Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENELITIAN KUANTITATIF

“ PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP


PENYIMPANGAN SEKSUAL PADA SESAMA JENIS “

Harlan Haris / 21701016

Dosen Pengampu : Aswar S.Psi, M.Ikom

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Makassar, 24 Februari 2023

Harlan Haris

2
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian................................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................................5
A. Lingkungan.........................................................................................................................5
B. Orientasi Seksual................................................................................................................6
C. Heteroseksual......................................................................................................................7
D. Penyimpangan Jenis Kelamin.............................................................................................7
BAB III BLUE PRINT................................................................................................................11
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN....................................................................................13
A. Metode Penelitian.............................................................................................................13
B. Populasi.............................................................................................................................13
C. Identifikasi Variabel Penelitian.........................................................................................13
D. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas...................................................................................13
KUESIONER PENELITIAN ..................................................................................................... 14
AITEM.........................................................................................................................................14
A. Variabel X (Skala Lingkungan)........................................................................................15
B. Variabel Y (Skala Penyimpangan Orientasi Seksual)......................................................16
LAMPIRAN.................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 19

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu melakukan interaksi sosial dengan
manusia lainnya sepanjang sejarahnya, dan dengan interaksi tersebut pola perilaku
manusia yang berbeda akan tumbuh dan muncul di masyarakat. Tentu ada perilaku yang
konsisten, dan ada pula perilaku yang menyimpang dari norma atau aturan yang telah
disepakati dan ditetapkan sebagai pedoman hidup bermasyarakat. Disadari atau tidak, kita
mengalami atau terlibat dalam perilaku antisosial atau menyimpang. Penyimpangan sosial
dapat terjadi di mana saja dan siapa saja bisa melakukannya. Sejauh mana penyimpangan
tersebut terjadi, besar atau kecil, lebar atau sempit, tentu menimbulkan keraguan terhadap
keseimbangan hidup masyarakat. Perilaku dianggap menyimpang jika tidak sesuai dengan
nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat.

Salah satu jenis perilaku seksual menyimpang yang sering disebut dengan LGBT,
artinya lesbian, gay, biseksual, dan transgender, dapat dilihat dari beberapa sumber yang
menunjukkan bahwa tren tersebut terus berkembang di era sekarang.

Penyimpangan gender atau LGBT selalu dikaitkan dengan masalah kesehatan


mental individu, yang dapat disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan, atau peristiwa
traumatis di masa lalu. Tetapi banyak orang dengan penyimpangan gender tidak
mengatakan bahwa masalah yang mereka alami sekarang disebabkan oleh pengalaman
buruk yang masih memengaruhi pikiran mereka. Bagaimana dengan seseorang yang
mungkin pernah mengalami pengobatan yang berpotensi atau memicu penyimpangan
seksual? Hal ini dapat dipengaruhi oleh proses pertumbuhan hormon yang tidak stabil dan
pengaruh lingkungan anak, yang seharusnya pada tahap ia mulai mengenali jenis kelamin
dan nafsu lawan jenis, tetapi nafsunya terdistorsi. Nyatanya, keberadaan orang yang
paling sering dicap sebagai homoseksual ini masih menjadi perbincangan di negara-
negara khususnya Indonesia yang mayoritas beragama Islam, dimana tentunya kita tahu
bahwa masyarakat Indonesia menanamkan nilai-nilai moral dalam kehidupannya.
Masalah penyimpangan seksual masih dianggap tabu yang ditakuti sebagian besar
masyarakat. Namun saat ini hanya sedikit orang yang mulai menerima kehadiran

1
masyarakatnya dalam artian tetap hidup menurut nilai-nilai sosial tanpa terkecuali,
mengesampingkan nilai-nilai moral.

LGBT merupakan salah satu permasalahan globalisasi dan menjadi topik


pembicaraan yang sangat hangat di masyarakat saat ini baik di luar negeri maupun di
Indonesia. Banyak sekali kaum LGBT yang mulai menunjukkan sikapnya yang
menyimpang untuk menunjukkan identitasnya. Berdasarkan penelitian Dhea Marthilda,
Moh Iqbal Mabrur dan Rulita Hendriyan (2014), ada beberapa alasan menjadi lesbian
yaitu hamil dengan laki-laki yang bukan kekasih mengakibatkan belum siap menjadi
kekasih atau semata. menjadi laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki dan memilih
untuk menjadi lesbian. Beberapa orang juga menemukan hubungan heteroseksual yang
tidak nyaman, seperti kesulitan menemukan hubungan antara dirinya dan kekasihnya, bisa
juga karena trauma pelecehan seksual yang dialaminya, yang menimbulkan kegembiraan
yang tidak disadari. Kesenangan yang dialami secara tidak sadar ini membuat hampir
semua perilaku berorientasi pada hubungan, dengan pria dan wanita. Rasa nyaman
berhubungan seks dengan sesama jenis membuat seseorang semakin yakin dan percaya
diri sebagai seorang lesbian.

Kajian lain oleh Dewita Isnaini R (2018) menunjukkan bahwa masih banyak
orang tua yang salah dalam membesarkan anaknya dan tidak mengetahui serta tidak yakin
apakah orang tua melakukan kesalahan pada anaknya. Pendidikan seks dan identitas
gender harus dipraktikkan sejak dini untuk meminimalkan kemungkinan menjadi
homoseksual. Pola asuh merupakan penyebab perilaku homoseksual yang sangat
dominan, tetapi juga dapat menjadi perlindungan yang paling efektif terhadap perilaku
menyimpang di lingkungan eksternal.

Salah satu temuan penelitian yang dilakukan oleh Rexi Junjunan Illah, Mirna Nur
Alia Abdullahi dan Wilodat (2022) menyatakan bahwa faktor yang melatarbelakangi
perubahan orientasi seksual remaja gay adalah beberapa faktor seperti: B. faktor
genetik/hormonal, pendidikan keluarga faktor, faktor lingkungan, faktor ekonomi, media
sosial dan faktor trauma. Faktor genetik/hormonal biasanya disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormon dalam tubuh pria yang banyak mengandung hormon.

2
Estrogen dan progesteron dalam tubuh lebih banyak, oleh karena itu pria memiliki
karakteristik yang mirip dengan wanita. Faktor orang tua yang umumnya permisif
berkontribusi terhadap perubahan kepribadian dan perilaku yang mengakibatkan orientasi
homoseksual. Selain itu, faktor lingkungan pertemanan juga mempengaruhi perubahan
orientasi seksual remaja. Faktor ekonomi dalam memenuhi kebiasaan gaya hidup juga
mempengaruhi keputusan remaja untuk menjadi homoseksual. Media sosial merupakan
salah satu faktor dominan yang mempengaruhi kaum muda menjadi gay, seperti:

Aplikasi kencan khusus untuk mencari pasangan gay. Faktor terakhir adalah faktor
trauma, kegagalan menjalin hubungan dengan kaum heteroseksual berdampak pada
perubahan orientasi seksual terhadap kaum gay. Dari hasil penelitian para peneliti
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa orientasi seksual berpotensi mengalami perubahan
yang signifikan karena faktor lingkungan antara lain lingkungan keluarga, kepedulian
terhadap perkembangan anak yang lebih tua, media sosial yang beradaptasi dengan
memasukkan perkembangan masa kanak-kanak, kemudian peristiwa masa lalu. yang
pergi kesan traumatis, dan banyak faktor lain seperti ekonomi dan genetika. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk menggunakan judul penelitian ini sebagai “Pengaruh
Lingkungan terhadap Perilaku Oriental Penyimpangan Seksual Pada Individu
Homoseksual”.
B. Rumusan Masalah
- Lingkungan apa yang dimiliki oleh orang-orang dengan orientasi seksual sesama
jenis?
- Perbuatan apa saja yang tergolong perilaku menyimpang dari orientasi seksual
sesama jenis?
- Bagaimana lingkungan mempengaruhi orientasi seksual sesama jenis?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

- Lingkungan yang dimiliki kaum homoseksual.


- Perilaku yang akan diklasifikasikan sebagai perilaku homoseksual
- Seberapa besar pengaruh lingkungan terhadap perilaku jika terjadi penyimpangan
orientasi jenis kelamin yang sama

3
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis
 Meningkatkan pengetahuan di bidang psikologi sosial
 Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan semua orang dapat mengetahuinya
pengaruh lingkungan terhadap penyimpangan seksual orang lain
2. Manfaat praktis
 Diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada seluruh peserta tentang teori-
teori psikologi khususnya penyimpangan orientasi seksual dan pengaruh
lingkungan, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran.
 Diharapkan penelitian ini dapat mengedukasi masyarakat tentang orientasi
seksual dan kerentanan terhadap penyimpangan. Dengan adanya pengetahuan ini
juga diharapkan dapat membantu orang-orang tersebut untuk mencegah atau
mengontrol seksualitas yang terjadi pada dirinya, agar tidak mengarah pada hal-
hal yang negatif.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Lingkungan
1. Pengertian lingkungan

Ahmad (1987) Lingkungan merupakan satu kesatuan dengan kehidupan manusia.


MenurutAhmad, persepsi terhadap lingkungan merupakan suatu sistem dalam kehidupan.
Manusia campur tangan dalam sistem kehidupan ini. Oleh karena itu lingkungan adalah
suatu entitas yang mencakup semua bentuk kehidupan yang mempengaruhi sistem dalam
kehidupan dan lingkungan alam.
2. Bentuk lingkungan

a. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga adalah lingkungan dimana seseorang menerima


pendidikan awal mereka, yang sangat mempengaruhi perilaku mereka dan
mempengaruhi tujuan hidup mereka. Lingkungan keluarga adalah usaha sadar orang
dewasa untuk mempengaruhi perkembangan anak secara normatif dalam bentuk
pendidikan. Dalam keluarga yang berantakan atau keluarga yang berantakan, orang
tua tidak memperhatikan anak-anaknya, dan ayah serta ibu tidak memiliki perhatian
yang sama terhadap anak-anaknya. Situasi rumah yang disfungsional tidak baik bagi
tumbuh kembang anak (Abu Hadi, 2002 : 248). Anak-anakdari keluarga yang
berantakan mengalami hal-hal yang sulit dan mungkin berakhir dalam kelompok
anak-anak nakal.

Dari sudut pandang yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa


lingkungan keluarga merupakan pilar utama dalam membentuk perilaku baik dan
buruk seseorang, sehingga ia berkembang dengan baik dalam moral, etika dan
akhlak.

b. Lingkungan Sosial (Pergaulan)

Lingkungan sosial adalah lingkungan atau wilayah dimana seseorang


berhubungan atau bercampur dengan lingkungannya sedemikian rupa sehingga
terjadi interaksi yang mempengaruhi kepribadian orang tersebut,baiksecara
langsung maupun tidak langsung. Kata asosiasi juga bisa disamakan dengan
interaksi.
5
Menurut teori interaksi sosial Thibaut dan Kelley, para ahli teori interaksi,
interaksi didefinisikan sebagai peristiwa yang saling mempengaruhi ketika dua
orang atau lebih hadir bersama, mencapai suatu hasil dengan satu sama lain, atau
berkomunikasi satu sama lain. Dalam interaksi apapun, tindakan satu orang
cenderung memengaruhi orang lain. Chaplin juga mendefinisikan bahwa interaksi
adalah hubungan sosial antara beberapa individu alami, dimana individu bertindak
satu sama lain pada waktu yang sama. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa lingkungan sosial merupakan tempat berkembangnya tingkah laku terhadap
kebiasaan-kebiasaan yang ada di lingkungan tersebut. Lingkungan sosial yang tidak
menguntungkan atau sebaliknya merusak perkembangan mental. Hal-hal yang tidak
baik yang berinteraksi dengannya menjadi biasa baginya. Lingkungan dan
perusahaan yang buruk dapat menyebabkan seseorang melanggar norma-norma
yang berlaku dimasyarakat.

c. Media Sosial

Media sosial atau sering disebut media sosial adalah sebuah platform digital
yang memungkinkan pengguna untuk saling berkomunikasi atau berbagi konten
berupa tulisan, foto, video dan merupakan platform digital yang menawarkan
kesempatan untuk melakukan kegiatan sosial setiap penggunanya.

Joyce Kasman Valenza (2014) - Media sosial adalah platform online yang
memungkinkan individu untuk berbagi dan terus berkomunikasi dengan
komunitasnya.

Menurut Nasrullah (2015), media sosial adalah alat di internet yang


memungkinkan pengguna untuk merepresentasikan dirinya dan berinteraksi,
berkolaborasi, berbagi, dan berkomunikasi dengan pengguna lain untuk membangun
ikatan sosial secara virtual.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media sosial adalah tempat
yang sangat berpengaruh yang memungkinkan individu untuk mengakses dan
menemukan lingkungannya sendiri.
B. Orientasi Seksual

Menurut Nevid, Rathus, Greene (2005), “orientasi seksual mengacu pada arah
ketertarikan seksual seseorang terhadap sesama jenis atau lawan jenis”. Menurut

6
penalaran di atas, orientasi seksual adalah suatu keadaan dimana seseorang tertarik pada lawan
jenis atau sesama jenis. Dengan kata lain, orientasi seksual merupakan kunci yang dapat
digunakan orang tua untuk mengendalikan anaknya agar tetap dalam kondisi normal. Orientasi
seksual sendiri dapat diperkenalkan secara bertahap kepada anak, mulai dari perbedaan
penampilan antara laki-laki dan perempuan hingga sikap dan keterampilan yang dapat
memperkuat orientasi seksual mereka terhadap lawan jenis. Orientasi seksual seseorang dapat
dibagi menjadi dua keadaan yang menggambarkan orientasi seksual normal dan abnormal
orang tersebut. Orientasi seksual normal biasanya disebut dengan heteroseksual dan orientasi
seksual abnormal sebagai ciri heteroseksual, namun kali ini peneliti fokus pada kelainan
orientasi seksual yang berhubungan dengan penyimpangan seksual sesama jenis.
C. Heteroseksual

Psikolog Irfan Fahmi menjelaskan bahwa heteroseksualitas merupakan suatu


kondisi yang wajar, yaitu antara laki-laki dan perempuan atau sebaliknya, perempuan
memiliki orientasi seksual terhadap laki-laki.

Kondisi Salib ini dikatakan sebagai orientasi seksual yang normal. Karena pada
hakekatnya setiap makhluk hidup dapat berkembang biak berkat salib, ia tidak dapat
berkembang biak kecuali salib itu dibuat. Namun seiring berjalannya waktu, orang telah
menciptakan alat yang biasa disebut bayi tabung. Awalnya, teknologi ini digunakan untuk
membantu pasangan yang memiliki masalah dalam memiliki anak, namun kini telah
berkembang menjadi alat yang dapat membantu pasangan gay memiliki anak berdasarkan
gen mereka sendiri.

Setelah dr. Meva Nareza (2020) langsung juga digunakan untuk menggambarkan
seseorang yang tertarik pada transgender. Oleh karena itu, pengertian orientasi seksual
juga berlaku untuk trans-perempuan/laki-laki trans, yang berarti orang-orang yang identitas
seksualnya berbeda dengan jenis kelamin biologisnya, terlepas dari apakah mereka telah
menjalani operasi kelamin atau modifikasi tubuh.
D. Penyimpangan Jenis Kelamin

Carton (2009) menjelaskan: “Seseorang dapat mengalami beberapa penyimpangan


seksual, meskipun salah satu dari penyimpangan tersebut dominan. Misalnya, gejala fetis
hismedan eksibisionisme biasanya bersamaan dengan perilaku

7
homoseksual atau homoseksualitas dan biseksualitas dapat hidup berdampingan dengan
heteroseksualitas yang memuaskan."
Penyimpangan gender juga banyak dan dominan, yang menunjukkan betapa
seriusnya penyimpangan gender dalam diri seseorang. Deviasi disatukan, seseorang dapat
memiliki lebih dari dua penyimpangan gender. Hal ini biasanya terjadi karena
penyimpangan gender yang dirasakan memicu penyimpangan gender lainnya.

Kartini Kartono (2009) menegaskan bahwa:

Visibilitas penyimpangan gender ini sangat bergantung pada:

1) Struktur kepribadian manusia dan perkembangan pribadi


2) Persistensi kebiasaan menyimpang
3) Perilaku seksual yang sangat menyimpang
4) Sikap individu terhadap gejala penyimpangan
5) Pada saat yang sama, ada perilaku seksual abnormal lainnya yang sejalan dengan
pertumbuhannya.
a. Penyebab Penyimpangan Seksual Kartini Kartono (2009) menyatakan bahwa:
Menurut teori komprehensif, penyebab penyimpangan gender dapat diringkas sebagai berikut:
1) Penyebab genetik atau faktor konstitusional keturunan atau predis posisi.
2) Pengalaman masa kecil pada usia yang sangat muda(early developmental years).
3) Proses belajar sebagian besar pada masa kanak-kanak.
4) Peristiwa yang berkaitan dengan inisiasi perilaku seksual pada usia tertentu
pubertas dan remaja.
b. Gangguan identitas gender

Nevid, Rathus, Greene (2005) menyatakan: “Dalam identitas seksual, terdapat


konflik antara anatomi seksual dan identitas seksual seseorang”. Banyak kaum homo
seksual yang merasa terjebak dalam tubuh yang salah, atau ada yang percaya menerima
kondisi fisiknya namun tetap percaya bahwa mereka cocok dengan sesama jenis.
Banyak yang akhirnya memilih untuk menjalani operasi, baik di wajah, badan atau alat
kelamin, untuk menjadi seperti yang mereka inginkan. Namun, tidak semua

8
Homoseksual melakukan ini, karena banyak homoseksual yang menerima dirinya
sebagai laki-laki tetapi masih memiliki orientasi seksual sesama jenis.

c. Biseksual

Quote (liputan6.com) 6 Tanda Pasangan Biseksual:

1) Dia menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang-orang dari jenis kelamin yang
sama
2) Ia tidak tertarik untuk berhubungan intim dengan lawan jenis
3) Dia berpura-pura lurus
4) Memiliki beberapa alamat email/nomor telepon
5) Pria memiliki dorongan feminin dan sebaliknya
6) Laki-laki menatap laki-laki lain dan sebaliknya

Menurut Kartono (2009), “biseksual yaitu mencintai pacar sekaligus mencintai


teman laki-laki”. Ellis (dalam Greene & Crom, 1999) menyatakan bahwa biseksualitas
adalah ketertarikan secara bersamaan dari seseorang, laki-laki dan perempuan, kepada
kedua jenis kelamin. Menurut Mac Donald dalam Crooks & Baur (2005), biseksual
adalah orang yang dapat terlibat dan menikmati aktivitas seksual dengan kedua jenis
kelamin, yaitu sesama jenis dan lawan jenis, atau mengetahui bahwa mereka tertarik.
Dapat disimpulkan bahwa biseksualitas adalah kecenderungan untuk tertarik secara
fisik dan seksual kepada sesama jenis atau lawan jenis, yang dapat diartikan sebagai
seseorang yang dapat menyukai sesama jenis dan juga menyukai lawan jenis. Para
biseksual pada umumnya tidak mempermasalahkan dengan siapa mereka berhubungan
seks karena menurut para biseksual, mereka dapat berhubungan seks dengan siapa saja
yang mereka inginkan, baik itu laki-laki maupun perempuan.

d. Homoseksual

"Gay" adalah ungkapan yang sering digunakan untuk mendeskripsikan pria


yang memiliki hasrat seksual terhadap pria lain, dan ini merujuk pada kelompok yang
kemudian berkembang menjadi pertemuan sesama jenis seperti lesbian. Belldan
Weinberg mengklasifikasikan homoseksual menjadi lima jenis, yaitu:

9
1) "Pasangan intim gay adalah pasangan homoseksual dengan salah satu pasangan
terlibat dalam kegiatan yang mirip dengan pernikahan heteroseksual. Tipe
homoseksual memiliki lebih sedikit masalah, lebih sedikit pasangan seksual, dan
lebih kecil kemungkinannya untuk mencari pasangan seksual dari pada tipe
homoseksual lainnya.

2) "Pasangan Terbuka" Jenis homoseksual ini memiliki satu pasangan dan hidup
bersama, tetapi memiliki beberapa pasangan seks dan menghabiskan lebih banyak
waktu untuk mencari pasangan seks. Kaum homoseksual ini memiliki lebih banyak
masalah seksual dari pada kaum homoseksual dengan pasangan intim.

3) Pasangan fungsional dan banyak pasangan seksual tetapi sedikit masalah seksual.
Sebagian besar homoseksual ini masih remaja belum menerima orientasi seksual
mereka dan tertarik pada seksualitas panjang.

4) "disfungsional" tidak memiliki pasangan tetap, memiliki banyak pasangan seksual,


dan banyak masalah seksual.

5) Minat "Aseksual" dalam aktivitas seksual rendah pada kelompok ini dan biasanya
menyembunyikan orientasi seksualnya. Dari pengertian di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa penyimpangan hasrat seksual sesama jenis adalah kejahatan
yang tidak senonoh yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang
diketahui sesama jenis, seperti antara seorang wanita dengan seorang wanita atau
seorang pria dengan seorang manusia.

Cartono(2009) menjelaskan: “Gaya adalah hubungan seksual dengan satu


jenis kelamin sesama jenis atau tertarik dan mencintai sesama jenis. Diperkirakan
ada 3 - 4 kali lebih banyak pria gay dari pada wanita gay. Seperti yang dijelaskan
Pappo, yaitu jumlah laki-laki gay dan perempuan gay, bukan jumlah laki-laki gay.
Hal ini terlihat dari banyaknya pelaku yang terlihat di kawasan tersebut.
Homoseksual perempuan masih jarang, meski jumlahnya kini semakin meningkat.

10
BAB III
BLUE PRINT

Judul: Pengaruh Lingkungan Terhadap Perilaku Penyimpangan Orientasi Seksual Pada Sesama
Jenis

Skala Lingkungan

AITEM
Aspek Indikator JUMLAH
Favorable Anfavorable
Pola asuh yang salah 2 1 2
Tidak ada role model untuk mengimitasi
3 4 2
Lingkungan Kualitas kepribadian
Keluarga
Kurangnya pemahaman orang tua mengenai
5 6 2
seksualitas
Teman yang memiliki pemahaman terbuka dan
mampu menerima keragaman orientasi seksual 7 8 2

Lingkungan Teman akrab yang menyukai sesama jenis 10 9 2


Pergaulan Tempat menempuh pendidikan 12 11 2
Banyak media aplikasi yang dijadikan untuk
14,15 13 3
Mencari pasangan sesama jenis
Coming Out(cenderung membagikan
Media Sosial
foto/video yang menunjukkan identitas penyuka 16 1
sesama jenis
Isu-isu penyuka sesama jenis yang bertebaran 17,18 2

Skala Penyimpangan Orientasi Seksual

AITEM
Aspek Indikator JUMLAH
Favorabel Anfavorabel
Memiliki orientasi seksual pada lawan jenis 1 2 2
Menyukai transgender (identitas gender berbeda
dari jenis kelamin biologisnya) 3,4 2
Heteroseksual
Emosional dan perasaan cenderung berpihak
pada lawan jenis 6 5 2
Mencintai lawan dan sesama jenis 7 8 2
Biseksual
Terlibat aktifitas seksual dengan kedua jenis 9,10 2

11
kelamin
(Tertutup) cenderung memiliki banyak
rahasia 11,12 2

Memiliki hasrat seksual pada sesama jenis


(aktifitas serupa dengan pernikahan 13 1
Heteroseksual)
Homoseksual Memandang pasangan secara fungsional
14 1
(sering gonta ganti pasangan)
Aseksual (aktifitas seksual lebih rendah dan
15,16,17,18 4
cenderung menutupi orientasi seksualnya

12
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Merode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
non eksperimental.

B. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sample (remaja) yang berumur
17-22 tahun
Tahun Jumlah
17-19 8
20-22 7
Total 15

C. Identifikasi Variabel Penelitian


Variabel X : Skala Lingkungan
Variabel Y : Skala Penyimpangan Orientasi Seksual

D. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


a. Validitas
Uji validitas alat pengumpulan data menggunakan person product moment
(r), dasar pengambilan keputusan adalah valid jika rhitung > rtabel dan tidak valid
jika rhitung < rtabel Taraf signifikan yang digunakan adalah 5 %. Uji validitas
dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh sample (17-22 tahun). Pada uji validitas
ini, nilai r yang digunakan adalah 0.514 karena responden berjumlah 15 orang.
Hasil uji validitas kuesioner skala lingkungan didapatkan valid untuk 6 pertanyaan
dan tidak valid untuk 12 pertanyaan. Hasil uji validitas kuesioner skala
penyimpangan seksual pada sesama jenis didapatkan valid untuk 5 pertanyaan dan
tidak valid untuk 13 pertanyaan.
b. Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas pada kuesioner Skala lingkungan adalah sebesar 0,4134
yang berarti kuesioner tersebut reliabilitas rendah. Hasil uji pada kuesioner skala
penyimpangan adalah sebesar 0,5168 yang berarti kuesioner tersebut reliabilitas
moderat.

13
KUESIONER PENELITIAN

Saya Harlan Haris Fakultas Psikologi


Universitas Indonesia Timur Makassar sedang melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Lingkungan Terhadap Perilaku Penyimpangan Orientasi
Seksual Pada Sesama Jenis” . Oleh karena itu, diperlukan dukungan dan partisipasi dari
saudara (i) untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner ini dengan sejujurnya.
Bacalah dan pahami baik-baik setiap pernyataan.
Data yang diberikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dibutuhkan untuk kepentingan
penelitian. Atas partisipasi Saudara(i) saya ucapkan terima kasih.

14
AITEM

A. Variabel X (Skala Lingkungan)


NO. PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya tidak suka saat orang tuaku mendidikku begitu keras
2. Saya sangat di manja oleh orang tuaku dan saya menyukainya
3. Ibuku bangga melihat saya pandai menari
4. Ayahku tidak suka saat aku bergaul dengan lawan jenis
5. Ibuku mengganti pakaianku ditempat umum saat
6. Aku tidak suka mandi bersama kakak saat kecil
Temanku tidak merasa dirugikan mengenai penyimpangan
7.
seksual
Banyak dari temanku sangat membenci adanya pelaku
8.
penyimpangan seksual
Saya tidak suka ketika teman akrabku membahas
9.
penyimpangan seksual
Saya biasa saja ketika sahabatku memiliki orientasi seksual
10.
yang menyimpang
Saya merasa risih dengan seisi kelas mendominasi lawan
11.
jenisku
Saya sangat gemar mengerjakan tugas kelompok yang
12.
mendominasi sesama jenisku
Saya salah satu orang yang keberatan jika media sosial
13.
dijadikan kencan online untuk sesama jenis
Saya banyak mengetahui macam-macam media sosial untuk
14.
menemukan orang-orang penyuka sesama jenis
Saya tidak peduli masyarakat sekarang menggunakan media
15.
sosial untuk kencan online sesama jenis
Saya rasa orang-orang yang menampilkan feminim-nya bakal
16.
mengundang gairah pemirsanya
Saya suka melihat masyarakat penyuka sesama jenis di media
17.
sosial
Saya tidak suka melihat masyarakat yang mendeskriminasi
18.
penyuka sesama jenis

15
B. Variabel Y (Skala Penyimpangan Orientasi Seksual)
NO. PERNYATAAN SS S TS STS
Saya suka melihat lawan jenisku tidak menampilkan lekuk
1.
tubuhnya
Saya tidak suka ketika lawan jenisku berpenampilan kurang
2.
menarik
Saya mendukung jika transgender ingin kembali ke
3.
penampilan aslinya walaupun sudah terlihat menarik
Saya merasa risih ketika didekati orang yang ternyata adalah
4.
transgender
Saya terbawa perasaan dengan kata-kata romantis lawan
5.
jenisku
Saya tidak suka dengan perlakuan lawan jenis yang niatnya
6.
membuatku kagum
Saya tidak tertarik pada pembahasan intim dengan pasangan
7.
lawan jenisku
8. Saya mencintai pasanganku walaupun tidak feminim/maskulin
9. Saya suka memandangi penampilan lawan dan sesama jenisku
Saya tidak suka ketika lawan dan sesama jenisku tidak
10.
bergairah pada penampilanku
Saya tidak canggung saat angkat bicara mengenai orientasi
11.
seksual
12. Saya ahli menyembunyikan orientasi seksualki
Fantasi seksualku meningkat ketika sesama jenisku membahas
13.
keintiman
14. Saya tidak suka ketika tidak bertemu sesama jenisku
15. Saya peduli pada masalah seksual sesama jenisku
16. Orientasi seksual menurutku bukanlah hal yang penting
17. Saya terlalu lelah pada pembahan intim
18. Saya tidak bergairah melihat lawan jenisku

16
LAMPIRAN

17
18
DAFTAR PUSTAKA

Marthilda. Mabruri. Hendriyani, M. M. H. (2014).FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN


ORIENTASI SEKSUAL (Studi Kasus Pada Lesbian). Journal.unnes.ac.id.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp/article/download/4444/4099

Illahi. Abdullah. Wilodati, I. A. W. (2022). Perubahan Orientasi Seksual pada Remaja Gay di
Kabupaten Sukabumi. Jurnal.ideaspublishing.co.id.
https://www.jurnal.ideaspublishing.co.id/index.php/ideas/article/download/983/433

Vitasandy, V. (2006). KONSEP DIRI PADA PRIA BISEKSUAL. Oldsite.gunadarma.ac.id.


https://oldsite.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008/
Artikel_10502300.pdf

Eliya. Ladawiyah. Alfiah, E. L. A. (2021). DEVIASI SOSIAL HUBUNGAN SESAMA JENIS


HOMOSEKSUAL PERSPEKTIF PSIKOLOGI ISLAM. Conference.iainsalatiga.ac.id.
http://conference.iainsalatiga.ac.id/index.php/iciegc/article/download/61/75

Herma, H. (2013). KONDISI PSIKOLOGIS PADA BISEKSUAL (Studi Kasus pada Mahasiswa
Biseksual di Yogyakarta). Digilib.uin-suka.ac.id.
http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/12431/1/BAB%20I,%20VI,%20DAFTAR
%20PUSTAKA.pdf

Terry, T. (2009). 20 Pengertian Media Sosial Menurut Para Ahli. Pakarkomunikasi.com.


https://pakarkomunikasi.com/pengertian-media-sosial-menurut-para-ahli/amp

Nareza, N. (2020). Mengenal Jenis-Jenis Orientasi Seksual. Aladokter.com.


https://www.alodokter.com/mengenal-jenis-jenis-orientasi-seksual

Liputan6, L. (2012). 6 Tanda Pasangan Anda Biseksual. Liputan6.com.


https://m.liputan6.com/health/read/475293/6-tanda-pasangan-anda-biseksual

19

Anda mungkin juga menyukai