Anda di halaman 1dari 9

P-ISSN: 5085-0581

E-ISSN: 2477-5851
Volume:16 nomor: 01 Tahun 2024

Implementasi Kesepakatan Kelas Dalam Upaya Membangun Kedisiplinan Siswa Di


SMP Negeri Kabupaten Sampang Tahun 2023

Ainul Fajar1), Jatim Desiyanto2), Rohisotul Laily3).


1
STKIP PGRI Sampang, 2STKIP PGRI Sampang, 3STKIP PGRI Sampang
e-mail: fabaretafajar@gmail.com1 djatimdesiyanto@gmail.com2 , rohisotullaily21@gmail.com3

First draft received: _______ Date Accepted: ________ Final proof received: ________

Abstrak
Kedisiplinan tidak terlepas dari perkembangan moral siswa, kemorosotan nilai
moral pada anak ditingkat pendidikan menengah dipengaruhi oleh lingkungan kelas
yang kurang kondusif maka hal tersebut harus diatasi dengan cara yang maksimal
salah satu inisiatif untuk mengurangi kemerosotan nilai kedisiplinan siswa adalah
dengan menerapkan kebijakan kesepakatan kelas. Tujuan Penelitian ini adalah: 1)
Mengetahui implementasi kesepakatan kelas SMP Negeri di Kabupaten Sampang; 2)
Mendeskripsikan efektivitas kesepakatan kelas dalam membangun kedisiplinan
siswa; 3) memeparkan kendala dan solusi yang dihadapi dalam pelaksanaan
kesepakatan kelas dalam membangun kedisiplinan siswa, metode penelitian ini
menggunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif hasil penelitian
menunjukkan: 1) implementasi kebijakan kesepakatan kelas dilihat dari waktu
pelaksanaan, indikator keberhasilan, kepatuhan terhadap peraturan dan indikator
keberhasilan sudah terlaksana namun hasil yang diperoleh belum maksimal
dipengaruhi oleh keterlibatan siswa masih rendah 2) efektivitas kebijakan
kesepakatan kelas berdasarkan aspek fungsi, rencana dan ketentuan sudah berjalan
dengan semestinya namun menemui hambatan pada tahap evaluasi, guru selaku
evaluator kebijakan seharusnya melakukan penyelidikan terhadap kebijakan yang
sudah ditetapkan 3) kendala yang ditemukan; minimnya antusiasme siswa,
sumberdaya kurang memadai, kurangnya koordinasi antar guru, evaluasi kebijakan
belum berlaku. Solusi yang harus dilakukan sekolah adalah; memberi rangsangan
khusus kepada siswa tentang pentingnya kebijakan, memberdayakan sumberdaya
yang ada, kepala sekolah mengadakan rapat dengan wali kelas, guru harus
melakukan evaluasi secara rutin dan membuat laporan.
Kata Kunci: Efektivitas, Implementasi, Kesepakatan Kelas

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan seluruh pengetahuan belajar yang terjadi sepanjang hayat
manusia dalam semua tempat serta situasi yang memberikan pengaruh positif pada
pertumbuhan setiap makhluk individu (Pristiwanti, 2019).Pendidikan adalah aspek penting
bagi pengembangan sumber daya manusia karena pendidikan merupakan wahana atau salah
satu instrumen yang digunakan untuk membebaskan manusia dari kebodohan dan
kemiskinan (Bestari, 2018). Definisi yang lain mengatakan Pendidikan secara umum adalah
sistem yang melibatkan proses yang kompleks dan saling terintegrasi dalam pendidikan,
meliputi pengembangan, impelementasi, dan evaluasi yang melibatkan orang, ide, atau
organisasi dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan kinerja pendidikan dan hasil
P-ISSN: 5085-0581
E-ISSN: 2477-5851
Volume:16 nomor: 01 Tahun 2024

pembelajaran, tugas belajar-mengajar dapat lebih efisien, serta komunikasi antara pendidik
dan peserta didik dapat lebih efektif dan mudah dipahami (Ajizah, 2021).
Sekolah merupakan tempat di mana siswa dapat belajar secara formal dan
berkelanjutan, serta tempat atau lembaga yang dirancang/dibuat untuk memberikan pelajaran
untuk siswa di sekolah, yang dibimbing oleh seorang guru yang profesional. Ada beberapa
tingkatan sekolah, yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menegah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA), dan Universitas. Tujuan dari disiplin kelas itu sendiri yaitu untuk
dapat menciptakan sebuah keamanan, kenyamanan bagi siswa serta kegiatan pembelajaran di
sekolah
Pendidikan menengah ialah pendidikan yang dapat diperoleh oleh anak usia 12 sampai
15 tahun, dimana siswa telah mencapai usia remaja yang diharapkan mampu untuk
mempersiapkan dan membentuk kedisiplinannya hingga menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan. (Rachmayanti, 2020). Kedisiplinan pada seseorang akan dapat dilihat
melalui taat terhadap peraturan, ketepatan waktu, sikap hemat dan pintar mengelola berbagai
sumber untuk mencapai tujuan. Indikator disiplin adalah siswa bisa hadir tepat waktu,
menyelesaikan tugas tepat waktu, mengikuti aturan kelas, bersikap jujur dan aktif selama
proses pembelajaran (Hudaya, 2018).
Ketika siswa tidak mentaati peraturan yang ada, beberapa masalah besar melanda
dunia pendidikan kita saat ini. Kemerosotan etika dan moral ini juga menyebabkan sekolah
berjuang untuk mendidik dan memberikan ilmu kepada siswanya. Atika (2019), Mengatakan
bahwa salah satu cara memperbaiki kemerosotan kedisiplinan siswa ini adalah dengan
menggunakan pendidikan yang fokus untuk membangun kedisiplinan tidak hanya di rumah,
namun juga secara terstruktur di sekolah. Hal tersebut menunjukkan kurangnya
pembentukan karakter disiplin peserta didik selama proses pembelajaran di kelas (Embong,
2021). Hal ini sangat bertentangan dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional salah satu diantaranya terkandung harapan yang sangat
mulia,yaitu terciptanya peserta didik yang berkepribadian baik serta memiliki akhlak yang
mulia.
Berbicara tentang kedisiplinan maka tidak terlepas dari perkembangan moral siswa.
Yosef (2019), mengatakan tahap-tahap perkembangan moral peserta didik dapat dibagi dalam
tiga tahap yaitu tahap non-morality (0-3 tahun) dimana anak belum mengenal moral, tahap
Heteronomous (4-8 tahun) anak mulai menerima dan dapat menerima aturan dari orang lain
yang tidak bisa diubah atau dipandang sebagai wujud kepatuhan tidak kontinuitas,yang ketiga
yaitu tahap autonomous (9-12 tahun) pada tahap ini aturan sudah dipandang matang sebagai
persetujuan bersama. Dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa pada umur sembilan
tahun keatassudah bisa dilibatkan dalam pembuatan peraturan sehingga peraturan akan lebih
bermakna karena merupakan hasil dari keputusan Bersama. Pemahaman akan tata tertib dan
kesepakatan merupakan sebuah aset dan sangatlah penting bagi siswa agar tidak terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaannya.
Kedisiplinan di sebuah instansi pendidikan atau di sekolah merupaka hal yang sangat
perlu untuk penting, maka dari itu kedisiplinan harus diterapkan dalam setiap sekolah, agar
pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang sesuai
dengan apa yang di harapkan, serta sesuai dengan visi dan misi sekolah tersebut. Setiap
sekolah pasti menerapkan kedisiplinan baik bagi guru, siswa atau pun aparat sekolah, akan
tetapi masih banyak siswa yang tidak mengikuti kedisiplinan di sekolah seperti melanggara
tata tertib sekolah, melaggar peraturan kelas ata kesepakatan kelas, bahkan seorang guru pun
masih banyak yang tidak disiplin serta kurang menerapkan kedisiplinan, banyak hal yang
harus dipahami dalam kedisiplinan yang ada di sekolah, yaitu kedisiplinan bukan hanya harus
dilakukan dan diterapkan pada siswa akan tetapi kedisiplinan harus diterapkan pada seluruh
warga sekolah, baik itu siswa, guru ataupun aparat sekolah. Ada beberapa contoh kedisiplinan
P-ISSN: 5085-0581
E-ISSN: 2477-5851
Volume:16 nomor: 01 Tahun 2024

yang diterapkan pada siswa, yaitu selalu hadir tepat waktu, selalu mengikuti peraturan. Begitu
pula dengan guru serta aparat sekolah juga harus menerapkan kedisiplinan yang telah
disebutakan diatas.
Kebijakan kesepakatan kelas yang diterapkan di SMP Negeri Kabupaten Sampang
didasari atas permasalahan yang ada di sekolah tersebut, seperti banyaknya pelanggaran tata
tertib yang dilakukan siswa di sekolah termasuk kedisiplinan siswa. Benyamin (2020),
berpendapat bahwa Lingkungan sekolah memiliki peranan yang cukup besar dalam
membangun pendidikan yang berkaraktersalah satu karakter yang dapat dibangun dan
dibiasakan adalah sikap disiplin. Lingkungan sekolah memiliki peranan yang cukup besar
dalam membangun pendidikan yang berkarakter, salah satu karakter yang dapat dibangun
dan dibiasakan adalah sikap disiplin (Stefoff, 2018). Dari pemahaman diatas Pelaksanaan
kesepakatan kelas dapat menjadi inisiatif agar siswa lebih disiplin, menghormati norma-
norma hukum yang berjalan. Penelitian yang dilakukan oleh Pratitis (2019), menunjukkan
penerapan kesepakatan kelas secara demokratis dapat menekan jumlah pelanggaran siswa
akan tata tertib, sehingga dapat menghilangkan hukuman fisik ataupun nonfisik sehingga
perilaku penyimpangan terhadap tata tertib kelas dapat dinetralisir dan pembelajaran dikelas
akan berjalan dengan baik dan edukatif.
Berdasarkan uraian lengkap diatas maka peneliti tertarik untuk mengkaji kebijakan
kesepakatan kelas pada SMP Negeri di Kabupaten Sampang. Sejalan denganhal tersebut, maka
peneliti akan melakukan penelitian berdasarkan permasalahan berikut: 1) Bagaimana
implementasi kesepakatan kelas di SMP Negeri Kabupaten Sampang dalam membangun
kedisiplinan siswa? 2) Bagaimana efektivitas implementasi kesepakatan kelas dalam
membangun kedisiplinan siswa? 3) bagaimana kendala dan solusi yang dihadapi dalam
keefektivitasan kebijakan kesepakatan kelas?. Tujuan Penelitian ini adalah 1) Mengetahui
implementasi kebijakan kesepakatan kelas SMP Negeri di Kabupaten Sampang;2)
Mendeskripsikan efektivitas implementasi kesepakatan kelas dalam membangun kedisiplinan
siswa; 3) menjelaskan kendala dan solusi yang dihadapi dalam pelaksanaan keefektivitasan
kebijakan kesepekatan kelas.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, sedangkan desain penelitian
menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti menetapkan penelitiannya berlandaskan
keseluruhan situasi sosial yang akan diteliti dalam tiga aspek yaitu: 1) Tempat penelitian SMP
Negeri di Kabupaten Sampang (SMP Negeri 2 Torjun) sebagai sekolah yang menerapkan
kebijakan kesepakatan kelas; 2) Pelaku, merupakan komponen pelaksana meliputi Guru, siswa
beserta komponen lain yang terlibat; 3) Aktifitas (komponen pelaksana dalam menjalankan
kebijakan kesepakatan kelas) yang berinteraksi secara sinergis.
Landasan teori digunakan sebagai bekal untuk memahami konteks sosial yang terjadi
secara lebih luas, untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan rumusan masalah. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: (1) Observasi; (2) Wawancara; (3)
Dokumentasi, teknik yang sudah ada, kemudian dibuat lembar instrumen penelitian yang
meliputi: 1) Lembar Observasi, dengan maksud peneliti ingin mengamati lebih lanjut peristiwa
atau aktivitas mengenai pelaksanaan kesepakatan kelas; 2) Pedoman wawancara, dengan
maksud untuk menggali secara mendalam dari beberapa informan mengenai bagaimana
kebijakan kesepakatan kelas yang diterapkan, efektivitas kebijakan kesepakatan kelas dalam
membentuk siswa yang disiplin serta kendala dan solusi selama kebijakan kesepakatan kelas
di terapkan di sekolah; 3) Studi Dokumen, dengan maksud peneliti ingin mengetahui isi dari
dokumen tentang pedoman kesepakatan kelas serta prosedur pelaksanaanya.
Ada empat aspek operasional untuk analisis data penelitian ini berdasarkan Miles dan
Huberman (Sugiyono, 2017). Menjelaskan bahwa terdapat tahapan-tahapan dalam
P-ISSN: 5085-0581
E-ISSN: 2477-5851
Volume:16 nomor: 01 Tahun 2024

menganalisis data yaitu; sebagai berikut: 1) Pengumpulan data, yang meliputi wawancara,
observasi dan studi dokumen; 2) Reduksi data, merupakan proses pemilahan data waewancara
observasi dan studi dokumen sesuai dengan peruntukannya; 3) Penyajian data dilakukan
setelah reduksi data selesai, kemudian dibuat laporan hasil penelitian; 4) Verifikasi data /
menarik kesimpulan berdasarkan temuan penelitian. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.
Keempat siklus tersebut di atas harus berjalan secara seimbang agar tidak terjadi kesalahan
pada saat penarikan kesimpulan. Apabila terdapat kesalahan dalam menarik kesimpulan,
peneliti dapat mencari kembali materi di lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
1. Implementasi Kesepakatan Kelas Dalam Upaya Membangun Kedisiplinan Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan kelas di SMP Negeri
Kabupaten Sampang mencakup lima unsur kegiatan, proses pelaksanaan dapat dikatakan
berhasil apabila semua komponen dapat terpenuhi secara baik meliputi:
1). Waktu pelaksanaan kesepakatan kelas berlaku saat awal tahun ajaran baru. Artinya,
selama kesepakatan kelas itu berlaku di dalam kelas maka siswa harus mematuhi kesepakatan
kelas yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh wali kelas dan struktur kelas yang lain.
Pemberitahuan kesepakatan kelas ini menentukan langkah yang akan diterapkan didalam
kelas. Proses Pelaksanaannya siswa yang tidak mengikuti aturan kelas mendapatkan
peringatan dari wali kelas maupun yang mewakili yaitu pengurus kelas atau wali kelas dan
yang bersangkutan untuk memberikan sebuah hukuman yang telah di tetapkan berkaitan
dengan kedisiplinan siswa.
2). Komponen keterlibatan dalam pembuatan kesepakatan kelas sesuai dengan hasil
penelitian komponen yang terlibat meliputi pendidik yaitu wali kelas dan ketua kelas dan
siswa. Pelaksanaan kesepakatan kelas ini melibatkan guru sebagai bentuk kesepakatan
bersama yang lebih mendominasi di dalam kelas agar siswa dapat mengikuti aturan tersebut,
ada dua unsur kesepakatan kelas yaitu penamanan jiwa kedisiplinan dan penamanan jiwa
karakter siswa sehingga akan lebih mudah mengikuti aturan yang telah disepakati bersama.
Peran kedua komponen tersebut saling berkaitan agar kedisiplinan kelas tercipta dengan baik
sehingga suasan kelas tetap kondusif dan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
3). Proses dalam mengimplementasikan kesepakatan kelas secara umum sudah
terlaksana dengan baik dan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan bersama antara guru dan
siswa, meskipun hasilnya belum maksimal. Hal tersebut sesuai dengan data yang diperoleh
dari hasil observasi dilapangan. Adapun prosedur pelaksanaan dalam implementasi
kesepakatan kelas sesuai dengan urutan, antara lain: 1) kesepakatan kelas dibentuk
berdasarkan kesepakatan bersama antara wali kelas guru dan siswa; 2) bentuk kesepakatan
ditempel di dinding kelas dalam bentuk poster seukuran A4 dan kondisonal menyesuiakan
dengan ketersedian tempat; 3) buku catatan pelanggaran siswa dipegang oleh pengurus kelas;
4) Pengurus kelas melaporkan kepada wali kelas. Penerapan kesepakatan ini melatih siswa
untuk disiplin dan taat pada peraturan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan prosedur
kesepakatan kelas dinilai kurang efektif karena minimnya rasa tanggung jawab yang
berkelanjutan yang dimiliki oleh pengurus kelas 5) wali kelas/guru kelas melaporka ke pihak
Bimbingan Konseling apabila salah satu siswa melakukan pelanggaran yang melampaui batas
4). Tingkat kepatuhan terhadap kesepakatan kelas, hasil penelitian menunjukkan
tingkat kepatuhan siswa dinilai masih kurang karena dipengaruhi oleh beberapa siswa yang
tidak acuh terhadap kesepakatan kelas. Tingkat keberhasilan pada kebijakan ini dinilai belum
sepenuhnya tercapai. Keberhasilan tingkat kepatuhan dilihat dari intensitas kepatuhan siswa
terhadap aturan yang sudah diterapkan. Siswa yang tidak mengikuti aturan kelas akan
P-ISSN: 5085-0581
E-ISSN: 2477-5851
Volume:16 nomor: 01 Tahun 2024

mendapatkan peringatan dari wali kelas maupun yang mewakili yaitu pengurus kelas untuk
memberikan sebuah hukuman yang telah di tetapkan bersama.
5). Indikator kesepakatan kelas untuk mencapai tujuan, indikator ketercapaian
kesepakatan kelas dapat dilihat dari sejauh mana implementasi kebijakan tersebut berjalan,
dari hasil penelitian ditemukan bahwa indikator pencapaian yang diterapkan oleh guru
meliputi: 1). Aspek khusus antara lain, Siswa mampu berdisplin dalam mengerjakan tugas,
membersihkan kelas, dilarang membuat keributan dalam kelas 2). Aspek Umum, siswa
memiliki jiwa berkarakter, bertingkah laku baik terhadap guru, menghormati sesama teman,
saling membantu serta mematuhi norma yang berlaku disekolah.

2. Efektivitas Kesepakatan Kelas dalam Upaya Membangun Kedisiplinan Siswa


Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan kesepakatan kelas di SMP Negeri
Kabupaten Sampang belum efektif dalam membangun kedisiplinan siswa, yang disebabakan
oleh beberapa aspek meliputi:
1). Aspek tugas atau fungsi kebijakan kesepakatan kelas berlaku di SMP Negeri
Kabupaten Sampang pada hakikatnya sudah dilakukan pembagian tugas dan fungsinya
masing-masing, komponen yang terlibat adalah guru dan siswa. Dua komponen tersebut
sudah menjalankan prosedur sesuai tugasnya, akan tetapi menurut hasil penelitian ditemukan
komponen yang masih menjadi faktor penghambat penerapan kesepakatan kelas yaitu sumber
daya manusia (SDM) seperti, para siswa belum bisa menerima salah satu perjanjian yang
ditetapkan oleh guru yang secara umum akan menjadi kendala dalam menjalankan sebuah
kesepakatan dalam sistem pendidikan terlebih dalam prosedur tekhnis pelaksanaan
kesepakatan kelas.
2). Aspek rencana atau program kesepakatan yang diterapkan dalam kesepakatan kelas
tidak terlepas dari rencana program yang ingin dicapai oleh pemangku kebijakan. Kegiatan
awal diperlukan identifikasi strategi kebijakan yang sesuai dan efektif untuk mengukur
kebijakan kesepakatan kelas, maka seorang guru dapat dengan mudah untuk mengukur
perilaku siswa (Bukhori & Fahmi, 2022). Rencana awal dan program kesepakatan kelas yaitu;
bagaimana siswa dapat memiliki sifat disiplin da integritas dalam kelas sehingga
menimbulkan feedback positif bagi mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rencana
awal yang diperoleh dari hasil wawancara dengan salah satu guru di SMP Negeri Kabupaten
Sampang bahwa guru harus mempersiapkan komponen penunjang lainnya dalam membuat
kesepakatan kelas, seperti guru meminta ketersediaan siswa dan menentukan siswa yang layak
untuk membentuk sebuah kesepakatan. Kesepakatan dibuat dengan melibatkan siswa untuk
memberi sebuah kesepakatan bersama, guru selanjutnya memberikan contoh kesepakatan
yaitu “dilarang membuat sampah di kelas”. Ini merupakan potret awal seorang guru dalam
merencanakan program kebijakan kesepakatan kelas.
3). Aspek ketentuan dan peraturan kesepakatan, seiring berjalannya aspek ketentuan
dan aturan kesepakatan dapat dilihat dari berfungsi atau tidaknya kesepakatan itu dilakukan,
ketentuan dan aturan kebijakan kesepakatan kelas sudah dilakukan oleh komponen
pelaksanaan dalam upaya meningkatkan kedisiplinan mereka, dibuktikan dengan adanya
poster di dinding kelas oleh para peneliti saat observasi yang berisi: a) Menjaga kebersihan
kelas; b) Dilarang merokok dalam kelas; c) Menjaga ketertiban kelas; d) Saling menghargai
dan menghormati. e); Kehadiran harus tepat waktu; f) Partisipasi; g) Tenggat waktu
penugasan. Hasil wawancara mengatakan bahwa kebijakan kesepakatan kelas belum berjalan
dengan maksimal karena masih ditemukan siswa tidak patuh terhadapa kesepakatan dikelas
serta berperilaku tidak etis terhadap sesama teman dan guru. Anggraeni, (2018).
4). Aspek tujuan atau kondisi ideal kebijakan kesepakatan kelas dapat dilihat dari hasil
yang diperoleh, jika tujuan kondisi ideal dapat berjalan dengan baik maka kebijakan
kesepakatan kelas dapat dikatakan efektif, berbeda halnya dengan penerapan kebijakan kelas
P-ISSN: 5085-0581
E-ISSN: 2477-5851
Volume:16 nomor: 01 Tahun 2024

di SMP Negeri Kabupaten Sampang, hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan


kesepakatan kelas masih dianggap hal biasa meskipun sudah diterapkan karena para siswa
sudah menganggap hal tersebut adalah hal biasa dan mereka menganggap hal tersebut tidak
terlalu penting dalam suatu pembelajaran,hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa
yang masih melanggar peraturan kelas, tidak disiplin, dan tidak menjaga tingkah laku
terhadap guru. Marlina, (2022) menyataan bahwa sangat penting bagi guru untuk menyelidiki
secara berkelanjutan keefektifan kebijakan kelas yang sudah diterapkan.

Pembahasan
Karena kedisiplinan di suatu lembaga pendidikan merupakan modal terpenting bagi
siswa di luar sekolah. Sebagai siswa yang dikatakan disiplin merupakan hal utama yang harus
dimiliki dalam proses belajar mengajar bahkan harus ditanamkan sejak dini kepada peserta
didik. Dengan berdisiplin siswa akan dengan mudah menggapai aspek-aspek di sekolah. Maka
peran guru kelas dan guru bimbingan konseling sangatlah diperlukan.
Pelaksanaan suatu kebijakan pendidikan di lembaga sekolah tidak semua berjalan
dengan lancar, pastinya akan ada kendala atau hambatan dalam pelaksanaannya.
Permasalahan yang ada dalam setiap kesepakatan suatu kebijakan akan mengganggu
terlaksananya suatu kebijakan harus ditindak lanjuti penyelesaiannya dari permasalahan yang
ada. Menurut Stapa (2023), seharusnya kebijakan kelas berisi tentang kepentingan dalam
pengembangan dan implementasi kebijakan dikelas tersebut, termasuk guru, orang tua, dan
siswa. Efektifitas kebijakan kelas ini yang akan membantu untuk memastikan bahwa
kebijakan tersebut sesuai dengan kebutuhan para peserta didik yang akan membawa peserta
didik dapat lebih baik lagi dari sebelumnya.
Pelaksanaan kebijakan kesepakatan kelas SMP Negeri di Kabupaten Sampang memiliki
beberapa masalah dalam pelaksanaannya, sehingga mengganggu hasil pencapaian yang harus
diperoleh dalam menjalankan kebijakan tersebut. Berdasarkan Hasil penelitian ditemukan
beberapa kendala yang dihadapi diantara-Nya adalah; 1) Masih ada beberapa siswa yang
melanggar peraturan meski kebijakan kesepakatan kelas sudah disepakati sebelumnya; 2)
Keberadaan sumber daya manusia serta infrastruktur yang kurang memadai; 3) Administrasi
yang kurang baik hingga menyebabkan sulitnya koordinasi antar belah pihak yang
menyebabkan kebijakan kesepakatan kelas hanya berjalan namun tidak sesuai dengan yang
diharapkan; 4) Lemahnya sistem evaluasi yang menyebabkan kebijakan kesepakatan kelas
sangat sulit untuk diterpakan dengan baik karena kurangnya evaluasi.
Hasil wawancara yang peneliti perolah dari informan mengungkapkan bahwa ada
beberapa solusi untuk mengatasi kendala yang terjadi meliputi; 1) guru dan pihak sekolah
harus memberikan rangsangan khusus kepada siswa yang sering terlibat dalam pelanggaran
tata tertib kelas agar para siswa memiliki sifat jera. 2) pihak sekolah harus mengatasi
keterbatasan sumber daya pendukung yang kurang memadai dengan cara memberdayakan
sumber daya secara maksimal karena untuk pengadaan sumber daya dari segala aspek
memerlukan dana yang tak sedikit. 3) Kurangnya koordinasi antara guru dapat diminimalisir
dengan cara melakukan rapat tentang kebijakan kesepakatan kelas yang harus dihadiri
langsung oleh kepala sekolah sekaligus memberikan arahan terhadap kebijakan tersebut. 4)
lemahnya pengawasan dari pemangku kebijakan kesepakatan kelas dapat dikurangi dengan
melakukan laporan mingguan, laporan tersebut berisi tentang hasil dan fungsi kebijakan yang
sudah dilaksanakan.
Berdasarakan hasil wawancara diatas maka peneliti memiliki beberapa inisiatif terhadap
ketua kelas, guru kelas atau guru BK dalam memecahkan masalah kedisiplinan kelas melalui
kesepakatan kelas yang meliputi :
1). Pemberian peringatan kepada siswa. Peringatan dilakukan oleh ketua kelas, guru
kelas dan konseling kepada siswa jika ditemukan sebuah pelanggaran yang dilakukan oleh
P-ISSN: 5085-0581
E-ISSN: 2477-5851
Volume:16 nomor: 01 Tahun 2024

siswa, peringatan ini diberikan hingga menemui batas maksimal tiga kali kesalahan yang sama
yang dilakukan oleh siswa yang bersangkutan. Dengan menggunakan peringatan seperti ini
para siswa diharapkan tidak melakukan kesalahan yang sama. Pemberian peringatan ini tidak
hanya semata-mata dari ketua kelas, guru Bimbingan dan konseling saja, tetapi juga dilakukan
oleh guru-guru yang lain, atau teman-teman di sekolah yang memiliki dedikasi untuk tetap
menjalin suasana kelas yang kondusif.
2). Pemberian bimbingan secara individu oleh guru kelas. Bimbingan individu dilakukan
oleh wali kelas bilamana batas peringatan terhadap kesalahan yang dilakukan oleh siswa
sudah melebihi batas yang sudah ditentukan yaitu tiga kali peringatan. Apabila sampai tiga
kali peringatan siswa masih melakukan pelanggaran yang sama, maka wali kelas akan
melakukan bimbingan secara individu, yaitu bimbingan secara face to face dengan siswa yang
melanggar peraturan kelas Bimbingan secara individu dilakukan dengan cara wawancara
antara pelaku dengan pemberi sanksi. Masalah yang dipecahkan melalui teknik konseling ini
adalah masalah- masalah yang sifatnya pribadi, Dalam tekhnik ini hendaknya pemberi sanksi
dalam hal ini adalah wali kelas harus bersikap empati dan simpati. Simpati artinya
menunjukan adanya rasa turut merasakan apa yang dirasakan oleh siswa, sedangkan empati
yaitu berusaha menempatkan diri pada situasi dari siswa.
3). Pemberian bimbingan secara kelompok oleh wali kelas. Bimbingan secara kelompok
oleh wali kelas ini dilakukan untuk mengatasi masalah yang sifatnya sama. Bimbingan ini
dilakukan apabila sangat diperlukan oleh siswa yang bertujuan agar kesalahan yang dilakukan
tidak akan terulang kembali sehingga suasana kelas dapat dinetraslisir dari segi
ketidakdisiplinannya. Bimbingan dilakukan dengan pemanggilan secara kelompok oleh grur
kelas ng antara 4-7 orang, di dalam bimbingan diberikan penyuluhan tentang kesalahan yang
telah diperbuat oleh siswa, serta akibat yang akan dihadapinya. Wali kelas sebagai pemangku
kebijakan harus membentuk kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta di-
arahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhanmengingat
sebuah kelompok adalah memberikan bantuan melalui interaksi sosial yang terlibat sesuai
dengan setiap kebutuhan individu anggota kelompok sehingga tetap terjaga sebuah
kedisiplinan.
4). Pemberian hukuman kepada siswa oleh ketua kelas. Hukuman oleh ketua kelas
diberikan kepada siswa yang melanggara kesepakatan kelas jika ke tiga langkah diatas sudah
tidak mampu membuat para siswa jera untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.
Hukuman yang diberikan biasanya bersifat hukuman fisik namun tidak mengadung unsur
kekerasan atau membahayaka siswa/teman sekelas, seperti mengepel, push up, sit up. Tetapi
hukuman ini bukan hal utama yang dilakukan oleh ketua kelas. Hukuman semacam ini
dilakukan jika para siswa sudah tidak bisa lagi diingatkan melalui peringatan
verbal/perkataan. Pemberian hukuman ini adalah langkah lanjutan untuk para siswa atas
kesalahan yang telah dilakukan, tetapi hukuman ini bukan satu-satunya jalan untuk membuat
para siswa jera akan kesalahan yang telah dilakukan sehingga kesalahan yang diperbuat tidak
terulang kembali.
5). Pemanggilan orangtua siswa oleh wali kelas. Pemanggilan orangtua siswa dilakukan
ketika kondisi pelagaran yang dilakukan oleh siswa sudah melebihi batas dan tidak ada opsi
lain untuk menanggulangi kesalahan Sebelum pemanggilan dilakukan, wali kelas harus
berkordinasi dengan guru bimbingan konseling karena berkonsultasi terlebih dahulu kepada
kepala sekolah mengenai kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Setelah pemanggilan orangtua,
wali kelas, guru bimbingan dan konseling meminta kerja sama kepada orangtua siswa untuk
pemantauan kegiatan siswa di rumah sehingga kenakalan atau ketidakdisiplinan siswa dapat
dilihat dari apa yang mereka perbuat di rumah masing-masing.
6). Pembiasaan yang diterapkan dalam intrakurikuler maupun ekstrakurikuler pihak
sekolah juga sagat berperan untuk mejalanakan kesepakatan kelas. Kedisiplinan dapat dibina
P-ISSN: 5085-0581
E-ISSN: 2477-5851
Volume:16 nomor: 01 Tahun 2024

juga melalui pembiasaan di dalam kelas maupun di luar kelas, tidak harus selalu dengan
pemberian hukuman atau bahkan pemanggilan orangtua seperti apa yang sudah dipaparkan
diatas. Budaya atau perilaku yang dilakukan di dalam kelas biasanya diterapkan pada saat
ingin dimulai pelajaran, di mana pada awal pelajaran dibiasakan untuk dimulai dengan
kegiatan keagamaan seperti membaca do’a asmaul husna serta hafalan surat-surat pendek
tergantung tingkatan kelas masing-masing siswa, serta menerapkan untuk membaca do’a
setelah selesai pelajaran. Dengan menerapkan hafalan dan do’a di dalam kelas akan
mempersempit kesempatan bagi siswa untuk melanggar peraturan yang diterapkan oleh
sekolah seperti keterlambatan siswa dalam memulai belajar dan mempersempit ruang untuk
membolos dari pelajaran tertentu. Selain dengan metode di dalam kelas, dapat pula
dibiasakan berdisiplin melalui kegiatan di luar kelas, misalnya sepeti pembiasaan untuk shalat
berjamaah bagi para siswa dan guru sehingga kegiatan keagamaan siswa juga mendukung
kelancaran kesepakatan kelas dan meminimalisir angka ketidakdisiplinan siswa di SMP
NEGERI Sampang
Melalui berbagai kegiatan-kegiatan yang sudah dijelaskan di atas maka diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran dan kepatuhan peserta didik akan pentingnya kedisiplinan
bagi diri mereka. Dengan menjalankan segala kegiatan intra maupun ekstrakurikuler di
sekolah akan mendidik para siswa dengan kedisiplinan dan akan memberikan pembiasaan
yang baik serta mendidik jiwa disiplin bagi para siswa melalui kesepakatn kelas. Peran yang
oleh wali, ketua kelas sangatlah dibutuhkan dalam kondisi ini mengingat tonggak
kedispilinaskedisiplinan siswa adalah mereka yang memeiliki cotoh yang baik disekitarnya.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa: 1)Implementasi
kesepakatan kelas dalam upaya membangun kedisiplinan siswa meliputi kegiatan: a) Waktu
dalam pelaksanaan kelas; b) Keterlibatan dalam pembuatan kesepakatan kelas; c) Indikator
proses keberhasilan kesepakatan kelas; d) Kepatuhan terhadap kesepakatan kelas; e) Indikator
kesepakatan kelas untuk mencapai tujuan. Berdasarkan hasil penelitian kesepakatan kelas,
kebijakan kesepakatan kelas cukup efektif diterapkan di SMP Negeri Kabupaten Sampang. 2)
Efektivitas kesepakatan kelas dalam upaya membangun kedisiplinan Siswa menunjukkan
bahwa kebijakan kesepakatan kelas di SMP Negeri Kabupaten Sampang belum efektif dalam
membangun kedisiplinan siswa, kebijakan membangun kedisiplinan siswa pada beberapa
aspek masih lemah dalam mengikuti sebuah aturan didalam kelas, sehingga harus dilakukan
monitoring dan evaluasi pada pelaksanaan dalam menjalankan kesepakatan kelas secara baik
dan patuh. 3) Kendala dan solusi yang dialami dalam pencapaian kesepakatan kelas, masih
ditemukan siswa yang melanggar kesepakatan kelas dan keberadaan sumber yang kurang
mendukung disebabkan administrasi kurang baik sehingga berdampak pada monitoring dan
evaluasi kebijakan kesepakatan kelas tersebut. Berikut empat solusi dari kendala yang sudah
diketahui meliputi: a) Pendidik harus memberikan rangsangan terhadap siswa yang sering
terlibat dalam pelanggaran tata tertib. b) Pihak sekolah harus memberdayakan sumber daya
semaksimal mungkin agar segala aspek terpenuhi. c) Pihak sekolah harus mengadakan rapat
khusus bersama wali kelas untuk memberikan arahan sebagai bahan evaluasi agar kebijakan
kesepakatan kelas bersifat kontinuitas dan dapat dipertanggung jawabkan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat untuk
meluangkan waktu, fikiran, dan tenaganya untuk terselesaikannya PKM-AI yang berjudul
“Implementasi kesepakatan kelas dalam upaya membangun kedisiplinan siswa di SMP Negeri
Kabupaten Sampang Tahun 2023” Kami menyadari Artikel Ilmiah ini sangat jauh dari kata
P-ISSN: 5085-0581
E-ISSN: 2477-5851
Volume:16 nomor: 01 Tahun 2024

sempurna, oleh karna itu kami perlu kritik dan saran yang mana kritik dan saran tersebut
dapat di jadikan motivasi dan pembelajaran agar kami dapat berkarya lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Pristiwanti, D., Badariah, B., Hidayat, . S., & Dewi, RS. (2022). Pengertian Pendidikan. Jurnal
Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4 (6), 7911 7915.
Bestari, R., & Siahaan, P. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Mahasiswa
Tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk (Psn) Demam Berdarah Dengue (Dbd)
Terhadap Keberadaan Jentik Aedes Aegypti. Jurnal Biomedika, 10(1), 1-5.
Ajizah, I., & Munawir, M. (2021). Urgensi Teknologi Pendidikan : Analisis Kelebihan Dan
Kekurangan Teknologi Pendidikan Di Era Revolusi Industri 4.0. ISTIGHNA: Jurnal
Pendidikan dan Pemikiran Islam, 4 (1), 25-36.
Hudaya, A. (2018). Pengaruh gadget terhadap sikap disiplin dan minat belajar peserta didik .
Jurnal Of Educatio, 4(2): 86-97.
Atika, NT, Wakhuyudin, H., & Fajriyah, K. (2019). Pelaksanaan Penguatan Pendidikan
Karakter Membentuk Karakter Cinta Tanah Air. Mimbar Ilmu, 24 (1), 105–113.
Pratitis, Y. I. I. (2019). Penerapan Kedisiplinan Belajar Siswa Di Kelas Iii B Sd Gunung Mulyo
Sedayu. BASIC EDUCATION, 8(1), 33-42.
Stefoff, R. (2018). Charles Darwin dan Revolusi Evolusi. Basabasi, Perpustakaan Nasional:
Katalog Dalam Terbitan (KDT), hlm 172.
Benyamin, P. I. (2020). Metode Pembelajaran untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen: Studi Meta Analisis. SOTIRIA (Jurnal
Theologia Dan Pendidikan Agama Kristen), 3(1), 25–35.
Embong, M. (2021). Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas Viii Pada Smp Negeri 1
Suppa Melalui Layanan Bimbingan Sosial. Jurnal Kependidikan Media, 10(2), 103-117.
Stapa, Y. (2023). Implementasi Kebijakan Disiplin Madrasah: Studi Kasus Penegakan Tata
Tertib Di Min Labuan Bajo. EDUNET-The Journal of Humanities and Applied
Education, 1(1), 87-98.
Bukhori, A. A. A. R., & Fahmi, I. (2022). Optimalisasi Budaya Mutu Dalam 97 Meningkatkan
Prestasi Akademik Di Madrasah Tsanawiyah Al-Hurriyyah. PeTeKa, 5(2), 171–181.
Marlina, T. (2022). Urgensi Dan Implikasi Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Pada Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.Dalam Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Ekonomi,
1(1), 67–72.
Desiyanto, J., Pantiwati, Y., & Tinus, A. (2018). Implementasi Kebijakan Sistem Poin
Pelanggaran Dalam Upaya Membentuk Siswa Berkarakter SMA Islam Yakin Tutur
Pasuruan. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, 6(1), 86-100.
Sugiarto, AP, Suyati, T., & Yulianti, PD (2019). Faktor Kedisiplinan Belajar Pada Siswa Kelas X
Smk Larenda Brebes. Mimbar Ilmu , 24 (2), 232–238.
Rahmayanthi, R., Ilfiandra, I., & Yusuf, S. (2020). Profil Komformitas Teman Sebaya
Berdasarkan Faktor Demografi. Jurnal Konseling Pendidikan Indonesia , 4 (1), 65-74
Anggraeni, R. A., & Soedjono, S. (2018). Implementasi Program Penguatan Pendidikan
Karakter (Ppk) di SDN Mangkang Wetan 02 Kota Semarang. GEMA PUBLICA: Jurnal
Manajemen dan Kebijakan Publik, 3(1), 36-45.

Anda mungkin juga menyukai