Anda di halaman 1dari 120

Direktorat

dayaan
I ,

KALIMANTAN BARAT
DANSUMBAWA
I
.::.
DALAM PERSPEKTIF ARKEOLOGI DAN SEJARAH

Oleh: Bambang Budi Utomo

Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional


Badan Pengembangan Sumberdaya Kebudayaan dan Pariwisata
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Jakarta, 2007

Ill
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
'-

Penanggung Jawab (Responsible Person)


Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional
(Director of National Research and Development Centre of Archaeology)

Dewan Redaksi (Board of Editors)


Ketua Merangkap Anggota (Chairperson and Member)
Prof. Dr. Truman Simanjuntak, APU (Arkeologi Prasejarah)

Sekretaris (Secretary and Member)


Ora. Dwi Yani Yuniawati, M.Hum. (Arkeologi Prasejarah)

Anggota (Members)
Prof. Dr. Haris Sukendar, APU (Arkeologi Prasejarah)
Prof. Ora. Naniek Harkantiningsih, APU (Arkeologi Sejarah)
Dr. Endang Sri Hardiati (Arkeologi Sejarah)
Drs. Sonny Wibisono, MA, DEA. (Arkeologi Sejarah)

Penyunting Bahasa Inggris (English Editors)


Dr. P.E.J. Ferdinandus
Ora. Aliza Diniasti

Redaksi Pendamping (Associate Editors)


Ora. Fadhila A.A., M. Hum.
Ora. Titi Surti Nastiti, M. Hum.
Drs. Bambang Budi Utomo
Agustijanto Indrajaya, S.S.
Drs. Mujib

Redaksi Pelaksanan (Managing Editors)


Ora. Sukowati Susetyo
Murnia Dewi
Tohari Achmad

IV
DAFI'ARISI

KEPURBAKAIAAN DAN SEJARAH


KALIMANTAN BARAT
Pengantar --- 2

1. Berita Tionghoa --- 4


2. Niigaraki rtiigama dan sejarah Melayu--- 8
3· Tinggalan Budaya --- 10

3.1. Situs Sabong Pelangi --- 10

3.2. Situs Batu Sampei ---36


3-3· Situs Batu Pait --- 39
3-4· Situs Nanga Sepauk --- 42
3-5· Situs Benua Lama --- 49
4. Zaman Kuna ---55
5. Awal Kesultanan --- 59
6. Penutup --- 69

PERADABAN DIPULAU SUMBAWA


SEBELUM DAN SETELAH MELETUSNYA
GUNUNG TAMBORA
Latar Belakang --- 77
1. Sumbawa Sebelum Islam --- 8o
2. Kerajaan Islam di Pulau Sumbawa --- 86

~=-7~ ~~ M~
v
r
...~-: - ·----!9';
iff -1 1'J i . , • CJ
t. '....J

.c'
3. Man Khmer --- 93
4. Letusan Tambora ---94
s. Temuan Hasil Penelitian 2007 - - - - 102
6. Apa yang Dapat Dilakukan --107

VI
KEPURBAKALAAN DAN SEJARAH
KALIMANTAN BARAT
Bambang Budi Utomo*

Abstrak: Berdasarkan tinggalan budaya yang ditemukan


di situs-situs di Kalimantan Barat, pengaruh budaya India
diketahui telah masuk wilayah ini sekrang-kurangnya sejak abad
ke-6 Masehi. Situs-situs tersebut hampir seluruhnya ditemukan
di daerah tepian sungai Kapuas dan beberapa sungai kecillainnya
yang tidak termasuk daerah aliran sungai Kapuas.
Tidak tertutup kemungkinan adanya pengaruh budaya lain
yang masuk ke pedalaman Kalimantan Barat, mengingat pada
waktu itu hingga sekarang sungai memegang peranan penting
sebagai jalur transportasi dari dan ke pedalaman. Pengaruh
budaya ini tampak pada gaya seni yang tercermin dalam beberapa
artefak yang ditemukan.
Ada indikasi masuknya pengaruh budaya lain di Kalimantan
Barat sebagaimana tercermin dari area-area logam yang
ditemukan. Area-area logam tersebut hampir seluruhnya
berlanggam CJailendra yang berkembang pada sekitar abad ke-8-
9 Masehi di J awa dan Sumatra.
Kata kunci: Area, prasasti, Hindu, Buddha

The Archaeology and History of West Borneo

Abstract. Based on the remains found in West Borneo


archaeological sites, the Indian influences were recognized to have
been existed within this area at least since the 6th century A.D.
Most of the archaeological sites are located along the side of the
Kapuas River and some small rivers that are not belong to the
Kapuas tributary system.
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

There is a possibility that other cultures had influenced the


hinterland area ofWest Borneo since rivers had played important
role in transportation from and to the heart area. Influences are
seen in the art style revealed from some artifacts found. Among
them are metal statues, which mostly showed the Gailendra art
style that developed around 8th-9th century A.D. in Java and
Sumatra.
Keywords: statues, inscriptions, Hindu, Buddhist.

Pengantar

Perhatian terhadap tinggalan budaya masa lampau di


wilayah Provinsi Kalimantan Barat telah dimulai sejak permulaan
abad ke-19, yaitu oleh orang-orang Belanda yang melakukan
ekspedisi ke daerah pedalaman Kalimantan. Laporan pertama
ditulis oleh Muller pada tahun 1843. Laporan berikutnya ditulis
oleh H.L. Roth. Hal yang dilaporkan oleh kedua orang tersebut
adalah mengenai ditemukannya sebuah prasasti batu yang dikenal
dengan nama Prasasti Batu Sampei di Dusun Stompak.1
Selanjutnya telaah mengenai prasasti ini dilakukan oleh Kol. J.J.K
Enthoven pada tahun 1903,2Kern pada tahun 1920-an,3N.J. Krom
pada tahun 1926,4 dan van Naerssen pada tahun 1941.s
Tinggalan budaya lain yang berasal dari Masa Klasik
Indonesia ditemukan di Dusun Pait. Tinggalan budaya ini berupa
prasasti yang dipahatkan pada sebuah batu alam. Arkeolog
pertama yang berhasil membaca prasasti ini adalah N.J. Krom
pada tahun 1926. Setelah itu Quaritch Wales,6 Chhabra,7Tom
Harrison, ~:~ dan Stanley O'Connors.
Penelitian mutakhir yang dilakukan di Dusun Pait dilakukan
oleh tim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada tahun
1985. Pada penelitian ini dilakukan ekskavasi di sekitar batu
prasasti. Namun dari beberapa kotak ekskavasi yang dibuka tidak
ditemukan indikator aktivitas masa lampau, misalnya upacara
di sekitar prasasti.

2
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Pusat Penelitian Arkeologi Nasional selain mengadakan


penelitian arkeologi di Situs Batu Pait,juga melakukan penelitian
di Situs Nanga Sepauk. Situs ini telah ditemukan sejak tahun
1884.\J Dari situs ini ditemukan sebuah mukhalifiga, nandi, dan
yoni. Selain itu ditemukan juga pecahan-pecahan keramik.
Di daerah aliran sungai Pawan, di wilayah Kabupaten
Ketapang, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Balai
Arkeologi Bandungjuga pernah mengadakan penelitian arkeologi.
Dari situs yang dikenal dengan nama Benua Lama ditemukan
struktur bangunan bata dan dua kompleks pemakaman Islam dari
abad ke-15 Masehi.
Kontak kerajaan-kerajaan di Nusantara dengan negara lain
(India dan Tiongkok) biasanya dimulai dari perdagangan
sedangkan para pendeta hanya sebagai penumpang kapal dagang.
Orang-orang dari negara lain datang ke Nusantara untuk mencari
barang komoditi yang banyak dicari oleh konsumen negara
asalnya. Menurut van Leur, barang-barang yang diperdagangkan
dalam pasaran antarbangsa adalah barang komoditi yang bernilai
tinggi,,o seperti logam mulia, perhiasan, berbagai jenis tenunan,
barang-barang pecah belah di samping bahan baku yang
diperlukan untuk berbagai kerajinan.
Pada awal sejarah, Nusantara dikenal sebagai penghasil
barang-barang tam bang dan hasil hutan seperti kapur barus dan
kayu gaharu. Kedua komoditi ini merupakan bahan baku untuk
pewangi dan paling digemari oleh pedagang asing terutama
pedagang India dan Tiongkok yang intensitas kedatangannya
tinggi. Salah satu naskah kuno India menyebutkan bahwa kayu
gaharu dan kayu cendana berasal dari negeri asing. Kayu cendana
yang berasal dari sebelah timur Nusantara dibawa oleh para
pedagang lokal ke pusat-pusat perdagangan di Nusantara bagian
barat (Jawa dan Sumatra), lalu dijual ke India .•,Apabila kita lihat
jalur perdagangan ini, seolah-olah Kalimantan dan Sulawesi
terabaikan . Padahal, data arkeologis yang merupakan indikator
pengaruh budaya India ditemukan di wilayah Kalimantan Barat
dan Kalimantan Timur.

3
0 Kalimantan Barut dun Sumbawa

Berita Tionghoa
1.
Sebuah kronik Tiongkok T'ai p'ing huan yu chi ( 976-983
Masehi) memberikan uraian sebagai berikut :
"Chin-li-p'i-shih terletak lebih dari 40.000 li di barat.daya
ibukota (Tiongkok) ... 20.000 lijauhnya di sebelah timurnya
terletak Chih-wu, 1.500 li di sebelah selatannya adalah Po-li
sedang di utaranya ada Liu-ch 'u. Di negara Chin-lip'i-shih
terdapat kota-kota dan rumah-rumah. Dalam berpakaian,
untuk pakaian bag ian atasnya mereka memakai kain putih
yang di bagian luarnya dilapis dengan kain berwarna seperti
warna awan pagi". Setiap kali akan makan, mereka
menebarkan tikar lebih dulu, kemudia"n meletakkan makcman
di atasnya baru mereka duduk di tikar ih1. Nama penguc;1sa
adalah Pen-to-yang-ya. Prajurit-prajurit berbaris di
depannya, mereka mempunyai senjata , perisai, dan
pelindung kepala. Peralatan penduduk di negara ini hampir
semuanya dibuat dari kulit kayu ".

Dari sumber kronik Tiongkok tersebut yang perlu


dipertanyakan adalah di mana lokasi Chin-li-p'i-shih ? Menurut
Pelliot, Chin-li-p'i-shih adalah transliterasi dari iliiwijaya pada
awal abad ke-7 Masehi sebelum dipakai nama Shih-li-fo-shih. ,"
Bila anggapan ini benar, maka uraian yang mengatakan bahwa
Chin-li-p'i-shih berada di sebelah timur Ch 'ih-tu harus diabaikan
kecuali bila kita ingin mengatakan bahwa iliiwijaya sebenarnya
ada di Kalimantan. Perlunya memperbaiki bahwa letak Chin-lip'i-
shih di selatan (bukan di timur) juga dengan mempertimbangkan
bahwa Sui su menggambarkan sebuah negeri yang berada di
selatan Ch 'ih Tu, yaitu Ho-lo-tcm .. \
Tidak ada alasan mengapa upaya meluruskan lokasi Chinli-
p'i-shih tidak dapat diterima. Moens mengindikasikan ke arah
mana lokasi tersebut dapat ditemukan, walaupun ia menunjuk
sebuah situs khusus di daerah Serawak sekarang, untuk kerajaan
terse but yang disebutnya Giriwijaya. '4 Kata "p'i-shih" merupakan
alih aksara "wzjaya ", namun "wzjaya " ini merupakan nama

4
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

sebuah kerajaan yang tidak ada hubungannya dengan <Riwijaya


yang terkenal itu. Moens beralasan bahwa yang diuraikan oleh I-
tsing pada akhir abad ke-7 Masehi bukan saja Cli"iwijaya tetapi
juga Wijayapura (Fo-shih-pu-lo) . Nama-nama negeri yang
terdapat dalam daftar urut negeri di daerah barat dimulai dari
Barus, Melayu di bagian utara, dan Sumatra di timurlaut. I-tsing
hidup di <Riwijaya dan tidak mungkin ia mengacaukan Cli"iwijaya
dengan Wijayapura. Karenanya , baik iliiwijaya maupun
Wijayapura ada pada waktu bersamaan. Chin-li-p'i-shih maupun
Fo-shihpu-lo memiliki unsur "wijaya " pada namanya Chin-li
mungkin merupakan gelar kehormatan Zr+, dan Pu-lo tentunya
berarti "kota". Keduanya merupakan dua acuan terpisah yang
menunjuk nama yang sama.,s
Semua keraguan yang menyangkut identifikasi Chin-li-
p 'ishih-lepas dari Cli"iwijaya- dapat dihilangkan oleh keterangan
dalam kronik T'ai p'ing huan yu chi, yang menguraikan bahwa
Po-li ( =P'o-li) terletak cukup dekat dengan Chin-li-p 'i-shih.
Uraian ini dipakai untuk mengindikasikan daerah di sebelah
selatannya, sementara dalam daftar I-tsing dari 'barat ke timur',
Po-li dipisahkan dari Fo-shih-pu-lo hanya oleh Chueh-lun, yaitu
sebuah kota yang bukan merupakan toponim melainkan hanya
istilah etnik untuk menyebut suatu kelompok penduduk primitif
di bagian timur P'o-li. I-tsing tidak menyebut apakah P'o-li di
selatan Fo-shih-pu-lo, tetapi dengan memperhatikan urutan-
urutan toponiminya cukuplah beralasan kita katakan bahwa I-
tsing menunjuk tempat yang disebut sebagai Chin-li-p'i-shih di
dalam T'ai-p'ing huan yu chi dan di timur Semenanjung Tanah
Melayu. Tentunya, apabila penyamaan dua kelompok bukti ini
ditolak, maka tiap peta Indonesia bagian barat abad ke-7 Masehi
dapat direkonstruksi atas dasar bukti-bukti Tiongkok yang ada
hingga saat ini. Chin-li-p'i-shih ada di suatu tempat di Kalimantan,
dan ini oleh I -tsing disebut dengan nama Wijayapura untuk
membedakannya dari Cli"iwijaya di Palembang.
Kalau memang ada kerajaan di bagian timur Semenanjung
Tanah Melayu sebagaimana digambarkan oleh Ch'ang Chun, kita

5
0 Kalimantan Barat dan Sumbuwa

tidak menjumpai acuan apapun ten tang duta yang dikirimnya ke


Tiongkok oleh Wijayapura. Ini menunjukkan bahwa paling tidak
pada sekitar tahun 6oo Masehi , penguasa-penguasa di
Kalimantan tidak mempunyai hubungan langsung dengan kaisar-
kaisar di Tiongkok. Memang tidak diragukan adanya
perkembangan perdagangan dan budaya yang terjadi di
Kalimantan pada saat itu seperti yang terungkap dalam prasasti-
prasasti berbahasa Sansekerta dari abad ke-s Masehi yang
ditemukan di Kutai (Kalimantan Timur). Pada abad ke-6 Masehi ,
Po-ni atau Brunei merupakan pusat perdagangan yang pada tahun
977 Masehi mengirimkan misinya yang pertama ke Tiongkok.
Jelas sekali bahwa pertumbuhan ekonomi di daerah pesisir
Kalimantan sudah berlangsung sejak lama. Selain itu, di daerah
ali ran sungai Kapuas di wilayah Kalimantan Barat terdapat situs-
situs arkeologi yang bercorak Hindu-Buddha seperti lii?ga, yoni,
dan area nandi yang memperlihatkan corak Jawa meskipun dari
masa yang lebih muda dibandingkan dengan di Kutai. Prasasti
yang beraksara Pallawa dan berbahasa Sansekerta dari Situs Batu
Sampe dan Situs Batu Pait yang berasal dari sekitar pertengahan
abad ke-7 Masehi , r, juga merupakan bukti pengaruh Hindu-
Buddha di Kalimantan.
Keberadaan budaya asing di pedalaman Kalimantan Barat
ini, tidak lain karena digunakannya Sungai Kapuas sebagai sarana
lalu-lintas jalur perdagangan ke pedalaman. Para pedagang asing
yang datang ke Kalimantan mengambil komoditi perdagangannya
dari hutan-hutan di pedalaman. Penduduk dari pedalaman dapat
memanfaatkan Sungai Kapuas untuk berhubungan dengan dunia
luar. Meskipun demikian, tetap tidak ada bukti yang dapat dipakai
untuk menunjukkan adanya hubungan langsung antara
Kalimantan dengan Tiongkok pada abad ke-7 Masehi. Komoditi
perdagangan dari Kalimantan tampaknya dieksport melalui
pusat-pusat dagang lain yang lebih penting di daerah tersebut.
Melalui pusat-pusat dagang ini pula diperoleh barang-barang
komoditi dan sekaligus pengaruh budaya dari luar Kalimantan
seperti masuknya agama Hindu dan Buddha.

6
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

~.
~ ~"fu· 0

·~·

/. >. .

,-
A<l
./I
...,..._"'9_
"'""""'"""""'""''"
Coottl ond water'~ dominated
.., lho - • of StWijoycl
0 200 400 600

Sc.ole In miiM

Jalur pelayaran dan perdagangan di kawasa n barat Nusantara pada sekitar abad ke-7
Masehi ant ara Tiongkok dan kerajaa n-kerajaa n di Nusantara menu rut rekon struksi
Wolters (1974).

7
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

2. Niigarakrtiigama dan Sejarah Melayu


Setelah masa awal (sekitar abad ke-6-7 Masehi) sejarah
Kalimantan yang masih agak samar, pada kurun waktu berikutnya
seolah-olah terputus. Setelah lebih dari enam a bad tidak ada kabar
beritanya, barulah pada sekitar abad ke-14 Masehi Kalimantan
mulai disebut dalam sumber tertulis. Kakawin Nagarakrtagama
pupuh 13 dan 14 menyebutkan beberapa nama tempat di
Kalimantan Barat sebagai negara bawahan Majapahit. Nama-
nama tersebut adalah Kapuhas, Sambas , Landa(k) , dan
TanjuKpuri.17
Sumber tertulis lain yang menyebutkan nama tempat di
Kalimantan Barat yang ada hubungannya dengan Majapahit
adalah Kitab Sejarah Melayu yang ditulis pada tanggal 13 Mei
1612.18 Dalam sumber tertulis itu disebutkan:

"Setelah keluar dari Kuala Palembang, lalu berlayar


menuju selatan enam hari enam malam,jatuh ke Tanjung
Pura. Maka Raja Tanjung Pura pun keluar mengelu-
elukan Baginda dengan serba kebesaran dan kemuliaan ...
Setelah kedengaran ke Majapahit, bahwa raja turun dari
Bukit Siguntang itu ada di Tanjung Pura, maka Batara
Majapahit pun berangkat hendak bertemu dengan Sang
Siperba".

Dalam Kitab Sejarah Melayu tersebut, dapat diketahui ada tiga


orang raja, yaitu seorang raja yang turun dari Bukit Siguntang,
Raja Tanjung Pura, dan Raja Majapahit. Raja Majapahit dikatakan
raja yang mulia "Adapun pada zaman itu ratu Majapahit itu raja
besar, lagi amat bangsawan".,9 Demikian terhormatnya raja
Majapahit kemudian Sang Siperba, raja yang turun dari Bukit
Siguntang, mengawinkan seorang putrinya dengan raja
Majapahit. Sementara itu salah seorang anak Sang Siperba, Sang
Maniaka, dikawinkan dengan anak raja Tanjung Pura dan
kemudian menjadi raja di Tanjung Pura.

8
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Di tepi sebelah barat sungai Pawan, pada jarak sekitar 10


km dari Ketapang, ditemukan sisa pemukiman kuna dan komplek
pemakaman. Situs yang dikenal dengan nama Benua Lama ini
luasnya sekitar 7 hektar. Dari lokasi ini ditemukan tinggalan
budaya masa lampau yang berupa runtuhan binaan bata, pecahan
keramik, tembikar, batu pipisan, dan mata uang logam. Lokasi
pemukiman kuna ini terletak di antara dua komplek pemakaman
kuna, yaitu Makam Kramat Tujuh dan Makam Kramat Sembilan
yang berdasarkan bentuk nisannya setipe dengan nisan di Troloyo
(Trowulan, Jawa Timur), diduga berasal dari sekitar abad ke-14-
15 Masehi.
Data sejarah memberikan informasi kepada kita, bahwa
daerah sekitar aliran sungai Pawan termasuk dalam wilayah
Tanjungpura. Kerajaan ini diduga telah ada pada sekitar abad ke-
13-14 Masehi. Nagarakrtagama menyebutkan bahwa Tanjungpura
merupakan salah satu negara bawahan Majapahit. Bukti-bukti
arkeologis yang ditemukan di Situs Benua Lama menunjukkan
kuatnya pengaruh Majapahit, seperti temuan kendi-kendi "tipe
Majapahit", dan batu nisan yang setipe dengan batu nisan dari
Troloyo.
Tanjungpura tidak hanya berhubungan dengan Majapahit.
Negara ini juga mengadakan hubungan dagang dengan negara
lain. Banyaknya temuan pecahan keramik Tiongkok dari masa
dinasti Song-Yi.ian (abad ke-12-14 Masehi) menunjukkan adanya
hubungan dagang dengan negeri Tiongkok. Kondisi ini cukup
beralasan, karena Tanjungpura merupakan suatu tempat
penghasil komoditi kayu belian. Sumber Portugis dari abad ke-
16 Masehi menyebutkan bahwa Tanjungpura merupakan
pelabuhan penting yang masuk dalam teritorial Jepara di bawah
kekuasaan Pati Unus.2o Dari pelabuhan Tanjungpura d1kapalkan
emas, intan, dan bahan makanan. Barang komoditi ini memang
tidak dihasilkan Tanjungpura. Emas dan intan mungkin
didatangkan dari tempat lain misalnya Banjarmasin.

9
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

3· Tinggalan Budaya
Tinggalan budaya masa lampau mengenai keagamaan yang
pernah berkembang di Kalimantan Barat tidak sebanyak yang
ditemukan di Jawa dan Sumatra. Meskipun sedikit, tinggalan
budaya tersebut "eukup" untuk mengungkapkan latar belakang
agama yang pernah berkembang di Kalimantan Barat.
Berdasarkan pertanggalan relatif dari tinggalan budaya
keagamaan tersebut, ada kesesuaian dengan berita Tiongkok
mengenai kerajaan Chin-li-p 'i-shih atau Wijayapura yang
berkembang pada sekitar abad ke-6-7 Masehi. Berdasarkan
pertanggalan ini, diperkuat dengan pertanggalan Prasasti Batu
Pait, diduga awal peradaban di Kalimantan Barat berlangsung
sekurang-kurangnya sejak abad ke-6 Masehi.
Pengaruh budaya India yang diduga telah masuk pada a bad
ke-6 Masehi, agaknya terus berlangsung sampai abad ke-15
Masehi. Beberapa situs arkeologi mengindikasikan adanya
pengaruh Majapahit yang masuk ke Kalimantan Barat. Meskipun
demikian , belum ada satupun petunjuk tertulis yang berupa
prasasti menyebutkan ten tang nama institusi kerajaan di wilayah
ini.

3.1 Situs Sabong Pelangi


Pada tahun 1948 dalam Journal of the Malaysian Branch
of the Royal Asiatic Society dimuat artikel mengenai penemuan
harta karun penting dari Sambas yang sekarang dipamerkan di
British Museum , London. Harta karun tersebut berupa sebuah
tempayan yang tingginya sekitar 6o em dan dilapisi dengan
perunggu. Di dalam tempayan tersebut terdapat area-area yang
dibuat dari bahan perunggu, emas, dan perak, terdiri dari area
Buddha ( dua duduk dan dua berdiri) dan lima area Bodhisattwa
di antaranya Bodhisattwa Padmapani, sebuah sana yang bagian
belakangnya terdapat hiasan lidah api, dan sebuah tempat
pedupaan.21

10
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Kole ksi a rea-a rea loga m asa l Sa mbas, Kalim a nta n Ba rat , ya ng d isim . pa n di Briti sh
Muse um , Lond on . Kelo mpo k besa r a rea ya ng ditemuka n di dae rah Kalim a nta n Ba ra t
ini dike nal de nga n sebuta n "th e Sa mbas Treas ure·· .
(s umber: www.thebritishmu seum. ac.uk/co mpass)

Menurut Tann dan Wales23, area-area logam tersebut


berasal dari sekitar abad ke-8-9 Masehi. Petunjuk pertanggalan
ini diperoleh dari gaya seni yang mirip dengan gaya seni area-
area <Jailendra yang berkembang pada sekitar abad ke-8-9 Masehi.
Ke-aailendra-an area-area tersebut tampak pada kain panjang
yang dikenakannya hingga sebatas bagian atas mata kaki.
Nilakanta Sastri beranggapan bahwa wilayah Kalimantan Barat

II
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

termasuk dalam kekuasaan Clfiwijaya. Anggapannya didasarkan


atas langgam seni pada area terse but yang mirip dengan langgam
seni area Clfiwijaya.
Tempat penemuan area-area terse but dikatakan berasal dari
Pelangi Sabong, sekitar 15 mil menuju arah tenggara dari kota
Sambas. Nama Pelangi Sabong tidak ditemukan di dalam peta
topografi. Dalam peta yang tercantum adalah nama Perangai yang
merupakan nama sebuah dusun kecil di tepi Sungai Perangai yang
merupakan anak sungai Sambas di daerah hulu. Baru-baru ini
ada berita yang menginformasikan bahwa Balai Lelang Christie's
Amsterdam, tanggal 18 Oktober 2005 melelang 12 buah area
logam yang dikatakan berasal dari Kalimantan. Seperti halnya
area-area logam dari Sambas, area-area logam ini berupa Buddha
dan Bodhisattwa. Seluruhnya dibuat terpisah antara sosok area
dan tempat berdirinya. Sosok area biasanya dibuat dari emas,
sedangkan lapik tempat berdirinya atau padmdsana tempatnya
duduk dibuat dari perak. Melihat warna hijau pada beberapa
bagian permukaan, warna tersebut berupa penyakit pada logam
perunggu, yaitu malachite hijau. Mungkin bahan dasarnya dari
perunggu, kemudian dilapis dengan emas. Bahan dasar logamnya
adalah perunggu, perak, dan emas.
Meskipun tidak diketahui secara pasti darimana area-area
terse but ditemukan, namun berdasarkan gaya seni yang terdapat
pada area-area yang akan dilelang tersebut diduga berasal dari
sekitar daerah Sambas. Apalagi area-area tersebut tidak
disebutkan konteksnya ketika ditemukan. Temuan area-area yang
berasal dari wilayah Kalimantan Barat tidak semua dalam kondisi
baik, dalam arti sudah aus. Pada pendeskripsian ini akan dicoba
untuk membuat kajian tentang area-area tersebut dengan melihat
ciri-ciri ataupun atribut yang ada guna mengenali identitas dari
masing-masing area serta memperoleh gambaran tentang gaya
yang dimilikinya. Perhatian dan pengamatan pada sebuah area
dipusatkan pada bagian sangguljrambut, wajah, dan pakaian yang
dikenakkannya. Unsur dominan untuk menentukan gaya seni

12
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

.· •'·,.......
~ :. . \

~~- ... •'

i ~.t:~·· .; •
. .. I .

...·.,

...

. I . .-•\ .' ;... >'


! ·, ' .

, ..,~:
..~ of>: ..
.
I
'
·'

.r·

/ '
.
J..__..v

···,. ·· ·L.
•.,

...
.· '-· - .. 4 •,

.· '

.; ' ·-, ~--~
. ~J ':~ •
.... -
. .. . . ~·
• I ~.. •:

I '
·--. .. ...... ·' .·
. ,,'
'.:.-or "
_ _,. ""7' ~

' til f).~l


'-.
·.
.
I Y I

I
''I -.-- -! -. - -
.. ·-·
Topografi Situs Sa bong Pelangi [Sumber: Peta Topografi Helai 10/V-t-m (Sambas)]

13
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

yang berkembang pada sebuah area ketika area itu dibuat biasanya
tereermin pada gaya sanggul dan pakaiannya. Dengan didasarkan
atas gaya terse but diharapkan dapat menunjukkan indikasi pada
priodejpertanggalan area.
Informasi mengenai area baik berupa teks atau foto
diperoleh dari situs www.ehristie's.eom. Dari foto yang ukurannya
terbatas itu , kemudian dibuat desk.ripsi semampu pengelihatan
yang terekam pada foto. Adapun pemerian dari area-area logam
tersebut, adalah sebagai berikut.

Buddha

Tempat Penemuan: Desa Sabong Pelangi,


Sambas, Kalimantan Barat
Tempat Penyimpanan: The British
Museum, London
Bahan : Perak
Ukuran: Tinggi 30 em
Kondisi : Baik
Pertanggalan: Abad ke-6 Masehi atau
10-11 Masehi?

Digambarkan berdiri di atas bantalan


padma pada lapik berbentuk segi empat.
Prabha yang tepinya berbentuk lidah api
mengelilingi seluruh tubuh. Bagian puneak
dari prabha terdapat ya<pi (payung). Jubah
transparan yang dikenakan menjuntai
hingga ke bagian bawah lutut. Tangan
kanan dalam sikap witarkamudra.

Area Buddha ini menurut Quariteh Wales tampaknya


berlanggam Gupta dari a bad ke-6 Masehi. 24 Ke-Gupta-an area ini

14
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

tampak padajubahnya yang transparan dan melengkung ke arah


depan. Sementara hila dilihat dari prabhd yang berhias lidah a pi
meneirikan seperti area-area berlanggam Jawa Timur, yaitu dari
masa Kediri yang berkembang pada abad 10-11 Masehi. Ada juga
area lain yang menggunakan hiasan lidah api, yaitu pada area
Awalokite[wara dari Kurkihar, Bihar (pertengahan abad ke-10
Masehi).2s Demikianjuga areaAwalokite[wara dari Sragen (abad
ke-11 Masehi).

Buddha

Tempat Penemuan: Desa Sabong Pelangi,


Sambas, Kalimantan Barat.
Tempat Penyimpanan: The British
Museum, London
Bahan : Emas dan perak
Ukuran: Tinggi 9,5 em
Kondisi: Baik, hanya pada bagian depan
lapik rusak.
Pertanggalan: Abad ke-9 Masehi atau
10-11Masehi?

Area ini digambarkan dalam posisi


berdiri di atas lapik padma yang
berbentuk bulat . Memakai jubah
transparan hingga ke bagian bawah lutut.
Bentuk mukanya bulat seperti area-area
Buddha dari Borobudur dengan U 0 nisa
agak tinggi. Di bagian belakang kepala
terdapat prabhd berhias lidah api yang
melingkar dari pundak kiri ke pundak
kanan. Tangan kanannya dalam sikap witarka.
Penggambaranjubah yang melengkung pada bagian depan
menunjukkan area Buddha ini berlanggam Gupta yang
berkembang pada abad ke-6 Masehi. Namun dari penggambaran

15
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

prabha yang berhias lidah api menunjukkan seperti gaya area-


area dari masa Kediri, yaitu dari abad 10-11 Masehi. Atau mirip
dengan area dari Nalanda, Bihar (India, awal dan pertengahan
abad ke-9 Masehi. 26

Buddha

Tempat Penemuan: Desa Sabong Pelangi,


Sambas, Kalimantan Barat.
Tempat Penyimpanan: The British Museum ,
London
Bahan : Sosok area dari emas, sedang
asana dari perak.
Ukuran: Tinggi 9,5 em.
Kondisi: Baik namun buatannya agak
kasar.
Pertanggalan: Abad 8-9 Masehi atau
abad 10-11 Masehi

Area Buda ini digambarkan duduk bersila di atas sana bulat


denngan sikap tangan dhyanamudra. Di bagian belakang terdapat
sandaran yang berbentuk segitiga dengan empat lidah api pada
masing-masing sisi sandaran dan sebuah pada bagian puneak
sandaran. Wajahnya digambarkan bulat dengan mata bulat besar.
Rambutnya keriting dengan U 0 nisa tidak terlalu tinggi. Di
sekeliling kepalanya, mulai dari pundak kiri ke pundak kanan
terdapat prabha yang berbentuk oval. Memakaijubah transparan
yang pada bagian pundak kanan terbuka.
Padmasana-nya digambarkan agak tinggi sehingga
memberi kesan terlampau besar untuk area yang di atasnya.
Bentuk
padma-nya hampir tidak nampak.
Penggambaran sandaran area dengan hiasan lidah api
meneirikan gaya area seperti area-area dari Jawa Timur, yaitu
pada masa Kediri yang berkembang pada abad ke-11 Masehi.

16
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Buddha

Tempat Penemuan: Desa Sabong


Pelangi,
Sambas, Kalimantan Barat.
Tempat Penyimpanan: The British
Museum,
London.
Bahan: Seluruhnya dibuat dari emas.
Ukuran: Tinggi 6 em.
Kondisi: Baik dan buatannya eukup
teliti.
Pertanggalan: Abad ke-8 Masehi

Area logam ini digambarkan duduk bersila pada padmasana


bulat dengan tangan kanan bhumisparwmudrd yang diletakkan
di atas lutut kanan. Tangan kirinya diletakkan pada pangkuan
dengan
telapak tangan ke atas. Pada bagian pergelangan tangan kiri
terdapat bagian dari jubah. Memakai jubah transparan yang
disampirkan pada pundak kiri.

Wajahnya digambarkan agak bulat dengan kedua buah


matanya terpejam. Di antara kedua mata terdapat urna.
Rambutnya keriting dengan usnisa agak tinggi. Di sekeliling
kepala terdapat lingkaran prabhd yang melingkar dari pundak
kiri ke pundak kanan. Lingkaran prabhd ini berbentuk einein.
Telinganya panjang dan lehernya berlipat-lipat.

17
0 Kalimantan Barat dan Swnbawa

Buddha

Tempat Penemuan: Kalimantan


Tempat Penyimpanan: Sementara di
Balai Lelang Christie 's , Amsterdam
dengan
identitas No. Lot 176, No. Penjualan
2675
Bahan: Emas untuk area dan perak untuk
lapik.
Ukuran: Tinggi 11,5 Cm.
Kondisi: Baik.
Pertanggalan: Sekitar abad ke-7-8
Masehi

Area ini digambarkan berdiri dalam sikap


samabhaiiga pada lapik padma. Memakai
jubah sampai ke batas pergelangan kaki.
Jubah bagian atas menutupi pundak kiri
dan sebagian tangan kiri. Tangan
kanannya diarahkan ke depan dalam sikap
witarka.

Bentuk mukanya agak bulat dengan airmuka sedang


bermeditasi. Bertelinga panjang, berambut keriting dengan usnisa
yang tidak terlalu tinggi. Di sekeliling kepala terdapat prabha yang
berbentuk einein.

18
Kepurbaka/aan dan Sejarah Kalbar 0

Buddha

Tempat Penemuan: Kalimantan


Tempat Penyimpanan: Sementara di
Balai Lelang Christie's, Amsterdam
dengan
identitas No. Lot 178, No. Penjualan
2675
Bahan: Emas untuk area dan perak
untuk
lapik.
Ukuran: Tinggi 6 em.
Kondisi: Baik
Pertanggalan: Abad ke-8 Masehi atau
10-11 Masehi?

Area digambarkan duduk bersila dalam


sikap wajrasana, tangan kirinya
diletakkan di pangkuan dengan telapak
tangan diarahkan ke atas. Memakai
jubah yang menutupi pundak dan
tangan sebelah kiri.

Wajahnya berbentuk bulat dengan airmuka menunjukkan


sedang bermeditasi. Di antara dua mata terdapat tonjolan urna,
berambut keriting dengan usnisa yang tidak terlalu tinggi. Di
bagian belakang kepala terdapat prabha yang berbentuk lidah
api. Dari penggambaran prabha kemungkinan area ini
berlanggam seperti area-area dari masa Jawa Timur, yaitu gaya
area Kediri yang berkembang pada abad 10-11 Masehi.

19
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Buddha

Tempat Penemuan: Kalimantan


Tempat Penyimpanan: Sementara
di Balai Lelang Christie's,
Amsterdam dengan identitas No.
Lot. 179, No. Pejualan 2675
Bahan: Emas untuk sosok area dan
perak untuk lapik
Ukuran: Tinggi 9,5 em.
Kondisi: Baik, namun mungkin
pada waktu proses pembuatan
Kondisi area digambarkan agak
miring ke kiri
Pertanggalan: Sekitar abad ke-7-8
Masehi

Area digambarkan dalam posisi


berdiri dalam sikap samabhanga di
atas padma. Alas padma
digambarkan bertingkat dua , di
mana padma bagian atas lebih keeil.
Tangan kanan agak diangkat
dengan telapak tangannya dalam
sikap witarka. Memakaijubahyang
transparan menutupi sebagian kiri
badannya . Tangan kirinya
diarahkan ke depan, sehingga
sebagian jubahnya "tersangkut"
sampai ke pergelangan tangan.

Bentuk mukanya agak bulat dengan airmuka menunjukkan


sedang bermeditasi. Berambut keriting dengan usnfsa yang tidak
terlalu tinggi. Di sekeliling kepalanya terdapat prabha yang
berbentuk einein.

20
Kepurbaka/aan dan Sejarah Kalbar 0

Buddha

Tempat Penemuan: Kalimantan


Tempat Penyimpanan: Sementara di
Balai Lelang Christie's, Amsterdam
dengan
identitas No. Lot 180, No. Penjualan
2675
Bahan: Emas
Ukuran: Tinggi 8,3 Cm.
Kondisi: Baik
Pertanggalan: Abad ke-8 Masehi

Digambarkan dalam posisi berdiri


dengan sikap samabhanga di atas
lapik padma dua susun. Memakai
jubah yang menutupi bagian sebelah
kiri pundak, sedangkan pundak
sebelah kanan tidak tertutup jubah.
Pengambaran jubah sebelah kiri
bawah tampak seolah-olah tertiup
angin.

Tangan kanannya agak diangkat dalam sikap witarka,


sedangkan tangan kirinya diarahkan ke depan denganjubah yang
disangkutkan pada pergelangan tangan. Bentuk mukanya agak
bulat dengan airmuka menunjukkan keteduhanjketenangan.
Berambut keriting dengan usnisa tidak terlalu tinggi. Daun
telinganya panjang digambarkan hingga menyentuh pundak. Di
sekeliling kepala terdapat prabhd yang berbentuk cincin.

21
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Buddha

Tempat Penemuan: Kalimantan


Tempat Penyimpanan: Sementara di
Balai Lelang Christie's, Amsterdam
dengan
identitas No. Lot. 181, No. Pejualan
2675
Bahan: Emas untuk sosok area dan
perak untuk lapik
Ukuran: Tinggi 8,4 em.
Kondisi:Baik. Pada bagian lapik terdapat
malachite hijau.
Pertanggalan: Sekitar Abad ke-7-8
Masehi.

Penggambaran area dalam posisi berdiri dengan sikap


samabhanga pada sebuah lapik berbentuk padma ganda. Tangan
kanannya dalam sikap witarka, sementara tangan kirinya
memegangjubah yang menutupi seluruh tubuh. Bentuk mukanya
agak bulat dengan airmuka menunjukkan ketenangan, bertelinga
panjang, rambut keriting dengan usnisa tidak begitu tinggi. Di
sekeliling bagian kepala terdapat lingkaran prabha yang
berbentuk cincin.

22
Kepurbukulucm dan Sejarah Kalbar 0

Buddha

Tempat Penemuan: Kalimantan


Tempat Penyimpanan: Sementara di
Balai Lelang Christie's, Amsterdam dengan
identitas No. Lot. 182, No. Penjualan
2675
Bahan: Emas untuk sosok area dan
perak untuk lapik
Ukuran: Tinggi 8 em.
Kondisi : Baik.
Pertanggalan: Abad ke-8 Masehi

Digambarkan dalam posisi berdiri dengan sikap


samabhai1ga pada sebuah lapik padma. Lapik padma-nya tampak
besar tidak sebanding dengan ukuran area yang di atasnya.
Memakaijubah tipis yang menutupi seluruh badan. Tangan kanan
dan kiri diarahkan ke depan dalam sikap abhaya. Airmukanya
menggambarkan sedang meditasi, bertelinga panjang, berambut
keriting dengan usni'sa yang tidak terlalu tinggi. Di sekeliling
kepalanya terdapat lingkap prabha berbentuk einein oval
horisontal.
0 Kalimantan Barat dun Sumbcnvu

Buddha

Tempat Penemuan: Kalimantan


Tempat Penyimpanan: Sementara di
Balai Lelang Christie's, Amsterdam dengan
identitas No. Lot. 183, No. Penjualan
2675
Bahan: Emas untuk sosok area dan
perak untuk lapik
Ukuran: Tinggi 8 ,3 em.
Kondisi: Baik.
Pertanggalan: Abad ke-8 Masehi.

Digambarkan dalam posisi berdiri dengan sikap


samabhaiiga di atas sebuah lapik perak berbentuk padma.
Memakai jubah panjang hingga ke bagian bawah lutut. Bagian
pundak sebelah kanan tidak tertutup jubah. Kedua tangannya
diarahkan ke depan dalam sikap witarka. Wajahnya berbentuk
agak bulat dengan airmuka bermeditasi, dan berambut keriting
dengan usnisa tidak terlalu tinggi. Di sekeliling kepalanya terdapat
prabhcl yang berbentuk einein oval vertikal.

24
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Buddha

Tempat Penemuan: Kalimantan


Tempat Penyimpanan: Sementara di
Balai Lelang Christie's, Amsterdam
dengan
identitas No. Lot. 184, No. Penjualan
2675
Bahan: Emas untuk sosok area dan
perak untuk lapik
Ukuran: Tinggi 9 em.
Kondisi: Baik. Bagian bawah mulai dari
perut hingga lapik tertutup malachite
hijau.
Pertanggalan: Abad ke-8 Masehi.

Berdiri dalam sikap samabhaiiga pada sebuah lapik perak


berbentuk padma. Memakaijubah panjang hingga ke bagian atas
pergelangan kaki. Tangan kanannya ke arab bawah sejajar dengan
badannya dalam sikap warada, sementara tangan kirinya ke arab
depan keluar dari jubah. Wajahnya menunjukkan sikap tenang,
berambut keriting dengan usnisa yang tidak terlalu tinggi. Di
sekeliling kepala terdapat lingkaran prabha yang berbentuk einein
pipih.

25
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Buddha

Tempat Penemuan: Kalimantan


Tempat Penyimpanan: Sementara di
Balai Lelang Christie 's , Amsterdam
dengan
identitas No . Lot. 185, No. Penjualan
2675
Bahan: Emas untuk sosok area dan
perak untuk lapik
Ukuran: Tinggi 7 em.
Kondisi:Baik, tetapi hampir seluruh
permukaannya
tertutup lapisan malachite
hijau.
Pertanggalan: Abad ke-8 Masehi.

Area ini digambarkan dalam posisi


berdiri samabhaiiga di atas lapik
padma yang terbuat dari perak. Tangan
kanannya dalam sikap witarka ,
sedangkan tangan kirinya di arahkan
ke depan keluar dari jubah yang
dipakainya. Perhiasan yang dipakai
pada tangan kiri berupa gelang yang
dapat digerakkan (terpisah). Jubahnya
panjang hingga ke bagian atas mata
kaki.

Wajahnya digambarkan agak bulat dengan airmuka


menunjukkan ketenangan . Bertelinga panjang, dan berambut
keriting dengan usnisa yang tidak terlalu tinggi. Di sekeliling
kepala terdapat prabha yang pi pi h .

26
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Buddha

Tempat Penemuan: Kalimantan


Tempat Penyimpanan: Sementara di
Balai Lelang Christie's, Amsterdam dengan
identitas No. Lot. 186, No. Penjualan
2675
Bahan : Emas untuk sosok area dan
perak untuk lapik
Ukuran: Tinggi 7,6 em.
Kondisi: Baik, namun hampir di seluruh
permukaannya tertutup dengan malachite
hijau.
Pertanggalan: Abad ke-8 Masehi

Area Buddha ini digambarkan dalam posisi


berdiri samabhaiiga di atas lapik padma
ganda. Memakai jubah panjang hingga ke
bagian atas pergelangan kaki. Bagian
pundak sebelah kiri tertutup jubah,
sedangkan pundak kanan tidak. Tangan
kanan diarahkan ke depan dalam sikap
witarka, sedangkan tangan kiri tertutup
jubah. Wajahnya digambarkan penuh
ketenangan, berambut keriting dengan
usnisa tidak terlalu tinggi, dan bertelinga
panjang. Di sekeliling kepala terdapat
lingkaran prabha yang pipih.

27
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Buddha

Tempat Penemuan: Kalimantan


Tempat Penyimpanan: Sementara di
Balai Lelang Christie's, Amsterdam
dengan
identitas No. Lot. 187, No. Penjualan
2675
Bahan : Emas untuk sosok area dan
perak untuk lapik
Ukuran: Tinggi 8 em.
Kondisi: Baik
Pertanggalan: Sekitar abad ke-7-8
Masehi

Berdiri dalam sikap samabhaiiga di


atas padma ganda yang terbuat dari
perak. Tangan kanannya digambarkan
dalam sikap witarka, sementara
tangan kirinya diarahkan ke depan
sambil memegang bagian jubah.
Jubahnya panjang menutupi pundak
sebelah kiri hingga ke bagian atas
pergelangan kaki. Penggambaran
wajahnya agak bulat dengan airmuka
yang tenang, alis matanya
melengkung, bertelinga panjang, dan
berambut keriting dengan usnisa tidak
terlalu tinggi. Di belakang kepala
terdapat lingkaran prabha.

28
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Bodhisattwa

Tempat Penemuan: Desa Sabong Pelangi,


Sambas, Kalimantan Barat
Tempat Penyimpanan: The British Museum,
London
Bahan : Area dibuat dari emas, sedang
lapik dari perak.
Ukuran: Tinggi 18,5 em
Kondisi: Baik.
Pertanggalan: Abad ke-10-11 Masehi

Digambarkan dalam posisi berdiri tegak di


atas padma. Bertangan empat, dengan tangan
kanan depan digambarkan dalam sikap
wara, tangan kanan belakang memegang
sesuatu yang mirip untaian tasbih
(aksamala), tangan kiri depan memegang
kuntum bunga teratai yang mekar (padma),
dan tangan kiri belakang memegang sesuatu
yang berbentuk bulat dengan salah satu
bagiannya bebentuk helai bunga (?).

Di bagian belakang area mulai dari atas hingga bagian lapik


terdapat semaeam sandaran yang berhiaskan lidah api. Bentuk
mukanya bulat dengan mata yang terpejam. Di antara kedua mata
terdapat krn. Memakai mahkota yang pada bagian depannya
terdapat relung berisi area Buddha Amitbha. Di sekeliling
kepalanya terdapat prabha yang berbentuk einein.
Pada bahu kiri terdapat tali kasta berbentuk pita yang
melingkar hingga ke bagian atas pinggang kanan. Memakai kain
panjang dengan motif kawung (?) hingga ke bagian atas mata
kaki.

29
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Hiasan lidah api pada sandaran area ini meneirikan seperti


area-area dari masa Jawa Timur,juga dengan hiasan lain, seperti
ikat pinggang yang eukup raya. Kemungkinan area bergaya seni
masa Jawa Timur yang berkembang pada abad 10-11 Masehi.

Bodhisattwa Padmapani

Tempat Penemuan: Desa Sabong


Pelangi,
Sambas, Kalimantan Barat
Tempat Penyimpanan: The British
Museum,
London
Bahan : Area dibuat dari perak, sedang
lapik dari perunggu.
Ukuran: Tinggi 13,5 Cm.
Kondisi: Baik
Pertanggalan: Abad ke-8-9 Masehi

Digambarkan dalam posisi berdiri tegak


di atas lapik padma. Bertangan em pat,
tangan kanan depan telapak tangannya
diarahkan ke depan; tangan kanan
belakang diarahkan ke atas sambil
memegang sesuatu; tangan kiri depan
diarahkan ke depan sambil memegang
padma (?); dan tangan kiri belakang
diarahkan ke atas sambil memegang
buah bilva.

Bentuk mukanya bulat dengan daun telinganya panjang dan


euping bawahnya keluar. Memakai mahkota dari pilinan ram but
(jatamakuta). Pakaian yang dikenakannya berupa kain panjang
sampai ke bagian pergelangan kaki, di atas mata kaki.

30
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Tali kasta (upawita) berbentuk pita yang disampirkan pada


pundak sebelah kiri.

Bodhisattwa Padmapdni

Tempat Penemuan: Desa Sabong Pelangi,


Sambas, Kalimantan Barat.
Tempat Penyimpanan: The British
Museum,
London
Bahan : Seluruhnya dibuat dari emas.
Ukuran: Tinggi 13,5 em
Kondisi: Baik, tetapi detail bagian bawah
kurang baik Casal)
Pertanggalan: Abad ke-8-9 Masehi

Digambarkan berdiri tegak di atas lapik,


memakai kain panjang hingga ke bagian
atas mata kaki. Pada pundak sebelah kiri
tampak tali kasta berbentuk pita yang
melingkar hingga ke bagian pinggang
kanan. Perhiasan yang dikenakan berupa
hiasan dada dan gelang pada keempat
tangannya.

Bertangan empat, tangan kanan depan telapaknya


diarahkan ke depan sambil memegang kuntum bunga, tangan
kanan belakang diarahkan ke atas sambil memegang tasbih,
tangan kiri depan memegang kuncup teratai yang bertangkai
panjang, dan tangan kiri belakang diarahkan ke atas sambil
memegang sesuatu yang kurangjelas bentuknya. Kuntum teratai
yang dipegang tangan kiri depan mempunyai tangkai yang

31
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

panjang keluar dari bonggolnya yang ada di selah kiri lutut. Dari
bonggol tersebut masih ada lagi beberapa tangkai teratai yang
keluar. Kuntum teratai terletak di sebelah kiri mahkota.
Mukanya digambarkan oval dengan mata dipejamkan,
hidung tinggi, dan bibir agak tebal. Telinganya panjang dengan
memakai perhiasan subang. Mahkotanya berupa pilinan rambut
(jatamakuta). Pada bagian depan mahkota terdapat relung yang
berisi area Amitbha. Di sekeliling kepala terdapat lingkaran
prabha yang berbentuk einein.

Bodhisattwa Padmapani

Tempat Penemuan: Desa Sabong Pelangi,


Sambas, Kalimantan Barat
Tempat Penyimpanan: The British Museum,
London
Bahan : Area dibuat dari emas, sedang
lapik dari perak.
Ukuran: Tinggi 9,5 em.
Kondisi: Baik, namun buatannya tidak
bagus.
Pertanggalan:

Digambarkan dalam posisi berdiri pada lapik


yang bentuknya tidak jelas. Bertangan dua,
tangan kanan yang bentuknya tidak
proporsional bagian telapaknya diarahkan ke
depan. Tangan kirinya digambarkan memegang
kuncup teratai (kumuda). Memakai kain
panjang hingga pergelangan kaki, dan memakai
upawfta yang berbentuk pita yang disampirkan
pada pundak kiri. Mukanya agak bulat dengan
mahkotanya keeil dan meruneing.

32
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Untuk menentukan pertanggalan area ini eukup sulit,


karena beberapa bagian area yang dapat dipakai untuk
menentukan pertanggalan, seperti mahkota dan kain yang
dikenakan buatannya kurang baik.

Bodhisattwa Padmapdni

Tempat Penemuan : Desa Sabong


Pelangi,
Sambas, Kalimantan Barat
Tempat Penyimpanan: The British
Museum,
London
Bahan : Area dibuat dari emas, sedang
sana dari perak.
Ukuran: Tinggi 8,5 em.
Kondisi: Baik
Pertanggalan: Abad ke-8-9 Masehi

Berbeda dengan Bodhisattwa lain yang ditemukan di


Sambas yang bertangan em pat, Bodhisattwa ini bertangan enam.
Digambarkan duduk bersila di atas padmdsana yang dibuat dari
perak. Tangan kanan depan diletakkan di atas lutut kanan dengan
telapak bersikap wara. Tampak pada telapak sebuah benda bulat
mirip buah . Tangan kanan tengah memegang padma yang
setengah mengembang, dan tangan kanan belakang diarahkan
ke atas sambil memegang tasbih (aksamdld). Tangan kanan kiri
diletakkan di pangkuan, tampaknya memegang sebuah kitab. Dua
tangan kiri lainnya masing-masing memegang benda.

33
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Bagian wajahnya digambarkan bulat telur dengan dagu agak


laneip, berhidung tinggi, bibir tipis, dan mata terpejam
bermeditasi. Telinganya panjang dan memakai perhiasan.
Mahkota yang dikenakkan berupa pilinan rambut (jatdmakuta).
Hiasan yang dipakai antara lain hiasan dada, kelat bahu pada
kedua lengan (kiri dan kanan), dan memakai tali kasta (upawfta)
yang berupa pita pada bahu sebelah kiri. Di belakang kepalanya
terdapat lingkaran prabha yang berbentuk einein.

Bodhisattwa

Tempat Penemuan: Kalimantan


Tempat Penyimpanan: Sementara di
Balai Lelang Christie's, Amsterdam dengan
identitas No. Lot. 177, No. Penjualan
2675
Bahan : Emas untuk sosok area dan
perak untuk lapik
Ukuran: Tinggi 10 em.
Kondisi: Baik.
Pertanggalan: Abad ke-8 Masehi.

Area Bodhisattwa bertangan empat ini


digambarkan dalam posisi berdiri dengan
sikap samabhanga di atas lapik padma.
Tangan kanan depan agak diarahkan ke
bawah dengan sikap tangan wara; tangan
kanan belakang diarahkan ke atas sambil
memegang tasbih (aksamala); tangan kiri
depan memegang padma; dan tangan kiri
belakang agaknya memegang kitab.

34
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Wajahnya digambarkan agak bulat dengan airmuka


menunjukkan ketenangan; memakai mahkota dari pilinan rambut
(jatamakuta), di mana pada bagian depan di atas kening terdapat
arcaAmitbha. Disekeliling kepala terdapat lingkaran prabha yang
berbentuk oval.

Asana

Tempat Penemuan: Desa Sabong Pelangi,


Sambas, Kalimantan Barat
Tempat Penyimpanan: The British Museum,
London
Bahan : Perunggu
Ukuran: Tinggi 12,5 Cm
Kondisi: Bagian arcanya sudah hilang.
Pertanggalan: Abad ke-9 Masehi atau
10-11 Masehi?

Asana ini denahnya berbentuk bujursangkar, dan bagian


belakangnya kira-kira mulai dari bagian pundak area yang duduk,
berbentuk segitiga. Pada bentuk yang segitiga ini bagian tepinya
dihias dengan hiasan lidah a pi. Pada masing-masing sisi terdapat
lima hiasan lidah api. Di sebelah kiri dan kanan terdapat hiasan
makara.
Hiasan makara dengan belalainya berulir yang mengarah
keluar mengingatkan pada hiasan makara pada relung-relung
candi periode Jawa Tengah (abad ke-9 Masehi). Namun hila
dilihat dari hiasan lidah api pada bagian sandaran menunjukkan
gaya seperti dari periode Jawa Timur, yaitu abad 10-11 Masehi.

35
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

3.2 Situs Batu Sampei


Situs Batu Sampei terletak di tepi sisi selatan dari Sungai
Sekayam. Untuk mencapai lokasi situs dapat menggunakan
kendaraan bermotor roda empat dari Kota Sanggau. Setelah
menempuh perjalanan darat sejauh 2 km dari jembatan sungai
Sekayam, tiba di Desa Sengkuang dan perjalanan dilanjutkan
dengan menggunakan sampan menyeberangi Sungai Sekayam Di
seberang sungai perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki
menaiki undak-undakan pada tebing sungai sepanjang 150 meter.
Lokasi situs pada tebing sisi selatan sungai Sekayam.
Keadaan permukaan tanahnya miring dan merupakan parit kecil
yang selalu berair terutama pada musim hujan. Di sebelah kiri
dan kanan parit masih merupakan se~ak belukar dengan
tanaman rumpun bambu. Ketinggian permukaan tanah situs
sekitar 30 meter dari permukaan sungai Sekayam.
Tinggalan budaya masa lampau yang terdapat di Desa
Sungai Sengkuang (Dusun Stompak) berupa sebuah batu
monolith dengan aksara Pallawa dan Arab. Batu prasasti tersebut
ditemukan dalam keadaan membujur memotong parit dengan
arab barat-timur. Monolith tersebut berukuran panjang 7 meter
dan tinggi (tebal) 2 meter. Bidang yang bertulisan berukuran
panjang 5 meter dan lebar 0,95 meter.
Prasasti Batu Sampei untuk pertama kalinya dilaporkan
oleh Muller pada tahun 1843 dan oleh H.L. Roth pada tahun
1896.27 Kemudian pada tahun 1903 Kolonel J.J.K. Enthoven
melaporkan kembali tetapi ditambah dengan laporan
ditemukannya sebilah keris dan sebuah benda bulat yang
bertulisan. Dalam laporan tersebut, dikatakan bahwa keris
tersebut bercorak Majapahit dengan tulisan pada salah satu
sisinya, sedangkan benda bulat terdapat tulisan yang ditulis dalam
aksara Mangian dari Mindoro (Filipina).2s

Telaah terhadap Prasasti Batu Sampei dilakukan secara


mendalam oleh H. Kern, N.J. Krom, serta van Naerssen.29 Kern

36
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

"I .
'
'!"' -,.

I
1:

t
'f
i

37
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Keadaa n Prasasti Ba tu Sa mpei ketik a awal dit emuka n oleh tim eks pedi si Born eo . Di
bagia n bawah go resa n se perti sulur- sulur da un te rdapat go resa n ya ng dituli s
dalam aks a ra Arab sebclah kiri ora ng be rkaca k pingga n?,
(Sumber: va n Nac rsse n, 19 41 ; Puslitba ng Ark enas )

mencoba membaca baris kedua yang bunyinya I jprabuh/ /.


Selanjutnya Kern membandingkan bentuk aksara dari prasasti
itu dengan bentuk aksara dari Prasasri Ciaruton (prasasti yang
dikeluarkan raja Purnnawarman) yang ada kesamaan bentuk
ikalnya. Meskipun tidakjelas mendukung pendapat Kern, namun
van Naerssen mengulang hasil telaahnya.

38
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Telaah/pembacaan mutakhir dilakukan oleh Soekarto.3o


Dalam telaahnya, ia membaca prasasti tersebut yang bunyinya
Sr+ bhupati tirthyatra. Hasil pembacaannya sama sekali berbeda
jauh dengan hasil pembacaan ahli epigrafi lainnya, karena ia
membacanya secara langsung tidak melalui faksimili.

3.3 Situs Batu Pait


Situs Batu Pait terletak pada sebidang tanah datar yang dikelilingi
bukit-bukit kecil yang ketinggiannya sekitar +200 meter d.p.l.,
di tepi sebelah barat sungai Mahap, dan di tepi selatan Dusun

Topografi Situs Batu Pait [Sumber: Peta Topografi Helai n/VII-m (Nanga Taman)]

39
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Pait. Untuk menuju situs dapat dicapai dengan kendaraan


bermotor roda empat dari Sekadau ke Nanga Mahap yang
jaraknya 6o km. Kemudian dari Nanga Mahap dilanjutkan dengan
sepeda motor hingga ke lokasi situs yangjaraknya sekitar 20 km.
Apabila musim hujan perjalanan dari Nanga Mahap dilakukan
melalui Sungai Mahap dan Sungai Tekarik dengan menggunakan
perahu bermotor. Perahu motor hanya dapat masuk pedalaman
hingga Dusun Sebabas. Dari sini perjalanan dilanjutkan dengan
berjalan kaki sejauh 8 km.
Situs Batu Pait yang secara administratif terletak di Desa
Pait, Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sanggau, dalam
laporan Belanda dikenal dengan nama Situs Batu Pahat. Situs ini
untuk pertama kalinya dilaporkan pada tahun 1914. Dalam
laporan itu disebutkan bahwa di tepi sungai Tekarik (cabang
Sungai Kapuas) ~itemukan sebuah prasasti yang dipahatkan pada
sebuah batu granit (?)yang berukuran 4 x 7 meter (tinggi 4 meter
merupakan tinggi yang tampak pada permukaan tanah). Prasasti
yang berisi tentang mantra-mantra Buddha (ye te mantra) ini
jelas masih in-situ. Mantra-mantra Buddha tersebut dituliskan
di antara tujuh stupa-stupa namun keadaannya sudah aus dan
sulit untuk dibaca. Krom berpendapat bahwa mantra-mantra
Buddha ini ditulis pada sekitar abad ke-7 Masehi.31 Wales32
berpendapat bahwa Prasasti Batu Pait berasal dari sekitar abad
ke-6 Masehi sedangkan Chabbra dan O'Connors berpendapat
bahwa prasasti ini berasal dari masa yang lebih muda dari yupa
di Kutai yang berasal dari sekitar abad ke-5 Masehi.33
Penelitianjpembacaan yang mutakhir dilakukan oleh
Soekarto pada tahun 1985. Aksara prasasti ditulis di antara
kelompok stupa yang berjumlah tiga buah (kiri) dan kelompok
stupayang berjumlah empat buah (kanan). Selain itu, ditulisjuga
pada masih stupa asing stupa, tetapi hanya beberapa yang dapat
terbaca. Untuk memudahkan pembacaan pada stilpa, stiipa
diurut mulai dari yang terendah di sebelah kiri 1,55 meter (stUpa
I) hingga yang tertinggi 2,45 meter (stupa VII) Ditulis dalam

40
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

aksara Pallawa dan berbahasa Sansekerta, yang isinya adalah


sebagai
berikut sebagaimana dibaca oleh Soekarto:

Mantra-mantra Buddhis pada stupa


Stupa I : wdi mahsramanah
Stupa IV: wdi mahsramanah (baris 10
- 11)
Stupa V: mahsramanah
Stupa VI: mahsramanah (baris 9 - 10)
Stupa VI: wijaya
Pada pattra (bidang di antara kelompok
3 stupa dan 4 stupa:
Baris 1 dan baris 2: po_a msa [ake 578

Prasasti Batu Pait dipahatkan pada sebongkah batu a lam yang berukuran 4 x 7 meter.
Aksara prasasti ditulis di antara kelompok stiipa yang berjumlah tiga buah (kiri) dan
kelompok st1ipa yang berjumlah em pat buah (kanan). (dok. Bam bang Budi Utomo).

41
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Keberadaan prasasti ini mengindikasikan bahwa di tempat


tersebut, setidaknya ada kelompok masyarakat penganut agama
Buddha yang tinggal di Iem bah sempit yang dialiri Sungai Tekarik.
Melihat kesunyian lingkungan alam pada sebuah lembah yang
dialiri sebatang sungai kecil, diduga yang tinggal di tempat ini
adalah kelompok masyarakat bhiksu. Mereka melakukan kegiatan
semedhi, mempelajari kitab-kitab sutra, dan melakukan retret.

3-4 Situs Nanga Sepauk


Situs Nanga Sepauk terletak di daerah perbatasan antara
Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sintang. Untuk mencapai
lokasi situs dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor roda
empat melalui jalan kabupaten dan jalan propinsi yang
menghubungkan Sanggau dan Sintang. Jarak dari kota Sanggau
sekitar 140 km, sedangkanjarak dari Sintang sekitar 70 km. Dari
jalan propinsi, setelah di Desa Lengkena membelok menuju arah
utara ke Nanga Sepauk.
Nanga Sepauk secara geografis terletak di sebuah dataran
yang bentuknya mirip sebuah tanjung di daerah pertemuan sungai
Kapuas dan Sepauk. Dataran ini di sebelah utara berbatasan
dengan Sungai Kapuas, dan sebelah barat (baratlaut-tenggilra)
I
berbatasan dengan Sungai Sepauk. Secara topografis Nanga
Sepauk terletak di tanah datar yang ketinggiannya +25 meter 'd. p.l.
atau sekitar 2 meter dari permukaan air sungai. Ketika musim
hujan, permukaan air sungai Kapuas dan sungai Sepauk naik
hingga menggenangi desa-desa sekitarnya.
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional telah melakukan
penelitian arkeologi di situs ini pada tahun 1985. Ketika itu lokasi
tinggalan budaya masa lampau ditemukan di tepi tenggara pasarI
desa . Tetapi karena perkembangan pemukiman, pada waktu
dikunjungi kembali tahun 1998, tinggalan budaya tersebut sudah
terletak di tengah pasar dan pemukiman penduduk. Dengan
demikian areal situs menjadi sempit dengan batas Sungai Kapuas

42
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

"'
. .,•.

I.
..._,_~. · ,...., lt.,..y,~ illlll

-~~'"- . ' . -.~(.- ·t

.....~.· .. '
0
~-~- -~ .
-... ,·,
/

' -~·
-.~- -
-- ~·-
·~--
... ......
··'

. ) ...· ~- '
·.'.· . .~~-

·.,, 1l .

·l 'l.
.~ .:
·v-··· ·i>
~.' . -r. · ·-~· · ·
-- . ..
_

·.•
F·•J ! ( · ··~,.~~~.
_
., , --i :.. -.'\\,
/ ..~~ ·:. .....:.

·''

. ,._
:~.:

. . .•
r ·. -t ·
~

\ ~ :

Topografi Situs Nanga Sepauk


[Sumber: Peta Topografi Helai 12/Vl-u (Nanga Sepauk)] .

43
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

''
''
'' '
I

''

'I
''
'
\
'\

I
I
I I

_ ;x;-...;-. C., .,::l


Jc.c •·
6 c,..r.. ..;
~ \~C!> t:

~E' -
v - • \.:;.,.!(,~

- - - - -- -

Situs Nanga Sepauk terletak di sisi selatan (barat$ya) Sungai Kapuas di daerah
pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Sepauk. Daerah pertemuan sungai, tern pat
ditemukannya tinggalan budaya masa lampau, seolah olah merupakan sebuah
semenanjung yang menjorok ke arah Sungai Kapuas (Penggambar: Priyo Panuggul).

44
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

di sebelah utara, jalan desa di sebelah selatan, serta pemukiman


penduduk di sebelah barat dan timur.
Situs Nanga Sepauk untuk pertama kalinya ditemukan pada
sekitar awal abad ke-19, yaitu ketika ditemukannya pecahan-
pecahan keramik Tiongkok dan Thailand. Setelah itu, seorang
kontrolir Belanda yang bernama Bakker melaporkan
ditemukannya sebuah liiiga dan yoni (?) di Nanga Sepauk.3s
Setelah lama tidak diteliti, kemudian pada tahun 1985 sebuah tim
dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melakukan penelitian
di situs tersebut. Ekskavasi yang dilakukan di sekitar liiiga
berhasil menemukan sebuah area nandi.
Di sebuah "semenanjung yang menjorok ke tengah
pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Sepauk, terdapat tinggalan
budaya masa lampau yang terdiri dari sebuah liiiga, yoni (?),
nandi, dan beberapa buah batu candi. liiiga yang ditemukan
merupakan Mukhaliiiga dengan ciri penggambaran muka
manusia pada bagian Rudrabhdga.

Daerah pertemuan Sungai Sepauk dan Sungai Kapuas di Desa Emiang Empekan
(dok. Bambang Budi Utomo, 1997).

45
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Mukhalifiga

(dok. Bambang Budi Utomo)

Tempat Penemuan: Desa Emiang Empekan, Keeamatan Nanga


Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
Tempat Penyimpanan: Masih di tempat asalnya, yaitu di tengah
pasar Desa Emiang Empekan.
Bahan: Batu andesit
Ukuran: Tinggi 95 em.
Keadaan: Baik.
Pertanggalan: Abad ke-7 Masehi.

Liiiga yang ditemukan terdiri dari tiga bagian, yaitu


Rudrabhaga, Wisnubhga, dan Brahmabhaga. Bagian
Rudrabhaga berdenah bulat dengan ukuran tinggi 37 em dan
bergaris tengah 27 em. Bagian Wisnubhga yang terletak di bagian
tengah berdenah segi delapan dengan sisi-sisinya berukuran 12
em dan tinggi 37 em. Bagian Brahmabhaga yang terletak di bagian
bawah seharusnya berukuran 37 em juga, namun pada lingga ini
hanya berukuran 21 em dan sisi-sisinya berukuran 27 em. Pada
bagian Rudrabhaga terdapat relief yang menggambarkan muka
manusia. Penggambarannya memberi kesan gemuk dengan
telinga yang panjang.

46
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Dalam laporan Belanda dan juga laporan-laporan yang


dibuat oleh tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional disebutkan
temuan lain yang berupa yoni. Namun berdasarkan pengamatan
di lapangan, benda ini tidak dapat dikatakan yoni dan bukan
merupakan pasangan dari linga . Benda tersebut dapat disebut
sebagai alas (lapik). Bentuk denahnya bujursangkar dengan
ukuran 112 x 112 em, dan tinggi 13 em Salah satu sisinya telah
rusak. Bagian tengahnya berlubang dengan ukuran 37 x 37 em.
Pada bagian permukaan, di bagian tepi lubang dan tepi alas
terdapat semaeam bingkai yang berukuran lebar 7 em, dan tebalj
tinggi 1 em.

47
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Nandi

(dok. Bambang Budi Utomo)

Tempat Penemuan: Desa Emiang Empekan, Keeamatan Nanga


Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Tempat Penyimpanan: Masih di tempat asalnya, yaitu di tengah
pasar Desa Emiang Empekan.
Bahan: Batu andesit
Ukuran: Tinggi 30 em.
Keadaan: Bagian kepalanya telah hilang.
Pertanggalan: Abad ke-7 Masehi.

Dalam laporan yang dibuat oleh orang-orang Belanda dan


lnggris, tidak disebutkan ditemukannya area nandi di Situs Nanga
Sepauk. Area nandi baru ditemukan ketika tim dari Pusat
Penelitian Arkeologi Nasional melakukan ekskavasi tahun 1985.
Area nandi terse but keadaannya relatif masih baik dengan ukuran
rineinya adalah panjang 75 em, lebar 32 em, dan tinggi 30 em.
Bagian kepalanya telah hilang. Digambarkan dalam posisi
mendekam dengan kaki depan dilipat ke belakang, dan kaki
belakang dilipat ke depan. Kaki kanan depan dilipat di bagian
bawah badan, sedangkan kaki kiri dilipat di bagian samping.

48
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Ekornya terhimpit bagian kaki sebelah kiri belakang. Bagian


punggungnya rata seolah-olah sengaja dipangkas.
O 'Connors dan Tom Harison berpendapat bahwa
kemungkinan ada hubungan budaya antara Kalimantan Barat
dengan peradaban Mon-Khmer.36 Pendapat ini didasarkan atas
persamaan wajah dan hiasan kepala mukhalifiga dari Nanga
Sepauk dengan wajah dan hiasan kepala mukhalifiga Pre-Angkor.
Mukhalinga dari Nanga Sepauk dapat dianggap berasal dari
sekitar abad ke-7 Masehi. Selanjutnya mereka menekankan
bahwa di wilayah Serawak dan Kalimantan Barat terdapat
distribusi situs yang cukup banyak yang dapat menjelaskan
mengapa Ch'ang Chun dan 1-tsing melaporkan keberadaan
Wijayapura pada sekitar abad ke-7 Masehi. Mengenai adanya
kesamaan bentuk mukhalifiga di Nanga Sepauk dengan Khmer,
Wolters mengomentari bahwa mungkin saja sebagai akibat
pengaruh prototipe umum dari India. Di sisi lain, pengaruh
budaya Mon-Khmer selama periode Funan dan masa kejayaan
Chen-la (abad ke-6-7 Masehi) dapat saja sampai ke bagian utara
dan barat Kalimantan. Kawasan ini dapat dikaitkan dengan hal-
hal kemaritiman dan pertukaran budaya antarnegeri di Teluk
Bandon.

3-5 Situs Benua Lama


Situs Benua Lama terletak di sebelah selatan Sungai Pawan.
Untuk mencapai lokasi situs dapat menggunakan kendaraan
bermotor roda empat sampai ke Desa Negeri Baru melalui jalan
kecamatan yang menghubungkan Ketapang-Kedawangan. Pada
patok Km. 2 Ketapang kemudian membelok ke arah timur menuju
tepi sebelah barat Sungai Pawan. Dari pertigaan ini perjalanan
yang masih harus ditempuh sepanjang 4,7 km. Jarak dari kota
Ketapang menuju situs sekitar 6 km atau sekitar 20 menit
perjalanan darat.
Situs Benua lama atau kadang-kadang disebut juga Situs
Negri Baru terletak di tepi atau di tengah Desa Mulia Kerta (Kec.
Matan Ilir Selatan, Kab. Ketapang, Kalimantan Barat) pada

49
l . antan Bara t dan Sumbawa
OKa1m

)'-,_

//~'~ .

~~,,~
ij~-'',
'i%~,,
///<~,,
0 •-·• ·~-
mum
.
k dltemu
koo dl
d
oo"~
' ' -··" lorn"'" bo""'· b lob"'"' "
.
Situasi S1tus Benua
rumah pendu u
Lama. .
Tmgga
d k pada b1da?g.
lan budaya
tanah
SungaJ Pawan
yang koson~:
masa
(Penggamba ·
Letaknya dl se e
Surjono) 0

50
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

sebidang tanah datar dengan ketinggian sekitar +s meter d.p.l.


aerah sekitar situs, baik di seberang sisi timur Sungai Pawan
maupun sebelah selatan, barat, dan utara terdapat terdapat
hutan j perkebunan karet rakyat . Di antara rumah-rumah
penduduk terdapat laban pertanian yang berupa ladang. Di
beberapa tempat di antara rumah penduduk dan tepi jalan desa
terdapat lubang-lubang galian yang dalamnya sekitar 50-100 em
dengan luas sekitar 2-3 meter persegi. Lubang-lubang galian ini
merupakan lubang yang dipakai untuk meneari logam emas
dengan cara mendulangnya.
Kegiatan penelitian arkeologi di situs ini telah dilakukan
sejak tahun 1993 dan dilanjutkan dengan ekskavasi tahun 1996
oleh tim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Penelitian yang
dilakukan di situs itu berhasil menemukan indikator pemukiman
kuna yang berasal dari masa peralihan (Akhir Masa Klasik dan
Awal Kesultanan Matan) . Tinggalan budaya yang berhasil
ditemukan berupa peeahan-peeahan keramik Tiongkok yang
berasal dari masa Dinasti Song-Yiian (abad ke-12-13 Masehi)
hingga masa kolonial Belanda (abad ke-18 Masehi),
peeahanpeeahan tembikar, batu pipisan, bata bata berukuran
besar yang merupakan sisa bangunan.
Bata merah banyak ditemukan di permukaan tanah pada
ladang dan pekarangan penduduk. Bata-bata terse but mempunyai
bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Bentuknya ada yang
em pat persegi panjang dengan ukuran 30 x 40 em dan mempunyai
keterbalan sekitar s-8 em. Bentuk lainnya ada yang bersikusiku
(segi banyak) seperti "batu kunei". Pada salah satu sisinya terdapat
goresan yang dibuat dengan jari ketika masih bas a h .

51
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Struktur bata ya ng terdapat pada sa lah satu kotak ckskavasi pacta kedala man sekitar 40
em. Di an tara bata-bata lepas terdapat bata yang berhias pada sa lah satu sisinya
(Dok. Bambang Budi Utomo)

Bata berhias dari Situs Bentm Lama , Ketapang. Ditcmukan di antara runtuhan struktur
bata (dok. Ba mbang Budi Utomo).

Pecahan-pecahan keramik yang ditemukan sebagian besar


berasal dari Tiongkok dari masa Dinasti Song-Yiian (abad ke-12-
13 Masehi) hingga masa Dinasti Qing (abad ke-17-18 Masehi).
Dari pecahan-pecahan yang ditemukan itu dapat diketahui bentuk
asalnya, yaitu mangkuk, piring, cepuk, pasu, tempayan, dan guci.
Di samping keramik yang berasal dari Tiongkok, ditemukan
juga keramik dari Thailand yang berasal dari bentuk guci.

52
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Beberapa pecahan keramik bagian dasar dari sebuah mangkuk (kiri), dan pecahan
tembikar bagian cucuk dan payungan dari sebuah kendi (kanan)
(dok. Bambang Budi Utomo).

Peeahan-peeahan tembikar yang ditemukan terdiri dari


bagian tepian, badan, dasar, eueuk, leher, dan tutup. Dari
bagianbagian ini dapat diketahui bentuk asal dari tembikar-
tembikar tersebut, yaitu bentuk kendi, periuk, dan dang, pasu, dan
kuali. Hal yang menarik dari tembikar tersebut adalah
ditemukannya kendi yang bentuk dan bahannya mirip dengan
kendi dari Situs Trowulan (Mojokerto, Jawa Timur) dan dari Situs
Muara Jambi (Maro Jambi, Jambi). Adapun yang menjadi eiri
khas kendi dari Trowulan adalah bentuk payung di bagian atas
leher, bentuk eueuknya, dan berbahan dasar tanah liat halus.
Temuan lain dari Situs Benua Lama adalah batu pipisan
yang terbuat dari batu andesit berwarna agak kemerahan. Ukuran
tinggi 11,5 em (dari dasar ke hi dang permukaan atas), lebar bagian
dasar 10 em, dan lebar bidang permukaan atas 15 em. Ukuran
panjangnya tidak diketahui karena semua yang ditemukan tidak
utuh.

53
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Masih dalam lingkungan Situs Benua Lama, di dua lokasi lain


ditemukan kompleks makam Islam. Keberadaan kompleks
pemakaman ini diduga ada kaitannya dengan pemukiman kuna
di Situs Benua Lama. Kompleks pemakaman yang pertama
dikenal dengan nama Kompleks Makam Kramat Tujuh. J araknya
sekitar 1 km sebelum mencapai lokasi Situs Benua Lama dari arah
kota Ketapang. Di kompleks makam yang menempati areal sekitar
1.200 meter persegi ini terdapat tujuh buah makam. Tiga buah di
antaranya mempunyai nisan yang berangkatahun. Nisan-nisan
tersebut mempunyai keunikan pada inskripsinya yang ditulis
dalam dua aksara, yaitu Arab dan Jawa. Inskripsi dalam aksara
Arab terbaca ayat-ayat singkat dari al-Quran, sedangkan yang
ditulis dalam aksara Jawa terbaca angka tahun tarikh lhka, yaitu
1363 lhka (1441 Masehi), 1363 lhka (1441 Masehi), dan 1340
lhka(1418 Masehi).

Kompleks Makam Kramat Sembilan. Letaknya di sebelah hilir dari Situs Benua Lama.
Pada kompleks makam ini terdapat se mbilan makam kuna denga n nisan
dari abad ke-15 Masehi (dok. Bambang Budi Utomo)

54
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Kompleks makam lain dikenal dengan nama Kompleks


Makam Kramat Sembilan. Terletak sekitar 1 km ke arah hulu dari
Situs Benua Lama, menempati lahan seluas 165 meter persegi.
Di dalam kompleks terdapat sepuluh buah makam kuna. Empat
buah di antaranya mempunyai nisan yang berangka tahun. Seperti
halnya nisan-nisan dari Kompleks Makam Kramat Tujuh, pada
nisannya terdapat inskripsi yang ditulis dalam dua aksara (Arab
dan Jawa) dan dua bahasa. Inskripsi dalam aksara Arab terbaca
ayat-ayat singkat dari al-Quran, sedangkan yang ditulis dalam
aksara Jawa terbaca angka tahun tarikh lbka, yaitu 1354 (aka
(1432 Masehi), 1360 (aka (1438 Masehi), dan 1354 (aka (1432
Masehi), dan 1359 (aka (1437 Masehi).

4· Zaman Kuna

Sejarah peradaban manusia di Kalimantan sudah


berlangsung lama. Namun di dalam kurun waktu sejarah
peradabannya tidak berkesinambungan, misalnya dari masa
budaya pengaruh India ke masa budaya pengaruh Islam
sepertinya ter-.putusputus. Dimulai dari sekitar abad ke-6-7
kemudian hilang dan muncullagi pada abad ke-14 Masehi. Dari
abad ke-14 tiba-tiba muncul aktivitas pada abad ke-16 Masehi.
Ketidak bersinambungnya sejarah peradaban ini mungkin karena
keletakkan Kalimantan itu sendiri yang kurang strategis atau
belum ditemukannya secara banyak sumberdaya alam yang dapat
dijadikan komoditi perdagangan.
Pada umumnya di Nusantara, seperti di Sumatra dan Jawa,
sebuah kerajaan akan menjalin hubungan politik dan
perdagangan dengan kerajaan yang masih satu kawasan.
Berdasarkan data arkeologis dan data sejarah yang ditemukan di
Kalimantan, dapat diduga bahwa kerajaan ini tidak menjalin
hubungan dengan kerajaan lain di Nusantara. Hubungan
antarkerajaan mungkin hanya dilakukan dengan Tiongkok, India,

55
0 Kalimantan Barat dan Sumbau;a

atau dengan kerajaan yang masih satu daratan, seperti dengan


Brunei dan Kalimantan Timur. Tidak mustahil hubungan
perdaganganjkeagamaan dapat langsung dengan India atau
Tiongkok. Kalaupun melalui pihak lain, maka yang terdekat
adalah melalui wilayah sebelah utara Kalimantan, misalnya
melalui Kuehing atau Brunei.
Di Situs Sabong Pelangi ditemukan sejumlah area yang
seeara garis besar mengikuti gaya seni Gailendra yang berkembang
di Jawa dan Sumatra pada sekitar abad ke-8-9 Masehi. Gaya seni
area tersebut pada awalnya memang berkembang di Jawa,
kemudian "berkembang" di Sumatra dan Thailand selatan karena
hubungan keluarga dan politik. Pada sekitar abad-abad tersebut
tidak ada satu pun berita tertulis yang menyebutkan hubungan
politik atau perdagangan dengan Kalimantan. Ada suatu
kejanggalan mengenai kehadiran area-area yang bergaya seni
CJailendra di Kalimantan Barat. Seeara teoritis seperti yang
dikemukakan oleh Wolters,3s pada sekitar abad ke-7 Masehi
Kerajaan Wijayapura (Ch'in-li-pi-shih) mempunyai hubungan
dagang dengan Griwijaya. Melalui hubungan politik itulah
areaarea aailendra dibawa ke Kalimantan dari Sumatra.
Prasasti Batu Pait yang berisi mantra-mantra Buddha,
mengindikasikan bahwa pada sekitar abad ke-6-7 Masehi di
wilayah pedalaman Kalimantan Barat telah bermukim kelompok
pemeluk agama Buddha. Dikaitkan dengan tempat ditemukannya,
yaitu di tepi sungai keeil pada lembah sempit dikelilingi hutan
yang sunyi, pemukiman di Situs Batu Pait ini adalah pemukiman
para bhiksu agama Buddha. Melihat pertanggalan prasasti, diduga
masuknya agama Buddha lebih dulu ke Kalimantan Barat
daripada ke Sumatra (<Jriwijaya). Bolehjadi berdekatan waktunya
dengan kedatangan Buddha di pantai utara Jawa Barat (Batujaya).
Kalau kita melihat jalur perdagangan rempah-rempah menuju
kawasan timur Nusantara, maka kita akan menemukan situs lain
yang relatif sejaman dengan Batu Pait dan Batujaya, yaitu Situs
Wadu Pa'a di tepi sebelah barat Teluk Bima (Sumbawa).

56
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Seperti juga di pulau lain di Nusantara, pemukiman


penduduk di wilayah Kalimantan mengambil lokasi di tepian
sungai-sungai besar. Banyak tinggalan budaya masa lampau yang
merupakan petunjuk pemukiman kuna ditemukan di beberapa
tempat di sepanjang tepian daerah aliran sungai Kapuas dan
daerah aliran sungai lain. Gejala ini merupakan indikator bahwa
sungai memegang peranan penting sebagai sarana transportasi
dari dan ke daerah pedalaman. Kebiasaan ini berlangsung terus
hingga sekarang.
Penyebaran pengaruh budaya India di Kalimantan dapat
dikatakan melalui jalur sungai. Di wilayah Kalimantan Barat
sungai yang terbesar dan terpanjang adalah Kapuas. Di beberapa
tempat "strategis" terdapat situs-situs arkeologis yang
mengindikasikan pengaruh budaya India. Menurut laporan
Belanda tahun 191439 di wilayah Kalimantan Barat terdapat
sekurang-kurangnya 14 buah situs. Beberapa buah di antaranya
masih dapat ditemukan kembali dan teridentifikasi. Tinggalan
budaya yang terdapat di situs-situs tersebut mengindikasikan
adanya kelompok masyarakat pemeluk agama Buddha dan
kelompok masyarakat pemeluk agama Hindu.

Tabel1. Daftar situs menurut laporan Belanda tahun 1914

No. Nama Situs Tinggalan Budaya


1. Pontianak Nandi
2. Sungai Berambang Guci Martavan, bijih, dulang, cincin emas

3· Sanggau Runtuhan bangunan candi, relief yang


menggambarkan sesosok wajah, batu
kunci.

4· Monggo Batah Runtuhan bangunan candi, area Ganesa,


nandi, lifzga, perhiasan emas, dan barang
tembikar

PERPUSTAKAAN
DIREICTORAT P E NI NGGA LA III P l• R B41(AlA
57
OIRlKTORAT JENf1ER.A t SEJAiiAH 0 4 N ··v Q8 At<.ALA
DEPARTEM EN t<E 8UO AYAA N DAN PARIWISATA
0 Kalimantan Bamt dan Sumbawa

5· Batu Sampei Batu bertulis yang terdiri dari dua baris


6. Pale mas Perhiasan emas

7- Sekadau Runtuhan bangunan eandi, tempayan ber


tulisan, dan kendi
8. Ngeris Runtuhan bangunan eandi, runtuhan pe
rahu kuna

9· Batu Pahat (Pait) Batu bertulis dengan aksara Pallawa dan


bahasa Sansekerta
10. Sepauk Runtuhan bangunan eandi, jambangan air,
lingo , dan keramik Tiongkok

11. NangaJuwan Area dari bahan tembaga


12. SungaiSagah Area Buddha dari bahan perunggu

13. Sepauk Hulu Tugu dari bahan tembaga

14. Nanga Serawai Runtuhan bangunan candi, liliga , dan yoni

Berdasarkan tabel persebaran situs tersebut menunjukkan


bahwa sebagian besar aktivitas pemukiman yang mendapat
pengaruh budaya India mengambillokasi di daerah aliran sungai
Kapuas. Mulai dari daerah hilir di sekitar Pontianak, hingga ke
daerah hulu di Nanga Serawai. Keletakan situs-situs tersebut tidak
jauh tepi sungai dan dekat dengan pemukiman sekarang ini.
Sayangnya dari 14 situs yang mengindikasikan pemukiman
keagamaan, hanya sedikit yang mengandung tinggalan budaya
yang mengindikasikan aktivitas keseharian, misalnya adanya
barang-barang tembikar dan keramik. Barang-barang tersebut
merupakan barang perabot yang dipakai untuk keseharian,
misalnya memasak.
Sebuah survei arkeologis yang dilakukan tahun 1997 oleh
tim dari Institut Alam dan Tamadun Melayu (University
Kebangsaan, Malaysia) dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional,

58
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

menemukan 15 buah wadah keramik utuh yang terdiri dari guei,


piring, mangkuk, dan teko yang disimpan penduduk kampung
transmigrasi. Menurut keterangan pemilik barang-barang
tersebut, asalnya dari sebuah kampung di daerah kabupaten
Sanggau. Setelah ditinjau, di kampung terse but tidak ditemukan
petunjuk sisa pemukiman kuna . Permukaan tanah dan juga
singkapan tanah bersih tidak ada temuan sisa pemukiman kuna.
Setelah ditelusuri lebih lanjut dengan mewawanearai beberapa
penduduk kampung, ternyata barang-barang keramik tersebut
berasal dari dalam tanah yang sengaja dipendam oleh orang
Tionghoa yang pernah tinggal di kampung itu. Pada sekitar awal
tahun 1960-an, orang-orang Tionghoa yang tinggal di kampung-
kampung, oleh pemerintah diwajibkan pindah ke kota. Orang-
orang Tionghoa pindah ke kota, tetapi barang pusaka yang
dipendam tidak ikut dibawa.

Berdasarkan pengalaman tersebut, area-area "Sambas


Treasure" yang telah saya uraikan, bisa jadi merupakan barang
pusaka yang dibawa oleh orang-orang Tionghoa dan dipendam
di Desa Sabong Pelangi. Area-area Buddha terse but ditempatkan
di dalam sebuah tempayan. Apalagi kronologi relatif dari areaarea
tersebut tidak sama. Rentang waktunya eukup panjang sampai
lebih dari 2 abad. Bolehjadi area-area tersebut dikumpulkan dari
berbagai tempat di Kalimantan Barat, mengingat pada masa
lampau di Kalimantan Barat telah ada kelompok masyarakat
pemeluk agama Buddha.

5· Awal Kesultanan

Pada zaman setelah kedatangan Islam di Nusantara, di


wilayah Kalimantan Baratjuga berkembang agama Islam, namun
tidak sepesat kawasan lain di Nusantara. Kerajaan yang bernuansa
Islam di Kalimantan Barat dalam sejarah tidak pernah menjadi
pusat budaya dan siar Islam. Beberapa kerajaan yang terdapat di
Kalimantan Barat, seperti Kesultanan Pontianak, Kesultanan

59
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Mempawah, dan Kesultanan Sambas tidak pernah "menjadi


besar" dan pemukimannya bersinambungan hingga masa
sekarang. Ada petunjuk mungkin kesultananjpemukiman yang
terdapat di Pontianak-lah yang terus bersinambungan. Namun
dalam sejarahnya memerlukan proses yang lama karena aktivitas
yang dilakukan penduduknya kurang dinamis jika dibandingkan
dengan tempat lain di Nusantara. Di sini tidak tampak adanya
kerjasama dan persaingan antarindividu atau antarkelompok
yang dapat menimbulkan terjadinya perkembangan masyarakat
yang homeostatis menjadi masyarakat yang kompleks dan
heterogen. Tentu saja, pemicunya adalah aktivitas perdagangan
regional ataupun antarbangsa.
Berbicara mengenai zaman kesultanan tidak lepas
kaitannya dengan perdagangan dan penyebaran agama Islam di
Nusantara. Bermula dari perdagangan antarbangsa dan
antarpulau di Nusantara yang secara tidak langsung bersamaan
dengan penyebaran agama Islam, tetapi kedatangan Islam di
berbagai tempat di Nusantara tidaklah bersamaan, dapat
tergantung dari situasi politik dan sosial-budaya daerah yang
dikunjungi para pedagang. Sewaktu <Riwijaya berjaya pada sekitar
abad ke-7-8 Masehi, Selat Melaka sudah mulai dilalui oleh
pedagang-pedagang Muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri
di Asia Tenggara dan Asia Timur. Intensitas perdagangan yang
cukup tinggi di kawasan Asia mungkin disebabkan oleh kegiatan
kerajaan Islam di bawah Bani Umayyah di bagian barat maupun
kerajaan Tiongkokdi bawah Dinasti T'ang di bagian timur. Sudah
sepantasnya kalau kerajaan-kerajaan di sekitar Selat Melaka yang
terlebih dahulu menganut agama Islam, karena selat ini
merupakanjalur lalu-lintas perdagangan.
Dalam sejarah Nusantara, proses islamisasi dimulai dari
daerah sekitar selat yang ditandai dengan munculnya
kerajaankerajaan bercorak Islam. Dalam hal ini, yang dimaksud
dengan "islamisasi" adalah ketika para tokoh pimpinan di suatu
daerah, terutama raja, keluarga dan para pemukanya telah
memeluk agama Islam secara resmi. Sebagai akibatnya sebagian

60
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

besar rakyat ikut memeluk agama Islam, meskipun beberapa di


antara mereka mungkin sudah lebih dahulu memeluk agama baru
tersebut.
Dari Sumatra dan Semenanjung Tanah Melayu, proses
islamisasi kemudian berlanjut ke Jawa. Di Jawa agama Islam
berkembang untuk pertama kalinya di Gresik karena pada waktu
itu Gresik sudah merupakan pelabuhan pusat perdagangan. Dari
tempat ini kemudian agama Islam berkembang ke berbagai
penjuru di Nusantara, terutama pada tempat-tempat yang ada
hubungan dagangnya, seperti Ternate dan Tidore di kawasan
timur Nusantara.
Islamisasi di Kalimantan mungkin berlangsung a tau dimulai
dari Kerajaan Brunei, karena pada masa itu Brunei merupakan
pelabuhan dagang yang paling terkenal di Kalimantan.4o Sebelum
muncul Kerajaan Banjarmasin, di sebelah baratlaut pulau ini
terdapat kota pelabuhan terkenal, yaitu Lawe dan Tanjungpura.
Kedua tempat ini berseberangan dengan pantai utara Jawa.
Karena itu hubungan perdagangan banyak dilakukan dengan
kota-kota pelabuhan yang ada di pantai utara Jawa. Melalui Lawe
dan Tanjungpura, diekspor emas, intan, bahan makanan, dan
basil hutan ke kota-kota yang ada di Jawa. Pada masa yang
kemudian, kota-kota yang ada di Jawa lebih banyak berhubungan
dengan Sambas, Sukadana, dan Banjarmasin. Gejala ini
menunjukan bahwa Lawe dan Tanjungpura sudah tidak penting
lagi.
Sebelum kedatangan Islam di Kalimantan, nama Sambas
telah disebutkan di dalam Kakawin Nagarakrtagama sebagai
salah satu negara bawahan Majapahit. Ini berarti, pada waktu itu
Sambas sekurang-kurangnya telah dikenal di Majapahit (Jawa).
Dikenalnya Sambas bisa jadi karena keletakan dan fungsinya
sebagai kota pelabuhan dan ada sumberdaya alam yang
mendukung kelangsungan hidup pelabuhan tersebut. Dilihat dari
keletakkan geografisnya, Sambas terletak di daerah pertemuan
sungai besar yang tidak jauh dari laut lepas. Pada masa yang
kemudian, ketika perdagangan sedang ramai Sambas telah

61
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

tumbuh menjadi sebuah kota pelabuhan yang besar. Dan pada


akhirnya menjadi sebuah kota pusat pemerintahan dalam bentuk
kesultanan.
Kesultanan Sambas merupakan kesultanan kecil yang
kurang dikenal dalam percaturan sejarah Nusantara. Latar
belakang sejarah berdirinyapun berkaitan dengan Kesultanan
Brunei yang letaknyajauh di timurlaut Sambas. Menurut Sejarah
Brunei, Kesultanan Sambas didirikan oleh Pangeran Sulaiman,
putra Pangeran Raja Tengah, pada tahun 1619. Pangeran Raja
Tengah adalah putra kedua dari Sultan Muhammad Hasan yang
memerintah di Brunei pada tahun 1582-1598. Pangeran Raja
Tengah kemudian dipercaya untuk membawahi wilayah Serawak.
Dari pangeran inilah di kemudian hari terbentuk dinasti
kesultanan yang memerintah Sambas.
Naskah Silsilah Raja-raja Sambas yang ditulis pada abad
ke-17 menceriterakan tentang kelahiran Dinasti Sambas melalui
perkawinan silang antara Pangeran Raja Tengah dari Brunei,
Sukadana, dan Sambas.41 Berkat perkawinan Raden Sulaiman dan
E.A. Bungsu (anak Ratu Sepudak), telah lahir Raden Bima.
Kemudian Raden Bima mendapat hak berdasarkan keturunan
untuk menjadi raja Sambas dengan gelar Sultan Muhammad
Tajuddin dan membangun istananya sendiri, terpisah dari istana
cikal bakal raja Sambas. Lokasi keraton di Muare Ullakan di
daerah pertemuan sungai Sambas, Sambas Kecil, dan Teberau.
Bangunan keraton ini bukan bangunan keraton yang sekarang
ini.
Kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara telah memberi
banyak informasi, namun Sambas baru dikenalluas mulai awal
abad ke-17 Masehi. Kemunculannya pada peta-peta Portugis
menempatkan pelabuhan itu masih cukup penting bagi para
pedagang Eropa. Berkaitan dengan aktivitas perdagangan,
kebanyakan sejarahwan mengacu pada sumber primer Belanda
yang disebut Daghregister yang dibuat di Batavia pada tahun
1624-1682 untuk kepentingan Vereenigde Oost-Indische
Compagnie (VOC). Dengan mengacu pada catatan harian ini

62
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Meilink Roelofsz menyatakan bahwa Sambas muncul sebagai


pelabuhan penting pada awal abad ke-17,42 bersama-sama dengan
pelabuhan tetangganya seperti Sukadana, Kotawaringin,
Banjarmasin menggantikan pelabuhan-pelabuhan yang pernah
ada sebelumnya (Lawe, Sampit, Quodomdom, dan
Tanjungpura).43

Kesibukan pelabuhan Sambas tahun 1846 (dok. KITLV)

Catatan perjalanan Alexander Hamilton yang berkunjung


ke pelabuhan-pelabuhan Kalimantan Barat termasuk Sambas
pada tahun 1688-1727, menyebutkan bahwa Sambas merupakan
satu-satunya kota penting di selatan sebuah tanjung (Tanjung
Datu). Sumber Kartografi lain sebagai penunjang, yaitu peta yang
dibuat oleh Joan Blaeu (1654), menunjukkan bahwa Sambas
terletak pada sebuah delta sungai besar di bawah (tenggara)
Tanjung Datu.
Berdasarkan sumber-sumber VOC, van Dijk juga
mengungkapkan bahwa sejak 1604, para perunding Belanda yang

63
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

dipimpin oleh Pieter Aert sudah berada di Sukadana.44 Kemudian


pada tahun 1608, perunding tersebut kembali dengan membawa
633 butir intan dengan total 257 karat. Pada tahun 1609, ia
menandatangani kontrak dengan Sultan Sambas, dalam upayanya
memutus dominasi Brunei di kesultanan itu dan membangun
sebuah kilang di wilayah Sambas. Akan tetapi Belanda lebih
banyak berhubungan dengan Sukadana yang letaknya jauh di
selatan.
Pada awal abad ke-19 banyak sumber Eropa membuat
deskripsi tentang Sambas tahun 1812. Salah satu di antara yang
berkunjung ke Sambas adalah Hunt. Diceriterakannya bahwa
Sambas merupakan sebuah pemukiman di sebuah delta. Sungai
yang membentuk delta terse but mempunyai dua cabang. Cabang
yang ke utara menuju Kinibalu, sedangkan cabang yang ke selatan
menuju Sungai Landak, tempat penambangan emas.4s Aktivitas
penambangan emas diberitakan oleh Earl yang berkunjung pada
tahun 1834. Lombong-lombong emas pada waktu itu berada di
sekitar Sambas, Montrado, dan Mandor. 46 Selanjutnya ia
menceriterakan besarnya produksi emas, organisasi kerja, teknik
penambangan, dan hubungan dagang antara penambang
Tionghoa dan Kesultanan Sambas dan Mempawah. Sumber lain
diperoleh dari catatan Pfeiffer yang berkunjung ke Sambas pada
tahun 1852. Dituliskannya bahwa daerah Sambas sangat miskin;
kota itu hanya dihuni oleh beberapa ribu orang saja, dan banyak
orang Tionghoa yang berdiam di dalam perahu. Di mana-mana
terjadi pemborosan makanan dan minuman terutama tuak.
Orang-orang Belanda digambarkan hidup dengan penuh
"kebebasan" dengan perempuan tempatan sebagaimana orang-
orang Perancis melakukannya di Otahcite. Sangat berbeda dengan
orang-orang lnggris di Singapura dan Sarawak serta koloni-
koloninya yang lain yang pernah dilihatnya.
Pada sekitar tahun 1830-an, Veth menceriterakan
perjalanannya ke Borneo.47Di dalam bukunya ia menggambarkan
aktivitas perdagangan maritim di tempat-tempat yang
dikunjunginya. Sekitar 15-20 buah kapal layar berangkat dari

64
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

pelabuhan Sambas dan 20-30 buah perahu besar lain dari


Mempawah untuk tujuan Singapura dua kali setahun membawa
bijih emas (pada waktuitu intan menjadi produk kedua).
Sementara itu, orang-orang Tionghoa membawa sendiri ke
negerinya.
Jika didasarkan pada sumber sejarah yang sampai kepada
kita, pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam di
Nusantara, Sambas sudah dapat dikatakan kota. Dari letak
geografisnya, seperti halnya kota-kota lain.4s Sambas terletak di
muara pertemuan sungai besar. Kota Sambas dapat dikatakan
sebagai sebuah kota yang bercorak maritim di mana kekuatan
militernya terletak pada tentera laut. Dalam hal ini sesuai dengan
alam budaya Melayu yang lebih menekankan pada urusan
perdagangan dan kelautan.

Kehidupan di sepanjang tepian sungai Sambas tahun 1910 (dok. KITLV).

Masyarakat kota pusat kerajaan maritim lebih


menitikberatkan kehidupannya pada perdagangan, yaitu suatu
ciri yang erat berhubungan dengan kenyataan bahwa para
saudagar lebih sesuai hidup dalam masyarakat kota bercorak
maritim. Kekuatan militernya lebih dititikberatkan pada tentera

65
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

laut, suatu ciri penting pula dan erat berhubungan dengan suasana
politik serta perluasannya.49 Namun agaknya Kesultanan Sambas
bukan merupakan sebuah kesultanan yang kuat, karena tidak
pernah tampil dalam sejarah nusantara bahkan pernah menjadi
bagian dari Banjarmasin.
Kesultanan Pontianak merupakan satu-satunya kesultanan
termuda di kawasan Nusantara, bahkan di dunia, khususnya
termuda di Kalimantan Barat.so Kesultanan didirikan oleh dinasti
campuran antara Arab, Melayu, Bugis dan Dayak ini, dan menjadi
termuda di dunia, artinya termuda berdirinya dibandingkan
dengan kesultanan lain di dunia. Kesultanan ini didirikan pada
tanggal 23 Oktober 1771 Masehi bersamaan 12 Rajah 1185
Hijriah.s1Ia didirikan relatif lebih akhir dibanding dengan
kelahiran kesultanan lainnya tidak hanya di Kalimantan Barat,
tetapi juga di kawasan lainnya di Nusantara, karena tidak ada
kerajaan atau kesultanan lainnya, selain Kesultanan Pontianak,
yang berdiri pada periode yang sama dengan a tau lebih akhir dari/
setelah tanggal kelahiran Kesultanan Pontianak.s2
Selain terbungsu, kehidupan pemerintahan kesultanan ini
hanya berlangsung relatif singkat, 179 tahun, dan hanya
diperintah oleh delapan generasi sultan dari dinasti al-Qadrie,
sejak kelahirannya 1771 sampai dengan Proklamasi Kemerdekaan
RI 1945. Setelah itu, kesultanan ini tidak lebih dari sekedar
warisan budaya yangtidak mempunyai kekuasaan politik apapun
lagi.
Kesultanan termuda ini memiliki keunikan sebagai warisan
sejarah Nusantara, karena walaupun kesultanan ini lahir lebih
akhir atau paling bungsu, tetapi ia telah menjadi pemersatu,
"unggul" dan memimpin kesultanan lainnya di kawasan
Kalimantan bagian barat, dan diperhitungkan oleh kesultanan
lainnya di kawasan regional (Riau, Siak, Tambelan, Siantan,
Palembang, Banjar, Paser, Melaka, Johor, dan Trengganu, serta
Banten dan Demak).s3

66
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Kompl eks Keraton Qadaryyah di sisi timurlaut sungai Kapuas, bekas pusat
pemerintahan Kesultanan Pontianak (Sumber: Google Earth).

Keunikan lain terletak pada letak geografisnya yang sangat


strategis dan menguntungkan dari segi baik ekonomi dan sosial
budaya maupun pertahanan dan keamanan. Hal ini
dimungkinkan oleh letak dan kedudukannya yang tidak terlalu
jauh dari perairan laut dan selat, yaitu Laut Jawa, Selat Karimata
dan Laut Tiongkok Selatan. Ketiga jalur transportasi tersebut
menghubungkan kesultanan ini masing-masing dengan Batavia,
Demak dan kesultanan lainnya di Jawa; Banjarmasin, Kutai dan
Paser; Palembang, Riau, Deli; Melaka dan Johor di Semenanjung
Tanah Melayu. Letaknya juga tidak terlalu jauh dari kawasan
pedalaman yang menghubungkannya dengan kesultanan lain di
pedalaman dekat dan pedalamanjauh (melaluijalur Kapuas).

67
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Bangunan Keraton Qadaryyah (dok. Gatra)

Keletakan pusat pemerintahan di Pontianak


memungkinkan kesultanan mampu bertindak sebagai kekuatan
pengawas. Kesultanan dapat mengumpulkan pajak dan pungutan
lainnya, serta dapat melakukan penertiban dan mengontrol
keamanan pihak-pihak yang menggunakan transportasi perairan
di Kapuas untuk tujuan perdagangan dan militer. Selain itu, letak
pusat pemerintahan Kesultanan Pontianak yang strategis secara
interen di kawasan Kalimantan Barat sendiri (pada simpang tiga
antara Sungai Kapuas Kecil dengan Sungai Landak), dapat
mencegah dan menangkal serangan yang datang dari
pedalaman.s4
Letak geografis seperti itu memungkinkan Kesultanan
Pontianak memiliki keuntungan dalam segi geopolitis dan
geostrategis baik ke luar berkaitan dengan terciptanya hubungan
akrab, saling menghormati dan saling menguntungkan dengan
kesultanan-kesultanan lain di Nusantara di luar kawasan apa yang
dikenal sekarang dengan Kalimantan Barat, maupun ke dalam
berkaitan dengan diakuinya kesultanan ini secara implisit sebagai
kekuatan hegemonis di kawasan yang disebut sekarang dengan

68
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

Kalimantan Barat. Pengakuan seperti ini lebih diperlancar dari


basil tiga strategi yang dilakukan oleh para Sultan Pontianak
terhadap para kesultanan atau panembahan di kawasan ini yaitu:
(1) penguasaan, (2) pengembangan ikatan kekeluargaan melalui
perkawinan, pengangkatan keluarga/ anak, dan (3) peningkatan
kewibawaan lewat pendalaman agama pada mana para penguasa
dan kerabat Kesultanan Pontianak dianggap memiliki
pengetahuan agama Islam lebih mendalam.
Menghadapi pertahanan tangguh dari letak geografisnya
yang strategis, Kompeni Belanda menggunakah tiga taktik non-
militer yaitu (1) taktik penguasaan konvensional tradisional
melalui perundingan yang mengikat, (2) taktik adu domba atau
pecah belah, dan (3) taktik penguasaan "modern" melalui
pengembangan kawasan di bagian lain dari kawasan kesultanan
sebagai kekuatan pesaing untuk memperlemah pusat
pemerintahan kesultanan. Dengan taktik tersebut, kesultanan in\
berangsur-angsur surut dan hampir kehilangan pengaruh dan
kontrol terhadap kesultanan lainnya di Kalimantan.

6. Penutup

Melalui bukti-bukti arkeologis yang ditemukan di wilayah


Provinsi Kalimantan Barat, dapat diketahui bahwa
sekurangkurangnya sejak a bad ke-6-7 Masehi di wilayah ini telah
masuk pengaruh budaya India. Masuknya dapat melalui jalur
perdagangan antarsamudra kemudian masuk ke pedalaman
melalui sungai. Budaya India yang ada di Kalimantan Barat kala
itu adalah adanya kelompok masyarakat yang memeluk agama
Buddha dan Hindu.
Bukti autentik keberadaan agama Buddha di pedalaman
Kalimantan Barat adalah pada Prasasti Batu Pait. Prasasti yang
dipahatkan pada sebongkah batu besar berdasarkan pale
ografinya berasal dari sekitar abad ke-6-7 Masehi. Kita belum
dapat mengungkap lingkungan sekitar prasasti tersebut, karena

69
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

pada penelitian tahun 1985 dari beberapa kotak ekskavasi yang


digali tidak menemukan petunjuk adanya suatu kegiatan di sekitar
prasasti meskipun berkaitan dengan upacara. Melihat
lingkungannya pada sebuah lembah sempit yang dialiri sungai
kecil, dapat diduga bahwa tempat tempat tersebut dulunya dipakai
sebagai tempat hunian para bhiksu agama Buddha. Sungai kecil
tersebut merupakan cabang sungai Kapuas.
Pada waktu yang hampir bersamaan, di Situs Nanga Sepauk
terdapat sisa pemukiman abad ke-7 Masehi. Sisa pemukiman
tersebut berupa runtuhan bangunan Hindu. Letaknya di daerah
semenanjung pertemuan sungai. Melihat lokasinya di tepi
sebatang sungai besar yang merupakan jalur lalulintas air,
tentunya bangunan suci tersebut dibangun dekat dengan
pemukiman penduduk biasa. Dan tidak tertutup kemungkinan,
ada juga pemukiman para pengelola bangunan suci yang letaknya
tidak terlalujauh.
Sejarah Kalimantan Barat, sebagaimana tercermin dari
tinggalan budaya yang ditemukan di wilayah itu, tidak
berlangsung secara berkesinambungan. Sumber tertulis yang
valid yang menguraikan perjalanan sejarahnya hingga saat ini
belum ditemukan. Sumber-sumber sejarah dari Masa Klasik
Indonesia-sumber Nagarakrtagama menyebutkan beberapa
nama tempat di Kalimantan Barat seperti Sambas dan Landak-
tidak pernah menyebutkan.mama sebuah kerajaan. Data
arkeologis dari daerah Ketapang mengindikasikan adanya
pengaruh Majapahit. Beberapa makam Islam yang ditemukan
dari Ketapang, bentuk nisan kuburnya mirip dengan nisan kubur
dari Troloyo (Trowulan, Mojokerto).
Melihat tinggalan budaya yang merupakan indikator
masuknya Islam di Kalimantan Barat, dan latar sejarah
Kesultanan Brunei Darussalam, agaknya awal kesultanan Islam
dimulai dari daerah Ketapang. Dari tempat ini kemudian
dikembangkan di utara, yaitu di Sambas tetapi bukan Sambas

70
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

yang sekarang. Keraton Sambas pada awal berdirinya terletak di


Kota Lama, yaitu di daerah hulu sungai Sambas. Meskipun
termasuk dalam sejarah Nusantara, Sambas tidak pernah menjadi
besar dan kuat.
Menjelang akhir abad ke-18, sekelompok pedagangjulama
bangsa Arab datang ke daerah muara sungai Kapuas. Kelompok
pedagang ini berasal dari Dinasti al-Qadrie. Di muara Kapuas
mereka mendirikan pemukiman dan keraton yang bernama
Qadaryyah. Dari sinilah kemudian berkembang Kesultanan
Pontianak yang usianya tidak sampai 2 abad.[]

71
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Endnotes
* Peneliti bidang Arkeologi dan Kerani Rendahan pada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Arkeologi Nasional.
,Miiller, Georg, 1843,Deindische, Bij. I, him 193; Roth, H. Ling, 1896, "Alleged
native writing in Borneo", dalam Internationales Archiv fiir
Ethnographie, Band IX, him. 57-61. Leiden.
2 Enthoven, J.J.K., 1903, Bijdragen tot de geografie van Borneo's
Weterafdeeling. dl.II, him. 703
3Kern, H., 1917, "Note on writing in Borneo", dalam VG VII: him. 157-161. 's-
Gravenhage: Martinus Nijhoff.
4 Krom, N.J., 1931, Hindoe Javaansche Geschiedenis. 's-Gravenhage:

MartinusNijhoff.
svan Naerssen, F.H., 1941, "De Batoe Sampai bij Sanggau in de Westerafdeeling
van Borneo", dalam Cultureel Indie Derde Jaargang July/Aug 1941,
hlm.135-136. Leiden: E.J. Brill.
6Quaritch Wales, H.G., 1949, "The Sambas finds in relation the problem of
Indo-Malaysian arts development", dalamJMBRAS 22 (4): 23-31.
1Chhabra, B. Ch., 1935, "Expansion of Indo-Aryan culture during Pallava rule
as evidenced by inscription", dalam JASBL 1 (1): 1-64.
a Harrison, Tom dan Stanley J. O'Connors, 1970, Gold and megalithic activity
in Prehistoric and Modern West Borneo. Ithaca, N.Y. Cornell University
Asia Program Data Paper No. 77.
9 Bakker, 1884, "Het rijk Sanggau", dalam TBG XXIX: him. 356 dan 368

wLeur, J.C. van, 1955, Indonesian Trade and Society: Essay in Asian social
and economic history, him. 63. The Hague, Bandung: W. van Hoeve
uWolters, O.W, 1974, Early Indonesian Commerce: A study of the origins of
Uriwijaya, him. 65-66. Ithaca and London: Cornell University Press.
12Pelliot, P., 1903, "Le Fou-nan", dalam BEFEO III, him. 324-325
13Wolters, O.W, 1974, Early Indonesian Commerce: A study of the origins of
Uriwijaya, him. 174. Ithaca and London: Cornell University Press.
14Moens, J.L., 1939, "Srivijaya, Java, en Kataha', dalam TBG LXXVII (3), him.
317-486.
•sWolters, O.W, 1974, Early Indonesian Commerce: A study of the origins of
Uriwijaya, him. 175. Ithaca and London: Cornell University Press
16Krom, N.J., 1931, Hindoe Javaansche Geschiedenis, him. 72. 's-Gravenhage:
Martinus Nijhoff

72
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

•1Pigeaud, T.G.Th, 1960, Java in the Fourteenth Century: A Study in Cultural


History. The N dgarakrtdgama by Rakawi Prapafica of Majapahit, 1365
A.D. Vol. 1, him. 11. The Hague: Martinus Nijhoff
.sTardjan Hadidjaja, 1951, Sedjarah Melaju (Usaha perbaikan disertai
tindjauan dan Keterangan), him . 6 . Djakarta: Firma Penerbitan
Saptadarma,
•9Tardjan Hadidjaja, 1951, Sedjarah Melaju (Usaha perbaikan disertai
Tindjauan dan Keterangan) , him. 49. Djakarta: Firma Penerbitan
Saptadarma
ooCortesa6, O.J. Armando, 1944, The Suma Oriental of Tom e Pires, an account
ofthe east, from the Red Sea to Japan, written in Malacca and India in
1512-1555. [translated from the Portuguese MS in the Bibliotheque de
la Chambre des Deputes, Paris, and edited by Armando Cortesa6], him.
224-226 . London: The Hakluyt Society, 2 vol,
2,Sastri, K.A. Nilakanta, 1949, "A Note on the Sambas Finds", dalam JMBRAS
22(4), hlm. 16-19.
22Tan Yeok Seong, 1948, "Preliminary Report on the Discoveryofthe Hoard of
Hindu Religious Objects, near Sambas, West Borneo", dalam JSSS 5(1):
him. 31-42; 1949, "The lncence Burner from the Sambas Treasure",
dalam JMBRAS 22(4), hlm. 19-22.
23Quaritch Wales, H.G. , 1949, "The Sambas finds in relation the problem of
Indo-Malaysian arts development", dalam JMBRAS 22 (4): 23-31.
24Quaritch Wales, H.G., 1949, "The Sambas finds in relation the problem of
Indo-Malaysian arts development", JMBRAS 22 (4): 23 .
2sHuntington, Susan L., 1994, "Some connection between metal images of
Northern India and Java ", da lam Ancient Indon esia n Sculpture
(ed.Marijke J . Klokke dan Pauline Lunsingh Scheurleer) , hlm. 70.
Leiden: KITLV Press
26Huntington, Susan L., 1994, "Some connection between metal images of
Northern India and Java ", dalam Ancient Indonesian Sculpture (ed.
Marijke J. Klokke dan Pauline Lunsingh Scheurleer), hlm. 68 . Leiden:
KITLV Press
27M tiller, Georg, 1843, De Indische, Bij. I, hlm 193 ; Roth, H. Ling, 1896, "Alleged
native writing in Borneo" , d a lam Inter nationales Archiu filr
Ethnographie, Band IX, hlm . 57-61. Leiden .
•sEnthoven, J.J .K., 1903, Bijdrag e n tot de geografie van Borneo's
Westerafdeeling. dl. II , hlm. 703

73
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

29Kern, H., 1917, "Note on writing in Borneo" dalam VG VII him. 159-161. 's
Gravenhage: Martinus Nijhoff; Krom, N.J., 1931, Hindoe Javaansche
Geschiedenis, him 72. s'Gravenhage: Martinus Nijhoff; van Naerssen,
F.H., 1941, "De Batoe Sampai bij Sanggau in de Westerafdeeling van
Borneo", dalam Cultureel Indie Derde Jaargang July/Aug 1941,
hlm.135-136. Leiden: E.J. Brill.
3aM.M. Soekarto Karto Atmodjo, 1994, "Beberapa temuan prasasti baru di
Indonesia", dalam Berkala Arkeologi tahun XIV (Edisi Khusus), him.
1-5. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta.
31Krom, N.J., 1931, Hindoe-Javaansche Geschiedenis, him. 72. s'Gravenhage:
Martinus Nijhoff
32Quaritch Wales, H.G., 1949, "The Sambas finds in relation the problem of
Indo-Malaysian arts development", dalam JMBRAS 22 (4): 23-31.
33Chhabra, B. Ch., 1935, "Expansion of Indo-Aryan culture during Pallava rule
as evidenced by inscription", dalam JASBL 1 (1), him. 1-64; O'Connors,
Stanley J., 1965, Brahmanical Sculptu-,res of Peninsular Siam (Ph.D
Thesis) Cornell University.
34 M.M. Soekarto Karto Atmodjo, 1994, "Beberapa temuan prasasti baru di
Indonesia", dalam Berkala Arkeologi tahun XIV (Edisi Khusus), him.
1-5. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta.
35Nota dari Controleur Bakker tahun 1877; Bakker, 1884, "Het rijk Sanggau",
dalam TBG XXIX him. 368 dan 6oo; Bouman, 1911, "Nadere gegeven
omtrent den Batoe Pahat in Sekadau", dalam TBG UII him. 319
360'Connor, Stanley J. dan Tom Harison, 1964, "Western Peninsula Thailand
and West Serawak: ceramic and statuary comparisons", dalam Serawak
Museum Journal 2, him. 23-24; 562-566.
31Wolters, O.W, 1974, Early Indonesian Commerce: A study of the origins of
Uriwijaya, him. 322. Ithaca and London: Cornell University Press.
3sWolters, O.W, 1974, Early Indonesian Commerce: A study of the origins of
Uriwijaya, him. 322. Ithaca and London: Cornell University Press.
390udheidkundige Dienst, 1914, "Residentie Westerafdeeling van Borneo",
dalam OV Tweede Kwartaal No. 175-189: him. 140-147.
4 aSeluruh pulau dikenal pula dengan nama ini dan menjadi Borneo menurut

ucapan dan ejaan Portugis (Poesponegoro & Nugroho Notosusanto,


1984, Sejarah Nasional Indonesia Vol3, him. 147. Jakarta: P.N. Balai
Pustaka).
4 .Kratz, E.U., 1980, "Silsilah Raja-raja Sambas as a Source of History", dalam

Archipel 20, him. 254-267

74
Kepurbakalaan dan Sejarah Kalbar 0

42Meilink-Roelofsz, M.A.P., 1962, Asian Trade and European Influence in the


Indonesian Archipelago between 1500 and about 1630. 's Gravenhage:
Martinus Nijhoff.
43Cortesao, Armando, 1944, The Suma Oriental of Tome Pires. An Account of
the East, from Red Sea to Japan, written in Malacca and India in 1512-
1555, him. 224-226. [translated from the Portuguese MS in the
Bibliotheque de Ia Chambre des Deputes, Paris, and edited by Armando
Cortesa6]. London: The Hakluyt Society, 2 vol
44Dijk, L.C.D. van, Nederlands vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-
Archipel, Cambodja, Siam en Cochin-China, Amsterdam
4sPenggambaran pemukiman di sebuah delta memang sudah benar. Selanjutnya
Hunt tidak tabu arab secara tepat di lapangan yang sebenarnya. Di
sebutkan "ke arab utara menuju Kinibalu" masih terlalu jauh. Apalagi
dalam konteksnya dengan perjalanan melalui sungai yang tidak pernah
menyambung dengan sungai ke Kinibalu. Kinibalu letaknya di ujung
timurlaut pulau Kalimantan. Selanjutnya disebutkan "cabang yang ke
selatan menuju Sungai Landak". Inipun seperti halnya sungai yang
dikatakan ke Kinibalu. Sungai ini juga tidak menyambung dengan
Sungai Landak.
46Hingga kini masih banyak penambang liar yang mengeksploitasi emas di
kawasan ini. Akibat dari aktvitas mereka, lingkungan kawasan di tepian
sungai di Monterado dan Mandor mengalami kerusakan berat .
Pencemaran log am berat (mercury) sudah jauh di at as ambang batas.
4Neth, P.J., 1854-1856, Borneo's westerafdeeling, Geographisch, Statistisch,
Histo.risch, voor afgegaan door eene Algemeene schets des Gandscher
Eilands, 2 Vols. Zaltbommel
4aKota pusat kerajaan/kesultanan yang bercorak Islam itu pada umumnya di
daerah pesisir, di tepi sungai besar, atau di pertemuan sungai besar
49Gerhard E. Lenski, 1966, Power and Privilege: A Theory of Social
Stratification, him. 191-192. New York: McGraw-Hill,
soAlqadrie, Syarif Ibrahim, 1979, Kesultanan Pontianak di Kalimatan Barat:
Dinasti dan Pengaruhnya di Nusantara. Hasil Penelitian Sejarah
didanai oleh (sponsored by) Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada
Masyarakat (DP3M), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta- Pontianak: DP3M
dan UNTAN, hlm. 2
s•Rahman, Ansar, Ja'Achmad, dkk, 2000, Syarif Abdurrahman Alkadri.
Perspektif Sejarah Berdirinya Kota Pontianak. Pontianak: Romeo
Grafika atas nama Pemkot Pontianak.

75
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

s.Alqadrie, Syarif Ibrahim, 1979, Kesultanan Pontianak di Kalimatan Barat:


Dinasti dan Pengaruhnya di Nusantara. Hasil Peneiitian Sejarah
didanai oieh (sponsored by) Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada
Masyarakat (DP3M), Direktorat Jenderai Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta- Pontianak: DP3M
dan UNTAN, him. 35
s3Iskandar dan Dedi Persada, 1987, Sejarah Nasional Indonesia dan Dunia.
Bandung: Armico, him. 58-59; 60-62
,w\lqadrie, Syarif Ibrahim, 1979, Kesultanan Pontianak di Kalimatan Barat:
Dinasti dan Pengaruhnya di Nusantara. Hasil Penelitian Sejarah
didanai oieh (sponsored by) Direktorat Peneiitian dan Pengabdian pada
Masyarakat (DP3M), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta- Pontianak: DP3M
dan UNTAN, him. 9

76
PERADABAN DI PULAU SUMBAWA
SEBELUM DAN SETELAH MELETUSNYA
GUNUNG TAMBORA*
Bambang Budi Utomo1

Abstrak: Jauh sebelum Gunung Tambora meletus, Pulau


Sumbawa telah lama dihuni orang, terutama di daerah pantai
utaranya. Beberapa situs yang ditemukan, mengindikasikan
pengaruh budaya India telah hadir di pulau ini. Setelah Islam
masuk Nusantara, di Sumbawa berkembang beberapa Kesultanan
Islam. Letusan Tambora terjadi ketika di Sumbawa berkembang
kesultanan dan menjadi pengeksport beras ke Melaka.

Kata kunci: Tambora, peradaban, Hindu, Buddha,


Kesultanan Islam.

CIVILIZATION IN SUMBAWA ISLAND


BEFORE AND AFTER THE ERUPTION
OFTHEMOUNTTAMBORA

Abstract : People had been occupying the island of


Sumbawa, preferably the southern coastal area, long before the
Mount Tambora erupte.d. Several archaeological sites found
indicated the Indian influences existed within the island, and some
sultanate developed after the entering of Moslem. The Mount
Tambora happened to erupt during the period of the development
of the sultanate in Sumbawa when she was known as rice
producer.

Keywords: Tambora, civilization, Hindu, Buddhis ,


Moslem Sultanate.

77
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Latar Belakang

Tanggal11 April1815, lebih dari 190 tahun yang lalu Gunung


Tambora meletus sehebat-hebatnya. Gunungapi ini tidak akan
dikenal oleh dunia internasional seandainya saja tidak pernah
meletus hebat, karena letusannya berdampak ke seluruh dunia
dengan perubahan iklim yang dapat dikatakan merata, antara lain
musim dingin yang berkepanjangan di Eropa. Namun di balik
"ketenaran" letusan tersebut marilah kita mengambil manfaatnya.
Ambillah manfaat dari keingintahuan manusia akan gunung itu
untuk negeri ini. Banyak ilmuwan yang hendak meneliti, dan
banyak pula petualang alam yang ingin mendakinya, dan banyak
juga wisatawan yang ingin menyaksikan kehebatan letusan
gunung itu melalui puing yang ditinggalkannya.
Salah seorang di antara sekian banyak ilmuwan yang
tertarik akan telaah tentang Tambora adalah Haraldur
Sigurdsson. Ia adalah seorang pakar vulkanologi dari Rhode
Island University Amerika, yang sedang menekuni fenomena
Tambora sejak 20 tahun lalu. Beberapa kali ia datang ke Indonesia
dalam rangka meneliti, dan dalam kunjungannya pada tahun
2004 -setelah mendapat informasi dari penduduk lokal yang
pernah disewanya, bahwa sekitar 25 km di sebelah barat gunung
ditemukan benda-benda kuna- ia menjajagi sebuah parit yang
memotong deposit batuan dan abu vulkanik setebal sekitar 3
meter. Di situ ia melihat adanya sisa-sisa pemukiman, berupa
pecahan tembikar dan kayu yang terkarbonisasi. Dengan bantuan
geo-radar, ia berhasil melokalisir adanya sisa bangunan yang
tertimbun lapisan vulkanik setebal 3 meter dan kemudian
menggalinya. Dari penggaliannya itu, selain berhasil
menampakkan denah rumah, ia menemukan balok-balok kayu
yang terkarbonisasi, tembikar, keramik, peralatan rumah tangga,
beras dan kopi yang telah hangus, perhiasan dari logam perunggu,
dan yang paling menarik adalah 2 kerangka manusia yang utuh;
semuanya berkonteks dengan bangunan.

78
Peradaban di pulau Sumbawa sebe/um dan 0
setelah m e/etusnya Gunung Tambora

Hasil penelitian tim vulkanologi Rhode Island University


Am erika bekeijasama dengan Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi yang tujuannya melihat dampak awan panas
terhadap kehidupan manusia akibat letusan Gunung Tambora
pada tahun 1815,2 banyak dimuat pada jaringan internet dan
dikutip beberapa surat kabar di Indonesia. Seluruh pemberitaan
tersebut lebih menekankan pada masalah-masalah kebudayaan,
seperti hancurnya peradaban komunitas berbahasa Mon-Khmer,
sedangkan masalah vulkanologinya kurang mengemuka.

Lokasi ya ng diduga merupakan kota Tam bora yang hi lang


menurut perkiraan Sigurdsso n (dok. URI)

Temuan Sigurdsson itu sebetulnya bukan merupakan hal


baru. Beberapa tahun yang lalu pada sekitar akhir tahun 1980-

79
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

an, ada laporan dari pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH)


modal Filipina (PT Veneer Product) tentang ditemukannya
sisasisa hunian masa lampau yang hangus. Temuan-temuan ini
segera dilihat oleh para ahli arkeologi dari Pusat Penelitian
Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Denpasar. Berdasarkan
hasil penelitian para arkeolog tersebut, dapat dipastikan bahwa
sisa pemukiman tersebut terbakar dan hancur sebagai akibat
meletusnya Gunung Tambora pada tahun 1815. Indikatornya
berupa arang kayu bekas rumah tinggal dan beberapa barang
keperluan rumah tangga seperti barang-barang tembikar dan
keramik yang hangus terbakar.
Sungguh merupakan suatu kewajaran apabila ilmuwan
vulkanologi dari seluruh dunia tertarik kepada letusan Gunung
Tambora. Gunungapi yang tingginya +2821 meter d.p.l (setelah
letusan hebat) ini sepanjang sejarah umat manusia, tercatat
pernah meletus sehebat-hebatnya pada 11-14 April 1815.
Kedahsyatan letusan diceriterakan oleh Khatib Lukman dalam
Syair Kerajaan Bima (ditulis tahun 1830):

"Hijrat Nabi saw.1230 pada hari Selasa waktu subuh sehari


bulan Jumadilawal tatkala tanah Bima datang takdir Allah
melakukan kodrat iradat atas hamba-Nya. Maka gelap
berbalik lagi lebih daripada malam itu, kemudian maka
berbunyilah seperti bunyi meriam orang perang, kemudian
maka turun lahar segala batu dan abu seperti dituang,
lamanya dua tiga hari dua malam .... ...... Demikianlah
adanya, yaitu pecah gunung Tambora menjadi habis mati
orang Tambora dan Pekat pada masa Raja Tambora
bernama Abdul Gafur dan Raja Pekat bernama
Muhammad"

80
Peradaban di pulau Sumbawa sebelum dan 0
setelah meletusnya Gunung Tambora

SO km

Batas wilayah kerajaan-kerajaa n ya ng ada di Pulau Sumhawa. Kerajaan Tam bora, Langgar,
dan Pekat terletak di sekitar gunung Tam bora (Sumber: Cham bert-La ir, 1985).

Demikianlah peristiwa meletusnya Gunung Tambora


seperti yang ditulis dalam syair sejarah tersebut. Karban harta
benda dan manusia demikian banyak. Tepat sebelum Tambora
meletus Zollinger, peneliti Belanda tahun 18oo-an
memperkirakan seluruh Pulau Sumbawa berpenduduk 170.200
jiwa, masing-masing 90.000 di Kerajaan Bima, 6o.ooo di
Kerajaan Sumbawa, 10.000 di Kerajaan Dompo, 6.ooo di
Kerajaan Tambora, 2.200 di Kerajaan Sanggar, dan 2.000 di
Kerajaan Papekat. Menurut penulis itu pula, jumlah penduduk
tersebut berkurang lebih dari separuhnya sebagai akibat bencana
Tambora.

1. Sumbawa Sebelum Islam

Entah sejak kapan penduduk Pulau Sumbawa mengenal sejarah,


dalam artian telah mengenal tulisan dan agama. Bukti tertulis
mengenai budaya tersebut sangatjarang ditemukan di pulau ini.
Hingga saat ini bukti tertulis yang ditemukan di Pulau Sumbawa

81
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

ditemukan di Situs Wadu Pa'a (Desa Kananta, Kecamatan


Donggo, Kabupaten Bima), dan Situs Wadu Tunti (Desa Doro,
Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima). Keberadaan situs-situs ini
untuk pertama kalinya dilaporkan oleh Rouffaerpada tahun 1910.3
Namun jauh sebelum dilaporkan oleh Rouffaer, situs dengan
tinggalan budayanya telah lama dikenal oleh masyarakat
setempat. Hal ini dituliskan dalam sebuah naskah berbahasa
Melayu dari sekitar abad ke-19 4
Tinggalan budaya di Situs Wadu Pa'a berupa relief yang
dipahatkan pada dinding batuan breksi vulkanis, terletak
beberapa puluh meter di sisi barat Teluk Bima yang pantainya
agak landai. Dinding batuan ini merupakan bagian dari rangkaian
perbukitan yang oleh penduduk setempat disebut Doro Lembo.
Tinggalan budaya masa lampau yang dipahatkan pada dinding
batu, terletak pada dua lokasi yang berbeda dengan jarak sekitar
200 meter arah utara-selatan.
Tinggalan budaya yang terletak di sisi utara dipahatkan pada
sebuah ceruk din ding batu sepanjang 25 meter berupa relief yang
tinggi. Relief-relief tersebut terdapat pada 12 "panil" yang
menggambarkan stUpa dengan chattra di atasnya, lapik segi
empat, relief Buddha yang duduk pada padmdsana dengan tangan
kanannya dalam sikap bhumispar[a (menunjuk bumi sebagai
saksi), mahluk gana yang digambarkan sedang menyangga
sesuatu, sesosok tokoh yang digambarkan duduk bersila, dan
tokoh yang digambarkan berdiri dengan tangan kirinya
memegang kamandalu (kendi). Di bagian atas ceruk berrelief ini
terdapat sebaris tulisan dengan aksara mirip aksara Jawa Kuna.
Relief yang dipahatkan pada din ding ceruk yang lain (pada
jarak sekitar 200 meter ke arah selatan) jumlahnya lebih sedikit
jika dibandingkan dengan relief pada dinding ceruk pertama.
Demikian juga ragam yang dipahatkan. Relief yang dipahatkan
pada dinding ceruk ini seluruhnya berbentuk stupa yang
mempunyai chattra (payung bersusun). Dibagi dalam dua
kelompok di mana kelompok selatan terdiri dari 9 buah stupa,
dan kelompok utara terdiri dari 7 buah stupa. Pada kelompok

82
Peradaban di pulau Sumbawa sebelum dan 0
setelah m eletusnya Gummg Tambora

yang selatan terdapat relief yang menggambarkan lapiksegi empat


dengan bagian atasnya terdapat bentuk silindris menyerupai anda
(bulatan stupa).

Dincling batu yang berceruk clipahat reli ef yan g menggambarka n Buddha clucluk bersila
(kiri) clan st1ipa clen ga n hiasan chattra pada bagian atasnya (kanan)
(clok. Puslitbang Arkeologi Nas iona l).

Mengenai pertanggalan dari situs ini bel urn dapat diketahui


secara jelas. Satu-satunya pertanggalan relatif yang dapat
dikemukakan adalah dari paleografi prasasti yang dipahatkan
pada dinding batu. Menurut Boechari sebagaimana dikutip oleh
Chambert-Loir,s bentuk aksara tersebut seperti aksara abad ke

83
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

6-7 Masehi. Bentuk aksara seperti ini ditemukanjuga di Situs Batu


Pait (Nanga Mahap, Kalimantan Barat). Kesamaan bentuk lain
yang dapat dijadikan perbandingan pertanggalan adalah bentuk
chattra yang menyerupai bentuk duri ikan. Bentuk chattra
semacam ini ditemukan juga di Situs Batu Pait.
Dari Situs Wadu Tunti ditemukan tinggalan budaya masa
lampau berupa prasasti yang dipahatkan pada sebuah batu besar.
Ditulis dalam aksara Jawa Kuna dan bahasa Jawa Kuna
bercampur dengan bahasa lokal. Oleh penduduk setempat yang
tinggal tidak jauh dari lokasi situs, tinggalan budaya tersebut
dinamakan "wadu tunti" yang berarti "batu tulis". Tidakjauh dari
prasasti ditemukan tingalan budaya lain yang berupa lumpang
batu.
Prasasti Wadu Tunti ditulis sebanyak 10 baris dan di
sampingnya terdapat goresanjpahatan yang menggambarkan dua
orang duduk berhadapan. Di bagian belakang salah seorang yang
duduk berhadapan terdapat dua orang lagi. Orang yang paling
belakang tampak memegang tongkat (mungkin tangkai payung).
Seekor harimau tampak menghadap ke arah orang yang
penggambarannya besar. Tulisan prasasti dipahatkan di bagian
belakang orang yang memegang tongkat.

Prasasti Wadu Tunti dari bahan batu andesit dengan gam bar dan tulisan pada salah
satu sisi permukaannya (dok. Metro TV).

84
Peradaban di pulau Sumbawa sebelum dan 0
setelah meletusnya Gunung Tambora

Terjemahan isi prasasti sebagaimana dibaea dan


diinterpretasikan
Soekarto6 adalah sebagai berikut:
1. Ketahuilah ....... .
2. beliau (mereka) yang melewati tempat ini (liwat)
3· berani ditentukan (dipilih) akan hilang
4· ......... melemparkan api, gugur (duputan) langit
s. hilang ditiadakan (panini) hilanglah (moksa) beliau saK
Nji (raja) Sapalu ini
6 .......... menghancurkan (hanipuh) ketika beliau datang di
(negara) Sapalu
7· pergi lenyap (paKluDa) ke angkasa (?),
8 . ......... beliau yang akan mengatur (menyampaikan)
9 .......... ternan (pengikut) saK Nji
10 .......... Sapalu

Melalui prasasti ini Soekarto menduga bahwa di Sumbawa


kala itu telah ada suatu bentuk pemerintahan yang bernama
Kerajaan Sapalu. Pada abad ke-14 kerajaan ini diserang oleh
Majapahit, bersamaan waktunya dengan penyerbuan Bali.
Tinggalan budaya masa lampau lainnya ditemukan di Situs Brang
Bara termasuk Desa Brangbara, Keeamatan Sumbawa, Kabupaten
Sumbawa. Dari tempat di tepi Sungai Brang Bara ditemukan
sebuah area torso7 dari batu yang mungkin menggambarkan
sesosok wanita. Area batu ini mempunyai ukuran tinggi 56 em,
Iebar 52, dan tebal 24 em. Pada bagian bawahnya tampak jelas
bentuk vagina. Tidak diketahui area tokoh wanita ini, demikian
juga pertanggalannya, karena atributnya sebagian besar telah
hilang.
Selain ternpat pemujaan dan area, dari Sumbawa ditemukan
juga sisa bangunan bata. Sisa bangunan ini ditemukan di Situs
Doro Bata (sekitar 1 km dari pusat kota Dompu, Kab. Dompu)
berupa, baik bata lepasan maupun bata yang masih terikat dalam
sebuah struktur. Ukuran bata eukup besar seperti yang ditemukan
di Situs Trowulan, Mojokerto. Di samping temuan sisa bangunan

85
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

tersebut, ditemukan juga artefak lain, seperti barang-barang


keramik yang berbentuk guei, piring, mangkuk, dan eepuk.

Tinggalan budaya masa lampau dari Situs Dora Bata, an tara lain berupa struktur bata
dan !urn pang(?) batu yang berhias (dok. Puslitbang Arkeologi Nasional).

Tinggalan budaya di Situs Wadu Pa'a mengindikasikan


bahwa di tempat terse but pernah tinggal sekelompok masyarakat
yang memeluk agama Buddha danjatau agama Hindu. Namun
kelompok masyarakat tersebut berada di bawah "lindungan"
kerajaan apa belum dapat diketahui, sekalipun Kakawin
Niigarakrtiigama Pupuh 14: 3s menyebutkan beberapa tempat
di kawasan timur Nusantara, seperti Gurun (Lombok Mirah),
Sukun, Taliwang, Dompo, Sapi, Sanghyang Api.,9 dan Bh+ma.
Bisa dimengerti kalau tempat-tempat ini disebutkan dalam
kakawin Niigarakrtiigama, karena tempat-tempat ini terletak di
lintas perdagangan dengan kawasan timur Nusantara yang
menghasilkan rempah-rempah.
Sumbawa pada masa pengaruh budaya India yang ditandai
dengan ditemukannya artefak-artefak keagamaan, seperti relief
Buddha, stUpa, dan area-area Hindu, tidak banyak diketahui apa
nama peradaban yang ditandai dengan adanya institusi kerajaan.
Baru ada satu berita tertulis yang menyebutkan adanya kerajaan
yang mendapat pengaruh budaya India di Sumbawa, yaitu dari
Situs Wadu Tunti yang menyebutkan nama (kerajaan) Sapalu.
Berita tertulis lainnya, yaitu Niigarakrtiigama hanya

86
Peradaban di pulau Sumbawa sebelum dan 0
setelah meletusnya Gunung Tambora
menyebutkan nama-nama tempat tidak menyebut kerajaan.
Mungkin masih banyak lagi situs yang mengindikasikan pengaruh
budaya India. Namun karena letusan hebat Gunung Tambora
pada tahun 1815, situs-situs tersebut tertimbun abu vulkanis.
Adanya situssitus tersebut sekaligus menandai awal peradaban
di Sumbawa. Dengan demikian, ketika Islam masuk ke Sumbawa,
masyarakatnya telah mengenal suatu tatanan pemerintahan.
Tatanan pemerintahan tersebut entah berbentuk kerajaan, atau
hanya berbentuk kelompok-kelompok kecil setingkat desa dengan
seorang pemukajpenguasanya. Disebutkannya beberapa nama
tempat di Sumbawa dalam kakawin Nagarakrtagama dan
Prasasti Wadu Tunti mengindikasikan adanya suatu peradaban.

2. Kerajaan Islam di Pulau Sumbawa

"Terhapusnya" budaya yang mendapat pengaruh India dari


Sumbawa, bukan berarti terhapus pula manusia dari tanah
Sumbawa. Manusia tetap hidup dan berkembang membentuk
suatu peradaban dengan tatanan yang lebih kompleks lagi.
Keletakkan geografis Pulau Sumbawa pada lintas perdaganganj
pelayaran antara belahan barat Nusantara dan belahan timur yang
menghasilkan barang komoditi penting pada masa itu,
menjadikan Sumbawa sebagai tempat persinggahan yang ideal
dan sekaligus mempercepat perkembangan menuju peradaban.
Banyak pedagang dan pelaut dari berbagai bangsa datang singgah
di Sumbawa yang semula hanya untuk menambah perbekalan,
kemudian berkembang untuk mengambil salah satu komoditi
perdagangan. Sejak abad ke-16 ketika makin banyak pedagang
asing mengetahui asal rempah-rempah dari kawasan timur
Nusantara, Sumbawa "terbawa" dipentingkan karena terletak
pada jalur perdagangan antara kawasan barat dan timur
Nusantara. Kala itu pelabuhan yang penting adalah Bali. Orang-
orang asing, khususnya Belanda yang datang ke Bali menyaksikan
suatu perdagangan besar dengan bagian timur maupun bagian

87
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

barat Nusantara.w Sumber yang sama melaporkan lebih lanjut


bahwa kapal-kapal dari kawasan barat Nusantara yang berlayar
ke Maluku dan Nusatenggara biasanya singgah di Bali karena ada
pelabuhan yang baik untuk menambah perbekalan (makanan dan
air minum), makanan yang berlimpah dan murah, serta ada
bermacam-macam kain yang diperdagangkan di pasar. Selain itu
dilihatnya pula kapal-kapal dayung (roy-barcken) datang dari
Pulau Sumbawa, delapan buah berbentuk panjang dan sempit.

Keraton Kerajaan Sumbawa (Dok. DSP).

Selain Bali dan Lombok, Tome Pires menyebut Sumbawa


sebagai penghasil beras dan bahan makanan lainnya, seperti
daging dan ikan. Saudagar-saudagar dari Melaka datang ke
Sumbawa untuk mengambil kayu sapan, dan ke Solor untuk
mengambil belerang, serta ke Timor untuk mengambil kayu
cendana, damar, dan madu. Pelabuhan-pelabuhan mulai dari Bali
sampai ke Timor juga disinggahi untuk perdagangan budak.u

88
Peradaban di pulau Sumbawa sebelum dan 0
setelah meletusnya Gunung Tambora

Sebagaimana disebutkan nama-nama tempat di Sumbawa


di dalam kakawin Nagarakrtagama, berarti bahwa di Sumbawa
tinggal kelompok-kelompok masyarakat di tempat-tempat
tersebut. Adanya kelompok-kelompok masyarakat terse but, dapat
saja terbentuk sebuah institusi pemerintahan. Dalam legenda
mengenai terbentuknya Kerajaan Bima, pada waktu itu telah ada
beberapa kerajaan kecil yang kemudian oleh Sang Bima dapat
disatukan menjadi Kerajaan Bima. Pada awal masuknya Islam di
Sumbawa, di pulau itu sekurang-kurangnya terdapat enam
kerajaan, yaitu Kerajaan Sumbawa, Kerajaan Bima, Kerajaan
Dompu, Kerajaan Sanggar, Kerajaan Pepekat, dan Kerajaan
Tambora. Dari enam kerajaan itu, Kerajaan Sumbawa di sebelah
barat pulau wilayahnya yang terluas. Kemudian Kerajaan Bima
yang terluas kedua, tetapi merupakan kerajaan terkuat. Kerajaan-
kerajaan tersebut mempunyai susunan dan tata-pemerintahan
tersendiri yang membedakan satu dengan lainnya.
Kerajaan Sumbawa merupakan kerajaan yang wilayahnya
terluas, sekitar dua per tiga luas pulau. Letaknya di sebelah barat
pulau dengan batas-batas di sebelah timur Kerajaan Dompu, di
sebelah selatan Samudra Indonesia, di sebelah barat Selat Alas,
dan di sebelah utara Laut Jawa. Struktur wilayah
pemerintahannya dibagi atas kademungan yang masing-masing
kademungan diperintah oleh seorang Demung. Satuan
administratif pemerintahan yang terkecil di bawah kademungan
adalah kampung yang dikepalai oleh seorang Kepala Kampung.
Sebagai sebuah kerajaan tentu saja mempunyai struktur
pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi berada di tangan raja
yang disebut Dewa Masmawa. Dalam menjalankan
pemerintahannya Dewa Masmawa dibantu oleh tiga orang
Menteri Telu, yaitu Datu Rangga (merangkap sebagai Ketua
Dewan Menteri), yang bertugas memegang urusan pemerintahan
umum; Datu Kalibelah yang bertugas mengurus masalah
peradilan; dan Datu Dipati yang bertugas mengurus masalah
keamanan dan pertahanan.

89
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Bima adalah kota otonom dan nama kabupaten di ujung


timur Pulau Sumbawa, dalam wilayah Provinsi Nusatenggara
Barat. Pada masa lalu Bima merupakan salah satu pusat
kekuasaan Islam yang terpenting di Pulau Sumbawa, bahkan di
kawasan Nusatenggara.12 Menurut legenda, nama Bima diambil
dari nama Sang Bima, seorang bangsawan Jawa yang berhasil
mempersatukan kerajaan kerajaan kecil di daerah itu menjadi
satu kerajaan, yaitu Kerajaan Bima. Di dalam legenda itu
diceritakan pula bahwa Sang Bima mempunyai kekasih seekor
naga dari Pulau Sitonda (Satonda). Naga itu hamil karena
pandangan mata Sang Bima dan dari padanya lahir seorang putri
yang cantik sekali bernama Tasi Saring Naga. Sang Bima lalu
mengawini putrinya dan dari perkawinan itu lahir Indra Jamrut
dan Indra Komala yang kelak menjadi cikal bakal yang
menurunkan raja raja dan sultan sultan Bima dan Dompu.

Keraton Kesultanan Bima, 1900 (dok. KITLV). Perhatikan bangunan bertingkat di


sebelah kiri dan tiang bendera. Bangunan tersebut adalah gerbang keraton. Tiang
benderanya tinggi, di bagian tengah terdapat palang, dan bagian bawahnya disangga
dengan em pat batang kayu. Bentuk-bentuk seperti ini biasa ditemukan pada keraton
abad ke-19 di luar Tanah Jawa.

90
Peradaban di pulau Sumbawa sebelum dan 0
setelah m eletusnya Gunung Tambora

Menurut Braam Morris selama keberadaannya ada 49 raja


dan sultan yang pernah memerintah di Bima, Maharaja Sang
Bima ditempatkan pada urutan yang ke-11, sedangkan dalam
catatan Rouffaer yang kemudian diterbitkan oleh Noorduyn ada
26 raja atau sultan, mulai dari Maharaja Sang Bima sampai
dengan Sultan Ibrahim.13 Sesungguhnya sejak munculnya sebagai
pusat kekuasaan Islam hingga tahun 1950 Kesultanan Bima
diperintah oleh 14 sultan, mulai dari Sultan Abdul Kahir (1620-
1640) sampai Sultan Muhammad Salahuddin (1915 1951) sebagai
Sultan Bima yang terakhir. Namun tidak berarti bahwa data
tersebut keliru karena ketika Braam Morris menulis artikelnya
pada tahun 1890 dan Rouffaer berkunjung ke Bima pada tahun
1910 yang sedang memerintah di Bima adalah Sultan Ibrahim
(1881 1915) sebagai sultan yang ke 13, meskipun nama raja raja
Bima sebelum Islam masih terjadi perbedaan pendapat.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh para peneliti
sebelumnya diperoleh informasi bahwa sampai dengan abad ke
19, wilayah Kerajaan Bima meliputi bagian timur Pulau Sumbawa,
Flores Barat (Manggarai) dan pulau pulau kecil di Selat Alas yang
berjumlah sekitar 66 buah pulau .14 Sejak kapan Manggarai
menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Bima belum diketahui
secara pasti, sumber lokal mencatat pada masa pemerintahan
Manggampo Donggo15 sekitar abad ke 14, sementara dalam
sumberVOC (Daghregister) , pada tahun 1661 Manggarai dicatat
sebagai wilayah kekuasaan Bima.16 Wilayah Kerajaan Bima di
bagian timur Pulau Sumbawa, di sebelah utara berbatasan dengan
Laut Jawa, sebelah timur dengan Selat Sape, sebelah selatan
dengan Lautan Hindia dan sebelah barat berbatasan dengan
Kerajaan Dompu .17 Secara lebih rinci van Hollander
menggambarkan batas antara Bima dan Dompo dengan sebuah
garis pada 118° 37' di pantai utara ke arah selatan melalui Gunung
Wawo Sahe ke arah 118° 38' 30' di pantai selatan.,s Sedangkan
menurut catatan Kerajaan Bima, batas itu dimulai dari Doro Dewa
pada 118° 31' di pantai utara terus ke selatan melalui puncak
gunung Doro Mandompo menuju ke Kampung Pajo, lalu ke arah

91
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

selatan menuju ke Wadu Nteli Mayaga, Wadu Up, kemudian


membelok ke barat menuju ke Wadu Udu dekat Kampung Dompo
bernama Daha. Selanjutnya dari sana ke arab tenggara menuju
ke Wadu Suga dun akhirnya ke arab selatan ke muara sungai Sori
Soma di pantai laut selatan (Samudra Hindia) pada n8U 34' .19
Batas sebelab timur Pulau Flores ditetapkan oleb pemerintab
Belanda pada tabun 1864, mulai dari Sungai Pota di utara
(termasuk wilayab Pota), kemudian ditarik garis lurus ke arah
tenggara menuju Sungai Nagaramo di pantai selatan (termasuk
wilayab Ramo) karena pada tabun itu Bima melepaskan baknya
atas Galenteng dan Pulau Sumba.2o
Luas Kerajaan Bima sebagaimana tercantum dalam
penjelasan kontrak antara Gubernur Celebes en
Onderhoorigheden dengan Sultan Bima pada tabun 1886
selurubnya adalab 156 mil persegi dengan rincian di Pulau
Sumbawa ditambab dengan pulau pulau kecil di sekitarnya adalah
71,5 mil persegi dan di Pulau Flores seluas 84,5 mil persegi.21
Wilayab Kerajaan Bima di Pulau Sumbawa dibagi menjadi 3
distrikyaitu: Belo, Bolo dan Sape, masing masing diperintah oleb
seorang Galarang kepala yang membawabi Galarang rendaban
dan kepala kepala kampung. Sedangkan wilayab Kerajaan Bima
di Flores Barat atau Manggarai terdiri dari daerab Reo dan Pota,
masing masing diperintab oleb seorang pejabat bergelar Naib
yang bertindak sebagai wakil sultan. Para Naib ini membawabi
para Galarang, para Dalu dan kepala kepala kampung.
Dalam perkembangan kemudian wilayab Kesultanan Bima
semakin menyempit karena dalam Lampiran I, kontrak terakhir
Kerajaan Bima dengan Gubernemen Hindia Belanda pada tabun
1938 disebutkan babwa wilayab Kerajaan Bima (Landschap
Bima) di sebelab utara dibatasi Laut Jawa, sebelab barat
Landschap Dompu, sebelab selatan Lautan Hindia dan sebelab
timur Landschap Manggarai. Batas antara Landschap Bima dan
Landschap Manggarai adalab bagian barat Selat Sape pada garis
vadem 100, yang diukur dengan kapal kapal pengukur pada tabun
1904-1908.22 Sejak tabun 1929, daerab Manggarai dan pulau-

92
Peradaban di pulau Sumbawa sebelum dan 0
setelah meletusnya Gunung Tambora

pulau di sekitarnya dinyatakan terpisah dengan Bima, kemudian


dijadikan sebagai Neo Landschap oleh pemerintah Hindia
Belanda dan sekarang menjadi salah satu Kabupaten di Provinsi
Nusatenggara Timur. 23 Sebaliknya daerah Kerajaan Sanggar,
kerajaan kecil di pantai barat (daerah sebelah timur/timurlaut
Semenanjung Gunung Tambora), sejak tahun 1928 digabung
dengan Kesultanan Bima dan sekarang menjadi salah satu
kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bima.24
Kerajaan berikutnya adalah Kerajaan Dompu yang letaknya
di antara Kerajaan Bima di sebelah timur, Kerajaan Sumbawa di
sebelah barat, dan Kerajaan Sanggar di sebelah utara. Sebagian
wilayahnya terletak di daerah kaki sebelah selatan Gunung
Tambora. Seperti halnya dua kerajaan lainnya, Kerajaan Dompu
keadaan tanahnya cukup subur dengan hasil utama kerajaan
adalah beras.
Secara administratif seluruh Kerajaan Dompu dibagi
menjadi em pat wilayah administratif pemerintahan yang disebut
kejenelian, yaitu Kejenelian Dompu, Kejenelian Kampa ,
Kejenelian, Huku , dan Kejenelian Kilo. Setiap kejenelian
diperintah oleh seorang Jeneli yang membawahi beberapa orang
Gelarang (Kepala Kegelarangan, merupakan satuan organisasi
pemerintahan terkecil setingkat kampung).
Dalam organisasi pemerintahan, kekuasaan tertinggi tidak
berada di tangan raja. Dalam menjalankan pemerintahannya raja
dibantu oleh Majelis Adat dan Majelis Agama. Majelis Adat
beranggotakan empat orang, yaitu Raja Bicara, Rato Rasanae,
Rato Parenta, dan Rato Renda. Majelis ini berwenang
mengangkat dan memberhentikan Sultan. Sultan dipilih dan
diangkat dari putra raja atau keluarga terdekatnya.

93
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

3.MonKhmer

Sejak abad ke-19 Nusantara telah menarik perhatian para


orientalis asal Eropa, terutama yang berkebangsaan Inggris dan
Belanda. Mereka datang ke Nusantara dengan membonceng
politik penjajahan pemerintahnya. Di antara ilmuwan orientalis
itu ada yang datang ke Sumbawa. Di pulau itu mereka bertemu
dengan penduduk yang menurutnya berujar dengan bahasa mirip
dengan bahasa Mon-Khmer, bahasa yang tidak lazim digunakan
oleh penduduk nusantara.

The civilization on Sumbawa Island has intrigued


researchers ever since Dutch and British explorers visited
in the early 18oos and were surprised to hear a language
that did not sound like any other spoken in Indonesia, Prof
Sigurdsson said. Some scholars believe the language was
more like those spoken in Indochina. But not long after
westerners first encountered Tambora, the society was
destroyed.2s

Cerita tentang masyarakat di Sumbawa yang entah dibaca


dari buku apa, dipercaya betul oleh Sigurdsson. Belum lagi sempat
diteliti oleh kaum orientalis di masa lampau, kelompok
masyarakat itu terlanjur habis disapu letusan Tambora. Sisa-sisa
peradaban kelompok masyarakat itulah yang ditemukan
Sigurdsson.
Sebagai seorang ahli vulkanologi bagaimana ia mengkaitkan
temuan tersebut dengan masyarakat "pendukung budaya" Man-
Khmer? Rupanya, ia menggabungkan antara cerita kaum
orientalis di masa lampau, dengan temuan tembikar dari Tambora
yang mempunyai kesamaan dengan tembikar dari kawasan
Indocina. Tentu saja simpulannya itu sangat diragukan. Bisa saja
tembikar itu ada di Tambora karena pada masa itu ada perantara
hubungan dagang dengan kawasan Vietnam, seperti tanggapan

94
Peradaban di pulau Sumbawa sebelum dan 0
setelah meletusnya Gunung Tambora
John N. Miksic dari Institute ofSouth-East Asia Studies, National
University of Singapore. Para pedagang yang berlaku sebagai
perantara pada waktu itu biasanya orang Tionghoa, Melayu, a tau
bahkan orang Eropa sendiri yang membawa barang dagangannya
dari Vietnam sampai di Sumbawa.
Sigurdsson tidak menjelaskan di daerah mana orientalis
Eropa itu bertemu dengan penduduk yang bahasanya mirip
dengan bahasa Indocina (Asia Tenggara daratan). Mungkin
mereka bertemu di daerah pesisir utara, sekitar 2 mil dari garis
pantai. Asumsinya, daerah tersebut dimukimi agar jauh dari
gangguan lanun yang sering terjadi di perairan Sumbawa. 26
Biasanya para pedagang a tau pendatang asing yang dituju adalah
pelabuhan yang ada penduduknya, dan letaknya di jalur
pelayaran. Sumbawa yang termasuk dalam wilayah sebelah timur
Nusantara memang termasuk dalam jalur pelayaran. Jalur
pelayaran di wilayah ini berkembang setelah kedatangan orang
Eropa di Nusantara, yaitu sejak abad ke-16.
Interpretasi Sigurdsson yang didasarkan atas
laporanlaporan kaum Orientalis bangsa Eropa tersebut tidak
dapat diabaikan begitu saja. Pembuktian secara linguistik melalui
kajian linguistik terhadap bahasa-bahasa yang berkembang di
Sumbawa perlu dilakukan. Bisa saja apa yang kaum Orientalis
dengar itu adalah bahasa lokal yang termasuk dalam bahasa
vokal27 ,seperti pada bahasa Mon Khmer.

4· Letusan Tambora

"Mulai tanggal1 Jumadilawal1230 (yaitu 11 April 1815),


terjadi gelap gulita di siang hari, bunyi meriam, hujan
lahar, batu dan abu selama tiga hari dua malam dan
bahwa rumah dan tanaman rusak serta habis mati orang
Tambora dan Pekat."

95
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Itulah sepenggal kalimat yang tertulis dalam naskah Bo'


Kerajaan Bima2s Mencermati isi naskah tersebut, dapat
terbayangkan hebatnya letuasan Tambora. Apalagi pada
bagian lain disebutkan:

"Kerajaan Pekat dan Tambora terhapus dari muka bumi;


hanya tiga atau empat orang saja selamat dari
kehancuran dan mereka itulah yang menyampaikan cerita
ini yang di kalangan ban yak penduduk sama sakti dengan
kisah pembinasaan kota Ninive dan Jerusalem di
kalangan orang Kristen". 29

Gunungapi Tambora dilihat dari arah Doro Peti (dok. Bambang Budi Utomo).
Besarnya letusan sampai memporak-porandakan seluruh
kerajaan yang ada di Pulau Sumbawa. Tingkat kerusakannya
tentunya berbeda, tergantung dari jauh dekatnya dari pusat
letusan, dan arah jatuhnya material yang dilontarkan.
Kerajaankerajaan yang ada di daerah kaki Tambora, seperti

96
Peradaban di pulau Sumbawa sebelum dan 0
setelah meletusnya Gunung Tambora
Kerajaan Tambora, Pekat, dan Sanggar tentunya mengalami
kehancuran. Bahkan Tambora dan Pekat dapat dikatakan
musnah, sekalipun masih ada orang yang tersisa dan memberikan
"laporan pandangan mata". Sementara itu kerajaan lainnya,
seperti Sumbawa, Dompu, dan Bima tetap ada meskipun
mengalami kerusakan. Kerajaan Sumbawa yang semula eksportir
beras, setelah letusan Tambora tidak lagi.
Kehancuran sebagai akibat langsung karena letusan "tidak
seberapa", tetapi yang terparah adalah penderitaan yang
berkepanjangan, yaitu bahaya kelaparan sebagaimana
diceriterakan secara dramatis pada naskah:

''Api berkobar terus selama beberapa hari dan ribuan


orang mati. Kemudian turun hujan abu, dan darat dilanda
empoh [aut.; sampai sekarang ini kapal boleh berlabuh di
mana bekas negeri Tambora adanya. Demikian juga
daerah-daerah sekitar ditimpa mala petaka. Seluruh pulau
menderita kelaparan; ada yang mati ... ada yang menjual
dirinya pada temannya ditukar sam a padi.... Ternak dan
ladang dibinasakan abu dan selama tiga tahun huma tidak
dapat digarap .... "

Mengenai hancurnya peradaban, kita harus melihat


konteksnya. Kalau dalam konteks satu kerajaan, misalnya
Tambora, dapat dikatakan hilang lenyap. Namun kalau
konteksnya Pulau Sumbawa, tidak lenyap begitu saja. Masih ada
peradaban lain yang tetap eksis, misalnya di Dompu, Bima, dan
Sumbawa. Bima bahkan tetap berlanjut sampai pertengahan abad
ke-20. Seiring dengan kemerdekaan Republik Indonesia, Kerajaan
Bima lebur dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam kaitannya dengan peradaban, pernyataan
Sigurdsson tentang musnahnya masyarakat "pendukung
peradabanjbudaya" Mon-Khmer, saya katakan dapat
menyesatkan:

97
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

IfTambora is indeed like Pompeii, which was buried in an


instant by the erupting Mount Vesuvius, the scientist said,
"All the people, their houses and culture are still
encapsulated there as they were in 1815."

Saya katakan "menyesatkan", karena tidak mungkin suatu


kebudayaan atau bahkan peradaban dapat musnah di sebuah
pulau yang bukan pulau gunungapi. Kalau batas budaya kita ambil
sebuah pulau, maka seluruh Pulau Sumbawa itu merupakan satu
wilayah budaya. Dapat saja sekelompok masyarakat pendukung
budaya Sumbawa musnah karena mereka bertempat tinggal di
pusat letusan yang terlanda aliran lava. Kelompok masyarakat
pendukung budaya Sumbawa yang lain dapat selamat dari
kehancuran karena jauh dari pusat letusan atau mengungsi ke
ternpat yang aman.

98
Peradaban di pulau Sumbawa sebelum dan 0
setelah meletusnya Gunung Tambora

"suatu pun tiada lepas manusia isi negeri Tambora; berapa-berapa ribu orang mati
terbakar itu" Bagian lai n menyebutkan "turunlah pasir bagai dikarang, habislah terkejut
sekalian orang".. Itulah gambaran sepintas pad a waktu bencana terj adi. Foto kiri
menunj ukkan Ia pi san awan panas tebal (1,5 meter) yang menutupi arang kayu bekas
rumah tinggal ya ng terbakar (ki ri dan kanan atas). Barang-barang rumah tangga yang
ditemukan dekat runtuhan rumah tinggal (dok. URI dan Bambang Budi Utomo).

Dapat saya ambil contoh adalah letusan Gunung Merapi


pada masa Kerajaan Matarm di Jawa Tengah.3o Van Bemmelen,
seorang ahli geologi memperkirakan letusan itu demikian
hebatnya sampai sepertiga dari puncaknya hilang . Terjadi
pergeseran tanah ke arah baratdaya sehingga terjadi lipatan yang
antara lain membentuk Gunung Gendol, karena gerakan tanah
itu terbentur kepada lempengan Pegunungan Menoreh. Sudah
barang tentu letusan itu dibarengi dengan gempa bumi yang
hebat, hujan abu dan batu-batuan yang sangat hebat. Bencana
alam ini mungkin merusak ibukota Kerajaan Matarm (MdaK)

99
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

serta merusak permukiman di Jawa Tengah, sehingga oleh rakyat


dirasakan sebagai pralaya a tau kehancuran dunia.
Di ibukota kerajaan tinggal raja dan kerabatnya, petinggi
kerajaan, dan rakyat. Tentu saja mereka mengungsi ke arah timur,
karena gempa yang terhebat tentunya melanda daerah sebelah
baratdaya gunung Merapi. Di sebelah timur merupakan tempat
yang aman, dan di situ pula ada penguasa daerah yang tunduk
pada Matarm. Di situlah pada perempat abad ke-10 Masehi,
Sindok (raja Matarm) membangun ibukotanya yang baru. Sesuai
dengan landasan kosmologis kerajaan, maka kerajaan yang baru
itu dianggap sebagai dunia baru, dengan tempattempat pemujaan
yang baru, dan diperintah oleh wangsa yang baru.31

Rumah tradisional penduduk Sumbawa. Kira-kira bentuk ru mah seperti inilah yang
han cur ketika Tam bora meletus tahun 1815 (dok. Garuda)

100
Peradaban di pulau Sumbawa sebelum dan 0
setelah me/etusnya Gunung Tambora
Dari contoh meletusnya Gunung Merapi pada awal abad
ke-10 terse but, dapat ditarik suatu simpulan bahwa bencana alam
hebat tidak selalu memusnahkan suatu kebudayaan. Mungkin
bisa saja musnah apabila kebudayaan itu terdapat di sebuah pulau
gunungapi. Peradaban Matarm tidak musnah karena
orangorangnya menyingkir dari daerah bencana. Dalam kasus
meletusnya Tambora, mungkin dapat disamakan dengan
meletusnya Gunung Sumbing, seperti yang diuraikan dalam
Prasasti Rukam (19 Okt. 907). Pada waktu gunung tersebut
meletus dengan hebat pada sekitar awal abad ke-10, beberapa
desa dan bangunan suci terkubur dalam lahar.32 Itupun tidak
memusnahkan peradaban Matarm . Dengan demikian, yang
terkubur dalam puing letusan hebat Gunung Tambora mungkin
saja masyarakat sebuah desa. Melihat jenis temuan ada yang
barang impor, masyarakatnya sudah maju dan telah mengenal
perdagangan jarak jauh. Mengenai apakah mereka kelompok
masyarakat yang berbudaya Mon-Khmer atau yang sekurang-
kurangnya yang berbahasa Mon-Khmer, saya belum berani
menjawabnya.
Letusan hebat Gunung Tambora dalam Syair Kerajaan
Bima33 yang ditulis tahun 1830 oleh Khatib Lukman, seorang
ulama Kerajaan Bima, melukiskan bahwa:

"Hujan abu selama dua hari tiga malam, disusul bunyi


meriam yang rupanya menandai keruntuhan kawah,
disusul lagi hujan pasir dan empoh laut. Sebabnya
disangka akibat tindakan jahat Sultan Abdul Gafur.
Kerajaan Pekat dan Tambora binasa. Malapetaka itu
berakhir berkat orang sembahyang, tetapi kemelaratan,
kelaparan dan penyakit tidak tertolong. Banyak orang
yang mati karena makan daun dan ubi yang beracun
.. ............. namun kehidupan politik serta kenegaraan Bima
tetap terpelihara . Berbagai upacara adat dan tradisi
tentang kehidupan istana dan umumnya kehidupan
masyarakat tetap dijalankan seperti sebelum terjadi
bencana."
101
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Seorang Eropa yang singgah di Bima tahun 1831


menceriterakan hal yang senada dengan yang dituliskan dalam
Syair Kerajaan Bima:

"Letusan Gunung Tambora berakibat dahsyat: tanah


tertutup abu setebal dua kaki selama lima hari, banyak
rumah yang rusak, dan semua tanaman binasa. Tanah
tidak dapat digarap selama lima tahun. Terjadi kelaparan
besar; beras didatangkan dari Jawa. Orang demikian
seng-.sara, semua ikatan keluarga terputus; ada suami
menjual istrinya, ada ibu menjual anaknya untuk ditukar
dengan segenggam makanan; orang melarat mati di
jalan; banyak orang yang mengungsi keluar pulau dan
negeri sekitarnya. Tanah mulai digarap lagi dengan
lamban dan sukar"

Meskipun sumber tertulis namanya Syair Kerajaan Bima,


namun secara umum yang diceriterakan keadaan suluruh
Sumbawa, terutama pada bagian yang melukiskan keadaan pada
waktu sebelum dan setelah Tambora meletus. Disebutkan bahwa
Sultan Tambora Abdul Gafur adalah raja yang takabur. Ia
membunuh Haji Mustafa orang asing asal Rum (Turki). Karena
perbuatannya itulah maka Allah menurunkan azab berupa letusan
hebat Gunung Tambora.34
Dari sumber-sumber tertulis tentang Tambora, tidak
sedikitpun yang menguraikan adanya penduduk yang bertutur
seperti tutur dalam bahasa di Indocina. Mereka hanya
menyebutkan orang-orang yang datang dari daerah sekitarnya,
seperti dari Jawa, Bali, Sulawesi, dan Timor. Kalaupun ada orang
asing, maka mereka yang datang berasal dari Eropa, khususnya
Belanda dan Inggris. Sebagian besar masyarakat bertutur
menurut bahasa lokal yang masih serumpun dengan bahasa
Austronesia. Mungkin dalam hubung-.an antarabangsa mereka
menggunakan bahasa Melayu yang pada waktu itu penuturnya
cukup merata di Nusantara.

102
Peradaban di pulau Sumbawa sebelum dan 0
setelah meletusnya Gunung Tambora

5· Temuan Hasil Penelitian 2007

Atap Bangunan
Atap Bangunan terbuat dari rangkaian ijuk dengan tali
pengikat rotan. Rangka atap dibuat dari bambu yang dibelah
dengan ukuran lebar 5 em, sedangkan lebar atap ijuk sekitar so
em. Konstruksi atap dibuat dari balok kayu dengan ketebalan 8
em dan panjang 3 meter.
Runtuhan komponen bangunan ini ditemukan pada kotak
U4T1 dan U4T2 pada kedalaman sekitar 1,5 meter dari permukaan
tanah di bagian bawah dari lapisan runtuhan abu
Phreatomagmatic. Melihat posisinya, atap ijuk inijatuh tertimpa
materialletusan Plinian pumice pada tanggals April1815 (dok.
Bambang Budi Utomo: penggambar: Wayan Mudra).

Anyaman Bambu
Anyaman bambu ditemukan pada Kotak U4T1 pada
kedalaman sekitar 1,5 meter dari permukaan tanah. Bentuknya
oval dengan garis tengah terbesar sekitar 30-50 em. Di bagian
tengah terdapat lubang yang tepiannya berupa bilah bambu.
Anyaman diikat dengan tali bambu pada tepian bam bu.
Lubang yang di tengah ini juga berbentuk oval dengan garis
tengah berukuran sekitar 10-25 em. Ketebalan tepian anyaman
ini berukuran sekitar 3-5 em. Melihat bentuk dan ukurannya,
agaknya anyaman yang dibuat dari bambu ini merupakan tampah

103
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

untuk menapis beras. Lubang yang di tengah berfungsi untuk


membuang beras atau gabah yang tidak terpakai (dok. Bambang
Budi Utomo).

Buli-buli Keramik
Buli-buli keramik berasal dari masa dinasti Qing (abad ke-
19 Masehi) ditemukan pada kotak U4T2 pada kedalaman sekitar
1,5 meter dari permukaan tanah. Berukuran tinggi 10 em dan
garistengah badan 7 em. Hiasannya menggambarkan orang
sedang memaneing dengan warna biru. Bagian leher buli-buli
hingga mulutnya berwarna eoklat.
Ketika diangkat dari tempat asalnya, bagian bawahnya
tereetak bekas anyaman tali bambu. Agaknya pada waktu sebelum
tertimpa letusan Tambora, buli-buli keramik ini bagian
permukaannya dibungkus dengan anyaman tali (dok. Bambang
Budi Utomo).

104
Peradaban di pulau Sumbawa sebelum dan 0
setelah meletusnya Gunung Tambora
Tali
Segulungan tali yang dibuat dari pilinan serat bambu
ditemukan pada dinding selatan Kotak U4T2 berbatasan dengan
Kotak U3T2 pada kedalaman sekitar 1,5 meter. Posisinya masih
baik tetapi keadaannya sudah rapuh menjadi arang. Di atasnya
terdapat balok kayu (dok. Bambang Budi Utomo)

Pis au
Ekskavasi yang dilakukan pada Kotak U4T2 dekat dengan
temuan gulungan tali berhasil menemukan dua bilah pusau yang
dibuat dari besi dan sebuah hulu keris (?)yang dibuat dari bahan
kayu. Sebilah pusau masih berada di dalam sarungnya yang dibuat
dari bahan kayu dengan ikatan dari tali bambu yang berukuran
Iebar 2 mm. Pisau yang masih dalam sarung berukuran panjang
sekitar 25 em dan Iebar mata pisau sekitar 3 em (dok. Bambang
Budi Utomo).

105
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Pemecah Pinang
Pemeeah pinang yang ditemukan di Kotak U4T2 dekat
dengan gulungan tali dibuat dari bahan besi. Keadaannya sudah
dipenuhi dengan oksida besi yang berwarna eoklat. Ukuran
tangkai- tangkainya 18 em (bawah) dan 17 em (atas) (dok.
Bambang Budi Utomo).

Tembikar
Penggalian yang dilakukan pada Kotak U4T1, setelah
mengangkat runtuhan atap ijuk, di bagian bawahnya ditemukan
peeahan tembikar yang mengumpul pada satu tempat.
Peeahanpeeahan tembikar ini agaknya berasal dari sebuah bentuk
tempayan (dok. Bambang Budi Utomo).

Tikar Lampit
Tikar lampit ini dibuat dari bahan rotan. Ditemukan pada
Kotak U4T1 di bagian bawah runtuhan atap ijuk. Keadaannya

106
Peradaban di pulau Sumbawa sebelum dan 0
setelah meletusnya Gunung Tambora
sudah tidak lengkap lagi. Pada foto tampak bagian tepinya (kiri)
yang diikat dengan tali rotan dengan teknik menyilang pada bilah
rotan.
Tikar lamp it ini biasanya ditempatkan/ digelar pada lantai
bangunan tempat orang duduk-duduk (dok. Bambang Budi
Utomo).

Padi
Pada Kotak U4T2 ditemukan setumpuk padi yang masih
melekat pada tangkainya. Tumpukan padi ini tebalnya sekitar 10-
20 em. Keadaannya masih dalam posisi semula tetapi sudah
menjadi arang. Pada jarak sekitar 25 em ke arah selatan dari
tumpukan padi ini terdapat gulungan tali.
Tumpukan padi yang ditemukan tersebut, apabila diamati
butirannya merupakan padi ladang. Butirannya kecil dan lonjong.
Tidak membulat seperti bentuk padi saat ini ( dok. Bambang Budi
Utomo).

107
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

6. Apa yang Dapat Dilakukan


Letusan Gunung Tambora hampir dua abad yang lalu, pada
masa sekarang memang sangat menarik minat berbagai kalangan
ilmuwan, avonturir, dan wisatawan. Obyeknya sama yaitu Gunung
Api Tambora, namun pertanyaan yang ada di benak masyarakat
tentunya berbeda-beda. Tergantung dari apa minat dan
profesinya.
Sebagai akhir dari tulisan sederhana ini, dapat saya
kemukakan sebagai berikut:
1. Melanjutkan penelitian vulkanologi dan geologi yang tentunya
diselaraskan dengan penelitian arkeologi, karena dalam
penelitian vulkanologi yang terdahulu tujuannya antara lain
mengetahui dampak awan panas terhadap kehidupan
man usia.
2. Melakukan penelitian etno-linguistik pada suku-suku bangsa
yang ada di Pulau Sumbawa yang tujuannya untuk mengetahui
akar budaya suku-suku bangsa tersebut.
3. Pada abad ke-18 sebelum Tambora meletus, Sumbawa pernah
menjadi eksportir beras terbesar kala itu. Beras dari Sumbawa
dibawa ke pelabuhan Melaka di Semenanjung Tanah Melayu
untuk dijual ke tempat-tempat lain. Berdasarkan data sejarah
ini, tentu keadaan tanah Sumbawa sangat subur dan
masyarakat Sumbawa telah mengenal teknologi pertanian
yang maju. Dari sisa beras yang tertinggal pada rumah yang
terkena bencana, mungkin dapat dilakukan penelitian jenis
padi yang dikembangkan pada waktu itu. Dalam konteks
kekinian, hasil penelitian tersebut dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan pertanian di Sumbawa.
4. Letusan Tambora hampir dua abad yang lalu secara tidak
langsung pada saat ini turut mempromosikan Sumbawa ke
dunia internasional. Dengan demikian baik pemerintah
Kabupaten maupun Provinsi dapat "menjualnya" untuk tujuan
wisata. Untuk mencapai tujuan ini masih banyak infrastruk
tur kepariwisataan yang perlu dibenahi, misalnya jalan, rumah
tinggal, jaringan telepon, air bersih dll.

108
Peradaban di pulau Sumbawa sebelum dan 0
setelah m eletusnya Gunung Tambora
5· Sejalan dengan pembangunan Museum Geologi di Mataram,
Lombok, perlu disertakan pemerintah kabupaten untuk
partisipasinya. Sementara itu , di tingkat Pemerintah
Kabupaten perlu dibuat semacam pusat informasi tentang hal-
hal yang menjadi ciri khas kabupaten yang bersangkutan.
Dapat dikemukakan sebagai contoh, Kabupaten Sumbawa
dengan tambang emasnya, Kabupaten Dompu dan Bima
dengan letusan Tamboranya.[]

Waktu subuhfajar pun merekah


Diturunkan Allah bala celaka
Sekalian orang habislah duka
Bertangis-tangisan segala mereka
(Syair Kerajaan Bima: 20)

109
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

Endnotes
* Tulisan ini merupakan pengembangan dari makalah yang disampaikan dalam
seminar "Menguak Misteri. Mengurai Sejarah Peradaban Gunung
Tambora: Mengurai Khazanah Alam dan Budaya Gunung Tambora
Serta Peluang Pengembangannya" yang diselenggarakan oleh Federasi
Mountaineering Indonesia bekerjasama dengan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat,
di Gedung LIPI pada tanggal 22 April 2006.
1 Kerani Rendahan pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi
Nasional
2 Informasi diperoleh dari Heryadi Rahmat dari Dinas Pertambangan dan
Energi Provinsi Nusatenggara Barat.
3 Rouffaer, G.P., 1910, "Oudjavaansche Inscriptie in Soembawa." Dalam NBG

48, him. 110-113.


4 Chambert-Loir, H., 1985, Cerita Asal Bangsa Jin dan Segala Dewa-Dewa,

Bandung: Angkasa.
s Chambert-Loir, H., 1985, Cerita Asal Bangsa Jin dan Segala Dewa-
Dewa,Bandung: Angkasa, him 51.
6 Atmodjo, M.M. Soekarto Karto, 1994, "Beberapa temuan prasasti baru di
Indonesia", dalam Berkala Arkeologi Tahun XIV Edisi Khusus
(Evaluasi Data dan Interpretasi Baru Sejarah Indonesia Kuna), him. 2-
3· Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta. Prasasti ini untuk pertama
kalinya dibaca pada tahun 1983.
1 Sebuah area man usia yang tidak mempunyai anggota badan karena sudah

patah dan hilang.


s Pigeaud, Th., 1960, Java in the Fourteenth Century: A Study in Cultural
History, Vol III., him. 17. Kakawin ini dibuat pada sekitar abad ke-14
Masehi.
9 Mungkin yang dimaksud Pulau Gunungapi Sangiang Api yang letaknya di
sebelah timurlaut Sumbawa. Bisa jadi karena terletak di laut yang
merupakan lintas perdagangan, pulau gunungapi ini juga disinggahi
pelaut/pedagang.
10 Rouffaer, G.P. & J.W. Ijzerman, 1915, De Eerste Schipvaart der Nederlanders

naar East-Indie onder Cornelis de Houtman, 1595-1597: De Eerste


Boek van Willem Lodewicjksz. 's-Gravenhage: Martinus Nijhoff.
u Di Flores masih banyak ditemukan gading gajah sebagai barang pusaka yang

dimiliki oleh kalangan bangsawan. Padahal di Flores tidak ada gajah.


Rupa-rupanya, pada waktu ramainya perdagangan budak, para
saudagar asing (Eropa) yang datang ke Flores menukarkan gading dari
Mrika dengan penduduk Flores melalui kepala-kepala sukufadat.
Kemudian dihembuskan cerita bahwa gading gajah tersebut adalah
jelmaan pemuda desa yang hilang di laut.
12 Setelah kemerdekaan (sekitar tahun so an) kawasan Nusatenggara dikenal

110
Peradaban di pulau Sumbawa sebelum dan 0
setelah meletusnya Gunung Tambora
bagai kepulauan Sunda Kecil, mulai dari Pulau Bali sampai Pulau Timor,
saat ini terdiri dari tiga provinsi yaitu Provinsi Bali, Nusatenggara Barat
dan Nusatenggara Timur. Wilayah Provinsi Nusatengara Barat meliputi
Pulau Lombok dan Sumbawa dan pulau pulau kecil di sekitarnya. Selain
Kerajaan Bima, di Pulau Sumbawa terdapat kerajaan kerajaan
Sumbawa, Dompu, Sanggar, Tambora dan Papekat.
•3 D.F. van Braam Mortis, 1890, "Nota van Toelichting Behoerende bij het

Contract gesloten met het Landschap Bima op den 20sten October 1886,
aan de regeering ingediend door den Gouvernur van Celebes en
Onderhoorigheden", dalam TBG 33: 226 227; J. Noorduyn, 1987, "Bima
en Sumbawa, Bijdragen tot de Gescheidenis van Sultanaten Bima en
Sumbawa door A. Ligvoet en G.P. Rouffaer", dalam VKl, 129: 99-100
Foris Publication, Dordrecht Holland Providense USA.
•4 L.J. van Dijk, 1925, "De Zelfbesturende landschap pen in de Residentie Timor

en Onderhoorigheden", dalam De Indische Gids, hlm. 530 . Ke 66 pulau


itu adalah: Glinting Api, Gili Bantah, Burling, Gili Bodo, Gili Lawa,
Kamodo, Batu batu, Tertambonan, Sanggala, Sesat, Binawan, Sibaba,
Manggianat, Saleyur, Tambaga, Panggaran, Suku, Pancikan, Kukuisan,
Renca, Sankawan, Menjaga, Menkatal, Kenawa, Sepungu, Bajo, Kusan
kusan, Batuwaras, Nangkar nangkar, Sabalu, Seriadu, Rangko, Bolih,
Langus, Seriya, Panda, Dara, Sapu, Kamanyan, Maringkat Patua,
Riyung, Tobah, Cinde, Laju, Saringkat, Komodo, Padar, Mandewa,
Sakando, Salat Mulu, Seriiya, Kuci, Gajah, Motdu, Mulls, Besar, Lobang,
Kamara, Matasetan, Kalapa, Sindu, Biru, Sora dan Laju.
•sL. Massir Q. Abdullah, 1981/1982, Bo (Suatu Himpuhan Catatan Kuno Daerah
Bima), hlm 23-24. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek
Pengembangan Permuseuman Nusa Tenggara
•6 W. Th. Coolhaas, "Bijdrage tot de kennis van het Manggaraische Volk (West

Flores)", TNAG, LIX, 142, 162.


' 7 Tawalinuddin Haris dkk., 1997, Kerajaan Tradisional di Indonesia: Bima,

him. 6. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI


.s J. E. Jasper, 1908, " Het eiland Soembawa en zijn bevolking", dalam TBG
XXXIV, him. 75·
,gD.F. van Braam Morris, op. cit.: hlm. 177 .
2o M. Hilir Ismail, 1988, Peranan Kesultanan Bima dalam Perjalanan Sejarah
Nusantara. Naskah belum diterbitkan, hlm. 13; Sri Wulan Rudjiati
Mulyadi (ed.), 1992/1993, Bandar Bima, hlm. 63. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan, Direktorat Jarahnitra,
Bagian Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara
2• D.F. van Braam Morris, op.cit.: hlm. 176 177
22Sri Wulan Rudjiati Mulyadi, op. cit.: hlm . 70; Garis batas antara Bima dan
Manggarai di dasarkan pada Peta Laut Nomor: 295 yang dibuat menurut
ukuran kapal pengukur, "van Gogh" dan "Soembawa" pada tahun 1904-
1908

Ill
0 Kalimantan Barat dan Sumbawa

23loc. cit. Menurut Coolham, hubungan antara Bima dan Manggarai terputus
sejak tahun 1928. (W. Th. Coolhaas, op.cit. : him. 168 )
,. Kesultanan Bima berakhir dengan dikeluarkannya Undang Undang No. 1
Tahun 1957 tentang penghapusan Daerah Swapraja yang kemudian
diikuti dengan pembentukan Daerah Tingkat II di seluruh Indonesia.
2s Sample, Ian, 2006, "Scientists find lost civilization buried by volcano", dalam
www.guardin.co. uk/indonesia/Story/ o,1720404,00.html (Wednesday,
March 1, 2006)
26 Gangguan lanun memang sering terjadi di Sumbawa, seperti yang
diceriterakan dalam Syair Kerajaan Bima."Pada waktu itulah
perompak Tobelo yang tubuhnya hitam memakai cawat menyerang
Sanggar: kota dibakar dan dihancurkan, Sultan Sanggar lari ke hutan;
para perompak merampas harta dan senjata dan menangkap tawanan.
Pelabuhan Kore dibinasakanjuga; perompak kemudian berlabuh dekat
Wera dan kota itupun dijarah dan dibakar".
27 Istilah dalam linguistik untuk menyebutkan suatu bahasa yang dalam
mengucapkan kata tidak mengenal akhiran mati, misalnya menyebut
nama "Abdul" diucapkannya "Abdu" tanpa bunyi "I"
2sTeks yang dipetik dari Naskah Held, satu-satunya catatan tentang letusan
Gunung Tambora yang tercantum dalam Bo' Kerajaan Bima
(Chambert-Loir, H., 1982, "Syair Kerajaan Bima", Naskah dan
Dokumen Nusantara III. Jakarta-Bandung: Lembaga Penelitian
Perancis untuk Timur Jauh (Ecole Franc;aise d'Extreme-Orient)
29 Roorda van Eysinga, P.P., 1841, Handboek der land- en volkenkunde,
geschied-,taal-, aardrijks- en staatkunde van Nederlandsch-Indie.
Amsterdam, 1841-1850, vol. II, him. 37-40
30 Poesponegoro, Marwati Djoenet dan Nugroho Notosusanto (ed.), 1984,
Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: P.N. Balai Pustaka.
3' Sindok atau dikenal juga dengan sebutan Pu Sindok termasuk dalam wangsa
ffil.ilendra, dinasti yang berkuasa di Matarm. Karena pada masa
pemerintahan raja pendahulunya berkedudukan sebagai Rakryan
Mapatih i halu dan i hino, ia dianggap sebagai pendiri wangsa baru,
yaitu wangsa I[ana.
32 Beberapa bangunan suci yang hancur akibat letusan gunungapi, misalnya
Candi Sambisari di Yogyakarta terkubur (lebih dari 5 meter) dalam
lapisan lahar letusan Gunung Merapi, dan Capdi Kepung di Kediri
terkubur (lebih dari 10 meter) dalam lapisan lahar letusan Gunung
Kelud tahun 1336. Kedua bangunan tersebut berhasil ditampakkan
kembali. Namun masih banyak lagi yang belum diketahui, terutama
yang berlokasi di sekitar Gunung Merapi.
33 Chambert-Loir, H., 1982, "Syair Kerajaan Bima", Naskah dan Dokumen
Nusantara III. Jakarta-Bandung: Lembaga Penelitian Perancis untuk
Timur Jauh (Ecole Fram;aise d'Extreme-Orient)

112
Peradaban di pulau Sumbawa sebelum dan 0
setelah meletusnya Gunung Tambora
34 Sumber lain menyebutkan seorang bernama Said Idrus yang berasal dari
engkulu dengan menumpang kapal Bugis datang ke Tambora. Di
Tambora ia ditipu raja dengan memakan daging anjing, dan pada
akhirnya Raja Tambora menyuruh orangnya untuk membunuh Said
Idrus di Gunung Tambora "Bawa olehmu orang Arab ini bunuh".
Akibatnya Allah murka dengan mendatangkan bencana meletusnya
Gunung Tambora.

113
JEIID~RA,_
ICO:.lRJ.T PEJ\,'JNGGALA, I'UP.BAJ<AU
: : : : OAAT SEJARAH DAN f' URBAKALA
OEPAATEMEII XEBUDAYAAN OAr< PARrNlSATA

Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional


Jalan Raya Condet Pejaten No.4, Pasar Minggu
Jakarta Selatan 12510 Indonesia
Telp. +62-21-7988171 I 7988131
Fax. +62-21-7988187

114
..

Perpustakaa1
Jenderal K-
930. '
BA,
k
Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional
Jalan Raya Condet Pejaten No. 4, Pasar Minggu,
Jakarta Selatan 12510 - Indonesia
Telp. + 62 21 7988171 I 7988131
Fax. + 62 21 7988187
Homepage: www.indoarchB«JJogy.com
E-mail: erkemtll 3@erkenetl.com
stlk_srkensll@yshoo. com

Anda mungkin juga menyukai