Anda di halaman 1dari 12

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

Oleh :

Indrawati (13030654041)
Rita Nur Sa’adah (13030654044)
Dinda Maulida Azkiya Ilma (13030654050)
Diana Aditya Wardani (13030654053)
Citra Sri Rahayu (13030654065)
Putri Irawati (13030654080)
A. Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk berbudaya yang menggunakan akal budinya untuk
menciptakan kebahagiaan bagi smeua makhluk Tuhan. Manusia sebagai makhluk
budaya, hidup dalam runag lingkup kebudayaan dan kebudayaanlah yang menciptakan
nilai dan makna bagi kemanusiaan.

B. Manusia dan Fungsi Akal Budi


Manusia sebagai makhluk kodrati yang komplek memiliki intelegensi dan
kehendak yang bebas. Pada awalnya, manusia berkembang alami menurut hukum-
hukum alam kemudian menjadi jauh melampaui perkembangan makhluk lain melalui
intervensi dan kebebasannya. Hasil intervensi tersebut menjadikan manusia sebagai
makhluk budaya. Membudayakan manusia merupakan tuntutan kodratnya sebagai
makhluk berakal budi.
Budi terdiri dari kata akal dan budi. Akal berarti daya pikir,pikiran,ingatan. Budi
berarti alat batin yang merupakan paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik
dan buruk (KBBI:1998). Jadi akal budi adalah alat batin yang merupakan paduan
antara kemampuan berfikir manusia dengan perasaan untuk menimbang baik dan
buruk.
Akal dan budi yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Kadar akal dan
budi seseorang berbeda dengan orang lain. Penggunaan akal itu sendiri dapat
memajukan peradaban sedangkan manusia yang bermartabat tinggi akan
menggunakan akal budinya untuk menganut dan memperhatikan nilai-nilai yang
dijunjung tinggi oleh individu dan masyarakat. Jadi, fungsi akal dan budi manusia
adalah menunjukkan martabat manusia dan kemausiaan sebagai pemegang amanah
makhluk tertinggi dialam raya ini.

C. Manusia sebagai Pencipta Kebudayaan


Kebudayaan terwujud sebagai hasil interaksi antar manusia dengan segala isi
alam raya. Manusia yang normal hidup dalam sebuah budaya dan menyesuaikannya.
Jadi budaya merupakan sesuatu yang setiap orang mengambil bagian, dengan kata lain
manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan.
Koentjaraningrat (1983:7) menjelaskan kata kebudayaan berasal dari
buddhayah (bahasa Sansekerta), bentuk jamak fari buddhi yang berarti budi dan akal.
Pendapat P.J. Zoetmulder seperti dikutip oleh Koentjaraningrat (1990:181)
membedakan budaya dengan kebudayaan. Budaya sebagai suatu perkembangan dari
kata majemuk budi-daya yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan
rasa. Kebudayaan merupakan hasil cipta, karsa, dan rasa.
Djojodigoeno (1958) cipta,rasa, dan karsa bersumber pada jiwa.
o Cipta adalah kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada
dalam pengalamannya, yang meliputi lahir dan batin.
Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan.
o Rasa adalah kerinduan manusia akan keindahan sehingga mneimbulkan dorongan
baginya untuk menikmati keindahan.
Hasilnya berupa berbagai macam kesenian.
o Karsa adalah krinduan manusia untuk menginsyafi tentang hal “sangakan para”.
Manusia darimana sebelum lahir (sangakan) dan kemana setelah mati para.
Hasilnya berupa norma-norma keagamaan, kepercayaan.
Kebudayaan itu “ciptaan” manusia. Ciptaan yang dimaksud adalah mengubah
dari yang telah ada menjadi bentuk lain,seperti batu diubah menjadi kapak dan lain-
lain. Jadi, hanya makhluk yang bernama manusia yang berbudaya karena manusia
mempunyai akal budi dengan cipta,rasa,karsa yang bersumber dari jiwa.

Menurut Koentjaraningrat (1983:5) wujud kebudayaan ada tiga :


1) Kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma peraturan dan sebagainya.
- Wujud kebudayaan disebut dengan budaya ideal
- Bersifat abstrak karena hanya dalam benak atau pikiran warga pelaku
budaya hidup untuk mengatur tata kelakuan/perilaku masyarakat.
2) Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan yang berpola manusia
dalam masyarakat.
- Wujud kebudayaan sering disebut sistem sosial.
- Bersifat konkret karena terjadi dalam kehidupan sehari-hari berupa aktivitas
manusia yang berinteraksi, bergaul satu sama lain dimana mengikuti pola-
pola tertentu berdasarkan pada adat-istiadat.
3) Kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
- Wujud kebudayaan disebut dengan kebudayan fisik.
- Bersifat konkret berupa benda-benda hasil aktivitas, perbuatan, dan karya
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti senjata,mobil.
Koentjaraningrat (1983:2) menjelaskan unsur-unsur kebudayaan yang
bersifat universal atau disebut isi pokok kebudayaan dunia meliputi:
(1) Sistem religi dan upacara keagamaan, misal upacara kematian dan pemujaan.
(2) Sistem dan organisasi kemasyarakatan, misal kekerabatan dan sistem warisan.
(3) Sistem pengetahuan, misal ilmu bertanam dan perbintangan.
(4) Bahasa sebagai media komunikasi, misal bahasa tulis dan bahasa lisan.
(5) Kesenian, misal seni rupa dan seni musik.
(6) Sistem mata pencaharian hidup, misal pertanian dan peternakan.
(7) Sistem teknologi dan peralatan, misal teknik perikanan dan teknik pertamanan.

Masing-masing unsur kebudayaan di atas saling memengaruhi secara timbal


balik. Apabila terjadi perubahan pada salah satu unsur, maka akan menimbulkan
perubahan pada unsur yang lain. Contoh : modernisasi di bidang pertanian yang
berdampak pada penggantian alat-alat tradisional (cangkul,bajak) dengan mesin
modern. Penggunaan alat modern jauh lebih efisien sehingga biaya produksi bisa
ditekan dan petani mendapatkan banyak keuntungn. Di sisi lain, penggunaannya
akan menghilangkan sikap gotong-royong karena yang terlibat hanyalah mesin.
Perempuan pun akan kehilangan pekerjaannya karena pengoperasian mesin
dilakukan oleh laki-laki. Penggunaan mesin petanian juga dapat menghilangkan
upacara tradisional, seperti sesaji kepada Dewi Sri, bersih desa, dan lain-lain.
Dampaknya lebih jauh banyak terjadi pengangguran di masyarakat terutama para
wanita.
Demikian manusia menciptakan kebudayaan untuk memenuhi kebutuhannya.
Manusia berbudaya karena manusia berjiwa (cipta,rasa,karsa). Budaya diperoleh
dengan cara belajar. Budaya selalu berubah dari waktu ke waktu, seiring perubahan
yang terjadi pada akal manusia.

D. Konsep- Konsep dalam Kehidupan Masyarakat


Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial (tidak bisa hidup tanpa orang lain),
karena itulah manusia hidup berkelompok. Masyarakat merupakan istilah yang
sering digunakan untuk menyebut sekelompok manusia. Namun dapat dikatakan
sebagai masyarakat jika memenuhi karakteristik tertentu.
Istilah “masyarakat” berasal dari bahasa Inggris “society”, berasal dari kata
latin “socius” yang berarti “kawan”. Sedangkan menurut bahasa Arab dari kata asal
“syaraka” yang berarti “ikut serta berpartisipasi”. Menurut Koentjaraningrat,
masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau berinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinue dan terikat oleh
suatu rasa identitas bersama.
Kumpulan manusia dapat dikatakan sebagai masyarakat apabila memiliki ciri-
ciri adanya: 1. Interaksi; 2. Ikatan pola tingkah laku yang khas di dalam semua
aspek kehidupan yang bersifat mantap dan kontinu; 3. Rasa identitas terhadap
kelompok di mana individu yang bersangkutan menjadi anggota kelompoknya.
Interaksi antar anggota kelompok terjadi melalui berbagai prasarana antara lain:
bahasa, alat- alat komunikasi, radio, surat kabar, internet, dan lain- lain. Dalam
berinteraksi antar anggota masyarakat dibutuhkan rambu- rambu. Rambu- rambu
itu berupa konsep- konsep yang harus dipahami dan dihayati oleh semua anggota
masyarakat. Konsep- konsep itu antara lain:

1. Manusia dan Keadilan


Keadilan merupakan salah satu modal yaitu mengacu suatu tindakan
baik yang mesti dilakukan oleh setiap manusia. Justice berasal dari bahasa
latin justicia yang memiliki kata dasar jus. Kata jus berarti hukum atau hak.
KBBI (1989: 400) kata keadilan mempunyai ciri atau sifat adil. Adil menurut
Notonegara dioro (1969) adalah memberikan apa yang menjadi haknya.
Manusia menurut fitrohnya baik. Namun menjadi tidak baik seperti tidak jujur,
tidak adil, pendendam dan lain- lain, tentu dikarenakan sesuatu hal yang
menerpa pada dirinya.
Manusia untuk dapat berperilaku adil memerlukan pengendalian diri
yang tinggi.Pengendalian diri dapat meningkatkan kreatifitas pada diri manusia
dan dapat membuat manusia hidup tenang, bahagia dan sejahtera. Hakikat
keadilan terwujud apabila seseorang atau kelompok orang berperilaku/
beraktivitas sesuai dengan hak dan kewajibannya sesuai peranan masing-
masing. Perwujudan dari keadilan adalah: suasana kekeluargaan, menghormati
hak- hak orang lain, bekerja keras demi kesejahteraan bersama dan sebagainya.
Keadilan dapat terwujud jika masing- masing memiliki pengakuan dan
perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan padarnya
diperoleh dari terciptanya keharmonisan antara keutuhan hak dan pemenuhan
kewajiban yang dibebankan kepada dirinya. Kesadaran akan keadilan perlu
ditanamkan dan dipupuk sebagai sikap positif yang berupa kekeluargaan
kegotong- royongan, saling membantu, suka kerja keras, menghargai karya
orang lain, kerja sama untuk mencapai kemajuan dan kebahagiaan bersama.

2. Manusia dan Tanggung Jawab


Dalam hidup manusia selalu dihadapkan pada suatu masalah baik
maslah kecil maupun masalah besar. Kemauan kemampuan menyelesaikan
masalah merupakan bentuk tanggung jawab. Manusia sebagai makhluk sosial
tidak dapat hidup sendiri dengan perangkat nilai- nilai selera sendiri. Nilai-
nilai yang diperankan seseorang dalam jalinan sosial harus
dipertanggungjawabkan, sehingga tidak mengganggu hubungan antar
kehidupan sosial. Sedangkan posisi manusia sebagai makhluk individu harus
bertanggung jawab sendiri dan kepada Tuhan yang menciptakannya.Sehingga
manusia harus berusaha mencari keseimbangan antara jasmani dan rohani.
Menurut KBBI kata tanggung jawab berarti keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Menanggung sendiri berarti memikul
( mengurus). Manusia dianugerahi akal pikiran yang sehat, sehingga memiliki
tanggung jawab atas segala resiko perbuatannya. Manusia selalu “belajar”
untuk bertanggung jawab, kadar tangng jawab seseorang dapat dilihat dari
prestasi yang diperoleh dari perilaku itu. Beberapa tanggung jawab yang harus
dilaksanakan antara lain adalah: 1) Tanggung jawab kepada keluarga; 2)
Tanggung jawab kepada masyarakat; 3) Tanggung jawab kepada bangsa/
negara, dan 4) Tanggung jawab kepada Tuhan.

3. Manusia dan Pengabdian


Menurut KBBI, (1989: 2) pengabdian berarti proses, perbuatan, cara
mengabdi atau mengabdikan. Manusia dapat dikatakan melakukan pengabdian
apakah memilih untuk mementingkan kepentingan umum dibandingkan
kepentingan pribadi. Motivasi sesorang untuk memilih pengabdian bermacam-
macam, antara lain: cinta, kasih, keyakinan, dan tanggung jawab. Manusia
sebagai makhluk sosial hidup ditengah- tengah masyarakat. Sebagai makhluk
sosial, manusia wajib ikut berpartisipasi dalam memecahkan masalah yang ada
di masyarakat guna kesejahteraan dan ketentraman masyarakat. Seperti:
keamanan, kemiskinan, pengangguran.
4. Pandangan Hidup
Pandangan hidup atau world view dimiliki oleh semua orang atau
golongan- golongan dalam masyarakat. Menurut Koentjaraningrat (1990: 193)
pandangan hidup biasanya mengandung sebagian dari nilai- nilai yang dianut
oleh suatu dalam masyarakat, yang dipilih secra selektif oleh para individu dan
golongan- golongan dalam masyarakat. Pandangan hidup berbeda dengan
sistem nilai budaya. Sistem nilai adalah pedoman hidup yang dianut oleh
sebagian besar warga masyarakat. Sedangkan pandangan hidup merupakan
sistem pedoman yang dianut oleh golongan- golongan, lebih sempit lagi
individu- individu khusus dalam masyarakat. Pada intinya, pandangan hidup
berkaitan dengan eksistensi manusia didunia dlam hubungannnya dengan
Tuhan, dengan sesama dan dengan alam tempat kita berdiam.

E. Cinta Kasih, Keindahan, Penderitaan, Kegelisahan dalam Kehidupan Manusia


Manusia sejatinya mencari sesuatu yang baik bagi kehidupan dengan
mendapatkan tujuan tersebutlah manusia mengupayakan berbagai aktivitas yang
mengarah pada tujuan. Pada dasarnya kebahagiaan adalah hak bagi setiap manusia.
Namun untuk mencapai kebahagian itu manusia melakukan berbagai upaya sesuai
dengan kemampuan dan kesempatan yang dimiliki. Cara untuk mencapai kebahagiaan
tidak boleh melanggar kemanusiaan pada umumnya dan melanggar batas- batas yang
telah ditetapkan oleh Tuhan.

1. Cinta Kasih
Manusia tidak bisa hidup tanpa cinta. Cinta memegang peranan penting
dalam kehidupan manusia, dan merupakan landasan dalam kehidupan
perkawinan, pembentukan keluarga, dan pemeliharaan anak, hubungan erat di
masyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab. Kata cinta berasal dari kata
cinta dan kasih, cinta yang berarti suka sekali, sayang benar, dan kasih berarti
memberi (KBBI, 1989:168&394). Ruang lingkup cinta kasih antara lain: pria
wanita, orang tua dan anak, sesama yang menderita, dan kepada Tuhan.
Perasaan cinta dapat menumbuhkan semangat hidup serta memberikan
inspirasi untuk berkreativitas.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup tanpa bantuan orang
lain. Seperti anak tidak bisa hidup tanpa bantuan dan kasih sayang dari orang
tua. Perasaan cinta kasih dan belas kasihan bisa menumbuhkan berbagai upaya
dan kreatifitas yang sifatnya temporer maupun permanen. Cinta kasih sesama
manusia perlu mendapat perhatian serius oleh semua pihak. Manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan
makhluk lain. Sebagai makhluk yang tertinggi maka manusia diberikan
kewajiban yang tidak diberikan pada makhluk lain dibumi yaitu manusia harus
selalu beribadah kepada-Nya. Karena itulah bukti bentuk cinta kasih manusia
kepada Tuhan. Cinta merupakan sikap dasar ideal yang memungkinkan
dimensi sosial manusia menemukan bentuknya yang khas manusiawi.

2. Manusia dan Keindahan


Manusia suka akan keindahan, namun arti dari keindahan itu sendiri
tidak semua orang mengetahuinya. Menurut KBBI (1989: 324-329) keindahan
bersal dari kata ke- indah-an. Indah berarti cantik, bagus benar, elok.
Keindahan berarti sifat- sifat (keadaan dan sebagainya) yang indah, kecantikan.
Pengertian keindahan sering bersifat subyektif. Keindahan dapat didefinisikan
dalam berbagai definisi dari mulai dalam ari lus hingga terbatas. Keindahan
memang sudah memasuki segala aspek kehidupan manusia, oleh sebab itu
keindahan bukan sekedar kebutuhan manusia melainkan bagian hidup manusia.
Jadi masalah keindahan adalah masalah manusia, yang berti juga bagian hidup
manusia. Semakin tinggi pengetahuan seseorang, semakin besar pula hasrat
dan keinginannya untuk menghargai keindahan.

3. Manusia dengan Penderitaan


Dalam hidup didunia ini silih berganti mengalami suka dan duka,
kebahagiaan dan penderitaan. Manusia apabila bisa memilih akan memilih
kebahagiaan dan menghindari penderitaan. Penderitaan adalah beban yang
ditanggung oleh seseorang dan beban yang ditanggung oleh seseorang dan
beban tersebut dirasakan sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan.
Penderitaan yang dialami berupa: penderitaan lahir, batin, lahir dan batin.
Penyebab penderitaan sangat banyak, ada manusia menderita karena alasan
fisik seperti: penyakit, bencana alam, kemiskinan, dan lain- lain. Sedangkan
penderitaan karena alasan moral antara lain: kecewa dalam hidup, ditinggal
orang yang dicintai dan disayangi, kebencian, kehilangan sahabat, dan lain-
lain. Secara umum manusia dalam hidupnya bertujuan mencari kenikmatan
dan menghindari penderitaan. Aliran yang ingin secara mutlak menghindari
penderitaan adalah hedonisme. Aliran ini berpandangan kenikmatan
merupakan tujuan satu- satunya dari kegiatan menuju hidup manusia, dan
kunci menuju hidup baik.
Manusia selalu menghendaki agar bis ahidup bahagia, aman, sentosa,
sejahtera lahir maupun batin, makmur dan sebagainya. Namun dalam
kenyataannnya justru seringkali sebaliknya, manusia sering tertimpa bencana
dan musibah. Namun apapun itu, manusia harus melalui penderitaan dalam
mencapai kebahagiaan, karena penderitaan sesungguhnya merupakan bagian
kehidupan manusia.

4. Manusia dengan Kegelisahan


Pada dasarnya manusia menyukai ini selui kenikmatan hidup, dan
menghindari masalah hidup. Namun dalam kenyataannya manusia dalam
menjalankan hidup selalu dihadapkan masalah, baik besar maupun kecil.
Manusia yang dapat menghadapi masalah dengan tegar, orang itu termasuk
orang yang berjiwa besar. Namun ada orang yag pesimistis, masalah kecil
bisa menjadi besar, orang- orang seperti disebut orang berjiwa kecil. Dalam
menghadapi suatu kenyataan pasti ada kerikil- kerikil yang menghadang kita
meskipun sebelumnya sudah ada perencanan yang menyebabkan timbul
kegelisahan. Rasa gelisah menimbulkan ketegangan dan stress pada diri
manusia, sehingga mengurangi konsentrasi dalam menjalankan aktivitas.
Dari berbagai definisi, dapat ditarik kesimpulan bahwa kegelisahan
manusia dikarenakan manusia takut akan kehilangan terhadap hak- haknya
atau segala sesuatu yang ia miliki. Kegelisahan merupakan salah satu ekspresi
kecemasan. Untuk mengatasi kegelisahan harus dimulai dari diri sendiri.
Manusia diwajibkan berusaha secara maksimal sesuai dengan kemampuannya
dan diiringi dengan doa pada Tuhan. Jadi manusia hanya mampu berusaha,
dan berbuat tatanan proses, Tuhan yang menentukan hasilnya. Apapun
hasilnya manusia harus mampu menerima, karena itu adalah hal yang terbaik
menurut Tuhan.

F. PROSES PEMBUDAYAAN
Proses pembudayaan merupakan tindakan yang menimbulkan dan menjadikan
sesuatu lebih bermakna untuk kemanusiaan.ini merupakan proses nilai tambah dalam
arti real yang berkelanjutan. Proses pembudayaan tersebuat diantaranya :
1. Intenalisasi
Proses pemasukan nilai pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya dalam
melihat makna realitas pengalaman. Nilai-nilai tersebut bisa jadi dari berbagai aspek
baik agama, budaya, norma sosial dll.
2. Sosialisasi
Proses interaksi terus menerus yang memungkinkan manusia memperoleh identitas
diri serta ketrampilan-ketrampilan sosial.
3. Enkulturasi
Proses mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran dan sikap individu dengan sistem
norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya .
4. Difusi Kebudayaan
Proses penyebaran unsur kebudayaan dari satu individu ke individu lain, dan dari satu
masyarakat ke masyarakat lain. Penyebaran dari individu ke individu lain dalam batas
satu masyarakat disebut difusi intramasyarakat.Sedangkan penyebaran dari
masyarakat ke masyarakat disebut difusi intermasyarakat. Difusi mengandung tiga
proses yang dibeda-bedakan:
Proses penyajian unsur baru kepada suatu masyarakat
Penerimaan unsur baru
Proses integrasi
5. Akulturasi
Percampuran dua atau lebih kebudayaan yang dalam percampuran itu masing-masing
unsurnya masih kelihatan.
6. Asimilasi
Proses peleburan dari kebudayaan satu ke kebudayaan lain. Faktor-faktor yang
memudahkan asimilasi diantaranya:
 Faktor toleransi
 Faktor adanya kemungkinan yang sama dalam bidang ekonomi
 Faktor adanya simpati terhadap kebudayaan yang lain.
 Faktor perkawinan campuran.
G. PERUBAHAN KEBUDAYAAN DARI LOKAL MENUJU GLOBAL
Perubahan budaya ialah perubahan yang terjadi dalam system ide yang dimiliki
bersama oleh warga atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain
aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, juga
teknologi, selera, rasa keindahan ( soelaeman, 2001:46 )
Perubahan kebudayaan dari local menuju global adalah proses dimana antara
individu, kelompok dan negara saling berinteraksi,bergantung, terkait dan
mempengaruhi satu sama lain yang melintas batas negara.
Proses ini tidak dapat dipastikan lama atau tidak proses tersebut dan tidak
dapat pula diperkirakan lama atau batas waktu yang diperlukan, karena semua itu
tergantung kepada individu masing-masing, tempat terjadinya proses ini, dan berbagai
faktor lainnya.

Penyebab terjadinya perubahan kebudayaan :

1. Sebab- sebab yang berasal dari masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya
perubahan jumlah komposisi penduduk.
2. Perubahan alam dan fisik tempat mereka hidup.
3. Penemuan baru atau inovasi dari yang telah ada.
4. Adanya unsure-unsur kebudayaan yang tidak cocok lagi dengan lingkungan lalu
ditinggalkan atau diganti dengan yang lebih baik.
5. Terjadinya kegagalan dalam pewarisan dari satu generasi ke generasi lain,
sehingga terdapat unsure-unsur budaya yang hilang.

Perubahan Yang Terjadi Dalam Kebudayaan Indonesia

Kebudayaan Indonesia adalah semua corak kebudayaan yang lahir dan tumbuh
dan berkembang di Indonesia. Kebudayaan indonesia terdiri dari kebudayaan suku
(Galzaba, 1968:95). Suku atau ras adalah bentuk kesatuan biologis yang menyatakan
diri pada cirri-ciri yang diturunkan.

Indonesia sebagai Negara terdiri dari pulau-pulau yang ditempati berbagai


suku dan didalamnya terdapat : kebudayaan daerah, budaya local, budaya nasional.

 Budaya suku dan budaya daerah


Kebudayaan suku bangsa lebih dikenal dengan kebudayaan daerah, walaupun
sebutan tersebut tidak selalu cocok karena dalam suatu daerah kadang-kadang
terdapat lebih dari satu kebudayaan.
 Budaya Lokal
Budaya local lebih menunjukkan cirri khas dari daerah budaya local
berkembang. Kekhasan tersebut meliputi kebahasaan, adat istiadat, norma-
norma dan nilai-nilai yang berlaku pada masyakarat pendukungnya.
 Budaya Nasional
Rumusan budaya nasional mengandung 2 hal penting yaitu :
1) Budaya yang berakar pada puncak-puncak budaya daerah.
2) Budaya yang didasari semangat kreatif dan dinamis.

Gejala Gejala perubahan budaya dari tingkat local ke tingkat Global

Cepatnya globalisasi yang di Indonesia sebagai akibat terjadinya globalisasi


informasi. Budaya global sudah mempengaruhi semua aspek kehidupan yang seakan
memaksa untuk mengikuti standar yang bersifat global, mulai dari produk, jasa dan
gaya hidup. Praktek kehidupan seperti itu secara mudah melanda bangsa indonesia.
Selain itu adanya media massa yang memperkuat arus informasi seacara global
mudah ditemukan. Oleh karena itu penemuan-penemuan baru yang ada di Indonesia
maupun luar negeri cepat masuk ke Indonesia. Interaksi antara budaya yang lain
intensitasnya semakin tinggi sehingga mendorng terjadinya difusi dan akulturasi
secara cepat.
Jadi globalisasi adalah gejala yang sulit dihindari. Budaya global telah
menekan kebudayaan local sampai ke sudut yang paling sempit. Jadi terjadi perubahan
struktur dari local-nasional-global menjadi local-global.
Tarik menarik antara budaya local-global akan seimbang apabila budaya loka
secra terus-menerus diinternalisasikan dalam keluarga dan pemerintah turun tangan
dengan modal dan teknologi sebagai sarana internalisasi budaya local Indonesia.
Pemahaman budaya local kapada anak sejak dini akan membentuk kepribadian
Indonesia yang kokoh dan tangguh dalam menghadapi terpaan budaya global.

Referensi :

Tim. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Surabaya :Unesa University Press

Anda mungkin juga menyukai