Anda di halaman 1dari 6

Nama : IRFAN, S.

Pd NIM : 223174707604
No UKG : 2019 0123 0949 Kelas : IPS 004

LK. 1.1. Identifikasi Masalah

Jenis Masalah yang Analisis Identifikasi


No.
Permasalahn Diidentifikasi Masalah
1 pedagogik, 1. Belum lancar membaca 1. Malas berlatih
literasi, dan dan menulis membaca dan
numerasi. 2. Minat baca kurang menulis
3. Sering menggunakan 2. Tak ada motivasi
bahasa daerah dari orang tua
4. Belum lancar dalam
perhitungan (+, X
dan : )
2 kesulitan belajar1. Mengganggu temanya 1. Karna ingin
siswa termasuk pada saat pembelajaran diperhatikan
siswa 2. Membuat keributan 2. Adanya pengalaman
berkebutuhan (berteriak dan bernyanyi pribadi sewaktu kecil
khusus dan dlm kelas saat proses 3. Sering bergaul
masalah belajar) dengan mereka yang
pembelajaran 3. Memilik kepribadian meyimpang
(berdiferensiasi) menyimpang kepribadiannya
di kelas 4. Pehamaman materi 4.
berdasarkan belajar rendah
pengalaman
mahasiswa saat
menjadi guru.
3 membangun 1. Tidak hormat terhadapat 1. Guru sering
relasi/hubungan guru mengajak siswa
dengan siswa dan 2. Berlebihan bercanda bercanda.
orang tua siswa. dengan guru 2. Siswa tak
3. Kesibukan orang tua memahami batas
padat (berkebun) batas antara guru
4. Mengajak anak tuk dan siswa
bekerja (musim panen) 3. Orang tua
menyerahkan
sepenuh tanggung
jawab keguru
yang
berhubungan
dengan sekolah
4. Orang tua masih
beranggapan
bahwa mecari
uang /bekerja
lebih penting dari
sekolah.
4 pemahaman/ 1. Siswa bingung dengan 1. Tak adanya
pemanfaatan model model instalasi listrik
model-model pembelajaran dan signal,
pembelajaran 2. sehingan media
Jenis Masalah yang Analisis Identifikasi
No.
Permasalahn Diidentifikasi Masalah
inovatif pembelajaran
berdasarkan seperti, komputer,
karakteristik infokus dll, tak
materi dan siswa. dapat digunakan
5 Materi terkait 1. Siswa kurang tertarik 1. Terlalu banyak
Literasi pelajaran menghitung rumus rumus
numerasi, 2. Tak sekolah pada saat yang aneh
Advanced hari tuk tampil menurut mereka.
material, presentasi didepan 2. Kurang percaya
miskonsepsi, kelas. diri dan takut
HOTS. 3. Bepikir kreatif, kritis salah tuk tampil
danlogis siswa masih didepan kelas
rendah 3. Kurang
4.jawaban siswa sering motivasi,kurang
terbalik antara jawaban media dan sarana.
no 1 dan no lainya,

6 pemanfaatan 1. Teknologi pembelajaran 1. Tak adanya


teknologi/inovasi sering tidak digunakan jaringan signal
dalam dan listrik
pembelajaran. 2. Teknolog dan inovasi 2. Siswa sering
disalah gunakan menggunakaan
candaan inovasi
pembelajaran
7

yang di identifikasi Contoh Identifikasi Masalah Pembelajaran Hasil Ekplorasi Penyebab


Masalah
7 Integrasi literasi dan numerasi, HOTS dan kecakapan hidup abad 21 (4C) dalam
pembelajaran Pembelajaran yang di laksanakan belum mengintegrasi konten literasi dan
numerasi, HOTS dan kecakapan hidup abad 21 (4C). – Pengetahuan guru tentang
bagaimana cara mengintegrasi konten literasi dan numerasi, HOTS dan kecakapan hidup
abad 21 (4C) dalam pembelajaran masih minim
– Kurangnya pelatihan terkait mengintegrasi konten literasi dan numerasi, HOTS dan
kecakapan hidup abad 21 (4C) yang di ikuti guru
8 Profil atau karakteristik siswa seperti kemampuan awal, minat atau gaya belajar.
Guru tidak memiliki data tentang karakteristik siswa, sebagai bahan untuk merancang,
melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. – Tidak adanya instrumen standar yang
di miliki
– Guru ,menganggap hal ini tidak penting
– Pengetahuan guru terkait Profil atau karakteristik siswa seperti kemampuan awal, minat
atau gaya belajar masih minim.
yang di identifikasi Contoh Identifikasi Masalah Pembelajaran Hasil Ekplorasi Penyebab
Masalah
7 Integrasi literasi dan numerasi, HOTS dan kecakapan hidup abad 21 (4C) dalam
pembelajaran Pembelajaran yang di laksanakan belum mengintegrasi konten literasi dan
numerasi, HOTS dan kecakapan hidup abad 21 (4C). – Pengetahuan guru tentang
bagaimana cara mengintegrasi konten literasi dan numerasi, HOTS dan kecakapan hidup
abad 21 (4C) dalam pembelajaran masih minim
– Kurangnya pelatihan terkait mengintegrasi konten literasi dan numerasi, HOTS dan
kecakapan hidup abad 21 (4C) yang di ikuti guru
8 Profil atau karakteristik siswa seperti kemampuan awal, minat atau gaya belajar.
Guru tidak memiliki data tentang karakteristik siswa, sebagai bahan untuk merancang,
melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. – Tidak adanya instrumen standar yang
di miliki
– Guru ,menganggap hal ini tidak penting
– Pengetahuan guru terkait Profil atau karakteristik siswa seperti kemampuan awal, minat
atau gaya belajar masih minim.
ementara Witherington (Syaodih, 2007: 155) menyampaikan bahwa “ belajar
merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola
respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan
kecakapan “. Menurut pendapat di atas dapat disampaikan bahwa belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku atau kepribadian secara menyeluru oleh individu tersebut.

pendapat Nurla Isna (2011: 60) bahwa “ kepercayaan diri merupakan


sebuah kekuatan yang luar biasa laksana reaktor yang membangkitkan segala energy
yang ada pada diri seseorang untuk mencapai sukses “. Sebagai generasi penerus bangsa,
sikap percaya diri sangat penting ditanamkan pada peserta didik agar ia tumbuh menjadi
sosok yang mampu mengembangkan potensi dirinya. Pada kenyataannya, kepercayaan
diri yang dimiliki peserta didik masih relatif rendah.
Isna, Nurla. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah.
Yogyakarta: Laksana.
Vandini, I. (2016). Peran kepercayaan diri terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 5(3).

Djamarah (2008)
bahwa rasa percaya diri merupakan bagian dari faktor psikologis
yang mempengaruhi prestasi belajar.
Djamarah, S. B. (20
08).
Psikologi Belajar
. Jakarta: Rineka Cipta

Walid, Putra, & Asiyah, 2019)


. Sebaliknya jika orang yang kepercayaan
dirinya rendah, maka pada dirinya terdapat keraguan, kehampaan dan keputusan
individu dalam
menghadapi tuntutan dan tantangan hidupnya, serta menghasilkan penilaian yang rendah atas
dirinyadalam kaitannya dengan orang lain
Walid, A., Putra, E. P., & Asiyah. (2019). Pembelajaran Biologi Menggunak
an Problem Solving
Disertai Diagram Tree Untuk Memberdayakan Kemampuan Berpikir Logis Dan Kemampuan
Menafsirkan Siswa.
IJIS Edu : Indonesian Journal of Integrated Science Education

,
1(1), 1–6
Asiyah, A., Walid, A., & Kusumah, R. G. T. (2019). Pengaruh rasa percaya diri terhadap
motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran IPA. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, 9(3), 217-226.

2. Menurut Komara (2016), Semakin tinggi kepercayaan diri dan prestasi belajar maka
perencanaan karir semakin tinggi dan sebaliknya apabila kepercayaan diri dan prestasi belajar
rendah maka perencanaan karir akan semakin rendah.

Komara, I. B. (2016). Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Prestasi Belajar dan
Perencanaan Karir Siswa. Jurnal PSIKOPEDAGOGIA 2016. Vol. 5, No. 1 ISSN: 2301-6167.
Jakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
Syam, A., & Amri, A. (2017). Pengaruh kepercayaan diri (self confidence) berbasis
kaderisasi IMM terhadap prestasi belajar mahasiswa (studi kasus di program studi pendidikan
biologi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas muhammadiyah parepare). Jurnal
Biotek, 5(1), 87-102.

kesibukan orasng tua


Slameto (2015:61) mengemukakan bahwa orang tua yang
kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh
tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan
kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar,
tidak megatur waktu belajarnya, tidak menyediakan atau melengkapi alat
belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau
tahu bagaimana kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami
dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak atau kurang
berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi
karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk
sehingga mengalami ketinggalan dalam belajarnya dan akhirnya anak malas
belajar. Hasil belajar yang didapat, nilai/hasil belajarnya tidak memuaskan
bahkan mungkin gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari
keliarga yang kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurus pekerjaan mereka
atau kedua orang tuanya memang tidak mencintai anaknya.

SARTIKA, D. HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI


BELAJAR SISWA KELAS IX SMP N 1 MUARO JAMBI. JURNAL HUBUNGAN
PERHATIAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX SMP N
1 MUARO JAMBI.

eknologi ini berperan sebagai kendaraan dalam penyampaian pengajaran. Teknologi dalam
pendidikan dijadikan sebagai peranta untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Peserta
didik yang dapat memanfaatkan teknologi dalam pendidikan dengan baik untuk
menambah ilmu pengetahuan8Sudarsri Lestari, “Peran Teknologi Dalam Pendidikan Di
Era Globalisasi,” Edureligia; Jurnal Pendidikan Agama Islam2, no. 2 (2018): 94–100,
https://doi.org/10.33650/edureligia.v2i2.459.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi
dan efektifitas pembelajara”1212Destiana, “Pengaruh Teknologi Informasi Berbasis
Android (SMARTPHONE) Dalam Pendidikan Industri,” Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Program PAasca Sarjana Universitas PGRI Palembang, 2019, 190–97.

Maritsa, A., Salsabila, U. H., Wafiq, M., Anindya, P. R., & Ma’shum, M. A. (2021).
Pengaruh Teknologi Dalam Dunia Pendidikan. Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian Dan Kajian
Sosial Keagamaan, 18(2), 91-100.

dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh perkembangan IPTEK dalam proses
pendidikan, (Sudibyo, 2011:182) antara lain:1. E-learning yang dapat
menyebabkan pengalihfungsian guru dan mengakibatkan guru jadi tersingkirkan,
atau juga menyebabkan terciptanya individu yang bersifat individual karena system
pembelajaran dapat dilakukan dengan hanya seorang diri. Bahkan
dimungkinkan etika dan disiplin peserta didik susah atau sulit untuk diawasi dan
dibina, sehingga lambat laun etika dan manusia khususnya para peserta didik akan
menurun drastis, serta hakikat manusia yang utama yaiu sebagai makhluk sosial akan
tergerus.2. Seringnya mengakses internet dikhawairkan siswa/mahasiswa bukannya
benar-benar memanfaatkan teknologi informasi dengan optimal, tetapi malah
mengakses hal-hal yang tidak baik, seperti pornografi, game online. Bahkan dapat
terkena cyber-relational addiction ialah keterlibatan yang berlebihan pada hubungan
yang terjalin melalui internet (seperti melalui chat room dan virtual affairs) sampai
kehilangan kontak dengan hubungan-hubungan yang ada dalam dunia nyata. 3. Peserta
didik bisa terkena information overload, yakni menemukan informasi yang tidak habis-
habisnya yang tersedia di internet, sehingga rela menghabiskan waktu berjam-jam
untuk mengumpulkan dan mengorganisir informasi yang ada, yang akhirnya dapat
membuat seseorang kecanduan, terutama menyangkut pornografi dan dapat
menghabiskan uang karena hanya untuk melayani kecanduan tersebut.4. Pelajar
atau juga mahasiswa menjadi pecandu dari keberadaan dunia maya secara berlebihan. Hal ini
bisa terjadi ketika siswa/mahasiswa tidak memiliki sikap skeptic serta kritis
terhadap sesuatu hal yang baru. Apalagi dalam konteks dunia maya (internet) mereka
secara tidak langsung telah masuk di dalam dunia yang over free, maka sangat penting
adanya kedua sikap di atas untuk menjadi benteng atau filter dari segala sumber informasi
yang ada. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya ialah perhatian dari orang tua juga
sangat berperan dalam menanamkan nilai-nilai tentang sebuah norma agama sebagai
landasan hidup.5. Tindakankriminal (Cyber Crime). Di dalam dunia pendidikan hal ini
dapat terjadi, misalnya pencurian dokumen atau asset penting tentang sebuah tatanan
pendidikan yang sesungguhnya dirahasiakan (dokumen mengenai ujian akhir atau negara)
dengan media internet.6. Menimbulkan sikap yang apatis pada masing-masing individu,
baik bagi pelajar/siswa/mahasiswa maupun pengajar/guru/dosen. Hal ini dapat dilihat
misalnya pada system pembelajaran yang bersifat virtual maupun e-learning. Di mana
system pembelajaran yang tidak saling bertemu antara peserta didik dengan pengajar, maka
dapat terjadi peserta didik kurang aktif dalam sistem pembelajaran dan hasilnya tidak
maksimal (Asmani, 2011: 149).
Sudibyo, Lies. 2011. “Peranan dan Dampak Teknologi Informasi dalam Dunia
Pendidikan di Indonesia”.Jurnal WIDYATAMA Universitas Veteran Bangun
Nusantara Sukoharjo. Vol. 20, No.2: 175-185

Jamun, Y. M. (2018). Dampak teknologi terhadap pendidikan. Jurnal Pendidikan dan


Kebudayaan Missio, 10(1), 48-52.

Clark (dalam Selwyn, 2011) mengatakan bahwa teknologi hanya sebagai kendaraan untuk
menyampaikan pengajaran dan karena itu tidak lebih mungkin untuk mempengaruhi belajar
siswa atau prestasi daripada sebagai sebuah truk yang menghadirkan segala kebutuhan untuk
memperbaiki gizi. Sehingga, teknologi dalam pendidikan hanya berada pada posisi media
atau perantara untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan oleh suatu
embaga pendidikan

Selwyn, Neil. 2011. Education and Technology Key Issues and Debates. India: Replika Press
Pvt Ltd.
Lestari, S. (2018). Peran teknologi dalam pendidikan di era globalisasi. EDURELIGIA:
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2(2), 94-100.

Lemahnya kemampuan membaca pemahaman siswa erat kaitannya dengan rendahnya minat
baca/. Anugra, H., Pawit, M.Y., & Erwina, W. (2013).
Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi minat baca mahasiswa. Jurnal Kajian Informasi
& Perpustakaan, Vol.1/No.2,
Desember 2013, hlm 137-145. Tersedia: jurnal. unpad. ac. id/
jkip/ article yang dimiliki oleh peserta didik
(Anugra, 2013, p. 137)

Halawa, N. (2020). Kontribusi Minat Baca Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman


Siswa. Jurnal Edukasi Khatulistiwa: Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, 3(1), 27-34.

Anda mungkin juga menyukai