Proposal Penelitian Nur Saidah Daing
Proposal Penelitian Nur Saidah Daing
YOGYAKARTA
Disusun Oleh :
NIM. 201322836
YOGYAKARTA
2024
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
karena pada fase ini kaum muda mengalami perubahan kognitif dan sosial
emosional. Pada fase ini biasanya peran gender telah di kenalkan sejak kecil
sehingga, peran gender akan terkontruksi ketika pacaran. Peran gender yang
dengan orang lain. Pada fase ini juga perempuan dan laki laki biasanya
sudah mampu berfikir dan berperilaku sesuai denga napa yang menjadi
tahun. Pada usia itu pula biasanya kaum muda baik laki laki maupun
percintaan atau yang biasa disebut dengan pacarana. Hubungan atau relasi
berpacaran merupakan realisasi dan rasa suka, rasa nyaman dan rasa saling
kesepakatan dan kebiasaan yang akan mereka jalani tersebut ada pasangan
gender, namun ada juga pasangan yang memposisikan salah satu pihak baik
perbedaan dalam hal kepribadian dan pola pikirnya (Astri dan Fauziah,
2014). Dalam hubungan percintaan antara kaum muda perempuan dan laki-
laki, biasanya laki laki dilabeli memiliki sifat yang tegas dan kuat sementara
menyebabkan terdapat perlakuan yang berbeda pula antara laki laki dan
konsep maskulin dan feminim yang sering dijadikan standar dalam bersikap
sebagai seorang laki-laki dan perempuan. Seperti yang kita ketahui bahwa
itu sendiri, di mana dalam berpacaran laki-laki harus bersikap maskulin atau
memiliki sifat yang lebih emosional dan sensitive dari laki-laki. Saat
mendapat perlakuan special dengan diantar dan dijemput oleh laki-laki, hal
ini dikarenakan laki-laki dianggap memiliki sifat yang lebih kuat sementara
dan tidak bersikap maskulin akan dianggap tidak sesuai dengan standar sifat
oleh laki-laki dan cenderung lebih mudah menuruti apa yang menjadi
keinginan laki-laki.
data yang tercatat dalam KOMNAS perempuan pada tahun 2023 angka
kekerasan dalam pacaran cukup tinggi yaitu mencapai 3528, ini mengalami
perempuan memiliki derajat yang lebih rendah dari laki-laki dapat menjadi
lemah. Anggapan bahwa perempuan lebih lemah dari laki-laki ini mungkin
budaya jawa. Dalam budaya jawa laki laki memiliki kedudukan yang lebih
telah tertanam dalam hati masyarakat. Salah satu istilah mengatakan bahwa
perempuan adalah konco wingking yang artinya teman belakang. Istilah ini
tangga). (Faqih abdul kodir, 2023). Citra dan peran sebagai perempuan telah
lembut, penurut dan tidak boleh melebihi laki laki. Pemahaman dari budaya
jawa tersebut mungkin saja terbawa Ketika kaum muda baik laki-laki
belum semuanya, saat ini telah banyak perempuan muda yang menyuarakan
pergeseran budaya.
relasi gender yang diperankan oleh kaum muda laki-laki dan perempuan
muda laki-laki dan perempuan dalam hubungan pacaran. Peneliti juga akan
menjelaskan terkait factor apa saja yang dapat mempengaruhi kaum muda
dalam konteks romantis dan sosial yang kompleks. Melalui penelitian ini,
antara individu dari berbagai gender. Selain itu, penelitian ini juga dapat
relasi pacaran. Hal ini bisa memberikan referensi agar relasi pasangan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka
berikut :
C. Tujuan Penelitian
gedner tersebut.
3. Mengetahui makna peran gender dalam hubungan pacaran dalam hal apa
D. Manfaat Penelitian
pacarana atau tidak. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi
bagi peneliti selanjutnya yang akan menggunakan konsep dan dasar yang
perubahan cara pergaulan kaum muda jawa dulu dan sekarang. Sebelum
tua mempelai pengantin. Pada masa pernikahan dan pacaran orang tua,
sekitar tiga puluh tahun lalu nashi umum bagi Sebagian Wanita menikah
dengan seorang pria yang usianya jauh lebih tua (tidak jarang perbedaan
usia yang signifikan). Calon suami dipilih oleh orang tuanya dan calon
Berbeda pola berpacaran kaum muda saat ini, mereka memiliki lebih
berpacaran sudah merupakan hal yang biasa, namun beberapa kaum muda
bahwa saat ini Sebagian besar kaum muda menjalin hubungan percintaan
dialami pada saat usia muda. Pergaulan dan lingkungan dapat menjadi
faktor yang kuat dalam pembentukan relasi gender pada kaum muda karena
menjalin relasi terhadap lawan jenis dalam hubungan pacaran. Sifat kaum
muda yang masih labil dan mudah terpengaruh cenderung akan menjadikan
dijalani oleh kaum muda terdapat perbedaan sikap dan peran antara laki-laki
Perilaku dan sikap yang dihasilkan dari kontruksi sosial dan budaya. Hal ini
muda. Sebagai masa atau periode untuk mempersiapkan peran dan status
memiliki karakter khusus dengan kelompok usia yang lain , remaja suka
mencoba hal baru dan meniru role model mereka. Kuatnya ideologi gender
gender dan gairah atau Hasrat seksual (laki-laki dianggap memiliki Hasrat
menikah. Padaha; jika melihat realitanya banyak kaum muda yang sudah
berpacaran.
Seksualitas di Indonesia cenderung heteronormatif yang
sebgai hal yang otonom dari Batasan jenis kelamin dan gender. Seks dan
umumnya berpikir bahwa pria dan Wanita dilahirkan seperti itu, berperan
remaja Indonesia.
adalah kelompok yeng lebih lemah dari laki-laki dan lebih berpotensi
melakukan kekerasan baik fisik maupun verbal terhadap perempuan dalam
tentang gender pada kelompok kaum muda. Riset dengan tema yang serupa
yang pernah dilakukan oleh (Hefner, 2005; Anis Rosa Damayanti, 2022;
F. Kerangka Teori
1. Hubungan Pacaran
Menurut Degenova & Rice (2005: 112), pacaran adalah suatu bentuk
komitmen.
eksplorasi lebih lanjut terhadap pasangan, serta pengujian dalam hal cinta
dan seks.
oleh keintiman, termasuk rasa memiliki dan keterbukaan diri. Selain itu,
terdapat ketertarikan emosional antara pria dan wanita yang belum menikah,
2. Gender Defferences
Miskonsepsi makna makna antara gender dan jenis kelamin yang sering
gender dan jenis kelamin (West & Zimmerman, 1987). Gender dan jenis
kelamin merupakan dua hal yang berbeda, dimana jenis kelamin merupakan
hal mutlak dan tidak dapat dipertukarkan , sedangkan seperti yang sudah
perbedaan sifat atau karakteristik yang terdapat dalam diri laki-laki dan
perempuan. Namun bila dilihat lagi tidak semua laki-laki lebih agresif,
karena realitanya ada beberapa perempuan yang lebih agresif baik secara
perbedaan yang tidak dapat diubah dari waktu ke waktu dan tidak dapat
seputar peran, tanggung jawab, fungsi dan sikap antara laki-laki dan
perbedaan peran, identitas dan tanggung jawab yang harus diemban oleh
gender bukanlah hal yang berkaitan dengan seperangkat sifat, Tindakan atau
Batasan didasarkan pada kategori seks atau jenis kelamin (West &
dapat dijelaskan dam konsep doing gender oleh Candace West dan Don H.
Zimmerman.
merawat lebih banyak dikerjakan oleh perempuan atau istri dan laki laki
domestic seperti mencari nafkah. Begitu pula dengan anak perempuan dan
hak istimewa yang mereka dapatkan sebagai kelompok yang dianggap lebih
dominasi yang lebih tinggi dari perempuan, dan akan dianggap terjadi hal
sebaliknya. Dalam hal konflik laki- laki dan perempuan juga saling
jawab dan kesalahan. Selain dalam hal agresivitas dan dominasi serta
berdua memiliki makna yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan. Waktu
biasanya berperan sebagai pihak yang lebih pasif dan bergantung pada
laki-laki yang sering mengantar dan menjemput ketika akan pergi Bersama.
yang harus selalu aktif dan perempuan sebagai subjek yang pasif. Sehingga
G. Definisi Konsepsional
Definisi Menurut Degenova & Rice (2005: 112), dan stanberg (1996),
pacaran adalah adalah suatu bentuk hubungan di mana dua individu saling
tujuan untuk saling memahami dan melibatkan emosional antara dua individu
yang tidak memiliki hubungan saudara, namun melibatkan cinta yang dipenuhi
kita memahami bahwa gender dan jenis kelamin merupakan dua hal yang
berbeda, dimana jenis kelamin merupakan hal mutlak dan tidak dapat
merupakan kontruksi sosial dan kultural sosial dan kultural mengenai sifat atau
bukanlah hal yang mutlak, dimana gender dipertukarkan antara laki-laki dan
perempuan, namun perbedaan sifat atau karakteristik yang terdapat dalam diri
laki-laki dan perempuan tetap menentukan perannya dalam menjalani
kehidupan sehari-hari.
H. Definisi Operasional
1. Definisi pacaran Degenova & Rice membantu kita bahwa pacaran adalah
a) Hubungan Intim/emosional/romantis
b) Saling mempengaruhi
c) Komitmen
d) Saling berinteraksi
e) Keterbukaan diri
f) Saling memahami
a) Aspek Agresivitas
b) Ekspetasi
c) Dominasi
d) Perbedaan peran
f) Tindakan kekerasan
g) karakteristik
deskriptif, data tersebut dapat berupa tulisan atau lisan dari orang-orang dan
dipilih oleh peneliti sebagai alat bedah dalam menganalisis fenomena yang
terhadap berbagai informasi yang berasal dari mana pun, tanpa cepat-cepat
2. Lokasi penelitian
lokasi penelitian dan banyaknya jumlah kaum muda, peneliti akan mudah
dalam penelitian ini adalah kaum muda laki-laki dan perempuan yang
yang terkait dengan topik atau fenomena yang akan diteliti. Peneliti memilih
dengan kisaran usia 15-24 tahun. Kisaran usia tersebut karena berdasarkan
data SDKI Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2023 median usia menikah
pertama pada perempuan pada usia 20-49 tahun, sedangkan pada laki-laki
pada usia 25- 54 tahun (SDKI, 2023). Pemilihan kisaran usia juga dilihat
(SDKI Remaja, 2023) yang mengatakan bahwa usia pertama kaum muda
menikah untuk pertama kali pada usia 20 tahun dan laki-laki 25 tahun, serta
mulai memiliki hubungan pacaran pada usia 15-17, maka kaum muda laki-
penentuan usia informan juga berdasar pada definisi PBB yang menyatakan
pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi (Mahasiswa) serta akan dipilih juga
kaum muda laki-laki dan perempuan yang berada pada fase awal masuk ke
dalam dunia kerja. Siswa SMA, Mahasiswa, dan kaum muda yang sedang
berada pada fase awal masuk dunia kerja dipilih karena pada jenjang
cukup serius. Terkait dengan lokasi geografis, informan yang dipilih oleh
kaum muda juga terbagi ke dalam dua kelompok wilayah, ada kaum
muda yang berada di wilayah rural (desa) dan ada juga yang berada di
wilayah urban (Kota). Informan yang dipilih oleh peneliti merupakan kaum
muda yang berada di wilayah rural. Terkait dengan latar belakang ekonomi
atau kelas sosial informan, dalam penelitian ini peneliti memilih informan
dari kelas sosial menengah. Dalam penelitian ini kaum muda laki-laki dan
dan memenuhi kriteria lain yang telah ditentukan oleh peneliti dipilih
proses bergulir dari satu informan ke informan yang lain. Teknik snowball
sampling ini dipilih juga karena teknik sampling ini memiliki kelebihan
nama asli mereka, maka identitas dari para informan khususnya terkait
samaran.
yang dijalin. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer dan
Data primer atau yang biasa disebut dengan data utama merupakan
merupakan data utama yang akan dianalisis oleh peneliti. Data primer
tidak terstruktur. Teknik wawancara ini dipilih oleh peneliti agar informan
primer atau data utama. Data sekunder didapatkan darı dokumen atau
literatur terkait dengan penelitian yang sedang diteliti yang tersedia dan
dapat diakses oleh peneliti. Data tersebut juga digunakan untuk membantu
kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992) dalam (Rijali, 2019). Reduksi data
pikiran antar teman serta melakukan upaya-upaya yang luas agar dapat
Ariyati, R. A., & Nuqu, F. L. (2016). Gaya Cinta (Love Style) Mahasiswa.
Jurnal Psi Koislamika, 13, 29–38.
Astri, M., Fauziah, N., Psikologi, F., Diponegoro, U., Gender, P., &
Penanggungjawab, P. (2014). Hubungan Antara Peran Gender Dengan
Intensi Melakukan Kekerasan Dalam Pacaran Pada Mahasiswa
Strata-1 Fakultas Teknik Di the Relation Between Gender Roles With
Intention of Dating Violence in a Student Bachelor Degree Faculty of
Engineering. 035.
Beauvoir, S. de. (1961). The Second Sex. In Yale French Studies (Issue 27,
p. 22).
Cahyani, K. O. A., Fathurohma, A., & Paramitha, N. (2020). Remaja Gen Z Cerdas
Merencanakan Masa Depan Mulai dari Hubungan Lawan Jenis , Antisipasi
Seks Bebas dan Persiapan Pra Nikah. 3, 1–6.
Chung, D. (2005). Violence, control, romance and gender equality: Young women
and heterosexual relationships. Women’s Studies International Forum, 28(6),
445–455.
DeLucia, J. L. (1987). Gender role identity and dating behavior: What is the
relationship? In Sex Roles (Vol. 17, Issues 3–4, pp. 153–161).
Fadilah, A. N., Kuniasari, N. D., & Quraisyin, D. (2011). Relasi Gender dalam
Hubungan Pacaran. Komunikasi, 5(2), 79–164.
Karnaen, S. M. N., & Amanah, S. (2021). Peranan Gender dalam Rumah Tangga
Pernikahan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten
Tangerang. In Komunika (Vol. 8, Issue 1, pp. 25–43).
ouritzin, S. G. (2000). Bringing Life to Research: Life History Research and ESL.
TESL Canada Journal, 17(2), 01.