Anda di halaman 1dari 24

7 pilar Standar Kompetensi Dokter Indonesia

Peraturan KKI No.11 tahun 2012

1. Profesionalitas yang luhur


2. Mawas diri dan Pengembangan diri
3. Komunikasi efektif
4. Pengelolaan informasi
5. Landasan ilmiah ilmu kedokteran
6. Keterampilan klinis
7. Pengelolaan masalah kesehatan

CERDIK

Pencegahan PTM

C : Cek kesehatan berkala > untuk deteksi dini penyakit HT, jantung, sstroke. Dikatakan normal jika <
140/90. Yang dicek TD, GDS, LP, SADARI, Kol total, arus puncak expirasi, deteksi dini ca servix

TD <140/90

GDS <100

LP pria <90; Wanita <80 cm

Papsmear bisa asal tdk sdh haid atau hamil, dan hindari coitus 3 hari sebelumnya

IVA, dgn asam asetat (asam cuka 3-5%) hasilnya dlm 15 menit

E : Enyahkan rokok

R : Rutin Aktivitas fisik

D : Diit seimbinga

I : Istirahat Cukup 7-8 jam

K : kelola stress

PATUH, jika sudah terdeteksi PTM

Periksa kesehatan secara rutin, Atasi penyakit dengan pengobatan. Tetap diet, Upayakan aktivitas
fisik, Hindari stress alcohol

Aplikasi PUSKESMAS

EPPGBM -> input yg gizi

SISRUTE --> RUJUKAN KE IGD

PCARE -> BPJS

SITEPAT ->utk apotik

SiHa - > utk HIV


Sihepi : utk hepatitis, ispa, diare

SiTB : tbc

Epi info: utk epidemiologi

SIPTM: PTM

Simpus : sistem informasi manajemen pkm

Simkeswa : input data jiwa

Sijiwa : skrining kesehatan jiwa (diisi oleh pasien)

Sinapza : skrining napza (diisi oleh pasien)

Mutu : inm

Asik: imunisasi

Kia: e-kohort

Temennya Pcare : SIMKES, BUKAN SIMPUS

Kl yg kita pake di pkm

Smile: pelaporan vaksin

Siskohatkes: Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan

UKM

UKM esensial: pelayanan Promkes, Pelayanan KesLing, Pelayanan KIA dan KB, Pelayanan
Gizi, Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
UKM Pengembangan: Pelayanan KesWa, Pelayanan Kesehatan Gigi Masy, Pelayanan
kesehatan tradisional komplementer, Pelayanan kesehatan olahraga,Pelayanan kesehatan
indera, Pelayanan kesehatan lansia, pelayanan kesehatan Kerja

Rekam Medis
RS Rawat inap = 5 tahun dari tanggal berobat terakhir
Non RS = 2 tahun dari tanggal berobat terakhir
Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik harus disimpan 10 tahun sejak dibuatnya
elektronik REKAM MEDIS = 25 tahun

PHBS
Perilaku hidup bersih sehat, ada 5 :
- Phbs di RT,
- phbs di sekolah
- phbs di t4 kerja,
- phbs di t4 umum,
- phbs di lingkungan kesehatan
Indikator Mutu Nasional

1. KKT
2. Kepatuhan penggunaan APD
3. Kepatuhan identifikasi pasien
4. Keberhasilan pengobatan TB semua kasus sensitive obat (SO)
5. Bumil mendapat pelayanan ANC sesuai standar
6. Kepuasan pasien

COVID

Penyulhan COVID > PMK No. 23 Tahun 2023

Pemerintah Indonesia telah membentuk dan mengaktifkan Tim Gerak Cepat (TGC) di wilayah
otoritas pintu masuk negara di bandara/pelabuhan/Pos Lintas Batas Darat Negara (PLBDN). Tim
dapat terdiri atas petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Imigrasi, Bea Cukai, Karantina Hewan
dan unit lain yang relevan di wilayah otoritas pintu masuk negara yang memiliki kompetensi yang
diperlukan dalam pencegahan importasi penyakit.

Laporan PKM
Bulanan
LB1 untuk data kesakitan,
LB2 untuk laporan pemakaian dan lembar permintaan obat LPLPO
LB3 untuk gizi, KIA, imunisasi dan Pengamatan Penyakit menular
LB4 untuk data kegiatan puskesmas

2. Tahunan
LT 1 data dasar puskesmas
LT 2 data kepegawaian puskesmas termasuk bidan desa
LT 3 data peralatan puskesmas pustu pusling
Laporan sentinel
LB1S PD31 dan diare
LB2S data KIA Gizi ISPA Peny.akibat kerja

LEVEL EMPATI
Kemampuan dokter untuk memahami kondisi, perspektif dan perasaan pasien yang digunakan pada
saat terapi.
Level 0 : menolak sudut pandang pasien
Level 1: mengenal secara sambil lalu
Level 2 : mengenal sudut pandang pasien
Level 3: menghargai pendapat pasien
Level 4: menginformasikan kepada pasien
Level 5:berbagi perasaan & pengalaman kepada pasien

WABAH
Epidemi : penyakit tingkat antar negara
Pandemi : penyakit tingkat dunia
Wabah : penyakit tingkat daerah hingga negara
Endemi : penyakit tingkat daerah

KELUARGA SEJAHTERA
- Keluarga prasejahtera : belum mampu memenuhi kebutuhan dasar
- Keluarga sejahtera 1 : bisa memenuhi kebutuhan dasar tp belum mampu memenuhi
kebutuhan psikososial
- Keluarga sejahtera 2 : sdh mampu memenuhi kebutuhan dasar dan psikososial tapi belum
mampu memenuhi kebutuhan pengembangan diri (menabung)
- Keluarga sejahtera 3: sudah mampu memenuhi kebutuhan dasar, pengembangan, psikososial
tapi belum mampu memenuhi kontribusi kemasyarakatan
- Keluarga sejahtera 3 plus: sudah bisa memenuhi semua kebutuhan
POSYANDU
Kader posyandu menjalankan fungsi dan tugasnya (tupoksi) sebagai
- Pencatat
- Penggerak
- Penyuluh
Meja 1 : Registrasi
Meja 2 : Penimbangan
Meja 3 : Pencatatan
Meja 4 : Penyuluhan
Meja 5 : Pelayanan kesehatan

JENIS AKTIFITAS
Ringan
- berjalan santai di rumah, kantor
- duduk bekerja didepan computer
- berdiri melakukan pekerjaan rumah tangga
- latihan peregangan pemanasan
- membuat prakarya, main billiard

INDIKATOR KESELAMATAN PASIEN


PMK No 11 Tahun 2017 Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi :
- KPC (Kondisi Potensial Cidera) : sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum
terjadi insiden.
- KNC (Kejadian Nyaris Cidera) : terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
- KTC (Kejadian Tidak Cedera) : insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul
cedera.
- KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) : Insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.

Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:


a. lokasi kejadian;
b. kronologis kejadian;
c. waktu kejadian;
d. akibat kejadian;
e. jumlah pasien yang mengalami kematian atau cedera berat akibat kejadian sentinel.

Tujuh Standar Keselamatan Pasien :


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Tujuh Langkah Keselamatan Pasien :


1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Mengembangkan sistem pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
Enam Sasaran Keselamatan Pasien :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-allert)
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi tekait pelayanan Kesehatan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh

TINGKAT KESADARAN
Eye
4 : Buka mata spontan
3 : Buka mata saat diperintah
2 : Buka mata dengan rangsang nyeri MOTORIK
1 : Tidak buka - 6 : Mengikuti perintah
VERBAL - 5 : Melokalisir nyeri
- 5 : Orientasi baik - 4 : Menjauhi nyeri
- 4 : Bicara kalimat tapi kacau tidak sesuai - 3 : Decorticate/ fleksi abnormal
- 3 : Bicara kata kata - 2 : Decerebrate / ekstensi abnormal
- 2 : Mengerang - 1 : Tidak bergerak
- 1 : Tidak bersuara

CKR gcs 13-15 Tk kesadaran kualitatif


CKS gcs 9-12 CM : baik/sempurna
CKB gcs <=8 Apatis : perhatia berkurang
Delirium : gaduh, gelisah, kacau, disorientasi
Pelajari : dan meronta
- Contosio / Gegar Otak Somnolen : mudah tertidur walau diajak
- Fr. Basis Cranii berbicara
- EDH Sopor (stupor) : dengan rangsangan kuat masih
- ICH- SDH memberi respon Gerakan, jawaban verbal tdk
- DAI baik
Semi koma (koma ringan) : hanya tinggal
reflex kornea
Koma : tdk memberi respon sama sekali

VISUM ET REPERTUM
KUHAP 133 (pemerikssan luar)
KUHAP 134 ayat 1 (pemeriksan luar dan dalam)

Isi VeR :
1. pembukaan (projusticia) ,
2. pendahuluan (identitas korban, lokasi,dll, Bripda kota kecil, ipda kota besar),
3.pemberitaan (yg ditemukan pd visum apa saja),
4.kesimpulan,
5.penutup

OLAHRAGA JANTUNG
olahraga yang disarankan untuk pasien penyakit jantung: olahraga yang bersifat aerobik seperti:
jalan kaki, lari, yoga, bersepeda santai. dilakukan 3-5x seminggu selama 30 menit. disesuaikan
dengan kemampuan masing-masing.

DIET JANTUNG
Tujuan diet penyakit jantung mengurangi beban kerja jantung, mencapai berat badan normal,
memenuhi kebutuhan gizi pasien,mencegah/menghilangkan penimbunan garam dan atau cairan,
mengurangi resiko penyumbatan pembuluh darah.
Syarat diet : Energi 28 kkal/kgbb, untuk underweight 32kkal/kgbb,
Karbohidrat diberikan 50-60% dari total kalori berasal dari karbohidrat kompleks (seperti
beras,tepung-tepungan, jagung, ubi,dsb)
Protein 0,8-1 gr/Kg BB ideal/ hari,
Lemak 20-25% dari energi total, <10% lemak jenuh dan 10-15% lemak tidak jenuh,
garam rendah 3-5 gr/hari dan
batasi cairan bila disertai hipertensi dan edema.

GERIATRI
Tinetti balance & gait ,
skor < 18 resiko tinggi
skor 19-23 resiko sedang
skor >24 resiko rendah
Kalau di puskesmas menggunakan Instrumen Pengkajian Paripurna pasien geriatri (P3G), Salah
satunya kuisioner Penilaian resiko jatuh pada lansia
skor 1-3 Resiko rendah
skor lebih sama dengan 4 Resiko Tinggi

kuncinya dalam detik : menilai mobilitas dn keseimbangan pada lansia.


Duduk -> berdiri -> jalan 3 meter -> berbalik arah -> kembali ke arah kursi. = 4-12 detik, rata2 8 detik

(tergantung umur).
60-69th (P n W sama rata2 8 detik, normal 4-12dtk);
70-79th (rata2 9 dtk, lk2 normal 5-13dtk, prmpuan 5-15dtk;
80-89th (rata2 lk2 10dtk, pr 11dtk, normal lk2 8-12dtk, pr 5-17dtk)

geriatric syndrome
- intellectual impairment
- impairment of visual
- inanition
- impaction
- incontinence
- imuno deficiency
- infection
- insomnia
- immobilization
- iatrogenesis
- impotence
- instability and falls
- isolation
- impairment of hearing

6 pilar program puskesmas santun Lansia :


1. Pelayanan yg sopan ,baik dan berkualitas : contohnya :
a. mempunyai kesabaran dlm menghadapi lansia
b. memberikan pelayanan sesuai prosedur yg berlaku
c. mempunyai kemauan dan kemampuan untuk memberikan penjelsan scr tuntas
d. pelayanan sopan & santun
2. Kemudahan Pelayanan seperti :
a. Menghindari antrian , lansia didahulukan
b. Menyediakan Loket tersendiri & Ruang konseling tersendiri.
3. Memberikan Keringanan Biaya seperti :
a. Pensiun
b. Keringanan / bebas biaya pelayanan Puskesmas
c. Lansia dgn keterbatasan dana
4. Memberikan Dukungan & Bimbingan kpd Lansia memelihara & meningkatkan Kesehatan agar
tetap sehat & mandiri seperti :
a. Penyuluhan kesehatan gizi
b. Melakukan anjuran Beraktifitas sesuai kemampuan melakukan olahraga ringan
c. Mengajukan tetap melakukan Hobinya
d. mengajukan tetap melakukan kegiatan sosial (pengajian)
5. Pelayanan Kesehatan Proaktif untuk dpt menjangkau sebanyak mungkin sasaran lansia di
wilayah. Seperti
a. Memberikan Fasilitas & pembinaan kdp lansia dgn deteksi dini pemeriksaan kesehatan
b. Bagi lansia yg di rawat di rumah (petugas melakukan kunjungan)
c. Melakukan pelayanan kesehatan Pusling
6. Menjalin kerjasama lintas program, lintas sektoran dgn asas kemitraan untuk melakukan
pembinaan & meningkatkan Kualitas hidup lansia seperti :
a. Kesehatan mental & sosial (Depsos, Kemenag)
b. Peningkatan peran keluarga & masyarakat (PKK, Departemen Sosial)
c. Koordinasi & menggalang kerja sama dgn dinas lain yg terkait
TERAPI OKSIGEN

RESUSITASI NEONATUS
TTN / wet lung: hampir cukup bulan, cukup bulan, ggn reabsorpsi, 72 jam
HMD : bayi prematur, <32mgg, defisiensi surfaktan
MAS : sekunder aspirasi mekonium
GIZI BURUK DAN STUNTING
Komponen stunting :
1. pola asuh
2. pola makan
3. air bersih sanitasi.

Dikatakan stunting Dilihat dari TB/U atau PB/U >-2SD sampai -3SD (Stunted/pendek) , >-3 SD
(Severely stunted/ sangat pendek)

Intervensi spesifik (mengatasi sebab langsung stunting; berperan 30% dalam menurunkan angka
stunting) dan intervensi sensitif (mengatasi penyebab tidak langsung;berperan 70% menurunkan
stunting).

Sasaran kelompok pencegahan stunting : remaja putri (diberikan TTD), calon Pasangan Usia Subur
(PUS) diberi konseling pranikah, Ibu Hamil (TTD dan PMT), Ibu Menyusui, Bayi/Balita 0-59 bulan
(ASI, MPASI, Pantau Tum Kemb, Tx GizBur GizKur, Imunisasi)

Intervensi spesifik (9):


1. Ibu Hamil KEK diberi tambahan asupan gizi/PMT
2. Bumil konsumsi 90 TTD
3. Remaja putri konsumsi TTD
4. ASI eksklusif 0-6 bulan
5. MPASI 6-24 bulan
6. anak <5 thn gizi buruk dapat tatalaksana
7. anak <5 tahun dipantau tumbuh kembang
8. anak <5 tahun gizi kurang dapat tatalaksana
9. anak <5 tahun dapat imunisasi dasar lengkap

Intervensi sensitif (11)


1. Pelayanan KB 70%
2. Kehamilan tak diinginkan hanya 15,5%
3. CPUS pemeriksaan pranikah
4. Rumah tangga ada akses air bersih di lokasi prioritas 100%
5. Rumah tangga ada akses sanitasi 90%
6. PBI JamKes capai 112 juta orang
7. Keluarga miskin terima bantuan tunai bersyarat (BLT) target 10 juta KK
8. Keluarga risiko stunting dapat pendampingan
9. Pemahaman stunting di lokasi (kab/kota) prioritas 70%
10. 15 jutaan keluarga rentan stunting dapat bantuan sosial pangan
11. STOP BAB sembarangan dengan pemicuan STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT)
STBM (5) : Stop BAB sembarangan, CTPS, Air minum dan makanan rumah tangga, Kelola
sampah rumah tangga, Kelola Limbah cair keluarga.

Kwashiorkor akibat rendah protein


- Asites,
- Edema,
- Rambut seperti jagung,
- Hepatomegali,
- Crazy Pavement Dermatosis
Marasmus akibat rendah karbohidrat
- Muka seperti orang tua,
- Iga gambang,
- Atrofi otot,
- Sangat kurus,
- Baggy pants

FASE STABILISASI : Mencegah dan mengatasi hipoglikemi, hipotermia, dehidrasi


FASE TRANSISI
- Perbaiki Gangguan Elektrolit
- Obati Infeksi
FASE REHABILISASI Pemberian Fe
FASE TINDAK LANJUT

tatalaksana :
Fase stabilisasi (F75) 1-2 hari tidak boleh diberi zat besi.
Fase transisi (F75-100) 3-7 hari
Fase rehabilitasi minggu ke 2 – 6 (F100) tablet Fe
Fase tindak lanjut minggu ke 7 – 26 minggu
tanpa komplikasi rajal, dg komplikasi ranap.
Komplikasi: anoreksia, dehidrasi berat, letargi, pneumonia, demam tinggi, anemia berat

IMUNISASI
Yang dilakukan sebelum imunisasi
- simpan vaksin dalam coolpack;
- vaksin yg telah dilarutkan disimpan diantar busa dlm carrier;
- tulis tgl dan jam vaksin dibuka &dilarutkan;
- membuka vaksin bila sasaran tlh siap divaksinasi;
- cuci tangan atau ganti handscoen;
- membersihkan lokasi suntik dgn kapas kering sekali pakai;
- suntik sesuai lokasi dan tdk aspirasi

Letak penyuntikan
1. BCG (IC) 0,05 ml lengan kanan
2. Pentavalen (IM) : Paha kiri > HepB paha kanan 0,5ml;
3. Campak (SC) 0,5 ml: lengan kiri
4. DT/TD (IM) 0,5 ml
5. IPV 0,5 ml
6. OPV 2 ttes oral

Program BIAS
Kls 1 MR dan DT
Kls 2 dan 5 Td
Kls 5 dan 6 HP

Yg terbaru Pcv, Hpv, Ipv, Rv, DT, Td, campak

KIPI adalah gejala medis yang terjadi setelah vaksinasi dan diduga terkait dengan imunisasi.
- Nyeri bengkak dan kemerahan di daerah suntikan
- Demam
- sakit kepala
- lelah atau tidak enak badan
- mengantuk
- mual
- lapar

penanganan
- tetap tenang karena merupakan hal yang wajar
- kompres dingin jika nyeri dan bengkak di tempat suntikan
- kompres atau mandi air hangat, minum air banyak
- istirahat dan minum obat bila perlu
- laporkan KIPI pada petugas Kesehatan
KIPI berat adalah reaksi anafilaktik, insiden jarang, perlu pertolongan cepat bila terjadi
OBESITAS PADA ANAK
Factor risiko obesitas pada anak
1. genetic
2. kebiasaan makan
3. penurunan aktifitas fisik

TB PARU PADA ANAK


Kriteria rujukan TB anak
- Foto Thorax menunjukkan gambaran efusi pleura / milier / cavitas
- Gibbus, Koksitis
- Tanda Bahaya : Kejang, Kaku Kuduk, Penurunan Berat Badan, Kegawatan Lain (sesak)
- Skor Tb 6 dan uji tuberculin (-) / tdk ada kontak erat, observasi selama 2-4 minggu, jika ttp
Wajib rujuk :
- BB <5kg
- Bb >33 kg
Uji Mantoux> tuberculin test SC 0,1 ml PPD, pembacaan 48-72 jam setelah penyuntikan,
indurasi >10cm, jika HIV+ >5cm
Profilaxis TB > INH
Terapi TB anak > 2RHZ/4RH

Scoring TB

Skor >5, klinik meragukan >>> rujuk RS


Probable TB skor >6

KEJANG DEMAM
kejang yg disebabkan peningkatan suhu tubuh atau ekstrakranial setelah kejang pasien sadar. usia 6
bln - 5 th
KDS :
- Kejang umum tonik, klonik / tonik klonik
- Durasi < 15 mnt
- Kejang tdk berulang dlm 24 jam
KDK
- Kejang Fokal / fokal menjadi umum
- Durasi > 15 mnt
- Kejang berulang dlm 24 Jam

Tatalaksana :
- Diazepam Rectal 5 gram ( BB < 10 kg ), 10 mg ( BB > 10 kg ) bisa diberikan 2 kali
- Diazepam intravena 0,3 - 0,5 mg/kb bisa diulang 2 kali interval 5 mnt ( mak. 20 mg )
- Fenitoin : inisial 20 mg/kb diiencerkan NaCL 0,9%

Profilaksis
- As. Valproat : diberikan selama 1-2 thn setelah kejang terakhir kemudian dihentikan secara bertahap
selama 1-2 bulan.

Saat kejang :
- Letakkan anak di tempat yang datar, luas, dan bebas, sehingga anak tidak akan terbentur atau
tertimpa benda tertentu saat mengalami kejang.
- Segera singkirkan benda yang berbahaya di sekitarnya.
- Baringkan dalam posisi miring agar anak tidak tersedak oleh air liur atau muntahan.
- Longgarkan pakaian, terutama pada bagian leher.
- Jangan menahan gerakan kejang anak karena akan membuat anak tidak nyaman dan memicu
patah tulang.
- Catat berapa lama anak mengalami kejang dan pantau terus agar posisi bayi selama kejang
tetap aman.
- Jika memungkinkan Anda dapat merekam kejadian kejang demam, untuk ditunjukkan kepada
dokter seperti apa kejang demam yang dialami anak.
- Tidak memasukkan apapun ke dalam mulut anak saat kejang, termasuk obat atau air. Hal ini
akan memicu anak tersedak.
- Segera panggil ambulans atau bawa ke IGD jika kejang terjadi lebih dari 5 menit, terutama
jika anak mulai terlihat mengalami kesulitan bernapas atau wajah yang memucat atau
membiru.

DIARE PADA ANAK


diare : Peningkatan frekuensi BAB > 3X dalam 1 hari atau perubagan konsistensi menjadi cair.

Klasifikasi diare tanpa dehidrasi, deh ringan-sedang, deh berat.


prinsip terapi cairan, zinc, asi/nutrisi, antibiotik selektif dan edukasi.

Terapi A untuk tanpa dehidrasi


- oralit <2th 50-100cc >2th 100-200,
- zinc <6 bln 10 mg >6 bln 20mg,
- lanjutkan asi/makanan
Terapi B untuk deh ringan-sedang jumlah oralit 75cc/kg dalam 3 jam, lain lain sama

Terapi C infus kristaloid IV

DIABETES MELITUS
DBD
Ada 4 serotipe DENV 1 - 4,
- Diagnosis hari 1-3 (NS1, RT PCR), hari 6-10 (IgM/IgG),
- Trombosit <100.000 dimulai pada fase kritis (h4-5).
- Peningkatan Ht >20% menandakan plasma leakage (pembeda DBD dengan DD),
- Terapi supportif berupa simptomatik dan cairan, serta managemen syok.
-
Terapi cairan DD dan DBD:
- Bila Ht meningkat 5-10% dan trombosit <100.000 jumlah pemberian cairan dg rumus 1500 +
(20 x (BB dalam kg – 20))
- Bila Ht meningkat ≥20% dan trombosit <100.000 maka pemberian cairan sesuai dengan
protokol penatalaksanaan DBD dengan tanda peringatan

Terapi cairan DBD dg tanda peringatan (Tanda peringatan (warning signs) seperti muntah terus-
menerus dan tidak dapat minum, nyeri perut hebat, letargi dan atau gelisah, perdarahan, pusing atau
lemas, akral pucat, dingin dan basah, dan oliguria penting untuk diketahui karena keadaan
tersebut dapat mendahului terjadinya syok):
- infus cairan kristaloid 5-7 ml/kg/jam (Pantau 1-2 jam)
- Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan hematokrit turun, frekuensi nadi turun, tekanan
darah stabil, produksi urin meningkat maka jumlah cairan infus
dikurangi menjadi 3-5 ml/kgBB/jam (pantau dalam 2-4 jam)
- Bila keadaan tetap menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infus dikurangi menjadi 2-3
ml/kgBB/jam
- Bila dalam pemantauan keadaan tetap membaik maka pemberian cairan dapat dihentikan
dalam 24-48 jam
Kriteria berikut harus dipenuhi sebelum penderita DBD / DSS dipulangkan
- Bebas Demam minmal 24 Jam tanpa penggunaan obat antipiretik
- Nafsu Makan membaik
- Perbaikan Klinis yg nyata
- diuresis yg adekuat
- Hematokrit Stabil
- Telah melewati masa kritis paling tidak 2 hari setelah syok
- Tdk ada gangguan pernafasan
- Jumlah Trombosit > 50.000 per mm3

DF : rehidrasi oral, PCT, Cairan INTRAVENA bila memburuk,


DHF gr 1-2 : Cairan kristaloid IV 10-7-5-3 ml/Kg 1 jam
DHF gr 3-4: O2 2-4 lpm Kristaloid 10-20 cc/kg 30 menit
terapi dss : oksigen sungkup, transfusi PRC jika Hb <10g/dL, kristaloid 20cc/kgBB dalam 30 menit,
transfusi trombosit jika Tr<100.000
HEPATITIS A
Kriteria rujuk
1. penegakan diagnosis dengan pemeriksaan laboratorium;
2. Penderitas Hep A dengan keluhan ikterik yg menetap disertai keluhan lain;
3. Penderita Hep A dengan penurunan kesadaran dengan kemungkinan kearah ensefalopati
hepatik

DEMAM TIFOID
Laboratorium :
Darah : mgg 1-2
Feses : mgg 2-3
Urine : mgg 3-4
Sumsum tulang
Cairan duodenum
Atau dari rose spot

Terapi
- Kloramfenikol dws 4x500mg (10hr) anak : 100mg/kgBB/hr dibagi 4 dosis (10-14
hari)
- Cotrimoxazole dewasa 2x(160-800) anak: 4-6mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis (10 hari)
- Ampicillin/amoxicillin dewasa 3-4x500mg (7-10 hari); anak 100 mg/kgbb/hari dibagi
3 dosis (10 hari)
- Ceftriaxone 100mg/kgBB dalam 2 dosis (5-7 hari)

Komplikasi : PERFORASI usus, Peritonitis, Hasil rontgen lusen subdiafragma kanan

Kriteria rujuk
1. Demam tifoid dgn KU yg berat (thypoid toxic);
2. Tifoid dgn komplikasi;
3. Tifoid dgn komorbid yg berat;
4. Telah mendapat terapi selama 5 hari namun belum tampak perbaikan

GRADE LUKA
Trauma tumpul: Luka memar Luka robek, Luka lecet, Patah tulang, Luka tekan
Trauma Tajam : Luka iris, Luka tusuk, Luka bacok

Luka ringan = tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian
Luka sedang = luka yg tdk memenuhi kriteria luka ringan/berat
Luka berat =
- jatuh sakit atau atau mendapat luka yg tdk memberi harapan akan sembuh sama sekali;
- menimbulkan bahaya maut;
- tdk mampu secara terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan/pekerjaan/pencarian;
- kehilangan salah satu panca indra;
- mendapat cacat berat;
- menderita sakit lumpuh;
- terganggunya daya pikir selama lebih 4 minggu;
- gugur/matinya kandungan seorang perempuan
LUKA BAKAR
RULE OF NINE
kepala 9%, Dada 9% perut 9%, ext atas blkg 9%, ext bawah 18%, genital 1% (DWS)
kEPALA 18%, Dada dan perut 18%, EXT atas 9%, ext bawah 7%, genital 1% (ANAK)

rumus baxter
APPENDISITIS
kocher sign (ulu hati-mc burney)
rovsing sign (tekan kiri nyeri kanan)
blumberg (lepas kiri nyeri kanan)
psoas sign (fleksi hip join nyeri kanan)
obturator sign (fleksi dn endorotasi nyeri kanan)

TB PARU DEWASA

kat 1 : 2RHZE/4R3H3
Kat 2 : 2RHZE/HRZE/5HRE
Kat 3 : 2RHZE/4R3H3
OAT Sisipan : HRZE

Bumil : KI streptomisin
Gagal ginjal : hhindari etambutol, streptomisin, kanamisin
Ggn hati : stop OAT

KELUARGA BERENCANA

KB suntik
- Efek samping: Amenore, flek, gangguan mood
- Kontraindikasi KB suntik : Hamil atau diduga hamil, Menyusui postpartum < 6minggu,
Perdarahan pervaginam yang belum jelas, Penyakit hepatitis, Usia > 35 tahun yang merokok,
Riwayat stroke dgn tekanan darah tinggi, Riwayat kelainan tromboemboli dgn DM > 20
tahun, Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migraine

KB setelah melahirkan
- IUD/AKDR : 10 menit setelah plasenta lahir, atau 1 mgg setelahnya, atau 4 mgg setelahnya
- Pil KB : 3 hari pertama setelah lahiran,
- Suntik KB 3 bulan : 7 hari - 42 hari setelah lahiran, 1 mgg- mgg 6
- Implant : 1 bulan setelah lahiran, 4 mgg
- Kondom
- MAL
- MOW (tubektomi)

Efek samping AKDR


Kehamilan ektopik, perforasi, amenorea, kram, pendarahan banyak, radang pinggul, risiko
pembekuan darah, mioma uteri

Keuntungan MAL
1. Tdk butuh biaya dan mudah dilakukan
2. Tdk mempengaruhi hubungan intim
3. Tdk butuh kunjungan ke dr atau obat
4. Tdk ada kandungan hormon yg mempengaruhi proses menyusui
Kekurangan MAL
1. Hanya blsg 6bln setelah bayi lahir
2. Tdk efektif jika bayi sudah mendapat sufor
3. Sulit mempresiksi kapan ibu ovulasi krn ovulasi tjd sblm mens dating
4. Harus menyusui sesering mungkin yg kdg sulit dilakukan beberapa ibu

MASTITIS VS BENDUNGAN PAYUDARA


Mastitis : PD bengkak, nyeri, memerah biasa unilateral, disertai demam, paling sering minggu 3-4
post partum
Edukasi pada mastitis adalah
- kompres hangat sebelum IBu menyusui bayi.
- Susui lebih sering bergantian kedua payudara, dimulai dari PD yang sehat,
- Minum lebih banyak Ibunya,
- Pompa PD yang sakit jika belum kosong setelah menyusui bayi,
- Kompres dingin untuk mengurangi bengkak dan nyeri setelah menyusui.
Terapi AB : Kloksasilin 4x500 mg 10-14 hari atau Eritromisin 3x350-500 mg 10-14 hari.
Antipiretik jika perlu.
Bra jangan ketat.

SCREENING IBU HAMIL DI PKM


10 T
1. Pengukuran Tinggi Badan. Bila TB kurang dari 145 cm, maka faktor resiko panggul sempit,
kemungkinan sulit melahirkan secara normal.
2. Pengukuran Tekanan Darah. Yang normal adalah 120/80 mmHg. Bila tekanan darah lebih
besar atau sama dengan 14/90 mmHg, ada faktor resiko hipertensi dalam kehamilan.
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas. Bila kurang dari 23.5 cm menunjukkan menderita Kurang
Energi Kronis (KEK) dan beresiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)
4. Pengukuran Tinggi Rahim ( TFU )
5. Penentuan letak janin (presentasi janin) dan penghitungan denyut jantung janin.
6. Penentian status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
7. Pemberian Tablet Tambah Darah
8. Tes Lab
9. Konseling ( Temu wicara ) dan Penjelasan
10. Tata laksana,

HIPERTENSI PADA KEHAMILAN


Eclampsia : TD > 160/90 mmHg, Hamil > 20 mgg , Kejang

tentukan per atau peb, cek protein urine. Kl peb tes reflek patela, psg dc, ksh antihipertensi, beri
mgso4 4gr bolus iv dan mgso4 6gr dlm cairan 500cc 28tpm, rujuk rs.

Anda mungkin juga menyukai