Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama merupakan keyakinan yang diyakini bisa memberikan keselamatan serta

kedamaian dunia akhirat. Segala sesuatu yang mengatasnamakan agama dapat

berefek pada perpecehan antar umat beragama. Perpecahan dapat terjadi jika ada

persoalan yang dijadikan pembanding antar agama ataupun dikarenakan unsur sara

yang muncul di ruang publik. Kebanyakan dari orang-orang yang beragama yakin

dari sekian banyaknya agama tentu ada satu agama yang benar, karena alam semesta

ini tidak mungkin memiliki banyak tuhan. Pada akhirnya orang-orang yang mencari

kebenaran terkait agama dan mereka menemukannya dan setelah itu mereka

melakukan perpindahan agama dari agama lama mereka dan memeluk agama baru,

yang dalam psikologi hal ini disebut sebagai konversi.

Pada abad ke tujuh, Islam muncul sebagai agama yang membawa berbagai

wilayah dan negara dengan keyakinan yang berbeda tidak untuk sekedar bekerja sama

akan tetapi menjadi satu dibawah payung kepemimpinan khalifah yang berkedudukan

sebagai pemimpin tertinggi. Pada beberapa negara islam tidak dapat memisahkan

agama dari hal apapun terkait urusan yang ada dalam negara dan menjadikan Al-

quran sebagai landasan hukum di wilayah negara tersebut walaupun Al-quran bukan

merupakan buku hukum melainkan kitab suci umat muslim (David Frawley,1999).

1
2

Weber dan Durkheim berpendapat bahwa ada tiga persoalan yang mendasari

seseorang melakukan konversi agama, yakni : pertama, masyarakat yang cendrung

percaya dengan pengajaran agama tertentu yang berdampak pada beberapa golongan

dari pengikutnya. Kedua, gagasan pada agama menjadi bukti khas pada keadaan

agama yang universal oleh karena itu agama memiliki nilai lebih dengan

mengarahkkan cara pikir ke arah pembagian golongan masyarakat. Ketiga, perbedaan

dalam bermasyarakat berdampak pada tidak tercapainya kesepakatan antar budaya

dan kekompakan kelompok, hal tersebut menjadikan manusia ada dalam situasi

“pemilihan kelompok”, yakni melihat nilai-nilai yang akan dijadikan pedoman bagi

mereka dan juga kelompok tempat mereka bersekutu. Maknanya adalah konversi

dengan memilih agama yang baru itu sangat erat hubungannya dengan mutu serta

pikiran berpengaruh pada kondisi individu yang terlibat didalamnya (O’Dea,1985).

Pemberian wahyu kepada para nabi,walaupun memiliki waktu sejarah yang

terpaut jauh, namun hal itu mendasari keserasian esensi dan target islam, walaupun

setiap sejarah wahyu berbeda citra, pandangan serta tata cara yang menjadi dasar dari

penyebaran wahyu tersebut. Walapun demikian islam merupakan agama yang

membenarkan semua wahyu terhadap para nabi sebelum penyebaran islam. Misalnya

wahyu yang diberikan kepada nabi musa untuk kaum yahudi yang berhenti sebelum

kemunculan kristen, dan orang-orang yahudi menolak perwahyuan yang ada di

kristen ataupun islam. Demikian pula dengan wahyu yang dibawa nabi isa untuk

kaum nasrani sebelum kemunculan islam dan orang-orang kristen pun menolak
3

perwahyuan yang ada pada agama islam. Sementara islam menerima semua tahapan

perwahyuan terdahulu (Hasan Hanafi, 2007).

Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Qur’an berfirman:

“pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan

nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.” (Surah Al-Maidah,

ayat 3)

Merupakan sebuah anugrah yang indah, saat Allah Subhanahu Wa Ta’ala

mengkaruniakan nikmat yang luar biasa pada kehidupan manusia, yakni nikmat iman

dan nikmat islam. Nikmat merupakan hal yang mendasari perbedaan antara muslimin

dan musrikin, nikmat iman dalam islam adalah tiket menuju surganya Allah

Subhanahu Wa Ta’ala, dimana didalamnya terdapat banyak sekali kenikmatan

surgawi yang abadi dan tanpa ada batasnya. Dan semua kaum muslimin mendapat

jaminan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menjadi penghuni surga jika

menyempurnakan islam selama hidupnya (H.S Hantoro, 2010). Allah berfirman:

“wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kedalam islam secara keseluruhan,

dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata

bagimu.”(Q.S. Al-Baqarah, ayat 208)

Iman merupakan kepercayaan yang dibarengi dengan pebuatan, sebagaimana

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang Beriman

kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka
4

berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang

benar.” (Q.S. Al-Hujurat, ayat 15)

Surah tersebut menggambarkan bahwa iman merupakan keyakinan tanpa ada

keraguan dengan melakukan melakukan jihad dijalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

berupa jihad harta dan jihad jiwa. Karena iman tidak semata-mata persoalan hati saja

(H.S Hantoro, 2010).

Fenomena Konversi atau perpindahan agama di Indonesia merupakan suatu hal

yang lumrah terutama sejak kebebasan dalam memeluk agama telah di jamin oleh

undang udang. Yakni Pasal 28E ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 “Setiap warga

negara bebas untuk menentukan agama dan beribadah menurut agama mereka

masing-masing, serta mendapatkan pengajaran dan pendidikan, mendapatkan

pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan

meninggalkannya, dan juga memiliki hak untuk kembali”. Selain itu dalam Pasal 28I

ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 tertulis bahwasanya hak untuk memeluk agama

merupakan hak asasi manusia. Seterusnya pada Pasal 29 ayat 2 Undang-Undang

Dasar 1945 menyebutkan negara memberikan jaminan kemerdekaan untuk seluruh

penduduknya dalam hal memeluk agama.

Dalam penelitian ini, peneliti memiliki dua subjek yang berdomisili di wilayah

Kota Pekanbaru provinsi Riau yang berinisial RS (26) dan HS (39). Menurut

penuturan RS (25) mengatakan bahwa dirinya melakukan konversi agama bukan

hanya karena ingin melakukan pernikahan akan tetapi karena dirinya memang

memiliki keinginan untuk menjadi seorang mualaf sejak dari bangku SMP. RS
5

mengakui keinginannya bukan didapatkan dengan begitu saja akan tetapi dari proses

perjalanan selama dirinya mengenyam pendidikan dan karena perbandingan yang RS

lakukan terhadap lingkungannya, sehingga akhirnya RS melakukan konversi agama.

Sedangkan HS (39) bahwa keinginannya untuk berpindah agama karena HS

merasakan kekosongan dalam hatinya diurusan keagamaan sejak pertanyaan yang HS

ajukan kepada pemimpin keagamaannya tidak dapat terjawab kemudian pemaksaan

yang dilakukan oleh saudara ibu tiri HS untuk menjadi mualaf dan tukar pikiran yang

dilakukan HS dengan teman sekamarnya ketika bekerja di sebuah perusahaan.

Sampai akhirnya HS melihat agama islam sebagai agama yang lurus menurut dirinya

dan melakukan konversi agama

RS melihat dan mendengarkan pembelajaran agama islam yang diajarkan di

sekolahnya. Sehingga RS merasa bahwa islam itu adalah agama yang indah, menurut

RS tidak ada pengaruh orang lain dalam perpindahan agama yang dirinya lakukan,

semuanya terjadi murni karena keinginannya sendiri.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini karena

banyaknya konversi agama yang terjadi di lingkungan penulis. Konversi agama

marak terjadi baik di indonesia sendiri maupun di negara-negara lain.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka penulis

memfokuskan dan menjelaskan penelitian ini mengenai :


6

1. Bagaimana konsep diri pada pelaku konversi agama dari kristen ke

islam?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pelaku

konversi agama tersebut?

3. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konversi

agama?

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana konsep diri pelaku

Konversi agama dari kristen ke islam serta faktor-faktor yang mempengaruhi

konsep diri pelaku konversi agama dan untuk mengetahui faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya konversi agama.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang diadakannya penelitian ini dapat diambil beberapa

manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

bagi para ilmuwan psikologi dan mahasiswa, untuk menambah ilmu

pengetahuan dalam bidang psikologi yang dapat dijadikan sebagai bahan

kajian untuk penelitian-penelitian selanjutnya dalam bidang psikologi.


7

b. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan

pemahaman dan gambaran mengenai konsep diri pada pelaku pindah agama

dari kristen ke islam, serta diharapkan pula dapat menjadi bahan psikoedukasi

bagi masyarakat luas.

Anda mungkin juga menyukai