Check + Bab 123
Check + Bab 123
(Skripsi)
Oleh :
Aldilla Wirhani
1846031019
Halaman
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. 25
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
Maslow dalam teorinya menyatakan bahwa manusia memiliki lima hierarki kebutuhan
yang ditampilkan dalam bentuk piramida, tingkat terendah merupakan kebutuhan
paling dasar sedangkan tingkat paling atas adalah kebutuhan yang paling kompleks.
Kebutuhan dasar dalam paramida Maslow ialah kebutuhan fisiologis, seperti kebutuhan
untuk makan, minum, berpakaian, dan beristirahat. Setelah kebutuhan paling rendah
telah terpenuhi, maka dapat beralih ke tingkat kebutuhan berikutnya. Semakin
meningkat ke atas, maka kebutuhan akan semakin dekat dengan unsur psikologis dan
sosial. Terdapat kebutuhan akan relasi, cinta, persahabatan dan keintiman yang
memiliki peran penting bagi manusia untuk merasa diterima dan dicintai oleh manusia
lainnya guna mengindari rasa kesepian, depresi dan kecemasan. Hubungan intim
ditandai dengan seseorang yang memiliki perasaan mendalam kepada orang lain.
Keintiman dapat terjadi dalam hubungan persahabatan, kekeluargaan, hubungan antara
lelaki dan perempuan, baik pertemanan non-seksual atau hubungan romantis
(Varderber &Varderber, 1995).
Salah satu cara manusia memenuhi kebutuhan akan hubungan intim dengan pasangan
lawan jenis ialah melaksanakan pernikahan. Duvall dan Miller (1985) mendefinisikan
pernikahan sebagai berikut : “Marriage is a socially recognized relationship between
a man and a woman that provides for sexual relation, legitimized childbearing and
establishing a division of labour between spouses”. Dalam menjalani kehidupan
pernikahan, setiap individu yang menjalaninya memiliki tujuan yang sama yaitu
menciptakan rumah tangga yang layak, bahagia dan harmonis. Pernikahan yang dinilai
ideal adalah yang dianggap dapat memberikan kedekatan, pertemanan, pemenuhan
kebutuhan seksual, kebersamaan dan perkembangan emosional (Papalia, Olds &
Feldman, 2005). Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (2021) pada
tahun 2020, jumlah pernikahan yang terjadi di Indonesia sebanyak 1.790.000
pernikahan. Jumlah persentase perceraian pada tahun 2020 terjadi sebanyak 6,4% dari
72.900.000 rumah tangga atau sekitar 4.700.000 pasangan. Sebelumnya, pada tahun
2015 perceraian di Indonesia terjadi sebanyak 5,89% atau sebanyak 3.900.000 dari total
67.200.000 rumah tangga. Dapat disimpulkan bahwa dalam 5 tahun belakangan terjadi
peningkatan dalam kasus perceraian. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab
terjadinya perceraian salah satunya adalah long distance marriage (Prianto, Wulandari
& Rahmawati, 2013; Widyanisa, Lubis & Sary, 2015). Kurang nyambung, jd pindah
Setelah pembahasan LDR
Long distance marriage atau dikenal dengan pernikahan jarak jauh merupakan situasi
dimana pasangan yang sudah menikah berpisah secara fisik dalam periode waktu
tertentu. Pistole (dalam Ramdhini, 2015) menambahkan, pernikahan jarak jauh
merupakan situasi pasangan yang berpisah secara fisik dan salah satu pasangan harus
pergi dan menetap atau tinggal ditempat lain karena suatu kepentingan, sedangkan
pasangan yang lain harus menetap dirumah. Laura Stafford (dalam kalbfleisch, 2004:
37) mengatakan bahwa hubungan jarak jauh dinilai kurang ideal bagi pasangan yang
sudah menikah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sandow (2010), ia menyatakan
bahwa pernikahan jarak jauh memiliki 40% resiko lebih tinggi mengalami perceraian
dibandingkan pasangan yang tinggal satu atap. Sebuah penelitian dari The Center For
Study Of Long Distance Relationships di Amerika Serikat yang dilakukan oleh Dr. Greg
Guldnef, ia menyatakan 70% pasangan gagal dalam mempertahankan hubungan jarak
Author? jauh karena kesulitan dengan adanya perubahan yang terjadi dalam hubungan mereka
Ini penjelasan ( “Long distance relationship mungkinkah?”, 2011). Anggapan masyarakat umum,
kalimat yg mana?pasangan yang sudah menikah harus tinggal berdekatan secara geografis dan tinggal
satu atap. Kedekatan fisik dapat menjaga keintiman yang dimiliki oleh masing-masing
pasangan, membuat mereka semakin bahagia dan lebih dapat bertahan.
Dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi, tidak sedikit pasangan suami
istri yang memilih untuk tinggal berjauhan secara geografis meski membutuhkan lebih
banyak pengorbanan. Jumlah pernikahan jarak jauh di Amerika terus meningkat sejak
tahun 2000-2005, fenomena long distance marriage bukan menjadi hal tabu bagi
budaya barat hal ini dinyatakan oleh Suryani & Nurwidawati (2016). Pernikahan yang
terjadi di Amerika, sebesar 2,9% adalah pernikahan jarak jauh (Borelli, Rasmussen,
Bukhart & Sbarra, 2015). Di Indonesia sendiri, belum terdapat survei pasti mengenai
jumlah pasangan yang menjalani pernikahan jarak jauh. Namun, terdapat peningkatan
jumlah pemberitaan yang membahas pernikahan jarak jauh di Indonesia dilihat dari
jumlah artikel yang membahas seputar long distance marriage sepanjang tahun 2013
sebanyak 13 artikel dan pada tahun 2014 menjadi 20 artikel (Ramdhini & Hendriani,
2015).
Suami istri yang menjalani pernikahan jarak jauh karena didasari oleh faktor pekerjaan
atau kondisi perekonomian, tentu memiliki permasalahan yang harus dihadapi. Untuk
memperoleh jalan keluar dari masalah, maka pasangan suami istri harus mampu bekerja
sama dalam menghadapi masalah yang menimpa hubungan rumah tangga mereka.
Hampton (2004) mengatakan, pasangan yang menjalani long distance marriage akan
mengalami banyak tantangan dan pengorbanan yang harus dilakukan karena kurangnya
waktu bersama, sehingga tidak dapat melakukan aktivitas layaknya pasangan menikah
yang tinggal dalam satu atap. Tidak memungkinkan bagi pasangan yang menjalani
pernikahan jarak jauh untuk melakukan kebutuhan komunikasi, psikologis maupun
biologis seperti kedekatan fisik, komunikasi efektif secara tatap muka, serta melakukan
aktivitas bersama dalam periode waktu tertentu. Tidak terpenuhinya kebutuhan ini
pernikahan akan mengakibatkan timbulnya masalah yang akan berdampak pada
hubungan antarpribadi pada pasangan suami istri (Devi Anjas, 2015).
Untuk mengatasi masalah diatas terdapat berbagai solusi yang dilakukan oleh pasangan
suami istri yang menjalani pernikahan jarak jauh, salah satunya adalah dengan
memanfaatkan teknologi pendukung. Komunikasi jarak jauh antara pasangan suami
Apa gk istri yang berjauhan dilakukan dengan menggunakan mediasi teknologi komputer atau
ditambahin dikenal dengan sebutan Computer Mediated Communication (CMC), sehingga pihak-
istilah New pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi dapat berkomunikasi secara tidak
media di sini? langsung dan menggunakan perantara media dalam bertukar informasi atau pesan (A.F.
Deket CMC Wood & M.J. Smith, 2005). Dengan memanfaatkan media komunikasi tersebut maka
itu komunikasi lebih mudah dan praktis untuk dilakukan. Jarak yang ada bukan menjadi
penghalang pasangan suami istri yang berjauhan untuk berkomunikasi dan berinteraksi
satu sama lain. Selain itu, tujuan penggunaan media komunikasi agar terciptanya
komunikasi yang intens dan efektif. Thompson (dalam Adelina, 2014) menyatakan,
dalam sebuah pernikahan, komunikasi memiliki peran yang sangat penting.
Komunikasi yang dibutuhkan ialah komunikasi yang intens, efektif dan berkualitas
antara suami istri. Komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya keterbukaan,
empati, dukungan, sikap positif, dan kesamaan atau kesetaraan antar kedua belah pihak
(Joseph Devito, 1997).
Menurut survei yang dilakukan oleh Henry Manampiring terdapat 89,5% responden
yang menjalani long distance relationship menyatakan bahwa kunci dari sebuah
hubungan adalah memiliki komunikasi yang baik dengan pasangan. Diperlukannya
komunikasi yang intens bagi mereka yang menjalani long distance relationship, karena
pada dasarnya hubungan jarak jauh memiliki intesitas bertemu secara fisik yang tentu
berbeda dengan mereka yang tidak menjalani hubungan jarak jauh. Sehingga,
kebutuhan komunikasi yang berkualitas tentu dibutuhkan. Dalam hubungan pernikahan
jauh, ketika menjalaninya diperlukan strategi pengelolaan komunikasi yang baik dalam
upaya mempertahankan hubungan. Komunikasi menggunakan perantara media atau
komunikasi verbal tetap tidak dapat menggantikan komunikasi secara tatap muka (face
to face). Dalam pelaksanaannya, tentu terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat
kegiatan komunikasi bermedia pada pasangan suami istri yang menjalani pernikahan
jarak jauh tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti merasa perlu melakukan penelitian lebih lanjut
untuk mendapatkan gambaran secara jelas mengenai bagaimana peran penggunaan
New media CMC?Computer Mediated Communication (CMC) dalam pernikahan jarak jauh di kota
Jakarta. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengkaji
fenomena tersebut dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pemanfaatan New Media
Dalam Memudahkan Komunikasi Pada Pernikahan Jarak Jauh (Long Distance
Marriage) (Studi Kasus di Kota Jakarta)”
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diangkat peneliti
adalah sebagai berikut :
3. “Bagaimana pengalaman komunikasi menggunakan new media yang dilakukan
pasangan suami istri yang berjauhan dalam mengelola pernikahan jarak jauh atau
long distance marriage (LDM)?”
3. “Apa saja hambatan dalam kegiatan komunikasi bermedia bagi pasangan yang
menjalani pernikahan jarak jauh atau long distance marriage (LDM)?”
1. Secara teoritis
Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah sebagai berikut :
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam kajian
teori Computer Mediated Communication (CMC).
b. Mengetahui dampak dari Computer Mediated Communication (CMC)
dalam suatu hubungan pernikahan. LDM?
2. Secara praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan acuan bagi
masyarakat, khususnya bagi pasangan yang menjalani long distance marriage
tentang mengelola hubungan dan melakukan pola komunikasi yang tepat.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pasangan yang akan atau
sedang menjalani long distance marriage dalam aspek komunikasi.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pasangan yang menjalani
long distance marriage dalam memilih media komunikasi yang efektif
digunakan.
d. Untuk melengkapi dan memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar
sarjana Ilmu Komunikasi pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Kualitas komunikasi di dalam suatu hubungan pernikahan jarak jauh memiliki peran
yang sangat penting. Dalam hubungan pernikahan jarak jauh, diperlukan adanya
komunikasi yang efektif antara kedua belah pihak (suami dan istri) yang menjalani.
Dengan tidak dapat dilakukannya komunikasi tatap muka secara intensif,
komunikasi pada pasangan long distance marriage bergantung dengan media atau
sarana yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari.
Ketika komunikasi tidak dapat dilakukan secara langsung dengan pasangan maka
komunikasi yang dilakukan akan bergantung dengan media yang digunakan. Dalam
praktiknya, komunikasi bermedia atau komunikasi yang tidak dilakukan secara face
to face memiliki hambatan-hambatan diantaranya seperti dalam hal waktu, sinyal
hingga kesalahpahaman ketika berkomunikasi. Hambatan-hambatan yang terjadi
tersebut dapat menimbulkan ketidakpuasan dalam berkomunikasi pada pasangan
long distance marriage.
Agar lebih jelas dapat dilihat dengan bagan kerangka pikir dibawah ini :
Komunikasi
Tema yang diangkat pada penelitian ini ialah mengenai komunikasi menggunakan
media baru CMC (Computer Mediated Communication) yang dilakukan oleh
pasangan pernikahan jarak jauh atau long distance marriage. Dalam penelitian ini,
peneliti menekankan pada pemanfaatan serta pengalaman komunikasi menggunakan
media baru berbasis CMC pada pasangan yang menjalani pernikahan jarak jauh
terutama di kota Jakarta. Peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai
perbandingan dan acuan untuk mempermudah peneliti dalam proses penyusunan
penelitian. Dalam penelitian ini peneliti telah menganalisa tiga penelitian terdahulu
yang relevan, diantaranya:
Penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dyah Dharmawijati,
Universitas Mulawarman Samarinda, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (2015)
dengan judul “Komitmen Dalam Berpacaran Jarak Jauh Pada Wanita Dewasa Awal”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran komitmen wanita dewasa
awal, bagaimana komitmen yang dijalani oleh pasangan pacaran jarak jauh dengan
kemungkinan adnaya keterbatasan komunikasi, dan terbatasnya kapasitas untuk
bertemu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya tiga aspek komitemen
yaitu satisfaction, quality of alternatives, dan investment size.
Selanjutnya yaitu penelitian milik Ika Pratiwi Rachman, Fakultas Psikologi
Universitas Surabaya (2017) dengan judul “Pemaknaan Seorang Istri Terhadap
Pengalamannya Menjalani Pernikahan Jarak Jauh (Long Distance Marriage)”.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan paradigma interpretif.
Tujuan penelitian ini untuk melihat kompleksitas pengalaman pernikahan jarak jauh
dari partisipan. Hasil dari penelitian ini yaitu makna pernikahan jarak jauh bagi
partisipan adalah sesuatu yang penuh tantangan. Terdapat pula temuan lain yaitu
partisipan menjadi lebih mandiri saat menjalani pernikahan jarak jauh, dan
menganggap pernikahan jarak jauh sebagai ujian dari Tuhan. Partisipan bertahan
dalam hubungan pernikahan jarak jauh untuk anak-anaknya.
Ketiga penelitian diatas secara umum membahas mengenai pernikahan jarak jauh.
Namun, belum ditemukan kajian khusus mengenai komunikasi menggunakan media
(CMC) dan kualitas komunikasi bermedia pada pasangan yang menjalani pernikahan
jarak jauh di kota Jakarta.
2.2 Komunikasi
2.2.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa latin “communicatio”
istilah ini berasal dari kata “communis” yang memiliki arti sama, yang
dimaksud sama disini ialah adanya kesamaan arti dan makna. Sehingga,
kegiatan komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna
antara komunikator dan komunikan dalam bertukan informasi.
Menurut McQuail (2011: 156-157), terdapat lima kategori dari new media
diantaranya, yaitu :
a. Media komunikasi antarpribadi (interpersonal communication media),
yakni meliputi Terusan nya? Kalau selanjutnya CMC berarti CMC
bagian dr new media? Berarti CMC 2.3.1 bukan 2.4
2.4 Computer Mediated Communication (CMC)
2.4.1 Definisi CMC
Komunikasi dapat dikatakan masuk ke dalam kategori CMC adalah
ketika dua atau lebih individu yang terlibat hanya dapat saling
berkomunikasi melalui komputer. Definisi CMC menurut John
December (dalam Thurlow, 2008) adalah suatu proses komunikasi yang
dilakukan oleh manusia melalui sarana komputer, melibatkan seseorang,
memiliki konteks tertentu, dan terlibat dalam proses membentuk media
dengan berbagai tujuan. Sehingga, komunikasi yang tergolong ke dalam
kategori CMC adalah ketika proses komunikasi yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih, melalui teknologi komputer sebagai medianya.
Menurut Spitzberg dalam Greiffenstern (2010:34-35) CMC adalah
interaksi manusia yang difasilitasi oleh teknologi berbasis digital.
Kegiatan yang masuk ke dalam kategori CMC diantaranya yakni
memanfaatkan telepon genggam untuk mengirim pesan singkat (instant
messaging), melakukan video call, mengunggah gambar, ataupun video.
Keberadaan situs jejaring sosial atau media sosial ini memudahkan khalayak
untuk berinteraksi dengan orang-orang dari seluruh belahan dunia dengan biaya
yang lebih murah dibandingkan menggunakan telepon atau alat komunikasi
lainnya (Aleman dan Wartman, 2010:176-188). Terdapat beberapa media sosial
yang saat ini banyak digunakan antara lain: Whatsapp, Instagram, Facebook,
LINE, Twitter, dan lain-lain.
Terdapat berbagai media sosial yang memiliki beragam fungsi dan manfaat,
contoh media sosial yang saat ini banyak digunakan sebagai sarana dalam
menjalani hubungan pernikahan jarak jauh yaitu diantaranya antara lain :
2.5.4 Whatsapp
Whatsapp merupakan salah satu aplikasi media sosial yang menawarkan
fitur bertukar pesan secara gratis. Dengan fitur-fitur yang dimiliki
Whatsapp diantara lain yaitu chat, voice note, video call, mengirim foto,
video maupun file lainnya. Saat ini Whatsapp merupakan aplikasi yang
sangat diminati dengan pengguna aktif bulanan sebanyak lebih dari 2
miliar di seluruh dunia.
2.5.5 Instagram
Instagram saat ini digunakan sebagai media hiburan, penyampaian
berita dan informasi hingga fenomena kehidupan sehari-hari.
Fitur-fitur yang dimiliki Instagram diantaranya yaitu mengunggah
foto/video, jejaring sosial, Instastory, siaran langsung, dan masih
banyak lagi.
2.5.6 Facebook
Anandita Puspita Sari (2010) mengatakan, bahwa definisi Facebook
menurutnya ialah sebuah jejaring sosial atau online social networking
yang menyediakan fasilitas teknologi bagi penggunanya untuk dapat
bersosialisasi atau berinteraksi melalui dunia maya (internet). Facebook
menyediakan beberapa fitur diantaranya seperti chat, mengunggah
foto/video, dan mengunggah status (M. Leo Agung, 2011).
Sejak diciptakan pada 2004 silam berdasarkan data yang diambil dari
databoks.katadata.co.id, saat ini pengguna Facebook mencapai 2,85
miliar pengguna aktif bulanan dan Indonesia sebagai pengguna
Facebook terbanyak ketiga di dunia setelah India dan Amerika Serikat
dengan jumlah populasi sekitar 140 juta pengguna pada Juli 2021 lalu.
Meskipun resiko intensitas bertemu secara fisik lebih rendah jika dibandingkan
dengan mereka yang tinggal bersama (Rini, 2009) pernikahan jarak jauh tengah
menjadi hal yang lumrah di lingkungan masyarakat. Terlebih dengan semakin
pesatnya perkembangan teknologi yang dapat membantu pasangan-pasangan
yang menjalin pernikahan jarak jauh untuk tetap berkomunikasi sebagaimana
mestinya. Dalam pelaksanaannya tidak dapat dipungkiri bahwa konflik tentu
dapat terjadi, umumnya konflik yang menimpa pasangan yang menjalin
pernikahan jarak jauh berbeda dengan pasangan suami istri yang tinggal
bersama diantara lain yakni rasa tidak percaya terhadap pasangan, cemburu,
serta kurangnya waktu berinteraksi (Handayani, 2016).
2.2.5 Karakteristik Pernikahan Jarak Jauh Dapus?
Pernikahan dapat disebut sebagai pernikahan jarak jauh atau long distance
marriage ketika memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Tidak tinggal dalam satu atap yang sama.
b. Pasangan suami istri tidak dapat selalu bersama secara fisik, karena adanya
jarak secara geografis diantara keduanya.
c. Waktu untuk bertemu terbatas. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kesibukan
baik dalam pekerjaan, pendidikan dan lain sebagainya.
d. Memiliki keinginan untuk bersama. Terbatasnya pertemuan yang dapat
dilakukan, maka keinginan pada pasangan pernikahan jarak jauh untuk
bertemu dan bersama dengan pasangannya cenderung lebih tinggi.
Hanya 2 kota dalam periode waktu yang lama. Salah satu pasangan harus pergi untuk
dek? Apa
menyelesaikan tugas pekerjaan dan pasangan lainnya tetap berada dirumah,
masih ada yg
sehingga harus menjalani pernikahan jarak jauh.
lain?
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki. Ketika salah satu pasangan harus mengejar cita-cita dan
mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dengan jarak yang terlampau
jauh dan harus berpisah dengan pasangannya.
Beragam konflik yang dapat terjadi dalam pernikahan jarak jauh. Terlebih
penyelesaian masalah yang bisa saja tertunda akibat adanya faktor jarak dan
waktu yang berbeda. Jika dibandingkan dengan pasangan yang tinggal dalam
satu atap, pasangan yang menjalani pernikahan jarak jauh memiliki hambatan
dalam hal waktu, komunikasi, dan intensitas pertemuan. Sehingga, sering
menjadi faktor pemicu timbulnya masalah.
Terbatasnya waktu dan jarak pada hubungan pernikahan jarak jauh memberikan
efek yang berbeda pada masing-masing individu yang menjalaninya.
Terkadang, sedikitnya intensitas bertemu membuat pasangan long distance
marriage memiliki rasa mencintai dan hasrat yang besar ketika melakukan
pertemuan. Sehingga, pertemuan akan selalu menjadi momen yang dinanti-
nanti. Hal tersebut juga merupakan alasan pasangan long distance marriage
bertahan dalam hubungannya.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian tentang pemanfaatan new media pada pernikahan jarak jauh yang
dilakukan oleh penulis menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif
merupakan penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Menurut Bogdan
dan Taylor, 2012). Metode kualitatif memiliki tujuan untuk menjelaskan suatu
fenomena yang diteliti secara mendalam dengan mengumpulkan data yang sedalam-
dalamnya, sehingga menunjukkan pentingnya detail pada data yang diteliti. Semakin
mendalam dan teliti penlitian yang dilakukan, maka semakin baik kualitas penelitian
tersebut. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memiliki peran untuk
menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan keunikan atau
keistimewaan dari suatu pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan atau
digambarkan melalui metode kuantitaif (Saryono, 2010).
Dalam penelitian ini penulis akan mengumpulkan data dan memberikan gambaran
mengenai pemanfaatan new media yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang
menjalani pernikahan jarak jauh dalam mempertahankan hubungannya dan
membuat suatu kesimpulan guna dijadikan acuan bagi pasangan yang menjalani long
distance marriage dalam aspek komunikasi.
a. Fokus Penelitian
Fokus penelitian penting dalam suatu penelitian yang bersifat kualitatif. Fokus
penelitian dimaksudkan untuk membatasi penelitian kualitatif sekaligus membatasi
penelitian guna memilih data yang relevan dan yang tidak relevan (Moleong, 2010).
Pembatasan yang dilakukan didasarkan pada tingkat kepentingan atau urgensi dari
fenomena yang ada dalam penelitian. Maka penelitian ini akan difokuskan pada
proses komunikasi menggunakan sarana new media (media sosial) yang dilakukan
oleh pasangan suami istri yang menjalani pernikahan jarak jauh (Long Distance
Marriage).
b. Sumber Data
Sumber data dalam suatu penelitian memiliki peran sebagai penentu kualitas dari
hasil penelitian. Sumber data yang dijadikan bahan referensi atau acuan adalah
(Moleong, L. J, 2004) :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian.
Peneliti memperoleh data atau informasi langsung dengan menggunakan
instrumen-instrumen yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini data primer
diperoleh dari hasil wawancara dari informan yang menjalani hubungan
pernikahan jarak jauh (Long Distance Marriage).
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip (data documenter) yang dipublikasikan dan tidak
dipublikasikan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui
peninggalan tertulis yang dilakukan dengan cara membaca dan menganalisis
buku-buku literatur, dokumen, dan tulisan yang dianggap peneliti memiliki
kesesuaian dengan permasalahn yang diteliti.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung sebuah objek di lingkungan yang masih
berlangsung atau dalam tahap kajian menggunakan panca indera. Observasi
merupakan kegiatan penelitian terhadap suatu objek (2015: 204). Observasi
dilakukan oleh peneliti dengan cara pengamatan dan pencatatan mengenai
kegiatan komunikasi bermedia dari suami atau istri yang menjalani pernikahan
jarak jauh (Long Distance Marriage).
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data
dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan, dan gambar yang
berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian (Sugiyono,
2015: 329). Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dan kemudian
dianalisis.
d. Penentuan Informan
Informan penelitian merupakan subjek yang memahami informasi sebagai pelaku
ataupun orang lain yang mengetahui tentang penelitian yang dilakukan. Informan
dalam penelitian ini yaitu berasal dari wawancara secara langsung yang disebut
sebagai narasumber. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik
yang mencakup orang-orang yang telah memenuhi kriteria-kriteria tertentu yang
dibuat berdasarkan tujuan riset (Kriyantono 2008: 156).
Dalam penelitian ini, peneliti memiliki beberapa kriteria untuk informan dalam
penelitian. Beberapa kriteria dari informan penelitian yang dimuat oleh peneliti,
diantaranya:
1. Informan sudah menikah.
2. Informan telah menjalani pernikahan jarak jauh dengan minimal kurun waktu 1 –
3 tahun.
3. Informan bersedia diwawancara dan memberikan informasi yang peneliti
butuhkan.
4. Informan berdomisili di tempat ia bekerja yaitu di kota Jakarta.
Sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang tidak mementingkan jumlah informan
sampel, tetapi lebih mementingkan isi, relevansi, dan sumber yang benar-benar
dapat memberikan informasi baik mengenai orang, peristiwa atau hal, maka teknik
yang tepat untuk menentukan sumber data atau informan adalah purposive sampling.
Bappeda.jakarta.go.id/pengangguran-berkurang-tenaga-kerja-semakin-berkualitas-2/, (diakses
pada 3 Januari 2021, jam 15.30 WIB)
Mestika Zed. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004.
Putra, Aldilla Suwita. “Pola Komunikasi Pada Istri Pasangan Pernikahan Jarak Jauh”. Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2017. Dalam
http://eprints.ums.ac.id, (diakses pada tanggal 11 November 2019, jam 21.19 WIB).
Ramadhini, Safitri. & Hendriani, Wiwin. (2015) Gambaran Trust Pada Wanita Dewasa Awal
yang Sedang Menjalani Long Distance Marriage, Jurnal Psikologi Klinis &
Kesehatan Mental 4 (1):14-19.
Rubyasih, Arina. (2013) Model Komunikasi Pernikahan Jarak Jauh, Jurnal Kajian Komunikasi
4 (1):109-119
Thompson, M. & Webb L.M. 2004. Commitment Under Construction : A Dyadic and
Communicative Model of Marital Commitment. Journal of Family Communication.
Vol 4 (3&4). Pp. 249-260.
Effendy, Onong Uchjana. 2009. Komunikasi teori dan praktek. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa suatu pengantar, diterjemahkan oleh Agus Dharma dan Aminuddin
Ram, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1987), hlm. 16.
M. Leo Agung, Berinternet dengan Facebook dan Twitter,........, hlm.3.
12Anandita Puspitasari, Blog dan Media Sosial Panduan untuk Guru era Baru, (Jakarta: Acer Indonesia, 2010),
hlm. 15
Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja. Rosdakarya.
Greiffenstern, S. (2010). The influence of computers, the internet and computer-mediated communication on
everyday English. Berlin: Logos-Verl.