ABSTRACT
Minister of Finance Regulation Number 15/PMK.03/2018 concerning Other Basis to
Calculate Gross Income regulated determination of tax payable through indirect
evidence other than evidence from bookkeeping. This regulation potentially become
double edge sword for the tax authority's mission to collect revenues based on voluntary
tax compliance. Based on the Slipery Slope Framework, if the tax authority maintains the
'cops and robbers' attitude, voluntary compliance tends to decrease (Kirchler, Hoelzl, and
Wahl 2008). Conversely, voluntary compliance will increase if the tax authorities are
perceived to be more efficient in detecting tax fraud and bringing justice. This study
presents a literature review as a consideration basis for developing regulatory policies for
subordinate regulations of PMK 15/2018 that support voluntary compliance. Based on a
literature review subordinate regulations of PMK 15/2018 that support voluntary
compliance must be reliable, objective and be sanctioned credibly under legitimate
power.
ABSTRAK
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 15/PMK.03/2018 tentang Cara Lain untuk
Menghitung Peredaran Bruto mengatur pembuktian pajak terutang melalui bukti tidak
langsung yaitu, bukti dari informasi selain pembukuan. Peraturan ini dapat menjadi dua
mata pisau bagi misi otoritas pajak untuk mengumpulkan penerimaan berdasarkan
kepatuhan pajak sukarela. Berdasarkan Slipery Slope Framework jika otoritas pajak
mempertahankan sikap ‘cops and robbers’’ maka kepatuhan sukarela cenderung
menurun (Kirchler, Hoelzl, & Wahl, 2008). Sebaliknya, kepatuhan sukarela akan
meningkat jika otoritas pajak dipersepsikan lebih efisien dalam mendeteksi kecurangan
pajak dan menegakkan keadilan. Penelitian ini menyajikan kajian literatur sebagai dasar
pengembangan kebijakan peraturan pelaksanaan PMK 15/2018 yang mendukung
kepatuhan sukarela. Berdasarkan kajian literatur peraturan pelaksanaan PMK 15/2018
yang mendukung kepatuhan sukarela rela harus memenuhi syarat handal, objektif dan
diberikan sanksi secara kredibel berdasarkan kekuatan terlegitimasi.
Kata kunci: metode tidak langsung, cara lain, peraturan perpajakan, kepatuhan sukarela
149
Furqon Nurhandono, Darius H., Tri K. / Kajian Akademis Peraturan Pelaksanaan... (2020) 149-166
Perlu dipahami berdasarkan Pasal 12 Metode cara lain yang baik seharusnya
ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 memberikan dasar yang kuat bagi
tahun 1983 tentang Ketentuan Umum pemeriksa untuk dapat membuktikan
dan Tata Perpajakan sebagaimana telah penghasilan Wajib Pajak yang sebenarnya
diubah dengan Undang-Undang (OECD, 2006).
Nomor 16 tahun 2009 (UU KUP)
meskipun tidak menggunakan bukti
langsung, otoritas pajak tetap harus
membuktikan penghasilan Wajib Pajak.
Otoritas pajak tidak dapat secara
subjektif menggunakan estimasi atau
asumsi seperti dalam akuntansi
misalnya estimasi ketertagihan piutang
atau masa manfaat aset tetap.
157
Furqon Nurhandono, Darius H., Tri K. / Kajian Akademis Peraturan Pelaksanaan... (2020) 149-166
159
Furqon Nurhandono, Darius H., Tri K. / Kajian Akademis Peraturan Pelaksanaan... (2020) 149-166
Asumsi beban sama dengan peredaran Sebagai alternatif, otoritas pajak dapat
bruto sama artinya dengan mengang- menggunakan metode pertumbuhan
gap margin keuntungan sebesar nol. internal Wajib Pajak dari beberapa tahun
Akibatnya, peredaran bruto hasil sebelumnya atau dengan pertumbuhan
metode ini untuk Wajib Pajak dalam sektoral Wajib Pajak sejenis. Penggunaan
kondisi untung akan lebih kecil dari pertumbuhan sektoral mudah digunakan,
seharusnya. Sebaliknya, dalam kondisi namun dapat menyebabkan bias karena
rugi maka peredaran bruto akan data sektoral merupakan data agregat.
ditetapkan lebih besar dari seharusnya. Penggunaan data agregat menjadi tidak
Namun, kondisi untung dan rugi tidak objektif ketika terdapat deviasi yang besar
dibutuhkan untuk Wajib Pajak Orang antara data agregat dengan
Pribadi non pengusaha karena biaya pertumbuhan Wajib Pajak. Penggunaan
hidup tidak diperhitungkan dalam pertumbuhan internal Wajib Pajak
penghitungan PPh. Oleh karena itu, menjadi tidak akurat ketika terjadi
penulis menyarankan agar penerapan penurunan atau kenaikan tajam performa
metode ini hanya dilakukan pada Wajib Wajib Pajak. Untuk menjaga objektivitas,
Pajak Orang Pribadi non pengusaha. diperlukan rentang waktu yang panjang
sehingga data agregat lebih akurat.
4.2.1.4 Metode berdasarkan SPT dan Disarankan agar dalam pemilihan metode,
hasil pemeriksaan tahun pajak diatur bahwa metode ini hanya dapat
sebelumnya dilakukan jika terdapat dara berurutan
selama beberapa tahun.
Metode berdasarkan surat pemberita-
huan dan hasil pemeriksaan tahun 4.2.1.5 Metode proyeksi nilai ekonomi
pajak sebelumnya merupakan metode
yang baru dikenal dalam peraturan Jika metode ini dianalogikan dengan
pajak dan tidak ditemukan praktik inter- proyeksi keekonomian proyek dalam
nasional atas metode ini. Penggunaan manajemen keuangan, maka metode
yang telah lampau dapat menimbulkan akan menjadi asumtif. Terdapat perbedaan
isu relevansi karena kondisi Wajib Pajak mendasar dalam fungsi proyeksi dalam
saat diperiksa kemungkinan besar manajemen keuangan dengan
berbeda dengan kondisi dalam Surat pembuktian secara tidak langsung
Pemberitahuan (SPT) atau hasil menggunakan cara lain. Proyeksi
pemeriksaan tahun pajak sebelumnya. keekonomian bertujuan untuk
Agar metode ini bebas dari menganalisa proyek-proyek dan
subjektivitas, maka perlu diatur menentuan mana saja yang dimasukkan
penggunaan metode pertumbuhan ke dalam anggaran modal (Titman, S.,
untuk menyesuaikan antara data yang Keown, A. J., & Martin, 2011). (Titman, S.,
telah lampau dengan data saat Keown, A. J., & Martin, 2011). Jadi, dalam
pemeriksaan. manajemen keuangan arus kas bebas
diestimasi oleh manajemen untuk
kemudian dianalisa nilai ekonominya.
160
Furqon Nurhandono, Darius H., Tri K. / Kajian Akademis Peraturan Pelaksanaan... (2020) 149-166
Berbeda dengan cara lain, justru arus metode, maka akan terdapat
kas bebas yang menentukan peredaran ketidakpastian hukum terhadap
bruto lah yang tidak diketahui. Oleh penghitungan penghasilan Wajib Pajak
karena itu, analogi proyeksi karena penghasilannya wajib dihitung
keekonomian dalam manajemen dengan cara lain. Namun, tidak ada cara
keuangan tidak tepat untuk diadopsi lain yang memenuhi syarat untuk
dalam peraturan pelaksanaan PMK digunakan. Oleh karena itu, perlu
15/2018. dipastikan bahwa paling tidak terdapat
Sebagai alternatif, penulis satu metode dalam PMK 15/2018 yang
menyarankan agar metode ini dapat digunakan meskipun bukti tidak
mengadopsi metode mark up yang langsung yang tersedia sangat terbatas.
belum diadopsi dalam SE-65/PJ/2013, Untuk memastikan bahwa minimal
namun sudah ada praktik terdapat satu metode cara lain yang dapat
internasionalnya. Metode mark up pada digunakan, perlu diatur metode yang
intinya adalah metode untuk fleksibel. Ruang lingkup sebagaimana
memproyeksikan peredaran bruto diatur dalam Pasal 3 ayat (8) PMK 15/2018
berdasarkan perkalian antara harga hanya mengatur bahwa metode ini
pokok penjualan dengan persentase dilakukan berdasarkan persentase atau
mark up (Biber, 2010). Persentase mark rasio pembanding. Secara implisit,
up diperoleh dari perbandingan antara SE-65/PJ/2013 mengatur bahwa
harga jual per unit dengan biaya per peredaran bruto dengan metode ini
unit. Metode ini lebih efektif dilakukan didapat dari basis data dikali dengan rasio
daripada metode volume usaha jika pembanding. Meskipun tetap
jumlah barang secara pasti tidak mempertimbangkan fleksibilitas, namun
diketahui. Namun, nilai harga pokok metode rasio harus tetap memenuhi
penjualan secara total diketahui. Hasil syarat bebas dari estimasi dan ambiguitas.
dari metode mark up adalah peredaran Alih-alih membebaskan dari mana basis
bruto sehingga dapat langsung data dan rasio diperoleh, penulis
diadopsi dalam peraturan pelaksanaan menyarankan agar terdapat rasio
PMK 15/2018 tanpa modifikasi. keuangan yang secara rutin ditetapkan
oleh otoritas pajak. Penetapan acuan atau
4.2.1.6 Metode Rasio benchmark sebagaimana diterapkan oleh
otoritas pajak Australia, New Zealand,
Sebagaimana telah diatur dalam Pasal Jerman, dan Amerika Serikat sebagaimana
14 ayat (5) UU PPh, apabila pada saat dituangkan dalam OECD (2006) dapat
diperiksa Wajib Pajak memenuhi syarat diadopsi di Indonesia.
untuk dihitung penghasilannya
menggunakan metode tidak langsung, 4.2.2. Kriteria pemilihan metode
maka pemeriksaan wajib dilakukan
dengan ketentuan PMK 15/2018. Jika Tidak kalah pentingnya dengan formula
tidak ada satupun kondisi yang dapat yang objektif, pemilihan metode juga
dipenuhi untuk menggunakan suatu harus objektif. Selain untuk melindungi
161
Furqon Nurhandono, Darius H., Tri K. / Kajian Akademis Peraturan Pelaksanaan... (2020) 149-166
Wajib Pajak dari subjektivitas pemeriksa, 4.3. Sanksi yang kredibel berdasarkan
peraturan juga perlu memperkuat peraturan yang terlegitimasi
posisi otoritas pajak di pengadilan
pajak. Oleh karena itu, pemilihan Istilah cara lain untuk menghitung
metode harus memiliki dasar kriteria peredaran bruto baru dimunculkan pada
yang jelas. Selain dengan kriteria, UU PPh Tahun 2008. Pada UU PPh
pemilihan metode dapat dilakukan sebelumnya, mulai dengan UU PPh tahun
secara sekuensial. Namun, metode 1983 sampai dengan tahun 2000 tidak
sekuensial akan membutuhkan banyak ditemui cara lain untuk menghitung
waktu untuk dilakukan dan tidak efisien peredaran bruto. Sebelum tahun 2008,
karena pemeriksa harus melalui Wajib Pajak yang tidak atau tidak
|serangkaian metode untuk menuju sepenuhnya melakukan atau
metode yang optimal. Cara sekuensial memperlihatkan pembukuan atau
memungkinkan pemeriksa untuk pencatatan, penghasilan netonya dihitung
terpaksa menggunakan metode yang dengan NPPN. Hingga tahun 2015,
tidak optimal karena suatu metode pengaturan yang ada kurang lebih masih
tidak dapat ditolak penggunaannya. sama sebagaimana diatur dalam
Penulis menyarankan agar PER-17/PJ/2015 tentang Norma
pemilihan metode yang ideal dilakukan Penghitungan Penghasilan Neto
secara sekuensial untuk dua bagian (PER-17/PJ/2015) yaitu penghasilan neto
besar yaitu metode yang sesuai dengan dihitung menggunakan NPPN. Namun,
praktik internasional dan dilanjutkan penggunaan NPPN dalam kondisi tidak
dengan metode yang tidak terdapat ada pembukuan menyebabkan
dalam praktik internasional. Namun, ketidakjelasan dalam penerapannya.
pemilihan metode dalam bagian besar Pasalnya, untuk dapat menggunakan
tersebut dilakukan sesuai kriteria. NPPN, diperlukan peredaran bruto
Diharapkan metode sekuensial dapat terlebih dahulu sebagai basis perkalian.
mengurangi penggunaan metode yang Akan tetapi, dengan tidak adanya
tidak sesuai dengan praktik pembukuan, maka peredaran bruto
internasional. Selain itu, dengan menjadi tidak diketahui sehingga
menggunakan kriteria, maka metode penghitungan penghasilan neto tidak
tidak langsung sesuai praktik dapat dilakukan.
internasional dapat secara efisien Penggunaan cara lain mengubah
digunakan. persepsi bahwa metode tidak langsung
digunakan untuk memberikan keyakinan
yang memadai mengenai penghasilan
Wajib Pajak, jadi bukan untuk
menghukum. Hal ini diperkuat juga
dengan dihapusnya sanksi kenaikan 50%
bagi Wajib Pajak yang tidak melakukan
pembukuan dalam KEP-536/PJ/2000
tentang Norma Penghitungan
162
Furqon Nurhandono, Darius H., Tri K. / Kajian Akademis Peraturan Pelaksanaan... (2020) 149-166
Penghasilan Neto bagi Wajib Pajak yang yang adil sesuai dengan misi DJP. Karena
Dapat Menghitung Penghasilan Neto ruang lingkup penelitian ini hanya
Dengan Menggunakan Norma membahas mengenai peraturan
P e n g h i t u n g a n . P E R - 1 7 / PJ / 2 0 1 5 pelaksanaan PMK 15/2018, diperlukan
mengembalikan ranah pemberian saksi penelitian lebih lanjut agar kebijakan
sesuai koridor yang seharusnya yaitu perpajakan menjadi paripurna. Penulis
melalui UU KUP. Langkah ini telah mendapati bahwa penelitian ini masih
sesuai dengan arah kebijakan perlu ditingkatkan terutama dalam rangka
pemberian sanksi yang penyempurnaan sanksi yang ideal atas
kredibel sesuai Slippery Slope tidak tersedianya pembukuan atau
Framework. pencatatan dalam UU KUP.
Hukuman yang diberikan kepada
5. KESIMPULAN Wajib Pajak yang tidak menyelenggarakan
Peraturan pelaksanaan cara lain untuk pembukuan dikenakan secara kumulatif
menghitung peredaran bruto yang atas sanksi administratif pada pasal 13 ayat
mendukung kepatuhan sukarela rela (3) UU KUP dan kenaikan pasal 13A UU
harus memenuhi syarat andal, objektif, KUP atau pidana Pasal 39 UU KUP. Hal ini
dan dapat diberikan sanksi secara dimungkinkan karena UU KUP
kredibel berdasarkan kekuatan menghiraukan doktrin hukum yang
terlegitimasi. Berdasarkan struktur berlaku umum yaitu ne bis in idem. Tidak
pendelegasian peraturan perundangan dipakainya doktrin ne bis in idem pada
peraturan, pelaksanaan PMK 15/2018 penerapan hukuman atas tidak
memiliki dasar yang kuat sehingga tersedianya pembukuan membuat
dipastikan andal untuk digunakan ketentuan ini tidak sesuai dengan asas
sebagai dasar hukum koreksi. Untuk hukum yang berlaku umum.
mencapai metode yang objektif, Penelitian selanjutnya juga
diperlukan modifikasi metode dalam diharapkan dapat mengkaji evaluasi dan
SE-65/PJ/2013 dan praktik internasional dampak dari kebijakan peraturan
dalam OECD (2006), Biber (2010), dan pelaksanaan PMK 15/2018. Hasil penelitian
Smith (2015). Sanksi yang kredibel harus yang ditemukan diharapkan lebih
diberikan berdasarkan peraturan komprehensif sehingga dapat
perpajakan yang memiliki legitimasi memberikan masukan bagi pemangku
untuk mengatur sanksi perpajakan yaitu kepentingan dengan lebih optimal.
UU KUP bukan melalui NPPN. Peraturan ibarat hulu yang menentukan
jenis kepatuhan yang akan timbul di
masyarakat. Agar kepatuhan sukarela
6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN dapat dengan mudah dibangun, peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menyarankan agar pengembangan
memberikan pandangan akademis kebijakan penyusunan peraturan didasari
dalam pembuatan kebijakan peraturan dari konsep kepatuhan sukarela. Penelitian
pelaksanaan PMK 15/2018 dan RUU PPh ini merupakan hasil pemikiran pribadi
sehingga dapat menumbuhkan kepatu- penulis dan tidak merepresentasikan
han sukarela dan penegakan hukum organisasi DJP.
163
Furqon Nurhandono, Darius H., Tri K. / Kajian Akademis Peraturan Pelaksanaan... (2020) 149-166
164
Furqon Nurhandono, Darius H., Tri K. / Kajian Akademis Peraturan Pelaksanaan... (2020) 149-166
165
Furqon Nurhandono, Darius H., Tri K. / Kajian Akademis Peraturan Pelaksanaan... (2020) 149-166
LAMPIRAN
Tabel 1 Perbandingan Pengaturan terkini dengan Rekomendasi Kebijakan
166