Anda di halaman 1dari 58

PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAWAT DALAM


PENGGUNAAN MODERN DRESSING
UNTUK PERAWATAN LUKA
DI RSUD BATARA GURU

FACTORS INFLUENCING NURSE IN THE USE OFMODERN


DRESSING FOR WOUND TREATMENT AT BATARA GURU
HOSPITAL

OKTA
SK1901012

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO
TAHUN 2023
HALAMAN PERSETUJUAN

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya, berupa kesehatan dan kekuatan serta anugerah

waktu dan inspirasi yang tiada terkira besarnya sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor Yang Mempengaruhi

Perawat Dalam Penggunaan Modern Dressing Untuk Perawatan Luka

Di RSUD Batara Guru Belopa” setelah melalui proses yang panjang.

Sholawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Kepada

para keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya. Skripsi ini di susun

sebagai syarat yang harus di selesaikan, guna memperoleh gelar sarjana

keperawatan pada program Studi Keperawatan Dalam penulisan tidak

lepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan,

nasehat, dorongan, dan sasaran dari berbagai pihak yang sangat

membantu sehingga skripsi ini dapat di selesaikan dengan baik.

Terkhusus ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis persembahkan

kepada kedua orang tua tercinta “Ayahanda Raming dan Ibunda asrah”

yang senantiasa memanjatkan doa kehadirat Allah Swt, memohonkan

keselamatan dan kesuksesan bagi putrinya, telah mengasuh dan mendidik

penulis dengan kasih sayang sejak kecil hingga sekarang. Begitu banyak

pengorbanan yang telah mereka berikan kepada penulis baik secara moril

maupun materil. Sungguh penulis tidak dapat membalassemua yang telah

mereka berikan, hanya doa yang dapat penulis berikan untuk mereka

iii
semoga senantiasa selalu berada dalam lindungan dan limpahan kasih

sayang Allah swt.

Selanjutnya, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tak

terhingga dengan penuh ketulusan hati dan keikhlasan, kepada :

1. Kepada kedua orang tua penulis, bapak saya tercinta “Raming” dan

ibunda saya tercinta “Asrah” yang senantiasa mendoakan saya dan

juga mendukung saya, yang kasih sayangnya tidak pernah pudar sedari

kecil hingga saat ini, yang telah menyekuliahkan saya dan mencintai

saya.

2. Bapak Asrul Prayudi, SE,MM. Selaku ketua Yayasan Stikes Bhakti

Pertiwi Luwu Raya Palopo.

3. Ibu Dr. Agustina R. Palamba, S.Kep.,Ns. M,Kes. Selaku ketua Stikes

Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo.

4. Bapak Tanwir Djafar, SKM,M.Kes, selaku wakil ketua 1 Stikes Bhakti

Pertiwi Luwu Raya Palopo dan selaku pembimbing 1 saya.

5. Bapak Amos Lellu, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku ketua program studi

Ners Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo

6. Ibu Andi Silfiana , S.Kep., Ns.,M.Kes, selaku pembimbing 2. Terima

kasih karena telah membimbing saya.

7. Ibu Cherecencya Nirmalarumsari S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku dosen

penasehat akademik saya, terima kasih karena telah menjadi

iv
penasehat akademik saya dan membimbing saya.

8. Bapak dan ibu Dosen serta Staf Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya

Palopo yang telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam

menyelesaikan pendidikan selama ini.

9. Rekan-rekan Mahasiswa/i Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo

angkatan 2019 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang

secara angsung maupun tidak langsung telah membantu saya serta

memberikan dukungan selama menempuh pendidikan di bangku

perkuliahan.

10. Kepada sepupu 1x saya “Rahmat Hidayah, S.Tr.Kep.,M.K.M yang

sudah sangat membantu dalam proses pembuatan tugas akhir, saya

sangat berterima kasih.

11. Kepada sahabat-sahabat saya, Cheline, Krisda, Mei, Almanda, Arinda,

Yeti, Angelina, Putry, Madan, Rasyad, yang sama-sama bekerja

dengan baik, selalu membantu saya, semoga kalian sukses selalu.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iii

DAFTAR ISI ........................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 6

A. Tinjauan Umum Tentang Luka .................................................... 6

B. Tinjauan Umum Tentang Modern Dressing................................. 25

C. Tinjauan Umum Tentang faktor yang Mempengaruhi Perawat

Dalam Penggunaan Modern Dressing ........................................ 29

D. Kerangka Teori ............................................................................ 37

E. Jurnal Terkait .............................................................................. 38

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 43

A. Desain Penelitian ........................................................................ 43

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 43

C. Populasi dan Sampel .................................................................. 43

vi
D. Pengumpulan Data ..................................................................... 44

E. Analisa Data ................................................................................ 44

F. Kerangka Konsep ........................................................................ 45

G. Defenisi Operasional ................................................................... 46

H. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 47

I. Etika Penelitian ........................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 49

LAMPIRAN

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal

akibat proses patalogis yang berasal dari internal dan eksternal yang

mengenai organ tertentu (Riandini, 2020).

Luka sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari manusia.

Setiap manusia pasti pernah mengalami yang namanya luka entah itu

luka ringan, sedang maupun berat. Hasil identifikasi catatan kesehatan

selama 5 tahun terakhir yang berasal dari 59 pusat rawat jalan di 18

negara bagian USA menyebutkan bahwa kebanyakan pasien yang

menderita luka adalah laki-laki dengan jumlah 52,3% dan rata-rata usia

61,7 tahun. Lebih dari 1,6% pasien meninggal dalam pelayanan atau

dalam waktu 4 minggu sejak kunjungan terakhir. Hampir dua pertiga

luka sembuh (65,8%) dengan waktu rata-rata untuk sembuh 15 minggu

dan 10% luka membutuhkan waktu 33 minggu atau lebih untuk sembuh

(Riandini, 2020).

Indonesia pada tahun 2018 jumlah kecelakaan di jalan raya

mencapai 13.399 kejadian dengan jumlah kematian mencapai 9.865

orang, sebanyak 6.142 orang mengalami luka berat dan 8.694 luka

ringan, dengan rata-rata setiap hari terjadi 40 kejadian kecelakaan lalu

lintas yang mengakibatkan 30 orang meninggal dunia (Riandini, 2020).

1
2

Prevalensi pasien luka di provinsi Sulawesi Selatan yaitu 12.8% dan

jenis luka tertinggi yang dialami penduduk Indonesia adalah luka lecet

atau memar sebesar 70.9% (Angraini, S., 2021). Hal ini juga sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Ansori (2019). Menurutnya

bahwa jenis cedera dengan persentase terbanyak adalah luka lecet

atau memar sebesar 70,9%. Jenis cedera terbanyak kedua adalah

terkilir sebesar 27,5 %. Jenis cedera terbanyak ketiga adalah luka robek

sebesar 23,2%. Jenis cedera lain proporsinya kecil, patah tulang 5,8%,

anggota tubuh terputus, cedera mata dan gegar otak masing-masing

proporsinya di Indonesia 0,3%, 0,6% dan 0,4%.

Menurut hasil laporan kepolisian kabupaten luwu, AKBP Muhammad

Yusuf Usman menjelaskan bahwa Meskipun jumlah kecelakaan

meningkat, tapi jumlah korban meninggal akibat laka lantas mengalami

penurunan. Pada 2020 jumlah warga yang meninggal akibat

kecelakaan lalulintas mencapai 17 orang. pada tahun 2021 turun

menjadi 13 orang. Tapi jumlah luka berat mengalami peningkatan. 2020

lalu, jumlah korban luka berat hanya tujuh orang. Sedang pada 2021

naik menjadi 12 orang. “Jumlah luka ringan naik. Pada 2020, sebanyak

172 orang luka ringan akibat kecelakaan lalulintas. Sedang 2021 naik

menjadi 217 orang,” jelas mantan Kasubid Regident Ditlantas Polda

Sulsel itu. Setiap luka baik itu luka akut maupun luka kronik pasti akan

selalu melibatkan yang namanya kulit dalam berbagai hal entah itu

melalui pembedahan, skin graft, maupun trauma (Koranseruya, 2021).


3

Dr. George Winter melaporkan penelitiannya yang dilakukan pada

hewan tahun 1962 yang direplikasi pada manusia tahun 1963 oleh

Drs. Hinman dan Maibach. Hal tersebut membuktikan bahwa

penyembuhan luka dengan teknik tertutup lebih cepat sembuh dan

menghasilkan lebih sedikit jaringan parut daripada luka yang

dibiarkan terbuka. Sejumlah uji klinis yang dilakukan sejak saat itu

menunjukkan hasil yang sama. Jelas bahwa menutup luka dengan

dressing occlusive atau balutan tertutup rapat dan membiarkannya

terus tertutup selama beberapa hari dapat meningkatkan tingkat

penyembuhan luka secara signifikan (Khor, 2020).

Teknik perawatan luka terkini di dunia keperawatan yaitu dengan

menggunakan prinsip lembab dan tertutup, suasana lembab pada luka

mendukung terjadinya proses penyembuhan luka (Blackley, 2004

dalam Septiyanti, 2019). Teknik perawatan luka lembab dan tertutup

atau yang dikenal dengan “moist wound healing” adalah metode untuk

mempertahankan kelembaban luka dengan menggunakan bahan

balutan penahan kelembaban sehingga menyembuhkan luka,

pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami. Munculnya konsep

“moist wound healing” menjadi dasar munculnya pembalut luka

modern (Septiyanti, 2019).

Morison, M. J. (2019) mengatakan metode lembab dengan balutan

tertutup secara klinis memiliki keuntungan akan meningkatkan

proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan air yang tipis,
4

mengurangi resiko infeksi dan timbulnya jaringan parut. Beberapa

keunggulan metode ini dibandingkan dengan kondisi luka yang kering

adalah meningkatkan re-epitelisasi 30-50%, meningkatkan sintesa

kolagen sebanyak 20-60%, dan rata- rata re-epitelisasi dengan

kelembaban 2-6 kali lebih cepat dan epitelisasi terjadi 3 hari lebih awal

dari pada luka yang dibiarkan terbuka dan mengering.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dan berbagai fenomena yang

muncul tentang luka maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apa sajakah faktor yang mempengaruhi perawat dalam

penggunaan modern dressing untuk perawatan luka di RSUD Batara

Guru Belopa kab. Luwu tahun 2023 ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang mempengaruhi perawat dalam

penggunaan modern dressing untuk perawatan luka di RSUD

Batara Guru Belopa.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat Pengetahuan perawat dalam penggunaan

modern dressing untuk perawatan luka di RSUD Batara Guru

Belopa.

b. Mengetahui sikap perawat dalam penggunaan modern dressing

untuk perawatan luka di RSUD Batara Guru Belopa.


5

c. Mengetahui motivasi perawat dalam penggunaan modern

dressing untuk perawatan luka di RSUD Batara Guru Belopa.

d. Mengetahui Pelatihan perawat dalam penggunaan modern

dressing untuk perawatan luka di RSUD Batara Guru Belopa.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk Responden

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

meningkatkan pengetahuan dalam mengoptimalkan kualitas pelayan

pasien.

2. Untuk Rumah Sakit

Dapat menjadi masukan bagi pihak Manajemen RSUD Batara Guru

Belopa dalam rangka meningkatkan mutu dan dapat menentukan

kebijakan yang terkait perawatan luka di rumah sakit tersebut.

3. Untuk Institusi

Sebagai salah satu literatur untuk bahan pembelajaran tentang

gambaran faktor yang mempengaruhi perawatan luka, baik dalam

proses penelitian maupun melatih cara berpikir dari mahasiswa.

4. Untuk Peneliti

Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi informasi tambahan

bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian di ruang lingkup yang

sama.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Luka

1. Defenisi Luka

Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera

atau pembedahan. Luka bisa diklasifi kasikan berdasarkan

struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan, dan lama

penyembuhan(Kartika, 2020).

Selain itu juga luka didefinisikan sebagai rusaknya kesatuan /

komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi

jaringanyangrusak atau hilang (Maryunani, 2020)

2. Jenis Luka

Luka di bedakan menjadi dua berdasarkan waktu

penyembuhannya yaitu luka akut dan luka kronis. Luka akut yaitu

luka yang baru dan penyembuhannya berlansung kurang dari

beberapa hari. Sedangkan luka kronis dapat didefinisikan sebagai

luka yang karena beberapa alasan sehingga proses

penyembuhannya terhambat. Luka kronis dapat berlangsung

selama beberapa minggu atau berbulan-bulan bahkan tahunan

tergantung penanganan dari luka tersebut (Semer, 2018).

a. Luka bersih, merupakan luka yang tidak terinfeksi, terdapat

proses inflamasi yang sangat minimal dan tidak mengenai

saluran nafas, saluran cerna, saluran genitalia, dan saluran


6
7

kemih. Luka bersih terutama terdapat pada luka tertutup.

b. Luka bersih-terkontaminasi, merupakan luka bedah yang

telah mengenai saluran nafas, saluran cerna, saluran

genitalia, dan saluran kemih. Luka tersebut tidak

memperlihatkan tanda infeksi.

c. Luka terkontaminasi, merupakan luka terbuka, baru, akibat

kecelakaan, dan luka pembedahan yang tidak di lakukan

dengan teknik steril atau adanya sejumlah besar rembesan

dari saluran cerna. Luka terkontaminasi memperlihatkan

terjadinya prosesinflamasi.

d. Luka kotor atau terinfeksi, merupakan luka yang berisi

jaringan mati dan luka yang memperlihatkan tanda-tanda

infeksi klinis sepertidrainase purulen.

Berdasarkan kedalam dan luasnya luka di bagi menjadi stadium

I s/d stadium IV (Maryunani, 2020)

a. Stadium I : Luka superfisial “Non-Blanching Erithema” Yaitu

luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.

b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” Yaitu hilangnya lapisan

kulit pada lapisan epidermis atau bagian atas dari dermis

tetapi tidak melintasinya. Tanda klinis dari luka stadium II

antara lain abrasi, blister atau lubang yang dangkal, lembab

dan nyeri.

c. Stadium III : Luka “Full Thickness” Yaitu hilangnya kulit


8

keseluruhan meliputi kerusakan epidermis, dermis dan

subkutan tetapi belum melewatinya. Lukanya sampai pada

lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai

otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang

dalam dengan atau tanpa merusak jarigan sekitarnya. Bisa

meliputi jaringan nekrotik atau infeksi.

d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” Yaitu luka yang telah

mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya

destruksi atau kerusakan yang luas.

3. Etiologi Luka

Beberapa etiologi dari luka menurut (Maryunani, 2020) di

antaranya :

a. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh

suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada

jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.

b. Luka abrasi / babras / lecet (Abraded Wound), terjadi akibat

kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan

benda yang tidak tajam. Biasa terjadi pada kulit dan tidak

sampai jaringan subkutis.

c. Luka robek / laserasi, biasanya terjadi akibat benda tajam atau

benda tumpul. Seringkali meliputi kerusakan jaringan yang

berat, sering menyebabkan perdarahan yang serius dan

berakibat syok hipovolemik.


9

d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda,

seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan

diameter yang kecil. Walaupun perdarahan nyata seringkali

sedikit, kerusakan jaringan internal dapat sangat luas. Luka

bisa mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan

dengan adanya benda asingpada tubuh.

e. Luka tembak, yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya

pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada

bagian ujung biasanya lukanya akan melebar. Luka ini biasa

disebabkan oleh peluru.

f. Luka gigitan, biasanya di sebabkan oleh gigitan binatang mau

pun gigitan manusia. Biasanya kecil namun dalam dan dapat

menimbulkan komplikasi infeksi berat.

g. Luka avulsi, yaitu luka yang di sebabkan oleh terkelupasnya

sebagian jaringan bawah kulit tetapi sebagian masih

terhubung dengan tubuh.

h. Luka hancur, sulit di golongkan dalam salah satu jenis luka.

Luka hancurseringkali berujung pada amputasi.

4. Fisiologi Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka merupakan proses yang secara

normal akan terjadi kepada setiap individu yang mengalami luka.

Artinya secara alami tubuh yang sehat mempunyai kemampuan

untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Setiap terjadi luka,


10

secara alami mekanisme tubuh akan mengupayakan

pengembalian komponen jaringan yang rusak dengan

membentuk struktur baru dan fungsional yang sama dengan

keadaan sebelumnya (Maryunani, 2020).

Penyembuhan luka secara umum akan melalui tiga proses

penyembuhan luka yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase

maturasi / remodeling (Maryunani, 2020).

a. Fase inflamasi:

Fase inflamasi hanya berlansung selama 5-10 menit dan

setelah itu akan terjadi vasodilatasi. Fase ini merupakan

respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan

yang menyebabkan rusaknya jaringan lunak. Dalam fase ini

pendarahan akan di hentikan dan area luka akan dibersihkan

dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk

mempersiapkan proses penyembuhan. Pada fase ini akan

berperan pletelet yang berfungsi hemostasis, dan lekosit serta

makrofag yang mengambil fungsi fagositosis. Tercapainya

fase inflamasi dapat di tandai dengan adanya eritema, hangat

pada kulit, edema dan rasa sakit yang berlansung sampai hari

ke-3 atau hari ke-4.

b. Fase proliferasi atau epitelisasi

Fase ini merupakan lanjutan dari fase inflamasi. Dalam fase

proliferasi terjadi perbaikan dan penyembuhan luka yang


11

ditandai dengan proliferasi sel. Yang berperan penting dalam

fase ini adalah fibroblas yang bertanggung jawab pada

persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan

digunakan selama proses rekonstruksi jaringan. Selama

proses ini berlansung, terjadi proses granulasi

dimanasejumlah sel dan pembuluh darah baru tertanam di

dalam jaringan baru.Selanjutnya dalam fase ini juga terjadi

proses epitelisasi, dimana fibroblas mengeluarkan

keratinocyte growth factor (KGF) yangberperan dalam

stimulasi mitosis sel epidermal.

c. Fase maturasi atau remodelling

Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah terjadi luka dan

berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Dalam fase ini terjadi

penyempurnaan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan

penyembuhan yang lebih kuat dan bermutu. Sintesa kolagen

yang telah dimulai pada fase proliferasi akan dilanjutkan pada

fase maturasi. Kecuali pembentukan kolagen juga akan terjadi

pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Penyembuhan

akan tercapai secara optimal jika terjadi keseimbangan antara

kolagen yang di produksi dengan kolagen yang dipecahkan

Kelebihan kolagen pada fase ini akan menyebabkan

terjadinyapenebalan jaringan parut atau hypertrophic scar.

Sedangkan produksi kolagen yang terlalu sedikit juga dapat


12

mengakibatkan turunnya kekuatan jaringan parut sehingga

luka akanselalu terbuka.

5. Karakteristik Luka

Karakteristik luka dapat di lihat dari lokasi, bentuk, ukuran,

kedalaman, tepi, Undermining/Tunneling, karakteristik jaringan

nekrotik, eksudat, warna kulit di sekitar luka, edema, indurasi,

karakteristik lain, jaringan granulasi, dan epitelisasi.

a. Lokasi

Lokasi luka merupakan tempat terjadinya luka pada anatomi

tubuh sipasien. Lokasi luka perlu di ketahui untuk memprediksi

penyembuhan luka. Lokasi luka telah terbukti mempengaruhi

penyembuhan. Namun, lokasi spesifik mana yang

menguntungkan atau merugikan penyembuhan masih harus

ditentukan.

b. Bentuk

Untuk luka yang akan sembuh, akan sering berubah bentuk

dan mungkin akan berbentuk lebih teratur, bentuk melingkar

atau oval. Bentuk luka dianggap lebih membantu untuk

menentukan ukuran keseluruhan luka. Bentuk luka

ditentukan dengan mengevaluasi perimeter luka. Bentuk luka

dilapisi dengan kontraksi luka. Kontraksi luka bisa terlihat saat

area permukaan luka terbuka berkurang dan saat bentuk

luka berubah.
13

c. Ukuran

Ukuran luka dapat di artikan sebagai luas permukaan luka si

pasien. Luas permukaan dapat dilihat dengan mengalikan

panjang dengan lebar. Metode yang paling umum digunakan

dalam menentukan ukuran adalah mengukur (dalam cm)

aspek terpanjang dan tegak lurus dari permukaanluka yang

terlihat. Hal ini dapat menjadi sulit untuk ditentukan dalam

mengukur ukuran pada beberapa luka, karena tepi luka

mungkin sulit untuk diketahui atau tepinya mungkin tidak

teratur.

d. Kedalaman

Merupakan ukuran dasar luka ke permukaan luka. Mengukur

kedalaman luka dapat dengan menggunakan aplikator yang

berujung katun/kapas. Masukkan aplikator di bagian terdalam

dari luka dan tandaiaplikator dengan pulpen, dan ukur jarak

dari ujung yang ditandai,dengan menggunakan panduan

pengukuran metrik.

e. Tepi

Tepi luka merupakan daerah dimana jaringan normal menyatu

dengan dasar luka. Tepi luka menunjukkan beberapa

karakteristik luka yang paling penting. Saat menilai tepi luka,

lihat bagaimana penamakan dariluka tersebut.


14

f. Undermining/Tunneling

Undermining/Tunneling merupakan hilangnya jaringan

dibawah permukaan kulit yang utuh. Undermining

didefinisikan sebagai pengikisan dibawah tepi luka, dan

tunneling didefinisikan sebagai sebaris dari jalur bidang yang

mengarah ke saluran sinus. Underminingbiasanya melibatkan

jaringan subkutan dan mengikuti jalur bidang disamping luka.

Tunneling biasanya melibatkan persentase kecil dari margin

luka: sempit dan cukup panjang dan tampaknya memiliki

tujuan.

g. Karakteristik jaringan nekrotik

Nekrosis didefinisikan sebagai jaringan devisa yang mati.

Dapat berwarna hitam, coklat, abu-abu, atau kuning. Tekstur

bisa kering dan kasar, lembut, lembab, atau berserabut.

Karakteristik jaringan nekrotik meliputi tampilan, warna,

konsistensi. Bau bisa ada atau tidak ada. Banyak tenaga

kesehatan yang salah menilai jaringan nekrotik. Terkadang

merreka menilai jaringan kuning dan putih sebagai jaringan

nekrotik padahal tidak selamanya seperti itu. Jaringan kuning

bisa berupa lemak kuning yang sehat, membran reticular

dermis, atau tendon. Jaringan putih bisa berupa jaringan ikat,

fasia, atau ligamen.


15

h. Eksudat

Eksudat merupakan cairan yang terdapat pada luka. Untuk

menilai jumlah eksudat di luka, amati dua area yakni luka itu

sendiri dan balutan yang digunakan pada luka. Amati luka

untuk menilai kelembaban yang ada. Sebelum menilai jenis

eksudat, bersihkan luka dengan NaCl atau air putih secara

normal dan evaluasi eksudat segar. Pilih jenis eksudat yang

dominan di luka, sesuai warna dan konsistensi.

i. Warna Kulit di Sekitar luka

Warna kulit di sekitar luka dapat mengindikasikan luka lebih

lanjut dari tekanan, gesekan, atau gunting. Karakteristik Kulit di

Sekitar luka sering merupakan indikasi pertama yang

menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut. Yang paling

sering ditemukan dalam pengamatankulit disekitar luka adalah

eritema. Eritema didefinisikan sebagai kemerahan atau

kehitaman pada kulit, dibandingkan dengan kulit di sekitarnya.

Eritema setelah trauma disebabkan oleh pecahnya venula dan

kapiler kecil atau mungkin disebabkan oleh aliran darah

masuk untuk memulai proses peradangan.

j. Edema

Edema merupakan pembengkakakan yang terjadi pada luka

dan sekitarnya. Kaji jaringan dalam 4 cm tepi luka. Kenali

edema dengan menekan jari ke dalam jaringan dan tunggu


16

selama 5 detik. Saat melepaskan tekanan, jaringan gagal

untuk kembali ke posisi normal, dan lekukan muncul. Ukur

seberapa jauh edema melampaui tepi luka.

k. Indurasi

Indurasi adalah ketegasan jaringan yang abnormal dengan

margin. Indurasi dapat menjadi tanda kerusakan yang akan

terjadi pada jaringan.Seiring dengan perubahan warna kulit,

indurasi merupakan pertanda trauma jaringan akibat tekanan

lebih lanjut. Raba dimana indurasi dimulai dan dimana ia

berakhir. Raba dari jaringan sehat, bergerakmenuju tepi luka.

Biasanya terasa sedikit ketegasan pada tepi luka itu. Jaringan

normal terasa lembut dan kenyal sedangan indurasi terasa

kerasdan tegas saat disentuh.

l. Karakteristik lain

Karakteristik lain yang dapat dievaluasi pada jaringan

disekitarnya termasuk maserasi dan perdarahan. Maserasi

didefinisikan sebagai pelunakan pada jaringan ikat. Jaringan

maserasi kehilangan pigmentasi dan bahkan pigmen kulit yang

gelap terlihat pucat. Jaringan yang melemah ini sangat rentan

terhadap trauma, menyebabkan kerusakan dari jaringan

maserasi dan pembesaran luka.


17

m. Jaringan granulasi

Jaringan granulasi adalah penanda dari kesehatan luka. Itu

adalah tanda fase proliferatif dari penyembuhan luka dan

biasanya akhir dari penutupan luka. Jaringan granulasi

berkembang dari pembuluh darah kecil dan jaringan ikat ke

rongga luka. Jaringan granulasi itu sehat jika cerah, berdaging

merah, mengkilap dan granular dengan penampilan seperti

beludru.

n. Epithelization

Epithelization adalah proses pelepasan epidermal dan muncul

sebagai kulit merah muda atau merah. Epithelization mungkin

pertama diperhatikan selama fase peradangan atau fase

proliferasi dari penyembuhan sebagai jaringan merah muda

yang berpigmen ringan, bahkan pada individu dengan kulit

berwarna gelap. Jaringan parut pink terang atau kulit baru

sebagai eritema. Pada luka dengan ketebalan parsial, sel

epitel dapat berpindah dari tempat di permukaan luka atau

dari tepi luka, atau keduanya. Pada luka dengan ketebalan

penuh, pelepasan epidermal terjadi dari tepi saja, biasanya

setelah luka hampir sepenuhnya terisi dengan jaringan

granulasi.
18

6. Perawatan Luka (Konvensional, modern)

Dalam perawatan luka di kenal dua teknik dasar yang sering

di terapkan untuk merawat luka yaitu teknik steril dan teknik bersih.

Teknik steril merupakan teknik di mana tenaga kesehatan

memakai peralatan dan bahan yang telah disterilkan sehingga

tidak ada bakteri atau partikel virus yang menempel di

permukaannya. Beberapa contoh peralatan steril antara lain

peralatan yang telah di sterilkan dengan Autoklaf untuk digunakan

di ruang operasi serta beberapa peralatan medis yang telah di

sterilkan dan dibungkus dengan baik dari pabrik sehingga tidak

terkontaminasi dengan lingkungan luar yang tidak steril.

Sedangkan teknik bersih adalah teknik dimana tenaga kesehatan

memakai peralatan dan bahan yang tidak memerlukan perlakukan

yang seksama seperti memperlakukan instrumen steril. Cukup

dengan peralatan yang telah di bersihkan dengan alkohol tanpa

harus di masukkan ke Autoklaf terlebih dahulu (Semer, 2018).

Seiring dengan perkembangan zaman, di kenal teknik

perawatan konvensional dan teknik perawatan luka modern.

Teknik rawat luka modern lebih efektif daripada konvensional yang

di buktikan dengan penelitian tentang Teknik Perawatan Luka

Modern dan Konvensional Terhadap Kadar Interleukin 1 dan

Interleukin 6 Pada Pasien Luka diabetik. Dalam penelitianini

diamati peningngkatkan perubahan faktor pertumbuhan dan


19

sitokin, terutama interleukin. Proses penyembuhan luka

dipengaruhi faktor pertumbuhan dan sitokin, hal ini akan

dirangsang oleh pembalutan luka. teknik pembalutan luka modern

(Kalsium alginat) dapat menyerap luka drainase, non oklusive,

non adhesif, dan debridement autolitik (Nontji, Hariati, & Arafat,

2020).

Kartika (2020) menjelaskan dalam tulisannya tentang

Pengkajian Luka:

a. Status nutrisi pasien: BMI (body mass index), kadar albumin

b. Status vaskuler: Hb, TcO2

c. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan

imunosupresanyang lain

d. Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan

vaskulerisasilainnya

e. Kondisi luka:

1) Lokasi, ukuran, dan kedalaman luka

2) Eksudat dan bau

3) Warna dasar luka: Dasar pengkajian berdasarkan warna:

slough (yellow), necrotic tissue (black), infected tissue

(green),granulatingtissue (red), epithelialising (pink).

4) Luka dasar merah:

Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah adalah

mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembap,


20

mencegah trauma/perdarahan serta mencegah eksudat.

5) Luka dasar hitam:

Tujuan perawatan adalah meningkatkan sistem autolisis

debridement agar luka berwarna merah, kontrol eksudat,

menghilangkan bau tidak sedap dan

mengurangi/menghindari kejadian infeksi.

6) Luka dasar kuning:

Tujuan perawatan sama dengan luka dasar warna kuning,

yaitu pembersihan jaringan mati dengan debridement, baik

dengan autolysis debridement maupun dengan

pembedahan.

7. Jenis Penyembuhan Luka

Luka dapat dijelaskan proses penyembuhannya sesuai

dengan jenis atau metode penutupan pada penyembuhan luka

(Maryunani, 2020). Jenis penutupan pada luka tersebut antara

lain:

a. Primary intention

Biasanya terjadi pada luka dengan kedalaman full ticknes

yang di tutupdengan tindakan menjahit, staples, atau perekat.

Umumnya penyembuhan luka jenis ini dapat sembuh dengan

cepat. Infeksi pada penyembuhan luka jenis ini juga tergolong

jarang bahkan tidak ada. Jaringan granulasi dan jaringan

parut pada janis penyembuhan ini juga tergolong sangat


21

sedikit. Contoh jenis penyembuhan primary intention adalah

luka insisi bedah.

b. Secondary intention

Biasanya terjadi pada luka dengan kedalaman partial atau full

thicknes yang secara sengaja dibiarkan terbuka agar terjadi

penyembuhan luka melalui deposisi jaringan granulasi.

Umumnya penyembuhan luka jenisini dapat sembuh dengan

sangat lambat. Infeksi juga seringkali ditemukan pada

penyembuhan luka jenis ini. Jaringan granulasi dan jaringan

parut pada janis penyembuhan ini juga tergolong sangat

banyak. Contoh jenis penyembuhan secondary intention

adalah ulkus kaki.

c. Tertiary intention

Biasanya terjadi pada luka dengan kedalaman full thicknes

biasanya secara sengaja dibiarkan terbuka untuk

mengupayakan debridement atau penurunan edema sampai

kondisi optimal terpenuhi untukpenutupan luka aktif.

Umumnya penyembuhan luka jenis ini dapat sembuh dengan

lambat. Infeksi juga seringkali ditemukan pada penyembuhan

luka jenis ini. Jaringan granulasi dan jaringan parut pada Janis

penyembuhan ini juga tergolong banyak. Contoh jenis

penyembuhan tertiary intention adalah luka insisi terbuka.


22

8. Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Beberapa faktor yang dapat menghambat penyembuhan

luka antara lain perawatan yang kurang baik, Osteomylitis

kronis, konsumsi tembakau, kanker, malnutrisi, diabetes, obat-

obatan, radiasi, dansirkulasi yang buruk (Semer, 2018).

a. Perawatan yang kurang baik

Banyak luka tidak dapat segera sembuh karena kurang

perawatan. Semua jaringan nekrotik harus dibuang, infeksi di

jaringan sekitar ditangani dengan antibiotik, dan penanganan

luka yang memadai pun dilakukan.

b. Osteomylitis kronis

Pertimbangkan infeksi di tulang (Osteomylitis kronis), terlebih

jika adakejadian trauma atau patah tulang. Osteomylitis kronis

adalah masalah yang serius di negara berkembang. Karena

infeksi di tulang mencegah jaringan lunak dan tulang untuk

menyembuh, hal tersebut adalah penyebab utama morbiditas

pasien yang menderita patah tulang terbuka.Pasien biasanya

memerlukan 6 minggu pengobatan antibiotik dan tulang harus

di debridemen supaya penyembuhan dapat berjalan.

c. Konsumsi tembakau

Beberapa orang tidak memperhatikan efek tembakau

terhadap penyembuhan luka. Nikotin menurunkan aliran darah

dengan menyumbat pembuluh darah kecil. Kapasitas


23

penghantaran oksigen jugamengalami penurunan karena

karbonmonoksida. Hal tersebut dapat memperparah

kerusakan jaringan yang rusak dan jaringan yang relatif

hipoksia seperti tulang.

d. Kanker

Luka yang berlansung lama (beberapa bulan hingga tahun)

yang tampak mengkilap dan tidak kunjung sembuhbisa saja

ternyata sebuah kanker. Biasanya luka ini terlihat sedikit

berbeda di banding luka terbuka pada umumnya. Tepi

meninggi dan tidak beraturan merupakan indikasi adanya

kanker. Luka bakar dapat juga berubah menjadi kanker kulit.

Jika ragu, ambil biopsi dari jaringan dan kirimkan ke ahli

patologi anatomi. Kanker harus dieksisi semuanya untuk

penyembuhan luka danmencegah kambuh.

e. Malnutrisi

Malnutrisi adalah masalah yang pelik di daerah tertinggal.

Protein dan kalori yang cukup diperlukan dalam proses

penyembuhan luka. VitaminC, A, zat besi, dan zink juga

merupakan nutrien penting untuk penyembuhan luka. Jika

tersedia, suplemen nutrisi untuk pasien yang kekurangan

nutrisi sangat diperlukan.


24

f. Diabetes

Pasien dengan diabetes memiliki penyembuhan yang lambat.

Menjaga kadar gula darah dapat mempercepat penyembuhan

luka.

g. Obat-obatan

Perhatikan daftar obat yang dikonsumsi pasien. Steroid dan

NSAID dapat mempengaruhi penyembuhan. Vitamin A

25.000 IU/hari oral atau 200.000 IU/8 jam topikal selama 1-2

minggu dapat menggurangiefek steroid.

h. Radiasi

Luka yang terletak di daerah yang pernah mendapat radiasi

akan memerlukan waktu yang sangat panjang untuk

menyembuh jika terjadiluka. pemberian suplemen vitamin E

selama 1-2 minggu (100 - 400 IU/hari) dapat berguna.

i. Sirkulasi yang buruk

Untuk luka di ekstremitas bawah, rasakan pulsasi di sekitar

tumit dan kaki. Jika tidak dijumpai pulsasi, pasien tersebut

memilliki penurunan aliran darah ke ekstremitas dan luka tidak

akan menyembuh.
25

B. Tinjauan Umum Tentang Modern Dressing

1. Modern Dressing

Menurut Handayani (2021) perawatan luka modern adalah

mempertahankan dan menjaga lingkungan luka tetap lembab

untuk memfasilitasi proses penyembuhan luka, mempertahankan

kehilangancairan jaringan dan kematian sel.

Prinsip dan kaidah balutan luka (wound dressing) telah

mengalami perkembangan sangat pesat selama hampir dua

dekade ini. Teori yang mendasari perawatan luka dengan suasana

lembab antara lain :

a. Mempercepat Fibrinolisis

Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih

cepatoleh neutrofil dan sel endotel dalam suasana lembab;

b. Mempercepat Angiogenesis

Keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan

merangsang pembentukan pembuluh darah lebih cepat;

c. Menurunkan Resiko Infeksi

Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan

dengan perawatan kering;

d. Mempercepat Pembentukan Growth Factor

Growth Factor berperan pada proses penyembuhan luka

untuk membentuk stratum korneum dan angiogenesis.


26

e. Mempercepat Pembentukan Sel Aktif Pada keadaan lembab

invasi neutrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit, dan

limfosit ke daerah luka berlangsung secara lebih dini

2. Jenis-Jenis Balutan dan Terapi Alternative Modern Dressing

Jenis-jenis balutan modern dressing dan terapi alternative yang

dapatdigunakan untuk merawat dan melindungi luka adalah :

a. Film Dressing

Bentuk Semi-permeable primary atau secondary dressings,

clear polyurethane yang disertai perekat adhesive,

conformable, anti robek atau tergores, tidak menyerap

eksudat, dapat digunakan sebagai bantalan untuk

pencegahan luka dekubitus, pelindung sekitar luka terhadap

maserasi, berfungsi sebagai pembalut luka pada daerah yang

sulit, pembalut/penutup pada daerah yang diberi terapi salep,

sebagai pembalut sekunder, transparan, bisa melihat

perkembangan luka, dapat breathable, tidak tembus bakteri

dan air, pasien bisa mandi, memiliki indikasi: luka dengan

epitelisasi, low exudate, luka insisi. Jenis modern dressing ini

memiliki kontraindikasi berupa luka terinfeksi, eksudat banyak.

Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm (Samosir, 2020).


27

Gambar 2.1 Film Dressing

b. Hydrocolloid

Memiliki kandungan pectin, gelatin, carboxymethylcellulose

dan elastomers. Memiliki fungsi autolysis untuk mengangkat

jaringan nekrotik atau slough. Bersifat occlusive yaitu hypoxic

environment untuk mensupport angiogenesis, waterproof,

digunakan untuk luka dengan eksudat minimal sampai sedang,

dapat menjaga kestabilan kelembaban luka dan sekitar luka,

menjaga dari kontaminasi air dan bakteri, bisa digunakan untuk

balutan primer dan balutan sekunder, dapat diaplikasikan 5 – 7

hari serta memiliki indikasi: luka dengan epitelisasi, eksudat

minimal dan kontraindikasi: luka yang terinfeksi atau luka

grade III-IV. Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel

(Samosir, 2020).

Gambar 2.2 Hydrocoll


28

c. Alginate

Terbuat dari rumput laut, membentuk gel diatas permukaan

luka, mudah diangkat dan dibersihkan, bisa menyebabkan

nyeri, membantu untuk mengangkat jaringan mati, tersedia

dalam bentuk lembaran dan pita, kandungan calsium dapat

membantu menghentikan perdarahan. Alginate digunakan

pada fase pembersihan luka dalam maupun permukaan,

dengan cairan banyak, maupun terkontaminasi karena dapat

mengatur eksudat luka dan melindungi terhadap kekeringan

dengan membentuk gel serta dapat menyerap luka > 20 kali

bobotnya. Bersifat tidak lengket pada luka, tidak sakit saat

mengganti balutan, dapat diaplikasikan selama 7 hari serta

memiliki indikasi dapat dipakai pada luka dengan eksudat

sedang sampai dengan berat seperti luka decubitus, ulkus

diabetik, luka operasi, luka bakar deerajat I dan II, luka donor

kulit. Dengan kontraindikasi tidak bisa digunakan pada luka

dengan jaringan nekrotik dan kering.Contoh : Kaltostat,

Sorbalgon, Sorbsan (Samosir, 2020).

Gambar 2.3 Sorbalgon


29

d. Foam Dressing

Digunakan untuk menyerap eksudat luka sedang dan sedikit

banyak, tidak lengket pada luka, menjaga kelembaban luka,

menjaga kontaminasi serta penetrasi bakteri dan air, balutan

dapat diganti tanpa adanya trauma atau sakit, dapat

digunakan sebagai balutan primer / sekunder, dapat

diaplikasikan 5-7 hari, bersifat non-adherent wound contact

layer, tingkat absorbsi yang tinggi, semi-permeable dengan

indikasi pemakaian luka dengan eksudat sedangsampai

dengan berat. Dressing ini memiliki kontraindikasi tidak bisa

digunakan pada luka dengan eksudat minimal, jaringan

nekrotik hitam. Contoh: Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn,

Versiva(Samosir, 2020).

Gambar 2.4 Lyofoam

C. Tinjauan Umum Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Perawat

Dalam Penggunaan Modern Dresing

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perawat dalam

menggunakan modern dressing untuk perawatan luka, diantaranya :


30

faktor pengetahuan, Sikap, Motivasi dan Pelatihan.

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

melakukan orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membantuk tindakan seorang (Notoatmodjo, 2019).

Budiman (2019) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan

seseorang dipengaruhi banyak faktor yaitu pendidikan, informasi,

sosial ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia.

Pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan

semakin luas pula pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan

bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak

mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan nonformal.

Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,

menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu

untuk memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti


31

televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan

orang.

Sosial dan ekonomi juga sangat mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang. Status ekonomi seseorang juga akan

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan

memengaruhi pengetahuan seseorang.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,

baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman

belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman

belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan

mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari

keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari

masalah nyata dalam.

Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.


32

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik.

2. Sikap

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

Sikap seseorang tehadap suatu objek adalah perasaan

mendukung atau tidak memihak (favorable) maupun perasaan

tidak mendukung atau tidak memihak (Unfavorable) pada objek

tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksud

merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara

tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang

menghendaki adanya respon. Sikap merupakan suatu sindrom

atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek

sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan

gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2019).

Sikap sebagai suatu bentuk perasaan, yaitu perasaan

mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak

mendukung (Unfavourable) pada suatu objek. Sikap adalah suatu

pola perilku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk

menyesuaikan diri dalam situasi social, atau secara sederhana

yang merupakan respon terhadap stimulasi social yang telah

terkoordinasi. Sikap dapat juga diartikan sebagai aspek atau

penilaian positif atau negative terhadap suatu objek (Budiman,


33

2019). Sikap mempunyai beberapa tingkatan, diantaranya :

a. Menerima (receiving), pada tingkat ini individu mau

memperhatikan stimulus yang diberikan berupa objek atau

informasi tertentu.

b. Merespon (responding), pada tingkat ini individu akan

memberikan jawaban apabila ditanya mengenai objek tertentu

dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Usaha individu untuk

menjawab dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan

indikator bahwa individu tersebut telah menerima ide tersebut

terlepas dari benar atau salah usaha yang dilakukan oleh

individu tersebut.

c. Menghargai (valuing), pada tingkat ini individu sudah mampu

untuk mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah, berarti individu sudah

mempunyai sikap positif terhadap suatu objek tertentu.

d. Bertanggung jawab (responsible), pada tingkat ini individu

mampu bertanggung jawab dan siap menerima resiko dari

sesuatu yang telah dipilihnya. Tingkat ini merupakan sikap

tertinggi dalam tingkatan sikap sesorang untuk menerima suatu

objek atau ide baru (Budiman, 2019).


34

3. Motivasi

Motivasi mempunyai arti dorongan, berasal dari bahasa latin

”movere” yang berarti mendorong atau menggerakan. Motivasi inilah

yang mendorong seseorang untuk berprilaku, beraktivitas dalam

pencapaian tujuan (Notoatmodjo, 2019).

Menurut Hamzah (2020) menyimpulkan dari beberapa psikolog

menyebutkan motivasi sebagai konstruk hipotesis yang digunakan

untuk menjelaskan keinginan, arah intensitas, dan keajegan

perilaku yang diarahkan oleh tujuan. Motivasi merupakan proses

psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku

hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan, dengan kata lain

perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan.

Untuk memotivasi orang lain, kita dapat memberi penghargaan,

menghargai, menciptakan pekerjaan yang lebih menarik, menjadi

pendengar yang baik, memberi tantangan, serta menolong tapi

tidak melakukan sesuatu bagi orang lain yang sebenarnya dapat

dilakukan oleh dirinya sendiri. Salah satu hal yang dapat dilakukan

manajer untuk memotivasi bawahannya adalah dengan

memberikan reward. Agar pengaruh reward dapat digunakan

secara maksimal, manajer perlu, menghormati keberagaman dan

perbedaan individu, secara jelas memahami apa yang orang lain

inginkan dari suatu pekerjaan dan mengalokasikan reward untuk

memuaskan kebutuhan individu dan organisasi. Motivasi akan


35

menimbulkan dorongan untuk melakukan sesuatu baik itu yang

berasal dari dalam diri maupun yang berasal dari luar diri

seseorang. Sehingga jika motivasi seseorang tinggi untuk

melakukan suatu pekerjaan misalnya dalam kepatuhan

penggunaan APD, walaupun terdapat rintangan untuk

melakukannya, tetapi karena adanya motivasi tadi maka seseorang

akan berusaha mencari peluang bagaimana agar cara bisa

melakukan apa yang diinginkan dan sebaliknya. Motivasi dapat

mempengaruhi dalam melakukan sesuatu yang diinginkan atau

melaksanakan tugas sesuai aturannya. Berkaitan dengan

pengertian motivasi, beberapa psikolog menyebut motivasi sebagai

konstruk hipotetis yang digunakan untuk menjelaskan keinginan,

arah, dan intensitas. Dalam motivasi tercakup konsep-konsep,

seperti kebutuhan untuk berprestasi, kebiasaan, dan keingintahuan

seseorang terhadap sesuatu.

4. Pelatihan

Dengan Pelatihan dapat mengembangkan keahlian, sehingga

pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat, lebih efektif

sehingga kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugas nya sesuai dengan tanggung

jawab yangdiberikan kepadanya (Notoatmodjo,2019).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan dalam Pasal 1 Ayat (9) dijelaskan


36

bahwa pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi,

memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi,

produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat

keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan

kualifikasi jabatan dan pekerjaan.

Menurut Rachmawati (2018) pelatihan merupakan wadah

lingkungan bagi karyawan, di mana mereka memperoleh atau

mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan, dan

perilaku spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan. Pendapat lain

tentang pengertian pelatihan adalah modifikasi perilaku melalui

pengalaman, transfer keterampilan dan pengetahuan dari mereka

yang memilikinya kepada mereka yang tidak (Mangkunegara,

2018). Dari beberapa definisi tentang pelatihan yang telah

dijabarkan di atas dapat di simpulkan yaitu pelatihan merupakan

pendidikan jangka pendek dengan metode praktik melalui proses

transfer keterampilan dan pengetahuan dari mereka yang

memilikinya kepada mereka yang tidak. Pelatihan diberikan kepada

karyawan agar mereka lebih mengenal pekerjaanya sehingga

dihasilkan karyawan yang terampil dalam melakukan pekerjaannya

serta dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang

dikehendaki perusahaan, dimana tujuan utamanya adalah untuk

meningkatkan kualitas dan kinerja karyawan.


37

D. Kerangka Teori
38

E. Jurnal Terkait

Nama penulis Judul Tujuan Metode Hasil Publikasi jurnal

Endang Efektifitas modern Untuk mengetahui Pre-posttest Ada perbedaan Jurnal kesehatan

subandi dressing terhadap efektifitas modern with control skor luka sebelum

proses dressing terhadap grup desain dan sesudah

penyembuhan proses penyembuhan terhadap suatu pada kelompok

luka diabetes luka diabetes melitus kelompok perlakuan

melitus tipe ii tipe ii

Meyyen Gambaran tingkat Untuk melihat Pre Pengetahuan dan Ecampus-

humiartha pengetahuan gambaran tingkat eksperimental pengobatan luka poltekkes

samosir pasien diabtes pengetahuan pasien dengan dengan tehnik

melitus dengan diabtes melitus dengan desain modern dressing

perawatan luka dengan perawatan one shot study secara

menggunakan luka menggunakan signifikan


39

modern dressing modern dressing (p<0,129).

Peningkatan

pengetahuan

responden

menggunakan

tehnik modern

dressing

mempengaruhi

responden untuk

menambah

pengetahuan

tentang diabetes

melitus.

Isnu lucky Gambaran luka Untuk mengetahui Penelitian Dilihat dari jenis Jurnal kesehatan
40

riandini kecelakaan lalu gambaran luka deskriptif luka, Pada hasil andalas

lintas yang kecelakaan lalu lintas retrospektif penelitian ini

dilakukan yang dilakukan dengan cara didapatkan luka

pemeriksaan di pemeriksaan di rsup mengumpulkan terbanyak adalah

rsup dr. M. Djamil dr. M. Djamil padang data sekunder luka lecet dengan

padang yang diambil lokasi Tersering di

dari rekam daerah Kepala,

medis korban sedangkan lokasi

kecelakaan lalu patah tulang

lintas yang terbanyak

dilakukan Terdapat pada

pemeriksaan di daerah

rsup ekstremitas

bawah.
41

Imam Faktor- faktor Untuk mengetahui Penelitian yang Hasil penelitian ini Universitas

kurniawan rizal yang faktor-faktor apa saja digunakan menunjukkan indonesia library

mempengaruhi yang mempengaruhi adalah simple bahwa faktor

sikap perawat perawat dalam random pengetahuan, sop

dalam menggunakan sampling. ruangan, dan

menggunakan modern dressing pelatihan

modern dressing untuk perawatan luka mempengaruhi

untuk perawatan perawat dalam

luka menggunakan

modern dressing

untuk perawatan

luka.
42

Diah aulia asiri Hubungan Untuk mengetahui Jenis penelitian Pasien yang Repositori-uin

pengetahuan dan hubungan deskriptif patuh terhadap alaudin

kepatuhan diet pengetahuan dan analitik dengan diet dm

dm dengan kepatuhan diet dm metode cross mengalami

penyembuhan dengan sectional kemajuan

luka diabetik di penyembuhan luka penyembuhan

rsup dr. Wahidin diabetik di rsup dr. luka dibanding

sudiro husodo Wahidin sudiro dengan pasien

makassar husodo makassar yang sebelumnya

tahu dengan diet

dm
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif

merupakan metode penelitian yang bertujuan menjawab suatu

permasalahan, dengan mengumpulkan teori-teori yang kemudian

disimpulkan, berupa sebuah hipotesis atau jawaban sementara atau

dugaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional

yaitu mempelajari hubungan antara faktor yang mempengaruhi

perawat dalam penggunaan modern dressing untuk perawatan luka

dengan menggunakan metode observasi atau pengumpulan data

dalam waktu yang bersamaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli 2023, Lokasi

Penelitian ini dilakukan di RSUD Batara Guru Belopa Kab. Luwu.

C. Populasi dan Sempel

1. Populasi

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh

perawat di Ruang Perawatan Krisan, Melati dan Poliklinik Bedah

RSUD Batara Guru Belopa Sebanyak 22 Orang.

2. Sampel

Pada penelitian ini sampel dipilih dengan menggunakan total

43
44

sampling yang merupakan teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel (Notoatmodjo, 2019).

D. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data responden yang meliputi pengetahuan, sikap, motivasi dan

Pelatihan dikumpulkan melalui pengisian lembar dari hasil

pengisiankuisioner.

2. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data tentang prevalensi

kejadian Luka di RSUD Batara Guru.

E. Analisa Data

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner

kepada Responden

2. Pengolahan data

Menurut Hidayat (2019) Dalam proses pengolahan data terdapat

langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya sebagai

berikut.

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

datayang diperoleh atau dikumpulkan.


45

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

c. Data Entry

Data Entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau databasekomputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sedehana atau

dengan membuat tabel kontigensi

d. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data

penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan, yang

disesuaikandengan tujuan yang hendak dianalis.

3. Analisa Data

Penelitian ini menggunakan analisi univariat dalam penelitian

yang memiliki tujuan dalam mendiskripsikan serta menjelaskan

pada variabel. Setiap variable diuji dengan analisis deskriptif.

F. Kerangka Konsep

- Tingkat Pengetahuan
- Sikap
Modern Dressing
- Motivasi
- Pelatihan

Keterangan : Variabel yang diteliti


46

G. Defenisi Operasional

Defenisi Alat Skala


No. Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Data
1. Pengetahuan Pengetahuan Kuisioner Nominal 1. Baik ;
merupakan hasil dari jika nilai >
tahu dan ini terjadi 70%
setelah melakukan 2. Kurang ; jika
Orang melakukan nilai < 70%
penginderaan
terhadap suatu objek
tertentu.
2. Sikap suatu bentuk Kuisioner Nominal 1. Positif ;
evaluasi atau reaksi jika nilai >
perasaan, dimana 50%
penilaian/persepsi 2. Negatif ; jika
responden terhadap nilai < 50%
Tindakan perawat
dalam melakukan
modern dressing
3. Motivasi Jawaban responden Kuisioner Nominal 1. Positif ;
terhadap jika nilai >
pertanyaan- 50%
pertanyaan yang
2. Negatif ; jika
berhubungan nilai < 50%
dengan motivasi baik
dari diri sendiri,
maupun lingkup
ruangan kerja
4. Pelatihan Penilaian respondent Sertifikat Nominal 1. Ya ; jika
terhadap Pelatihan responden
keterbatasan sudah
responden dalam melakukan
mengikuti pelatihan pelatihan
Untuk 2. Tidak ; jika
mengembangkan skill responden
dan pengetahuan
tidak pernah
melakukan
47

pelatihan

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep tersebut diatas, maka hipotesa (Ha)

pada penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh antara tingkat pengetahuan perawat dalam

penggunaan modern dressing untuk perawatan luka di RSUD

Batara Guru Belopa.

2. Ada pengaruh antara sikap perawat dalam penggunaan modern

dressing untuk perawatan luka di RSUD Batara Guru Belopa.

3. Ada pengaruh antara motivasi perawat dalam penggunaan modern

dressing untuk perawatan luka di RSUD Batara Guru Belopa.

4. Ada pengaruh antara pelatihan perawat dalam penggunaan modern

dressing untuk perawatan luka di RSUD Batara GuruBelopa.

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan ijin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini.

Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika penelitian yang meliputi:

1. Lembar Persetujuan Penelitian (Informed consent)

Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden yang akan


48

diteliti dan memenuhi kriteria inklusi serta disertai judul penelitian

dan manfaat penelitian.

2. Tanpa nama (Anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

3. Kerahasiaan (Confidential)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar Prabu Mangkunegara. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia.


Cetakan ke-14. PT. Remaja Rosdakarya.

Angraini, S. (2021). Implementasi Tutor Sebaya dalam Penanganan Cedera


Luka di MTS. Bhakti Persada Jurnal Aplikasi IPTEKS, 32-39.

Astuti, N. F. (2018). Hubungan tingkat stres dengan penyembuhan luka


diabetesmelitus di rsud gunungsitoli kabupaten nias. Sekolah
TinggiIlmu Kesehatan Medistra Indonesia, 3.

Budiman, R. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Alat


Pelindung Telinga Dengan Penggunaannya Pada Pekerja. Journal
of Industrial Hygiene and Occupational Health, 607

Budiman dan Riyanto, A. (2019). Kapita selekta kuesioner pengetahuan


dan sikap dalam penelitian. Jakarta : Salemba Medika

Hamzah B. Uno. (2020). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di


Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara

Kartika, R. W. (2015). Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing.


WoundCare/Diabetic Center. CDK-230, Vol. 42

Kemenkes. (2018 ). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan.

Kohr, R. (2020). Moist healing versus wet-to-dry : Standard protocol for


chronic wound. Journal of Canadian Nurse, 17.
http://search.proquest.com/docview/232047753/fulltext/3DF96F21
45B471DPQ/8?accountid=50257

Martina, N. R., & Wardhana, A. (2018). Mortality Analysis of Adult Burn


Patients. Jurnal Plastik Rekonstruksi , 96-100.
49
Maryunani, A. (2020). Perawatan Luka Modern (Modern Woundcare).
Jakarta:IN MEDIA.

Morison, M. J. (2019). Manajemen luka. Jakarta : EGC

Nontji, W., Hariati, S., & Arafat, R. (2020). Teknik Perawatan Luka Modern
dan Konvensional Terhadap Kadar Interleukin 1 dan Interleukin 6
Pada PasienLuka Diabetik. Jurnal Ners Vol. 10

Notoatmodjo, Pendidikan dan Prilaku Kesehatan, Jakarta: Rinka Cipta,


2019.

Rachmawati. (2018). Hubungan Soft Skills dengan Prokrastinasi


Akademik pada Mahasiswa. Psikovidya , 2 (1), 67-95.

Riandini, I. L., Susanti, R., & Yanis, A. (2020). Gambaran Luka Korban
Kecelakaan Lalu Lintas yang Dilakukan Pemeriksaan di RSUP
Dr.M.Djaml Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 502-508.

Rohmayanti, Handayani, E., & Asriani, T. (2021). Aplikasi Modern Wound


CareDalam Manajement Luka Diabetes (Studi Kasus). Skripsi.

Samosir, M. H. (2020). GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN


DIABETES MELLITUS DENGAN PERAWATAN LUKA
MENGGUNAKAN MODERN DRESSING. repo.poltekkes-
medan.ac.id.

Saputri, D. I. (2016). Gambaran Karakteristik Luka di Ruangan Poliklinik


luka diRS. DR Wahidin Sudirohusodo Makassar. Skripsi, 67-75.

Septiyanti, M. et al. (2019). Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap


perawat tentang perawatan luka diabetes dengan menggunakan
teknik moist wound healing. Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau.

50
Semer, N. (2018). Dasar-dasar perawatan luka. Los Angeles: Global-HELP
Organization.

Usiska, Y. S. (2015). Pengaruh metode rawat luka modern dengan terapi


Hiperbarik terhadap proses penyembuhan luka Ulkus Diabetik
padapasienDiabetes Melitus di Jember Wound Care. Skripsi.

Yunus, B. (2020). Faktor Yang Mempengaruhi Lama Penyembuhan Luka


Pada Pasien Ulkus Diabetikum di Rumah Perawatan ETN Centre
Makassar. Skripsi.

Handayani, Luh. (2021). Studi meta analisis perawatan luka kaki diabetes
dengan modern dressing. The Indonesian Journal of Health
Science,6 (2), jurnal.unmuhjember.ac.id/

51

Anda mungkin juga menyukai