengan harapan visi dan misi Pemerintah Daerah
Kabupaten Cianjur selaku pemilik perusahaan, dan juga selaras dengan harapan pelanggan
Kabupaten cianjur selaku konsumen perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai