Anda di halaman 1dari 30

Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH)

Vol.1, No.2 2022: 85-114

Teknik Pengambilan Sampel Umum dalam Metodologi


Penelitian: Literature Review

Deri Firmansyah1*, Dede2


1*STIE Pasim Sukabumi
2STMIK Al Fath Sukabumi

ABSTRAK: Artikel ini bertujuan untuk mengetahui teknik sampling umum


dalam metode penelitian berdasarkan beberapa artikel internasional bereputasi.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, peneliti melakukan penelitian di tiga jurnal
yang membahas tentang teknik pengambilan sampel. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan dengan pendekatan
deskriptif kualitatif, dengan menggunakan metode analisis isi. Temuan
penelitian menunjukkan bahwa ketiga artikel tersebut membahas dan
menjelaskan teknik sampling umum dalam metodologi penelitian. Secara
khusus perbedaannya terletak pada penjelasan poin-poin penting pemahaman
atau beberapa tahapan yang dapat dilalui dalam teknik sampling. Selain itu juga,
masing-masing isi naskah ke-3 artikel menjelaskan kelebihan dan kekrungan
dari masing-masing teknik samping berhubungan dengan bias dari keterwakilan
populasi dari teknik sampling yang dipilih. Sementara satu naskah lebih jelas
dilengkapi dengan alternatif solusi mengurangi bahkan meningkatkan
keterwakilan populasi atas sampel yang ambil dengan metode yang dipilih.
Keywords: Teknik Pengambilan Sampel Umum, Metodologi Penelitian

Submitted: 10-08-2022; Revised: 13-08-2022; Accepted: 16-08-2022

Corresponding Author: dery.rezky12@gmail.com

DOI prefik: 10.55927 85


( ISSN-E: 2829-792X
https://journal.formosapublisher.org/index.php/jiph
Firmansyah, Dede

General Sampling Techniques in Research Methodology:


Literature Review

Deri Firmansyah1*, Dede2


1*STIE Pasim Sukabumi
2STMIK Al Fath Sukabumi

ABSTRACT: This article aims to find out general sampling techniques in


research methods based on several reputable international articles. To meet these
objectives, researchers conducted research in three journals that discussed
sampling techniques. The method used in this study is a type of library research
with a qualitative descriptive approach, using the method of content analysis.
The research findings show that the three articles discuss and explain common
sampling techniques in research methodologies. In particular, the difference lies
in the explanation of important points of understanding or several stages that can
be passed in the sampling technique. In addition, each of the contents of the 3rd
article manuscript explains the advantages and disadvantages of each technique
in addition to the population representativeness bias of the selected sampling
technique. While one manuscript is more clearly equipped with an alternative
solution, it reduces or even increases the representativeness of the population for
the sample drawn by the chosen method.

Keywords: Common Sampling Techniques, Research Methodology

86
Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH)
Vol. 1 No. 2, 2022: 85-114

PENDAHULUAN
Bagi praktisi dan para peneliti, tentunya tentang memahami metode
pengambilan sampel, termasuk mengenal beberapa istilah khususnya dalam
pengambilan sampel. Bagaimananpun juga terkadang masih ada peneliti dan
analis yang tidak begitu akrab dengan teknik dan prinsip pengambilan sampel
seperti halnya dengan teknik analitis atau bahkan teknik persiapan sampel.
Unsur-unsur yang membentuk sampel adalah unit dasar dari populasi dan
paling sering individu. Namun, banyak jenis elemen yang dapat dijadikan
sampel seperti kelompok. Populasi selalu lebih besar dari sampel, dan dalam
kebanyakan kasus mereka jauh lebih besar daripada sampel yang diambil dari
mereka. Di dalam pengambilan sampel, huruf besar N digunakan untuk
menunjukkan ukuran populasi dan huruf kecil n digunakan untuk menunjukkan
ukuran sampel.
Penting untuk diingat lagi bahwa populasi adalah seluruh kelompok
orang (atau lembaga, peristiwa, atau objek studi lainnya) yang ingin
digambarkan dan dipahami. Karena ini adalah kelompok sasaran besar yang
peneliti harapkan untuk digeneralisasi. Untuk menggeneralisasi dari sampel ke
populasi, peneliti biasanya mempelajari sampel yang dimaksudkan untuk
mewakili populasi. Tidak praktis, atau bahkan mungkin, untuk mengumpulkan
informasi dari setiap elemen dalam suatu populasi, sehingga peneliti
menggunakan sampel untuk membuat kesimpulan tentang populasi yang
diinginkan (Hibberts et al., 2012). Maka secara sederhananya bahwa populasi
adalah kelompok total elemen yang ingin peneliti pelajari lebih lanjut, sementara
sampel adalah kelompok elemen yang peneliti selidiki secara langsung.
Sampling berkaitan dengan pemilihan subset individu dari dalam suatu
populasi untuk memperkirakan karakteristik seluruh populasi (Singh &
Masuku, 2014).
Sampling biasanya dimulai dengan seorang peneliti menemukan atau
membangun kerangka sampling. Kerangka sampling adalah daftar setiap
elemen dalam populasi (Hibberts et al., 2012). Setelah sampel diambil dari
kerangka sampling, peneliti menghubungi anggota sampel potensial dan
meminta mereka untuk berpartisipasi. Kerangka sampel merupakan salah satu
dari beberapa tahapan melakukan sampling. Tahapan yang mungkin dilalui saat
melakukan sampling: (1) defisinikan dengan jelas populasi target; (2) pilih
kerangka sample; (3) pilih teknik penarikan sampel; (4) tentukan ukuran sampel;
(5) mengumpulkan data; dan (6) nilai tingkat respon (Taherdoost, 2016).
Penelitian ini merupakan kajian tentang teknik sampling secara umum dalam
metode penelitian, yang diambil dari beberapa jurnal internasional bereputasi,
dimana penelitian ini adalah mengkaji dan menganalisi isi. Peneliti akan
menyajikan uraian tentang teknik sampling secara umum dalam metode
penelitian berdasarkan penelusuran isi dari beberapa jurnal/artikel yang
dijadikan kajian.

87
Firmansyah, Dede

TINJAUAN PUSTAKA

Sampel
Sampling adalah teknik (prosedur atau perangkat) yang digunakan oleh
peneliti untuk secara sistematis memilih sejumlah item atau individu yang relatif
lebih kecil (subset) dari populasi yang telah ditentukan sebelumnya untuk
dijadikan subjek (sumber data) untuk observasi atau eksperimen sesuai tujuan.
dari studiny (Delice, 2010). Pernyataan lain juga menyampaikkan bahwa Sampel
adalah sekelompok elemen yang dipilih dari kelompok yang lebih besar dengan
harapan mempelajari kelompok yang lebih kecil ini (sampel) akan
mengungkapkan informasi penting tentang kelompok yang lebih besar
(populasi) (Hibberts et al., 2012).

Teknik pengambilan Sampel


Pengambilan sampel adalah langkah pertama dan aspek penting dari
keseluruhan proses analisis (Kou et al., 2011). Teknik pengambilan sampel
dilakukan agar menyerupai, yang tujuannya adalah untuk menghilangkan
kebingungan di antara teknik-teknik yang terlihat agak mirip satu sama lain
(Som, 1995). Teknik pengambilan sampel, menjelaskan teknik apa yang paling
cocok untuk berbagai jenis penelitian, sehingga seseorang dapat dengan mudah
memutuskan teknik mana yang dapat diterapkan dan paling cocok untuk proyek
penelitiannya.
Tujuan pengambilan sampel adalah untuk mempelajari hubungan antara
distribusi variabel dalam populasi sasaran dan distribusi variabel yang sama
dalam sampel penelitian (Otzen & Manterola, 2017). Untuk tujuan ini, penting,
antara lain, untuk menentukan kriteria inklusi (karakteristik klinis, demografis,
temporal, dan geografis subjek yang membentuk populasi penelitian) dan
kriteria eksklusi (karakteristik subjek yang dapat mengganggu kualitas atau
interpretasi data) dari hasil.
Tujuan pengambilan sampel biasanya untuk memilih sampel yang
representative, dimana sampel yang representatif adalah sampel yang mirip
dengan populasi dari mana sampel itu berasal (Hibberts et al., 2012). Kapan pun
seseorang ingin menggeneralisasi, sampel harus semirip mungkin dengan
populasi. Statistik adalah karakteristik numerik dari sampel. Statistik yang
dihitung dari sampel jarang akan sama persis dengan parameter populasi karena
variasi acak, tetapi biasanya cukup dekat (dengan asumsi bahwa pemilihan acak
digunakan dan sampel memiliki ukuran sampel yang memadai). Perbedaan
antara statistik dan parameter disebut kesalahan sampling (Cohen et al., 2000).
Oleh karenanya, peneliti harus memberikan perhatian khusus untuk menyajikan
informasi tentang karakteristik sampel termasuk rincian tentang strategi
pengambilan sampel yang memungkinkan orang lain untuk mengulangi
penelitian (Henn et al., 2005:238).

METODOLOGI
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis
penelitian studi kepustakaan (library research) dengan pendekatan deskriptif
kualitatif yaitu dengan mengunakan metode analisis isi dan menjelaskan metode

88
Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH)
Vol. 1 No. 2, 2022: 85-114

dan jenis-jenis sampling yang merujuk pada tiga naskah artikel yang di ananlisis.
Sumber data yang digunakan adalah sumber data sekunder.

HASIL PENELITIAN

Artikel 1. Sampling Methods in Research Methodoloy; How to Choose a


Sampling Technique for Research. Authors: Hamed Taherdoost. Publisher:
UJARM, 2016
Jurnal ini menjelaskan Sampling Methods melalui enam tahap dimulai
dengan mendefisinikan populasi target dengan jelas, memilih kerangka sampel,
pemilihan teknik sampling (dijelaskan teknik sampling secara umum),
menentukan ukuran sample, mengumpulkan data, ditutup dengan menilai
tingkat respon dari responden.
Tahap 1. Definisikan Target Populasi dengan Jelas (Clearly Define Target
Population)
Tahap pertama dalam proses pengambilan sampel adalah menentukan
populasi sasaran dengan jelas. Populasi umumnya terkait dengan jumlah orang
yang tinggal di suatu negara tertentu.

Tahap 2. Pilih Kerangka Sampel (Select Sampling Frame)


Kerangka pengambilan sampel adalah daftar kasus aktual dari mana sampel
akan diambil. Kerangka sampling harus mewakili populasi.

Tahap 3. Pilih Teknik Sampel (Choose Sampling Technique)


Sampling dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tentang suatu
populasi atau untuk membuat generalisasi dalam kaitannya dengan teori yang
ada. Pada dasarnya, ini tergantung pada pilihan teknik pengambilan sampel.
Secara umum, teknik pengambilan sampel dapat dibagi menjadi dua jenis:
1. Probabilitas atau sampling acak
2. Pengambilan sampel non-probabilitas atau non-acak
Sebelum memilih jenis teknik pengambilan sampel tertentu, perlu ditentukan
teknik pengambilan sampel yang luas.

Teknik Sampling

Probability Sampling Non-Probability Sampling


▪ Simple random ▪ Quota sampling
▪ Stratrified random ▪ Snowball sampling
▪ Cluster sampling ▪ Judgment sampling
▪ Systematic sampling ▪ Convenience sampling
▪ Multi stage sampling

Gambar 1. Teknik sampling


Sumber : Taherdoost (2016)

89
Firmansyah, Dede

1. Pengambilan Sampel Probabilitas (Probability Sampling)


Probabilitas sampling berarti bahwa setiap item dalam populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Salah satu cara untuk
melakukan pengambilan sampel acak adalah jika peneliti terlebih dahulu
membuat kerangka sampel dan kemudian menggunakan program komputer
generasi nomor acak untuk mengambil sampel dari kerangka sampel (Zikmund,
2000; Taherdoost, 2016).
Probabilitas atau pengambilan sampel acak memiliki kebebasan terbesar dari
bias tetapi dapat mewakili sampel yang paling mahal dalam hal waktu dan
energi untuk tingkat kesalahan pengambilan sampel tertentu (Brown, 1947;
Taherdoost, 2016).

Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)


1) Diperlukan kerangka lengkap (daftar semua unit di seluruh populasi);
2) Dalam beberapa penelitian, seperti survei melalui wawancara pribadi,
biaya untuk mendapatkan sampel bisa tinggi jika unit-unit tersebut
tersebar secara geografis;
3) Kesalahan standar penduga bisa tinggi.

Kelebihan dan Kelemahan teknik sampel acak sederhana


▪ Kelebihan: mudah dipahami, hasil dapat diproyeksikan.
▪ Kekurangannya: Sulit untuk membangun kerangka sampling,
mahal, presisi lebih rendah, tidak ada jaminan keterwakilan

Sampling Sistematis (Sampling Systematic)


Sampling sistematis adalah di mana setiap kasus ke-n setelah awal acak
dipilih. Misalnya, jika mensurvei sampel konsumen, setiap konsumen kelima
dapat dipilih dari sampel Anda. Keuntungan dari teknik sampling ini adalah
kesederhanaannya.
Kelebihan dan Kelemahan teknik sampling sistemtis
▪ Kelebihan: Dapat meningkatkan keterwakilan, lebih mudah
diterapkan daripada pengambilan sampel acak sederhana, kerangka
pengambilan sampel tidak selalu diperlukan.
▪ Kekurangannya: Dapat mengurangi keterwakilan.

Pengambilan Sampel Acak Bertingkat (Stratified Random Sampling)


Stratified sampling adalah di mana populasi dibagi menjadi strata (atau
subkelompok) dan sampel acak diambil dari setiap subkelompok. Subgrup
adalah kumpulan item alami. Subkelompok mungkin didasarkan pada ukuran
perusahaan, jenis kelamin atau pekerjaan (untuk menyebutkan beberapa).
Pengambilan sampel bertingkat sering digunakan di mana ada banyak variasi
dalam suatu populasi. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa setiap strata
terwakili secara memadai.

Kelebihan dan Kelemahan teknik pengambilan sampel acak bertingkat


▪ Kelebihan: Termasuk semua subpopulasi penting, presisi

90
Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH)
Vol. 1 No. 2, 2022: 85-114

▪ Kekurangannya: Sulit untuk memilih variabel stratifikasi yang


relevan, tidak layak untuk stratifikasi pada banyak variabel, mahal

Pengambilan Sampel Klaster (Cluster sampling)


Cluster sampling adalah di mana seluruh populasi dibagi menjadi cluster
atau kelompok. Selanjutnya, sampel acak diambil dari cluster ini, yang semuanya
digunakan dalam sampel akhir (Wilson, 2014).
Tahapan untuk cluster sampling dapat diringkas sebagai berikut:
1) Pilih pengelompokan cluster untuk kerangka sampling, seperti jenis
perusahaan atau wilayah geografis
2) Beri nomor masing-masing cluster
3) Pilih sampel menggunakan random sampling

Kelebihan dan Kelemahan teknik pengambilan sampel


klaster/kelompok
▪ Kelebihan: Mudah diimplementasikan, hemat biaya
▪ Kekurangannya: Tidak tepat, sulit untuk menghitung hasil
interpretasi

Pengambilan Sampel Multi-Tahap (Multi-stage Sampling)


Pengambilan sampel multi-tahap adalah proses perpindahan dari sampel
yang luas ke sampel yang sempit, dengan menggunakan proses langkah demi
langkah. Tujuan utama dari multi-stage sampling adalah untuk memilih sampel
yang terkonsentrasi di beberapa wilayah geografis. Dimana ini dapat
menghemat waktu dan biaya.

2. Pengambilan Sampel Non Probabilitas


Non probability sampling sering dikaitkan dengan desain penelitian studi
kasus dan penelitian kualitatif. Berkenaan dengan yang terakhir, studi kasus
cenderung berfokus pada sampel kecil dan dimaksudkan untuk memeriksa
fenomena kehidupan nyata, bukan untuk membuat kesimpulan statistik dalam
kaitannya dengan populasi yang lebih luas (Yin, 2003). Sampel peserta atau
kasus tidak perlu representatif, atau acak, tetapi diperlukan alasan yang jelas
untuk memasukkan beberapa kasus atau individu daripada yang lain.

Pengambilan Sampel Kuota (Quota Sampling)


Quota sampling adalah teknik non random sampling dimana partisipan
dipilih berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya sehingga
total sampel akan memiliki distribusi karakteristik yang sama dengan populasi
yang lebih luas.

Kelebihan dan Kelemahan teknik pengambilan sampel quota


▪ Kelebihan: Sampel dapat dikontrol untuk karakteristik tertentu
▪ Kekurangannya: Bias seleksi, tidak ada jaminan

91
Firmansyah, Dede

Pengambilan Sampel Bola Salju (Snowball Sampling)


Snowball sampling adalah metode non random sampling yang
menggunakan beberapa kasus untuk membantu mendorong kasus lain untuk
mengambil bagian dalam penelitian, sehingga meningkatkan ukuran sampel.
Pendekatan ini paling dapat diterapkan pada populasi kecil yang sulit diakses
karena sifatnya yang tertutup, mis. perkumpulan rahasia dan profesi yang tidak
dapat diakses (Brewerton & Millward, 2001; Taherdoost, 2016).

Kelebihan dan Kelemahan teknik pengambilan sampel bola salju


▪ Kelebihan: Dapat memperkirakan karakteristik langka
▪ Kekurangannya: Membuang-buang waktu

Pengambilan Sampel Keingingan (Convanience Sampling)


Convenience sampling adalah memilih peserta karena mereka sering tersedia
dengan mudah. Biasanya, convenience sampling cenderung menjadi teknik
sampling yang disukai di kalangan siswa karena murah dan pilihan yang mudah
dibandingkan dengan teknik sampling lainnya (Ackoff, 1953; Taherdoost, 2016).
Convenience sampling sering membantu mengatasi banyak keterbatasan yang
terkait dengan penelitian.

Kelebihan dan Kelemahan teknik pengambilan sampel keputusan


▪ Kelebihan: Paling murah, paling tidak memakan waktu, paling
nyaman
▪ Kekurangannya: Bias pemilihan, sampel tidak representatif, tidak
direkomendasikan dengan penelitian deskriptif atau kasual.

Pengambilan Sampel yang Bertujuan atau Pertimbangan (Purposive or


Judgment Sampling)
Pengambilan sampel purposive atau judgemental adalah strategi di mana
orang atau peristiwa tertentu dipilih dengan sengaja untuk memberikan
informasi penting yang tidak dapat diperoleh dari pilihan lain (Maxwell, 2012).
Di sinilah peneliti memasukkan kasus atau peserta dalam sampel karena mereka
percaya bahwa mereka memerlukan penyertaan (Taherdoost, 2016).

Kelebihan dan Kelemahan teknik pengambilan sampel yang bertujuan


atau pertimbangan
▪ Kelebihan: Biaya rendah, nyaman, tidak memakan waktu, ideal
untuk eksplorasi, desain penelitian.
▪ Kekurangannya: Tidak memungkinkan generalisasi, subjektif.

Tahap 4: Menentukan Ukuran Sampel (Determine Sample Size)


Untuk membuat generalisasi dari sampel acak dan menghindari kesalahan
atau bias pengambilan sampel, sampel acak harus memiliki ukuran yang
memadai. Apa yang memadai tergantung pada beberapa masalah yang sering
membingungkan orang yang melakukan survei untuk pertama kalinya. Hal ini

92
Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH)
Vol. 1 No. 2, 2022: 85-114

karena yang penting di sini bukanlah proporsi populasi penelitian yang


dijadikan sampel, tetapi ukuran absolut sampel yang dipilih relatif terhadap
kompleksitas populasi, tujuan peneliti, dan jenis manipulasi statistik yang akan
digunakan dalam analisis data.
Sementara semakin besar sampel, semakin kecil kemungkinan bahwa
temuan akan menjadi bias, hasil yang semakin berkurang dapat dengan cepat
ditetapkan ketika sampel melebihi ukuran tertentu yang perlu diseimbangkan
dengan sumber daya peneliti (Johnson & Gill, 2010; Taherdoost, 2016). Terus
terang, ukuran sampel yang lebih besar mengurangi kesalahan pengambilan
sampel tetapi pada tingkat yang menurun. Beberapa rumus statistik tersedia
untuk menentukan ukuran sampel.
Ada banyak pendekatan, menggabungkan sejumlah rumus yang berbeda,
untuk menghitung ukuran sampel untuk data kategorikal.

n = p (100-p)z2/E2 …… (1)
Keterangan:
n adalah ukuran sampel yang dibutuhkan
P adalah persentase terjadinya suatu keadaan atau kondisi
E adalah persentase kesalahan maksimum yang diperlukan
Z adalah nilai yang sesuai dengan tingkat kepercayaan yang dibutuhkan

Ada dua faktor kunci untuk formula ini (Kotrlik & Higgins, 2001). Pertama,
ada pertimbangan yang berkaitan dengan estimasi tingkat presisi dan risiko
yang bersedia diterima oleh peneliti:
E adalah margin of error (tingkat presisi) atau risiko yang bersedia diterima
oleh peneliti (misalnya, angka plus atau minus yang dilaporkan dalam hasil
polling surat kabar). Dalam penelitian sosial, margin kesalahan 5% dapat
diterima. Jadi, misalnya, jika dalam survei kepuasan kerja, 40% responden
menyatakan tidak puas akan berada di antara 35% dan 45%. Semakin kecil nilai
E semakin besar ukuran sampel yang diperlukan karena kesalahan sampel secara
teknis berbanding terbalik dengan akar kuadrat dari n, namun sampel yang
besar tidak dapat menjamin presisi (Taherdoost, 2016).
Z menyangkut tingkat keyakinan bahwa hasil yang diungkapkan oleh
temuan survei itu akurat. Apa artinya ini adalah sejauh mana kita dapat yakin
bahwa karakteristik populasi telah diperkirakan secara akurat oleh survei
sampel. Z adalah nilai statistik yang sesuai dengan tingkat kepercayaan yang
dibutuhkan. Gagasan utama di balik ini adalah bahwa jika suatu populasi
dijadikan sampel berulang kali, nilai rata-rata dari suatu variabel atau
pertanyaan yang diperoleh akan sama dengan nilai populasi sebenarnya.
Di dalam alam penelitian manajemen, tingkat kepercayaan umum yang
digunakan adalah 95 persen (0,05: nilai Z sama dengan 1,96) atau 99 persen (0,01:
Z=2,57). Tingkat kepercayaan 95 persen menyiratkan bahwa 95 dari 100 sampel
akan memiliki nilai populasi sebenarnya dalam batas kesalahan (E) yang
ditentukan.
Komponen kunci kedua dari rumus ukuran sampel menyangkut estimasi
varians atau heterogenitas populasi (P). Periset manajemen biasanya

93
Firmansyah, Dede

memperhatikan penentuan ukuran sampel untuk masalah yang melibatkan


estimasi persentase atau proporsi populasi (Zikmund, 2000). Dalam rumus
varians dari suatu proporsi atau persentase kemunculan bagaimana suatu
pertanyaan tertentu, misalnya, akan dijawab adalah P (100-P). Dimana, P =
persentase sampel yang memiliki karakteristik , misalnya 40% responden yang
tidak puas dengan gaji, dan (100-P) adalah persentase (60%) yang tidak memiliki
karakteristik atau keyakinan. Isu utama adalah bagaimana memperkirakan nilai
P sebelum melakukan survei? Taherdoost (2016), menyarankan bahwa peneliti
harus menggunakan 50% sebagai perkiraan P, karena ini akan menghasilkan
maksimalisasi varians dan menghasilkan ukuran sampel maksimum.
Rumus untuk menentukan ukuran sampel, dari populasi hampir tidak
berpengaruh pada seberapa baik sampel tersebut menggambarkan populasi dan
seperti yang dikatakan, sangat tidak biasa untuk itu (fraksi populasi) menjadi
pertimbangan penting ketika memutuskan ukuran sampel (Fowler Jr, 2013).

Tahap 5. Kumpulkan Data (Data Collection)


Setelah populasi sasaran, kerangka pengambilan sampel, teknik
pengambilan sampel dan ukuran sampel telah ditetapkan, langkah selanjutnya
adalah mengumpulkan data.

Tahap 6. Menilai Tingkat Respon (Assess Response Rate)


Response rate adalah jumlah kasus yang setuju untuk mengikuti penelitian.
Kasus-kasus ini diambil dari sampel asli. Pada kenyataannya, sebagian besar
peneliti tidak pernah mencapai tingkat respons 100 persen. Alasan untuk ini
mungkin termasuk penolakan untuk merespons, tidak memenuhi syarat untuk
merespons, ketidakmampuan untuk merespons, atau responden telah
ditemukan tetapi peneliti tidak dapat melakukan kontak. Singkatnya, tingkat
respons penting karena setiap non respons dapat menyebabkan bias sampel
akhir. Menentukan sampel dengan jelas, menggunakan teknik pengambilan
sampel yang tepat dan menghasilkan sampel yang besar, dalam beberapa hal
dapat membantu mengurangi kemungkinan bias sampel.

Artikel 2. Pros And Cons Of Different Sampling Techniques. Authors:


Gaganpreet Sharma. Publisher: International Journal of Applied Research
(IJAR, 2017)

Artikel ini menjelaskan Sampling tecniques yang menekankan bahwa sesuai


dengan ilmu penelitian dan statistika, maka prosedur pengambilan sampel harus
dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor penting seperti (a)
varians populasi, (b) ukuran alam semesta atau populasi, (c) tujuan penelitian,
(d ) presisi dalam hasil yang diinginkan, (e) sifat alam semesta yaitu homogenitas
atau heterogenitas dalam unit penyusunnya, (f) implikasi keuangan penelitian,
(g) sifat dan tujuan penyelidikan, (h) teknik pengambilan sampel yang
digunakan, (i) ketelitian yang dibutuhkan dalam membuat kesimpulan tentang
populasi yang diteliti, dan sebagainya. Selain itu, artikel ini juga lebih

94
Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH)
Vol. 1 No. 2, 2022: 85-114

menejelaskan kelebihan dan kontra (kelebihan atau kekurangang) dari masing-


masing teknik sampel.

Jenis Teknik Pengambilan Sampel


1. Sampel Probabilita (Probability Sampling)
Probability sampling adalah setiap skema sampling di mana probabilitas memilih
setiap individu adalah sama (atau setidaknya diketahui, sehingga dapat
disesuaikan kembali secara matematis). Ini juga disebut pengambilan sampel
acak. Mereka membutuhkan lebih banyak pekerjaan, tetapi jauh lebih akurat
2. Sampel Non-Probabilitas (Non-Probability Sampling)
Teknik pengambilan sampel non-probabilitas sepenuhnya didasarkan pada
penilaian.

Tabel 1. Jenis Teknik Sampling

Probability Sampling Non-Probability


Sampling
Simple Random Sampling Quota Sampling
Systematic Sampling Purposive Sampling
Stratified Sampling Self-Selection Sampling
Cluster Sampling Snowball Sampling
Sumber: Sharma (2017)

Pengambilan Sampel Probabilitas (Probability Sampling)

1. Simple Random Sampling (Sampel Acak Sederhana)


Dalam teknik ini, setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama
untuk dipilih sebagai subjek. Seluruh proses pengambilan sampel dilakukan
dalam satu langkah dengan masing-masing subjek dipilih secara independen
dari anggota populasi lainnya.

1) Keuntungan Pengambilan Sampel Acak Sederhana


▪ Salah satu hal terbaik tentang pengambilan sampel acak sederhana
adalah kemudahan pengumpulannya. Ini juga dianggap sebagai
cara yang adil untuk memilih sampel dari populasi tertentu karena
setiap anggota diberi kesempatan yang sama untuk dipilih.
▪ Fitur kunci lain dari sampling acak sederhana adalah
keterwakilannya dari populasi. Secara teoritis, satu-satunya hal
yang dapat mengkompromikan representasinya adalah
keberuntungan. Jika sampel tidak mewakili populasi, variasi acak
disebut kesalahan sampling.
▪ Pemilihan acak yang tidak bias dan sampel yang representatif
penting untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Ingatlah
bahwa salah satu tujuan penelitian adalah untuk dapat membuat
kesimpulan tentang populasi dari hasil yang diperoleh dari sampel.
Karena keterwakilan sampel yang diperoleh dengan sampling acak

95
Firmansyah, Dede

sederhana, masuk akal untuk menggeneralisasi dari hasil sampel


kembali ke populasi.

2) Kekurangan Pengambilan Sampel Acak Sederhana


Salah satu keterbatasan yang paling jelas dari metode pengambilan
sampel acak sederhana adalah kebutuhannya akan daftar lengkap
semua anggota populasi. Harap diingat bahwa daftar populasi harus
lengkap dan terbaru. Daftar ini biasanya tidak tersedia untuk populasi
besar. Dalam kasus seperti itu, lebih bijaksana untuk menggunakan
teknik sampling lain.

2. Pengambilan Sampel Sistematis


Misalkan N unit dalam populasi diberi nomor 1 sampai N dalam beberapa
urutan. Untuk memilih sampel pada N unit, kami mengambil unit secara acak
dari K unit pertama dan setiap unit kith sesudahnya. Misalnya, jika K adalah 15
dan jika unit pertama yang diambil adalah angka 13, unit berikutnya adalah
angka 28, 43, 58 dan seterusnya. Pemilihan unit pertama menentukan
keseluruhan sampel. Jenis ini disebut sampel sistematik setiap kit.
1) Kelebihan Pengambilan Sampel Sistematis
▪ Menyebarkan sampel secara lebih merata ke seluruh populasi.
▪ Lebih mudah dilakukan daripada sampel acak sederhana.
2) Kekurangan Pengambilan Sampel Sistematis,
Proses seleksi dapat berinteraksi dengan periodik tersembunyi sifat
dalam populasi. Jika teknik pengambilan sampel bertepatan dengan
periodisitas sifat, teknik pengambilan sampel tidak akan lagi acak dan
keterwakilan sampel terganggu.

3. Pengambilan Sampel Bertingkat


Suatu metode pengambilan sampel yang melibatkan pembagian populasi
menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil yang dikenal strata. Dalam
stratified random sampling, strata dibentuk berdasarkan atribut atau karakteristik
bersama anggota. Sebuah sampel acak dari setiap strata diambil dalam jumlah
yang sebanding dengan ukuran strata jika dibandingkan dengan populasi.
Subset dari strata ini kemudian dikumpulkan dari sampel acak.
1) Kelebihan Stratified Sampling
Tujuan dari stratified random sample adalah untuk mengurangi
potensi bias manusia dalam pemilihan kasus untuk dimasukkan dalam
sampel. Akibatnya, sampel acak bertingkat memberi kita sampel yang
sangat mewakili populasi yang sedang dipelajari, dengan asumsi
bahwa ada data yang hilang terbatas. Karena unit yang dipilih untuk
dimasukkan dalam sampel dipilih menggunakan metode probabilistik,
pengambilan sampel acak berlapis memungkinkan kita untuk
membuat generalisasi (yaitu kesimpulan statistik) dari sampel ke
populasi. Ini adalah keuntungan utama karena generalisasi seperti itu
lebih cenderung dianggap memiliki validitas eksternal.

96
Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH)
Vol. 1 No. 2, 2022: 85-114

2) Kekurangan Stratified Sampling


Stratified sampling tidak berguna ketika populasi tidak dapat dipartisi
secara mendalam menjadi subkelompok yang terpisah-pisah. Akan
menjadi kesalahan penerapan teknik untuk membuat ukuran sampel
subkelompok proporsional dengan jumlah data yang tersedia dari
subkelompok, daripada menskalakan ukuran sampel ke ukuran
subkelompok (atau variansnya, jika diketahui bervariasi secara
signifikan, misalnya melalui uji F). Tanggal yang mewakili setiap
subkelompok dianggap sama pentingnya jika variasi yang dicurigai di
antara mereka memerlukan pengambilan sampel bertingkat.
Sebaliknya, jika varians sangat bervariasi, di antara subkelompok
sehingga data perlu distratifikasi berdasarkan varians, tidak ada cara
untuk membuat ukuran sampel subkelompok proporsional (pada saat
yang sama) dengan ukuran subkelompok dengan di jumlah penduduk.
(Apa cara paling efisien untuk mempartisi sumber daya pengambilan
sampel di antara kelompok-kelompok yang bervariasi baik dalam cara
maupun variansnya.

4. Sampling Kelompok (Cluster Sampling or Multi-Stage Sampling)


Kelompok yang terbentuk secara alami dipilih sebagai sampel dalam cluster
sampling. Semua metode pengambilan sampel probabilistik lainnya (seperti
pengambilan sampel acak sederhana, pengambilan sampel bertingkat)
memerlukan kerangka pengambilan sampel dari semua unit pengambilan
sampel, tetapi pengambilan sampel klaster tidak memerlukan itu. Setelah cluster
dipilih, mereka dikompilasi ke dalam bingkai. Sekarang, berbagai penelitian dan
pengamatan probabilistik dilakukan pada kerangka ini dan membutuhkan
kesimpulan yang ditarik.
1) Kelebihan Pengambilan Sampel Cluster
▪ Ekonomi:
Dua perhatian utama pengeluaran dalam hal pengambilan sampel
adalah perjalanan dan pencatatan. Mereka sangat berkurang dalam
hal pengambilan sampel klaster. Contoh: Mengumpulkan informasi
penelitian tentang setiap rumah tangga di kota akan sangat sulit,
sedangkan mengumpulkan informasi tentang berbagai blok kota
akan lebih mudah. Di sini perjalanan serta upaya daftar akan sangat
berkurang.
▪ Variabilitas yang Dikurangi:
Ketika Anda mempertimbangkan perkiraan dengan metode lain dari
pengambilan sampel probabilistik, variabilitas yang berkurang
dalam hasil diamati. Ini mungkin bukan situasi yang ideal setiap
saat. Peningkatan variabilitas dalam hasil diamati dalam
pengambilan sampel klaster.
▪ Kelayakan:
Sekali lagi, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, cluster
sampling adalah metode pengambilan sampel probabilistik yang
memperhitungkan populasi besar. Karena kelompok ini sangat

97
Firmansyah, Dede

besar, mengembangkan teknik pengambilan sampel lainnya akan


menjadi tugas yang sangat sulit. Pengambilan sampel klaster sangat
layak dilakukan ketika Anda berhadapan dengan populasi yang
besar.
2) Kekurangan Pengambilan Sampel Cluster
▪ Biased Sampling: pengambilan sampel yang bias
Jika kelompok dalam populasi yang dipilih sebagai sampel cluster
memiliki pendapat yang bias maka seluruh populasi disimpulkan
memiliki pendapat yang sama. Ini mungkin bukan kasus yang
sebenarnya. Ini adalah kelemahan utama sejauh menyangkut
pengambilan sampel klaster.
▪ Sampling Errors: kesalahan pengambilan sampel
Metode probabilistik lainnya memberikan error yang lebih kecil
daripada cluster sampling. Untuk alasan ini, pengambilan sampel
klaster tidak disarankan untuk pemula.

Pengambilan Sampel Non-Probabilitas (Non Probabiliy Sampling)

1. Pengambilan Sampel Kuota (Quota Sampling)


Dengan pengambilan sampel kuota proporsional, tujuannya adalah untuk
mendapatkan sampel di mana strata (kelompok) yang dipelajari (misalnya siswa
laki-laki vs perempuan) sebanding dengan populasi yang diteliti. Jika kita
menguji perbedaan siswa laki-laki dan perempuan.
1) Kelebihan Pengambilan Sampel Kuota
Pengambilan sampel kuota sangat berguna ketika Peneliti tidak dapat
memperoleh sampel probabilitas, tetapi Peneliti masih mencoba
membuat sampel yang mewakili populasi yang sedang dipelajari.
Dalam hal ini, ini adalah ekuivalen berbasis nonprobabilitas dari
sampel acak bertingkat. Tidak seperti teknik pengambilan sampel
probabilitas, khususnya pengambilan sampel acak berlapis,
pengambilan sampel kuota jauh lebih cepat dan mudah dilakukan
karena tidak memerlukan kerangka pengambilan sampel dan
penggunaan teknik pengambilan sampel acak yang ketat (yaitu teknik
pengambilan sampel probabilitas).
Hal ini membuat pengambilan sampel kuota populer di disertasi
tingkat sarjana dan magister di mana ada kebutuhan untuk membagi
populasi yang dipelajari ke dalam strata (kelompok). Sampel kuota
meningkatkan representasi strata (kelompok) tertentu dalam populasi,
serta memastikan bahwa strata ini tidak terlalu terwakili.
2) Kekurangan Pengambilan Sampel Cluster
Dalam pengambilan sampel kuota, sampel tidak dipilih menggunakan
pemilihan acak, yang membuat tidak mungkin untuk menentukan
kemungkinan kesalahan sampling. Memang, ada kemungkinan bahwa
pemilihan unit yang akan dimasukkan dalam sampel akan didasarkan
pada pertimbangan kemudahan akses dan biaya, yang mengakibatkan
bias pengambilan sampel. Ini juga berarti bahwa tidak mungkin

98
Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH)
Vol. 1 No. 2, 2022: 85-114

membuat generalisasi (yaitu kesimpulan statistik) dari sampel ke


populasi. Hal ini dapat menyebabkan masalah validitas eksternal.
Selain itu, dengan pengambilan sampel kuota harus dimungkinkan
untuk secara jelas membagi populasi ke dalam strata; yaitu, setiap unit
dari populasi hanya boleh dimiliki oleh satu strata.

2. Purposive Sampling
Purposive sampling, juga dikenal sebagai pengambilan sampel penilaian,
selektif atau subjektif, mencerminkan sekelompok teknik pengambilan sampel
yang mengandalkan penilaian peneliti ketika datang untuk memilih unit
(misalnya orang, kasus/organisasi, peristiwa, potongan data) yang akan
dipelajari. Teknik purposive sampling ini meliputi sampling variasi maksimum,
sampling homogen dan sampling kasus tipikal; pengambilan sampel kasus
ekstrem (menyimpang), pengambilan sampel populasi total dan pengambilan
sampel pakar.
1) Kelebihan Pengambilan Sampel Purposive
▪ Sementara berbagai teknik purposive sampling masing-masing
memiliki tujuan yang berbeda, mereka dapat memberikan para
peneliti pembenaran untuk membuat generalisasi dari sampel yang
sedang dipelajari, apakah generalisasi tersebut bersifat teoritis,
analitik dan logis. Namun, karena masing-masing jenis purposive
sampling ini berbeda dalam hal sifat dan kemampuan untuk
membuat generalisasi, Anda harus membaca artikel tentang masing-
masing teknik purposive sampling ini untuk memahami
keuntungan relatifnya.
▪ Desain penelitian kualitatif dapat melibatkan beberapa fase, dengan
setiap fase membangun fase sebelumnya. Dalam kasus seperti itu,
jenis teknik pengambilan sampel yang berbeda mungkin diperlukan
pada setiap fase. Pengambilan sampel purposive berguna dalam
kasus ini karena menyediakan berbagai teknik pengambilan sampel
non-probabilitas bagi peneliti untuk menggambar. Misalnya
pengambilan sampel kasus kritis dapat digunakan untuk
menyelidiki apakah suatu fenomena layak diselidiki lebih lanjut,
sebelum mengadopsi pendekatan pengambilan sampel ahli untuk
memeriksa masalah spesifik lebih lanjut.
2) Kelemahan Pengambilan Sampel Purposive
▪ Sample purposive, terlepas dari jenis purposive sampling yang
digunakan, dapat sangat rentan terhadap bias peneliti. Gagasan
bahwa sampel purposive telah dibuat berdasarkan penilaian peneliti
bukanlah pertahanan yang baik dalam hal mengurangi
kemungkinan bias peneliti, terutama bila dibandingkan dengan
teknik pengambilan sampel probabilitas yang dirancang untuk
mengurangi bias tersebut. Namun, komponen subjektif yang
menghakimi dari pengambilan sampel tujuan ini hanya merupakan
kerugian besar ketika penilaian semacam itu tidak dipahami dengan
baik atau tidak dipertimbangkan dengan baik; yaitu, di mana

99
Firmansyah, Dede

penilaian belum didasarkan pada kriteria yang jelas, apakah


kerangka teoritis, elisitasi ahli atau beberapa kriteria lain yang
diterima.
▪ Sifat pemilihan unit berdasarkan subyektif dan non-probabilitas
(yaitu memilih orang, kasus/organisasi, dll.) dalam pengambilan
sampel bertujuan berarti sulit untuk mempertahankan keterwakilan
sampel. Dengan kata lain, mungkin sulit untuk meyakinkan
pembaca bahwa penilaian yang Anda gunakan untuk memilih unit
yang akan dipelajari adalah tepat. Untuk alasan ini, mungkin juga
sulit untuk meyakinkan pembaca bahwa penelitian yang
menggunakan purposive sampling mencapai generalisasi
teoretis/analitik/logis. Lagi pula, jika unit yang berbeda telah
dipilih, akankah hasil dan generalisasi apa pun?

3. Pengambilan Sampel Pilihan Sendiri (Self-Selection Sampling)


Self-selection sampling adalah tepat ketika kita ingin membiarkan unit atau
kasus, baik individu atau organisasi untuk memilih untuk mengambil bagian
dalam penelitian atas kemauan mereka sendiri. Komponen kuncinya adalah
bahwa subjek penelitian secara sukarela mengambil bagian dalam penelitian
daripada didekati oleh peneliti secara langsung.
1) Kelebihan Pengambilan Sampel Pilihan Sendiri
▪ Ini dapat mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk
mencari unit (atau kasus) yang sesuai; yaitu, individu atau
organisasi yang memenuhi kriteria seleksi yang diperlukan untuk
sampel Anda.
▪ Unit atau kasus potensial kemungkinan besar akan berkomitmen
untuk mengambil bagian dalam penelitian, yang dapat membantu
meningkatkan kehadiran dan kemauan yang lebih besar untuk
memberikan lebih banyak wawasan tentang fenomena yang
sedang dipelajari.

2) Kelemahan pengambilan sampel pilihan sendiri


Karena subjek penelitian potensial (atau organisasi) secara sukarela
mengambil bagian dalam survei:
▪ Kemungkinan ada tingkat bias seleksi diri. Misalnya, keputusan
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini mungkin mencerminkan
beberapa bias yang melekat dalam karakteristik/sifat peserta
(misalnya, seorang karyawan dengan 'keriput di bahunya' yang
ingin memberikan pendapat).
▪ Hal ini dapat menyebabkan sampel tidak mewakili populasi yang
sedang dipelajari atau melebih-lebihkan beberapa temuan tertentu
dari penelitian.

4. Pengambilan Sampel Bola Salju


Dalam penelitian sosiologi dan statistik, pengambilan sampel bola salju
atau pengambilan sampel berantai, pengambilan sampel rujukan berantai adalah
teknik pengambilan sampel non-probabilitas di mana subjek penelitian yang ada
100
Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH)
Vol. 1 No. 2, 2022: 85-114

merekrut subjek masa depan dari antara kenalan mereka. Dengan demikian
kelompok sampel tampak tumbuh seperti bola salju yang menggelinding.
Sebagai sampel membangun, data yang cukup dikumpulkan untuk berguna
untuk penelitian. Teknik pengambilan sampel ini sering digunakan pada
populasi tersembunyi yang sulit diakses oleh peneliti.
1) Kelebihan Pengambilan Sampel Bola Salju
▪ Sulit untuk mengidentifikasi unit untuk dimasukkan dalam sampel
Peneliti, mungkin karena tidak ada daftar populasi yang jelas yang
Peneliti minati.
▪ Mungkin tidak ada cara lain untuk mengakses sampel Anda,
menjadikan pohon muda bola salju sebagai satu-satunya pilihan
strategi pengambilan sampel yang layak.
2) Kekurangan Pengambilan Sampel Bola Salju
Karena pengambilan sampel bola salju tidak memilih unit untuk
dimasukkan dalam sampel berdasarkan pemilihan acak, tidak seperti
teknik pengambilan sampel probabilitas, tidak mungkin untuk
menentukan kemungkinan kesalahan pengambilan sampel dan
membuat generalisasi (yaitu kesimpulan statistik) dari sampel ke
populasi. Dengan demikian, sampel bola salju tidak boleh dianggap
mewakili populasi yang sedang dipelajari.

Artikel 3. Common Survey Sampling Techniques. Authors: Mary Hibbert, R.


Burke Johnson, dan Kenneth Hudment. Publisher: Handbook of Survey
Methodology for the Social Science. Springer Science + Media Business
(Springer, 2012)
Artikel ini secara khusus memberikan perhatian khusus pada masalah
pengambilan sampel dalam penelitian survey, juga secara singkat menjelaskan
metode pengambilan sampel tambahan yang digunakan dalam jenis penelitian
lain. Penjelasan dimulai dengan memberikan memaparkan metode sampling
probabilitas dan non probabilitas yang biasa digunakan dalam peneltiian
kuantitatif.

Probabilitas atau Metode Pengambilan Sampel Acak (Probability or Random


Sampling Methods)

1. Penarikan Sampel acak Sederhana (Simple Random Sampling)


Pengambilan sampel acak sederhana adalah titik awal yang wajar dalam
diskusi pengambilan sampel karena merupakan bentuk pengambilan sampel
acak yang paling sederhana dan berfungsi sebagai dasar bagi banyak metode
pengambilan sampel acak lainnya. Setiap teknik random sampling
menggunakan simple random sampling pada beberapa titik selama proses
pengambilan sampel. Simple random sampling adalah teknik dengan sifat
bahwa setiap elemen dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
dimasukkan dalam sampel. Sampel sering disebut sampel acak sederhana.
101
Firmansyah, Dede

Ketika setiap sampel yang mungkin dari ukuran tertentu atau setiap elemen
dalam suatu populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel,
metode pengambilan sampel secara luas dikenal sebagai metode pemilihan
probabilitas yang sama (EPSEM) (Groves et al., 2011; Hibberts et al., 2012).
Terkadang sampel tertentu berukuran 10 mungkin lebih dekat dengan
parameter populasi daripada sampel berukuran 25 karena variabilitas peluang,
tetapi dalam jangka panjang, semakin besar sampel semakin baik. Jika seorang
peneliti menggambar sejumlah tak hingga sampel berukuran n dari suatu
populasi, menentukan rata-rata untuk setiap sampel, dan memplot semua mean
sampel yang diturunkan secara empiris, distribusinya akan mengikuti distribusi
normal; distribusi ini disebut distribusi sampling dari mean. Rata-rata dari
distribusi sampling ini akan sama dengan rata-rata populasi (l), dan akan
terdistribusi secara normal. Karena distribusi normal, kita tahu bahwa sebagian
besar waktu rata-rata sampel akan relatif dekat dengan rata-rata populasi dan
nilai-nilai yang lebih ekstrim akan lebih jarang ditemukan.

2. Pengambil Sampel Sistematis (Systematic Sampling)


Metode pengambilan sampel lain yang mencakup proses acak adalah
pengambilan sampel sistematik. Metode ini digunakan dengan daftar (di mana
daftar tersebut merupakan kerangka sampling yang sesuai), daftar tersebut
dapat diurutkan atau tidak diurutkan. Dengan pengambilan sampel sistematis,
seseorang menentukan ukuran interval pengambilan sampel (k), memilih titik
awal acak antara 1 dan k, dan kemudian memilih setiap elemen ke-k untuk
dimasukkan dalam sampel. Seperti sampling acak sederhana, sampling
sistematis adalah EPSEM, tetapi dengan satu perbedaan. Meskipun setiap
elemen dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk dimasukkan ke
dalam sampel, namun peluang berbagai kombinasi elemen sampel untuk
dimasukkan tidak sama. Untuk mendapatkan galat baku penduga yang
digunakan dalam analisis statistik berdasarkan sampling sistematik, beberapa
asumsi harus dibuat. Jika peneliti dapat mengasumsikan bahwa daftar tersebut
diurutkan secara acak, kesalahan standar dengan asumsi pengambilan sampel
acak sederhana dapat digunakan. Jika daftar tersebut bertingkat (dibahas di
bawah), kesalahan standar berdasarkan pengambilan sampel bertingkat harus
digunakan.
Pertama, tentukan interval sampling (dilambangkan dengan k) dengan
membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang diinginkan (yaitu, N/n).
Kedua, menggunakan proses acak, pilih titik awal (yaitu, angka antara 1 dan k,
inklusif). Ketiga, mulai dengan elemen titik awal yang dipilih secara acak, lalu
pilih setiap elemen ke-k dari daftar. Himpunan elemen yang dipilih merupakan
sampel. Metode pengambilan sampel ini sering digunakan ketika kerangka
pengambilan sampel adalah daftar (misalnya, daftar nama, daftar sekolah, daftar
produk, dan lain-lain).
Berikut adalah contoh hipotetis untuk demonstrasi. Misalkan ada 50
karyawan di perusahaan periklanan XYZ di mana Anda melakukan beberapa
pekerjaan konsultasi tentang dinamika kelompok dan kerja tim. Anda
menentukan bahwa Anda ingin memilih lima karyawan untuk memimpin

102
Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH)
Vol. 1 No. 2, 2022: 85-114

proyek kelompok kecil. Anda memiliki daftar nama semua 50 karyawan dan
Anda telah menetapkan nomor untuk setiap orang dalam daftar. Sekarang ikuti
tiga langkah. Pertama, tentukan interval sampling, k. Untuk menentukan k, bagi
ukuran populasi (N = 50) dengan ukuran sampel yang Peneliti inginkan (n = 5).
Membagi 50 dengan 5 Anda akan melihat bahwa interval pengambilan sampel
Peneliti adalah 10 (k = 10). Kedua, dapatkan titik awal. Untuk melakukan ini,
gunakan salah satu generator nomor acak yang disebutkan sebelumnya dan pilih
secara acak nomor antara 1 dan k, yaitu antara 1 dan 10 (termasuk 1 dan 10).
Mungkin Peneliti secara acak memilih nomor 6. Anggota pertama dari sampel
Anda adalah orang bernomor 6 dalam daftar Peneliti. Ketiga, pilih sisa sampel
sistematis. Dimulai dengan orang 6, turun ke daftar, pilih setiap orang ke-k.
Anggota kedua dari sampel Anda adalah orang 16 (6 ? 10 = 16), yang ketiga
adalah orang 26 (16 ? 10 = 26), yang keempat adalah orang 36 (26 ? 10 = 36), dan
anggota kelima dan terakhir adalah orang 46 (36 ? 10 = 46). Sampel acak
sistematik Peneliti terdiri dari orang 6, 16, 26, 36, dan 46. Itu adalah lima orang.

3. Pengambilan Sampel Acak Bertingkat (Stratified Random Sampling)


Stratified sampling adalah metode pengambilan sampel di mana suatu
populasi dibagi menjadi kelompok-kelompok yang saling eksklusif (disebut
strata), dan kemudian sampel acak sederhana atau sampel sistematis dipilih dari
masing-masing kelompok (setiap strata). Misalnya, Anda dapat membagi
populasi siswa sekolah menengah atas menjadi mahasiswa baru, mahasiswa
tahun kedua, junior, dan senior dan kemudian mengambil sampel acak dari
setiap kelompok. Dalam contoh yang baru saja disebutkan, variabel stratifikasi
adalah tahun sekolah menengah. Variabel stratifikasi dapat bersifat kategoris
(misalnya, etnis, agama, jenis kelamin) atau kuantitatif (misalnya, pendapatan
keluarga, usia, kecerdasan, waktu) dan peneliti dapat mengatur kerangka
sampling dengan satu atau, lebih sering, beberapa variabel stratifikasi.
1) Pengambilan sampel bertingkat proporsional (Proportional stratified
sampling)
Pengambilan sampel bertingkat proporsional (juga disebut
stratifikasi proporsional dan pengambilan sampel bertingkat dengan
alokasi proporsional) adalah salah satu bentuk pengambilan sampel
bertingkat yang paling umum diterapkan. Dalam sampling stratified
proporsional, peneliti membuat kerangka sampling stratified,
menentukan ukuran sampel untuk strata sedemikian rupa sehingga
ukuran sampel sebanding dengan ukuran strata populasi, dan
kemudian memilih sampel acak dengan ukuran yang sesuai dari setiap
strata. Akibatnya, strata sampel akan sebanding dengan ukurannya
dalam populasi dan acak dalam segala hal lainnya.
Jika proporsi gender dalam populasi adalah 0,45 laki-laki dan 0,55
perempuan, proporsi tersebut akan dipaksakan pada sampel.
Stratifikasi sampel akan mencerminkan stratifikasi populasi pada
variabel stratifikasi yang digunakan, dan itu akan mencerminkan
sampel acak sederhana dalam setiap cara lain (jika pengambilan sampel
acak digunakan untuk mendapatkan elemen dari setiap strata). Ambil

103
Firmansyah, Dede

contoh strata tingkat kelas kami dari atas. (pada artikel ini akan
menggunakan persentase daripada proporsi kali ini.) Jika kelas adalah
variabel stratifikasi maka proporsi mahasiswa baru, mahasiswa tahun
kedua, junior, dan senior dalam sampel kami akan sama dengan
proporsi mahasiswa baru, mahasiswa tahun kedua, junior, dan senior
di populasi sekolah menengah yang sebenarnya.
Peneliti dapat menggunakan banyak variabel stratifikasi yang
berbeda dan berganda untuk menstratifikasi sampel seperti jenis
kelamin, afiliasi politik, agama, tingkat pendapatan, dan pendidikan.
Jika Anda memilih untuk memilih sampel Anda menggunakan
stratified random sampling, Peneliti dapat yakin bahwa sampelnyajuga
akan mewakili populasi pada semua variabel lain yang tidak
digunakan sebagai variabel stratifikasi karena Peneliti masih
menggunakan simple random sampling dalam setiap strata populasi.
Penting untuk dicatat bahwa proporsional stratified sampling adalah
probabilitas yang sama dari metode seleksi yang berarti bahwa setiap
individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
dimasukkan dalam sampel. Akibatnya, sampling stratifikasi
proporsional menghasilkan sampel yang mewakili populasi dari mana
mereka diambil.

2) Pengambilan sampel bertingkat yang tidak proporsional


(Disproportional stratified sampling)
Sampel berstratifikasi disproporsional adalah jenis pengambilan
sampel bertingkat dimana proporsi sampel dibuat berbeda dengan
proporsi populasi pada variabel stratifikasi. Misalnya, seorang peneliti
mungkin tertarik untuk memilih sampel narapidana dari penjara
negara bagian di mana mayoritas populasi narapidana adalah laki-laki.
Peneliti, bagaimanapun, menginginkan ukuran sampel yang baik
untuk laki-laki dan perempuan dan memutuskan untuk memilih
sampel yang setengah laki-laki dan setengah perempuan. Dalam hal
ini, dia perlu mengambil sampel populasi wanita dan populasi
narapidana pria; sampel terakhirnya akan tidak proporsional dengan
populasi aslinya, dan metodenya tidak akan menjadi EPSEM.
Jenis pengambilan sampel ini kadang-kadang digunakan ketika
kepentingannya adalah untuk membandingkan kelompok daripada
membuat generalisasi statistik dari sampel ke populasi. Generalisasi ke
populasi total dimungkinkan dengan pengambilan sampel bertingkat
yang tidak proporsional, tetapi Anda harus menggunakan prosedur
pembobotan dalam analisis (dibahas di bawah). Situasi lain yang
mungkin memerlukan pengambilan sampel yang tidak proporsional
adalah ketika Anda memiliki kelompok yang sangat kecil dalam suatu
populasi. Jika ini masalahnya, Peneliti mungkin perlu mengambil
sampel lebih banyak dari kelompok-kelompok kecil untuk memastikan
bahwa Peneliti memiliki ukuran sampel yang memadai.
Poin penting untuk dipahami di sini adalah bahwa ketika Peneliti
menggunakan pengambilan sampel bertingkat yang tidak
104
Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH)
Vol. 1 No. 2, 2022: 85-114

proporsional, Peneliti tidak dapat membuat generalisasi langsung dari


sampel Peneliti ke populasi kecuali jika Anda menggunakan prosedur
pembobotan karena strata sampel tidak secara akurat mencerminkan
proporsi dalam populasi. Pembobotan adalah prosedur statistik yang
digunakan selama analisis data yang memberikan bobot yang lebih
besar untuk strata yang lebih besar dan bobot yang lebih kecil untuk
strata yang lebih kecil untuk mencerminkan proporsi sebenarnya
dalam populasi. Namun, Peneliti dapat membuat perbandingan antar
kelompok tanpa mengkhawatirkan pembobotan.

4. Pengambilan Sampel Klaster (Cluster Sampling)


Jenis utama ketiga dari sampling acak disebut cluster sampling. Jenis
pengambilan sampel ini melibatkan pemilihan acak kelompok elemen (misalnya,
kota, bisnis, gereja, sekolah) dari kerangka sampel kelompok daripada pemilihan
elemen individu (misalnya, walikota, pekerja, pengunjung gereja, siswa). Cluster
adalah unit kolektif yang mencakup banyak elemen. Misalnya, lingkungan
adalah cluster karena terdiri dari banyak keluarga atau, lebih khusus, individu.
Sebuah keluarga juga dapat dianggap sebagai cluster karena terdiri dari
beberapa anggota.
Sampai saat ini, metode pengambilan sampel telah melibatkan
pengambilan sampel unit tunggal daripada unit kolektif. Sebagai aturan umum,
pengambilan sampel klaster selalu melibatkan pemilihan klaster secara acak di
beberapa titik, daripada elemen unit tunggal. Dalam pengambilan sampel
klaster, misalnya, seorang peneliti mungkin secara acak memilih sekolah dari
distrik atau wilayah sekolah. Bentuk sampling cluster yang paling sederhana
persis seperti sampling acak sederhana dengan satu perbedaan utama—cluster
dipilih secara acak, bukan unit/elemen individual.
Pengambilan sampel klaster membutuhkan ukuran sampel yang lebih
besar daripada pengambilan sampel acak sederhana dan pengambilan sampel
bertingkat dan itu kurang akurat untuk ukuran sampel tertentu dan dengan
demikian dapat menghasilkan kesalahan pengambilan sampel yang lebih besar.
Kelemahan ini dapat diatasi dengan meningkatkan ukuran sampel dan jumlah
cluster. Namun, ada banyak situasi di mana pengambilan sampel klaster adalah
metode yang ideal. Misalnya, pengambilan sampel klaster biasanya lebih disukai
ketika populasi sasaran secara geografis beragam dan peneliti perlu melakukan
wawancara langsung. Dalam situasi ini, mengelompokkan biaya, dan
mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk mewawancarai seluruh
sampel secara fisik. Misalnya, populasi Anda tersebar secara geografis seperti
semua individu di Amerika Serikat. Pengambilan sampel klaster akan jauh lebih
efisien daripada mengemudi secara fisik ke rumah setiap individu yang dipilih
dari pengambilan sampel acak sederhana!

Metode Pengambilan Sampel Non-acak (Nonrandom Sampling Methods)


Meskipun metode pengambilan sampel nonrandom jarang sesuai dalam
penelitian survey (Hibberts et al., 2012), pada artikel ini dibahas secara singkat

105
Firmansyah, Dede

di sini untuk memberikan tinjauan yang relatif komprehensif tentang metode


pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian (Christensen et al., 2011).

1. Pengambilan Sampel Keinginan dan Kemudahan (Convenience sampling)


Convenience sampling digunakan ketika seorang peneliti memilih sampelnya
hanya dengan memasukkan orang-orang yang tersedia atau dapat dengan
mudah direkrut untuk berpartisipasi dalam penelitian. Catatan penting tentang
convenience sampling adalah Peneliti tidak dapat membuat generalisasi statistik
dari penelitian yang bergantung pada convenience sampling (Hibberts et al., 2012).
Faktanya, ketika convenience sampling digunakan, sulit jika bukan tidak mungkin
untuk mengidentifikasi dari populasi mana “sampel” itu berasal. Masalah
kenyamanan adalah bahwa apapun populasinya, dapat dipastikan bahwa tidak
setiap elemen memiliki kesempatan yang sama untuk diikutsertakan dalam
penelitian. Ini bukan metode pemilihan probabilitas yang sama.

2. Pengambilan Sampel Kuota (Quota Sampling)


Pengambilan sampel kuota adalah jenis pengambilan sampel nonrandom
yang melibatkan identifikasi kelompok dalam suatu populasi, jumlah orang
yang harus dimasukkan dalam setiap kelompok untuk membentuk ''sampel
ideal'', dan kemudian pemilihan sampel tersebut menggunakan convenience
sampling. Dengan kata lain, peneliti memutuskan berapa banyak orang yang
akan dimasukkan dalam sampel tertentu, serta subkelompok sampel itu, dan
kemudian menggunakan convenience sampling sampai dia “memenuhi kuota”
untuk setiap kelompok. Terkadang, seorang peneliti mungkin menginginkan
sampel yang sebanding dengan subkelompok populasi alami. Dalam hal ini,
prosedur pengambilan sampel mungkin tampak serupa dengan pengambilan
sampel bertingkat proporsional; namun, ada perbedaan besar.
Quota sampling bergantung pada convenience sampling untuk memilih
elemen dalam kelompok, sedangkan proporsional stratified sampling
menggunakan teknik simple random sampling untuk memilih kasus dalam
kelompok/strata. Oleh karena itu, generalisasi dari pengambilan sampel kuota
tidak dibenarkan (Hibberts et al., 2012).
Convenience sampling harus selalu dihindari dalam penelitian survei. Jika
Anda melakukan jenis penelitian yang berbeda (misalnya, penelitian
eksperimental) dan mengandalkan pengambilan sampel yang praktis, penting
bagi Anda untuk memberikan deskripsi rinci tentang karakteristik sampel
(misalnya, karakteristik demografis) dalam laporan penelitian Anda. Beberapa
peneliti mencoba untuk menggambarkan populasi hipotetis bahwa sampel
kenyamanan mungkin cukup terkait dengannya. Pada akhirnya, bagaimanapun,
terserah kepada pembaca untuk memeriksa dengan cermat karakteristik
karakteristik sampel kenyamanan yang dilaporkan dan membuat keputusan
tentang siapa yang mereka yakini dapat diwakili oleh sampel tersebut.

3. Pengambilan Sampel Bertujuan (Purposive Sampling)


Teknik pengambilan sampel nonrandom lain yang sering digunakan dalam
penelitian eksperimental disebut purposive sampling. Seorang peneliti
eksperimental menggunakan purposive sampling ketika dia mengetahui
106
Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH)
Vol. 1 No. 2, 2022: 85-114

karakteristik populasi target dan kemudian mencari individu tertentu yang


memiliki karakteristik tersebut untuk dimasukkan dalam sampel. Misalnya,
mungkin seorang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pemrosesan memori jangka pendek pada orang dewasa muda yang menderita
cedera otak kepala tertutup. Individu yang memenuhi kriteria khusus ini sulit
ditemukan. Peneliti dapat mengunjungi rumah sakit dan pusat rehabilitasi
setempat untuk menemukan individu yang memiliki karakteristik yang
diinginkan dan meminta mereka untuk berpartisipasi. Peneliti akan melanjutkan
proses ini sampai jumlah orang yang cukup telah setuju untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini. Singkatnya, purposive sampling melibatkan pencarian
individu tertentu yang memenuhi kriteria tertentu untuk berpartisipasi dalam
studi penelitian.
Berikut adalah contoh purposive sampling dari artikel penelitian yang
diterbitkan: Enam wanita muda dengan ketidakmampuan belajar dari enam
distrik sekolah pedesaan dan non-pedesaan yang berbeda di negara bagian
Northwestern menyusun sampel untuk penelitian ini.… Kami menggunakan
metode purposive sampling untuk memilih peserta…Peserta dinominasikan
oleh guru pendidikan khusus dan secara khusus dipilih untuk memenuhi tujuan
tertentu. kriteria pengambilan sampel, antara lain: (a) menerima layanan
pendidikan khusus di sekolah menengah umum, (b) lulus sekolah menengah
atas dengan ijazah sekolah menengah atas standar, (c) mengikuti program
pelatihan kerja selama minimal 1 tahun , (d) memenuhi syarat untuk layanan
rehabilitasi kejuruan dan berpartisipasi dalam pengembangan rencana kerja
individual, dan (e) dipekerjakan setidaknya 30 jam per minggu pada saat
pengumpulan data awal (Lindstrom & Benz, 2002; Hibberts et al., 2012).
Purposive sampling memiliki keterbatasan yang sama seperti semua teknik
nonrandom sampling. Karena purposive sampling bukanlah EPSEM,
generalisasi dari satu studi penelitian tertentu ke populasi akan keliru. Situasi
purposive sampling yang ideal akan melibatkan identifikasi individu dengan
karakteristik target dan kemudian secara acak memilih sampel dari orang-orang
tersebut. Sayangnya, ini tidak praktis atau mungkin dalam banyak situasi
(Hibberts et al., 2012).

4. Pengambilan Sampel Rujukan (Referral Sampling)


Para peneliti yang melakukan penelitian dengan populasi sampel yang sulit
sering kali mengandalkan beberapa bentuk pengambilan sampel rujukan untuk
merekrut subjek untuk penelitian mereka. Dua jenis metode sampling rujukan
adalah sampling jaringan dan sampling bola salju (Hibberts et al., 2012).
Jaringan Sampling Ketika menggunakan jaringan sampling peneliti mulai
dengan memperoleh sampel probabilitas dari beberapa populasi besar yang
mungkin memiliki beberapa koneksi ke populasi target. Anggota sampel
probabilitas awal kemudian diminta untuk memberikan informasi kontak untuk
anggota populasi target. Sebagai contoh, seorang peneliti yang ingin
mendapatkan sampel mahasiswa musisi dapat memulai dengan sampel acak
sederhana mahasiswa. Siswa yang dipilih dalam sampel probabilitas awal akan
ditanya apakah mereka memainkan alat musik dan apakah mereka mengenal

107
Firmansyah, Dede

siswa lain yang juga memainkan alat musik. Data dalam sampel penyaringan
awal dapat digunakan untuk memperkirakan proporsi siswa yang berprofesi
sebagai musisi dan untuk memperoleh informasi kontak untuk kasus-kasus
tambahan yang akan meningkatkan ukuran sampel.
Pengambilan Sampel Bola Salju Dalam pengambilan sampel bola salju, juga
digambarkan sebagai pengambilan sampel rujukan berantai, setiap peserta
penelitian yang menjadi sukarelawan dalam studi penelitian diminta untuk
mengidentifikasi satu atau lebih orang tambahan yang memenuhi karakteristik
tertentu dan mungkin bersedia untuk berpartisipasi dalam studi penelitian.

5. Pengambilan Sampel Sukarelawan (Volunteer Sampling)


Mungkin bentuk pengambilan sampel yang paling umum ditemui di media
adalah pengambilan sampel sukarela (yaitu, di mana orang-orang meminta
untuk dimasukkan dalam sampel dan dimasukkan). Metode pengambilan
sampel ini banyak digunakan dalam acara bincang-bincang politik di mana
pemirsa diundang untuk menelepon atau mengirim pesan teks yang
menunjukkan dukungan atau penentangan mereka terhadap posisi atau
proposal tertentu. Hal ini juga ditemukan dalam survei di mana peneliti
memposting selebaran atau pamflet yang mengundang orang untuk
berpartisipasi dalam penelitian.
Data yang dikumpulkan dalam sampel tersebut biasanya memiliki sedikit
atau tidak ada nilai karena dua alasan. Pertama, bahkan jika kita mendefinisikan
populasi sebagai semua orang yang menonton atau mendengarkan siaran,
jumlahnya tidak diketahui. Kedua, jenis ajakan ini sangat rentan terhadap bias
pemilihan sampel (dibahas di bawah).

Seleksi Acak dan Tugas Acak (Random Selection and Random Assignment)
Sangat penting untuk memahami perbedaan antara pemilihan acak dan
penugasan acak. Kami telah fokus pada pemilihan acak yang hanyalah nama lain
untuk pengambilan sampel acak. Seleksi acak melibatkan pemilihan secara acak
peserta dari populasi untuk dimasukkan dalam sampel.
Untuk meninjau, pengambilan sampel acak seperti menarik satu set nama dari
topi. Kami membahas tiga metode utama pengambilan sampel acak:
pengambilan sampel sistematik, pengambilan sampel bertingkat, dan
pengambilan sampel klaster. Ide kuncinya di sini adalah: tujuan pemilihan acak
adalah untuk mendapatkan sampel yang representatif yang memungkinkan
Peneliti memperkirakan karakteristik populasi berdasarkan karakteristik
sampel. Jenis generalisasi ini disebut generalisasi statistik (Shadish et al., 2002).
Membuat generalisasi statistik adalah tujuan dari hampir semua penelitian
survei.
Penugasan acak melibatkan menempatkan peserta ke dalam kelompok
eksperimen dan kontrol sedemikian rupa sehingga setiap individu dalam setiap
kelompok ditugaskan sepenuhnya secara kebetulan. Sebaliknya, setiap subjek
memiliki probabilitas yang sama untuk ditempatkan di setiap kelompok. Poin
kunci di sini adalah bahwa penugasan acak hanya digunakan dalam penelitian
eksperimental, dan ini memungkinkan para peneliti untuk membuat kesimpulan

108
Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH)
Vol. 1 No. 2, 2022: 85-114

sebab dan akibat yang kuat dari eksperimen. Saat menggunakan penugasan
acak, peneliti mengambil sebuah kelompok (misalnya, biasanya sampel praktis)
dan secara acak membaginya menjadi dua atau lebih kelompok yang setara
secara probabilistik untuk digunakan dalam percobaan.
Tujuan dari penugasan acak adalah untuk membuat kelompok
pembanding yang sama pada ''semua faktor yang mungkin'' di awal percobaan.
Jika hal ini terjadi, peneliti dapat memperkenalkan pengobatan dan kemudian
menghubungkan perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok
yang ditemukan pada posttest dengan pengaruh variabel independen; itu karena
variabel bebas adalah satu-satunya variabel di mana kelompok-kelompok secara
sistematis berbeda. Misalnya, Anda mungkin secara acak menetapkan peserta ke
kelompok eksperimen yang menerima pil atau kelompok kontrol yang
menerima plasebo. Karena Anda menggunakan tugas acak, Anda dapat
mengasumsikan bahwa kelompoknya sama kecuali untuk satu variabel yang
Anda manipulasi (yaitu, pil) dan mengaitkan perubahan perilaku dengan
variabel tersebut. Secara teknis, kita tahu bahwa penugasan acak bekerja di
seluruh penugasan berulang dalam jangka panjang; itu mungkin, tetapi tidak
mungkin, bahwa perbedaan besar mungkin terjadi secara kebetulan dalam satu
contoh penugasan acak. Perhatikan bahwa sampel yang dipilih secara acak
jarang digunakan dalam penelitian eksperimental; dengan demikian,
generalisasi statistik dari eksperimen tunggal seperti ini adalah keliru. Strategi
yang biasanya digunakan peneliti eksperimental untuk menggeneralisasi adalah
replikasi temuan penelitian eksperimental.

Menentukan Ukuran Sampel


Ketika Pengambilan Sampel Acak Digunakan Saat melakukan studi
penelitian, keputusan kuncinya adalah memutuskan ukuran sampel yang sesuai.
Jawaban paling sederhana adalah semakin besar sampel semakin baik, tetapi ini
mengasumsikan metode pengambilan sampel tepat dan diterapkan dengan
benar. Dalam statistik inferensial, lebih besar lebih baik karena menghasilkan
kesalahan standar yang lebih kecil, kekuatan statistik yang lebih besar atau lebih
sedikit kesalahan Tipe II dalam pengujian hipotesis, dan interval kepercayaan
yang lebih ketat atau lebih sempit dalam estimasi. Kesalahan Tipe II terjadi ketika
seorang peneliti gagal menolak hipotesis nol yang salah. (Sebaliknya, kesalahan
Tipe I terjadi ketika seorang peneliti menolak hipotesis nol yang benar; hipotesis
nol biasanya menyatakan bahwa tidak ada hubungan dalam populasi).
Tingkat kesalahan (sampling error) dalam pengambilan sampel yang lebih
kecil berarti statistik sampel akan cenderung mendekati parameter populasi
sebenarnya. Penting untuk diingat bahwa jika Anda memiliki akses ke seluruh
populasi dan populasi itu cukup kecil (misalnya, 100 elemen atau kurang) maka
tampaknya bijaksana untuk tidak menggunakan sampling tetapi, sebaliknya,
memasukkan semua elemen dalam penelitian. ; dalam hal ini kesalahan
pengambilan sampel akan sama dengan nol! Namun, paling sering peneliti
bekerja dengan populasi besar dan metode pengambilan sampel diperlukan.
Pada bagian ini kami mengasumsikan bahwa Anda menggunakan pengambilan
sampel acak sederhana karena seperti yang dibahas di atas, beberapa metode

109
Firmansyah, Dede

pengambilan sampel sedikit lebih efisien dan memerlukan ukuran sampel yang
lebih kecil daripada pengambilan sampel acak sederhana (misalnya,
pengambilan sampel bertingkat proporsional, pengambilan sampel sistematik
dengan stratifikasi implisit) dan beberapa metode pengambilan sampel
memerlukan ukuran sampel yang sedikit lebih besar daripada pengambilan
sampel acak sederhana (misalnya, pengambilan sampel klaster) (Hibberts et al.,
2012).
Pada artikel ini dijelaskan bahwa menentukan ukuran sampel yang
diinginkan (penentuan ukuran sampel apriori) bergantung pada berbagai faktor.
Secara singkat dicantumkan beberapa faktor untuk dipertimbangkan ketika
memikirkan ukuran sampel. Pertama, satu faktor yang umumnya tidak
bergantung pada ukuran populasi, kecuali jika seseorang bekerja dengan
populasi yang sangat kecil, hanya beberapa ribu orang (Bartlett et al., 2001;
Krejcie & Morgan, 1970; Nguyen, 2005; Hibberts et al., 2012). Mitos umum adalah
bahwa ukuran sampel sebagian besar tergantung pada ukuran populasi. Untuk
peneliti yang bekerja dengan populasi yang lebih besar, seperti yang terjadi di
sebagian besar penelitian survei, ukuran populasi sebagian besar tidak relevan.

Masalah Pengambilan Sampel dalam Penelitian Survei (Sampling Issues in


Survey Research)
Metode penelitian dan pengumpulan data tidak terikat pada satu jenis
metodologi pengambilan sampel, meskipun dalam praktiknya, beberapa
pendekatan penelitian cenderung menggunakan beberapa jenis pengambilan
sampel lebih dari yang lain (Singlton & & Straits, 2010; Hibberts et al., 2012).
Misalnya, subjek penelitian eksperimental sering direkrut melalui sampel yang
mudah atau purposive. Psikolog yang melakukan penelitian eksperimental
sering meminta siswa dari kelas mereka untuk berpartisipasi dalam kelompok
subjek mereka.
Di dalam penelitian noneksperimental, teknik pengumpulan data seperti
kelompok fokus atau observasi partisipan digunakan, dan ini biasanya
mengandalkan sampel purposive atau kuota. Administrasi universitas yang
melakukan penelitian organisasi mungkin secara acak atau sengaja merekrut
senior perguruan tinggi untuk memberikan umpan balik tentang hambatan yang
dihadapi oleh mahasiswa dalam menyelesaikan program akademik mereka.
Peneliti yang menggunakan data arsip akan sering menggunakan sampling acak
sistematis (Singlton & & Straits, 2010; Hibberts et al., 2012).
Sebagian besar peneliti survei menggunakan beberapa bentuk sampling
probabilitas. Survei kecil, survei telepon, dan survei Internet mungkin
menggunakan sampling acak sederhana atau sampling acak bertingkat yang
dikelompokkan berdasarkan wilayah; ini termasuk penelitian opini dan polling
elektoral di semua tingkatan. Sebagian besar survei nasional berskala besar yang
menggunakan wawancara tatap muka menggunakan sampel klaster multi-tahap
yang dikombinasikan dengan pengambilan sampel acak berlapis.

Bias Pengambilan Sampel Dalam Survei (Sampling Bias In Survey)

110
Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH)
Vol. 1 No. 2, 2022: 85-114

Penelitian Empat jenis kunci bias sampling dapat terjadi dalam penelitian
survei. Bias cakupan terjadi ketika beberapa kelompok secara sistematis
dikeluarkan dari kerangka sampling.
Menghubungi calon responden, bagaimanapun, tidak menjamin mereka
akan memilih untuk berpartisipasi dalam survei atau bahwa mereka akan
menjawab semua pertanyaan survei. Tingkat respons sampel sangat tergantung
pada jenis metode survei yang digunakan. Meskipun tingkat respons bervariasi
dari survei ke survei, ada beberapa kesepakatan bahwa survei tatap muka
memiliki tingkat respons tertinggi, diikuti oleh survei telepon, dengan survei
surat atau survei yang dilakukan sendiri memiliki tingkat respons terendah
(Singlton & & Straits, 2010; Hibberts et al., 2012).

Strategi Pengambilan Sampel Yang Inovatif (Innovative Sampling Strategies)


Tingkat respons dalam survei yang menggunakan metode sampling
tradisional menurun (Singleton dan Strait 2010). Akibatnya metode pengambilan
sampel baru dan inovatif diperlukan untuk melakukan penelitian sosial. Ini
terutama berlaku untuk populasi yang sulit dijangkau. Misalnya, Heckathorn
(1997); Hibberts et al., (2012), telah menemukan metode untuk menjangkau
kelompok sampel yang sulit, seperti tunawisma dan pengguna narkoba. Dia
telah menunjukkan bahwa iterasi berulang dari beberapa sampel bola salju pada
akhirnya akan menyatu pada karakteristik yang mewakili populasi yang sedang
dipertimbangkan. Contoh lain dari metode pengambilan sampel inovatif
digunakan dalam Studi Organisasi Nasional, yang menghubungkan subsampel
pekerja dalam Survei Sosial Umum dengan pemberi kerja mereka. Dalam survei
ini, data pekerja terkait dengan data organisasi, memungkinkan variabel
organisasi digabungkan dengan atribut individu dalam memprediksi hasil
pekerja (Knoke & Kalleberg, 1994; Hibberts et al., 2012).

PEMBAHASAN
Taherdoost (2016), Mengilustrasikan dan menjelaskan metode sampling
(sampling methods) melalui enam tahapan yang mungkin dilalui saat melakukan
penarikan sampel. Tahapan-tahapannya dimulai dengan mendefisinikan populasi
target dengan jelas, memilih kerangka sampel, pemilihan teknik sampling
(dijelaskan teknik sampling secara umum), menentukan ukuran sample,
mengumpulkan data, ditutup dengan menilai tingkat respon dari responden.
Sharma (2017), Menjelaskan teknik penarikan sampel yang menekankan
bahwa sesuai dengan ilmu penelitian dan statistika, maka prosedur pengambilan
sampel harus dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor penting
tujuan dan data penelitian. Selain itu, artikel ini juga lebih menejelaskan kelebihan
dan kontra (kelebihan atau kekurangang) dari masing-masing teknik sampel.
Hibberts et al., (2012), Menjelaskan teknik penarikan sampel survei umum,
yang secara khusus memberikan perhatian khusus pada masalah pengambilan
sampel dalam penelitian survei, juga secara singkat menjelaskan metode
pengambilan sampel tambahan yang digunakan dalam jenis penelitian lain.

111
Firmansyah, Dede

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Analisis isi yang telah dilakukan pada tiga naskah artikel yang berisi tentang
metode penarikan sampel, maka inti dari isi naskah artikel ke-3 nya sungguh luar
biasa begitu jelas membahas teknik sampling secara umum dalam metodologi
penelitian. Secara khusus perbedaannya terletak pada penjelasan tentang titik
mulainya pentingnya pemahaman atau beberapa tahapan yang dapat dilalui
dalam teknik penarikan sampel. Selain itu juga, masing-masing isi naskah ke-3
artikel menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing teknik
samping berhubungan dengan bias dari keterwakilan populasi dari teknik
sampling yang dipilih. Untuk alternatif solusi mengurangi bahkan meningkatkan
keterwakilan populasi atas sampel yang ambil dengan metode yang dipilih, maka
artikel Hibberts et al., (2012), telah menjelaskan dan memberikan saran teknik
sampling mana dianggap paling tepat yang sebaiknya dipilih.
Pada akhirnya, bagaimanapun, terserah kepada pembaca, praktisi dan
peneliti untuk memeriksa dengan cermat karakteristik-karakteristik sampel dari
populasi dan membuat keputusan tentang teknik sampel yang mana sebaiknya
dipilih untuk mewakili data populasi dan cocok dengan jenis penelitian yang
dilakukan.

PENELITIAN LANJUTAN
Literature review tentang teknik pengambilan sampel ini dilakukan terbatas
hanya merujuk tiga naskah artikel internasioanl yang bereputasi yang berisi tentang
teknik pengambilan sampel (sampel techniques). Untuk mendapatkan hasil lebih baik dan
terjamin kualitasnya, penelitian lebih lanjut yang hendak melakukan kajian literatur
review dengan isu dan topik yang sama diharapkan untuk melakukan kajian dengan
menggunakan artikel bereputasi yang lebih banyak yang dipadukan dengan artikel
yang secara khusus membahas metode penelitiannya. Selain itu, penting untuk
memeriksa dan menyelidiki kembali tentang masalah bias pengambilan sampel dalam
penelitian survei, dengan memperluas penjelasan mengenai factor kunci terjadinya
sampel bias yang mungkin terjadi.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang turut telibat pada
kajian naskah artikel ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Terima
kasih juga kami sampaikan kepada para authors yang karya ilmiah nya telah
kami jadikan kajikan tentang tekning pengambilan sampel. Hasil penelitian ini
juga sesungguhnya kembali untuk menambah wawasan peneliti berhungan
dengan teknik samping umum dalam metodologi peneltiian. Kami berharap
naskah artikel ini bisa bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepntingan baik
akademiisi, praktisi dan peneliti maupun masyarakah ilmuwan pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ackoff, R. (1953). The design of social research. chicago: Universidad de Chicago.


AMERICAN.

112
Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH)
Vol. 1 No. 2, 2022: 85-114

Bartlett, J. E., Kotrlik, J. W., & & Higgins, C. C. (2001). Organizational research:
Determining appropriate sample size in survey research. Information
Technology, Learning, and Performance Journal, 19, 43–50.
Brewerton, P. M., & Millward, L. J. (2001). Organizational research methods: A guide
for students and researchers. Sage.
Brown, G. H. (1947). A Comparison of Sampling Methods. Journal of Marketing,
11(4), 331–337. https://doi.org/10.1177/002224294701100401
Christensen, L. B., Johnson, B., Turner, L. A., & Christensen, L. B. (2011). Research
methods, design, and analysis.
Cohen, G. L., Aronson, J., & Steele, C. M. (2000). When Beliefs Yield to Evidence:
Reducing Biased Evaluation by Affirming the Self. Personality and Social
Psychology Bulletin, 26(9), 1151–1164.
https://doi.org/10.1177/01461672002611011
Delice, A. (2010). The Sampling Issues in Quantitative Research. Educational
Sciences: Theory and Practice, 10(4), 2001–2018.
Fowler Jr, F. J. (2013). Survey research methods. Sage publications.
Groves, R. M., Fowler Jr, F. J., Couper, M. P., Lepkowski, J. M., Singer, E., &
Tourangeau, R. (2011). Survey methodology. John Wiley & Sons.
Heckathorn, D. D. (1997). Respondent-driven sampling: a new approach to the
study of hidden populations. Social Problems, 44(2), 174–199.
Henn, M., Weinstein, M., & Foard, N. (2005). A short introduction to social research.
Sage.
Hibberts, M., Burke Johnson, R., & Hudson, K. (2012). Common Survey Sampling
Techniques BT - Handbook of Survey Methodology for the Social Sciences (L.
Gideon (ed.); pp. 53–74). Springer New York. https://doi.org/10.1007/978-
1-4614-3876-2_5
Johnson, P., & Gill, J. (2010). Research methods for managers. Research Methods
for Managers, 1–288.
Knoke, D., & Kalleberg, A. L. (1994). Job training in US organizations. American
Sociological Review, 537–546.
Kotrlik, J., & Higgins, C. (2001). Organizational research: Determining
appropriate sample size in survey research appropriate sample size in
survey research. Information Technology, Learning, and Performance Journal,
19(1), 43.
Kou, D., Ma, H., Bishop, E. J., Zhan, S., & Chokshi, H. P. (2011). Sampling
Considerations BT - Sample Preparation of Pharmaceutical Dosage Forms:
Challenges and Strategies for Sample Preparation and Extraction (B. Nickerson
(ed.); pp. 21–39). Springer US. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-9631-2_2
Krejcie, R. V, & Morgan, D. W. (1970). Determining sample size for research
activities. Educational and Psychological Measurement, 30(3), 607–610.
Lindstrom, L. E., & Benz, M. R. (2002). Phases of career development: Case
studies of young women with learning disabilities. Exceptional Children,
69(1), 67–83.
Maxwell, J. A. (2012). Qualitative research design: An interactive approach. Sage
publications.
Nguyen, P. (2005). Public opinion polls, chicken soup and sample size. Teaching

113
Firmansyah, Dede

Statistics, 27(3), 89–92.


Otzen, T., & Manterola, C. (2017). Sampling techniques on a population study.
Int. J. Morphol, 35(1), 227–232.
Shadish, W. R., Cook, T. D., & Campbell, D. T. (2002). Experimental and quasi-
experimental designs for generalized causal inference. Houghton, Mifflin and
Company.
Sharma, G. (2017). Pros and cons of different sampling techniques. International
Journal of Applied Research, 3(7), 749–752.
Singh, A. S., & Masuku, M. B. (2014). Sampling techniques & determination of
sample size in applied statistics research: An overview. International Journal
of Economics, Commerce and Management, 2(11), 1–22.
Singlton, R. A., & & Straits, B. C. (2010). Approaches to social research (5th ed.). New
York: Oxford University Press.
Som, R. K. (1995). Practical sampling techniques. CRC press.
https://doi.org/https://doi.org/10.1201/9781482273465
Taherdoost, H. (2016). Sampling methods in research methodology; how to
choose a sampling technique for research. How to Choose a Sampling Technique
for Research (April 10, 2016).
Wilson, J. (2014). Essentials of business research: A guide to doing your research
project. Essentials of Business Research, 1–376.
https://www.torrossa.com/en/resources/an/5018032
Zikmund, W. G. (2000). Business research methods, Dryden. Harcourt) Fort Worth,
Orlando.

114

Anda mungkin juga menyukai