Anda di halaman 1dari 21

ERAN MAHASISWA DALAM

PANCASILA
Dewasa ini banyak kalangan manusia yang melupakan adanya pancasila sebagai pedoman
bangsa dalam bermasysrakatt terutama pada kalangan mahasiswa.Peran mahasiswa bagi
bangsa dan negeri ini perlu kita kembangkan sebaik mungkin.dapat dikatakan, bahwa
mahasiswa adalah aset, cadangan, dan harapan bangsa masa depan. Peran organisasi kampus
tentu mempengaruhi kualitas mahasiswa, kaderasasi yang baik dan penanaman nilai yang
baik tentu akan meningkatkan kualitas mahasiswa yang menjadi calon pemimpin masa depan.
dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini terutama dalam masa reformasi, bangsa
Indonesia sebagai bangsa harus memiliki visi serta pandangan hidup yang kuat agar tidak
terombang-ambing di tengah-tengah masyarakat internasional.

Sebagai mahasiswa Tugas anda semua adalah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya
untuk mengambil peran dalam proses pembangunan untuk kemajuan bangsa kita di masa
depan.salah satunya adalah mengamalkan pancasila sebagai peedoman yang REAL.
Tujuan Negara sudah di rumuskan dalam Pancasila dan UUD 1945, serta guna mencapai
empat tujuan nasional kita, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketPeran mahasiswa bagi bangsa dan negeri ini bukan hanya duduk di depan
meja dan dengarkan dosen berbicara, akan tetapi mahasiswa juga mempunyai berbagai
perannya dalam melaksanakan perubahan untuk bangsa Indonesia, peran tersebut adalah
sebagai generasi penerus yang melanjutkan dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan pada
suatu kaum, sebagai generasi pengganti yang menggantikan kaum yang sudah rusak moral
dan perilakunyaertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.

Setidaknya ada empat peranan mahasiswa yang menjadi tugas dan tanggung jawab yang
harus dipikul. Peranan ini diturunkan apa yang seharusnya dan paling idealnya.yaitu Creator
of Change,Iron Stock,Social Control, Moral Force.lebuh jelasnya akan baca di halam bawah
ini.Semoga apa yang di harapkan bangsa kita dan mahasiswa dapat menjadi kenyataan.
Bagaimana Seharusnya Mahasiswa*
by Rahmat Al Kafi Sabtu, Juli 20, 2013
Oleh: Rahmat Al Kafi[2]

Bagaimana seharusnya Mahasiswa? Sebagai awal, sebelum menuju pada


keharusan-keharusan seorang mahasiswa, kita harus mengenal siapa diri
kita? Atau siapakah saya? Soe Hok-Gie [3] dalam tulisannya mengatakan:
“Kadang-kadang kita bertanya kepada diri kita sendiri “Siapakah saya?”
Apakah saya seorang fungsionaris partai yang kebetulan menjadi
mahasiswa sehingga harus patuh pada intruksi dari bapak-bapak saya
dalam partai. Apakah saya seorang politikus yang harus selalu realistis dan
bersedia menerima kompromi-kompromi prinsipal dan tidak boleh punya
idealisme yang muluk-muluk? Apakah saya seorang kecil yang harus patuh
pada setiap keputusan dalam DPP (Dewan Pimpinan Pusat) ormas saya,
atau pimpinan fakultas saya, atau pemimpin-pemimpin saya? Ataukah saya
seorang manusia yang sedang belajar dalam kehidupan ini dan mencoba
terus-menerus untuk berkembang dan menilai secara kritis segala situasi.
Walaupun pengetahuan dan pengalaman saya terbatas? Kadang saya
bertanya pada kenalan-kenalan saya “siapakah kamu?” Seorang tokoh
mahasiswa menjawab: “Saya adalah antek partai saya. Kebenaran
ditentukan oleh DPP Partai.”[4]

Apakah kita telah mengenal siapa kita? Siapa Anda? Siapa kalian? Atau
siapa saya? Setelah kita mengenal siapa diri kita. Positif atau tidak,
terimalah… Itulah wujud kita hari ini. Tapi, jangan khawatir perubahan
akan terus tejadi. Karena Cuma perubahan yang abadi di atas dunia ini.[5]

“Tak kenal maka tak sayang” kita tidak bisa menyayangi sesuatu tanpa
mengenal objeknya. Kita harus mengenal apa itu mahasiswa sebelum
menyayangi, dalam bentuk mendalami “bagaimana seharusnya
mahasiswa?”
Apa yang dimaksud dengan mahasiswa? Mahasiswa adalah seorang pelajar
yang telah menyelesaikan studi SMAnya, dan sedang menuntut ilmu di
perguruan tinggi. Ada juga yang mengatakan, mahasiswa adalah Agent of
change (agen perubahan) karena mahasiswa telah mebuktikan diri
berpartisipasi dalam perubahan-perubahan yang terjadi di Indonesia.
Tahun 1928 (Sumpah Pemuda), tahun 1945 (Proklamasi), tahun 1966
(Orde lama berganti orde baru), dan tahun 1998 (Reformasi). Semoga di
hari-hari depan ada lagi.

Menurut Anies Baswedan, "masa mahasiswa adalah masa belajar


di fase terakhir dari struktur pendidikan formal di Indonesia. Bila Anda
sudah sampai mahasiswa, Anda pasti sudah SMA dan seterusnya. Jadi
ini fase terakhir. Kenapa saya sebut demikian? Karena sesudah itu, maka
Anda akan berada di crossing road, apakah Anda meneruskan ke jalur
non–akademik atau akademik. Bila Anda meneruskan ke jalur non-
akademik mungkin Anda bisa bekerja di wilayah Anda masing-masing dan
di situ mungkin Anda bisa meneruskan satu degree lagi, namanya master,
master yang sifatnya profesional untuk menopang keprofesian Anda.
Misalnya Anda mengambil master bisnis atau mengambil master ilmu-
ilmu terapan lain. Jika Anda masuk ke jalur akademik, karena namanya
universitas, maka Anda akan meneruskan ke
jenjang master, menjadi doctor lalu menjadi peneliti dan
menjadi scholar."[6]

Lagi menurut Anies Baswedan, ada beberapa kelompok mahasiswa yang


bisa dibedakan berdasarkan pilihan kegiatan. Mahasiswa yang pertama
adalah mahasiswa hedonis-konsumtif, zaman itu mereka adalah penikmat
orde baru, mereka pergi kuliah naik mobil di zaman itu di mana
kebanyakan mahasiswa hanyabisa naik motor, sepeda, atau jalan kaki
untuk menuju kampus. Yang kedua adalah mahasiswa profesional–
individualis, kerjaannya kuliah saja, tidak perduli yang lain, menyiapkan
diri untuk masa depan, professional tapi individualis. Ketiga, mahasiswa
jenis ini, kita istilahkan asketis religius, asketis religius ini di pikirannya
hanya agama saja. Keempat adalah mahasiswa yang aktivis, nilai minim,
aktif sana-sini. Kelima, mahasiswa yang istilah kita adalah protarian,
merasa dirinya sebagai ekspresi kemiskinan, ekspresi penderitaan rakyat
kecil, kita bisa lihat dari gaya baju, rambut dll. Selanjutnya Keenam
mahasiswa yang kecenderungannya adalah melakukan kajian, lalu seakan-
akan setelah melakukan kajian secara mendalam, maka problem
masyarakat itu selesai.[7]

Dari berbagai paparan kelompok mahasiswa di atas. Bagaimana pun


bentuknya, mereka tetap mahasiswa dengan ekspresi masing-masing. Kita
juga harus mengetahui budaya akademik di perguruan tinggi dibagi
menjadi 13 diantaranya: kritis, kreatif, objektif, analitis, konstruktif,
dinamis, dialogis, bersedia menerima kritik, menghargai prestasi
akademik, bebas dari prasangka, menghargai waktu, memiliki dan
menjunjung tinggi tradisi ilmiah, serta berorientasi pada masa depan.[8]

Dalam diskusi kali ini, kita akan mengkaji tentang “bagaimana seharusnya
mahasiswa” hal ini harus kita kaji sejauh mungkin, karena kita harus
menyadari bahwa yang merusak bangsa ini adalah para “Mantan
Mahasiswa!” Kita tidak boleh seperti mereka.

1. Mahasiswa Harus Berani Berterus Terang (Jujur), Mempunyai


Banyak Cita-Cita, Tidak Takut Salah, Independen, Pencari
Kebenaran, dan Bertaqwa kepada Allah SWT.

Soe Hok Gie dalam tulisannya mencatat "Saya katakan pada diri saya
sendiri: saya adalah seorang mahasiswa. Sebagai mahasiswa saya tak bisa
mengingkari wujud saya. Sebagai pemuda yang masih belajar dan
mempunyai banyak cita-cita, saya harus bertindak sesuai dengan wujud
tadi. Karena itu, saya harus berani untuk berterus terang, walaupun ada
kemungkinan saya akan salah tindak. Lebih baik bertindak keliru daripada
tidak bertindak karena takut salah. Kalaupun saya jujur terhadap diri saya,
saya yakin akhirnya saya akan menemukan arah yang tepat. Saya adalah
seorang manusia dan bukan alat siapa pun. Kebenaran tidaklah datang
dalam bentuk intruksi dari siapapun juga, tapi harus dihayati secara
“kreatif”. A man is as he thinks."[9]

a. Mahasiswa Harus Berani Berterus Terang (Jujur)


Sifat berterus terang harus berani dibiasakan oleh mahasiswa. Berani
menyatakan salah sebagai kesalahan, dan benar sebagai kebenaran.
[10] Karena Jujur itu revolusioner.[11] berani menyatakan kebenaran
adalah sebuah simbol bahwa idealisme masih ditegakkan. Kejujuran-
kejujuran di kala mahasiswa akan membiasakan kita hingga kelak selesai
kuliah. Mahasiswa harus terus membawa sikap yang jujur berterus terang.
Kita akan mendapat trust dari siapapun ketika kita terbiasa berkata jujur.

b. Mahasiswa Harus Punya Banyak Cita-Cita Dan Harus Kritis


Dengan Situasi
Lagi Gie dalam tulsiannya "Seorang pemuda, datang dengan penuh takjub
pada gerbang perguruan tinggi. Ia berfikir untuk memasuki dunia baru,
dunia untuk membuat field work bagi kemajuan nusa dan bangsa. Saya
membayangkan seorang mahasiswa antropologi, yang berusia sembilan
belas tahun yang datang dengan cita-cita untuk membuat field work di
pedalaman Kalimantan atau Irian Barat. Atau seorang jurusan kimia yang
berfikir untuk mendapatkan sejenis cairan baru yang dapat melambungkan
manusia ke bulan. Atau seorang mahasiswa hukum yang datang dengan
ide-ide yang sarat tentang rule of law."[12] Dalam waktu beberapa tahun,
pemuda berumur sembilan belas tahun ini mengetahui bahwa tak mungkin
ada “field work” ke Irian Barat atau pedalaman Kalimantan. Ia harus puas
dengan skripsi tentang masyarakat tukang buah-buahan di pasar minggu.
Dan pelan-pelan ia harus melupakan idealismenya tentang cairan yang
dapat melontarkan manusia ke bulan. Dan mahasiswa fakultas hukum ini
mengetahui, bahwa di atas hukum terdapat hukum yang tidak tertulis.
Tentara, polisi, jaksa dan garong-garong yang punya koneksi.[13]

Digambarkan di atas, bahwa ketika memasuki gerbang perguruan tinggi,


para mahasiswa sangat antusias dan telah mempunyai mimpi masing-
masing, tergantung dari jurusan apa yang mereka ambil. Namun, pada
kenyataannya, kampus-kampus hari ini hanya membentuk mahasiswa yang
rajin kuliah, cepat lulus dan seterusnya… dan seterusnya…
Namun, yang menjadi poin pentingnya, bahwa dalam kondisi apapun
mahasiswa harus konsisten pada cita-citanya. Dalam prosesnya, mahasiswa
harus kritis pada kondisi-kondisi yang tidak seharusnya.

c. Mahasiswa Harus Tidak Takut Salah


Dalam proses menuntut ilmu, "kesalahan" adalah salah satu proses belajar
dan "kebenaran" adalah buah dari proses belajar. Tidak perlu takut salah,
seperti kata Gie tadi, jangan sampai karena takut salah kita tidak berani
melakukan apapun sehingga akhirnya kita tidak memperoleh apa-apa.
Padahal dari proses salah dan berani mengambil sikap itu, merupakan
proses belajar yang paling berharga.

d. Mahasiswa Harus Independen dalam Gerakan dan


Kehidupannya
Menurut Anies Baswedan: Pergerakan Mahasiswa mempunyai karakter
moral yang jelas, hitam putih; benar-benar, salah-salah tidak ada area abu-
abu. Dan mahasiswa memang harus begitu. Mahasiswa jangan takut,
menurut saya “A” nggak ada masalah, Anda tidak mempunyai kepentingan
apapun kalau benar Anda katakan benar kalau salah Anda katakan salah.
[14]

Mahasiswa harus independen, dia berbicara sesuai dengan keilmuan yang


ia miliki, dia harus lepas dari ikatan intruksi, doktrin yang mengikat yang
mebuat mereka harus lari dari kebenaran.

e. Mahasiswa Harus Mencari dan Menegakkan Kebenaran


Mencari kebenaran adalah khittah dari tugas seorang mahasiswa dalam
menuntu ilmu. Mencari kebenaran, dari yang sudah benar dan mencari
yang baik, dari yang sudah baik.[15] Walaupun kita mengikuti sebuah
organisasi lalu kita diajarkan sesuatu yang bertentangan dengan idealisme,
maka kita sebagai mahasiswa harus melawan. Tidak ada fanatisme
terhadap organisasi - yang bisa saja salah dan benar. Fanatisme hanya pada
kebenaran dan kebaikan.

f. Mahasiswa Harus Bertaqwa kepada Allah SWT


Seorang mahasiswa harus bertaqwa kepada Allah. Dunia mahasiswa justru
membuat kita jauh dari Tuhan. Padahal kebenaran yang hakiki hanyalah
ajaran Tuhan. Namun, tidak bisa dipungkiri di kala mahasiswa sikap kritis
kita dihadapkan pada apapun, termasuk eksistensi Tuhan. Tak banyak
manfaatnya terus-terusan membahas hal seperti itu. Semua ajaran dari
Allah "benar" kecuali yang telah diubah atau diinterpretasikan salah oleh
manusia.

2. Mahasiswa Harus Aktif di Organisasi, Manajemen Waktu,


Belajar Kepemimpinan, Berbicara di Depan Umum, Berfikir,
dan Bertindak Sesuai Dengan Kata dan Fikirannya.

Untuk menambah skill dan wawasan individu dari seorang mahasiswa,


maka mahasiswa harus aktif di organisasi yang dia sukai, belajar
kepemimpinan dan menjadi pemimpin, belajar berbicara dengan baik,
berfikir yang baik dan mampu bertindak sesuai dengan kata dan fikirannya.

a. Mahasiswa Harus Aktif Berorganisasi


Dalam wawancara tetang mahasiswa, Anies Baswedan mengatakan:
“Ketika Anda melewati fase kuliah, Anda akan menjadi orang-orang
“bekerja” tidak lagi belajar. Bekerja itu diperlukan kemampuan bukan
sekedar prestasi akademik tapi dibutuhkan pengalaman, keterampilan
untuk bisa memimpin, mengelola, bernegoisasi. Pengalaman berorganiasi
selama kuliah, itu merupakan modal untuk bisa meniti karir ke depan
dengan baik. Oleh karena itu, saya sangat mendukung dan menurut saya
sangat penting bagi anak-anak yang sedang kuliah untuk mengembangkan
diri lewat organisasi. Jadi, saya selalu mengatakan, aktif di kampus itu
sebenarnya sebuah kewajiban secara moral, secara hukum mengatakan itu
tidak. Tapi Anda sebagai mahasiswa itu wajib. Kalau Anda tidak
mengembangkan diri lewat organisasi sekarang, sesudah Anda lulus atau
memulai berkarir saat itu, Anda menyesal, kenapa dulu tidak aktif? Kenapa
dulu tidak mengembangkan kepemimpinan? Dari pada Anda menyesal
nanti, kerjakan, jadilah aktivis, tapi aktivis itu bukan demonstran,
beda!.”[16]

Aktif di organisasi, akan membuat mahasiswa bertemu dengan banyak


orang dan banyak karakter. Dari situ mahasiswa dapat banyak belajar dari
proses interaksi antar manusia di dalamnya. Dalam organisasi mahasiswa,
kita dapat memperoleh ilmu tentang manajemen, pengaturan, pemikiran,
menemukan jati diri, pembentukan karakter dan lain-lain. Ilmu-ilmu tadi
dapat digunakan untuk kehidupan setelah kuliah. Contoh kecilnya dalam
mengurus keluarga. Mengurus keluarga butuh juga pelajaran tentang
organisasi.
b. Mahasiswa Harus Bisa Menjalani Secara Bersamaan,
Berorganisasi dan Kuliah. (Manajemen Waktu)
Anies Baswedan menambahkan: “Anda sebagai mahasiswa, apa sih
kewajiban mahasiswa ini? Kuliah, bukan? Itu bukan dinomorsatukan atau
tidak, itu sesuatu yang harus dikerjakan. Jadi, jangan katakan itu
terpisahkan. Itu sudah hal yang harus dikerjakan. Jadi, Demikian juga
dengan aktivis, proporsinya akan tergantung penyesuaian pada
suasanannya. Seperti Anda tanyakan seperti saya ”Mas Anies, ingin
menjadi suami atau ingin menjadi bapak?” Gimana dong? Itu tidak bisa
terpisahkan, dalam diri saya ini banyak menempel beberapa tugas, Anies
sebagai anak, ayah, rektor, pengurus Fullbright dan Anies sebagai
penggagas gerakan Indonesia Mengajar. Saya tidak bisa kemudian
mengatakan “Mau yang mana?“ Semuanya harus dijalankan. Ada waktunya
pada saat saya di sini mengerjakan A, B, C, D, itu yang saya harus bereskan
dengan baik. Saat saya di Jakarta dengan keluarga, itu yang harus saya
lunasi dengan baik. Jadi, kebiasaan untuk memiliki multiple role, tidak bisa
dimulai saat Anda sudah lulus nanti, tapi biasakan sekarang. Saat Anda
tidak terbiasa dengan multiple role Anda akan selalu berpikirnya ini atau
ini, ini atau ini, Anda harus bisa mengerjakan semuanya. Anda pernah
melihat pemain juggler? Bisa tidak seorang juggler itu berkonsentrasi
hanya satu bola saja? Ada masanya Anda mainkan satu bola terus kan? Ada
masanya semuanya harus dikerjakan ada yang bisa 3 bola, 5 bola atau 10
bola. The more you practice managing multiple role the more experience
you have dan Anda bisa mengerjakan itu tanpa harus melihat lagi.[17]

c. Mahasiswa Harus Belajar Kepemimpinan dan Mampu


Menjadi Pemimpin
You are a leader if and only if you have followers. Anda pemimpin hanya
dan jika Anda punya pengikut. Dalam mempelajari Kepemimpinan, Anda
bisa ikut training-training karena itu bisa membantu menstrukturkan apa
yang harus dipelajari dalam leadership. Yang kedua, ambil pengalaman
untuk memimpin, karena memimpin itu bukan pekerjaan yang secara
teoritis bisa dengan mudah didefinisikan. Memimpin itu adalah pekerjaan
yang membutuhkan keterampilan pengalaman. Anda mau belajar
berenang? Saya ajak masuk di ruang yang canggih, saya ajari Anda
berenang di situ, alat simulasi yang luar biasa, lalu saya ajak Anda ke kolam
renang, bisa Anda berenang? Bisa satu jam, habis Anda nyemplung Anda
baru berenang, setelah itu Anda tunggu kemampuan berenang Anda. Saya
selalu mengatakan belajarlah berorganisasi dan bermasyarakat di kampus,
karena kampus itu karakternya seperti kolam renang. Karakter kolam
renang itu pakai bata, kedalamnnya terukur, tekanannya terukur,
ombaknya tidak ada. Anda mau belajar berenang di Samudra Pasifik?
Kedalamanya tidak terukur, suhunya luar biasa dingin, ombaknya
besar. That’s leadership challenge for the future, itulah tantangan bagi
masa depan Anda. Kebanyakan orang baru belajar berenang saat mereka
sudah sampai samudra pasifik, bisa survive tapi bisa juga tenggelam. Kalau
Anda belajar kepemimpinan di saat mahasiswa, Anda masih belajar di
lingkungan yang masih terukur, kadar beban kepemimpinan Anda itu
terukur, seperti Anda belajar berenang di kolam renang. Karenanya kalau
mau belajar kepemimpinan, lakukan sekarang, jangan nanti saat sudah
selesai kuliah. Karena di sana tantangannya sangat besar sekali, mendadak
Anda baru belajar kepemimpinan saat tantangaannya sangat besar sekali,
kalau Anda gagal maka Anda akan tenggelam.[18]

d. Mahasiswa Harus Mampu Berbicara Dengan Baik Di Depan


Umum Maupun Interaksi Personal
Mahasiswa adalah manusia intelektual. Dalam menyampaikan gagasan-
gagasan intelektualnya dibutuhkan kepAndaian berbicara (Retorika).
Karena, kesan pertama untuk mengetahui seorang mahasiswa cerdas atau
tidak adalah dengan melihat cara mahasiswa tersebut berbicara. Untuk
menilai selanjutnya, kita bisa melihat dari sikapnya. PAndai berbicara,
akan menjadi pAndai negosiasi, dan akhirnya pAndai mempengaruhi orang
lain. Namun peringatan bagi mahasiswa yang pAndai berbicara, selalulah
berbicara dalam konteks menyebar kebenaran dan kebaikan.
Tergelincirnya lidah lebih berbahaya daripada tergelincirnya kaki.[19]

Gerakan mahasiswa memiliki karakter intelektual. Ini yang membedakan


dengan gerakan-gerakan pemuda yang lain. Karenanya Anda harus
berbicara dengan moral dan dengan ilmu, caranya pakailah data. Anda
kalau marah yah harus pakai data, tidak harus melakukan penelitian tapi
yang penting ada punya data. Kalau misalnya Anda memprotes
pemerintah, yang menaikkan BBM. Anda harus bisa bilang kenapa mau
protes, secara data Anda harus bilang: ini menyebabkan kemiskinan bukan
semata-mata ini sebuah keputusan yang saya mau![20]

e. Mahasiswa Harus Mampu Berfikir Dengan Baik


Mahasiswa harus membiasakan berfikir kritis, solutif, kreatif dan inovatif.
Berfikir dapat meningkatkan kapasitas keilmuan. Upaya berfikir dilakukan
untuk mencari yang terbaik dari yang baik. Kebiasaan berfikir akan
memudahkan kita untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan.

f. Mahasiswa Harus Mampu Meluruskan Kata, Fikiran, Dan


Perbuatannya.
Setelah pAndai berbicara, mampu berfikir dengan baik, mahasiswa harus
juga meluruskan dua hal tadi menjadi sebuah tindakan. Mahasiswa harus
satu kata, fikiran dan perbuatan. Prinsip seperti ini mengandung aspek
kejujuran, konsistensi, tanggungjawab, kedisiplinan dan jauh dari hal yan
disebut kemunafikan. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap
kemunafikan.[21] Bila Anda berfikir bahwa mencuri itu tidak boleh dan
tidak baik, Anda juga harus mengatakan mencuri itu tidak baik, dan dalam
sikap dan perbuatan. Anda tidak boleh mencuri.

g. Mahasiswa harus haus ilmu pengetahuan dan Belajar Sejarah.


Sebagai bagian dari kehidupan akademik di perguruan tinggi, mahasiswa
harus haus ilmu pengetahuan. Mahasiswa harus menemukan pengetahuan
baru, bukan hanya sebagai korban akademik yang sekedar mengetahui
bukan menemukan. Kita harus belajar banyak pada kasus-kasus mahasiswa
di Amerika Serikat yang berani menemukan sesuatu yang luar biasa seperti
Steve Jobs (Apple), Bill Gates (Microsoft), dan Mark Zuckerberg
(facebook). Mereka adalah orang yang akhirnya keluar dari kampus, untuk
fokus pada temuannya, dan hari ini menjadi kaya raya. Meskipun budaya
akademik hari ini tidak banyak mendukung itu, mahasiswa harus berani
melawan arus. Mahasiswa harus mencoba menemukan hal-hal baru.
Mahasiswa juga harus membuka diri menjadi ilmuwan. Dan intinya, segala
sesuatu bisa dipelajari. Ingat sebuah pesan inspiratif “Untuk menjadi BISA.
Dibutuhkan bakat 1% dan kerja keras 99%.”

Selain itu, untuk mempermudah pengetahuan, mahasiswa perlu belajar


sejarah. Seperti kata Bung Karno: “Jas Merah (Jangan Sekali-kali
melupakan sejarah).” Dari sejarah, kita bisa belajar kesalahan-kesalahan
dan keberhasilan orang-orang sebelum kita. Kita tidak perlu terjatuh pada
kesalahan yang sama dari orang sebelum kita. Dan kita perlu mengambil
manfaat dari keberhasilan mereka.

3. Mahasiswa harus mengembangkan potensinya, open mind


dan mencari teman sebanyak-banyaknya, dan mengabdi kepada
masyarakat.

a. Mahasiswa harus mengembangkan potensinya


Setelah mendapatkan hal-hal diharuskan tadi , tidak bisa dipungkiri,
mahasiswa mempunyai bakat, minat dan hobi yang berbeda-beda. Ada
yang suka menulis, melakukan kajian, fotografi, film, musik, seni, olahraga,
mencitai alam, dan seterusnya. Mahasiswa tidak harus sama dengan
teman-temanya. Karena temannya menekuni musik, dia juga memaksakan
diri menjadi musisi. Tidak harus. Mahasiswa harus membaca potensi
dirinya, lalu kemudian diwujudkan dengan fokus pada pengembangan
minat itu saja.

Bruce lee mengatakan: “Saya tidak takut pada orang yang telah berlatih
seribu macam tendangan, tapi saya takut pada orang yang melatih satu
macam tendangan sebanyak seribu kali”

b. Mahasiswa harus open mind


Open mind artinya berfikir terbuka, dengan berfikir terbuka kita dapat
bergaul kepada siapapun dan pada orang yang macam-macam modelnya.
Mahasiswa perlu menyadari, dalam kehidupan, kebenaran hari ini bisa
menjadi kesalahan di kemudian hari. Tidak ada kebenaran yang hakiki
kecuali dalam kitab-kitab Ajaran Allah SWT. Dengan bergaul dengan
banyak orang kita bisa belajar banyak.

c. Mahasiswa harus mencari teman sebanyak-banyaknya


Bergaul dengan banyak orang, bisa membuat kita memperoleh teman yang
banyak. Punya banyak teman akan membuat kita dapat memperoleh
banyak hal dari teman kita, prinsip-prinsip Brotherhood bisa didapatkan
dalam kasus ini. Akan banyak keuntungan ketika mempunyai banyak
teman, contoh paling kecil adalah Anda adalah mahasiswa asal Makassar,
Anda ingin sekali pergi ke Lombok, naik gunung Rinjani atau sekedar
berwisata di Gili Trawangan dan pantainya. Anda cukup menghubungi
teman Anda yang berasal dari Lombok. Begitupun untuk kasus lainnya.
d. Mahasiswa harus mengabdi kepada masyarakat
Sebagai salah satu amanat Tri Darma Perguruan Tinggi selain pendidikan
dan penelitian, pengabdian masyarakat harus juga menjadi bagian dari
keseharian mahasiswa. Lakukanlah bentuk-bentuk pengabdian masyarakat
sesuai dengan kapasitas keilmuan dan kemampuan kita.

4. Mahasiswa harus kreatif dan bisa menghasilkan duit sendiri.

a. Mahasiswa harus kreatif


“Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya
berguna (useful), lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar,
mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah,
mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih
baik atau banyak.” (Mangunhardjana (1986 : 11))

“Kreativitas adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan suatu


yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru
yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai
kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur
yang sudah ada sebelumnya” (Utami MunAndar (1995 : 25))

Dari definisi kreativitas di atas seorang mahasiswa harus mampu


menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya - yang penuh dengan
tantangan, persoalan dan perjuangan. Mahasiswa dalam kesehariannya
harus berisi penemuan hal baru, gagasan-gagasan baru, penuh dengan
imajinasi-imajinasi baru yang diperuntukkan untuk melewati tantangan,
menyelesaikan persoalan dan mempermudah perjuangan.

b. Mahasiswa harus belajar mecari duit sendiri.


Sebuah penelitian dari Dr Stephen Carr Leon yang dituliskan dalam artikel
yang berjudul “Mengapa Yahudi Pintar?” Di Perguruan Tinggi Yahudi
terutama fakultas Ekonomi, para mahasiswa dikumpulkan dalam satu
kelompok yang berisi sepuluh orang. Mereka harus menyelesaikan proyek
senilai $US 1 juta. Untuk dapat lulus dari perguruan tinggi
tersebut. Pelajaran diatas adalah bagaimana cara bangsa Yahudi bisa
cerdas. Yaitu dengan penerapan beberapa kebiasaan yang teman-teman
bisa baca artikelnya lebih lanjut.

Belajar mencari uang saat mahasiswa adalah modal berharga untuk


kehidupan setelah kampus. Bisa melahirkan pengusaha-pengusaha muda
baru. Yang kala mahasiswanya bisa mengurangi beban pembiayaan hidup
dan ketika lulus, turut berpartisipasi memajukan negara. Mantan Wakil
Presiden RI, Jusuf Kalla mengungkapkan, “Minimnya jumlah pengusaha
dari total populasi penduduk Indonesia membuat kemakmuran masyarakat
berjalan tersendat-sendat. Kekurangan pelaku industri menjadi salah satu
kendala penghambat kemajuan bangsa. Pengusaha di Indonesia ini kurang
satu persen dari populasi penduduk. Bila dibandingkan misalnya dengan
Malaysia, yang punya pengusaha dua persen dari jumlah penduduknya,
kita masih kalah. Dunia sekarang dikuasai oleh kebutuhan pangan, air,
energi, dan logam. Keempat rupa penguasaan tersebut hanya bisa dipenuhi
apabila sebuah negara memiliki banyak pengusaha yang
mumpuni.”[22] Inilah salah satu motivasi mahasiswa untuk mulai merintis
bisnis, apapun bentuknya.

Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang. Pertumbuhan


angkatan muda di Indonesia itu setiap tahunnya bisa mencapai 3 juta.
Ternyata, mayoritas berorientasi menjadi PNS atau pegawai swasta. Nah,
mindset inilah yang diharapkan berubah. Anak muda tidak hanya bisanya
bercita-cita menjadi PNS dan pegawai swasta. Justru sebaliknya, anak
muda harus bercita-cita menciptakan lapangan kerja untuk
menyelamatkan Indonesia dari krisis ekonomi. Anak muda seharusnya
memiliki impian yang revolusioner untuk menaklukkan dunia, bukan
ditaklukkan dunia. Coba tengok Bill Gates yang sejak usia 13 tahun, saat
berdiskusi dengan rekannya, mampu memiliki statement revolusioner dan
visioner untuk kategori usianya. “Mari kita tampil dan menjual sesuatu
kepada dunia,” ujarnya. Impiannya saat itu adalah agar setiap rumah
memiliki satu Komputer. Sehingga, pada umur 20 tahun, akhirnya ia
mendirikan Microsoft. Dampaknya? Manusia memiliki kecenderungan
untuk memiliki personal computer. Belum lagi demam komputer jinjing
yang pasarnya semakin luas. Komputer kini sudah menjadi lifestyle yang
tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.[23] Dan masih banyak
kisah sukses lainnya yang bisa menginspirasi kita.

Lalu, bagaimana Seharusnya Mahasiswa? Beberapa bagian, seperti yang


telah disampaikan di atas. Dan selebihnya tergantung proses, pengalaman
dari hari-hari kita menjadi mahasiswa.

Meskipun Mahasiswa Indonesia dihadapkan pada realitas-realitas yang


anti idealisme. Namun, mahasiswa akhirnya dihadapkan pada dua pilihan.

Yang pertama tetap bertahan dengan cita-cita idealisme. Menjadi manusia-


manusia yang non-kompromistis. Orang-orang dengan aneh dan kasihan
akan melihat mereka sambil geleng-geleng kepala: “Dia pAndai dan jujur,
tetapi sayangnya kakinya tidak menginjak tanah.” Atau yang kedua dia
kompromi dengan situasi yang baru. Lupakan idealisme dan ikut arus.
Bergabunglah dengan grup yang kuat (partai, ormas, ABRI, klik dan lain-
lainnya) dan belajarlah teknik memfitnah dan menjilat. Karir hidup akan
cepat menanjak. Atau kalau mau lebih aman kerjalah di sebuah perusahaan
yang bisa memberikan sebuah rumah kecil, sebuah mobil atau jaminan-
jaminan lain dan belajarlah patuh dengan atasan. Kemudian carilah istri
yang manis. Kehidupan selesai.[24]
Semua keharusan diatas, hanyalah pilihan bagi mahasiswa, karena menjadi
multi talenta itu tidaklah mudah. Namun, bila ada yang mampu, akan lebih
baik.

Mahasiswa terbaik adalah mampu menjadi dirinya sendiri.

Sekian…
Salam Lestari…

Wassalam.
MANUSIA dan PANDANGAN HIDUP
Pengertian pandangan hidup
Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati. Karena
itu menentukan masa depan seseorang. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa arti pandangan hidup.
Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan,
petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia
berdasaikan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Pandangan Hidup merupakan suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan
jasmani dan rohani. Pandangan hidup ini sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat,
atau negara. Semua manusia pasti mempunyai suatu pandangan hidup sendiri – sendiri dan
kemungkinan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Tak sedikit pula orang yang
mempunyai pandangan hidup yang sangat bertentangan dengan pandangan hidup orang yang
lainnya, itulah yang sering memicu perdebatan diantara umat manusia dalam kehidupan sehari hari.
Seperti yang ada di negara kita sekarang ini, semakin maraknya kasus terorisme. Masalah ini
terjadi akibat kurang tepatnya pandangan suatu orang terhadap masalah kehidupan sehari – hari.
Mereka manafsirkan atau mengartikan suatu ajaran secara sepotong – sepotong dan hanya
berdasarkan pada satu atau dua sumber saja tidak melihat keadaan sekitar yang diperkirakan secara
logika sehingga mendapatkan penjelasan yang kurang tepat.
Mereka berpandangan bahwa semua orang yang menentang atau memusuhi keyakinannya
adalah musuh buat mereka dan itu harus dimusnahkan dari muka bumi ini untuk tersciptanya
kehidupan yang aman dan sejahtera. Padahal kalau kita perhatikan sebenarnya pandangan mereka
terhadap masalah tersebut adalah kurang tepat, bukan sewajarnya orang yang keliru itu disadarkan
untuk kembali ke jalan yang lurus bukan malah ditiadakan atau dimusnahkan.
Tetapi pandangan seperti itu seperti sudah mendarah daging pada diri mereka dan orang –
orang pengikutnya. Bahkan mereka menganggap kalau melakukan hal tersebut akan mendapat
suatu pahala yang besar dan kalaupun mereka maninggal dalam menjalankan aksi mereka tersebut
dianggap sebagai mati syahid. Padahal kalau diamati justru perbuatan yang mereka lakukan itu
sangat merugikan orang lain, seperti menghilangkan nyawa orang lain pasti keluarga yang
ditinggalkan itu akan menyimpan duka yang sangat mendalam dan bahkan sulit untuk dihilangkan.
Banyak anak kecil yang kehilangan orang tuanya, para orang tua kehilangan lapangan pekerjaan, dan
lain sebagainya.
Mereka juga tidak segan segan untuk menyebarkan ajarannya tersebut kepada orang –
orang yang ada disekitarnya sehingga pengikut semakin banyak. Dan hal tersebut tidak akan
berhenti sebelum apa yang mereka inginkan tercapai.
Seperti yang kita lihat sekarang ini, meskipun pimpinan gembong teroris sudah banyak yang
tertangkap tetapi terorisme masih terus terjadi. Hal tersebut dikarenakan bahwa ajaran yang mereka
ajarkan masih belum mati dan terus berjalan sehingga siapa saja bisa menerukan ajaran tersebut
meskipun sang pemimpin telah tiada, karena mereka bisa membentuk kader – kader pemimpin
baru.
Untuk masalah tersebut hal yang harus dibenahi sebeneranya adalah pandangan hidup pada
pribadi masing masing orang tersebut. Kalau yaang dibasmi adalah pemimpinnya itu belum bisa
menuntaskan permasalahan karena pengikutnya masih banyak dan hal itu sulit untuk ditelusuri satu
persatu. Kalau pandangan hidup mereka sudah kembali ke jalan yang benar, tidak perlu lagi
diperintah pun mereka akan menghentikan aksi aksi yang mereka jalankan sekarang ini dengan
kesadaran probabadi.
Pandangan hidup banyak sekali macam dan ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat
diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri atas tiga macam.

1. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak
kebenarannya.
2. Pandangan hidup yang berupa ideology yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma
yang terdapat pada Negara tersebut.
3. Pandangan hidup hasil renungan yakni pandangan hidup yang relative kebenarannya.

Orang yang memiliki pandangan hidup pasti memiliki tujuan, dan tujuan ini biasa di sebut
cita-cita. Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah keinginan, harapan,
tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa yang
mau diperoleh seseorang pada masa mendatang.
Apabila cita-cita itu tidak mungkin atau belum mungkin terpenuhi, maka cita-cita itu disebut angan-
angan.
Antara masa sekarang yang merupakan realita dengan masa yang akan datang sebagai ide
atau cita-cita terdapat jarak waktu. Dapatkah seseorang mencapai apa yang dicita-citakan, hal itu
bergantung dari tiga faktor.
- Faktor manusia
- Faktor kondisi
- Faktor tingginya cita-cita
Terdapat formula sukses yang dapat kita jadikan pedoman untuk menggapai cita-cita kita.
Pertama kita harus mengubah Belief System (Keyakinan dan Goal) kita. Kedua kita harus mengubah
cara berpikir kita dan emosi kita. Ketiga, mengubah segala keputusan kita yang dapat menghambat
cita-cita kita. Keempat, kita harus mengubah segala tindakan-tindakan buruk kita. Dari semua itu kita
akan mendapatkan hasil yang menjadi keyakinan dan goal kita dari awal.
Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang dapat dicapai melalui kerja keras, kreativitas,
inovasi, dukungan orang lain dan sebagainya. Khayalan hasil melamun cenderung tidak logis dan
bersifat mubazir karena banyak waktu yang terbuang untuk menghayal yang tidak-tidak.
Dalam bercita-cita pun sebaiknya jangan terlalu mendetail dan fanatik karena kita bisa
dibuat stres dan depresi jika tidak tercapai. Contoh adalah seseorang yang punya cita-cita jadi
dokter. Ketika dia tidak masuk jurusan ipa dia stress, lalu gagal snmptn / spmb kedokteran dia stress,
dan seterunya.
Tidak semua orang bisa menentukan cita-cita. Jika tidak bisa menentukan cita-cita, maka
bercita-citalah untuk menjadi orang yang berguna dan dicintai orang banyak dengan hidup yang
berkecukupan. Untuk mendapatkan motivasi dalam mengejar cita-cita kita bisa mempelajari kisah
sukses orang lain atau membaca atau melihat film motivasi hidup seperti laskar pelangi.
Langkah-langkah Berpandangan Hidup yang Baik
Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup apapun dan bagaimanapun itu untuk
dapat mencapai dan berhasil dalam kehidupan yang diinginkannya. Tetapi apapun itu, yang
terpenting adalah memiliki pandangan hidup yang baik agar dapat mencapai tujuan dan cita-cita
dengan baik pula. Adapun langkah-langkah berpandangan hidup yang baik yakni:

 Mengenal

Mengenal merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupakan tahap pertama dari setiap
aktivitas hidupnya yang dalam jal ini mengenal apa itu pandangan hidup. Tentunya kita yakin dan
sadar bahwa setiap manusia itu pasti mempunyai pandangan hidup, maka kita dapat memastikan
bahwa pandangan hidup itu ada sejak manusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada sebelum manusia
itu belum turun ke dunia.

 Mengerti

Tahap kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengerti. Mengerti disini
dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bemegara kita
berpandangan pada Pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada Pancasila kita hendaknya
mengerti apa Pancasila dan bagaimana mengatur kehidupan bemegara. Begitu juga bagi yang
berpandangan hidup pada agama Islam. Hendaknya kita mengerti apa itu Al-Qur’an, Hadist dan
ijmak itu dan bagaimana ketiganya itu mengatur kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.

 Menghayati
Langkah selanjutnya setelah mengerti pandangan hidup adalah menghayati pandangan
hidup itu. Dengan menghayati pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan benar
mengenai kebenaran pandangan hdiup itu sendiri.
Menghayati disini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu
dengan memperluas dan mernperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu sendiri.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka menghayati ini, menganalisa hal-hal yang
berhubungan dengan pandangan hidup, bertanya kepada orang yang dianggap lebih tahu dan lebih
berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu atau mengenai pandangan hidup itu sendiri. Jadi
dengan menghayati pandangan hidup kita akan memperoleh mengenai kebenaran tentang
pandangan hidup itu sendiri.

 Meyakini

Setelah mengetahui kebenaran dan validitas, baik secara kemanusiaan, maupun ditinjau dari
segi kemasyarakatan maupun negara dan dari kehidupan di akherat, maka hendaknya kita meyakini
pandangan hidup yang telah kita hayati itu. Meyakini ini merupakan suatu hal untuk cenderung
memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya.

 Mengabdi

Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu
yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi
maka kita akan merasakan manfaatnya. Sedangkan perwujudan manfaat mengabdi ini dapat
dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu sendiri bisa terwujud di masa masih hidup dan
atau sesudah meninggal yaitu di alam akhirat.

Anda mungkin juga menyukai