Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
RINGKASAN
ii
Program kerja praktik merupakan syarat penting dalam menempuh
pendidikan Strata 1 Program Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Dalam pemilihan lokasi kerja praktik, pemilihan didasari oleh syarat-
syarat dan ketentuan yang berlaku.
Dalam kesempatan kerja praktik ini, penulis melakukan kerja praktik pada
proyek Pembangunan Gor Type B terletak di Kecamatan Sukaharjo, Kabupaten
Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Pada konstruksi gedung terdapat beberapa
aspek yang dapat dipelajari, yaitu pengerjaan struktur atas, struktur bawah dan
juga manajemen proyek. Pengamatan kerja praktik ini dilaksanakan selama 45
hari kerja yang dimulai pada tanggal 1 Juni 2023 hingga 1 Agustus 2023 sesuai
kesepakatan dengan PT. Joglo Multi Ayu.
Proyek Pembangunan Gor Type B ini berguna sebagai wadah penampung
olahraga wilayah kota/kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah. Proyek Pembangunan
Gor Type B Kabupaten Sukoharjo dikerjakan oleh PT. Joglo Multi Ayu sebagai
kontraktor. Bangunan ini direncanakan memiliki 2 lantai, di atas lahan seluas
26.827 m2, luas bangunan struktur 7.000 m2, tinggi bangunan 23,860 m dengan
total anggaran sebesar Rp. Rp. 51.160.000.000, 00, - yang ditanggung Pemerintah
Kabupaten Sukoharjo.
iii
PROYEK PEMBANGUNAN GOR TYPE B KABUPATEN SUKOHARJO
Disusun Oleh :
Disetujui,
NIK. 19720911200004123045
LEMBAR PENGESAHAN
iv
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Disetujui Diperiksa
Diketahui
Tanggal. __________________
v
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
RINGKASAN.........................................................................................................iii
Lembar pengesahan................................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................xi
BAB I......................................................................................................................12
BAB II....................................................................................................................16
2.3.1 Semen..............................................................................................17
2.3.2 Agregat............................................................................................17
2.3.3 Air....................................................................................................18
2.3.5 Bekisting..........................................................................................18
2.3.6 Beton................................................................................................19
BAB III...................................................................................................................20
3.1 Umum......................................................................................................20
vii
3.2 Struktur Organisasi Proyek..................................................................21
BAB IV...................................................................................................................28
4.1 Umum......................................................................................................28
BAB V....................................................................................................................57
5.1 Kesimpulan.................................................................................................57
5.2 Saran...........................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 2. 1 Lokasi proyek....................................................................................16
Gambar 3. 1 Struktur organisasi
Gambar 4. 1 Truck mixer
Gambar 4. 2 Roughter Crane
Gambar 4. 3 Cross brace
Gambar 4. 4 Main frame
Gambar 4. 5 U head jack
Gambar 4. 6 Jack base
Gambar 4. 7 Join pin
Gambar 4. 8 Bekisting semi sistem
Gambar 4. 9 Concrete vibrator
Gambar 4. 10 Bar cutter
Gambar 4. 11 Bar bender
Gambar 4. 12 Total Station
Gambar 4. 13 Waterpass
Gambar 4. 14 Stamper
Gambar 4. 15 Concrete Bucket
Gambar 4. 16 Excavator
Gambar 4. 17 Baja tulangan
Gambar 4. 18 Beton ready mix
Gambar 4. 19 Kawat bendrat
Gambar 4. 20 Beton decking
Gambar 4. 21 Kursi Tulangan
Gambar 4. 22 Multiplek
Gambar 4. 23 Pemasangan scaffolding
Gambar 4. 24 Pemasangan bekisting pelat tribun
Gambar 4. 25 Pemasangan bekisting balok
Gambar 4. 26 Pekerjaan pembesian balok
Gambar 4. 27 Pekerjaan pembesian pelat tribun
Gambar 4. 28 Peletakan beton decking
Gambar 4. 29 Penuangan beton segar
Gambar 4. 30 Pengecoran balok tribun
ix
Gambar 4. 31 Perataan beton segar
Gambar 4. 32 Pembongkaran bekisting
Gambar 4. 33 Pekerjaan pembesian pada kolom
Gambar 4. 34 Pemasangan bekisting kolom
Gambar 4. 35 Pengecekan sebelum diberikan izin
Gambar 4. 36 Pengecoran kolom
Gambar 4. 37 Pembongkaran bekisting pada kolom
DAFTAR TABEL
x
Tabel 1. 1 Penjelasan Umum Data Proyek...........................................................15
Tabel 2. 1 Rencana Tinggi Pembangunan GOR Type B......................................16
Tabel 2. 2 Spesifikasi Tulangan dalam Pembesian...............................................18
xi
12
BAB I
DESKRIPSI PROYEK
LOKASI PROYEK
Adapun rincian tinggi per lantai pada proyek pembangunan Gor Type B
dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2. 1 Rencana tinggi Gor Type B
Lantai Fungsi Tinggi (m)
Lantai 1 Ruang- ruang 2,9
Lantai 2 Tribun Penonton 9,8
16
17
Semen yang digunakan untuk pembuatan beton harus dari jenis semen
yang telah ditentukan dalam SII 0013-81. Semen yang dikirim harus terlindungi
dari hujan dan air serta harus terbungkus dalam sak asli yang berasal dari pabrik.
Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras). Penyimpanan
semen tidak akan segera digunakan harus menjamin mutu semen, dengan
menyediakan tempat penyimpanan yang kedap air dan tetutup rapat. Semen yang
sudah disimpan lebih dari 6 bulan sejak dibuat perlu diuji sebelum
digunakan,jika sudah rusak harus ditolak/ tidak diijinkan untuk dipakai
2.3.2 Agregat
2.3.3 Air
2.3.5 Bekisting
2.3.6 Beton
Beton didefinisikan sebagai campuran dari bahan penyusunnya yang
terdiri dari bahan semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus,
dan air dengan atau tanpa menggunakan bahan tambah (admixture atau additive)
(Fuad & Asmawi, 2020). Pekerjaan beton pada Proyek pembangunan Gor Type B
menggunakan beton dengan mutu K-350. Adapun persyaratan nilai slump yang
digunakan untuk pengecoran adalah 12 ± 2 cm. Supplier beton yang digunakan
adalah dari PT. TRIYAGAN HARMET PERKASA, Mojolaban, Sukoharjo
BAB III
ORGANISASI PROYEK
3.1 Umum
Organisasi berasal dari kata organism yang berarti menciptakan struktur
dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga
hubungannya satu sama lainnya terikat oleh hubungan terhadap keseluruhannya.
Dalam pengorganisasian hams menentukan, mengelompokkan dan mengatur
bermacam-macam aktifitas, yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Menempatkan orang pada setiap aktifitas ini, menyediakan alat-alat yang
diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan pada setiap
individu yang akan melakukan aktifitas-aktifitas tersebut (Asnuddin et al., 2018).
Proses pengelolaan proyek harus melalui suatu perencanaan seperti diorganisasi,
diarahkan, dikoordinasi, dan dikontrol dengan baik agar tujuan dapat tercapai
dengan baik secara efisien dan efektif. Pada organisasi kegiatan manajemen dibagi
dalam beberapa kegiatan, termasuk di dalamnya manajemen personalia.
Manajemen personalia adaah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi,
pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk
mencapai sasaran perorangan, organisasi, dan masyarakat. (Tanjung, 2017)
Menurut (Susilowatii, 2016) dalam membentuk suatu organisasi perlu
diketehaui terlbih dahulu gambaran awal dari suatu orgnaisasi tersebut.
Mempelajari struktur organisasi dapat mengetahui kemungkinan kegiatan-
kegiatan apa yang ada dalam suatu organisasi karena di dalam suatu organisasi
tergambar bagian-bagian yang ada, nama, dan posisi personil, dimana
menunjukan siapa atau bagian apa akan bertanggung jawab terhadap apa dan
kepada siapa.
20
21
4.1 Umum
Pekerjaan pembangunan sebuah gedung terdiri dari persiapan, struktur
bawah, struktur atas dan finishing. Menurut (Almufid & Hidayah, 2019)
Perencanaan struktur gedung umumnya terdiri dari dua bagian utama, yaitu
perencanaan struktur bawah (sub structure) dan perencanaan struktur atas (upper
structure). Struktur gedung ini terdiri dari beberapa elemen struktur yang dapat
dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu struktur primer yang terdiri dari kolom
dan balok, sedangkan struktur sekunder teridiri dari balok anak, tangga, dan pelat
lantai.
Laporan ini membahas tentang pekerjaan struktur atas, yaitu kolom,dan
balok. Pekerjaan struktur atas melibatkan beberapa kegiatan antara lain adalah
pengukuran, pembesian, bekisting, pengecoran, dan pembongkaran bekisting.
Dalam laporan ini, penulis akan menjelaskan beberapa metode pelaksanaan untuk
pengerjaan struktur atas.
Dalam pembangunan gedung ini diperlukan peralatan dan bahan
konstruksi dalam pengerjaannya. Peralatan konstruksi merupakan alat yang
digunakan selama konstruksi, antara lain adalah peralatan di lapangan, peralatan
di laboratorium, dan peralatan di kantor. Dengan menggunakan peralatan sesuai
spesifikasi dan standar mutu, pekerjaan dapat dicapai dengan ketepatan waktu
yang lebih akurat serta memenuhi spesifikasi teknis (Prananta, 2016).
Bahan-bahan konstruksi yang biasa dipakai di Indonesia banyak
ragamnya, terutama untuk bahan bangunan rumah ataupun gedung maupun
bidang infrastruktur lainnya. Seperti yang diketahui bahwa material bahan
bangunan bisa berupa logam/besi, kayu maupun yang terbuat dari beton ataupun
beton bertulang (Tanubrata, 2019).
28
4.2 Peralatan dan Bahan Konstruksi
4.2.1 Peralatan Konstruksi
b. Roughter Crane
29
Roughter Crane adalah salah satu jenis crane hidrolik yang mana
dirancang untuk beroperasi khusus pada jalan yang tidak rata. Sangat cocok
apabila digunakan pada medan yang tidak halus atau kasar dengan jalanan yang
tak rata penuh bebatuan.
Hal tersebut dikarenakan pada crane ini telah dilengkapi dengan roda yang
sangat mumpuni. Roda yang ada di alat berat ini telah dilengkapi dengan karet
roda all-wheel drive. Yang mana dapat dengan mudah untuk menaklukkan medan-
medan berat yang harus dilaluinya.
Alat berat ini memiliki kapasitas beban dengan kisaran mulai dari 12 ton
hingga 80 ton. Dengan adanya rtg crane ini, tentunya membuat pekerjaan menjadi
lebih cepat. Bila dibayangkan, suatu pekerjaan yang membutuhkan puluhan
bahkan ratusan orang untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Saat ini dapat
diselesaikan
dalam waktu yang sangat singkat dan cepat..
c. Scaffolding
30
Biasanya perancah berbentuk suatu sistem modular dari pipa atau tabung logam,
meskipun juga dapat menggunakan bahan-bahan lain. Di beberapa negara Asia
seperti RRC dan Indonesia, bambu masih digunakan sebagai perancah. Tetapi
mayoritas pekerja konstruksi sekarang menggunakan perancah yang terbuat dari
besi. Berikut merupakan bagaian-bagian dari scaffolding.
1) Main frame merupakan penyangga utama, berfungsi memikul beban yang
diterima dari bekistimg.
2) Cross brace, digunakan sebagai pengaku dari main frame sehingga tidak
berubah tempat dan stabil.
31
3) U head jack adalah bagian yang dipasang pada bagaian paling atas dari main
frame sebagai tempat untuk meletakkan horry beam.
32
Gambar 4. 7 Join pin
d. Bekisting
Bekisting semi sistem adalah bekisting yang dirancang untuk satu proyek
tertentu, yang ukuran-ukurannya di sesuaikan pada bentuk beton yang
33
bersangkutan. Persyaratan digunakannya bekisting semi sistem adalah
adanya kemungkinan digunakan kembali pada struktur dengan ukuran atau
bentuk yang sama. Untuk contoh bekisting ini dapat dilihat pada Gambar 4.8
Bekisting Konvensional berikut ini.
3) Bekisting sistem
e. Concrete Vibrator
Vibrator beton adalah salah satu peralatan yang digunakan saat pengecoran
dan memiliki fungsi untuk pemadatan beton yang dituangkan dalam
bekisting. Hal ini bertujuan agar kandungan udara yang terjebak dalam campuran
beton dapat keluar. Selanjutnya, vibrator beton menghasilkan getaran yang akan
mengeluarkan gelembung udara dari beton sehingga beton yang dihasilkan akan
34
mendapatkan kekuatan yang merata dan menghindari tejadinya keropos atau
sarang lebah pada beton. Alat ini berfungsi sebagai pemadat beton pada saat
pengecoran.
35
digunakan untuk pembuatan sengkang, pembengkokkan tulangan untuk
penjangkaran, transisi tulangan lapangan menjadi tulangan tumpuan pada balok.
h. Total Station
Total Station adalah alat pengukur jarak dan sudut (sudut horisontal dan
vertikal) secara otomatis. TS dilengkapi dengan chip memori, sehingga data
pengukuran sudut dan jarak dapat disimpan untuk kemudian didownload dan
diolah. Total station merupakan semacam teodolit yang terintegrasi dengan
komponen pengukur jarak elektronik atau biasa disebut sebagai Electronic
Distance Meter (EDM) untuk membaca jarak dan kemiringan dari instrumen ke
titik tertentu.
i. Waterpass
36
Waterpass merupakan alat yang sangat berguna dalam pembangunan
berbagai macam konstruksi. Alat ini membantu para tukang yang bekerja dalam
memastikan posisi bagian bangunan berada dalam keadaan yang sejajar.
Kesejajaran tentu menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam setiap proyek
konstruksi. Misalnya saja ketika tukang ingin memasang ubin di rumah. Mereka
biasanya akan menggunakan alat ini untuk mengetahui akurasi yang sempurna
pada permukaan lantai yang akan dipasangi ubin. Dengan begitu, tidak ada bagian
lantai yang nantinya terlihat atau terasa lebih menonjol atau melandai.
Gambar 4. 13 Waterpass
j. Stamper
Mesin Stamper atau yang dikenal sebagai tamping rammer merupakan alat
yang dipergunakan untuk memadatkan tanah, Mesin Stamper sangat membantu
untuk mempercepat proses pemadatan tanah timbun, selain itu Mesin Stamper
juga dapat memadatkan tanah asli kohesif. Mesin Stamper biasanya digunakan
dalam proses pemadatan untuk bangunan gedung, pemadatan jalan, halaman,
selain itu Mesin Stamper juga digunakan untuk pekerjaan pemadatan timbunan
lainnya.
37
Gambar 4. 14 Stamper
k. Concrete Bucket
Concrete bucket adalah alat yang digunakan untuk membawa atau
menampung campuran beton dari truck mixer yang kemudian didistribusikan ke
lokasi pengecoran oleh tower crane.
l. Excavator
Excavator merupakan suatu alat berat yang secara umum terdiri dari tiga
bagian, yakni boom (bahu), arm (lengan), dan bucket. Komponen yang dimiliki
untuk mendukung tiga bagian tersebut juga cukup banyak yang membuatnya
dapat berfungsi dengan baik.
Semua bagian ini digerakkan dengan tenaga hidrolik melalui mesin diesel
yang ada di bagian atas track shoe (roda rantai). Dengan demikian, alat berat ini
memiliki berbagai keunggulan yang membuatnya serbaguna dan sanggup
menangani berbagai pekerjaan berat.
38
Gambar 4. 16 Excavator
Baja adalah bahan yang mempunyai kuat tarik yang tinggi dan koefisien
pemuaian yang hampir sama dengan beton. Sedangkan beton sebagai bahan
bangunan mempunyai kelemahan utama yaitu kuat tariknya kecil. Karena itu,
baja dapat digunakan sebagai tulangan pada bagian beton yang menerima gaya
tarik (Sudjono, 2005).
Menurut SNI 2025:2017 disebutkan bahwa baja karbon atau baja paduan
yang berbentuk batang berpenampang bundar dengan permukaan polos atau
sirip/ulir dan digunakan untuk penulangan beton. Baja ini diproduksi dari bahan
baku billet dengan cara canai panas (hot rolling).
Baja tulangan beton sirip/ulir adalah baja tulangan beton yang
permukaannya memiliki sirip/ulir melintang dan memanjang yang
dimaksudkan untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan
membujur dari batang secara relatif terhadap beton dan biasa disingkat dengan
BJTD.
39
Gambar 4. 17 Baja tulangan
40
c. Air Kerja
Air yang digunakan harus bersih, segar dan bebas dari bahan-bahan yang
merusak seperti, minyak, asam dan unsur (Wior, Mandagi, dan Tjakra 2015). Air
kerja yang digunakan untuk semua pekerjaan konstruksi di proyek ini
menggunakan air dari PAM.
d. Kawat Bendrat
Kawat bendrat digunakan sebagai pengikat rangkaian tulangan- tulangan
antara satu tulangan dengan yang lainnya baik untuk tulangan kolom, balok, slab,
sherwall, ataupun rangkaian tulangan lainnya sehingga membentuk suatu
rangkaian rangka elemen struktur yang siap dicor.
e. Beton Decking
Beton decking terbuat dari campuran spesi atau beton dengan tujuan
menghasilkan selimut lapisan pada beton sesuai dengan kebutuhan proyek
konstruksi. Beton decking berfungsi untuk memisahkan antara besi tulangan
dengan lantai kerja atau bekisting.
41
Gambar 4. 20 Beton decking
f. Kursi Tulangan
g. Multiplek (Plywood)
Multiplek berfungsi sebagai alas atau cetakan dari bekisting yang terdiri
dari tembereng dan bodeman. Selain itu multiplek juga digunakan sebagai
bedeng/rumah sementara pekerja proyek.
42
Gambar 4. 22 Multiplek
4.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Balok, Pelat Tribun dan Kolom
4.3.1 Pekerjaan Balok dan Pelat Tribun
43
panjang bentang dan beban yang bekerja padanya. Pelat juga merupakan salah
satu elemen struktur yang lebih dominan memikul momen lentur dan gaya geser,
jika di bandingkan dengan gaya aksial. Pekerjaan pelat lantai ini haruslah kokoh,
kaku, mempunyai ketinggian yang sama dan nyaman untuk berpijak. Ketebalan
pelat lantai ini disesuaikan dengan beberapa hal, diantaranya beban yang akan
ditumpu, jarak antar balok penumpu, bahan yang digunakan, dan besar lendutan
yang diijinkan.
Berikut adalah cara pelaksanaan pekerjaan balok dan pelat tribun dalam
proyek pembangunan GOR Tipe B
a. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan bahan meliputi beton ready mix, beton decking, kursi
tulangan/ tulangan cakar ayam, bekisting serta persyaratan beton K-350 dan
tulangan sesuai pada gambar rencana gambar kerja (shop drawing) detail balok
dan pelat tribun. Sedangkan persiapan alat meliputi selang air, truck mixer,
concrete vibrator, dll.
b. Pekerjaan Bekisting
44
terdapat kerusakan parah maka dilakukan perbaikan pada multiplek
tersebut.
45
Gambar 4. 25 Pemasangan bekisting balok tribun
c. Pekerjaan Pembesian
1) Pembesian dilakukan langsung diatas bekisting balok dan pelat tribun yang
sudah siap. Besi tulangan diangkat menggunakan roughter crane dan
dipasang diatas bekisting pelat.
2) Rakit pembesian dengan tulangan bawah terlebih dahulu. Balok dirakit
dengan menggunakan tulangan D16 untuk B1, dan B4(balok tribun).
3) Selanjutnya secara menyilang dan diikat menggunakan kawat ikat.
4) Letakkan beton decking antara tulangan bawah pelat dan bekisting alas
pelat. Pasang juga tulangan kaki ayam antara untuk tulangan atas dan
bawah pelat.
46
Gambar 4. 26 Pekerjaan pembesian balok
47
Pengecoran pelat dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran balok dan
kolom. Perlatan pendukung untuk pekerjaan pengecoran diantaranya, concrete
mixer, concrete pump, vibrator, lampu kerja, papam Perata. Adapun proses
pengecoran pelat tribun berdasarkan pengamatan sebagai berikut.
1) Setelah mendapatkan izin pengecoran, engineer menghubungi pihak
batching plant untuk melakukan pengecoran sesuai dengan mutu dan
volume yang dibutuhkan di lapangan.
2) Pembersihan ulang area yang akan dicor dengan menggunakan air
compressor sampai benar-benar bersih.
3) Pengujian slump dilakukan untuk mengukur tingkat kekentalan beton yang
berpengaruh terhadap tingkat pengerjaan beton. Benda uji diambil dari
adukan beton yang akan digunakan untuk mengecor, alat yang digunakan
adalah kerucut abrams atau corong baja yang berbentuk conus berlubang
pada kedua ujungnya.
4) Kemudian truck mixer menuangkan beton kedalam tampungan concrete
Bucket yang kemudian akan diangkat keatas menggunakan roughter crane,
sehingga beton dapat mencapai titik pengecoran yang dilakukan.
48
Gambar 4. 30 Pengecoran balok tribun
6) Setelah dipastikan balok dan pelat telah terisi beton semua, permukaan
beton segar tersebut diratakan dengan menggunakan balok kayu yang
panjang dengan memperhatikan batas ketebalan pelat yang telah ditentukan
sebelumnya.
7) Pekerjaan ini dilakukan berulang dengan tinggi jatuh campuran beton
maksimal 1,5 meter sampai beton memenuhi area cor yang telah
ditentukan, idealnya waktu pengecoran dilakukan hingga 12 jam.
49
e. Curing Beton
Curing atau perawatan beton dilakukan saat beton sudah mulai mengeras.
Hal ini bertujuan untuk menjaga agar beton tidak kehilangan air secara cepat serta
sebagai tindakan untuk menjaga kelembapan/suhu beton sehingga beton dapat
mencapai mutu yang diinginkan. Curing dilaksanakan setelah beton memasuki
fase hardening yaitu fase beton mulai mengeras dan mencapai kekuatannya.
Proses curing pada beton berperan penting dalam pengembangan kekuatan dan
daya tahan beton, Proses ini meliputi pemeliharaan kelembapan dan kondisi suhu,
baik dalam beton maupun di permukaan beton dalam periode tertentu. Dalam
proyek pembangunan Gor Type B Sukoharjo, curing dilakukan selama 7 (Tujuh)
hari pertama dengan menggunakan karung goni basah dan menyemprotkan air
pada beton yang sudah padat.
f. Pembongkaran bekisting
Setelah beton mengeras, langkah selanjutnya adalah pelepasan scaffolding,
bekisting balok dan plat tribun. Pelepasan bekisting balok dan plat tribun pada
proyek ini dilakukan setelah umur beton mencapai 2 hari. Tahapan pelepasan
bekisting dimulai dari melepas bekisting balok dan pelat tribun bagian atas dan
dilanjutkan dengan bekisting balok arah horizontal (bodeman) dan dilanjutkan
dengan pelepasan perancah. Pada tahap pelepasan perancah dimulai dengan
membongkar suri-suri dan gelagar lalu scaffolding yang menopang plat.
Kemudian bekisting dan perancah harus dikumpulkan secara rapi untuk
mempermudah pemasangan bekisting balok dan pelat tribun selanjutnya.
50
Gambar 4. 32 Pembongkaran bekisting
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktural yang memikul
beban dari balok. Kolom meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi bawah
sampai ke tanah melalui fondasi. Karena kolom merupakan komponen tekan,
maka keruntuhan pada satu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya lantai yang bersangkutan dan runtuh batas total seluruh
lantai (Soenaryo et al., 2009).
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya
menyangga beban aksial desak vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom berfungsi sebagai pendukung
beban-beban dari balok dan pelat, untuk diteruskan ketanah melalui dasar
pondasi pada suatu konstruksi bangunan gedung. Beban dari balok dan pelat ini
berupa beban aksial tekan serta momen lentur (SNI 2847-2013).
Kolom merupakan struktur utama dari bangunan portal yang berfungsi
untuk memikul beban vertikal, beban horisontal, maupun beban momen, baik
yang berasal dari beban tetap maupun beban sementara. Dimensi kolom yang
dirancang bervariasi menurut beban yang diterima. Semakin besar bebannya,
maka bisa semakin besar dimensi kolom yang digunakan. Beban tersebut antara
lain beban mati berupa beban berat sendiri, beban akibat balok dan plat lantai
51
serta beban hidup. Kolom–kolom struktur pada bangunan ini dirancang bentuk
persegi.
a. Pekerjaan Persiapan
52
Gambar 4. 33 Pekerjaan pembesian pada kolom
c. Pekerjaan Bekisting
53
pekerjaan pengecoran balok, yaitu concrete mixer, concrete bucket, roughter
crane , vibrator, lampu kerja, papan perata. Contoh pengamatan sebagai berikut.
1) Setelah mendapatkan izin pengecoran, engineer menghubungi pihak
batching plant untuk melakukan pengecoran sesuai dengan mutu dan
volume yang dibutuhkan di lapangan.
54
Gambar 4. 36 Pengecoran kolom
e. Pembongkaran Bekisting
55
Gambar 4. 37 Pembongkaran bekisting pada kolom
56
dan kolom memiliki nilai syarat slump yang sama, yaitu 12 ± 2 cm dan nilai
slump yang dihasilkan tidak boleh menyimpang dari nilai slump yang disyaratkan.
Struktur penumpu beban pada bangunan gedung ini sebagian besar terdiri
dari beton. Balok struktur, pelat dan kolom juga terdiri dari beton bertulang
sehingga pengecoran harus diawasi dan dikerjakan dengan benar sehingga
kekuatan beton dapat sesuai perencanaan.
57
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Selama melakukan kerja praktik pada pembangunan konstruksi GOR Type
B ini, banyak pengetahuan dan pengalaman yang saya dapatkan baik dari tim PT.
Joglo Multi Ayu dan semua yang bekerja dalam proyek tersebut Dari kerja praktik
lapangan ini, dapat mengetahui bahwa terdapat perbedaan antara teori yang
didapat pada perkuliahan dengan pelaksanaan dan keadaan yang terjadi di
lapangan. Berdasarkan kerja praktik tersebut, dapat diambil beberapa kesimpulan
dari hasil pengamatan langsung dilapangan yaitu.
a. Proyek Pembangunan konstruksi GOR Type B memiliki tim yang bagus,
baik dari tim konsultan maupun tim kontraktor.
b. Pelaksanaan pekerjaan proyek sesuai dengan Rencana Kerja dan syarat-
syarat serta shop drawing.
c. Semua material yang digunakan sudah sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan.
5.2 Saran
Selama melaksanakan kerja praktik di Pembangunan GOR Type B ini ada
saran berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan proyek pembangunan yaitu.
a. Pentingnya kesadaran dalam penggunaan peralatan K3, khususnya untuk
pekerjaan dilapangan yang sangat beresiko.
b. Untuk mengurangi adanya pengeroposan beton, mungkin dapat dilakukan
pengecekan lagi saat membersihkan area yang akan dicor dan pada saat
penggunaan alat concrete vibrator.
c. Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan proyek harus dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya sebagai tahapan agar pelaksanaan proyek berjalan
sesuai rencana.
58
DAFTAR PUSTAKA
Almufid, A., & Hidayah, S. (2019). Perencanaan Struktur Atas Gedung Hunian 12
Lantai Menggunakan Srmpk. Jurnal Teknik, 8(2).
Asnuddin, S., Tjakra, J., & Sibi, M. (2018). Penerapan Manajemen Konstruksi
Pada Tahap Controlling Proyek. Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11, 6(11), 895–
906.
Budiasih, Y. (2018). Struktur Organisasi, Desain Kerja, Budaya Organisasi Dan
Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Karyawan Studi Kasus Pada PT. XX Di
Jakarta. Liquidity, 1(2).
Dady, Y. T., & et al. (2015). Pengaruh Kuat Tekan Terhadap Kuat Lentur Balok
Beton Bertulang. Jurnal Sipil Statik, 3(5), 341–350.
Fajar, M. N. (2019). Analisis Perbandingan Biaya Dan Waktu Pengecoran
Menggunakan Concrete Pump Dan Concrete Bucket. 14511207.
Fuad, I. S., & Asmawi, B. (2020). Pengaruh Pemakaian Air Rawa Terhadap Kuat
Tekan Dan Kuat Tarik Belah Beton menghasilkan. 1–23.
Prananta, N. dwi. (2016). Proyek Pembangunan Hotel Ibis Style Candiland Jalan
Diponegoro No 24-38 Semarang. 24.
Saptowati, H. (2018). Gedung Iradiator Merah-Putih. 15, 1–9.
Soenaryo, A., Taufik H, M., & Siswanto, H. (2009). Perbaikan Kolom Beton
Bertulang Menggunakan Concrete Jacketing Dengan Prosentase Beban
Runtuh Yang Bervariasi. Jurnal Rekayasa Sipil, 53(9), 1689–1699.
Sudjono, A. S. (2005). Prediksi Waktu Layan Bangunan Beton Terhadap. Civil
Engineering Dimension, 7(1), 6–15.
Susilowatii, F. (2016). Pola struktur organisasi manajemen kualitas pada
kontraktor besar di indonesia. 12(1), 24–28.
Tanjung, M. (2017). Fungsi Organisasi dalam Manajemen Proyek. Jurnal Mantik
Penusa, 1(1), 9.
Tanubrata, M. (2019). Bahan-Bahan Konstruksi dalam Konteks Teknik Sipil.
Jurnal Teknik Sipil, 11(2), 132–154. https://doi.org/10.28932/jts.v11i2.1407
Teruna, M. T. dan D. R. (2019). Analisis Pengaruh Kuat Tekuk Pada Sistem
Perancah Bangunan (Scaffolding) Dengan Metode Analisa Langsung (Direct
xi
Analysis Method). Hilos Tensados, 1, 1–476.
Wior, M. H. T., Mandagi, R. J. M., & Tjakra, J. (2015). Analisa Kelayakan
Investasi Ready Mix Concrete Di Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Sipil
Statik, 3(7), 492–502.
xii