NPM : 110110190040
Dosen : 1. Dr. Nyulistiowati Suryanti, S.H, M.H, CN.
2. R. Adi Nurzaman S.H, M.H
TUGAS MPPH
1. Perbedaan antara Kerangka Pemikiran, Latar Belakang dan bab II ( Tinjauan Pustaka ):
• Didalam kerangka pemikira terdapat garis besar alur logika berjalannya sebuah
penelitian. Kerangka pemikiran dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian
(research question), dan merepresentasikan suatu himpunan dari beberapa
konsep serta hubungan diantara konsep-konsep tersebut (Polancik,
2009). Misalkan, Kita meneliti pengaruh persediaan terhadap laba, berarti kita
menceritakan bagaimana alur logika/kronologi persediaan dalam perusahaan
tersebut sehingga berpengaruh terhadap laba. Dapat disimpulkan bahwa
Kerangka konsepsi dan penelitian yang menyajikan hubungan variabel yang
diperkirakan akan terjadi, dan diperoleh dari hasil/penjabaran tinjauan pustaka.
Komponen utama pada kerangka pemikiran yang dikembangkan
Gregor Polančič (Polancik, 2009) adalah Independent Variables (variabel
bebas), Dependent Variables (variabel terikat), Levels (indikator dari variabel
bebas yang akan diobservasi), Measures (indikator dari variabel terikat yang
akan diobservasi)
• Sedangkan Latar Belakang menjelaskan secara lengkap topik (subject area)
penelitian, masalah penelitian yang kita pilih dan mengapa melakukan
penelitian pada topik dan masalah tersebut (Berndtsson et al., 2008). Dalam
penelitian ilmiah Latar Belakang dapat diartikan sebagai suatu informasi yang
disusun secara sistematis mengenai fenomena, masalah, ataupun problematika
yang menarik untuk menjadi bahan dari sebuah penelitian. Timbulnya gejala
tersebut karena ketidaksesuaian antara harapan dengan realitas dilapangan.
Latar belakang yang sistematis dan terstruktur berusaha menjelaskan masalah
dalam penelitian itu perlu diteliti dan upaya-upaya dalam menjelaskan baik
secara teoritis ataupun praktis. Perbedaan yang mendasar antara kerangka
pemikiran dengan latarbelakang masalah adalah, jika pada latar belakang kita
menceritakan alur keinginan mengapa kita meneliti sebuah fenomena
sedangkan dalam kerangka pemikiran kita menjelaskan kronologi dan
hubungan antar variable yang diteliti
Aturan pelaksanaan Sunset Policy memberikan Potensi pemanfaatan Sunset Policy di KPP
pengampunan pajak yang lebih luas daripada pratama Jakarta Tebet : Banyaknya jumlah WP
pasal 37 UU KUP tidak diikuti dengan kepatuhan perpajakan
Beberapa manfaat Sunset Policy yang diperoleh : Upaya-Upaya yang dilakukan KPP Pratama
Jakarta Tebet dalam mengoptimalkan
1. Wajib Pajak
pelaksanaan Sunset Policy
2. KPP Pratama Jakarta tebet
Sumber : lib.ui.ac.id