PENGANTAR
Dokumen laporan akhir disusun sesuai dengan ketentuan yang relevan merujuk pada kontrak No.
04/PS.IKA-JRAGUNG/IX/2018 tertanggal 7 September 2018 antara PT. Indra Karya (Persero) dengan PT
Tuah Agung Anugrah dengan nama pekerjaan mengenai Land Acquisition And Resettlement Action Plan
(LARAP) Jragung Dam untuk Preparation Of Jragung Multipurpose Dam Project, Acclerating Infrastructure
Delivery Through Better Engineering Service Project (ESP), ADB LOAN NO.3455-INO, dimana project ini
merupakan tindak lanjut dari detail desain yang pernah disusun pada periode yang sebelumnya. Dalam
penyusunan Preparation of Jragung Multipurpose Dam Project, salah satu item kegiatan yang dikerjakan
adalah LARAP (Land Acquition Resettlement And Action Plan) yang menjadi bagian tak terpisahkan dari
persiapan proses pembangunan Bendungan Jragung, sebelum proses pelaksanaan pembangunan
konstruksi bendungan dilaksanakan.
Tahapan Laporan Akhir ini kami susun dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I (Pendahuluan)
Bab II (Gambaran Proyek Bendungan Jragung)
Bab III (Penggunaan Lahan, Status Tanah, dan Aset Lainnya)
Bab IV (Informasi dan Profil Sosioekonomi)
Bab V (Konsultasi dan Partisipasi)
Bab VI (Kerangka Hukum dan Kebijakan)
Bab VII (Strategi dan Mekanisme Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali)
Bab VIII (Pelaksanaan Permukiman Kembali)
Bab IX (Mekanisme Pemulihan Pendapatan)
Bab X (Rencana Tindak)
Bab XI (Monitoring dan Evaluasi)
Lampiran
DAFTAR ISI
BAB I (PENDAHULUAN)
1. 1 Latar Belakang .............................................................................................................................. I – 1
1.2.1 Maksud........................................................................................................................................ I – 2
BAB VII (STRATEGI DAN MEKANISME PENGADAAN TANAH DAN PERMUKIMAN KEMBALI)
7.2.1 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah yang Dikuasai/Dimiliki Masyarakat ....................... VII – 5
7.2.2 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah yang Dikuasai/Dimiliki Pemerintah Desa ............... VII – 27
7.2.3 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah yang Dikuasai/Dimiliki PLN ................................... VII – 34
7.4 Santunan Bagi Masyarakat Atas Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah Tanpa Memiliki Hak
7.4.1 Nilai Tanah Masyarakat yang Digunakan untuk Rencana Pembangunan Bendungan Jragung ..... VII – 51
7.4.3 Total Keseluruhan Perkiraan Harga Tanah dan Harga Bangunan yang Terkena Rencana
10.1. Identifikasi Rencana Tindak Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Bendungan Jragung .......... X – 1
10.2 Permohonan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Untuk Pembangunan Bendungan Jragung .......... X – 67
11.3 Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Permohonan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Untuk
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2017 ....... II – 5
Tabel 2.6 Rencana Luas Tanah Untuk Pembangunan Bendungan Jragung .............................. II – 10
Tabel 2.13 Kondisi Eksisting Jenis Perkerasan pada Jalan Akses Bendungan ............................ II – 24
Tabel 3.2 Pekerjaan Utama Kepala Rumah Tangga (KRT) ....................................................... III – 2
Tabel 3.3 Tabulasi silang 3 x 3, Aktifitas Pertanian dan Lokasi Aktifitas Pertanian ..................... III – 2
Tabel 4.1 Penduduk dengan Status Kepala Keluarga Perempuan di Dusun Kedungglatik ......... IV – 4
Tabel 5.4 Kepemilikan Tanah dengan Hak Kepemilikan di Area Genangan dan Green Belt
Tabel 5.5 Kepemilikan Bangunan Hunian dengan Hak Milik di Area Genangan dan Green Belt
Tabel 5.6 Kepemilikan Bangunan Rumah Tinggal Tanpa Memiliki Hak Atas Tanah di Area
Tabel 5.7 Kepemilikan/Penguasaan Tanah dan Tanaman di Spoil Area Dusun Borangan ......... V – 10
Tabel 5.8 Kepemilikan/Penguasaan Tanah dan Tanaman di Spoil Area Dusun Sapen .............. V – 10
Tabel 5.9 Bangunan Hunian Rumah Tinggal Masyarakat di Jalan Akses Desa Jatirunggo ........ V – 12
Tabel 5.11 Penggunaan Tanah Kas/Aset Desa Penawangan Sebagai Borrow Area.................... V – 15
Tabel 5.12 PenggunaanTanah Kas/Aset Desa Candirejo Sebagai Borrow Area .......................... V – 16
Tabel 5.13 Kebutuhan Lahan yang Berada di Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bendungan
Jragung..................................................................................................................... V – 16
Tabel 6.6 Total Rencana Biaya Pembangunan Resettlement Alternatif Kedua .......................... VI – 12
Tabel 6.7 Jumlah Unit Rumah Per RT dan Tipe di Alternatif Kedua ........................................... VI – 15
Tabel 6.8 Tabel Pelaksanaan Rekayasa Sosial pada Pembangunan Bendungan Jragung ........ VI – 18
Tabel 6.12 Perkiraan Jumlah Peserta Pelatihan pada Pra Konstruksi Bendungan Jragung ......... VI – 24
Tabel 7.2 Kebutuhan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bendungan
Jragung..................................................................................................................... VII – 3
Tabel 7.3 Kebutuhan Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Bendungan Jragung .................. VII – 4
Tabel 7.4 Ganti Kerugian Atas Tanah yang Dimiliki/Dikuasai Masyarakat untuk Rencana \
Tabel 7.5 Pihak yang Menguasai atau Memiliki Objek Pengadaan Tanah Bagi
Tabel 7.6 Ganti Kerugian Atas Tanah dengan Hak Kepemilikan di Area Genangan dan
Tabel 7.7 Ganti Kerugian Atas Rumah Hunian dengan Hak Milik Atas Tanah di Area
Tabel 7.8 Ganti Kerugian Rumah Hunian Tanpa Memiliki Hak Hak Atas Tanah di Area
Tabel 7.9 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Spoil Area, Tapak
Bendungan, dan Bangunan Pelengkap yang Terletak di Dusun Borangan ................. VII – 13
Tabel 7.10 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Spoil Area, Tapak
Bendungan, dan Bangunan Pelengkap yang Terletak di Dusun Sapen ...................... VII – 13
Tabel 7.11 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Borrow Area yang
Tabel 7.12 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Borrow Area yang
Tabel 7.13 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Jalan Akses ................. VII – 23
Tabel 7.14 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Jalan Material yang
Tabel 7.15 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Jalan Material yang
Tabel 7.16 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah yang Menggunakan Tanah Kas
Desa Untuk Fungsi Borrow Area yang Terletak di Desa Penawangan ....................... VII – 27
Tabel 7.17 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah yang Menggunakan Tanah Kas Desa
Untuk Fungsi Jalan Akses yang Terletak di Desa Jatirunggo ..................................... VII – 27
Tabel 7.18 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah yang Menggunakan Tanah dan
Tabel 7.19 Usulan IPPKH untuk Rencana Pembangunan Bendungan Jragung dan Lahan
Tabel 7.20 Luas Lahan dan Luas Kawasan Hutan di Provinsi Jawa Tengah (dalam Ha) ............. VII – 39
Tabel 7 21 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Daerah Genangan dan Green Belt di
Tabel 7.22 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Spoil Area, Tapak Bangunan dan Bangunan
Tabel 7.23 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Spoil Area, Tapak Bangunan dan
Tabel 7.24 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Borrow Area di Desa Candirejo Berdasarkan
Tabel 7.25 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Borrow Area di Desa Penawangan
Tabel 7.26 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Jalan Akses di Desa Jatirunggo
Tabel 7.27 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Jalan Material di Desa Penawangan
Tabel 7.28 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Jalan Material di Desa Candirejo
Tabel 7.29 Perkiraan Harga Tanah Kas Desa Untuk Fungsi Borrow Area yang Terletak di
Tabel 7.30 Perkiraan Harga Tanah Kas Desa Untuk Fungsi Borrow Area yang Terletak di
Tabel 7.32 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Daerah Genangan dan Green Belt di
Tabel 7.33 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Spoil Area, Tapak Bangunan dan Bangunan
Tabel 7 34 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Spoil Area, Tapak Bangunan dan Bangunan
Tabel 7.35 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Borrow Area di Desa Candirejo Berdasarkan
Tabel 7.36 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Borrow Area di Desa Penawangan Berdasarkan
Tabel 7.37 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Jalan Akses di Desa Jatirunggo Berdasarkan
Tabel 7.38 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Jalan Material di Desa Penawangan
Tabel 7.39 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Jalan Material di Desa Candirejo Berdasarkan
Tabel 7.40 Perkiraan Harga Tanah Kas Desa Untuk Fungsi Borrow Area yang Terletak di
Tabel 7.41 Perkiraan Harga Tanah Kas Desa Untuk Fungsi Borrow Area yang Terletak di
Tabel 7.42 Perkiraan Harga Tanah sebagai Tanah Pengganti Bangunan SUTET Milik PLN ........ VII – 89
Tabel 7.43 Perkiraan Harga Atas Rumah Hunian dengan Hak Milik di Area Genangan dan
Tabel 7.44 Perkiraan Harga Rumah Hunian Tanpa Hak Milik Atas Tanah di Area Genangan
Tabel 7.45 Total Keseluruhan Atas Perkiraan Harga Tanah Masyarakat Berdasarkan NJOP
dan Harga Pasar untuk Rencana Pembangunan Bendungan Jragung ....................... VII – 91
Tabel 7.46 Total Keseluruhan Atas Perkiraan Harga Bangunan Rumah Hunian Untu
Tabel 8.1 Tabel Rencana Guna Lahan Alternatif Pertama ....................................................... VIII – 2
Tabel 8.3 Rekapitulasi Total Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rumah Tipe 36 ........................ VIII – 9
Tabel 8 4 Rekapitulasi Total Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rumah Tipe 48 ........................ VIII – 10
Tabel 9.1 Tabel Pelaksanaan Rekayasa Sosial pada Pembangunan Bendungan Jragung ........ IX – 3
Tabel 9.5 Perkiraan Jumlah Peserta Pelatihan pada Pra Konstruksi Bendungan Jragung ......... IX – 9
Tabel 10. 6 Konsultasi Publik Rencana Pembangunan (Untuk Penanganan Keberatan Atas
Tabel 10.10 Pelaksana Pengadaan Tanah yang dilakukan oleh Kepala BPN Provinsi................... X – 31
Tabel 10.11 Pelaksana Pengadaan Tanah yang dilakukan oleh Kepala BPN Kabupaten .............. X – 34
Tabel 10.23 Pemutusan Hubungan Hukum antara Pihak yang Berhak dengan Objek
Pengadaan Tanah..................................................................................................... X – 60
Tabel 10.24 Pendokumentasian Peta Bidang, Daftar Nominatif dan Data Administrasi
Pengadaan Tanah..................................................................................................... X – 63
Tabel 10.26 Permohonan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Untuk Bendungan Jragung ............. X – 67
Tabel 11.1 Daftar Indikator Capaian Monitoring Dan Evaluasi Pengadaan Tanah Untuk
Jragung..................................................................................................................... XI – 11
Tabel 11.3 Indikator Capaian yang Dimonitor Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan
Tabel 11.5 Daftar Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Permohonan Izin Pinjam Pakai
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kondisi Eksisting Penggunaan Lahan di Dusun Kedungglatik .................................... III – 2
Gambar 3.3 Kondisi Akses Perkerasan Jalan Menuju Area Genangan.......................................... III – 5
Gambar 3.5 Rumah Terdampak pada Spoil Area, Tapak Bendungan, dan Bangunan Pelengkap
Gambar 3.6 Akses Jalan menuju Lokasi Spoil Area, Tapak Bendungan, dan Bangunan
Gambar 3.8 Kondisi Jalan Akses pada Borrow Area Desa Penawangan ....................................... III – 8
Gambar 3.11 Kondisi Akses Menuju Lokasi Borrow Area Desa Candirejo ....................................... III – 9
Gambar 3.18 Kondisi Bangunan Rumah dan Gedung Lainnya yang Terdampak............................. III – 18
Gambar 4.2 Grafik Jumlah Anggota Keluarga Warga Masyarakat Area Genangan ....................... IV – 3
Gambar 4.3 Grafik Gambar Pendapatan Bulanan Masyarakat Area Genangan ............................. IV – 3
Gambar 4.4 Pekerjaan Warga Terdampak di Dusun Sapen dan Dusun Borangan ........................ IV – 5
Gambar 4.5 Jumlah Anggota Keluarga pada Warga Terdampak di Dusun Sapen dan Dusun
Borangan .................................................................................................................. IV – 6
Gambar 4.6 Interval Nominal Pendapatan Warga Terdampak di Dusun Sapen dan Dusun
Borangan .................................................................................................................. IV – 6
Gambar 4.7 Jenis Pekerjaan pada Responden Warga Terdampak Desa Penawangan ................. IV – 7
Gambar 4.8 Jumlah Anggota Keluarga dalam KK pada Desa Penawangan .................................. IV – 8
Gambar 4.10 Pie Chart Jenis Pekerjaan Warga Terdampak Borrow Area Desa Candirejo .............. IV – 9
Gambar 4.11 Jumlah Anggota Keluarga dalam KK Warga Terdampak Borrow Area
Gambar 4.12 Interval Pendapatan Warga Terdampak Borrow Area Desa Candirejo ....................... IV – 11
Gambar 4.14 Jumlah Anggota Keluarga Tiap Warga Terdampak di Desa Jatirunggo ...................... IV – 12
Gambar 4.15 Interval Pendapatan Bulanan Warga Terdampak di Desa Jatirunggo ........................ IV – 13
Gambar 4.17 Jumlah Anggota Keluarga Tiap Warga Terdampak di Desa Penawangan .................. IV – 14
Gambar 4.18 Interval Pendapatan Bulanan Warga Terdampak di Desa Penawangan ..................... IV – 15
Gambar 6.2 Siteplan Tiga Dimensi Alternatif Pertama Resettlement Area ..................................... VI –2
Gambar 6.7 Overview Tipe 1/2/3 Unit Rumah Permukiman Alternatif Kedua ................................. VI –10
Gambar 8.1 Usulan Desain dan Denah Rumah Tipe 36 ................................................................ VIII – 7
Gambar 8.2 Usulan Desain Dan Denah Rumah Tipe 48 ............................................................... VIII – 8
DAFTAR PETA
Peta 1.1 Peta Orientasi Lokasi Bendungan Jragung terhadap Kabupaten Semarang............... I – 12
Peta 1.2 Peta Orientasi Lokasi Bendungan Jragung terhadap Kecamatan Pringapus .............. I – 13
Peta 2.1 Peta Batas Administrasi Jragung terharap Kabupaten Semarang .............................. II –2
Peta 3.1 Penggunaan Lahan pada Area yang dibutuhkan untuk Pembangunan Bendungan
Jragung..................................................................................................................... III - 12
Peta 3.2 Status / Penguasaan Tanah pada Area yang dibutuhkan untuk Pembangunan
Peta 7. 1 Objek Pengadaan Tanah pada Area Genangan - Dusun Kedungglatik ................. VII – 93
Peta 7. 2 Peta Objek Pengadaan Tanah pada Spoil Area - Dusun Sapen ............................ VII – 97
Peta 7. 3 Objek Pengadaan Tanah pada Borrow Area Desa Penawangan – 1..................... VII – 99
Peta 7. 4 Objek Pengadaan Tanah pada Borrow Area Candirejo ......................................... VII – 103
Peta 7. 5 Peta Objek Pengadaan Tanah pada Jalan Akses Desa Jatirunggo ...................... VII – 104
Peta 7. 6 Peta Objek Pengadaan Tanah pada Jalan Material Penawangan ......................... VII – 106
Peta 7. 7 Objek Pengadaan Tanah pada Jalan Material Candirejo....................................... VII – 108
Peta 7. 8 Objek Pengadaan Tanah pada Resettlement Area ............................................... VII – 109
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 8a Siteplan.......................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Sungai Jragung merupakan salah satu sumber air permukaan yang berlokasi di antara Kabupaten
Semarang dan Kabupaten Demak. Panjang sungai ini mencapai 21,44 kilometer dengan kapasitas
sungai mencapai 100 m³. Wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai) Jragung memiliki luas ± 1.180 km². Salah
satu permasalahan sumberdaya alam yang hingga saat ini masih belum teratasi oleh pemerintah adalah
ketersediaan air di musim kemarau. Penggundulan hutan dan penggunaan air yang tidak terkontrol
menjadi faktor selanjutnya yang mempengaruhi makin terbatasnya ketersediaan sumberdaya air. Sedang
di sisi lain jumlah penduduk cenderung mengalami peningkatan, seiring dengan perkembangan sektor
perdagangan, industri, jasa maupun sektor ekonomi lainnya.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan air irigasi di Daerah Irigasi Jragung - Kabupaten Semarang
(seluas 4.528 hektar), dan tambahan pasokan air baku untuk Kabupaten Semarang dan Kabupaten
Demak, Ditjen Sumberdaya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai pelaksana
Engineering Service Project (ESP) mempercepat pelaksanaan pembangunan infrastruktur SDA.
Salahsatu diantaranya adalah pekerjaan Preparation of Jragung Multipurpose Dam Project (ADB Loan
3455-INO). Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan pembangunan Bendungan Jragung ini adalah adanya
kebutuhan untuk pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum, baik tanah milik
masyarakat maupun tanah-tanah dengan status sebagai hutan negara yang berada pada kewenangan
Perhutani Devisi Regional Jawa Tengah.
Pemindahan masyarakat sebagai akibat pembangunan infrastruktur tidak hanya pemindahan fisik
rumah dan individu dari satu lokasi ke lokasi lain, tetapi juga menyangkut pemindahan satuan masyarakat
dengan segala aspeknya. Diperlukan pendekatan dengan aspek yang beragam untuk menghindarkan
timbulnya ekses negatif terhadap pelaksanaan pembangunan tersebut. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan suatu strategi pemindahan penduduk yang dapat mengakomodasi aspek-aspek seperti:
kesiapan masyarakat terdampak, kondisi kehidupan masyarakat, perubahan mata pencaharian penduduk,
kepemilikkan tanah masyarakat kena dampak, ketersediaan tanah relokasi sebagai tempat permukiman
kembali masyarakat, dukungan pemerintah setempat, pemindahan penduduk dan penggantian rumah
hunian; serta pemindahan dan penggantian fasilitas umum yang diperlukan.
Output yang diharapkan dari pendekatan multiaspek kegiatan LARAP ini adalah dapat
dikembangkan suatu strategi dan mekanisme yang efektif dalam pengadaan tanah untuk pembangunan
bendungan bagi kepentingan umum. Strategi dan mekanisme dapat berupa petunjuk teknis yang dapat
berupa rumusan (rencana) langkah-langkah persiapan sebelum pembangunan bendungan yang jika
dilihat secara umum berupa perencanaan pengadaan tanah dan rencana permukiman kembali penduduk
yang dilaksanakan agar masyarakat terkena dampak proyek tidak dirugikan dan dapat kembali
memperoleh kehidupan. Selain itu harapan kedepan yang lain adalah penduduk terkena rencana
bendungan dapat kembali beraktifitas dengan mata pencaharian mereka yang hilang. Hal krusial lain yang
selalu menjadi sorotan tegas dari masyarakat terdampak langsung maupun tidak langsung adalah bahwa
kegiatan LARAP ini dapat selalu memperhatikan hal-hal yang nanti mungkin berpotensi untuk merugikan
mereka baik dalam kegiatan sehari-hari atau juga mempengaruhi pendapatan mereka.
1.2.1 Maksud
Maksud pekerjaan LARAP (Land Acquisition and Resettlement Action Plan) dari proyek Preparation of
Jragung Multipurpose DAM (ADB Loan 3455-INO) di Kabupaten Semarang adalah untuk mengidentifikasi
permasalahan dengan adanya rencana pembangunan bendungan terutama permasalahan tanah, tanam-
tumbuh, permukiman, prasarana dan sarana umum yang terkena dampak termasuk mengidentifikasi
upaya dan alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut.
1.2.2 Tujuan
Dengan maksud yang disebutkan, tujuan yang difokuskan dalam pekerjaan LARAP Bendungan Jragung
ini adalah:
3. Memfasilitasi titik temu semua pihak/stakeholders agar memiliki persepsi yang sama atas
tindakan pembebasan lahan dan permukiman kembali masyarakat;
4. Meminimalisir efek negatif yang terjadi baik pada tahapan kegiatan persiapan, perencanaan,
pelaksanaaan konstruksi, maupun pasca genangan.
1.2.3 Sasaran
Sasaran personel yang diharapkan dapat menerima manfaat dari pekerjaan ini diantaranya, yaitu:
1 Pihak Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Semarang yang dalam hal ini adalah
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait yang memiliki hubungan langsung dengan rencana
pengadaan tanah dan pemukiman kembali; BUMN Perhutani dan PLN; serta
1. 3 Dasar Hukum
Skema konstruksi hukum pengadaan tanah pembangunan Bendungan Jragung secara umum dibagi
dalam dua produk hukum yang mendasarinya. Pertama, yang berkaitan dengan pengadaan tanah untuk
pembangunan bagi kepentingan umum, dan kedua penggunaan kawasan hutan. Berikut merupakan
dasar-dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan LARAP Bendungan Jragung, mulai dari undang-
undang sampai peraturan daerah.
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1960, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);
2. Undang-Undang Nomor 51 Prp. Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin
Yang Berhak atau Kuasanya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2106);
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3046);
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 2007,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4725);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
8. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkalanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indoensia Nomor 5068);
9. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5188);
10. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 23, Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5280);
11. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahu 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
12. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun
2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5679);
13. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5601);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4453), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan
Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 137, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5056);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696), sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6042);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4947);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5112, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 105 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Perturan Pemerintah Nomor
Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 327, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5795);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5103);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5285);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berasal dari Penggunaan Kawasan Hutan untuk Kepentingan
Pembangunan di Luar Kegiatan Kehutanan yang Berlaku pada Kementerian Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5538);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
23. Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 344, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5801);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 101,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5883);
25. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa – Bali
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 75);
26. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012,
Nomor 156), sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 148 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun
2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 366);
27. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Menengah Nasional Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 3);
28. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2018 tentang Penanganan Dampak Sosial
Kemasyarakatan Dalam Rangka Penyediaan Tanah Untuk Pembangunan Nasional;
29. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu
(SMM) Departemen Pekerjaan Umum;
30. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:03/PRT/M/2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial
Pembangunan Bendungan;
31. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pengadaan Tanah;
32. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2015 tentang
Bendungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 771);
33. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 53);
34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang
Milik Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 547);
35. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13 Tahun 2013 tentang Biaya Operasional dan Biaya
Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
36. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.71/MenLHK/Setjen/HPL.3/8/2016
tentang Tata Cara Pengenaan, Pemungutan dan Penyetoran Provisi Sumber Daya Hutan, Dana
Reboisasi, Santi Rugi Tegakan, Denda Pelanggaran Eksploitasi Hutan dan Iuran Izin Usaha
Pemanfaatan Hutan Agraria (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1312);
37. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2018 tentang Tata Cara Pelepasan Kawasan Hutan dan
Perubahan Batas Kawasan Hutan Untuk Sumber Tanah Obyek Reforma Agraria (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 738);
38. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2018 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1119).
39. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa
Tengah;
40. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang RPJMD Provinsi Jawa
Tengah;
41. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Semarang;
42. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 15 Tahun 2016 tentang RPJMD Kabupaten
Semarang; dan
43. Peraturan Bupati Semarang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Aset Desa.
1. 4 Lingkup Pekerjaan
Sesuai dengan salah satu dasar hukum yang digunakan yakni Pasal 26 dan 27 pada Permen PUPR
Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan, bahwa studi pengadaan tanah paling sedikit memuat tentang:
1 Lokasi tanah yang diperlukan;
2 Peta bidang dan luasan tanah;
3 Status dan kondisi tanah;
4 Usulan rencana pembiayaan ganti rugi.
Sedangkan tahap kegiatan pemukiman kembali bagi penduduk yang terkena dampak langsung
paling sedikit memuat tentang:
1 Data jumlah penduduk yang akan dimukimkan kembali;
2 Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya penduduk yang akan dimukimkan kembali;
3 Kondisi lokasi rencana permukiman kembali penduduk;
4 Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya penduduk sekitar lokasi rencana pemukiman kembali;
5 Rencana tindak;
6 Rencana pembiayaan; dan
7 Pemberian ganti rugi berupa uang dan/atau tanah pengganti.
Memperhatikan ketentuan tersebut di atas, maka ruang lingkup pekerjaan LARAP Bendungan
Jragung ini terdiri dari:
1 Pekerjaan persiapan
a. Penyusunan Rencana Mutu Kontrak (RMK);
b. Usulan dan persertujuan mobilisasi personil/tenaga ahli dan peralatan; dan
c. Pengumpulan data sekunder diantaranya peta topografi, data desain bendungan Jragung,
serta data kepemilikan lahan.
2 Melakukan studi pendahuluan untuk memperoleh informasi tentang:
a. Jumlah dan nama kepala keluarga (KK) yang terkena proyek, luas tanah dan jumlah rumah
yang akan terkena proyek;
b. Identifikasi sebaran lokasi pemukiman;
c. Jenis mata pencaharian, tingkat pendapatan dan pengaruh proyek terhadap mata
pencaharian tersebut;
d. Fasilitas umum, infrastruktur dan public utilities yang terkena proyek;
e. Pandangan awal penduduk mengenai proyek, harapan, dan bentuk seta besarnya ganti rugi;
serta
f. Perkiraan kasar mengenai ganti rugi tanah, bangunan atau aset yang akan terkena proyek.
Wilayah yang menjadi lokasi kajian LARAP Bendungan Jragung berada di Kecamatan Pringapus,
Kabupaten Semarang, dimana yang sebelah utara perbatasan dengan Kabupaten Demak dan Kabupaten
Grobogan. Luas total lokasi kawasan yang dibutuhkan kurang lebih 900an Ha, yang terbagi menjadi tujuh
area bagian yaitu area genangan, Borrow area tanah padas, Jalan material tanah padas, Spoil Area,
Tapak Bendungan, dan Bangunan Pelengkap, Jalan akses menuju bendungan, Borrow area tanah
lempung, dan Jalan material tanah lempung sebagaimana dijabarkan pada tabel berikut.
Area-area tersebut cenderung berdekatan satu sama lain dengan jarak maksimal sekitar 6
kilometer. Selain ketujuh rencana lokasi kegiatan LARAP Bendungan Jragung diatas, terdapat pula
rencana resettlement area yang nantinya memiliki kriteria jenis tanah yang tidak jauh berbeda dengan
kondisi yang terdapat di dusun yang terdapat di area genangan, baik dari topografi, kontur tanah, luasan,
dan mata pencaharian yang terdapat di lokasi resettlement nanti. Peta lokasi Bendungan Jragung
terhadap Kabupaten Semarang dan juga terhadap Kecamatan Pringapus dapat dilihat pada Peta 1.1 dan
Peta 1.2 berikut.
Peta 1.1 Peta Orientasi Lokasi Bendungan Jragung terhadap Kabupaten Semarang
Peta 1.2 Peta Orientasi Lokasi Bendungan Jragung terhadap Kecamatan Pringapus
Tahapan besar pada pekerjaan LARAP dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya:
Tahap Tahapan Persiapan hingga finalisasi Laporan Pendahulan
Awal Tahap dimana akan dilakukan mobilisasi personil yang menyelesaikan pekerjaan LARAP
Bendungan Jragung - Semarang
Dilakukan survei pendahuluan yang berfungsi untuk meninjau lokasi terkini yang akan
dibangun Bendungan Jragung - Semarang, dan mengindentifikasi warga yang terkena
dampak
Pengumpulan data sekunder terkait lokasi studi serta mengkaji studi-studi terdahulu
Penyusunan Rencana Kerja dan dilanjutkan dengan penyusunan Laporan Pendahuluan
dan diskusi Pra Laporan Pendahuluan
Setelah diskusi Pra Laporan Pendahuluan, diadakan diskusi lagi untuk membahas
paparan untuk Finalisasi Laporan Pendahuluan
Setelah Laporan Pendahuluan disetujui, selanjutnya masuk tahap Pertemuan Konsultasi
Masyarakat (PKM) sampai finalisasi Laporan Antara (Interim)
Dilakukan Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM), yang bertujuan untuk menjaring
Tahap
aspirasi masyarakat sekaligus mensosialisasikan terkait pembangunan Bendungan
Interim
Jragung - Semarang
Melakukan survei lapangan, adapun yang disurvei antara lain survei sosial-ekonomi,
survei kadastral kepemilikan lahan, dan data-data di lapangan yang dibutuhkan untuk
menunjang analisis Laporan Interim
Dalam kajian social, kepemilikan lahan dan kemasyarakatan dibahas profil sosial ekonomi
dan kelembagaan di lokasi studi, profil lahan, bangunan, dan prasarana-sarana utilitas,
serta persepsi warga terkena dampak
Dalam analisis pembebasan tanah dan pemindahan penduduk, dibahas status
kepemilikan lahan, nilai ekonomi lahan, bangunan, tanamanl dan aset lain, serta alternatif
jenis dan besar ganti untung bagi warga terkena dampak
Setelah Laporan Interim disetujui, lanjut ke tahapan akhir, yaitu tahapan Action Plan
sampai pembuatan Laporan Akhir
Rencana Aksi (Action Plan) yang ditampilkan pada Laporan Akhir, untuk mengetahui
Tahap
rencana-rencana yang akan dilakukan akibat dampak pembangunan Bendungan Jragung
Akhir
- Semarang
Dalam Action Plan dirumuskan sistem kompensasi bagi warga terkena dampak
Rumusan mekanisme resettlement yang terbaik bagi warga terkena dampak
Perhitunga perkiraan biaya pembebasan lahan dan resettlement
Tahapan pelaksanaan pekerjaan diatas mengikuti rencana kerja yang telah dirumuskan
sebelumnya pada tahapan kick-off meeting LARAP Bendungan Jragung. Agar lebih jelas maka lingkup
materi yang dilaksanakan dalam LARAP Bendungan Jragung ini terangkum dalam Gambar 1.3 yang
merupakan gambar Alur Pekerjaan LARAP Bendungan Jragung berikut.
Sistematika pelaporan dari dokumen LARAP (Land Acquisition And Ressettlement Action Plan) untuk
persiapan proyek pembangunan Bendungan Jragung ini terdiri atas:
Bab I (Pendahuluan)
Pendahuluan memaparkan latar belakang LARAP Bendungan Jragung, maksud tujuan serta
sasaran, lingkup kegiatan, dasar hukum serta sistematika pelaporan.
Bab VII (Strategi dan Mekanisme Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali)
Bab ini menjelaskan proses yang dijalani pada bab sebelumnya yaitu proses pengadaan tanah
bagi kepentingan umum beserta dengan kesepakatan kompensasi, provisi atau ganti rugi serta
strategi pengadaan tanah yang meliputi tahapan perencanaan, persiapan, serta pelaksanaan
hingga pada proses penyerahan hasil proses pengadaan tanah.
Bab ini merupakan penjabaran dari tahapan yang dilakukan tim konstruksi Bendungan Jragung
dalam melakukan telaah sosial mengenai kesejahteraan masyarakat yang kehidupannya terkena
dampak dari pembangunan Bendungan Jragung hingga kembali bounce-up dengan kehidupan
baru nanti setelah Bendungan Jragung berada pada tahapan pasca-konstruksi.
Pada bagian ini dibahas mengenai strategi pengadaan tanah yang meliputi tahapan
perencanaan, persiapan, serta pelaksanaan hingga pada proses penyerahan hasil proses
pengadaan tanah. Bab ini juga akan membahas rencana tindak untuk tahapan izin pinjam pakai
kawasan hutan.
Tahap rencana monitoring dan evaluasi adalah tabel teknis berisikan kegiatan yang dapat
dilaksanakan pada tahapan pengembangan dari tiga tahapan besar untuk implementasi strategi
yakni pra, saat pembangunan bendungan, dan pasca pembangunan bendungan.
Lampiran
Lampiran berisikan hasil kompilasi survei lapangan, album peta, gambar/foto, grafik dan lain yang
perlu dilampirkan dalam dokumen.
BAB 2
GAMBARAN PROYEK BENDUNGAN JRAGUNG
Ba b Ga mba ra n Proyek Bendunga n Jra gung merupa ka n ba gia n desk ripsi singk a t mengena i
kondisi dan situasi dari lokasi pekerjaan LARAP Bendungan Jragung, mulai dari Kabupaten
Sema ra ng, k emudia n Keca ma ta n P rin ga pus sa mpa i unit terk ecil ya k ni D esa da n D usun ya ng
t e r k e na d a m p a k p e m ba n g u n a n b e n d u n g a n .
Bendungan Jragung secara administrasi berada di wilayah Pemerintah Kabupaten Semarang, tepatnya
berlokasi di Kecamatan Pringapus yang terletak di Kabupaten Semarang bagian selatan. Kabupaten
Semarang secara geografis terletak pada 110°14’54,75’’ sampai dengan 110°39’3’’ Bujur Timur dan
7°3’57” sampai dengan 7°30’ Lintang Selatan. Keempat koordinat bujur dan lintang tersebut membatasi
wilayah seluas 950,21 km². Wilayahnya sebagian besar merupakan daratan tinggi dengan ketinggian rata-
rata 544,21 mdpl. Luas wilayah Jawa Tengah tercatat sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04% dari
luas Pulau Jawa (1,70% dari luas Indonesia). Pada bagian tengah wilayah Kabupaten Semarang terdapat
Kota Salatiga dan Danau Rawa Pening. Batas Wilayah Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut:
Suhu udara rata-rata di Kabupaten Semarang bisa dikatakan relatif sejuk berkisar antara 24°C –
28°C, karena jika ditilik berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut, Kabupaten Semarang
berada pada ketinggian 318 meter dpl hingga 1.450 meter dpl. Berdasarkan data dari laman resmi Badan
Pusat Statistik (BPS) wilayah Kabupaten Semarang tercatat memiliki 6.724 Rukun Tetangga (RT), 1.606
Rukun Warga (RW), 208 Desa, dan 27 Kelurahan. Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang, jumlah penduduk yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP)
sebanyak 748.094 orang atau 98,37% dari jumlah penduduk wajib KTP, masih sekitar 1,67% penduduk
Kabupaten Semarang yang masih belum terdaftar memiliki KTP meski usianya sudah seharusnya
memiliki KTP . Jumlah penduduk umur 18 tahun ke bawah yang memiliki akta kelahiran sebanyak
257.310 jiwa atau 90,54% dari jumlah penduduk umur 18 tahun ke bawah.
Menurut Data BPS, Kecamatan Pringapus memiliki luas wilayah 7.835,17 hektar. Kecamatan ini
tersusun atas 1 Kelurahan dan 8 Desa, yakni Kelurahan Pringapus, Desa Derekan, Desa Klepu, Desa
Pringsari, Desa Jatirunggo, Desa Wonoyoso, Desa Wonorejo, Desa Candirejo dan Desa Penawangan;
secara spesifik yang terkena dampak pembangunan Bendungan Jragung sendiri adalah Dusun
Kedungglatik yang berada di Desa Candirejo. Daerah kajian LARAP ini berjarak kurang lebih 30 kilometer
ke arah tenggara Kota Semarang, dapat dicapai melalui ibukota Kabupaten Semarang ke arah Karangjati,
Kecamatan Pringapus sampai pada lokasi bendungan. Atau melalui Semarang ke arah timur sampai
Karang Ngawen lalu berbelok ke arah selatan hingga sampai lokasi rencana bendungan.
Lokasi studi LARAP berada di kawasan DAS Jragung di bagian utara Jawa Tengah yang
melintasi tiga kabupaten yaitu Kabupaten Demak (65.145,98 hektar) yang memiliki cakupan terluas,
Kabupaten Semarang (25.931,55 hektar), dan Kabupaten Grobogan (25.654,64 hektar). Letak tepatnya
berada pada posisi koordinat antara 110° 21' 57" - 110° 39' 58" Bujur Timur dan antara 6° 50' 55'' - 7° 13'
59'' Lintang Selatan. Batas wilayah Kecamatan Pringapus dijelaskan dalam Tabel 2.1 berikut.
Selain adanya beberapa pabrik yang beroperasi di wilayah Kecamatan Pringapus, posisi
Pringapus cukup strategis dan dekat dengan ibukota Kabupaten Semarang (Ungaran). Adanya kawasan
peruntukan industri membuat Kecamatan Pringapus memiliki laju perekonomian yang baik dan menjadi
kecamatan yang mempunyai akses yang bagus menuju Ungaran. Kecamatan Pringapus berupa
perbukitan yang dikelilingi oleh perkebunan dan hutan produksi yang menjadi potensi bagi Kabupaten
Semarang. Peta 2.2 akan yang menggambarkan wilayah Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
Kecamatan Pringapus menurut data BPS Tahun 2018 memiliki jumlah penduduk sebanyak
51.731 jiwa. Kepadatan penduduknya adalah 660,28 jiwa per km² dan lokasinya menyebar di delapan
kelurahan/desa. Desa dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Desa Klepu, namun desa dengan
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi adalah Desa Derekan. Sedangkan desa dengan jumlah
penduduk paling sedikit adalah Derekan, dan desa dengan tingkat kepadatan penduduk yang rendah
adalah Candirejo. Kuantitas penduduk tiap desa di Kecamatan Pringapus dapat dilihat pada Tabel 2.2
berikut.
Tabel 2.2 Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2017
Data yang didapatkan dari BPS Kabupaten Semarang mengenai topografi, koordinat, dan
ketinggian menunjukkan bahwa wilayah Kecamatan Pringapus terdapat desa tertinggi (dilihat dari letak
kantor desa) adalah Desa Klepu dengan ketinggian 456 meter dpl. Sementara untuk wilayah dengan
ketinggian terendah adalah Desa Candirejo dengan ketinggian 237 meter dpl yang memiliki topografi pada
seluruh desa adalah berupa dataran rendah. Desa Candirejo yang memiliki letak ketinggian paling rendah
berada di antara kawasan perbukitan yang memiliki akses yang cukup sulit untuk dilalui.
Tabel 2.3 Topografi Desa, Koordinat dan Ketinggian
Koordinat Ketinggian (Altitude) Letak
Desa/
Topografi Garis Lintang Garis Bujur Kantor Desa / Kelurahan
Kelurahan
(Latitude) (Longitude) (mdpl)
Derekan Dataran 71,984 1,104,450 431
Klepu Dataran 71,849 1,104,440 456
Pringapus Dataran 71,884 1,104,630 381
Pringsari Dataran 71,909 1,104,710 339
Jatirunggo Dataran 72,021 1,104,770 313
Wonoyoso Dataran 71,795 1,104,990 282
Wonorejo Dataran 71,786 1,104,910 304
Candirejo Dataran 71,670 1,105,170 237
Penawangan Dataran 71,370 1,105,090 306
Sumber: Kecamatan Pringapus Dalam Angka 2018
Kebutuhan air merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus dipenuhi oleh pemerintah disamping
kebutuhan-kebutuhan lainnya yang diperoleh dari pengelolaan sumber daya alam. Ketersediaan air di
musim kemarau saat ini masih merupakan permasalahan yang belum seluruhnya dapat dipecahkan oleh
pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat antara lain disebabkan oleh karena sumber
air yang makin langka akibat penggundulan hutan dan penggunaan air yang tidak terkontrol. Oleh
karenanya fungsi utama dari pembangunan Bendungan Jragung ini sendiri menitikberatkan pada
penyediaan sumber air.
Sebagai salah satu bendungan yang manfaatnya dirasakan lintas kabupaten, visi dan misi
dibangunnya Bendungan Jragung adalah untuk mengoptimalkan sumber daya wilayah, sumber daya air
dan tanah, serta pengendalian banjir, irigasi dan drainase, untuk suplai air perkotaan dan Industri dan
yang terakhir untuk PLTM. Tujuan dibangunnya Bendungan Jragung adalah untuk menyimpan air
dimusim hujan dan suplai air irigasi di musim kemarau. Bendungan Jragung juga berfungsi sebagai
pengendali banjir, irigasi sawah pertanian seluas 4038,5 Ha dan PLTM sebesar 2x1,245 MW. Bendungan
Jragung juga dapat dimanfaatkan perikanan air tawar serta sarana wisata daerah (DED Bendungan
Jragung, 2016). Berikut profil daerah aliran sungai atau DAS yang berada pada wilayah Bendungan
Jragung:
Konstruksi Bendungan Jragung terdiri dari Bangunan Pengelak, Bangunan Pelimpah, Bangunan
Pengambilan dan Bangunan Utama. Berikut merupakan detail masing-masing bangunan dalam konstuksi
Bendungan Jragung:
A. Bangunan Pengelak
Terowongan Pengelak
- Bentuk Potongan Melintang : Tapal Kuda Tipe 2 (Modifikasi)
- Panjang : 380.00 m.
- Diameter : 5,30 m.
- Elevasi Hulu : + 60.00 m.
- Elevasi Hilir : + 52.40 m.
- Kemiringan Terowongan : 1 : 50
Saluran Pengelak 5
- Bentuk Potongan Melintang : Box Culvert
- Panjang Saluran : 30 m.
- Lebar Dasar Saluran : 5.5 m.
- Tinggi Dinding Saluran : 5.00 - 5,50 m.
- Elevasi Hulu : + 52.40 m.
- Elevasi Hilir : + 51.80 m.
- Kemiringan Saluran : 1 : 50
Saluran Pengelak 6
- Bentuk Potongan Melintang : Trapesium
- Panjang Saluran : 160 m.
- Lebar Dasar Saluran : 5,5 m.
- Tinggi Dinding Saluran : 4 m.
- Elevasi Hulu : + 51.80 m.
- Elevasi Hilir : + 48.60 m.
- Kemiringan Saluran : 1 : 50
- Panjang Saluran : 20 m.
- Lebar Dasar Saluran : 5,5 - 10 m.
- Tinggi Dinding Saluran : 4.00 – 3.50 m.
- Elevasi Hulu : + 48.60 m.
- Elevasi Hilir : + 48,40 m.
- Kemiringan Saluran : 1: 100
Saluran Pengelak 8
- Bentuk Potongan Melintang : Trapesium
- Panjang Saluran : 230 m.
- Lebar Dasar Saluran : 10 m.
- Tinggi Dinding Saluran : 3.50 m.
- Elevasi Hulu : + 48,40 m.
- Elevasi Hilir : + 46,01 m.
- Kemiringan Saluran : 1: 100
B. Bendungan Utama
C. Bangunan Pelimpah
Mercu
Saluran Peluncur 1
Saluran Peluncur 2
Peredam Energi
- Tipe : Trapesium
- Panjang : 220.00 m
- Lebar dasar : 30 m
- Tinggi : 5.00 m
D. Bangunan Pengambilan
Berikut profil area genangan dan kapasitas bendungan dari Bendungan Jragung yang mengacu dari
dokumen detail engineering design Jragung DAM.
Tanah yang akan digunakan untuk pembangunan Bendungan Jragung diklasifikasi berdasarkan fungsi
dan lokasi lahannya mengikuti hasil studi DED sebelum kajian LARAP. Alokasi tersebut meliputi Area
Genangan-Green Belt, Spoil Area, Borrow Area Penawangan, Borrow Area Candirejo, Jalan Akses di
Jatirunggo, Jalan Material Penawangan, Jalan Material Candirejo, dan juga rencana lokasi untuk
Resettlement Area.
A. Jalan Akses
Tanah yang dibutuhkan untuk jalan akses menuju bendungan sepanjang 9,49 kilometer dengan
lebar 10 meter dengan memperlebar jalan eksisting mulai dari jalan desa (perkerasan beton
selebar 4 meter) pada Dusun Legaran di Desa Jatirunggo yang juga melewati Dusun Pungkruk
pada desa yang sama. Jalur tersebut kemudian diteruskan pada jalan/alur milik Perhutani hingga
terhubung pada as bendungan. Total luasan koridor tanah yang dibutuhkan untuk pembangunan
jalan akses ini yaitu 9,92 hektar dan terbagi menjadi beberapa kepemilikan. Seluas 8,46 hektar
(85,3%) merupakan area milik Perhutani, seluas 0,80 hektar (8, 06%) merupakan tanah milik
pemerintah desa, seluas 0,65 hektar (6,54%) milik warga sekitar, dan 0,01 hektar (0,1%) milik
kas desa.
Berdasar Tabel 2.4 dibawah diketahui dari 89 kilometer total panjang jalan yang ada di
Kecamatan Pringapus, jalan aspal sudah mendominasi dengan total panjang keseluruhan 74
kilometer dan tersebar di delapan desa/kelurahan Kecamatan Pringapus. Sepanjang 12 kilometer
jalan masih berupa jalan batu, serta 3 kilometer jalan yang masih berupa tanah.
Tabel 2.4 Kondisi Panjang Jalan Desa di Kecamatan Pringapus (dalam Km)
Jalan Desa
Desa/ Kelurahan
Aspal Berbatu Tanah
Derekan 4,00 0,00 0,00
Klepu 10,00 0,00 0,00
Pringapus 18,00 0,50 0,00
Pringsari 9,00 0,00 0,00
Jatirunggo 11,00 2,00 0,00
Wonoyoso 6,00 0,00 0,00
Wonorejo 10,00 0,00 0,00
Candirejo 5,00 6,00 2,00
Penawangan 1,00 3,50 1,00
Jumlah 74,00 12,00 3,00
Sumber: Kecamatan Pringapus Dalam Angka 2018
Jalan akses yang paling sulit untuk dilalui adalah jalan menuju Dusun Kedungglatik, Dusun
Sapen dan Dusun Borangan. Hal tersebut dikarenakan sekitar 80% dari total panjang jalur
menuju lokasi tersebut adalah jalan tanah, sehingga jalan atau akses sangat sulit ditempuh
dilalui kecuali menggunakan kendaraan khusus seperti trail dan sejenis, hal tersebut makin parah
ketika musim hujan.
Tanah yang akan digunakan untuk pembangunan Bendungan Jragung diklasifikasi berdasarkan fungsi
dan lokasi lahannya mengikuti hasil studi DED sebelum kajian LARAP. Selain titik lokasi konstruksi
bendungan, terdapat pembagian kebutuhan lahan dengan fungsi sebagai kawasan penunjang
pembangunan bendungan. Area atau kawasan tersebut dibagi menjadi spoil area, tapak bendungan, dan
bangunan pelengkap, borrow area, green belt untuk area genangan, jalan untuk angkutan material
pembangunan bendungan, dan juga area untuk lahan pelaksanaan resettlement yang dideskripsikan
secara sederhana berikut.
Tanah untuk spoil area berupa tanah yang akan digunakan untuk membuang material yang tidak
memenuhi syarat sebagai material timbunan. Tanah ini direncanakan seluas 100,61 hektar yang
terletak pada sisi utara bendungan atau tepatnya pada Dusun Sapen dan Dusun Borangan,
Desa Candirejo. Kawasan spoil area ini tidak sampai mencakup ke area permukiman warga,
namun luasan sejumlah 100,61 hektar ini mengenai satu unit bangunan rumah warga dan
sebagian lahan kebun milik warga. Status penguasaan tanah pada spoil area diantaranya adalah
milik Perhutani dan juga milik warga yang mana 91,76 hektar (91,2%) adalah milik Perhutani dan
sisanya seluas 8,85 hektar (8,79%) adalah milik warga Dusun Sapen dan Dusun Borangan.
B. Borrow Area
Pembangunan Bendungan memerlukan material berupa tanah dan/atau batuan pada lokasi
tertentu yang telah dikaji secara teknis. Lokasi tersebut disebut sebagai borrow area. Borrow
area Penawangan terletak di Desa Penawangan, desa paling ujung bagian utara Kecamatan
Pringapus dan hanya memiliki satu jalan akses untuk menuju ke lokasi tersebut.
Pada lapisan bawah tanah persawahan Desa Penawangan, merupakan tanah berjenis padas.
Jenis tanah tersebut merupakan salah satu dari jenis tanah yang kondisi fisiknya amat padat
dikarenakan mineral di dalamnya dikeluarkan oleh air yang terdapat di lapisan tanah pada bagian
atas sehingga kandungan tanah telah hilang dan sisanya terdiri dari lapukan batuan induk.
Berdasarkan hasil kajian, tanah ini sangat cocok untuk dijadikan material timbunan bendungan.
Kebutuhan tanah yang direncanakan untuk borrow area Desa Penawangan seluas 54,30 hektar
yang mencakup 38,33 hektar (70,6%) merupakan bidang sawah warga sedang seluas 15,55
hektar (28,64%) merupakan tanah yang statusnya berupa kas desa.
Selain Desa Penawangan terdapat lokasi yang direncanakan sebagai sumber material untuk
pembangunan Bendungan Jragung lain. Lokasi tersebut terdapat pada area persawahan pada
Dusun Krajan di Desa Candirejo. Lokasi borrow area Dusun Krajan ini memiliki luas total 49,90
hektar. Pada borrow area wilayah Candirejo material yang akan diambil adalah tanah lempung
yang secara teknis cocok digunakan untuk pembentukan badan bendungan dan juga pondasi
bendungan. Badan bendungan berfungsi untuk menahan/penghalang air, sementara pondasi
bendungan berfungsi untuk menjaga kokohnya bendungan. Sementara luasan borrow area Desa
Candirejo ini terbagi menjadi 22,51 hektar (45,12%) milik Perhutani, seluas 25,11 hektar
(50,33%) milik warga setempat, seluas 2,11 hektar (4,22%) milik kas desa, sementara sisanya
seluas 0,16 hektar (0,33%) milik pemerintah desa.
Tanah untuk area genangan pada dasarnya adalah tanah yang diprioritaskan sebagai titik
kumpul air atau lokasi genangan. Namun untuk mempermudah proses identifikasi dan analisis,
pada studi ini tanah untuk area genangan juga sudah dicakupkan pada tanah untuk sabuk hijau
atau green belt yang mengelilinginya dengan fungsi sebagai area penyangga. Tanah untuk area
genangan dan sekaligus dengan area green belt memiliki luas total seluas 637,63 hektar yang
direncanakan membentang mengikuti kontur bukit dari Desa Candirejo hingga ke Desa
Penawangan, dan menggenangi salah satu dusun di Desa Candirejo, yakni Dusun Kedungglatik.
Jalan material yang dimaksudkan yaitu ruas jalan yang akan dipergunakan untuk mengangkut
material dari Borrow Area menuju ke area pelaksanaan proyek Bendungan Jragung. Jalan
material Penawangan digunakan untuk mengangkut material dari Borrow Area Penawangan.
Jalan ini direncanakan dengan panjang 5,45 kilometer dan lebar 15 meter, yang akan mengikuti
alur jalur Perhutani dari as bendungan sampai Desa Penawangan. Total luasan kebutuhan tanah
untuk jalur material ini sudah ditentukan seluas 8,40 hektar yang terbagi menjadi 5,66 hektar
(67,43%) milik Perhutani dan seluas 2,73 hektar (32,57%) milik warga.
Jalan material yang kedua yaitu jalan material pada Desa Candirejo yang merupakan akses
pengangkutan material dari Borrow Area wilayah Candirejo menuju titik lokasi genangan atau
lokasi kegiatan proyek. Jalan ini direncanakan sepanjang 1,19 kilometer dengan lebar 13 meter
mengikuti jalan desa eksisting dengan kepemilikan lahan seluas total 1,55 hektar seluruhnya
adalah milik Perhutani.
Tanah untuk resttlement area (area permukiman kembali) harus dipersiapkan mengingat terdapat
sejumlah penduduk dalam satu dusun yang bangunan rumah berserta asetnya akan tergenang
jika pembangunan Bendungan Jragung terealisasi. Penentuan lokasi resettlement area
didasarkan pada pertimbangan beberapa faktor seperti kondisi fisik tapak, aksesibilitas, serta
status penguasaan lahan. Setelah berbagai tahapan kegiatan LARAP dilaksanakan, disimpulkan
untuk mengarahkan lokasi resettlement sesuai dengan aksesibilitas lahan serta kondisi perijinan
pada alternatif ketiga yakni lahan warga yang memiliki luas total 3,20 hektar.
Berdasarkan pembagian penggunaan tanah untuk kebutuhan pembangunan Bendungan Jragung, maka
berikut ini adalah Tabel 2.5 yang menjelaskan tentang rencana luas tanah yang dibutuhkan.
BAB 3
PENGGUNAAN LAHAN, STATUS TANAH, DAN
ASET LAINNYA
Bab ini akan mendeskripsikan hasil survei lapangan mengenai kondisi masing -
ma sing lok a si ya ng di perguna k a n untuk pemba nguna n Bendunga n Jra gung da ri
segi penggunaan lahan, status, dan kualitas -kuantitasnya
Secara umum penggunaan lahan eksisting pada area yang dibutuhkan untuk pembangunan Bendungan
Jragung akan diklasifikasi menjadi dua kelompok, yakni lahan permukiman dan lahan non permukiman.
Lahan permukiman berupa lahan yang difungsikan sebagai tempat bermukim warga yang mana di
dalamnya terdapat rumah tinggal dan halamannya berserta sarana dan prasarana pendukung. Sementara
lahan non permukiman berupa lahan lainnya selain lahan permukiman yang berupa hutan jati, ladang
(area kebun warga di dalam lahan perhutani, biasanya ditanami jagung), kebun, sawah, sungai, dan jalan.
Penggunaan lahan pada area genangan dan greenbelt didominasi oleh lahan non permukiman. Lahan
permukiman hanya terdapat pada wilayah Dusun Kedungglatik dengan luas 2.79 hektar atau 0.54 % dari
luas area genangan dan greenbelt, sementara sisanya berupa lahan non permukiman.
Kondisi Hutan Jati di Area Genangan Kondisi Permukiman Dusun Kedungglatik pada Area Genangan
Sektor sanitasi pada Dusun Kedungglatik kurang memadai dilihat dari tidak tersedianya toilet
rumah tangga, serta tidak tersedianya aliran pembuangan limbah rumah tangga. Selain permasalahan
aksesibilitas yang membuat dusun ini sulit dicapai, ancaman bencana longsor sungai serta kondisi
sanitasi yang buruk, kondisi dusun makin buruk dengan minimnya sarana prasarana umum, serta dan
utilitas. Dusun Kedungglatik tidak memiliki sarana pendidikan dan juga fasilitas kesehatan. Pada Dusun
Kedungglatik hanya terdapat utilitas umum berupa masjid yang terletak di tengah dusun, satu lokasi
makam, jaringan air bersih berupa sumur, toilet umum dan juga fasilitas olahraga berupa lapangan yang
digunakan warga setiap sore ketika tidak turun hujan.
Bangunan rumah pada dusun ini seluruhnya merupakan fisik bangunan semi-permanen, yang
desainnya sengaja mudah dibongkar pasang untuk memudahkan jika sewaktu-waktu harus dipindah
karena adanya ancaman penggerusan sungai. Bangunan rumah pada dusun ini menggunakan kayu jati
sebagai pondasi, dan pada beberapa bagian untuk dinding dan lantai dikombinasikan dengan kayu jenis
lain. Sementara untuk atap rumah sebagian besar menggunakan genteng dengan bentuk atap limasan
dan joglo. Terdapat total 85 unit bangunan rumah, dan beberapa bangunan penunjang mata pencaharian
warga berupa kandang dan lumbung yang masing-masing berjumlah 37 unit dan 8 unit.
Jumlah penghuni masing-masing unit rumah di Dusun Kedungglatik berkisar antara 3-5 jiwa,
namun terdapat beberapa keluarga yang memiliki anggota Iebih dari 5 orang. Kondisi fisik dan eksisting
pada Dusun Kedungglatik lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Akses menuju lokasi area yang direncanakan sebagai area genangan dapat ditempuh melalui
Kecamatan Pringapus menuju pusat Desa Candirejo dan dari Candirejo terdapat satu jalur jalan menuju
Dusun Kedungglatik. Perkerasan jalan yang terdapat di lokasi berupa aspal, beton dan juga jalan tanah.
Jalan aspal dimulai dari ibukota Kecamatan Pringapus sampai ke Desa Candirejo. Kemudian dilanjutkan
dengan jalan beton pada Dusun Krajan Desa Candirejo sampai pada area persawahan pada borrow area,
diteruskan dengan jalan tanah menuju Dusun Kedungglatik yang dapat diteruskan menuju ke wilayah
Dusun Borangan dan Dusun Sapen.
Lebar badan jalan wilayah ini bervariasi dari 2 meter hingga 6 meter. Hal ini disebabkan oleh
kikisan air hujan saat musim penghujan akses menuju desa Kedungglatik akan terputus, dikarenakan
jalan yang sebelumnya tanah berubah menjadi lumpur, hanya kendaraan khusus seperti trail atau four
wheel car yang memiliki kemampuan khusus mampu melalui jalan dengan kondisi lumpur.
Tabel 3. 3 Penggunaan Lahan pada Spoil Area, Tapak Bendungan, dan Bangunan Pelengkap
No Penggunaan Lahan Luas (ha) %
1 Hutan Jati 52.85 54.37
2 Jalan 0.45 0.46
3 Ladang 42.13 43.34
4 Permukiman 0..02 0.02
5 Sungai 1.77 1.82
Jumlah 97.21 100.00
Sumber: Survei Lapangan LARAP Jragung, 2018
Lokasi spoil area, tapak bendungan, dan bangunan pelengkap dapat ditempuh melalui ibukota
Kecamatan Pringapus kemudian melewati Dusun Krajan, dan Dusun Kedungglatik. Akses menuju lokasi
terbilang cukup sulit sama halnya dengan Dusun Kedungglatik. Kendaraan roda empat dari Desa
Candirejo yang digunakan menuju dusun ini harus menyeberangi sungai karena tidak terdapat jembatan
penghubung dengan dusun lokasi spoil area, tapak bendungan, dan bangunan pelengkap. Jembatan
yang dibangun untuk menyambung dengan dusun ini telah lama terputus. Pada kondisi hujan dan terjadi
banjir akses menuju lokasi akan terputus total dan harus mengambil jalur memutar melalui Kabupaten
Demak dengan jarak tempuh lebih jauh.
Kondisi jalan menuju lokasi - menyeberangi sungai Akses jembatan yang terputus
Gambar 3. 6 Akses Jalan menuju Lokasi Spoil Area, Tapak Bendungan, dan Bangunan Pelengkap
Sumber: Dokumentasi Survei Lapangan LARAP Bendungan Jragung, 2018
Borrow area yang dimaksud meliputi borrow area di Desa Penawangan yang merupakan area
pengambilan random field, serta borrow area di Desa Candirejo untuk pengambilan core field. Sementara
jalan material yakni jalan yang akan digunakan sebagai jalur pengangkutan material dari masing-masing
borrow area menuju ke bangunan bendungan. Kondisi penggunaan lahan pada area-area tersebut akan
dijebarkan sebagai berikut.
Jarak Desa Penawangan dari perkotaan Kabupaten Semarang kurang lebih 40 kilometer yang
dapat ditempuh dari daerah Karangjati menuju Dusun Mranak dilanjutkan ke Desa Penawangan yang
akan melewati kawasan hutan jati dan mahoni. Lokasi borrow area di Desa Penawangan terletak di
bagian utara desa yang dapat diakses mengunakan kendaraan roda dua maupun roda empat karena
perkerasannya sudah berupa aspal.
Sementara itu Penggunaan lahan pada jalan material Penawangan didominasi oleh hutan jati
dengan luasan mencapai 5.93 hektar dan sisanya merupakan kebun warga seluas 2.70 hektar. Rute
jalannya akan mengikuti alur/jalan Perhutani, yang merupakan jalan tanah dan biasanya difungsikan
sebagai jalan menuju ladang warga.
Hutan Jati
Akses menuju lokasi borrow area Candirejo di mulai dari Ibukota Kecamatan menuju kearah
timur menuju Dusun Krajan Desa Candirejo dengan kondisi perkerasan jalan aspal dengan lebar 4 meter
dan jarak tempuh sejauh 6 kilometer. Pada lokasi sawah borrow area wilayah Desa Candirejo ini juga
dapat diakses dengan mudah karena telah dibangun jalan dengan perkerasan beton. Sementara itu
penggunaan lahan pada jalan material Candirejo didominasi oleh hutan jati dengan cakupan luasan
wilayahnya mencapai 1bb,07 hektar (69,24%) dan koridor jalan eksisiting yang tercakup seluas 0,48
hektar (30,75%).
Rencana jalan akses untuk Bendungan Jragung secara administratif direncanakan akan membentang
melewati Desa Jatirunggo, dan berakhir pada as bendungan yang berada di Desa Candirejo dengan
panjang 9.5 kilometer dan lebar 10 meter. Wilayah Desa Jatirunggo yang akan dilewati oleh jalan akses
yakni jalan desa penghubung Dusun Legaran dengan Dusun Pungkruk, dimana terdapat jalan beton
sepanjang 1.2 kilometer yang merupakan jalan eksisting penghubung antar kedua dusun tersebut
sedangkan jalan tanah sepanjang 8.3 kilometer merupakan jalan/alur yang dipergunakan oleh Perhutani.
Penggunaan lahan di sekitar jalan akses secara umum dapat dibagi dua jenis yaitu berupa kawasan
permukiman dan non-permukiman. Kawasan permukiman berada permukiman pada Dusun Legaran dan
Dusun Pungkruk, yang dilalui oleh rencana jalan akses kurang lebih sepanjang 1.2 kilometer. Sementara
sisanya berupa kawasan non-permukiman berupa hutan jati milik Perum Perhutani yang dilalui jalan
akses sepanjang 8.3 kilometer.
Penggunaan lahan eksisting resettlement area dengan luas total 3.20 hektar yakni berupa lahan kebun
milik warga yang ditanami berbagai macam tanaman diantaranya jati, mangga, dan tanaman buah-
buahan lainnya.
Kondisi Resettlement
Peta 3.1 Penggunaan Lahan pada Area yang dibutuhkan untuk Pembangunan Bendungan Jragung
Kebutuhan lahan untuk penyediaan tanah bagi pembangunan Bendungan Jragung yang paling besar
adalah menggunakan kawasan hutan yang dikuasai oleh Perum Perhutani. Penggunaan kawasan hutan
tersebut mencapai 90.22 persen atau 671.36 hektar dari total luas kebutuhan tanah untuk pembagunan
Bendungan Jragung. Sementara tanah lainnya sebesar 8.64 persen atau 60.51 hektar dikuasai oleh
warga, 0.98 persen atau 6.89 hektar merupakan tanah kas desa, dan 0.15 persen atau 1.05 hektar
sisanya berupa tanah penguasaan pemerintah desa.
Perhutani;
631,76
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa kebutuhan lahan untuk penyediaan tanah bagi pembangunan
Bendungan Jragung yang paling besar adalah menggunakan kawasan hutan yang mencapai 90.22
persen dari luas total kebutuhan tanah untuk pembangunan Bendungan Jragung. Tanah tersebut
terdistribusi pada beberapa alokasi lahan yang meliputi Area Genangan dan Greenbelt seluas 512.62
hektar; Spoil Area, Tapak Bendungan, dan Bangunan Pelengkap seluas 88.37 hektar; kemudian 2.15
hektar pada Borrow Area Penawangan; 12.13 hekar pada Borrow Area Candirejo; 8.72 hektar pada
Jalan Akses; dan masing-masing 6.06 hektar dan 1.72 hektar untuk Jalan Material Penawangan dan
Jalan Material Candirejo.
Penguasaan Tanah
No Alokasi
Oleh Perhutani (ha)
1 Area Genangan dan Green Belt El. 119.5 512.62
2 Spoil Area, Tapak Bendungan, dan Bangunan Pelengkap 88.37
3 Borrow Area Penawangan 2.15
4 Borrow Area Candirejo 12.13
5 Jalan Akses 8.72
6 Jalan Material Penawangan 6.06
7 Jalan Material Candirejo 1.72
8 Resettlement Area 0.00
Total (A) 631.76
Rencana Pemindahan 12 Tapak Tower SUTET PLN (B) 0.32
Rencana Pemindahan Jaringan Kabel Tower SUTET PLN (C) 18.96
GRAND TOTAL (A+B+C) 651.04
Sumber: Analisis LARAP Bendungan Jragung, 2018
Berdasarkan hasil dari pendataan lahan yang dimiliki/dikuasai masyarakat dilokasi rencana pembangunan
Bendungan Jragung adalah seluas 60.51 hektar atau sekitar 8.64 persen dari luas keseluran kebutuhan
lahan untuk pembangunan Bendungan Jragung dikuasai atau dimiliki masyarakat. Objek pengadaan
tanah bagi pembangunan Bendungan Jragung sesuai dengan kebutuhannya meliputi ketersediaan lahan
untuk area genangan dan green belt; spoil area, tapak bendungan, dan bangunan pelengkap; borrow
area; jalan akses; jalan material; dan resettlement area, yang diuraikan sebagai berikut:
Sementara itu tanah wakaf terletak di area genangan tepatnya di area permukiman Dusun
Kedungglatik. Tanah wakaf seluas 200 m2 tersebut merupakan tanah tempat didirikannya masjid warga
setempat.
Penyediaan lahan dalam pembangunan Bendungan Jragung selain membutuhkan tanah yang
dikuasai/dimiliki masyarakat, juga membutuhkan tanah kas desa. Sesuai dengan hasil perencanaan
pembangunan Bendungan Jragung mengenai tanah kas desa seluas 6.89 hektar. Penggunaan tanah kas
desa tersebut diperuntukan sebagai borrow area yang terletak di Desa Penawangan dan Jalan Akses di
Desa Jatirunggo sebagaimana dalam tabel berikut:
Tanah Kas
No Alokasi
Desa (Ha)
1 Area Genangan dan Green Belt El. 119.5 0.00
2 Spoil Area, Tapak Bendungan, dan Bangunan Pelengkap 0.00
3 Borrow Area Penawangan 6.88
4 Borrow Area Candirejo 0.00
5 Jalan Akses 0.01
6 Jalan Material Penawangan 0.00
7 Jalan Material Candirejo 0.00
8 Resettlement Area 0.00
Total (A) 6.89
Rencana Pemindahan 12 Tapak Tower SUTET PLN (B) 0.00
Rencana Pemindahan Jaringan Kabel Tower SUTET PLN (C) 0.26
GRAND TOTAL (A+B+C) 7.15
Sumber: Analisis LARAP Bendungan Jragung, 2018
Peta 3.2 Status / Penguasaan Tanah pada Area yang dibutuhkan untuk Pembangunan Bendungan
Jragung
Aset non tanah yang terdapat dalam studi ini meliputi jalan, jembatan, bangunan rumah dan gedung
lainnya serta tanaman.
Pembangunan Bendungan Jragung akan berdampak pada tergenangnya beberapa ruas jalan serta
jembatan. Ruas jalan tersebut terdiri dari jalan dengan perkerasan beton/rabat dan tanah. Jalan dengan
perkerasan beton termasuk salah satu aset terdampak yang perlu diidentifikasi. Panjang total jalan beton
yang terdampak yakni sekitar 1.75 kilometer dimana 1 kilometer jalan berada dalam area genangan,
sementara sisanya di Borrow Area Penawangan.
Kemudian terdapat 1 unit jembatan terdampak di dalam area genangan. Jembatan ini merupakan
jembatan yang menghubungkan Desa Candirejo dengan Dusun Kedungglatik, Dusun Sapen, dan Dusun
Borangan. Jembatan ini berupa jembatan beton dengan panjang sekitar 40 meter.
Jembatan Terdampak
Selain di dalam area genangan Dusun Kedungglatik, juga terdapat beberapa bangunan rumah dan
gedung lainnya yang terdampak pembangunan Bendungan Jragung, antara lain di spoil area, tapak
bendungan, dan bangunan pelengkapnya terdapat 1 unit bangunan rumah terdampak, kemudian di jalan
akses Desa Jatirunggo terdapat total 17 unit bangunan rumah terdampak, sementara di area genangan
Dusun Kedungglatik sendiri terdapat 85 unit rumah, 37 unit bangunan kandang, dan 8 unit bangunan
lumbung untuk menyimpan hasil panen ladang, 1 unit masjid, dan 1 unit makam keramat.
Kondisi Bangunan Rumah dan Gedung Lainnya di Area Genangan Dusun Kedungglatik
Kondisi Bangunan Rumah dan Gedung Lainnya di Jalan Akses Desa Jatirunggo Rumah Terdampak di Spoil Area
Jumlah (Unit)
Pondasi Dinding Lantai Atap
No Lokasi
Kayu Pasangan Kayu Bata Kayu Semen Genteng Asbes Seng
Batu
1 Area Genangan dan Greenbelt 85 0 85 0 85 0 78 6 1
2 Jalan Akses 0 17 1 16 0 17 16 1 0
3 Spoil Area 1 0 1 0 1 0 1 0 0
Total 86 17 87 16 86 17 95 7 1
Sumber: Survei Lapangan LARAP Bendungan Jragung 2018
3.3.3. Tanaman
Tanaman juga merupakan salah satu aset terdampak yang perlu dinilai sehingga perlu diidentifikasi.
Tanaman yang akan diidentifikasi hanya terbatas pada tanaman keras yang terdampak pembangunan
Bendungan Jragung. Tanaman keras yang terdampak secara umum berupa tanaman produksi (jati,
sengon, dll), maupun tanaman buah-buahan (manga, nangka, jambu, dll). Sebagian besar tanaman
terdampak dimiliki oleh Perhutani, sementara sisanya dimiliki oleh warga. Tabel-tabel yang akan
ditampilkan berikut ini akan menyajikan aset tanaman yang terdampak pembangunan Bendungan
Jragung berdasarkan kepemilikannya.
Tabel 3. 14 Jumlah Tanaman Terdampak Milik Perhutani
Jumlah
No Jenis Tanaman
(Pohon)
1 Jati 68,540
2 Jati Plus Perhutani 141,285
3 Mahoni 25
4 Sengon 9,033
5 Gembina 468
Total 219,351
Sumber: Survei Lapangan LARAP Bendungan Jragung, dan Interpretasi Citra Satelit, 2018
Berdasarkan tabel 3.14 diketahui dari 219,351 pohon tanaman milik Perhutani yang terdampak
pembangunan Bendungan Jragung, tanaman jati merupakan tanaman dengan jumlah terbanyak dengan
jumlah 68,540 pohon untuk tanaman jati biasa, dan 141,285 pohon tanaman Jati Plus Perhutani.
Kemudian tanaman lainnya berupa 25 pohon tanaman mahoni, 9,033 pohon tanaman sengon, dan 468
pohon tanaman gembina.
Tabel 3. 15 Jumlah Tanaman Milik Warga Terdampak pada Area Genangan dan Greenbelt
Jenis Jumlah
No
Tanaman (Pohon)
1 Mangga 34
2 Nangka 10
3 Jambu 9
4 Pisang 73
5 Srikaya 1
6 Kelapa 2
7 Sawo 1
Total 130
Sumber: Survei Lapangan LARAP Bendungan Jragung 2018
Tabel 3. 16 Jumlah Tanaman Milik Warga Terdampak pada Spoil Area, Tapak Bendungan, dan
Bangunan Pelengkap
Jumlah (Pohon)
Jenis
No Total
Tanaman Dusun Dusun
Borangan Sapen
1 Jati 454 2,495 2,949
2 Pisang 21 13 34
3 Kelapa 15 2 17
4 Mangga 13 3 16
5 Mahoni 10 0 10
6 Gembelina 4 0 4
7 Nangka 0 2 2
8 Klueh 0 1 1
Total 517 2,516 3,033
Sumber: Survei Lapangan LARAP Bendungan Jragung 2018
Tabel 3. 17 Jumlah Tanaman Milik Warga Terdampak pada Borrow Area Candirejo
Jumlah
No Jenis Tanaman
(Pohon)
1 Jati 4,171
2 Sengon 2,484
Total 6,655
Sumber: Survei Lapangan LARAP Bendungan Jragung 2018
Tabel 3. 18 Jumlah Tanaman Milik Warga Terdampak pada Jalan Akses Jatirungggo
Jumlah
No Jenis Tanaman
(Pohon)
1 Mangga 47
2 Jati 424
3 Mahoni 37
4 Sengon 110
5 Kelapa 12
6 Akasia 10
7 Ketapang 1
8 Jeruk 1
9 Pete 4
10 Nangka 3
11 Sirsak 2
12 Sawo 3
13 Jambu 4
Total 658
Sumber: Survei Lapangan LARAP Bendungan Jragung 2018
Tabel 3. 19 Jumlah Tanaman Milik Warga Terdampak pada Jalan Material Penawangan
Jumlah
No Jenis Tanaman
(Pohon)
1 Bambu 670
2 Sirsak 17
3 Jeruk 2
4 Mangga 141
5 Randu 362
6 Nangka 68
7 Kelapa 100
8 Kecambi 15
9 Sono 83
10 Lanji 30
11 Kluwih 4
12 Jambu 1
Total 1,493
Sumber: Survei Lapangan LARAP Bendungan Jragung 2018
Jumlah
No Jenis Tanaman
(Pohon)
1 Sengon 54
2 Jati 163
Total 217
Sumber: Survei Lapangan LARAP Bendungan Jragung 2018
Terkait tanaman milik warga seperti yang telah ditampilkan oleh tabel 3.14 – 3.20, pada area
genangan dan greenbelt diketahui terdapat total 130 pohon tanaman yang didominasi oleh tanaman
pisang. Kemudian pada spoil area, tapak bendungan, dan bangunan pengkap diketahui terdapat total
3,033 pohon, yang sebagian besarnya merupakan tanaman jati. Sementara pada borrow area Candirejo
terdapat dua jenis tanaman terdampak yakni tanaman jati dan sengon dengan jumlah total 6,655 pohon.
Jalan akses Jatirunggo terdapat berbagai macam jenis tanaman dengan total 658 pohon, yang mana
tanaman jati merupakan tanaman terbanyak terkena dampak. Selanjutnya terdapat total 1,493 pohon
tanaman terdampak pada jalan material Penawangan yang terdiri dari beragam jenis tamanan, dan
sebagian besarnya merupakan tanaman bambu. Kemudian pada jalan material Candirejo terdapat total
217 pohon tanaman terdampak yang terdiri dari 163 pohon tanaman jati dan 54 pohon tanaman sengon.
BAB 4
INFORMASI DAN PROFIL SOSIOEKONOMI
Bab ini akan mendeskripsikan hasil identifikasi akhir dari survei lapangan yang
t e l a h d i s a j i k a n d a l a m b e n t u k t a b e l , d i a g r a m d a n g a m b a r g r a f ik s e r t a a n a l i s a
s e d e r h a n a m e n g e na i k o n d i s i s o s i a l w a r g a y a n g t e r k e n a d a m p a k d a r i
pembangunan Bendungan Jragung.
Dusun Kedungglatik merupakan dusun yang masuk dalam rencana area genangan-green belt, dan sesuai
rencana pada lokasi Dusun Kedungglatik nantinya akan dilakukan rencana tindak permukiman kembali.
Berdasarkan hasil survei, jumlah warga terdata pada lokasi area genangan di Dusun Kedungglatik
berjumlah 97 KK, dengan jumlah warga 425 jiwa dengan rata-rata 3 anggota keluarga yang terdata pada
tiap kartu keluarga. Berdasarkan tabel hasil survei, rata-rata pendapatan perbulan warga Kedungglatik
adalah Rp.2.527.677 dengan angka pendapatan bulanan terendah adalah sebesar Rp.300.000 dan
pendapatan tertinggi Rp.14.800.000. Sementara untuk rata-rata pengeluaran perbulannya adalah Rp
1.891.928 dengan angka pengeluaran bulanan terendah adalah sebesar Rp.300.000 dan pengeluaran
bulanan tertinggi adalah Rp.6.600.000.
Bila dilihat dari jenis pekerjaan, masyarakat area genangan-green belt area genangan
Bendungan Jragung mayoritas bekerja sebagai Petani Penggarap/Buruh Tani. Sementara sebagian
lainnya bekerja sebagai Pegawai Perusahaan Swasta, Buruh Bangunan, PNS, Wiraswasta, Pedagang,
dan Petani Pemilik. Hal yang perlu disorot dari jenis pekerjaan ini adalah cukup tingginya kuantitas dari
warga masyarakat area tergenang yang merunut dari hasil survei statusnya tidak memiliki pekerjaan. Hal
tersebut akan sedikit memberikan perspektif berbeda dalam analisa demografi masyarakat terdampak
pada bagian analisa. Secara umum untuk kondisi gambaran jenis pekerjaan masyarakat pada area
genangan dapat lebih jelas dapat dilihat dari Gambar 4.1 Grafik Jenis Pekerjaan Masyarakat Area
Tergenang berikut.
Pada data masing-masing jumlah anggota keluarga area genangan memiliki jumlah yang
bervariasi, jumlah anggota keluarga mayoritas pada area genangan sejumlah empat orang, lalu dua
orang. Terdapat beberapa keluarga responden survei juga memiliki profil jumlah anggota keluarga nol, hal
tersebut disebabkan oleh kondisi aktual keluarga responden tersebut bermukim pada tempat tinggal
keluarga lain yang datanya telah tercatat sesuai rekam dokumentasi kartu keluarga saat pelaksanaan
survei lapangan. Lebih lengkap dapat dilihat pada Gambar 4.2 Jumlah Anggota Keluarga Masyarakat
Area Genangan berikut.
Gambar 4.2 Grafik Jumlah Anggota Keluarga Warga Masyarakat Area Genangan
Sumber: Hasil Survei, 2018
Pendapatan masyarakat area genangan terbagi menjadi 6 tingkat interval yang dimulai dari
masyarakat yang tidak memiliki pendapatan hingga pendapatan diatas Rp.8.000.000 per bulan. Apabila
melihat dari Gambar 4.3 Grafik Gambar Pendapatan Bulanan Masyarakat Area Genangan dibawah, maka
terlihat jelas bahwa mayoritas warga Area Genangan di Dusun Kedungglatik berpenghasilan bulanan
dengan kisaran nilai Rp.2.100.000 sampai dengan Rp.5.000.000. Sementara untuk responden dengan
nilai pendapatan nol rupiah atau tidak berpendapatan dinilai dengan berbagai alasan, diantaranya karena
bekerja sebagai buruh lepas sehingga penghasilan yang didapatkan tidak dapat dikonversi menjadi rupiah
rerataan.
Seluruh warga Kedungglatik beragama Islam dengan jenis suku Jawa. Pada Dusun Kedungglatik
terdapat kelompok rentan yang terbagi menjadi 3 kategori, yaitu difabel, janda dan lansia. Untuk kategori
difabel terdapat 1 orang dengan jenis difabel tunanetra atas nama Sunarti. Kemudian untuk kategori
kepala keluarga perempuan (dengan status janda) di Dusun Kedungglatik terdapat 18 jiwa, lebih detailnya
bisa dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Penduduk dengan Status Kepala Keluarga Perempuan di Dusun Kedungglatik
Kategori selanjutnya adalah lansia, pengklasifikasian lansia untuk warga Dusun Kedungglatik
adalah warga berusia diatas 60 untuk perempuan dan diatas 65 untuk laki-laki. Pada Dusun Kedungglatik
memiliki warga berusia lanjut sejumlah 13 jiwa. Secara rinci akan dijabarkan pada tabel berikut:
No Nama RT Usia
1 Sunarti 001/003 63
2 Marki 001/003 77
3 Maeroah 001/003 62
4 Suyin 001/003 68
5 Rumiasih 001/003 66
6 Sugito 001/003 68
7 Sugiyarto 002/003 68
8 Ngatemi 002/003 66
9 Sri C 002/003 66
10 Sakiyem 002/003 77
No Nama RT Usia
11 Jumadi 002/003 67
12 Sumini 003/003 71
13 Sumarni 003/003 65
Sumber: Hasil Survei, 2018
Dusun Sapen dan juga Dusun Borangan merupakan bagian dari Desa Candirejo yang termasuk dalam
wilayah terdampak pembangunan bendungan yaitu tercakup dalam Spoil Area, Tapak Bendungan, dan
Bangunan Pelengkap. Jumlah warga yang terdampak dan terdata dalam sensus sosial berjumlah 37
orang kepala keluarga pemilik lahan, dengan mayoritas memiliki pekerjaan sebagai petani
penggarap/buruh tani seperti yang tertera pada Gambar 4.4 Pekerjaan Warga Terdampak di Dusun
Sapen dan Dusun Borangan di bagian bawah. Namun selain petani penggarap dan buruh tani, juga
terdapat pekerjaan lain yang tidak berhubungan dengan lahan pertanian seperti wiraswasta, PNS, buruh
bangunan, dan juga buruh lepas. Selain buruh tani, juga terdapat beberapa kepala keluarga pemilik lahan
yang pekerjaan utamanya sebagai petani mandor atau petani pemilik lahan. Namun terdapat pula
beberapa kepala keluarga dengan status tidak bekerja, yang dapat mempengaruhi tingkat kualitas
berkehidupan pada analisis demografi yang dijabarkan pada bab selanjutnya.
Gambar 4.4 Pekerjaan Warga Terdampak di Dusun Sapen dan Dusun Borangan
Sumber: Hasil Survei, 2018
Apabila dilihat dari jumlah anggota keluarga seperti yang tertera pada Gambar 4.5 Jumlah Anggota
Keluarga pada Warga Terdampak di Dusun Sapen dan Dusun Borangan berikut, terlihat bahwa dominasi
jumlah keluarga adalah empat orang per keluarga, yaknis sebesar 32%. Namun terdapat juga keluarga
dengan keterangan pada rekam dokumentasinya hanya tertera satu orang saja yang menurut hasil survei
rata-rata statusnya janda tua dan juga lansia yang mana status ini tidak akan mempengaruhi proses
pendataan dan juga kelanjutan dari tahap LARAP Bendungan Jragung.
Gambar 4.5 Jumlah Anggota Keluarga pada Warga Terdampak di Dusun Sapen dan Dusun Borangan
Sumber: Hasil Survei, 2018
Sementara untuk profil pendapatan dengan rata-rata total penghasilan keluarga sebesar
Rp.2.790.521, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.6 Interval Pendapatan Kepala Keluarga pada
Warga Terdampak di Dusun Sapen dan Dusun Borangan berikut, mayoritas interval pendapatan bulanan
keluarga pada lokasi Dusun Sapen dan Dusun Borangan adalah Nol (tidak bekerja) sampai dengan
Rp.2.500.000, dengan jumlah mayoritas anggota keluarga adalah empat orang maka dapat digambarkan
kurang lebih jenis perekonomian yang ada pada wilayah ini adalah kelas menengah.
Gambar 4.6 Interval Nominal Pendapatan Warga Terdampak di Dusun Sapen dan Dusun Borangan
Sumber: Hasil Survei, 2018
keluarga sebesar 3 orang dan rata-rata anggota yang bekerja sejumlah 2 orang per KK. Berikut
merupakan penjelasan dari profil warga terdampak Desa Penawangan.
Dari 265 orang responden yang merupakan pemilik lahan terdampak borrow area Desa
Penawangan, terdapat 54% atau mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai petani
pemilik, sementara sisanya diantaranya adalah petani penggarap/buruh tani sejumlah 28%,
sejumlah 6% diantaranya bekerja sebagai buruh bangunan/buruh industri, wiraswasta, PNS, dan
pegawai perusahaan swasta. Lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 4.7 Jenis Pekerjaan pada
Responden Warga Terdampak Desa Penawangan berikut ini.
Petani
Penggarap/Buruh
Tani
28%
Petani Pemilik
54%
Buruh Bangunan / Industri Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pegawai Perusahaan Swasta Petani Pemilik
Gambar 4.7 Jenis Pekerjaan pada Responden Warga Terdampak Desa Penawangan
Sumber: Hasil Survei, 2018
Pada hasil survei lapangan menyebutkan bahwa pada warga terdampak Desa Penawangan rata-
rata memiliki anggota keluarga dalam Kartu Keluarga sejumlah dua orang dalam satu KK yaknis
sebesar 27% dan empat orang sebesar 28%. Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4.8
Jumlah Anggota Keluarga dalam KK pada Desa Penawangan berikut ini.
Satu Orang
Dua Orang
27%
28%
Tiga Orang
Empat Orang
Lima Orang
Merunut pada hasil survei lapangan, pendapatan bulanan dari warga responden Desa
Penawangan memiliki rentang pendapatan sebesar Rp.2.000.000 sampai dengan
Rp.180.000.000. Mayoritas pendapatan berada pada interval Rp.5.100.000 sampai dengan
Rp.10.000.000 yang menunjukkan bahwa kelas perekonomian pada desa ini cukup baik.
Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.9 Pendapatan Bulanan Warga Terdampak Desa
Penawangan berikut.
Tidak Bersedia
7%
Diatas 35 Juta
19% 2,1 s/d 5 Juta
9%
30,1 Juta s/d 35 juta
2%
Candirejo yang termasuk dalam borrow area merupakan lahan milik Perhutani, sedangkan
sisanya merupakan tanah milik warga sekitar. Pada borrow area Desa Candirejo, jumlah warga
terdampak yang terdata pada kegiatan sensus sosial yang telah dilaksanakan adalah sejumlah
84 pemilik lahan. Rata-rata jumlah anggota keluarga sebesar 3 orang dan rata-rata anggota yang
bekerja sejumlah 2 orang per KK.
Melihat dari hasil survei lapangan terhadap warga terdampak borrow area, mayoritas pekerjaan
warga terdampak disini adalah petani pemilik, sebanyak 26, 3% dari total keseluruhan
responden. Selain petani pemilik, terdapat juga pedagang, PNS, TNI/Polisi, dan juga banyak
dijumpai pegawai perusahaan swasta.
Hal yang perlu disoroti dari hasil survei ini adalah tingginya persentase terhadap warga yang
statusnya tidak bekerja. Persentase ini mencapai 17, 2% dari total responden warga terdampak
di Desa Candirejo. Menandakan bahwa tingkat perekonomian pada warga terdampak di borrow
area Desa Candirejo tergolong majemuk. Tidak dapat diklasifikasikan sebagai masyarakat
perekonomian rendah maupun prekonomian atas. Persentase tertinggi ketiga setelah warga
dengan status tidak bekerja adalah petani penggarap / buruh tani yang mencapai angka 10, 12%
dari total keseluruhan responden terdampak borrow area Desa Candirejo. Lebih jelas dapat
dilihat pada Gambar 4.10 Pie Chart Jenis Pekerjaan Warga Terdampak Borrow Area Desa
Candirejo berikut ini.
Polri / TNI; 1; 1%
Petani Penggarap/Buruh Tani
; 10; 12%
Buruh Bangunan / Industri Buruh Lepas Pedagang / Jualan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pegawai Perusahaan Swasta Petani Pemilik Petani Penggarap/Buruh Tani Polri / TNI
Tidak Bekerja Wiraswasta
Gambar 4.10 Pie Chart Jenis Pekerjaan Warga Terdampak Borrow Area Desa Candirejo
Sumber: Hasil Survei, 2018
Pada borrow area Desa Candirejo jumlah warga terdampak yang terdata pada kegiatan sensus
sosial yang telah dilaksanakan adalah sejumlah 84 pemilik lahan. Pemilik lahan yang dimaksud
dalam senseus soasial ini tidak keseluruhan posisinya sedang bermukim di Desa Candirejo.
Olehkarenanya masih terdapat data warga terdampak dengan jumlah anggoat keluarga dalam
Kartu Keluarganya nol atau tidak terdata. Namun pemilik tersebut masih memiliki hak milik atas
tanah di Desa Candirejo yang terdampak borrow area. Seperti yang telah tersebutkan diatas,
rata-rata jumlah anggota keluarga sebesar 3 orang dan rata-rata anggota yang bekerja sejumlah
2 orang per KK. Jumlah anggota keluarga tertinggi dalam data adalah 8 (delapan) orang.
Terdapat juga beberapa warga yang tidak bersedia disurvei kartu keluarganya namun
memberikan rekam sertifikat pada tim survei. Lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 4.11
Jumlah Anggota Keluarga dalam KK Warga Terdampak Borrow Area Desa Candirejo berikut.
Gambar 4.11 Jumlah Anggota Keluarga dalam KK Warga Terdampak Borrow Area Desa Candirejo
Sumber: Hasil Survei, 2018
Jika dilihat dari segi pendapatan bulanan total pada warga terdampak borrow area Desa
Candirejo, mayoritas interval pendapatannya adalah diantara nol sampai dengan Rp.3.000.000
yang mana mencapai jumlah 45 orang dari jumlah total responden. Hasil survei juga
menunjukkan bahwa terdapat warga yang tidak memiliki penghasilan yang dalam hal ini
diantaranya adalah lansia dan orang tua yang kebutuhannya dicukupi oleh anak dan cucu namun
tinggal bermukim dalam satu rumah sendiri berbeda dari keluarga yang memberikan nafkah
kebutuhan bulanan. Sejumlah 17 responden merupakan warga dengan penghasilan dalam
interval Rp.3.100.000 sampai dengan Rp.6.000.000, sementara yang lain berada pada interval
pendapatan Rp.6.100.000 keatas. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.12 Diagram Interval
Pendapatan Bulanan Warga Terdampak Borrow Area Desa Candirejo berikut.
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Tidak Berpenghasilan Nol s/d 3 Juta 3,1 Juta s/d 6 Juta 6,1 Juta s/d 9 Juta Diatas 9 Juta
Gambar 4.12 Interval Pendapatan Warga Terdampak Borrow Area Desa Candirejo
Sumber: Hasil Survei, 2018
Desa Jatirunggo merupakan desa yang dalam rencana pembangunan Bendungan Jragung termasuk
dalam desa terdampak untuk dilalui jalur akses bendungan. Hasil survei lapangan terhadap lokasi
rencana jalur akses bendungan, didapatkan data sejumlah 54 Kepala Keluarga yang teridentifikasi
sebagai pemilik lahan. Profil pemilik lahan di Desa Jatirunggo tersebut yang akan dibahas lebih lanjut
dalam deskripsi ini.
Hasil survei lapangan sensus sosial untuk Desa Jatirunggo teridentifikasi bahwa mayoritas
pekerjaan utama dari 54 orang kepala keluarga ini adalah bekerja sebagai Petani Pemilik Tanah dan juga
Buruh Tani atau Petani Penggarap. Selain pada bidang pertanian, jenis pekerjaan lain yang cukup
signifikan kuantitasnya dari pemilik tanah yang wilayahnya terkena dampak diantaranya adalah buruh
bangunan, pegawai perusahaan swasta, PNS, hingga pedagang. Dari 54 responden, terdapat pula
beberapa orang kepala keluarga pemilik tanah terdampak yang statusnya sedang tidak bekerja. Hal
tersebut dapat memberikan deskripsi mengenai data kondisi perekonomian warga terdampak untuk
analisa demografi pada bab selanjutnya nanti. Lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 4.13 Jenis
Pekerjaan Warga Terdampak Desa Jatirunggo berikut.
Gambar 4.14 Jumlah Anggota Keluarga Tiap Warga Terdampak di Desa Jatirunggo
Sumber: Hasil Survei, 2018
Interval yang ditentukan dari pendapatan yang dimiliki dari responden pada Desa Jatirunggo ada
6 kelas interval, dari nol (tidak berpenghasilan) hingga diatas Rp.8.000.000. Hal ini ditentukan dari
bervariasinya pendapatan yang didapatkan setelah proses survei lapangan pada desa ini. Dominasi
nominal pendapatan bulanan pada masyarakat terdampak di Desa Jatirunggo adalah interval nol (tidak
memiliki pendapatan) hingga interval Rp.4.000.000 yang jumlah total warganya mencapai 74% dari
seluruh warga terdampak yang terdata di Desa Jatirunggo. Hal tersebut menandakan kelas ekonomi dari
warga masyarakat terdampak di Desa Jatirunggo sehingga kedepannya proses tahapan LARAP
Bendungan Jragung dapat dilaksanakan dengan lebih tepat guna. Guna gambaran yang lebih
menunjukkan kuantitas mengenai deskripsi ini, dapat dilihat pada Gambar 4.15 Interval Pendapatan
Bulanan Warga Terdampak di Desa Jatirunggo berikut ini.
Tanah yang dibutuhkan untuk pembangunan Bendungan Jragung salah satunya adalah untuk
pembangunan jalan material. Jalan material terdapat di Desa Penawangan dan Desa Candirejo. Untuk
jalan material yang terdapat di Desa Candirejo, status kepemilikan lahannya merupakan milik Perhutani.
Sedangkan untuk jalan material yang berada di Desa Penawangan dimiliki oleh 45 warga.
Berdasarkan hasil survei , dominasi jenis mata pencaharian yang paling dominan dari pemilik
lahan di Jalan Material di Desa Penawangan adalah petani pemilik. Selain petani pemilik, jenis mata
pencaharian lain yang juga dominan adalah buruh bangunan sebanyak 8 orang dan pegawai perusahaan
swasta sebanyak 5 orang. Jenis pekerjaan yang lain adalah petani penggarap/buruh tani, wiraswasta dan
pengawai negeri sipil.
Wiraswasta
Buruh Bangunan/Industri
Petani Pemilik
0 5 10 15
20
25
30
Jumlah anggota keluarga pada wilayah jalan material di Desa Penawangan rata-rata 3 anggota
keluarga per kepala keluarga. Terdapat 17 kelapa keluarga yang memiliki 3 anggota keluarga. Untuk lebih
rinci akan digambarkan dalam gambar berikut ini.
20
15
10
0
2
3
4
5
6
7
Gambar 4.17 Jumlah Anggota Keluarga Tiap Warga Terdampak di Desa Penawangan
Sumber: Hasil Survei, 2018
Rentang nilai penghasilan warga pemilik tanah di jalan material Desa Penawangan adalah Rp.
1.300.000 sampai Rp. 2.500.000. Sebanyak 41 warga berpenghasilan dibawah Rp. 2.000.000. Secara
lebih detail akan dijelaskan pada gambar berikut :
2 juta - 4 juta
Dibawah 2 juta
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
BAB 5
KONSULTASI DAN PARTISIPASI
Bagian ini akan memaparkan teknis dari salah satu proses L ARAP dari Bendungan Jragung yakni
K o n s u l t a s i P u b l i k k e p a d a m a s y a r a k a t . M u l a i d a r i s t a k e h o l d e r t e r k a i t y a n g t e r l i b a t , m e k a ni s m e ,
dan juga hasil dari konsultansi publik terseb ut.
Stakeholder adalah bagian penting dari sebuah kegiatan yang memiliki peran secara aktif maupun pasif
untuk mengembangkan tujuan kegiatan. Keberadaan stakeholder dalam kegiatan PKM LARAP
Bendungan Jragung ini akan diperlukan untuk membantu mengembangkan tujuan dari pertemuan dan
kegiatan tersebut hal ini mencerminkan keterbukaan pemerintah (pemilik proyek) kepada masyarakat.
Secara umum, stakeholder sendiri dapat dikelompokkan berdasarkan kekuatan, posisi, dan pengaruhnya.
Adapun klasifikasi stakeholder adalah sebagai berikut:
Stakeholder primer ini berhubungan langsung dengan pembuatan kebijakan, program, dan proyek.
Mereka merupakan penentu utama dalam kegiatan pengambilan keputusan dalam kegiatan LARAP
bendungan Jragung yang berkedudukan sebagai stakeholder primer yaitu:
a. Masyarakat dan Tokoh Masyarakat di area terdampak langsung dan tidak langsung yaitu Dusun
Kedungglatik, Dusun Sapen, dan Dusun Borangan, Desa Jatirunggo, Desa Penawangan, dan
Desa Candirejo; masyarakat adalah mereka yang akan terkena dampak dan mendapat manfaat
dari suatu kebijakan, proyek, dan program. Sedangkan tokoh masyarakat adalah anggota
masyarakat yang dianggap dapat menjadi aspirasi masyarakat.
b. Konsultan, sebagai pihak yang mempunyai tanggungjawab dalam mengambil keputusan dan
implementasinya.
Stakeholder sekunder adalah pihak yang tidak berkaitan langsung terhadap suatu kebijakan, program,
dan proyek. Namun stakeholder sekunder punya keprihatinan dan kepedulian sehingga ikut menyuarakan
pendapat yang bisa mempengaruhi sikap stakeholder utama dan keputusan legal pemerintah, dalam
kegiatan LARAP Bendungan Jragung yang berkedudukan sebagai stakeholder sekunder yaitu :
a. Pemerintah desa, dalam kegiatan LARAP Bendungan Jragung, pemerintah desa yang terlibat
adalah Pemerintahan Desa Candirejo, Desa Jatirunggo dan Desa Penawangan, Dusun
Kedungglatik, Dusun Sapen, Dusun Borangan, hingga Rukun Tetangga (RT) setempat.
3. Stakeholder kunci
Stakeholder kunci adalah unsur eksekutif berdasarkan levelnya (legislatif dan instansi) yang punya
wewenang secara legal untuk mengambil keputusan. dalam kegiatan LARAP bendungan Jragung yang
berkedudukan sebagai stakeholder kunci yaitu :
a. Instansi BUMN yakni Perum PERHUTANI dan PT. PLN sebagaimana rencana LARAP
Bendungan Jragung berada pada wilayah Perhutani serta terdapat beberapa titik tower sutet
milik PT. PLN masuk dalam rencana LARAP Bendungan Jragung.
b. BBWS Pemali Juana sebagai unit pelaksana teknis di bidang konservasi sumber daya air,
pengembangan sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendali daya rusak
air pada wilayah sungai yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Satker Pusat
Bendungan, Direktur Jenderal Sumber Daya Air.
c. Konsultan PT. Tuah Agung Anugrah sebagai konsultan LARAP Bendungan Jragung, serta PT.
Indra Karya Divisi Engineering – 1 sebagai Konsultan Desain Bendungan Jragung
Mekanisme Pertemuan Konsultansi dan Partisipasi yang dilakukan oleh konsultan berupa konsultansi dan
partisipasi. Mekanisme Konsultansi yang dilakukan oleh konsultan terhadap masyarakat adalah dengan
adanya pertemuan konsultansi masyarakat yang diadakan dua kali, dan terdapat pula konsultansi pribadi
yang dilakukan saat warga mendatangi tim konsultan ketika melakukan kegiatan survei seperti yang
terdapat pada gambar berikut.
Sedangkan partisipasi yang ditunjukkan oleh warga untuk kegiatan LARAP Bendungan Jragung
ini adalah pendampingan warga terhadap tim survei konsultan agar mendapatkan data survei yang akurat.
Pendampingan yang dilakukan sangatlah penting, mulai dari ikut mendampingi dalam survei sosial
ekonomi, kadastral, hingga survei jalan akses material. Partisipasi juga ditunjukkan warga ketika
mempersiapkan kegiatan PKM, warga bersama-sama gotong royong mendirikan tenda dan menata
segala persiapan yang dibutuhkan untuk kegiatan PKM seperti pada gambar berikut ini.
PKM (Pertemuan Konsultawsi Masyarakat) yang telah dilaksanakan sebanyak dua kali memiliki
tahapan yang terdiri dari persiapan dan pelaksanaan PKM. Persiapan PKM meliputi kerjasama tim
konsultan dengan perangkat-perangkat desa wilayah terkena dampak yaitu Desa Jatirunggo, Desa
Candirejo, dan juga Desa Penawangan. Pada PKM ke-1 persiapan dilakukan pada empat lokasi yaitu di
Kantor Desa Candirejo, Kediaman kepala dusun Kedungglatik, Kantor Desa Penawangan, dan Kantor
Desa Jatirunggo. Sedangkan untuk PKM ke-2 hanya diadakan di kediaman Kepala Dusun Kedungglatik.
Untuk pelaksanaan PKM ke-1, tim desain bendungan dan tim konsultan mempresentasikan
informasi mengenai landasan hukum proyek, keamanan bendungan dan juga langkah-langkah proses
pengambilan data. Untuk pengambilan data langsung masyarakat dibagi dalam 2 kategori, yaitu warga
terdampak langsung dan tidak langsung. Warga yang terdampak langsung merupakan warga yang
memiliki hak milik lahan atas nama pribadi yang berada di area genangan, jalan akses, orrow area, spoil
area, dan resettlement area. Sedangkan untuk wilayah terbesar yang digunakan untuk proyek bendungan
merupakan wilayah Perhutani.
Kemudian pada PKM ke-2 konsultan membahas materi lanjutan dari PKM ke-1 yaitu terfokus
pada pemilihan alternatif relokasi, kelebihan dan kekurangan tiap alternatif, prosedur pindah dan juga
pembahasan mengenai penguatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Pada PKM ke-2 ini warga
disuguhkan gambaran dari tiap alternatif resettlement area yang dirancang berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil survei tim konsultan.
Dalam Pertemuan Konsultasi publik / PKM yang pertama dijelaskan bahwa area genangan meliputi
sebagian besar wilayah milik Perhutani serta Dusun Kedungglatik. Dusun ini masuk dalam rencana
pemukiman kembali yang dalam proses pendataannya menyeluruh dari kepemilikan lahan pertanian
hingga kepemilikan bangunan. Desa Jatirunggo merupakan wilayah yang dilalui jalan akses. Dalam
penerapannya, akan terdapat pelebaran seluas 10 meter di sepanjang 9,5 km jalan menuju ke
bendungan. Pelebaran ini melewati jalan milik Perhutani dan sebagian lahan milik warga Jatirunggo.
Sedangkan borrow area terdapat di dua titik, yaitu Desa Penawangan (51,78 hektar) dan Dusun
Krajan (49,43 hektar) di Desa Candirejo. Borrow area merupakan luasan wilayah yang materialnya akan
digunakan dalam pembangunan bendungan. Dalam kepemilikan lahan, borrow area menggunakan
sebagian lahan milik warga dan sebagian lagi milik Perhutani.
Spoil area terdapat pada wilayah Dusun Sapen dan Dusun Borangan yang masih merupakan
wilayah administratif Desa Candirejo. Spoil area ini merupakan area yang akan digunakan untuk buangan
material proyek Bendungan Jragung. Kepemilikan lahan sebagian besar merupakan milik Perhutani dan
sebagian lagi milik warga. Resettlement area disebut juga area pemukiman kembali yang nantinya akan
dipergunakan sebagai wilayah pemukiman kembali warga Dusun Kedungglatik. Letak resettlement area
berada di Dusun Krajan, Desa Candirejo, yang berada pada lahan milik perorangan dan negara
(Perhutani). Pertemuan Konsultasi Masyarakat I LARAP Bendungan Jragung ini menghasilkan berbagai
respon dari masyarakat. Warga Desa Candirejo, Desa Jatirunggo, dan Desa Penawangan aktif dalam
forum yang diadakan di area masing-masing.
Dalam PKM Dusun Kedungglatik secara garis besar warga memberikan masukan antara lain:
1. Pada lokasi pemukiman kembali luas sama dengan ukuran kondisi rumah yang di Dusun
Kedungglatik;
2. warga Kedungglatik diberi kesempatan untuk ikut andil dalam pembangunan bendungan sebagai
pegawai/buruh;
3. Pemerintah perlu memikirkan dan memberi solusi tepat untuk mata pencaharian warga saat
pemukiman kembali;
4. Warga mendapatkan kavling sesuai dengan luas sebelumnya dan mendapatkan pengesahan
administrasi resmi (sertifikat dan/atau C desa) tanpa dipungut biaya; serta pembedaan yang
memiliki surat resmi kepemilikan tanah dan yang tidak memiliki;
5. Sedangkan warga yang memiliki surat kepemilikan harus mendapatkan luas yang sama dengan
surat kepemilikan tanah, memberikan solusi untuk penginapan dan kebutuhan serta fasilitas
warga saat proses pemukiman kembali;
6. Pemindahan makam: warga meminta tanah makam di lokasi baru lebih luas dari yang berada di
Dusun Kedungglatik sekarang;
7. Luas Masjid harus sama sesuai eksisting serta adanya biaya kerusakan saat nanti dipindahkan
ke lokasi yang baru; tanah di lokasi baru lebih luas dari yang ada di Kedungglatik;
8. Tenaga pembangunan rumah serta biaya kerusakan rumah yang disebabkan oleh proses
pemukiman kembali disediakan; serta
9. Sarana air bersih dan pengadaan toilet sebelum rumah berdiri saat nanti dimukimkan kembali.
Sedangkan pertemuan yang diadakan di Kantor Desa Candirejo yang sebagian lahan warganya
termasuk dalam borrow area, warga menggarisbawahi masalah keamanan. Terutama adanya cukup jarak
antara rumah dan pangkal galian. Persoalan yang ditanggapi oleh tim desain tentang perihal tersebut
disampaikan bahwa hal teknis sudah diatur dalam tata cara proyek.
Selain itu tim desain juga sudah memperhitungkan dengan matang keamanan proses penggalian
agar warga yang bermukim tidak mengalami efek alam atau terjadi kerusakan lingkungan. Apabila
membutuhkan dibangun talud maka akan dibangun yang juga akan ditinjau terlebih dahulu oleh tim desain
mengenai urgensi kebutuhannya.
Sementara untuk Desa Penawangan yang menjangkau hampir keseluruhan lahan sawah warga
untuk keperluan borrow area, warga merespon mengenai adanya makam serta proses reklamasi agar
mereka yakin untuk bisa ditanami kembali. Tim desain menanggapi dengan adanya perhatian untuk
bangunan dan/atau makam yang berada di dalam dan/atau sekitar borrow rea yang kemudian dihindari
agar tidak merusak budaya luhur masyarakat setempat. Terlebih lagi, eksekusi yang aman bagi
lingkungan memang sudah diperhatikan dan diatur dalam peraturan resmi pemerintah tentang pengerjaan
sebuah projek.
Pada pertemuan yang diadakan di Desa Jatirunggo yang akan dilalui jalan akses sepanjang 9,5
meter, warga memberikan tanggapan khusus tentang adanya transparansi pada proses ganti rugi. Selain
itu, keamanan proses transaksi harus menjadi perhatian utama. Warga juga menambahkan untuk
menghindari adanya makelar karena pernah terdapat kasus transaksi jual-beli tanah yang melibatkan
kekerasan pada penyelesaiannya. Hal ini ditanggapi oleh pihak tim konsultan bahwa transaksi yang
dilakukan akan melalui bank yang keamanannya terjamin serta langsung kepada pemerintah tanpa
melalui perantara (makelar).
Berbeda dengan Kegiatan PKM tahap pertama (PKM Ke-1), kegiatan Pertemuan Konsultasi Masyarakat
tahap kedua (PKM ke-2) dilaksanakan hanya di satu lokasi yaitu di Dusun Kedungglatik yang
mengundang warga Dusun Kedungglatik, Dusun Sapen, dan Dusun Borangan yang terkena dampak
langsung rencana Bendungan Jragung. Kegiatan Pertemuan Konsultasi Masyarakat yang kedua ini
membahas materi lanjutan dari PKM ke-1 yaitu fokus pada pemilihan alternatif relokasi, kelebihan dan
kekurangan tiap alternatif, prosedur pindah dan penguatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Pada PKM ke-2 ini warga disuguhkan gambaran dari tiap alternatif resettlement area yang
dirancang berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survei tim konsultan. Pertemuan ini dilaksanakan
pada 4 Maret 2019 2018 pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB di kediaman kepala Dusun
Kedungglatik. Dihadiri oleh 81 orang warga Kedungglatik, 26 orang warga Dusun Sapen, serta 8 orang
warga Dusun Borangan. Selain itu dari aparat dihadiri oleh 4 orang Perwakilan undangan MUSPIKA, dan
juga perwakilan instansi sejumlah 6 orang.
Pertemuan kali ini dibuka serta dibawakan oleh Bapak Anwar Subandi yang merupakan warga
Dusun Kedungglatik. Bapak H. Adi Rusman, ST, MT selaku Kepala Bidang Bendungan Wilayah Barat,
Pusat Bendungan, Dirjen Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan menjabarkan
bahwa salah satu item persyaratan pekerjaan Desain Jragung, adalah melakukan pekerjaan Studi
Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali Masyarakat yang terkena dampak akibat rencana
pembangunan bendungan (Land Acquisition and Resettlement Action Plan). Kegiatan PKM ini merupakan
proses komunikasi atau musyawarah antar pihak yang berkepentingan untuk mendapatkan kesepahaman
dan kesepakatan dalam perencanaan pengadaan tanah bagi pembangunan bendungan.
Dari pemaparan konsultan mengenai hasil survei dan rumusan alternatif rencana tindak, respon
dari masyarakat pun juga beragam. Bpk Nanang Ketua RW di Dusun Kedungglatik, Desa Candirejo
menyuarakan aspirasi warganya yakni Masyarakat sepakat meminta relokasi, kemudaian meminta
ukuran tanah pengganti sama dengan aslinya. Warga juga meminta dilibatkan dalam proyek
pembangunan bendungan mulai dari progres 0% hingga selesai. Bpk Regot Kepala dusun Borangan
memberikan info bahwa segenap warga borangan menginginkan untuk tanahnya yang terkena dampak
rencana spoil area untuk disewa saja, tidak dijual atau diganti karena melihat prospek bagus dikemudian
hari.
Menjawab masukan dan pertanyaan dari warga, Bapak Teguh Kuncoro sebagai Team Leader
Konsultan PT. Tuah Agung Anugrah menjelaskan bahwa konsultan akan mewadahi aspirasi warga dusun
Kedungglatik yang akan dicatat agar pilihan yang dipilih warga tidak berganti-ganti lagi, untuk kemudahan
tim penilai di kemudian hari. Dijelaskan juga oleh konsultan bahwa nanti akan ada wadah untuk warga
berupa pelatihan dan pengembangan diri untuk membantu warga sampai mendapatkan pekerjaan
kembali sepertti yang sudah dipaparkan. Menjawab aspirasi tentang ukuran yang nantinya diganti ,nilai
rumah setiap lokasi berbeda jadi terdapat kemungkinan ukuran rumah lebih kecil dari ukuran aslinya,
namun terdapat beberapa faktor lain yang akan dinilai oleh tim penilaian selain lokasi yakni faktor
psikologis dan kemanusiaan.
Bpk H. Adi Rusman ST., MT. selaku Kepala Bidang Bendungan Wilayah Barat, Pusat
Bendungan juga menjawab tentang warga yang meminta ukuran sama dengan penggantinya, dalam
undang-undang nomor 2 terdapat ganti rugi fisik, tanah, bangunan, dan tegakkan ditambah dengan
komponen psikologis yang nanti akan dinilai oleh tim penilai termasuk psikologis kehilangan pekerjaan,
akan dipantau terus untuk proses pengembalian kesejahteraan, jadi nilai yang diganti tidak hanya diukur
dari asset yang dimiliki. Beliau juga menjawab mengenai spoil area yang ingin disewa oleh warga, Pihak
Pusat bendungan akan meminta pendapat dari tim teknis dan komisi keamanan bendungan, karena
dalam pembangunan bendungan terdapat area-area yang tidak boleh ditempati, namun kembali lagi harus
diperhatikan dari segi keamanan. Bendungan ini akan terdapat tiga kali sertifikasi yaitu Sertifikasi Desain
oleh Komisi Keamanan Bendungan Sertifikasi Inpounding / Pengisian oleh Komisi Keamanan Bendungan,
dan Sertifikasi OP (Operasional), termasuk adanya Rencana Tanggap Darurat (RTD) agar kemanan
terjaga oleh Komisi Keamanan Bendungan
BAB 6
KERANGKA HUKUM DAN KEBIJAKAN
Bab ini menjelaskan mengenai payung hukum yang dipergunakan untuk melaksanakan
t a h a p a n d e m i t a h a p a n k e g i a t a n L A R A P B e n d un g a n J r a g u n g
Proses pencapaian tujuan nasional menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 yang selama ini dilaksanakan pemerintah perlu didukung dengan adanya
tahap pembangunan dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam
rangka pembangunan nasional adalah pembangunan untuk kepentingan umum, seperti pembangunan
jalan raya, pemukiman rakyat, pasar tradisional, pembangunan bendungan dan sebagainya. Dalam
rangka pelaksanaan pembangunan nasional tentunya dibutuhkan lahan yang luas dengan bentuk
kepemilikan atas tanah yang beranekaragam berupa perseorangan, badan hukum, badan sosial, badan
keagamaan, atau instansi pemerintah.
Untuk memenuhi kebutuhan lahan dalam pembangunan nasional sesuai dengan kebijakan
nasional dilakukan dengan mekanisme pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum
dengan mengedepankan prinsip yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI 1945). Sebagaimana telah diamanatkan adlam ketentuan Pasal 33 ayat
(3) UUDNRI 1945 yang menyebutkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Tanah sesuai dengan sifaftnya mempunyai fungsi sosial, dalam penjelasan ketentuan Pasal 6
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, menyebutkan
bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial, ini berarti setiap penggunaan tanah untuk
kepentingan umum merupakan manifestasi dari fungsi sosial tanah. Hak menguasai negara tersebut,
memberi wewenang kepada negara, diantaranya untuk mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,
penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa. Terkait dengan hak menguasai
negara atas tanah, memberikan wewenang kepada Negara untuk melakukan pengaturan. Melalui
pengaturan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum maka Pemerintah dapat
mencabut atau melakukan pemutusan hubungan hukum dengan memberikan ganti kerugian yang layak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berkaitan dengan uraian diatas bahwa kepentingan pengadaan tanah oleh Pemerintah, merupakan
perbuatan hukum publik maka kegiatan pengadaan tanah pada prinsipnya dilakukan untuk kepentingan
umum, bukan untuk kepentingn swasta. Oleh karena itu untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
untuk kepentingan umum, diperlukan tanah yang pengadaannya dilaksanakan dengan mengedepankan
prinsip kemanusiaan, demokratis, dan adil. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan pengadaan tanah dalam hal ini untuk perencanaan pembangunan Bendungan Jragung diuraikan
dalam table berikut:
Kebijakan nasional yang menjadi pedoman dalam rangka penyediaan lahan untuk pembangunan
Bendungan Jragung diuraikan sebagai berikut:
Konsep penguasaan negara atas tanah diatur dalam ketentuan Pasal Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 yang berbunyi bahwa atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-Undang
Dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi air dan ruang angkasa, termasuk
kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara,
sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Hak menguasai Negara diatas memberi wewenang
untuk:
b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air
dan ruang angkasa;
Wewenang yang bersumber pada Hak menguasai Negar diatas digunakan untuk mencapai
sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam
masyarakat dan negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur.
Atas pemberian kewenangan kepada negara mengenai hak menguasai negara selanjutnya dalam
ketentun Pasal 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 menegaskan bahwa atas dasar hak
menguasasi negara ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut
tanah, yang dapat diberikan kepadad dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun
bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum. Lebih lanjut hak-hak atas tanah
sebagaimana dimaksud ialah:
a. hak milik;
b. hak guna usaha;
c. hak guna bangunan;
d. hak pakai;
e. hak sewa;
f. hak membuka tanah;
g. hak memungut hasil hutan;
h. hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang akan ditetapkan
dengan undang-undanga serta hak-hak yang sifatnya sementara.
Sedangkan hak-hak atas air dan ruang angkasa meliputi:
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1975 tentang Pengairan ini pada tahun 2004 sebenarnya telah
dicabut dan dinyatakan berlaku oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air. Namun pada tanggal 18 Februari 2015 Mahkamah Konstitusi mengeluarkan Putusan Nomor
85/PUU-XI/2013 atas gugatan pengujian materi yang kedua terhadap Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Putusan tersebut antara lain menyatakan bahwa Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air tidak mempunyai kekuatan hukum dan
memberlakukan kembali Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
Sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 yang
berbunyi bahwa air beserta sumber-sumbernya, termasuk kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya mempunyai fungsi sosial serta digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 3 menyebutkan bahwa air beserta sumber-sumbernya,
termasuk kekayaan alam yang di dalamnya dikuasai oleh Negara. Hak menguasai negara memberi
wewenang kepada pemerintah untuk:
b. Menyusun mengesahkan, dan atau memberi izin berdasarkan perencanaan dan perencanaan
teknis tata pengaturan air dan tata pengairan;
c. Mengatur, mengesahkan dan atau memberi izin peruntukan, penggunaan, penyediaan air,
dan atau sumber-sumber air;
d. Mengatur, mengesahkan dan atau memberi izin pengusahaan air, dan atau sumber-sumber
air;
Lebih lanjut dalam pelaksanaan wewenang diatas sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 4
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 berbunyi bahwa wewenang Pemerintah diatas dapat
dilimpahkan kepada instansi-instansi Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah dan atau badan-
badan hukum tertentu yang sayarat-syarat dan cara-caranya diatur dengan Peraturan Perundang-
Undangan.
Dalam hal upaya pembangunan pengairan disusun berdasarkan perencanaan dan perencanaan
teknis sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 yang
menegaskan bahwa tata pengaturan air dan tata pengairan serta pembangunan pengairan disusun
atas dasar perencanaan dan perencaan teknis yang ditujukan untuk kepentingan umum.
Hasil perencanaan dan perencanaan teknis diatas yang berupa rencana-rencana dan rencana-
rencana teknis tata, pengaturan air dan tata pengairan serta pembangunan pengairan tersebut,
disusun untuk keperluan rakyat disegala bidang dengan memperhatikan urusan prioritas. Rencana-
rencana dan rencana-rencana teknis disusun guna memperoleh tata air yang baik berdasasrkan
Pola Dasar Pembangunan Nasional dan dilaksanakan untuk kepentingan bersifat nasional,
regional dan lokal. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974
berbunyi bahwa sebagai dasar perencanaan, pengembangan dan pemanfaatannya,
diselenggarakan penelitian dan inventasisasi untuk mengetahui modal kekayaan alam yang berupa
air beserta sumber-sumbernya diseluruh wilayah Indonesia.
Terkait dengan bendungan untuk melaksanakan amanat Pasal 15 Peraturan Pemerintah tentang
Sungai, Pemerintah melalui kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
27/PRT/M/2015 tentang Bendungan. Secara konseptual Bendungan adalah bangunan yang
berupa urukan tanah, urukan batu, dan beton, yang dibangun selain untuk menahan dan
menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang, atau
menampung lumpur sehingga terbentuk waduk. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 2 ayat (3)
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan
menyebutkan bahwa pembangunan bendungan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya
harus dilaksanakan berdasarkan pada konsepsi keamanan bendungan dan kaidah-kaidah
keamanan bendungan yang tertuang dalam berbagai norma, standar, pedoman dan manual untuk
meningkatkan kemanfaatan fungsi sumber daya air, pengawetan air, pengendalian daya rusak air,
dan fungsi pengamanan tampungan limbah tambang atau tampungan lumpur. Selanjutnya
konsepsi keamanan bendungan terdiri dari 3 (pilar) yaitu:
a. Keamanan struktur berupa aman terhadap kegagalan struktural, aman terhadap kegagalan
hidraulis, dan aman terhadap kegagalan rembesan;
Sebagaimana dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan yang menerangkan bahwa pembangunan
bendungan dilakukan untuk pengelolaan sumber daya air. Bendungan tersebut berfungsi untuk
penyediaan air baku, penyediaan air irigasi, pengendalian banjir, dan/atau pembangkit listrik
tenaga air. Pembangunan bendungan meliputi tahapan:
a. Persiapan Pembangunan
Sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 8 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan bahwa pembangunan
bendungan untuk pengelolaan su,ber daya air disusun berdasarkan rencana pengelolaan
sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan. Dalam hal rencana pengelolaan
sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan belum ditetapkan, pembangunan
bendungan disusun berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan air pada wilayah sungai dan
rencana tata ruang pada wilayah sungai yang bersangkutan. Selanjutnya dalam ketentuan
Pasal 9 menegaskan bahwa dalam rangka pembangunan bendungan diperlukan izin
penggunaan sumber daya air.
b. Perencanaan Pembangunan
Dalam ketentuan Pasal 19 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan menegaskan bahwa perencanaan pembangunan
bendungan meliputi:
1) Studi kelayakan
a) Analisis kondisi topografi untuk tapak rencana bendungan, jalan akses, quarry dan
borrow area, penyimpanan material, tempat pembuangan galian, dan daerah
genangan;
b) Analisis geologi yang berkaitan dengan tapak bendungan, lokasi material bahan
bendungan dan daerah genangan;
e) Analisis sosial, ekonomi, dan budaya pada daerah tapak bendungan dan rencana
genangan serta daerah penerima manfaat bendungan;
2) Penyusunan desain
Penyusunan desain dilakukan melalui kegiatan survey dan investigasi, yang dituangkan
dalam dokumen paling sedikit memuat:
b) Nota desain yang meliputi kriteria yang dipergunakan dalam menyusun desain dan
perhitungan gambar teknis sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c) Spesifikasi teknis yang meliputi ukuran yang harus dipenuhi untuk mencapai
kualitas pekerjaan yang disyaratkan dan peralatan yang dipergunakan dalam
pelaksanaan konstruksi;
d) Metode pelaksanaan yang paling sedikit meliputi cara pengelakan aliran sungai,
penimbunan tubuh bendungan, dan pemasangan peralatan hidromekanikal; dan
Studi pengadaan tanah dituangkan dalam dokumen studi pengadaan tanah yang paling
sedikit memuat:
d) Rencana pembiayaan.
c. Pelaksanaan Konstruksi
Secara konseptual kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Dalam hal penggunaan
kawasan hutan bagi pembangunan untuk kepentingan umum diatur dalam ketentuan Pasal 38
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 yang berbunyi bahwa penggunaan kawasan hutan untuk
kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan
hutan produksi dan kawasan hutan .lindung. Hutan produkasi merupakan kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan, sedangkan untuk hutan lindung adalah
kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air , mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuran tanah. Penggunaan kawasan hutan bagi pembangunan untuk kepentingan
umum ataudapat dikatakan penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan dapat dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan. Oleh karena
itu jelas bahwa bagi pembangunan untuk kepentingan umum dapat menggunakan kawasan hutan
produksi maupun kawasan hutan lindung.
Dalam hal penggunaan kawasan hutan untuk melaksanakan Undang-Undang tentang Kehutanan
pada tahun 2010 Pemerintah mengesahkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Penggunaan Kawasan Hutan sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 105 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Perturan Pemerintah Nomor
Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan. Disebutkan dalam ketentuan Pasal 4
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan bahwa
penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan diluar kehutanan hanya dapat dilakukan untuk
kegiatan yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat dielakkan. Kepentingan pembangunan
di luar kegiatan kehutanan meliputi kegiatan:
a. Religi;
b. Pertambangan;
c. Instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta teknologi energi baru dan
terbarukan;
d. Pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar radio, stasiun relay televisi, dan
stasiun bumi pengamatan keantariksaan;
f. Sarana transportasi yang tidak dikategorikan sebagai sarana transportasi umum untuk
keperluan pengangkutan hasil produksi;
g. Waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan
sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya;
h. Fasilitas umum;
l. Penampungan korban bencana alam dan lahan usahanya yang bersifat sementara; atau
Selanjutnya diterangkan dalam ketentuan Pasal 6 perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2010, bahwa penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan
kehutanan dilakukan berdasarkan izin pinjam pakai kawasan hutan. Selanjutnya menegaskan
bahwa izin pinjam pakai kawasan hutan dapat dilakukan:
a. Pada provinsi yang luas kawasan hutannya sama dengan atau kurang dari 30% (tiga puluh
perseratus) dari luas daerah aliran sungai, pulau, dan/atau provinsi, dengan kompensasi:
2. Melakukan penanaman dalam rangka rehabilitassi daerah aliran sungai terutama pada
kawasan hutan untuk penggunaan nonkomersial.
b. Pada provinsi yang luas kawasan hutannya diatas 30% (tiga puluh perseratus) dari luas
daerah aliran sungai , pulau, dan/atau provinsi, dengan kompensasi:
2. Melakukan penenaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai terutama padad
kawasan hutan untuk penggunaan nonkomersial.
1. Pertahanan negara, sarana keselamatan lalu lintas laut atau udara, dan sarana
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
3. Penampungan korban bencana alam dan lahan usahanya yang bersifat sementara,
tanpa kompensasi lahan atau tanpa kompensasi membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak
Penggunaan Kawasan Hutan dan tanpa melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi
daerah aliran sungai.
Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 15 perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2010 menegaskan bahwa pemegang Izin Pinjam Pakai wajib:
f. Melaksanakan reklamasi dan/atau reboisasi pada kawasan hutan yang dipinjam pakai yang
sudah tidak digunakan; dan
Serta dalam ketentuan Pasal 17 perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2010 menegaskan bahwa pemegang Izin Pinjam Pakai dilarang:
a. Memindahtangankan izin pinjam pakai kawasan hutan kepada pihak lain atau melakukan
perubahan nama pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan tanpa persetujuan Menteri;
b. Menjaminkan atau mengagunkan areal izin pinjam pakai kawasan hutan kepada pihak lain;
dan/ atau
c. Melakukan kegiatan di dalam areal izin pinjam pakai kawasan hutan sebelum memperoleh
penetapan batas areal kerja izin pinjam pakai kawasan hutan, kecuali membuat kegiatan
persiapan berupa pembangunan direksi kit dan/ atau pengukuran sarana dan prasarana.
a. Perizinan Berusaha meliputi untuk sektor ketenagalistrikan, sektor perindustrian, atau sektor
perhubungan;
undangan di bidang pertambangan yang dimohon oleh perseorangan dan/atau kelompok orang
dan/atau masyarakatm, maka IPPKH dilimpahkan kepada Gubernur.
Selanjutnya untuk mendapatkan IPPKH maka pemohon sebagaimana diatur dalam ketentuan
Pasal 16 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2018 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang berbunyi
bahwa permohonan IPPKH diajukan oleh:
c. Instansi Pemerintah.
Khusus dalam hal penggunaan kawasan hutan dilakukan oleh Kementerian sebagaimana
diatur dalam ketentuan Pasal 17 ayat (2) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2018 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan,
penggunaan kawasan hutan ditetapkan oleh Menteri dengan didahului permohonan oleh Direktur
Jendral (Direktur Jendral yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang planologi
kehutanan dan tata lingkungan) atau Kepala Badan lingkup Kementerian yang membidangi urusan
sesuai permohonan.
b. Persyaratan teknis.
Peryataan komitmen yang merupakan pernyataan pemohon untuk memenuhi persyaratan IPPK
terdiri atas:
c. Menyampaikan baseline penggunaan kawasan hutan dan peta baseline skala paling kecil
1:50.000 (satu berbanding lima puluh ribu) atau skala terbesar pada lokasi yang dimohon
bagi permohonan IPPKH dengan kompensasi membayar PNBP Penggunaan Kawasan
Hutan;
a. Perizinan/perjanjian yang diterbitkan oleh pejabat sesuai kewenangannya antara lain Izin
Usaha Pertambangan, yang masih berlaku dengan jangka waktu paling singkat 6 (enam)
bulan, kecuali untuk kegiatan yang tidak wajib memiliki perizinan/ perjanjian;
b. Lokasi, luas areal, dan rincian penggunaan kawasan hutan yang dimohon yang dituangkan
dalam bentuk peta skala paling kecil 1:50.000 (satu berbanding lima puluh ribu) atau lebih
besar dalam bentuk softcopy format shapefile (shp) dengan koordinat sistem UTM Datum
WGS 84;
c. Surat keterangan dari Direktorat Jenderal yang membidangi Mineral dan Batubara terkait
kegiatan eksplorasi lanjutan pada tahap operasi produksi yang dilengkapi peta yang
menggambarkan areal yang akan dilakukan kegiatan eksplorasi lanjutan dan kegiatan operasi
produksi bagi pemohon IPPKH untuk kegiatan eksplorasi lanjutan pada tahap operasi
produksi;
e. Pertimbangan teknis Perum Perhutani dalam hal permohonan berada dalam wilayah kerja
Perum PERHUTANI;
f. Izin Lingkungan;
g. Peta citra penginderaan jauh dengan resolusi minimal 5 (lima) meter liputan 1 (satu) tahun
terakhir dilampiri dengan softcopy dengan koordinat sistem UTM Datum WGS 84;
7) Dalam melanggar sebagaimana dimaksud pada angka 1 (satu) sampai dengan angka 6
(enam), siap menghadapi konsekuensi hukum.
Terkait dengan persyaratan teknis atas rekomendasi gubernur tentang penggunaan kawasan
hutan diganti dengan pertimbangan teknis dinas provinsi yang membidangi kehutanan untuk
permohonan yang diajukan oleh Gubernur atau permohonan yang izin usahaya dikeluarkan oleh
Gubenur. Untuk persyaratan teknis atas peta citra penginderaan jauh dengan resolusi minimal 5
(lima) meter liputan 1 (satu) tahun terakhir dilampiri dengan softcopy dengan koordinat sistem
UTM Datum WGS 84 sebagaimana diatas dikecualikan untuk:
a. Eksplorasi;
g. Bandar udara dan pelabuhan umum yang merupakan proyek strategis nasional.
Selanjutnya bagi pemegang IPPKH melakukan pemenuhan komitmen. Sebagaimana diatur dalam
ketentuan Pasal 31 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2018 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan, yang berbunyi
bahwa pemegang IPPKH wajib menyelesaikan pemenuhan komitmen. Pemegang IPPKH dilarang
melakukan kegiatan dilapangan sebelum menyelesaikan pemenuhan komitmen. Dikecualikan bagu
kegiatan untuk menyelesaikan pemenuhan komitmen yaitu:
Dalam hal komitmen berupa penyelesaian AMDAL atau UKL-UPL telah terpenuhi, maka dapat
dilakukan kegiatan dilapangan, untuk:
a. Membuat persemaian untuk pertanian tertentu dalam rangka ketahanan pangan atau energi;
b. Kegiatan pembangunan nasional yang bersifat vital yaitu panas bumi, minyak dan gas bumi,
ketenagalistrikan, waduk, bendungan; dan
Selanjutnya mengenai tata cara penyelesasian pemenuhan komitmen sebagaimana diatur dalam
ketentuan Pasal 33 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2018 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan, berbunyi
bahwa Pemegang IPPKH paling lama 1 (satu) tahun setelah terbit IPPKH, memenuhi komitmen
sebagai berikut:
a. Menyelesaikan tata batas areal IPPKH sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dengan supervisi Balai Pemantapan Kawasan Hutan dan tidak dapat diperpanjang;
b. Menyerahkan lahan kompensasi kepada Menteri dengan ratio 1:2 (satu berbanding dua) yang
dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima Lahan Kompensasi bagi pemegang IPPKH
dengan kompensasi lahan;
c. Menyampaikan baseline penggunaan kawasan hutan dan peta baseline skala paling kecil
1:50.000 (satu berbanding lima puluh ribu) atau skala terbesar pada lokasi tersebut dengan
informasi luas kawasan hutan yang dimohon dalam bentuk hardcopy dan softcopy format
shapefile (shp) dengan koordinat sistem UTM Datum WGS 84 sesuai dengan hasil tata batas
dan dokumen lingkungan bagi pemegang IPPKH dengan kompensasi membayar PNBP
Penggunaan Kawasan Hutan;
1) Surat pernyataan dalam hal pemegang IPPKH adalah instansi pemerintah; atau
Apabila areal IPPKH berada dalam areal kerja pengelolaan hutan/izin usaha pemanfaatan hasil
hutan.
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang
satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang sehingga
diharapkan dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta
mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan, tidak terjadi pemborosan
pemanfaatan ruang, dan tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang.
Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik, daya dukung dan daya tampung lingkungan,
serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan meningkatkan keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan subsistem. Hal itu berarti akan dapat meningkatkan kualitas ruang yang ada.
Karena pengelolaan subsistem yang satu berpengaruh pada subsistem yang lain dan pada
akhirnya dapat mempengaruhi sistem wilayah ruang nasional secara keseluruhan, pengaturan
penataan ruang menuntut dikembangkannya suatu sistem keterpaduan sebagai ciri utama.
Hal itu berarti perlu adanya suatu kebijakan nasional tentang penataan ruang yang dapat
memadukan berbagai kebijakan pemanfaatan ruang. Seiring dengan maksud tersebut,
pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan, baik oleh Pemerintah, pemerintah daerah, maupun
masyarakat, baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah, harus dilakukan sesuai dengan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dengan demikian, pemanfaatan ruang oleh siapa pun
tidak boleh bertentangan dengan rencana tata ruang.
Dalam hal ini terasuk dalam rencana pembangunan untuk kepentingan umum, sebagaimana diatur
dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang menegaskan bahwa
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan umum diselenggarakan sesuai dengan tata ruang. Lebih
lanjut dalam ketentuan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 berbunyi bahwa
perencanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum didasarkan atas rencana tata ruang
wilayah dan prioritas pembangunan yang tercantum dalam rencana pembangunan jangka penjang,
rencana strategis, rencana kerja pemerintah instansi yang bersangkutan.
Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 juga
menegaskan bahwa perencanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum disusun dalam
bentuk dokumen perencanaan pengadaan tanah, yang paling sedikit memuat diantaranya adalah
kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah dan rencana pembangunan nasional dan daerah.
Oleh karena itu dalam upaya pembangunan untuk kepentingan umum wajib mempertimbangkan
keterpaduan dengan rencana tata ruang nasional maupun daerah. Untuk mencapai terwujudnya
keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan
memperhatikan sumber daya manusia. Sehingga dapat mewujudkan upaya perlindungan fungsi
ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang atas
pembangunan yang direncanalan.
Bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional,
sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 28H UUDNRI 1945. Oleh karena itu, negara,
pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan
hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta
makhluk hidup lain.
Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas ataupun kualitas tidak merata, sedangkan
kegiatan pembangunan membutuhkan sumber daya alam yang semakin meningkat. Kegiatan
pembangunan juga mengandung risiko terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Kondisi
ini dapat mengakibatkan daya dukung, daya tampung, dan produktivitas lingkungan hidup menurun
yang pada akhirnya menjadi beban sosial.
Oleh karena itu, lingkungan hidup Indonesia harus dilindungi dan dikelola dengan baik berdasarkan
asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan, dan asas keadilan. Selain itu, pengelolaan
lingkungan hidup harus dapat memberikan kemanfaatan ekonomi, sosial, dan budaya yang
dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian, demokrasi lingkungan, desentralisasi, serta
pengakuan dan penghargaan terhadap kearifan lokal dan kearifan lingkungan. Perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup menuntut dikembangkannya suatu sistem yang terpadu berupa
suatu kebijakan nasional perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan
secara taat asas dan konsekuen dari pusat sampai ke daerah.
Penggunaan sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi lingkungan
hidup. Sebagai konsekuensinya, kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan harus dijiwai
oleh kewajiban melakukan pelestarian lingkungan hidup dan mewujudkan tujuan pembangunan
berkelanjutan. Dalam hal rencana pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan
pengadaan lahan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 15 ayat Nomor 2 Tahun 2012
tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum yang berbunyi bahwa perencanaan
pengadaan tanah untuk kepentingan umum disusun dalam bentuk dokumen perencanaan
pengadaan tanah. Dokumen perencanaan pengadaan tanah disusun berdasaarkan studi
kelayakan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Lebih
lanjut studi kelayakan yang dimaksud diantarannya adalah studi kelayakan dampak lingkungan dan
dampak sosial yang mungkin timbul akibat dari Pengadaan Tanah dan pembangunan.
Sejalan dengan ketentuan diatas aspek lingkungan hidup dalam pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum juga diatur dalam ketentuan Pasal 6 ayat (1) Peraturan
Presden Nomor 71 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum yang menegaskan bahwa dokumen perencanaan pengadaan tanah
disusun berdasarkan studi kelayakan yang mencakup diantaranya adalah dampak lingkungan dan
dampak sosial yang mungkin timbul akibat dari pengadaan tanah dan pembangunannya. Dampak
lingkungan dan dampak sosial dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai dampak
lingkungan hidup atau dokumen lingkungan hidup lainnya yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Menyadari potensi dampak negatif yang ditimbulkan sebagai konsekuensi dari pembangunan,
maka diperlukan upaya pengendalian dampak secara dini. Analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL) adalah salah satu perangkat preemtif pengelolaan lingkungan hidup yang terus diperkuat
melalui peningkatkan akuntabilitas dalam pelaksanaan penyusunan AMDAL dengan
mempersyaratkan lisensi bagi penilai AMDAL dan diterapkannya sertifikasi bagi penyusun
dokumen amdal, serta dengan memperjelas sanksi hukum bagi pelanggar di bidang AMDAL.
Upaya preventif dalam rangka pengendalian dampak lingkungan hidup perlu dilaksanakan dengan
mendayagunakan secara maksimal instrument pengawasan dan pengendalian. Oleh karena itu
dalam rencana pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum maka dibutuhkan
analisis dampak lingkungan dan dampak sosial seagai upaya untuk menjamin pemenuhan dan
perlindungan hak atas lingkungan hidup yang menjadi bagian hak asasi manusia dan hak
konstitusional.
Sebagaima diatur dalam ketentuan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman yang berbunyi bahwa penyelenggaraan rumah dan
perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar
manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Penyelenggaraan rumah dan
perumahan yang dimaksud diatas dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
setiap orang untuk menjamin hak setiap warga negara untuk menempari, menikmati, dan/atau
memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.
Penyelenggaraan perumahan tersebut meliputi tahapan perencanaan, pembangunan,
pemanfaatan, dan pengendalian. Dalam rangka pembangunan untuk kepentingan umum tentunya
dalam pemenuhan kebutuhan lahan tersebut menggunakan tanah yang berdiri rumah hunian
masyarakat. Oleh karena itu upaya permukiman kembali atas rumah hunian masyarakat yang
digunakan sebagai lahan bagi pembangunan untuk kepentingan umum sangat penting untuk
dilakukan.
Untuk menjamin bahwa masyarakat yang tanah dan rumahnya digunakan sebagai objek
pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum dapat bertempat tinggal serta
menghuni rumah yang layak di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan
melalui perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian. Termasuk kelengkapan
prasarana, sarana, dan utilitas umum terhadap permukiman kembali akibat pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum.
7. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 23, Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5280)
Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu didukung dengan
pembangunan. Sebagai upaya menjamin terselenggaranya pembangunan maka diperlukan tanah
yang diperoleh melalui mekanisme pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Sebagaimana
telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, yang menyebutkan bahwa tujuan pengadaan tanah
untuk kepentingan umum ialah menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, Negara, dan masyarakat dengan tetap
menjamin kepentingan hukum pihak yang berhak.
Oleh karena itu sebagai Negara hukum maka Pemerintah di dalam penyelenggaraan pengadaan
tanah untuk kepentingan umum tetap memeperhatikan keseimbangan antara kepentingan
pembangunan dan kepentingan masyarakat, yang dilakukan melalui pemberian ganti kerugian
yang layak dan adil. Secara konsptual ganti kerugian adalah penggantian yang layak dan adil
kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah. Sedangkan pihak yang berhak adalah
pihak yang menguasai atau memiliki obyek pengadaan tanah. Objek pengadaan tanah untuk
kepentingan umum tersebut meliputi tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan,
tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, atau lainnya yang dapat dinilai.
Lingkup pembangunan untuk kepentingan umum sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum, meliputi pembangunan:
b. Jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi
kereta api.
c. Waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan
sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya;
o. Penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah, serta perumahan untuk
masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa;
Dari ketentuan diatas dapat diketahui jenis-jenis pembangunan yang dikategorikan sebagai
pembangunan untuk kepentingan umum. Dalam pembangunan untuk kepentingan umum
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin tersedianya tanah dan menjamin tersedianya
pendanaan pembangunan untuk memenuhi kepentingan bangsa, Negara dan masyarakat yang
diwujudkan dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Oleh karena itu atas
kepentingan bangsa, Negara dan masyarakat maka pihak yang berhak dan pihak yang menguasai
objek pengadaan tanah untuk kepentingan umum wajib mematuhi ketentuan dalam Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum. Lebih lanjut untuk melaksanakan pengadaaan tanah untuk kepentingan umum
diselenggarakan tahapan melalui perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan penyerahan hasil.
Tahapan pengadaan tanah untuk kepentingan umum tersebut dipaparkan sebagai berikut:
Sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 2 Tahu 2012 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, yang menyebutkan bahwa
instansi yang memerlukan tanah membuat perencanaan pengadaan tanah untuk kepentingan
umum yang didasarkan atas rencana tata ruang wilayah dan prioritas pembangunan yang
tercantum dalam rencana pembangunan jangka menengah, rencana strategis, rencana kerja
pemerintah instansi yang bersangkutan. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 15 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum Jo. Pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, bahwa
Perencanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum tersebut disusun dalam bentuk
perencanaan pengadaan tanah yang disusun berdasarkan studi kelayakan yang paling sedikit
memuat:
a. Maksud dan tujuan rencana pembangunan, yang menguraikan maksud dan tujuan
pembangunan yang direncanakan dan manfaat pembangunan untuk kepentingan
umum.
b. KESESUAIAN dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan prioritas pembangunan yang
tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah, Rencana Strategis, dan
Rencana Kerja Pemerintah Instansi yang bersangkutan, yang menguraikan kesesuaian
rencana lokasi pengadaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah dan prioritas
pembangunan.
c. Letak tanah, yang menguraikan wilayah administrasi tempat lokasi pembangunan yang
direncanakan yang meliputi kelurahan/desa atau nama lain, kecamatan, kabupaten/kota,
dan provinsi.
d. Luas tanah yang dibutuhkan, yang menguraikan perkiraan luas tanah yang diperlukan.
e. Gambaran umum status tanah, yang menguraikan data awal mengenai penguasaan dan
pemilikan atas tanah.
h. Perkiraan nilai tanah, yang menguraikan ganti kerugian obyek pengadaan tanah,
meliputi tanah, ruang atas dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan
dengan tanah, dan/atau kerugian lain yang dapat dinilai.
i. Rencana penganggaran, yang menguraikan besarnya dana, sumber dana, dan rincian
alokasi dana untuk perencanaan, persiapan, pelaksanaan, penyerahan hasil,
administrasi dan pengelolaan, serta sosialisasi.
a. Survei sosial ekonomi, dilakukan untuk menghasilkan kajian mengenai kondisi sosial
ekonomi masyarakat yang diperkirakan terkena dampak pengadaan tanah.
c. Analisis biaya dan manfaat pembangunan bagi wilayah dan masyarakat, dilakukan
untuk menghasilkan analisis mengenai biaya yang diperlukan dan manfaat
pembangunan yang diperoleh bagi wilayah dan masyarakat.
d. Perkiraan nilai tanah, dilakukan untuk menghasilkan perkiraan besarnya nilai Ganti
Kerugian Objek Pengadaan Tanah.
e. Dampak lingkungan dan dampak sosial yang mungkin timbul akibat dari Pengadaan
Tanah dan pembangunan, dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai dampak
lingkungan hidup atau dokumen lingkungan hidup lainnya yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Studi lain yang diperlukan, merupakan hasil studi yang secara khusus diperlukan selain
huruf a sampai dengan huruf e dapat berupa studi budaya masyarakat, studi politik dan
keamanan, atau studi keagamaan, sebagai antisipasi dampak spesifik akibat
pembangunan untuk kepentingan umum.
Lebih lanjut hasil akhir dari tahapan perencanaan pengadaan tanah, sebagaimana diatur
dalam ketentuan Pasal 7 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, ialah
dalam bentuk dokumen perencanaan pengadaan tanah yang ditetapkan oleh pimpinan
instansi yang memerlukan tanah atau pejabat yang ditunjuk. Selanjutnya dokumen
perencanaan pengadaan tanah oleh instansi yang memerlukan tanah disampaikan kepada
Gubernur.
Berdasasrkan dokumen yang telah ditetapkan oleh instansi yang memerlukan tanah dan telah
disampaikan kepada Gubernur, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 8 Peraturan
Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Peyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Gubernur melaksanakan tahapan kegiatan
Persiapan Pengadaan Tanah setelah menerima dokumen perencanaan pengadaan tanah.
Dalam melaksanakan tahapan kegiatan persiapan pengadaan tanah, Gubernur membentuk
Tim Persiapan dalam waktu paling lama 2 (dua) hari kerja sejak dokumen perencanaan
pengadaan tanah diterima secara resmi oleh Gubernut. Tim persiapan beranggotakan
bupati/walikota, satuan kerja perangkat daerah provinsi terkait, instansi yang memerlukan
tanah, dan isntansi terkait lainnya. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Tim Persiapan
Gubernur membentuk sekretariat persiapan Pengadaan Tanah yang berkedudukan di
sekretariat daerah Provinsi. Tim Persiapan yang dibentuk Gubernur mempunyai tugas:
f. Melaksanakan tugas lain yang terkait persiapan Pengadaan Tanah bagi pembangunan
untuk Kepentingan Umum yang ditugaskan oleh Gubernur.
Sejalan dengan hal tersebut sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 16 Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum yang menerangkan bahwa Instansi yang memerlukan tanah bersama Pemerintah
Provinsi berdasarkan dokumen perencanaan .pengadaan tanah melaksanakan persiapan
pengadaan tanah. Dalam pelaksanaan persiapan pengadaan tanah dilakukan oleh Tim
Persiapan dengan tahapan dan uraian sebagai berikut:
a. Sosialisasi;
b. Tatap muka;
c. Surat pemberitahuan
Pemberitahuan secara tidak langsung dilakukan melalui media cetak atau media
elektronik. Undangan sosialisasi dan tatap muka disampaiakan kepada masyarakat
pada rencana lokasi pembangunan melalui lurah/kepala desa atau nama lain dalam
jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum pertemuan dilaksanakan. Bukti
penyampaian pemberitahuan melalui surat dibuat dalam bentuk tanda terima dari
perangkat kelurahan/desa. Pelaksanaan sosialisasi dan tatap muka dilaksanakan oleh
Tim Persiapan. Hasil pelaksanaan sosialisasi atau tatap muka dituangkan dalam bentuk
notulen pertemuan yang ditandatangani oleh Ketua Tim Persiapan atau pejabat yang
ditunjuk. Pemberitahuan melalui media cetak dilaksanakan melalui surat kabar harian
lokal dan nasional paling sedikir 1 (satu) kali penerbitan pada hari kerja. Pemberitahuan
melalui media elektronik dilaksanakan melalui laman (website) pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota atau Instansi yang memerlukan tanah.
Pemegang hak atas tanah berupa perseorangan atau badan yang ditetapkan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Nadzir untuk tanah wakaf merupakan pihak yang menerima harta benda wakaf dari
wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukkannya.
Pelaksanaan ganti kerugian terhadap tanah wakaf dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang wakaf.
Pemilik tanah bekas milik adat merupakan pemegang hak milik atas tanah bekas
tanah milik adat sebagaimana diatur dalam ketentuan konversi menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang Agraria.
a) Terdapat sekelompok orang yang masih terikat oleh tatanan hukum adatnya
sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum adat tertentu, yang
mengakui dan menerapkan ketentuan persekutuan tersebut dalam
kehidupannya sehari-hari;
b) Terdapat tanah ulayat tertentu yang menjadi lingkungan hidup para warga
persekutuan hukum adat tersebut dan tempatnya mengambil keperluan
hidupnya sehari-hari; dan
Pihak yang menguasai tanah negara dengan itikad baik berupa perseorangan,
badan hukum, badan sosial, badan keagamaan, atau instansi pemerintah yang
secara fisik menguasai, menggunakan, memanfaatkan dan memelihara tanah
negara secara turun temurun dalam waktu tertentu dan/atau memperoleh dengan
cara tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan. Penguasaan
tanah negara dibuktikan dengan alat bukti, berupa:
a) Sertifikat hak atas tanah yang telah berakhir jangka waktu haknya;
Pemegang dasar penguasaan atas tanah merupakan pihak yang memiliki alat
bukti yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang yang membuktikan adanya
penguasaan yang bersangkutan. Dasar penguasaan atas tanah dibuktikan dengan
alat bukti penguasaan, berupa:
a) Akta jual beli hak atas tanah yang sudah bersertifikat yang belum dibalik
nama;
b) Akta jual beli atas hak milik adat yang belum diterbitkan sertifikatnya;
e) Akta ikrar wakaf, akta pengganti ikrar wakaf, atau surat ikrar wakaf.
8. Pemilik Bangunan, Tanaman, Atau Benda Lain Yang Berkaitan Dengan Tanah.
Pemilik bangunan, tanaman, atau benda lain yang berkaitan dengan tanah
sebagaimana dimaksud dalam berupa perseorangan, badan hukum, badan sosial,
badan keagamaan, atau instansi pemerintah yang memiliki bukti yang diterbitkan
oleh pejabat yang berwenang yang membuktikan adanya penguasaan atas
bangunan, tanaman, atau benda lain yang berkaitan dengan tanah. Dasar
kepemilikan bangunan, tanaman, atau benda lain yang berkaitan dengan tanah
dibuktikan dengan alat bukti berupa:
c) Bukti tagihan atau pembayaran listrik, telepon, atau perusahaan air minum,
dalam 1 (satu) bulan terakhir.
Dalam hal bukti kepemilikan atau penguasaan sebidang tanah bagi pemilik tanah bekas
milik adat dan pihak yang menguasai tanah dengan itikad baik tidak ada, pembuktian
pemilikan atau penguasaan dapat dilakukan dengan bukti lain berupa pernyataan tertulis
dari yang bersangkutan dan keterangan yang dapat dipercaya dari paling sedikit 2 (dua)
orang saksi dari lingkungan masyarakat setempat yang tidak mempunyai hubungan
keluarga dengan yang bersangkutan sampai derajat kedua, baik dalam kekerabatan
vertikal maupun horizontal, yang menyatakan bahwa yang bersangkutan adalah benar
sebagai pemilik atau menguasai sebidang tanah tersebut.
Pendataan awal lokasi rencana pembangunan dilaksanakan oleh Tim Persiapan atas
dasar dolumen perencanaan Pengadaan Tanah, dalam waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak pemberitahuan rencana pembangunan. Hasil pendataan awal
lokasi rencana pembangunan dituangkan dalam bentuk daftar sementara lokasi rencana
pembangunan yang ditandatangani oleh Ketua Tim Persiapan. Daftar sementara lokasi
rencana pembangunan, digunakan sebagai bahan untuk pelaksanaan Konsultasi Publik
rencana pembangunan.
Sejalan dengan hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 29 sampai
dengan Pasal 30 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum bahwa konsultasi publik dilaksanakan
untuk mendapatkan kesepakatan lokasi pembangunan dari pihak yang berhak.
Pelaksanaan konsultasi publik dapat dilakukan secara bertahap dan lebih dari 1 (satu)
kali sesuai dengan kondisi setempat. Dalam hal pembangunan yang direncanakan akan
mempunyai dampak khusus, konsultasi publik dapat melibatkan masyarakat yang akan
terkena dampak pembangunan secara langsung. Konsultasi Publik dilaksanakan di
kantor kelurahan/desa atau nama lain atau kantor kecamatan di tempat rencana lokasi
pembangunan, atau tempat yang disepakati oleh Tim Persiapan dengan Pihak yang
Berhak.
Tim Persiapan mengundang Pihak yang Berhak dan masyarakat yang terkena dampak
untuk hadir dalam Konsultasi Publik. Undangan tersebut disampaikan Langsung kepada
Pihak yang Berhak dan masyarakat yang terkena dampak atau melalui perangkat
kelurahan/desa atau nama lain dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum
pelaksanaan Konsultasi Publik. Undangan yang diterima oleh Pihak yang Berhak dan
masyarakat yang terkena dampak atau perangkat kelurahan/desa atau nama lain,
dibuktikan dengan tanda terima yang ditandatangani oleh Pihak yang Berhak dan
masyarakat yang terkena dampak atau perangkat kelurahan/desa atau nama lain.
Dalam hal Pihak yang Berhak tidak diketahui keberadaannya, pemberitahuan dilakukan
melalui:
Dalam Konsultasi Publik dilakukan proses dialogis antara Tim Persiapan dengan Pihak
yang Berhak dan masyarakat yang terkena dampak. Pelaksanaan Konsultasi Publik
dapat dilakukan melalui perwakilan dengan surat kuasa dari dan oleh Pihak yang
Berhak. Pihak yang Berhak dan masyarakat yang terkena dampak atau kuasanya
diberikan kesempatan untuk memberikan pandangan/tanggapan terhadap lokasi
rencana pembangunan. Kehadiran Pihak yang Berhak dan masyarakat yang terkena
dampak atau kuasanya dibuktikan dengan daftar hadir. Hasil kesepakatan atas lokasi
rencana pembangunan dalam Konsultasi Publik dituangkan dalam berita acara
kesepakatan.
Dalam hal Konsultasi Publik terdapat Pihak yang Berhak dan masyarakat yang terkena
dampak atau kuasanya yang tidak sepakat atau keberatan atas lokasi rencana
pembangunan, dilaksanakan Konsultasi Publik ulang. Konsultasi Publik ulang
dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal
berita acara kesepakatan. Kesepakatan atas lokasi rencana pembangunan dalam
Konsultasi Publik dalam berita acara kesepakatan dalam Konsultasi Publik ulang.
Dalam hal Konsultasi Publik terdapat Pihak yang Berhak dan masyarakat yang terkena
dampak atau kuasanya yang tidak sepakat atau keberatan atas lokasi rencana
pembangunan, dilaksanakan Konsultasi Publik ulang. Konsultasi Publik ulang
dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal
berita acara kesepakatan. Kesepakatan atas lokasi rencana pembangunan dalam
Konsultasi Publik ulang dituangkan dalam berita acara kesepakatan dalam Konsultasi
Publik ulang.
Dalam hal Konsultasi Publik ulang masih terdapat pihak yang keberatan atas lokasi
rencana pembangunan, Instansi yang memerlukan tanah melaporkan keberatan kepada
gubernur melalui Tim Persiapan. Gubernur membentuk Tim Kajian Keberatan untuk
melakukan kajian atas keberatan lokasi rencana pembangunan. Tim Kajian terdiri atas:
a. Sekretaris daerah provinsi atau pejabat yang ditunjuk sebagai ketua merangkap
anggota;
d. Kepala kantor wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai
anggota;
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas, Ketua Tim Kajian dapat membentuk sekretariat.
Inventarisasai masalah diatas meliputi:
Rekomendasi Tim Kajian ditandatangani oleh Ketua Tim Kajian dan disampaikan
kepada Gubernur. Berdasarkan rekomendasi Tim Kajian, Gubernur mengeluarkan surat
diterima atau ditolaknya keberatan atas lokasi rencana pembangunan. Surat
disampaikan kepada Instansi yang memerlukan tanah dan pihak yang keberatan.
Penanganan keberatan oleh Gubernur dilakukan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
diterimanya keberatan. Dalam hal Gubernur memutuskan dalam suratnya menerima
keberatan, Instansi yang memerlukan tanah membatalkan rencana pembangunan atau
memindahkan lokasi pembangunan ke tempat lain.
Penetapan Lokasi pembangunan berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan dapat
diperpanjang 1 (satu) kali untuk paling lama 1 (satu) tahun. Dalam hal diperlukan,
Instansi yang memerlukan tanah atas pertimbangan Kepala Kantor Wilayah BPN
mengajukan permohonan perpanjangan waktu Penetapan Lokasi pembangunan kepada
Gubernur, dalam waktu paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu
Penetapan Lokasi pembangunan. Permohonan perpanjangan Penetapan Lokasi
pembangunan disertai:
e. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pengadaan tanah dan perkiraan jangka waktu
pembangunan.
Setelah penetapan lokasi pembangunan untuk Kepentingan Umum, Pihak yang Berhak
hanya dapat mengalihkan hak atas tanahnya kepada Instansi yang memerlukan tanah
melalui Lembaga Pertanahan. Beralihnya hak dilakukan dengan memberikan Ganti Kerugian
yang nilainya ditetapkan saat nilai pengumuman penetapan lokasi. Pelaksanaan pengadaan
tanah sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 28 sampai dengan Pasal 47 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum dilakukan melalui:
Dalam hal tidak menerima hasil inventarisasi, Pihak yang Berhak dapat mengajukan
keberatan kepada Lembaga Pertanahan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari
kerja terhitung sejak diumumkan hasil inventarisasi. Dalam hal terdapat keberatan atas
hasil inventarisasi, dilakukan verifikasi dan perbaikan dalam waktu paling lama 14
(empat belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan keberatan atas hasil
inventarisasi. Inventarisasi dan identifikasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Hasil pengumuman atau verifikasi dan ditetapkan oleh
Lembaga Pertanahan dan selanjutnya menjadi dasar penentuan Pihak yang Berhak
dalam pemberian Ganti Kerugian.
a. Tanah;
c. Bangunan;
d. Tanaman;
Nilai Ganti Kerugian yang dinilai oleh Penilai merupakan nilai pada saat pengumuman
penetapan lokasi pembangunan untuk Kepentingan Umum Besarnya nilai Ganti
Kerugian berdasarkan hasil penilaian Penilai disampaikan kepada Lembaga Pertanahan
dengan berita acara. Nilai Ganti Kerugian berdasarkan hasil penilaian Penilai menjadi
dasar musyawarah penetapan Ganti Kerugian. Dalam hal bidang tanah tertentu yang
terkena Pengadaan Tanah terdapat sisa yang tidak lagi dapat difungsikan sesuai
dengan peruntukan dan penggunaannya, Pihak yang Berhak dapat meminta
penggantian secara utuh atas bidang tanahnya. Pemberian Ganti Kerugian dapat
diberikan dalam bentuk:
a. Uang;
b. Tanah pengganti;
c. Permukiman kembali;
Lembaga Pertanahan melakukan musyawarah dengan Pihak yang Berhak dalam waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak hasil penilaian dari Penilai disampaikan
kepada Lembaga Pertanahan untuk menetapkan bentuk dan/atau besarnya Ganti
Kerugian berdasarkan hasil penilaian Ganti Kerugian. Hasil kesepakatan dalam
musyawarah menjadi dasar pemberian Ganti Kerugian kepada Pihak yang Berhak yang
dimuat dalam berita acara kesepakatan. Dalam hal tidak terjadi kesepakatan mengenai
bentuk dan/atau besarnya Ganti Kerugian, Pihak yang Berhak dapat mengajukan
keberatan kepada pengadilan negeri setempat dalam waktu paling lama 14 (empat
belas) hari kerja setelah musyawarah penetapan Ganti Kerugian. Pengadilan negeri
memutus bentuk dan/atau besarnya Ganti Kerugian dalam waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak diterimanya pengajuan keberatan. Pihak yang keberatan
terhadap putusan pengadilan negeri dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari
kerja dapat mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Mahkamah Agung wajib memberikan putusan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari kerja sejak permohonan kasasi diterima. Putusan pengadilan negeri/Mahkamah
Agung yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap menjadi dasar pembayaran Ganti
Kerugian kepada pihak yang mengajukan keberatan. Dalam hal Pihak yang Berhak
menolak bentuk dan/atau besarnya Ganti Kerugian, tetapi tidak mengajukan keberatan
dalam waktu sebagaimana ditentukan, karena hukum Pihak yang Berhak dianggap
menerima bentuk dan besarnya Ganti Kerugian.
Pemberian Ganti Kerugian atas Objek Pengadaan Tanah diberikan langsung kepada
Pihak yang Berhak. Ganti Kerugian diberikan kepada Pihak yang Berhak berdasarkan
hasil penilaian yang ditetapkan dalam musyawarah dan/atau putusan pengadilan
negeri/Mahkamah Agung. Pada saat pemberian Ganti Kerugian Pihak yang Berhak
menerima Ganti Kerugian wajib:
Objek Pengadaan Tanah kepada Instansi yang memerlukan tanah melalui Lembaga
Pertanahan. Bukti penguasaan atau kepemilikan merupakan satu-satunya alat bukti
yang sah menurut hukum dan tidak dapat diganggu gugat di kemudian hari. Pihak yang
Berhak menerima Ganti Kerugian bertanggung jawab atas kebenaran dan keabsahan
bukti penguasaan atau kepemilikan yang diserahkan. Tuntutan pihak lain atas Objek
Pengadaan Tanah yang telah diserahkan kepada Instansi yang memerlukan tanah
menjadi tanggung jawab Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian. Setiap orang
yang melanggar ketentuan dikenai sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam hal Pihak yang Berhak menolak bentuk dan/atau besarnya Ganti Kerugian
berdasarkan hasil musyawarah, atau putusan pengadilan negeri/Mahkamah Agung,
Ganti Kerugian dititipkan di pengadilan negeri setempat. Penitipan Ganti Kerugian, juga
dilakukan terhadap:
a. Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian tidak diketahui keberadaannya; atau
Pada saat pelaksanaan pemberian Ganti Kerugian dan Pelepasan Hak telah
dilaksanakan atau pemberian Ganti Kerugian sudah dititipkan di pengadilan negeri,
kepemilikan atau Hak Atas Tanah dari Pihak yang Berhak menjadi hapus dan alat bukti
haknya dinyatakan tidak berlaku dan tanahnya menjadi tanah yang dikuasai langsung
oleh negara.
Pelepasan Objek Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum yang dimiliki pemerintah
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
pengelolaan barang milik negara/daerah. Pelepasan Objek Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Umum yang dikuasai oleh pemerintah atau dikuasai/dimiliki oleh Badan
Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah dilakukan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum. Pelepasan Objek Pengadaan Tanah diatas tidak diberikan Ganti
Kerugian, kecuali:
a. Objek Pengadaan Tanah yang telah berdiri bangunan yang dipergunakan secara
aktif untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan;
Ganti Kerugian atas Objek Pengadaan Tanah yang telah berdiri bangunan yang
dipergunakan secara aktif untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan dan Objek
Pengadaan Tanah kas desa diberikan dalam bentuk tanah dan/atau bangunan atau
relokasi. Ganti Kerugian atas objek Pengadaan Tanah yang dimiliki/dikuasai oleh Badan
Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah dapat diberikan dalam bentuk:
a. Uang;
b. Tanah pengganti;
c. Permukiman kembali;
d. Kepemilikan saham; atau
e. Bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.
Nilai Ganti Kerugian didasarkan atas hasil penilaian Ganti Kerugian. Pelepasan objek
Pengadaan Tanah yang dimiliki oleh isntansi pemerintah dilaksanakan paling lama 60
(enam puluh) hari kerja sejak penetapan lokasi pembangunan untuk Kepentingan
Umum. Apabila pelepasan objek Pengadaan Tanah belum selesai dalam waktu
sebagaimana dimaksud diatas tanahnya dinyatakan telah dilepaskan dan menjadi tanah
negara dan dapat langsung digunakan untuk pembangunan bagi Kepentingan Umum.
Pejabat yang melanggar ketentuan dikenai sanksi administratif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
a. Pemberian Ganti Kerugian kepada Pihak yang Berhak dan Pelepasan Hak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf a telah dilaksanakan; dan/atau
Instansi yang memerlukan tanah dapat mulai melaksanakan kegiatan pembangunan setelah
dilakukan serah terima hasil Pengadaan Tanah. Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
karena keadaan mendesak akibat bencana alam, perang, konflik sosial yang meluas, dan
wabah penyakit dapat langsung dilaksanakan pembangunannya setelah dilakukan penetapan
GUBERNUR
GUBERNUR
SEKRETARIAT
PERSIAPAN PENGADAAN TANAH
INFORMASI
a. Maksud dan Tujuan Rencana Pembangunan;
b. Letak Tanah dan Luas Tanah yang dibutuhkan;
c. Tahapan Rencana Pengadaan Tanah;
d. Perkiraan Jangka Waktu Pelaksanaan Pengadaan Tanah;
e. Perkiraan Jangka Waktu Pelaksanaan Pembangunan; dan
f. Informasi lainnya yang perlu.
Dituangkan dalam bentuk NOTULEN PERTEMUAN yang ditandatangani oleh Ketua TIM PERSIAPAN/Pejabat yang Ditunjuk
TIM PERSIAPAN
Catatan:
1. Pendataan awal lokasi rencana pembangunan
dilaksanakan oleh TIM PERSIAPAN atas dasar
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah, dalam
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
pemberitahuan rencana pembangunan. PENGUMPULAN DATA AWAL LOKASI RENCANA PEMBANGUNAN
2. Saat dimulainya pendataan awa lokasi rencana
pembangunan dihitung mulai tanggal Notulen
Pertemuan;
3. TIM PERSIAPAN, dapat melakukan pendataan awal
lokasi rencana pembangunan bersama pejabat PIHAK YANG BERHAK DAN OBYEK PENGADAAN TANAH
kelurahan/desa atau nama lain.
TIM PERSIAPAN
Dampak Khusus
Melalui Perangkat Kelurahan/Desa atau Nama Lan dalam waktu paling lambat 3
(tiga) hari kerja sebelum pelaksanaan Konsultasi Publik
Tanda Terima yang ditandatangani oleh PIhak Yang Berhak dan masyarakat yang terkena dampak atau perangkat kelurahan/desa atau nama lain
Bertempat di Kantor Kelurahan/Desa atau nama laian atau Kantor Kecamatan di tempat rencana lokasi pembangunan, atau tempat yang disepakati oleh TIM PERSIAPAN denga PIHAK YANG BERHAK
TIM PERSIAPAN dengan PIHAK YANG BERHAK
PENJELASAN
Penjelasan mengenai:
a. Maksud dadn tujuan rencana pembangunan untuk kepentingan umum;
b. Tahapan dan waktu proses penyelenggaraan Pengadaan Tanah;
c. Peran Penilai dalam menentukan nilai Ganti Kerugian;
d. Insentif yang akan diberikan kepada pemegang hak;
e. Obyek yang dinilai Ganti Kerugian; dan
f. Hak dan kewajiban Pihak yang Berhak.
Proses Dialogis Antara TIM PERSIAPAN dengan PIHAK YANG BERHAK dan MASYARAKAT YANG TERKENA DAMPAK
III. KEBERATAN
a. Pelaksanaan konsultasi publik dapat dilakukan melalui perwakilan dengan surat kuasa KONSULTASI PUBLIK ULANG
dari dan oeh PIHAK YANG BERHAK;
b. PIHAK YANG BERHAK dan MASYARAKAT YANG TERKENA DAMPAK atau kuasanya
kuasasnya diberikan kesempatan untuk memberikan pandangan/tanggapan terhaddap IV. SEPAKAT
lokasi rencana pembangunan;
c. Kehadairan PIHAK YANG BERHAK dan MASYARAKAT YANG TERKENA Konsultasi Publik Ulang dilakukan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh)
DAMPAK/kuasanya dibuktikan dengan DAFTAR HADIR; hari kerja sejak tanggal berita acara kesepakatan.
d. Hasil KESEPAKATAN atas lokasi rencana pembangunan dalam KONSULTASI PUBLIK
dituangkan dalam BERITA ACARA KESEPAKATAN.
Kesepakatan atas lokasi rencana pembangunan dalam Konsultasi Publik Ulang
dituangkan dalam BERITA ACARA KESEPAKATAN DALAM KONSULTASI
PUBLIK ULANG
Melakukan pertemuan atau klarifikasi dengan pihak yang Membuat rekomendasi diterima atau ditolaknya keberatan
Menginventarisasi masalah yang menjadi alasan keberatan
keberatan
Dilampiri
PETA LOKASI PEMBANGUNAN
a. Penetapan Lokasi Pembangunan berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk paling lama 1
(satu) tahun.
b. Dalam hal diperlukan, Instansi yang Memerlukan Tahan atas pertimbangan Kepala Kantor Wilayah BPN mengajukan permohonan
perpanjangan waktu Penetapan Lokasi pembangunan, kepada Gubernur, dalam waktu paling lambat 2 (dua) bulan sebelum
berakhirnya jangka waktu Penetapan Lokasi Pembangunan.
c. Permohonan perpanjangan Penetapan Lokasi Pembangunan disertai:
1. Keputusan Penetapan Lokasi; dan
2. Pertimbangan pengajuan perpanjangan yang berisi alasan pengajuan perpanjangan, data Pengadaan Tanah yang telah
dilaksasnakan, dan data sisa tanah yang belum dilaksasnakan Pengadaan Tanahnya.
d. Atas dasar permohonan perpanjangan Penetapan Lokasi, Gubernur menetapkan perpanjangan Penetapan Lokasi sebelum
berakhirnya jangka waktu Penetapan Lokasi Pembangunan.
e. Atas dasar permohonan perpanjangan Penetapan Lokasi, Gubernur menetapkan perpanjangan Penetapan Lokasi sebelum
berakhirnya jangka waktu Penetapan Lokasi Pembangunan.
PENGUMUMAN
Penetapan Lokasi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
Pengumuman Penetapan Lokasi Pembangunan, Pengumuman Penetapan Lokasi Pembangunan
memuat:
dilaksanakan paling lambat 2 (dua) hari kerja sejak
1. Nomor dan Tanggal Keputusan Penetapan
dikeluarkan Penetapan Lokasi Pembangunan Lokasi;
2. Peta Lokasi Pembangunan;
3. Maksud dan Tujuan Pembangunan;
4. Letak dan Luas Tanah yang dibutuhkan;
5. Perkiraan Jangka Waktu Pelaksanaan
Pengumuman Penetapan Lokasi Pembangunan dilaksanakan dengan cara: Pengadaan Tanah; dan
a. Ditempatkan di kantor kelurahan/desa atau nama lain, Kantor Kecamatan, 6. Perkiraan Jangka Waktu Pembangunan.
Pengumuman Penetapan Lokasi Pembangunan, dan/atau Kantor Kabupaten/Kota dan di Lokasi Pembangunan; dan
dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari kerja
b. Diumumkan melalui media cetak dan/atau media elektronik
Data Fisik Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah Data Pihak yang Berhak dan Objek Pengadaan Tanah
a. Pengukuran dan Pemetaan Batas Keliling Lokasi; a. nama, pekerjaan, dan alamat Pihak yang Berhak;
b. Pengukuran dan Pemetaan Bidang Per Bidang b. Nomor Induk Kependudukan atau identitas din lainnya Pihak yang Berhak;
c. bukti penguasaan dan/atau pemilikan tanah, bangunan, tanaman, dan/atau benda
yang berkaitan dengan tanah;
d. letak tanah, luas tanah dan nomor identifikasi bidang;
PETA BIDANG TANAH e. status tanah dan dokumennya;
f. jenis penggunaan dan pemanfaatan tanah;
g. pemilikan dan/atau penguasaan tanah, bangunan, dan/atau benda lain yang
berkaitan dengan tanah;
h. pembebanan hak atas tanah; dan
i. ruang atas dan ruang bawah tanah.
Perbaikan
PENGUMUMAN Keberatan
Desa, Kantor Kecamatan, Lokasi Pembangunan
BERITA ACARA HASIL INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI
Peta Bidang Tana, Daftar Nominatif, dan data yang 3. PENETAPAN PENILAI
diperlukan untuk bahan penilaian
Keberatan
Kesepakatan Pihak Yang Berhak
PENGADILAN NEGERI Penetapan Bentuk Ganti Kerugian
7. PEMUTUSAN HUBUNGAN HUKUM ANTARA PIHAK YANG BERHAK DENGAN OBJEK PENGADAAN TANAH
Objek Pengadaan Tanah yang telah diberikan Ganti Kerugian atau Ganti Kerugian telah dititipkan di pengadilan negeri atau yang telah dilaksanakan Pelepasan hak Objek Pengadaan
Tanah, hubungan hukum antara Pihak yang Berhak dan tanahnya hapus demi hukum.
8. PENDOKUMENTASIAN PETA BIDANG, DAFTAR NOMINATIF DAN DATA ADMINISTRASI PENGADAAN TANAH
Pengumpulan, Pengelompokkan, pengolahan dan penyimpanan data Pengadaan Tanah yang Data pengadaan tanah berupa:
meliputi: 1. Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah
a. Peta Bidang Tanah; 2. Surat Pemberitahuan Rencana Pembangunan;
b. Daftar Nominatif; 3. Data Awal Subyek dan Objek;
c. Data Administrasi 4. Undangan Dan Daftar Hadir Konsultasi Publik;
5. Berita Acara Kesepakatan Konsultasi Publik;
6. Surat Keberatan;
7. Rekomendasi Tim Kajian;
8. Surat Gubernur (Hasil Rekomendasi);
9. Surat Keputusan Penetapan Lokasi Pembangunan;
10. Pengumuman Penetapan Lokasi Pembangunan;
11. Surat Pengajuan Pelaksanaan Pengadaan Tanah;
12. Berita Acara Inventarisasi dan Identifikasi;
13. Peta Bidang Objek Pengadaan Tanah Dan Daftar Nominatif;
14. Pengumuman Daftar Nominatif;
15. Berita Acara Perbaikan dan Verifikasi;
16. Daftar Nominatif Yang Sudah Disahkan;
17. Dokumen Pengadaan Penilai;
18. Dokumen Hasil Penilaian Pengadaan Tanah;
19. Berita Acara Penyerahan Hasil Penilaian;
20. Undangan dan Daftar Hadir Musyawarah Penetapan Ganti Kerugian;
21. Berita Acara Kesepakatan Musyawarah Penetapan Ganti Kerugian;
22. Putusan Pengadilan Negeri/Mahkamah Agung;
23. Berita Acara Pemberian Ganti Kerugian dan Pelepasan Hak;
24. Alat Bukti Penguasaan dan Pemilikan Objek Pengadaan Tanah
25. Surat Permohonan Penitipan Ganti Kerugian
26. Penetapan Pengadilan Negeri Penitipan Ganti Kerugian;
27. Berita Acara Penitipan Ganti Kerugian
28. Berita Acara Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah; Dan
29. Dokumentasi dan Rekaman.
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan Tanah Kas Desa yang menyebutkan bahwa tanah kas desa merupakan bagian dari
kekayaan asli desa. Dalam peraturan yang lebih teknis yang mengatur mengenai pengelolaan aset
desa di Kabupaten Semarang yaitu Peraturan Bupati Semarang Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Pengelolaan Aset Desa menyebutkan bahwa tanah kas desa addalah tanah yang dikuasai dan/atau
dimiliki oleh pemerintah desa sebagai salah satu sumber pendapatan asli desa dan/atau untuk
kepentingan pemerintah desa maupun sosial.
Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 3 Peraturan Bupati Semarang Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Pengelolaan Aset Desa berbunyi bahwa tanah kas desa meliputi:
Tanah bondo desa merupakan tanah kas desa yang digunakan sebagai sumber pendapatan
desa untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa.
b. Tanah Bengkok
Tanah bengkok merupakan tanah kas desa yang dikelola sebagai sumber pendapatan desa
untuk tambahan tunjangan dan/atau penghargaan kepala desa dan perangkat desa.
Tanah kas desa lainnya merupakan tanah kas desa yang digunakan untuk fasilitas umum dan/
atau sarana sosial di desa meliputi kantor desa, balai desa, jalan desa, lapangan desa, sarana
pendidikan, sarana kesehatan kuburan, tempat ibadah, pos keamanan lingkungan, serta fasilitas
umum atau sarana sosial lainnya.
Dari bentuk pengelolaan tanah kas desa yang digunakan untuk borrow area di Desa Penawangan dan
Desa Candirejo, serta kebutuhan jalan akses di Desa Akses terletak di Desa Jatirunggo maka dapat
diketahui bahwa tanah kas desa yang digunakan adalah tanah bengkok.
Dalam hal penggunaan tanah kas desa sebagai objek pembangunan untuk kepentingan umum maka
mekanisme yang bias dilakukan adalah melalui pemindah tanganan aset desa dengan cara tukar
menukar. Sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 32 huruf a Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa, juncto Pasal 44 huruf a Peraturan Bupati
Semarang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Aset Desa yang berbunyi bahwa
pemindahtanganan aset desaberupa tanah melalui tukar menukar yang diantaranya adalah untuk
kepentingan umum.
Untuk kepentingan umum mekanisme tukar menukar aset desa diatur dalam ketentuan Pasal 33 ayat
(1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa yang
berbunyi bahwa tukar menukar aset desa berupa tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dari ketentuan tersebut
menunjukkan bahwa terkait dengan mekanisme pengadaan tanah yang menggunakan tanah kas desa
adalah sama dengan mekanisme pengadaan tanah yang objek pengadaan tanahnya ialah milik
masyarakat. Namun bentuk ganti kerugian atas objek pengadaan tanah yang menggunakan aset desa
berupa tanah dilakukan dengan mekanisme tukar menukar.
Ketentuan tukar menukar tersebut sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 33 ayat (2) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa dilakukan dengan
ketentuan:
a. Tukar menukar dilakukan setelah terjadi kesepakatan besaran ganti rugi sesuai harga yang
menguntungkan desa dengan menggunakan nilai wajar hasil perhitungan tenaga penilai;
b. Apabila tanah pengganti belum tersedia maka terhadap tanah pengganti terlebih dahulu dapat
diberikan berupa uang;
c. Penggantian berupa uang harus digunakan untuk membeli tanah pengganti yang senilai;
e. Apabila lokasi tanah pengganti tidak tersedia di Desa setempat, tanah pengganti dapat berlokasi
dalam satu Kecamatan dan/atau Desa dikecamatan lain yang berbatasan langsung.
Selanjutnya untuk tahapan tukar menukar tanah milik desa sebagaimana diatur dalam ketentuan
Pasal 34 sampai dengan Pasal 37 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan Aset Desa dilakukan melalui:
a. Kepala Desa menyampaikan surat kepada Bupati terkait hasil Musyawarah Desa tentang tukar
menukar tanah milik Desa dengan calon lokasi tanah pengganti berada pada desa setempat;
b. Kepala desa menyampaikan permohonan izin kepada Bupati, untuk selanjutnya Bupati
meneruskan permohonan izin kepada Gubernur.
Apabila lokasi tanah pengganti tidak tersedia di desa setempat dilakukan dengan tahapan:
a. Bupati melakukan tinjauan lapangan dan verifikasi data untuk mendapatkan kebenaran materiil
dan formil yang dituangkan dalam berita acara.
b. Hasil tinjauan lapangan dan verifikasi data tersebut disampaikan kepada Gubernur sebagai
bahan pertimbangan pemberian persetujuan;
c. Sebelum pemberian persetujuan, Gubernur dapat melakukan kunjungan lapangan dan verifikasi
data;
Tinjauan lapangan yang dilakukan untuk melihat dan mengetahui secara materiil kondisi fisik lokasi
tanah milik desa dan lokasi calon pengganti. Verifikasi data dilakukan untuk memperoleh bukti formil
melalui pertemuan di desa yang dihadiri oleh unsur dari Pemerintah Desa, BPD, pihak yang
melakukan tukar menukar, pihak pemilik tanah yang digunakan untuk tanah pengganti, aparat
Kecamatan, Pemerintah Daerah Kabupaten dan Provinsi, serta pihak dan/atau instansi terkait lainnya.
Hasil tinjauan lapangan dan verifikasi data dimuat dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh pihak
dan/atau instansi terkait lainnya. Berita Acara tersebut memuat antara lain:
b. Letak, luasan, harga wajar, tipe tanah desa berdasarkan penggunaannya; dan
Ganti rugi berupa uang apabila dibelikan tanah pengganti dan terdapat selisih sisa uang yang relatif
sedikit atau uang ganti rugi relatif kecil dapat digunakan selain untuk tanah. Selisih uang dimasukkan
dalam Kas Desa dan penggunaannya ditetapkan dalam APBDesa.
Sejalan dengan ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan Aset Desa, tukar menukar aset desa berupa tanah untuk pembangunan bagi
kepentingan umum sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 45 sampai dengan Pasal 48 Peraturan
Bupati Semarang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Aset Desa. Bahwa menukar aset desa
berupa tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Tukar menukar dilakukan setelah terjadi kesepakatan besaran ganti
rugi sesuai harga yang menguntungkan desa dengan menggunakan nilai wajar hasil perhitungan
tenaga penilai. Dalam hal tanah pengganti belum tersedia, dengan kesepakatan dalam musyawarah
Desa dan dengan persetujuan BPD maka terhadap tanah pengganti terlebih dahulu dapat diberikan
berupa uang.
Belum tersedianya tanah pengganti tersebut dibuktikan dengan Surat Pernyataan bermaterai cukup
dari Instansi Pemohon yang memuat tentang besaran ganti rugi yang akan diberikan kepada desas
yang tanahnya akan ditukar. Musyawarah desa tersebut sekurang-kurangnya membahas dan
menyepakati tentang:
e. Pembentukan Tim atau Panitia Pengadaan Tanah Pengganti yang ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Desa; dan
f. Dalam hal ganti rugi diberikan berupa uang disepakati waktu pembayaran ganti rugi dan batasan
waktu pembelian tanah pengganti.
Penggantian berupa uang masuk dalam rekening kas Desa pada bank yang ditunjuk sebagai titipan
sementara, digunakan untuk membeli tanah pengganti yang senilai dan diutamakan berlokasi di Desa
setempat. Dalam hal lokasi tanah pengganti tidak tersedia di Desa setempat, tanah pengganti dapat
berlokasi dalam satu Kecamatan dan/atau Desa di kecamatan lain yang berbatasan langsung. Ganti
rugi berupa uang didasarkan pada perhitungan nilai wajar oleh tenaga penilai terhadap tanah kas
Desa yang akan ditukar, yang terdiri dari nilai ganti rugi fisik dan nilai ganti rugi non fisik yang
semuanya merupakan nilai perolehan aset desa berupa tanah. Ganti rugi berupa uang masuk dalam
rekening kas desa pada bank yang ditunjuk sebagai dana titipan sementara digunakan untuk membeli
tanah pengganti dan biaya-biaya yang timbul akibat adanya tukar menukar tanah kas Desa dan/ atau
pengadaan tanah penganti. Biaya-biaya yang timbul akibat adanya tukar menukar tanah kas Desa
adalah diluar pembelian tanah pengganti, terdiri:
pengganti paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya ganti rugi berupa uang dalam rekening kas
Desa. Selisih sisa uang atau uang ganti rugi relatif kecil paling banyak sebesar Rp70.000.000,00
(tujuh puluh juta rupiah). Selisih sisa uang atau uang ganti rugi relatif kecil tersebut dimasukkan dalam
Kas Desa sebagai Pendapatan Desa, digunakan untuk kegiatan Bidang Pemerintahan atau Bidang
Pelaksanaan Pembangunan sesuai dengan hasil musyawarah Desa, untuk belanja modal atau
penambahan nilai aset Desa yang ditetapkan dalam APBDesa setelah sebelumnya mendapat
persetujuan dari Bupati.
Selanjutnya tata cara tukar menukar tanah kas desa untuk pembangunan bagi kepentingan umum
dilakukan sebagai berikut:
a. Pihak yang memerlukan tanah, mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Desa,
disertai data yang mendukung kejelasan permohonan tersebut, dengan tembusan kepada
Bupati, Perangkat Daerah (PD) dan Camat terkait ;
b. KEPALA Desa setelah mempelajari dan mengkaji atas permohonan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a menyampaikan kepada BPD untuk diselenggarakan musyawarah desa .
c. Atas dasar Berita Acara hasil musyawarah sebagaimana dimaksud huruf b Kepala Desa
mengajukan permohonan persetujuan tukar menukar tanah kas Desa kepada BPD;
d. Setelah BPD memberikan persetujuan, Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa
tentang Pelepasan Tanah Desa untuk disampaikan kepada Kepala Desa dan oleh Kepala Desa
disampaikan kepada BPD untuk mendapatkan kesepakatan bersama;
e. Penyampaian permohonan izintukar menukar tanah kas Desa dari Kepala Desa kepada Bupati,
dengan tembusan Perangkat Daerah (PD) terkait termasuk Camat, dengan dilampiri:
1. Surat permohonan dari pihak yang memerlukan tanah kepada Desa, disertai data-data
yang mendukung kejelasan permohonan tersebut dengan tembusan kepada Bupati,
Perangkat Daerah (PD) dan Camat terkait;
2. Surat pernyataan kesanggupan dari pihak yang memerlukan tanah desa, untuk
menyediakan tanah pengganti yang senilai dan menanggung segala biaya yang timbul
sebagai akibat adanya tukar menukar tanah kas desa, termasuk pensertifikatan tanah
pengganti atau surat keterangan dari pihak yang memerlukan tanah kas Desa bahwa tanah
pengganti belum tersedia dan sanggup memberikan ganti rugi berupa uang sesuai dengan
nilai penggantia wajar yang sudah memperhitungkan nilai kerugian fisik dan nilai kerugian
non fisik;
4. Persetujuan BPD;
6. Rencana penggunaan ganti rugi berupa uang apabila tukar menukar tanah kas Desa
dilakukan dengan mekanisme tanah ganti uang, dibuat oleh Panitia Pengadaan Tanah
Pengganti, yang disetujui oleh Kepala Desa dan BPD ;
9. Foto Copy sertifikat atau bukti kepemilikan yang sah atas tanah kas Desa serta sertifikat
atau bukti kepemilikan lain yang sah atas tanah calon pengganti.
10. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) dan Izin Lokasi terhadap tanah kas desa
yang akan ditukar atau digunakan oleh pihak pemohon.
11. Surat pernyataan tidak keberatan dari pemilik tanah yang akan dibeli atau sebagai
pengganti .
12. Surat ukur terbaru atas tanah desa yang akan dilepas dan tanah pengganti .
13. Foto lokasi tanah desa yang akan dilepas dan calon tanah pengganti.
14. Foto copy Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB)
tanah desa yang akan dilepas dan Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan Pajak Bumi dan
Bangunan (SPPT PBB) tanah calon pengganti.
f. Pembentukan Tim Pengkaji Tukar Menukar Tanah Kas Desa Tingkat Kabupaten oleh Bupati;
g. Pembahasan permohonan izintukar menukar dari Kepala Desa, tinjauan lapangan serta verifikasi
data dan/ atau administrasi oleh Tim Pengkaji Tukar Menukar Tanah Kas Desa Kabupaten.
Tinjauan lapangan dilakukan untuk melihat dan mengetahui secara materiil kondisi fisik lokasi
tanah milik desa dan lokasi calon pengganti tanah milik desa. Verifikasi data dan/ atau
administrasi dilakukan untuk memperoleh bukti formil melalui pertemuan di desa yang dihadiri
oleh unsur dari Pemerintah Desa, BPD, pihak yang melakukan tukar menukar, pihak pemilik
tanah yang digunakan untuk tanah pengganti, aparat Kecamatan. Hasil tinjauan lapangan dan
verifikasi data dimuat dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh Anggota Tim dan para pihak
dan/atau instansi terkait lainnya.
2. Letak, luasan, harga wajar, keadaan tanah desa berdasarkan penggunaannya; dan
i. Penyampaian Berita Acara Hasil Verifikasi oleh Tim kepada Bupati sebagai bahan pertimbangan
Bupati untuk menerbitkan Surat IzinTukar Menukar Tanah Kas Desa .
j. Permohonan izinkepada Gubernur, dilampiri hasil verifikasi dan izin dari Bupati.
l. Pelepasan Tanah Pengganti dan pensertifikatan tanah pengganti menjadi atas nama Pemerintah
Desa dan pelepasan tanah kas desa serta pensertifikatan tanah kas desa menjadi atas nama
pihak pemohon.
Dengan surat izin Bupati, tukar menukar dan pelepasan tanah kas desa dapat dilaksanakan,
apabila telah terpenuhi:
b. Tersedianya uang ganti rugi sesuai dengan nilai penggatian wajar apabila penggantinya berupa
uang dan tanah pengganti yang senilai dengan tanah kas Desa yang sudah dibeli dari uang ganti
rugi .
c. Persetujuan Gubernur;
d. Penetapan Rancangan Peraturan Desa tukar menukar tanah kas desa menjadi Peraturan Desa;
dan
e. Apabila tukar menukar atau pelepasan tanah kas desa sudah dilaksanakan, dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya tanah pengganti disertifikatkan atas nama pemerintah desa.
BAB 7
STRATEGI DAN MEKANISME PENGADAAN TANAH
DAN PERMUKIMAN KEMBALI
Bab ini menjelaskan proses pengadaan tanah bagi kepentingan umum beserta
dengan kesepakatan kompensasi, provisi atau ganti rugi serta strategi pengadaan
tanah yang meliputi tahapan perencanaan, persiapan, serta pelaksanaan hingga
pada proses penyerahan hasil proses pengadaan tanah
Pada dasaranya setiap pembangunan bendungan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup atau
kesejahteraan masyarakat, tetapi disamping itu setiap pembangunan juga mempunyai korelasi dengan
penyediaan lahan dalam setiap tahapannya. Dalam setiap pembangunan bendungan, pengadaan tanah
selalu menjadi perhatian khusus karena selalu membawa dampak bagi masyarakat dan bagi instansi
pemerintah yang tanahnya akan dipergunakan untuk kepentingan pembangunan bendungan. Dari bentuk
kepemilikan dan penguasaan lahan mempunyai mekanisme yang berbeda dalam penggunaan lahannya
untuk pembangunan bendungan. Kebutuhan penyediaan lahan untuk rencana pembangunan Bendungan
Jragung adalah seluas 822.46 Ha2 yang akan difungsikan sebagai Area Genangan dan Green Belt Buffer,
Spoil Area, Tapak Bendungan, dan Bangunan Pelengkap, Borrow Area, Jalan Akses, Jalan Material; dan
Resettlement Area. Sesuai dengan hasil perencanaan kebutuhan lahan untuk pembangunan Bendungan
Jragung sebagaimana diuraikan berikut:
Tabel 7. 1 Kebutuhan Lahan untuk Pembangunan Bendungan Jragung
Tabel 7. 2 Kebutuhan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Pembangunan Bendungan
Jragung
No Fungsi Perhutani (Kawasan Hutan)
1. Area Genangan dan Green Belt Buffer +50 M 512.62
2. Spoil Area, Tapak Bendungan, dan Bangunan Pelengkap 88.37
3. Borrow Area Penawangan 2.15
4. Borrow Area Candirejo 12.13
5. Jalan Akses 8.72
6. Jalan Material Penawangan 6.06
7. Jalan Material Candirejo 1.72
8. Resettlement Area 0.00
Total 631.76
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
b. Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Strategi penggunaan lahan yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh masyarakat, badan usaha, dan
pemerintah desa dilakukan melalui mekanisme pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, yang
menerangkan bahwa pengadaan atanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi
gantikerugian yang layak dan adil kepada Pihak yang Berhak. Lebih lanjut sebagaimana diatur
dalam ketentuan Pasal 17 Peraturan Presiden 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum menegaskan bahwa pihak yang berhak berupa
perseorangan, badan hukum, badan sosial, badan keagamaan, atau instansi pemerintah yang
memiliki atau menguasai Objek Pengadaan Tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pihak yang berhak sebagaimana dimaksud diatas meliputi pemegang hak atas tanah, pemegang
hak pengelolaan, nadzir untuk tanah wakaf. pemilik tanah bekas milik adat. masyarakat hukum adat,
pihak yang menguasai tanah negara dengan itikad baik, pemegang dasar penguasaan atas tanah;
dan/atau pemilik bangunan, tanaman, atau benda lain yang berkaitan dengan tanahUntuk memenuhi
kebutuhan lahan dalam rencana pembangunan Bendungan Jragung yang merupakan bentuk
kepemilikan dan/atau penguasaan perseorangan, badan hukum, badan sosial, badan keagamaan,
atau instansi pemerintah yang memiliki atau menguasai Objek Pengadaan Tanah. Maka strategi
penyediaan lahan tersebut dilakukan melakui mekanisme pengadaan tanah bagi pembangunan
untuk kepentingan umum sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Pengadaan tanah tersebut dilakukan pada tanah yang menjadi hak milik dan/atau penguasaan oleh
masyarakat, pemerintah desa, yang diuraikan sebagai berikut:
c. Pemukiman Kembali
Kebutuhan pemukiman kembali dalam rencana pembangunan Bendungan Jragung ini dadasarkan
bahwa dalam pembangunan bendungan memerlukan lahan pada kawasan permukiman.
Sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 26 ayat (2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan yang menegaskan bahwa dalam hal
pembangunan bendungan memerlukan lahan pada kawasan permukiman, perencanaan
pembangunan bendungan perlu dilengkapi dengan studi permukiman kembali penduduk.
Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 27 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
tentang Bendungan menerangkan bahwa studi permukiman kembali penduduk paling sedikit
memuat:
1. data jumlah penduduk yang akan dimukimkan kembali;
2. kondisi sosial, ekonomi, dan budaya penduduk yang akan dimukimkan kembali;
3. kondisi lokasi rencana pemukiman kembali penduduk;
4. kondisi sosial, ekonomi, dan budaya penduduk sekitar lokasi rencana pemukiman kembali;
5. rencana tindak;
6. rencana pembiayaan; dan
7. pemberian ganti rugi berupa uang dan/atau tanah pengganti.
Sejalan dengan ketentuan diatas, permukiman kembali merupakan bentuk pemberian ganti
kerugian sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 74 ayat (1) huruf a Peraturan Presiden Nomor
71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum yang menegaskan bahwa pemberian ganti kerugian dapat diberikan dalam
bentuk permukiman kembali. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 78 ayat (1) Peraturan Presiden
Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum menerangkan bahwa ganti kerugian dalam bentuk permukiman kembali
diberikan oleh instansi yang memerlukan tanah melalui Pelaksanaan Pengadaan Tanah. Oleh
karena itu strategi yang diambil dalam pelaksanaan permukiman kembali adalah perlu dilakukan
studi permukiman kembali dan dalam aspek penyediaan tanah untuk permukiman dilakukan melalui
pelaksasnaan pengadaan tanah. Sesuai dengan hasil perencanaan penyediaan tanah untuk lokasi
pemukiman kembali yang dibutuhkan adadlah seluas 3.2 Ha yang dilakukan melalui mekanisme
pengadaan tanah bagi pembangunan Bendungan Jragung.
Pada dasaranya setiap pembangunan bendungan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup atau
kesejahteraan masyarakat, tetapi disamping itu setiap pembangunan juga mempunyai korelasi dengan
penyediaan lahan dalam setiap tahapannya. Dalam setiap pembangunan bendungan, pengadaan tanah
selalu menjadi perhatian khusus karena selalu membawa dampak bagi masyarakat dan bagi instansi
pemerintah yang tanahnya akan dipergunakan untuk kepentingan pembangunan bendungan. Dari bentuk
kepemilikan dan penguasaan lahan mempunyai mekanisme yang berbeda dalam penggunaan lahannya
untuk pembangunan bendungan.
Dalam rencana penyediaan tanah untuk pembangunan Bendungan Jragung dilakukan dengan
pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Sebagaiamana diatur dalam ketentuan Pasal 3 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum yang menegaskan bahwa Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan
menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
Sebagaimana dalam rencana pembangunan Bendungan Jragung bahwa, kebutuhan penyediaan tanah
yang harus dipenuhi diantaranya adalah menggunakan tanah yang dikuasai dan/atau dimiliki masyakat.
Kebutuhan tanah yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh masyarakat tersebut akan difungsikan untuk Area
Genangan dan Green Belt, Spoil Area, Tapak Bendungan, Dan Bangunan Pelengkap, Borrow Area, Jalan
Akses, dan Jalan Material. Total kebutuhan penyediaan tanah untuk pembangunan Bendungan Jragung
yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh masyarakat ialah seluas 60,51 Ha, sebagaimana dipaparkan sebagai
berikut:
Tabel 7. 4 Ganti Kerugian Atas Tanah yang Dimiliki/Dikuasai Masyarakat untuk Rencana
Pembangunan Bendungan Jaragung Berdasarkan Fungsi Peruntukannya
Dari Tabel Luas Kebutuhan Tanah yang Dimiliki/Dikuasai Masyarakat untuk Rencana
Pembangunan Bendungan Jaragung diatas menunjukkan bahwa kebutuhan penyediaan tanah paling luas
yang dimiliki dan/atau dikuasai masyarakat adalah digunakan untuk fungsi borrow area yang berada di
Penawangan yang mencapai luas 35 Ha. Sedangkan untuk kebutuhan lahan yang dimiliki/dikuasai oleh
masyarakat yang paling sedikit dibutuhkan adalah untuk fungsi jalan material di Candirejo yaitu seluas
0,14 Ha.
Dari 60,51 Ha total luas tanah yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan penyedian tanah untuk pembangunan Bendungan Jragung diatas dilakukan melalui proses
pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Pengadaan tanah yang dimaksud
merupakan kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada
pihak yang berhak. Pihak yang berhak tersebut merupakan pihak yang menguasai atau memiliki objek
pengadaan tanah. Lingkup dari objek pengadaan tanah tersebut meliputi tanah, ruang atas tanag dan
bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, atau lainnya yang dapat dinilai.
Pihak yang memiliki atau menguasai atas objek pengadaan tanah dalam memenuhi kebutuhan tanah bagi
pembangunan Bendungan Jragung termasuk kebutuhan lahan untuk resettlement area diuraikan sebagai
berikut:
Tabel 7. 5 Pihak yang Menguasai atau Memiliki Objek Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Bendungan Jragung
No Fungsi Lokasi Luas Objek Pengadaan Tanah
Administratif (Ha) Pihak yang Jumlah Jumlah
Menguasai Bidang Tanah Rumah
1 Area Genangan dan Dusun 5.54 52 85 85
Green Belt Kedungglatik
Dari Tabel Pihak yang Menguasai atau Memiliki Objek Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Bendungan Jragung diatas menunjukkan bahwa dari total luas 60,51 Ha tanah yang dimiliki atau dikuasai
masyarakat, terdapat 103 rumah hunian, 622 bidang tanah dan 503 kepemilikan/penguaasan. Dari uraian
diatas ganti kerugian atas objek pengadaan tanah bagi pembangunan Bendungan Jragung diuraikan
sebagai berikut:
A. Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Area Genangan dan Green Belt
Kebutuhan tanah milik masyarakat yang difungsikan sebagai Area Genangan dan Green Belt bagi
pembangunan Bendungan Jragung ialah seluas 5,54 Ha. Area Genangan dan Green Belt Bendungan
Jragung yang telah direncanakan terletak di Dusun Kedungglatik, Desa Candirejo, Kacamatan Pringapus
Kabupaten Semarang yang merupakan wilayah permukiman masyarakat. Berdasarkan hasil pendataan
awal di Dusun Kedungglatik terdapat 85 bidang tanah dengan 52 kepemilikan dan berdiri 85 bangunan
hunian semi permanen (dengan desain arsitektural joglo yang didominasi terbuat dari kayu jati).
Selanjutnya terkait dengan ganti kerugiatan atas objek pengadaan tanah yang ada di area genangan dan
green belt diuraikan sebagai berikut:
1). Ganti Kerugian Atas Tanah di Dusun Kedungglatik
Area genangan dan green belt untuk kepentingan pembangunan Bendungan Jragung yang terletak
di Dusun Kedungglatik merupakan kawasan permukiman. Berdasarkan objek pengadaan tanah
terdapat 86 kepermilikan/penguasaan atas tanah yang berlokasi di Dusun Kedungglatik. Bentuk
kepemilikan/penguasaan Objek Pengadaan Tanah di Area Genangan dan Green Belt dapat
dikelompokan menjadi 2 bentuk kepemilikan atas tanah (Sertifikat Hak Milik dan Buku/Letter C)
dan masyarakat yang memiliki bangunan namun tidak memiliki hak atas tanah yang dikuasainya.
Dari hasil pendataan awal di area genangan dan green belt yang terletak di Dusun Kedungglatik
untuk tanah yang dikuasai oleh masyarakat adalah seluas 5,54 Ha, yang diuraikan sebagai berikut:
Tabel 7. 6 Ganti Kerugian Atas Tanah dengan Hak Kepemilikan di Area Genangan dan Green
Belt Dusun Kedungglatik
No. RT. Nama Status / Nama Pemilik Hak Luas
Jenis Hak Tanah (m)
1. 001 Herman Letter C TATIK 108
2. 001 Sugiono Letter C SAUDAH 173
Letter C SUTIYEM 98
3. 001 Taswanto Letter C TASWANTO 2100
SHM TASWANTO 187
SHM TASWANTO 258
4. 001 Sutrisno SHM SUTRISNO/PAINEM 558
5. 001 Sukiswanto Letter C SRI HARTINI 184
6. 001 Supratno Letter C MARJATUN 368
Letter C MARJATUN 160
7. 001 Sarmidi/Wartini SHM SARMIDI 702
8. 001 Turmudi Letter C SUPIYANTO 162
9. 001 Sunarti Letter C SUNARTI 575
10. 001 Marki Letter C MARKI 70
11. 001 Riyadi Letter C SUKOWATI 192
12. 001 Sugito SHM SUGITO 274
13. 001 Paryati/Suparmin Letter C PARYATI 90
Letter C PARMEN 284
SHM PARYATI 313
14. 002 Suhadi SHM SUPARTI 145
Letter C LINDRAYANI 153
Letter C SUPARTI 748
15. 002 Anwar Letter C ANWAR 1120
SHM ANWAR/KARSINI 671
Letter C KARSINI 700
SHM KARTIYEM 238
SHM TASWANTO 1736
16. 002 Istad/Miasih Letter C SUMARNO 156
17. 002 Listanto/Anita Letter C ANITA 145
SHM RANI 247
18. 002 Santoso Letter C LINDA 219
19. 002 Ngatini Letter C NGATINI 110
20. 002 Sugiharto SHM SUGIHARTO 3995
SHM SUGIHARTO 285
Letter C WINARNO 180
21. 002 Maryono Letter C MARYONO/DARWATI 84
Letter C SUMARTO 800
22. 002 Nanang Samsyul Akbar SHM UMIYATI 544
Letter C SUMARJATI 100
23. 002 Jumadi Letter C DJUMADI 100
24. 002 Imawati Letter C IMAWATI 2100
25. 002 Sumarno/Sumiyem SHM SUMARNO 2890
Letter C SUMARNO/SUMIYEM 156
26. 002 Sumarno/Suwarti Letter C SUWARTI 1966
SHM WARTI 233
Letter C SUWARTI 230
27. 002 Tunsrini Letter C AGUS WANDI 200
28. 002 Marmin Letter C HARYANTI 619
Letter C SUDIHARNI 168
Dari tabel Kepemilikan Tanah di Area Genangan dan Green Belt di Dusun Kedungglatik diatas
menunjukkan bahwa bentuk kepemilikan tanah yang dikuasai oleh masyarakat ialah dalam bentuk
Sertifikat Hak Milik dan Letter C. Luasan lahan yang diperuntukan untuk daerah genangan dan
green belt yang dimiliki/dikuasai oleh masyarakat di Dusun Kedungglatik adalah sebesar 5,54 Ha
dengan jumlah kepemilikan bidang tanah ialah 52 kepemilikan hak atas tanah.
NO RT Nama Luas
Bangunan
31. 002 Kamjani/Marsipah 79
32. 002 Suyoto 120
33. 002 Sutardi 53
34. 002 Ngatemi 80
35. 002 Suyatman/Hari Setiawan 112
36. 002 Slamet Riyadi 204
37. 003 Sugeng 154
38. 003 Riyanto 370
39. 003 Dardianto/Yuliana 112
40. 003 Sutarno 84
41. 003 Supratmi/Sriyono 78
42. 003 Pahrodin 271
43. 003 Marsiban 120
44. 003 Umi Nadhiroh 90
45. 003 Rohadi/Roisyah 108
46. 003 Munrohati/Sudadi 96
47. 003 Rusidi 96
48. 003 Saroni 80
49. 003 Asmanah/Slamet Riyadi 204
50. 003 Djuri/Markamah 120
51. 003 Mashadi 180
52. 003 Regiyanti 119
Total (52 Kepemilikan) 7534
Sumber: Survei dan Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Dari tabel Kepemilikan Bangunan Hunian dengan Hak Milik di Area Genangan dan Green
Belt Dusun Kedungglatik diatas menunjukkan bahwa bangunan hunian rumah tinggal
dilengkapi dengan hak kepemilikan yang dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di Dusun
Kedungglatik adalah 52 bangunan rumah hunian.
b. Ganti Kerugian Atas Rumah Hunian Tanpa Hak Kepemilikan
Bangunan hunian rumah tinggal yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di Dusun
Kedungglatik tidak seluruhnya mempunyai hak atas tanah terhadap bangunan berdiri
diatasnya. Dari hasil pendataan awal diperoleh bangunan yang tidak mempunyai hak atas
tanah adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 8 Ganti Kerugian Rumah Hunian Tanpa Memiliki Hak Hak Atas Tanah di Area
Genangan dan Green Belt Dusun Kedungglatik
Luas
NO RT Nama
Bangunan
1. 001 Tulus/Dani 78
2. 001 Sugiman 195
3. 001 Ma'sum 143
4. 001 Akhir Basuki 91
5. 001 Surmini 95
6. 001 Rumiasih 72
7. 001 Budiono/Tini 144
Luas
NO RT Nama
Bangunan
8. 001 Marni 72
9. 001 Maeroah 99
10. 001 Kastini 50
11. 001 Yanto 78
12. 002 Sanusi 340
13. 002 Amin Sanusi 72
14. 002 Budi Purwono 102
15. 002 Supriyatin 56
16. 002 Ngatiyem 78
17. 002 Sakiyem 14
18. 002 Martono 21
19. 002 Sugiyanto 0
20. 002 Anang Setiyanto 80
21. 003 Sanuryadi 72
22. 003 Deni Hartini 78
23. 003 Painem 70
24. 003 Sumini 50
25. 003 Sudarsono 62
26. 003 Sumarni 160
27. 003 Efendi 88
28. 003 Abidin/Musarofah 110
29. 003 Anim Mustika/Heri Setiawan 42
30. 003 Partimah 111
31. 003 Kasihanto 98
32. 003 Sainem 123
33. 003 Maryono 80
Total (33 bangunan) 3024
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Dari tabel Kepemilikan Bangunan Rumah Tinggal Tanpa Memiliki Hak Hak Atas Tanah di
Area Genangan dan Green Belt Dusun Kedungglatik diatas menunjukkan bahwa terdapat 33
bangunan rumah hunian msyarakat yang berdiri di atas tanah seluas 3024 m yang tidak
memiliki hak atas tanah yang dikuasainya.
B. Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Spoil Area, Tapak Bendungan, dan
Bangunan Pelengkap
Kebutuhan tanah untuk spoil area, tapak bendungan dan bangunan pelengkap untuk rencana
pembangunan Bendungan Jragung yang menggunakah tanah yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
masyarakat adalah seluas 8,85 Ha. Sesuai rencana kebutuhan lahan untuk spoil area, tapak bendungan
dan bangunan pelengkap rencana pembangunan Bendungan Jragung terletak di Dusun Sapen dan
Dusun Borangan, Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Kebutuhan tanah untuk
spoil area , tapak bendungan dan bangunan pelengkap rencana pembangunan Bendungan Jragung
rencana pembangunan Bendungan Jragung membutuhan sebagaian bidang tanah milik masyarakat yang
berada di Dusun Sapen dan Dusun Borangan Desa Candirejo.
Terdapat 44 bentuk kepemilikan/penguasaan atas tanah masyarakat yang digunakan sebagai
spoil area, tapak bendungan dan bangunan pelengkap. Ganti kerugian atas objek pengadaan tanah untuk
fungsi spoil area, tapak bendungan dan bangunan pelengkap seluas 22.041,78 m2 terletak di Dusun
Borangan, dan seluas 66.557,33 m2 yang beradai di Dusun Sapen. Total dari kebutuhan tanah untuk
fungsi spoil area, tapak bendungan dan bengunan pelengkap adalah 86.745,87 m2. Objek pengadaan
tanah untuk fungsi spoil area, tapak bendungan dan bangunan pelengkap rencana pembangunan
Bendungan Jragung, diuraikan sebagai berikut:
Tabel 7. 9 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Spoil Area, Tapak
Bendungan, dan Bangunan Pelengkap yang Terletak di Dusun Borangan
Tanah Bangunan
Status / Jenis Luas Luas Jumlah dan Jenis
No. Nama
Hak Sertifikat Terdampak Luas (m2) Tanaman
(m2) (m2)
1. Kasmijan SHM 1.969 24,14 -
2. Arun Janatin SHM 1.321 1.861,70 - Jati 124; Pisang 11
3. Giono Tidak diketahui 484 483,63 - Jati 60
4. Kasini Tidak diketahui 1.853,23 52 (semi Klueh 1; Mangga 2;
permanen) Nangka 2
5. Sunaji Tidak diketahui - 13.930,02 -
6. Sukaini Tidak diketahui 1.275 546,83 - Jati 46; Pisang 13
7. Darwanto SHM 1.104 1.660,03 -
8. Suwito Rateni SHM 805 1.682,19 - Jati 224; Pisang 8
Total Kebutuhan .Lahan 22.041,78
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Tabel 7. 10 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Spoil Area, Tapak
Bendungan, dan Bangunan Pelengkap yang Terletak di Dusun Sapen
Tanah Bangunan
Status / Jenis Luas Luas Luas (m2) Jumlah dan Jenis
No Nama
Hak Sertifikat Terdampak Tanaman
(m2) (m2)
1. Ahmad Parjo Tidak diketahui - 2.829,79
2. Ahmad Roji SHM 1.457 884,42 Jati 150
3. Alimin SHM 330 783,36 Jati 50
4. Asrokin / Sumaryati SHM 1.059 628,71 Jati 75
5. Asrokin / Sumaryati SHM 1.448 1.531,74 Jati 75
6. Budinarto Tidak diketahui 2.650 5.848,69 Jati 100
7. Buhadi / Ramini Tidak diketahui 5.070 378,74 Jati 70
Tanah Bangunan
Status / Jenis Luas Luas Luas (m2) Jumlah dan Jenis
No Nama
Hak Sertifikat Terdampak Tanaman
(m2) (m2)
8. Dewi Arini Tidak diketahui 2.328 2.914,41 Jati 100; Mangga;
Mahoni, Gembilina
9. Hartini / Tri Susanti SHM 1.244 1.979,36 Jati 100
10. Jasmini / Jaiman Tidak diketahui 5.543 3.983,99 Jati 300; Mangga 10;
Mahoni 10
11. Kartini SHM 1.187 1.472,54 Jati 150
12. Kastoni / Supranoto SHM 1.134 627,32 Jati; Mangga; Kelapa
13. Lajemi Tidak diketahui - 634,60
14. Larasati / Narnomo Tidak diketahui 825 1.524,36 Jati 75
15. Mat Khoirudin SHM 1.003 898,11 Jati; Mangga 2;
Kelapa 4
16. Muhammad Akta Jual Beli 392 3.824,07 Jati 25; Gembelina 4
Khusnun
17. Muslimin Tidak diketahui 13.930 4.787,73 Jati 200; Mangga 1;
Kelapa 6
18. Ngadiran SHM 2.802 2.554,46 Jaati 100; Kelapa 5
19. Punardi / Sutiono Tidak diketahui - 1.383,13 Jati 100
20. Punardi / Sutiono Tidak diketahui 780 1.930,41 Jati 100
21. Puntini SHM 985 2.131,00 Jati 25
22. Sajem SHM 1.304 831,53 Jati dan Mahoni;
23. Sardi Tidak diketahui 370 716,12 Jati 100
24. Sarino / Siti Fatimah Akta Jual Beli 324 1.443,10 Jati 100
25. Sarino / Siti Fatimah Bukti Warisan 275 922,39 Jati 100
26. Sriyati Tidak diketahui 2.000 2.187,14 Jati 100
27. Sugiyati - Asro SHM 993 824,31 Jati 100; Mangga 30;
Kelapa 10
28. Sujadi Tidak diketahui - 2.804,06
29. Sujono Tidak diketahui - 876,42
30. Sulin / Narko SHM 1.307 1.078,56 Jati; Mahoni; Kelapa
31. Sulin / Narko SHM 2.299 3.096,39 Jati; Mahoni; Kelapa
32. Supardi Tidak diketahui 781 2.534,07 Jati 50
33. Suryah SHM 1.299 2.195,84 Jati 75
34. Susilo Hananto SHM 915 1.256,91 Jati 100
35. Tasmin SHM 3.808 1.453,39 Jati; Mangga; Nangka
36. Winarto SHM 544 806,16 Jati 50
Total Kebutuhan .Lahan 66.557,330
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
C. Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Borrow Area
Kebutuhan tanah milik masyarakat yang difungsikan sebagai Borrow area yangmana digunakan untuk
lokasi pengambilan bahan timbunan lainnya dalam pembangunan Bendungan Jragung berada di 2 (dua)
lokasi yaitu terletak di Desa Penawangan dan Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten
Semarang adalah seluas 39,56 Ha, yang lokasinya berada di Desa Penawangan seluas 35,04 Ha dan di
Desa Candirejo seluas 4,53 Ha. Kebutuhan lahan yang disungsikan untuk borrow area menggunakan
sebagian tanah masyarakat di Desa Penawangan dan Desa Candirejo. Berdasarkan hasil pendataan awal
ditemukan kepemilikan lahan masyarakat yang tanahnya difungsikan sebagai borrow area. Oleh karena
itu ganti kerugian atas objek pengadaan tanah untuk fungsi borrow area rencana pembangunan
Bendungan Jragung diuraikan sebagai berikut:
Tabel 7. 11 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Borrow Area yang Terletak
di Desa Candirejo
Tabel 7. 12 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Borrow Area yang
Terletak di Desa Penawangan
Tanah
No Nama Bidang Tanah
Luas (m2)
1 Abdul Chalim 2 1.144,66
2 Agus Munif 1 64,96
3 Ahmad Efendi Afan 1 814,29
4 Ahmad Malik 2 1.164,94
5 Andi Setyawan 1 1.190,25
6 Antiono 1 886,40
7 Anwar 1 835,38
8 Arif 1 1.016,06
9 Arif Andi 1 806,64
10 As'at 1 15,21
11 Aswadi 1 123,69
12 Azazin 1 924,24
13 B, Ratmin CS 1 3.748,78
14 Badriah 1 1.758,03
15 Bambang 1 901,67
16 Bambang Nurholib 1 960,29
17 Bothok 1 277,55
18 Bothok Santoso 2 1.857,56
19 Dardi 1 1.997,12
20 Darji 3 2.134,62
21 Darjo 1 954,48
22 Darsono 1 419,83
23 Darto 1 647,91
24 Dasiyem 1 1.626,95
25 Djono 2 1.919,38
26 Dulatah 1 580,89
27 Eklam 1 2.023,18
28 Eko Budianto & Martono 1 1.952,12
29 Eko Budianto an, Ibu Wadiah 1 623,19
30 Giono 3 1.817,12
31 Gito / Wakiman 1 976,36
32 Giyanto 1 988,65
33 Giyarto 1 1.261,00
34 Giyartono 1 504,59
35 Giyono / Pangat 1 1.928,84
36 Giyoto / Rujian 1 785,57
37 Gunanto (an, Risalatul Mukhowanah) 1 1.174,29
38 Gunarto 1 266,72
39 Habib Al Waidi 2 1.128,95
40 Hadi 1 865,58
Tanah
No Nama Bidang Tanah
Luas (m2)
41 Hardi 1 433,15
42 Hariyono 1 1.369,07
43 Hartini / Budiyono an, Suminah 1 477,94
44 Harto 1 985,28
45 Hartono 1 653,33
46 Hendro 1 218,80
47 Hendro Wibowo 1 593,00
48 Ihwan 1 1.349,33
49 Iksam 1 1.301,75
50 Imroni 1 1.748,52
51 Irkham 1 2.177,20
52 Irwanto 4 5.103,57
53 Irwanto Darji 1 765,80
54 Jaitun 2 1.366,02
55 Jasmin 1 911,75
56 Jiono 1 815,25
57 Jito Karsidi 1 622,98
58 Joko Saputra 1 982,51
59 Joni 2 2.787,11
60 Jumain 1 584,97
61 Jumarno 2 1.653,47
62 Jumerin 1 631,20
63 Jumi 1 880,18
64 Junaidi 1 559,12
65 Kadim 1 708,37
66 Kalimah 1 490,63
67 Kaluwan 4 2.383,31
68 Kamah / Sarwo 1 1.576,60
69 Kamto (Pemilik kandang ayam) 1 1.481,12
70 Karap 1 1.963,17
71 Karjin 1 62,44
72 Karli 2 3.589,67
73 Karmini 1 293,64
74 Karono 1 1.502,05
75 Karsidi 1 794,24
76 Karsidin 1 556,11
77 Kartinem 1 632,94
78 Kasman 1 634,96
79 Kasmin 1 1.757,23
80 Kasmuri 2 1.455,80
81 Kasni 1 2.819,47
82 Kasrun 2 2.580,07
Tanah
No Nama Bidang Tanah
Luas (m2)
83 Kastari 2 1.944,56
84 Kastmah 1 514,71
85 Keman 2 2.325,04
86 Khaeroni 1 368,32
87 Khodori 1 1.613,23
88 Khotimah 1 240,03
89 Komaedi 2 2.406,63
90 Kondori 1 128,45
91 Kusdi 3 2.689,52
92 Kusman 2 746,03
93 Kusmono 1 1.151,97
94 Kusrin 1 893,73
95 Kustiyah 1 1.024,41
96 Lawi 1 945,70
97 M, Isnan (M, Isron) 1 638,36
98 M, Ngisom 1 309,15
99 Maji 1 423,27
100 Malik 2 2.284,68
101 Malika 1 1.199,76
102 Marbin 1 1.012,94
103 Marjo 1 389,43
104 Mat Asrum 3 3.751,04
105 MH, Aripin 1 963,10
106 Miah 1 809,73
107 Miyadi 1 936,70
108 Mugiono 1 419,27
109 Mugiyono 1 976,60
110 Muhaji 1 728,91
111 Muhammad Iksan 1 2.096,45
112 Muhammad Mansur 1 805,64
113 Muhdlori 1 1.196,79
114 Muhradi 1 831,09
115 Muhroni 2 2.292,74
116 Muhrozi 1 244,81
117 Muhson dan Muhtarom 1 1.192,52
118 Muhtarom 1 494,04
119 Muhyin 1 979,80
120 Muhzin 1 266,23
121 Muin 1 1.050,02
122 Mujainun 1 3.253,07
123 Mujari 1 598,84
124 Mukhlis 1 1.854,56
Tanah
No Nama Bidang Tanah
Luas (m2)
125 Mukimnin 1 480,29
126 Muliyato an, Darto 1 651,40
127 Mu'min 1 1.102,10
128 Musopa 2 2.661,29
129 Mustalam 1 1.002,85
130 Mustaqim 1 1.156,53
131 Nadir 1 732,59
132 Narno 1 584,19
133 Narto 1 1.656,25
134 Nasikhun 1 1.360,04
135 Nasir 1 847,61
136 Nasroh 1 530,99
137 Ngabedi 1 384,54
138 Ngadeno 1 1.995,23
139 Ngaderi 2 3.001,07
140 Ngadiman 1 1.466,86
141 Ngaibin 1 1.056,03
142 Ngaiman 3 2.284,36
143 Ngaseran 1 1.346,66
144 Ngatdiman 1 874,07
145 Ngateman 3 6.965,44
146 Ngatijan 2 3.290,19
147 Ngatijo 1 1.197,39
148 Ngatimin 1 1.059,60
149 Ngatini 1 1.277,23
150 Nursalim 1 1.252,65
151 Nuryono 2 1.010,20
152 Paimo 1 358,82
153 Painem (alm, Sarmin) 1 496,58
154 Pardi 1 933,67
155 Pardiyono 1 2.123,58
156 Parji 1 452,92
157 Parjo 1 725,81
158 Parman 2 1.611,57
159 Parmo 2 1.859,19
160 Parnyo 1 457,65
161 Partun 2 1.874,18
162 Priyanto 1 1.079,63
163 Qaerul Umam / Khairul Umam 1 1.168,85
164 Radi 1 1.597,50
165 Rajimin 1 918,56
166 Ristiono 1 914,72
Tanah
No Nama Bidang Tanah
Luas (m2)
167 Riyadi 2 2.246,44
168 Rochman 1 161,76
169 Rohadi 2 1.288,35
170 Rohman 2 1.518,81
171 Rohman 1 548,00
172 Rokani 1 241,92
173 Rubinah 1 535,26
174 Rubinah Marwah 1 387,81
175 Rubiyah 1 750,79
176 Rujian 1 901,44
177 Rujian Secang 1 555,10
178 Rujiono 3 1.810,22
179 Rukito 1 122,20
180 Rukiyem 1 498,54
181 Ruminah 1 1.460,78
182 Rusdi an, Mega hartanti 1 904,51
183 Rutimah 1 1.830,60
184 Sabar an, Sukeri 1 118,49
185 Sabari 1 980,20
186 Sabri 1 511,24
187 Sadimin 1 555,72
188 Sadio 2 2.105,23
189 Safi'i 2 1.527,58
190 Saiman 1 477,57
191 Sajuri 1 822,41
192 Sakimin 1 2.073,33
193 Salijo 1 634,27
194 Samija 2 2.408,48
195 Samsuri 1 929,50
196 Samto 1 1.908,62
197 Saniman 1 1.112,08
198 Sanuri 2 1.380,15
199 Sapi'i 1 211,04
200 Sapin 1 873,58
201 Sarimi 1 1.225,68
202 Sarji 1 739,55
203 Sarjo 1 359,77
204 Sarju 2 1.158,19
205 Sarman 1 697,13
206 Sarmin 2 2.760,50
207 Sarmin Punden 1 644,15
208 Saropi 1 886,09
Tanah
No Nama Bidang Tanah
Luas (m2)
209 Sarpin 1 876,94
210 Sarwani 1 943,10
211 Sarwo 1 218,83
212 Satinem 1 347,08
213 Sholikin 1 1.325,85
214 Sidak 2 1.944,86
215 Sidi 1 602,60
216 Siman 1 662,20
217 Sipin 1 2.128,26
218 Siswandi 2 1.302,67
219 Siswono 3 3.113,82
220 Slamet 3 2.491,66
221 Slamet Jamin 1 697,57
222 Slamet santoso 2 1.708,58
223 Sokif 1 1.218,03
224 Somedi 3 3.921,19
225 Sriono 1 891,77
226 Sriyono 1 636,31
227 Sudar 1 1.875,64
228 Sugeng 1 684,89
229 Sugiono 1 1.751,17
230 Sugiyono 1 1.231,53
231 Suhud 1 820,75
232 Sujiah 1 544,09
233 Sukidi 2 891,93
234 Sukijan 1 947,71
235 Sukiman 1 850,40
236 Sukimin 1 876,04
237 Sukinem 1 346,28
238 Sukiyan 1 1.101,44
239 Sukiyanto 1 774,14
240 Suko 1 870,50
241 Sulaimah 1 751,94
242 Suliman 2 2.908,69
243 Sulistiyo 1 2.811,76
244 Sumarto 1 1.179,40
245 Sumi 1 1.368,94
246 Suprapto 1 1.683,98
247 Suroto 1 892,51
248 Sutatik 1 526,89
249 Suti 1 929,09
250 Sutiah 1 445,63
Tanah
No Nama Bidang Tanah
Luas (m2)
251 Sutijan 1 1.227,49
252 Sutiono 1 1.444,42
253 Sutras 1 1.970,03
254 Sutrisno 1 697,73
255 Suwarto 2 835,86
256 Suyanto 1 994,84
257 Tauhid 1 210,32
258 Teguh Wiyono - Kuslan 1 923,31
259 Temu 1 1.469,11
260 Tidak diketahui 1 6.468,13
261 Tidak diketahui 1 1.217,17
262 Tidak diketahui 1 1.058,55
263 Tidak diketahui 1 1.407,47
264 Tidak diketahui 1 36,49
265 Tiyono 1 4.124,68
266 Tri Salasih 2 1.372,00
267 Trisno 1 754,47
268 Tugianto 1 626,92
269 Tugiono 1 896,86
270 Tugiyanto 1 290,36
271 Tukimin 1 640,70
272 Tumiran 1 1.212,62
273 Tumiyati 1 1.108,56
274 Turkamun 2 707,40
275 Turyanto 1 1.332,74
276 Tuum Tarsudi 2 2.410,46
277 Umi 1 1.185,31
278 Wagiyah 1 382,06
279 Wahyudi 1 1.908,64
280 Wardi 1 922,54
281 Warsinem Bejo 1 1.093,42
282 Warsito 1 292,40
283 Warso 1 2.103,33
284 Wartinem 1 868,69
285 Wasiman 1 991,44
286 Wuryadi 3 1.579,73
287 Yati 1 517,71
288 Yitno 1 2.019,91
358 350.377,39
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
D. Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Jalan Akses
Kebutuhan tanah milik masyarakat yang digunakan sebagai jalan akses dalam pembangunan Bendungan
Jragung adalah seluas 0,80 Ha, yang terletak di Desa Jatirunggo, Kecamatan Pringapus Kabupaten
Semarang. Kondisi eksisting lahan yang dimiliki masyarakat untuk jalan akses dimanfaatkan masyarakat
untuk budidaya tanaman perkebunan dan kehutanan keras seperti jati, mahoni, sengon dan sebagian
untuk rumah hunian. Bidang tanah yang dimiliki/dikuasai oleh masyarakat untuk keperluan jalan akses
tersebut adalah sejumlah 54 kepemilikan/penguasaan tanah dengan 17 diantarannya berdiri bangunan
hunian. Kepemilikan atas tanah yang diperuntukkan untuk jalan akses khususnya yang digunakan untuk
rumah tinggal hunian masyarakat
Tabel 7. 13 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Jalan Akses
Tanah Bangunan
Status / Jenis Luas Luas
No Nama Luas
Hak Sertifikat Terdampak Tipe
(m2)
(m2) (m2)
1. Ahwadi SHM 1.674 79,48
2. Asmawi SHM 500 53,39
3. Aspuriyah SHM 1.746 237,18
4. Bukari Tidak diketahui 2.500 106,72
5. Gunanto Tidak diketahui 3.970 102,58
6. H. Badiah / Ulfa Masturoh SHM 1.262 255,26
7. H. Suyatman Idris SHM 3.249 653,83
8. Imam Supi'i SHM 930 229,23
9. Isbun Tidak diketahui - 190,06
10. Jariyah / Rohmat Tidak diketahui 1.238 142,30
11. Joko Susilo (Rumah 2) SHM 220 47,38 98 Permanen
12. Joko Susilo / Nuryati SHM 303 108 Permanen
(Rumah 1) 14,77
13. Karli Tidak diketahui - 116,37
14. Kas Desa - Masykur Kas Desa - 100,26
15. Kasdi Tidak diketahui 581 61,01 70 Permanen
16. Kasiyan Tidak diketahui 358 69,70 200 Permanen
17. Kasiyan 62,29
18. Kusnah / Sutimin SHM 434 63,67
19. Kusnin Tidak diketahui 588 2,22
20. Kusrin Tidak diketahui 538 57,66 105 Permanen
21. Mahmudi / Tuminah SHM 2.102 144,36
22. Marmin / Muhlisin SHM 950 156,51
23. Mugiyono Tidak diketahui 1.734 41,31 135 Permanen
24. Muhlisin SHM 571 171,00 100 Permanen
25. Nahrowi / Yusuf SHM 600 65,43
26. Narwati Tidak diketahui 686 36,95 50 Permanen
Tanah Bangunan
Status / Jenis Luas Luas
No Nama Luas
Hak Sertifikat Terdampak Tipe
(m2)
(m2) (m2)
27. Nasokah Tidak diketahui - 94,30
28. Ngatiman (alm) / Marsono Tidak diketahui 6.878 348,99
29. Nur Kholis SHM 1.350 82,90
30. Nur Kholis 72,24
31. Robi'i SHM 3.490 32,60 105 Permanen
32. Robi'i 261,91
33. Rohman SHM 2.863 263,13
34. Samidi Tidak diketahui 248 34,35 95 Permanen
35. Sitin / Kipyati SHM 491 148,81
36. Sri Mulyati Tidak diketahui 600 39,62
37. Sudarsih SHM 2.150 24,59 100 Permanen
38. Sukeni SHM 1.762 143,53
39. Sulimin SHM 1.543 136,57
40. Sulimin SHM 113,63
41. Sumidi / Martinus Petok D 960 90,09 95 Permanen
42. Sumiin Tidak diketahui 1.450 175,38
43. Sunarno SHM 824 134,77
44. Sunarno 82,54
45. Suparno Tidak diketahui 252 121,72
46. Suradi SHM 2.143 76,70
47. Surmin Tidak diketahui 250 63,27 120 Permanen
48. Surmin 20,69
49. Surmin 16,90
50. Suroso Tidak diketahui 322 34,78 110 Permanen
51. Suroto Tidak diketahui 606 60,44 110 Permanen
52. SHM 2.143 150 Semi
Sutarji 101,25 Permanen
53. Suwardi SHM 425 85,29
54. Suyadi SHM 529 25,66 230 Permanen
55. Turoso SHM 4.662 159,55
56. Wagiyem / Supandi Tidak diketahui 1.500 150,54
57. Wittakim SHM 292 99,03
58. Zainal Tidak diketahui - 32,76
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
E. Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Jalan Material
Kebutuhan tanah milik masyarakat yang difungsikan sebagai jalan material dalam pembangunan
Bendungan Jragung adalah seluas 2,71 Ha, yang terletak di Desa Penawangan dan Desa Candirejo. Dari
data yang diperoleh, bentuk kepemilikan/penguasaan lahan yang difungsikan sebagai jalan material
merupakan tanah yang dimiliki oleh masyarakat dengan hak milik. Kebutuhan lahan untuk jalan material
tersebut hanya menggunakan sebagian lahan milik masyarakat yang ada di Desa Penawangan dan Desa
Candirejo. Kondisi eksisting lahan yang dimiliki masyarakat sebagai jalan material dimanfaatkan
masyarakat untuk budidaya tanaman perkebunan dan kehutanan keras seperti jati, mahoni, sengon, dll.
Terdapat 42 kepemilikan/penguasaan tanah yang digunakan sebagai jalan material rencana
pembangunan Bendungan Jragung, dan 4 kepemilikan/penguasaan bidang tanah yang ada di Desa
Penawangan. Oleh karena itu ganti kerugian atas objek pengadaan tanah untuk fungsi jalan material
rencana pembangunan Bendungan Jragung yang terletak di yang terletak di Desa Penawangan dan Desa
Candirejo diuraikan sebagai berikut:
Tabel 7. 14 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Jalan Material yang
Terletak di Desa Penawangan
Tanah
No. Nama Luas Terkena Rencana Jalan (m2)
Bidang Tanah Luas Total (m2)
1. Giyono 1 1.834,15 774,52
2. Jasmo 1 3.010,02 563,43
3. Jiyono 1 3.968,65 1.117,94
4. Jumain 1 1.075,91 527,13
5. Kamsiah 1 1.869,97 439,28
6. Kardi Kunting 1 15.590,26 2.679,71
7. Karjin 1 2.941,82 650,38
8. Karjin 1 3.419,45 679,22
9. Karmin 1 3.198,54 241,47
10. Kasman Bin Kasdi 1 5.318,33 1.221,27
11. Kusnah 1 2.439,44 140,97
12. Layem 1 2.343,19 887,18
13. Marwi Bin Marmin 1 1.304,71 258,08
14. Moro 1 3.178,82 422,00
15. Mudayah 1 4.284,54 773,01
16. Mujiono 1 6.131,76 1.271,22
17. Nadir 1 2.342,85 898,94
18. Narto 1 3.020,57 105,56
19. Ngadenan 1 10.298,41 1.770,56
20. Ngatiman 1 4.401,13 778,47
21. Padimin 1 2.508,94 63,21
22. Paimin 1 2.622,60 654,91
23. Pardiyono 1 2.804,67 1.012,44
24. Sadimin 1 7.518,27 107,19
25. Sagi 1 9.008,46 867,79
26. Saifan Bin Marni 1 4.332,33 943,00
27. Sakimo 1 1.645,51 178,00
28. Sapi'i 1 5.025,60 1.177,34
Tanah
No. Nama Luas Terkena Rencana Jalan (m2)
Bidang Tanah Luas Total (m2)
29. Sarmin 2 3.425,38 506,37
30. Sojo 1 3.268,46 439,81
31. Suliman Bin Murni 1 2.884,61 15,37
32. Sumarto 1 6.927,37 609,92
33. Sumidi 2 6.321,28 412,62
34. Sumini 1 7.211,02 114,91
35. Tarmi Bin Anisah 1 7.746,76 1.064,08
36. Tarso 1 2.331,50 201,91
37. Taslimun 1 2.850,12 18,50
38. Tiyono 1 4.878,80 248,95
39. Tutik Haryati 1 2.646,89 215,60
40. Umi 1 1.191,21 56,17
41. Wasimin 1 1.824,29 515,26
42. Wuryadi 1 4.937,49 62,03
Total 44 175.884,09 25.685,71
Sumber:Survey dan Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Tabel 7. 15 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Jalan Material yang
Terletak di Desa Candirejo
Tanah
Luas Terkena Rencana
No Nama Luas Lahan
Jumlah Bidang Jalan (m2)
(m2)
1 Kamerin / Rohayati 1 4.059,40 214,09
2 Kaseran 1 2.029,74 370,88
3 Munadi 1 2.226,26 345,63
4 Yusman 1 2.010,66 444,30
Total 4 10.326,06 1.374,90
Sumber: Survei dan Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
F. Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Resetlement Area
Kebutuhan tanah untuk resettlement area atau pemukiman kembali akibat penggunaan tanah yang berdiri
bangunan rumah hunian milik masyarakat untuk pembangunan Bendungan Jragung. Kebutuhan tanah
untuk resettlement area digunakan untuk pemurkiman kembali masyarakat yang tanah dan rumahnyanya
digunakan untuk pembangunan Bendungan. Dari data yang diperoleh kebutuhan permukiman kembali
rumah hunian yang ada di area genangan dan green belt ialah sejumlah 52 hak kepemilikan bangunan
hunian dan 33 bangunan rumah hunian tanpa hak kepemilikan. Oleh karena itu untuk menyedikan tanah
sebagai tempat resetlemet area dilakukan melalui mekanisme ganti kerugian.
Sesuai dengan hasil perencanaan pembangunan Bendungan Jragung bahwa untuk memenuhi kebutuhan
lahan untuk rencana pembangunan Bendungan Jragung membutuhkan tanah kas desa. Kebutuhan tanah
kas desa tersebut digunakan untuk fungsi borrow area di Desa Penawangan dengan luas 6,88 Ha dan
untuk fungsi jalan akses di Desa Jatirunggo seluas 0,01 Ha. Penggunaan tanah kas desa tersebut dikelola
oleh aparatur pemerintah desa yang diuraikan sebagai berikut:
Tabel 7. 16 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah yang Menggunakan Tanah Kas Desa
Untuk Fungsi Borrow Area yang Terletak di Desa Penawangan
Jumlah Luas Terdampak
No. Warga yang Memanfaatkan
Bidang (m2)
1. Anang Panoto 2 3.620,70
2. Andy setiawan 1 2.116,33
3. Bambang Nurholib 1 1.812,03
4. Budi Utomo 1 3.381,20
5. Hatok Riyadi 1 3.279,60
6. Kebayan II 1 9.357,24
7. MH, Aripin 1 1.670,37
8. Modin Punden 1 2.663,72
9. Mudin Muhdlori 1 1.747,54
10. Muhdlori 1 12.660,52
11. Sudarto 1 1.962,53
12. Sulistiyo 2 20.898,01
13. Warsito 1 3.593,36
Total Kebutuhan Lahan 15 68.763,16
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Tabel 7. 17 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah yang Menggunakan Tanah Kas Desa
Untuk Fungsi Jalan Akses yang Terletak di Desa Jatirunggo
Jumlah Luas Terdampak
No. Warga yang Memanfaatkan
Bidang (m2)
1. Kas Desa Jatirunggo 2 100,26
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Terkait dengan ganti kerugian atas penggunaan tanah kas desa sebagaimana diatur dalam
ketentuan Pasal 82 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum menegaskan bahwa ganti kerugian tidak diberikan
terhaddap pelepasan hak objek pengadaan tanah yang dimiliki/dikuasai pemerintah/badan usaha milik
Negara/badan usaha milik daerah kecuali:
a. Objek Pengadaan Tanah yang telah berdiri bangunan yang dipergunakan secara aktif untuk
penyelenggaraan tugas pemerintahan;
b. Objek Pengadaan Tanah yang dimiliki/dikuasai oleh Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik
Daerah; dan/atau
c. Objek Pengadaan Tanah kas desa.
Ganti kerugian atas objek pengadaan tanah yang telah berdiri bangunan yang digunakan secara
aktif untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan dan objek pengadaan tanah kas desa diberikan dalam
bentuk tanah dan/atau bangunan atau relokasi. Oleh karena itu jelas bahwa untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan Bendungan Jragung yang menggunakan tanah kas desa maka bentuk ganti kerugiannya
diberikan dalam bentuk tanah pengganti.
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan Tanah Kas Desa yang menyebutkan bahwa tanah kas desa merupakan bagian dari
kekayaan asli desa. Dalam peraturan yang lebih teknis yang mengatur mengenai pengelolaan aset desa
di Kabupaten Semarang yaitu Peraturan Bupati Semarang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pengelolaan
Aset Desa menyebutkan bahwa tanah kas desa addalah tanah yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah desa sebagai salah satu sumber pendapatan asli desa dan/atau untuk kepentingan
pemerintah desa maupun sosial. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 3 Peraturan Bupati Semarang
Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Aset Desa berbunyi bahwa tanah kas desa meliputi:
a. Tanah bondo desa
Tanah bondo desa merupakan tanah kas desa yang digunakan sebagai sumber pendapatan desa
untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa.
b. Tanah bengkok
Tanah bengkok merupakan tanah kas desa yang dikelola sebagai sumber pendapatan desa untuk
tambahan tunjangan dan/atau penghargaan kepala desa dan perangkat desa.
c. Tanah kas desa lainnya
Tanah kas desa lainnya merupakan tanah kas desa yang digunakan untuk fasilitas umum dan/ atau
sarana sosial di desa meliputi kantor desa, balai desa, jalan desa, lapangan desa, sarana
pendidikan, sarana kesehatan kuburan, tempat ibadah, pos keamanan lingkungan, serta fasilitas
umum atau sarana sosial lainnya.
Dari bentuk pengelolaan tanah kas desa yang digunakan untuk borrow area di Desa
Penawangan dan Desa Candirejo, serta kebutuhan jalan akses di Desa Akses terletak di Desa Jatirunggo
maka dapat diketahui bahwa tanah kas desa yang digunakan adalah tanah bengkok. Dalam hal
penggunaan tanah kas desa sebagai objek pembangunan untuk kepentingan umum maka mekanisme
yang bias dilakukan adalah melalui pemindah tanganan aset desa dengan cara tukar menukar.
Sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 32 huruf a Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun
2016 tentang Pengelolaan Aset Desa, juncto Pasal 44 huruf a Peraturan Bupati Semarang Nomor 2
Tahun 2017 tentang Pengelolaan Aset Desa yang berbunyi bahwa pemindahtanganan aset desaberupa
tanah melalui tukar menukar yang diantaranya adalah untuk kepentingan umum.
Untuk kepentingan umum mekanisme tukar menukar aset desa diatur dalam ketentuan Pasal 33
ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa yang
berbunyi bahwa tukar menukar aset desa berupa tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dari ketentuan tersebut
menunjukkan bahwa terkait dengan mekanisme pengadaan tanah yang menggunakan tanah kas desa
adalah sama dengan mekanisme pengadaan tanah yang objek pengadaan tanahnya ialah milik
masyarakat. Namun bentuk ganti kerugian atas objek pengadaan tanah yang menggunakan aset desa
berupa tanah dilakukan dengan mekanisme tukar menukar. Ketentuan tukar menukar sebagaimana diatur
dalam ketentuan Pasal 33 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan Aset Desa dilakukan dengan ketentuan:
a. Tukar menukar dilakukan setelah terjadi kesepakatan besaran ganti rugi sesuai harga yang
menguntungkan desa dengan menggunakan nilai wajar hasil perhitungan tenaga penilai;
b. Apabila tanah pengganti belum tersedia maka terhadap tanah pengganti terlebih dahulu dapat
diberikan berupa uang;
c. Penggantian berupa uang harus digunakan untuk membeli tanah pengganti yang senilai;
d. Tanah pengganti diutamakan berlokasi di desa setempat; dan
e. Apabila lokasi tanah pengganti tidak tersedia di desa setempat, tanah pengganti dapat berlokasi
dalam satu kecamatan dan/atau desa dikecamatan lain yang berbatasan langsung.
Selanjutnya untuk tahapan tukar menukar tanah milik desa sebagaimana diatur dalam ketentuan
Pasal 34 sampai dengan Pasal 37 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan Aset Desa dilakukan melalui:
a. Kepala Desa menyampaikan surat kepada Bupati terkait hasil Musyawarah Desa tentang tukar
menukar tanah milik Desa dengan calon lokasi tanah pengganti berada pada desa setempat;
b. Kepala desa menyampaikan permohonan izin kepada Bupati, untuk selanjutnya Bupati meneruskan
permohonan izin kepada Gubernur.
Apabila lokasi tanah pengganti tidak tersedia di desa setempat dilakukan dengan tahapan:
a. Bupati melakukan tinjauan lapangan dan verifikasi data untuk mendapatkan kebenaran materiil dan
formil yang dituangkan dalam berita acara.
b. Hasil tinjauan lapangan dan verifikasi data tersebut disampaikan kepada Gubernur sebagai bahan
pertimbangan pemberian persetujuan;
c. Sebelum pemberian persetujuan, Gubernur dapat melakukan kunjungan lapangan dan verifikasi
data;
d. Setelah Gubernur memberikan persetujuan, selanjutnya Kepala Desa menetapkan Peraturan Desa
tentang tukar menukar tanah milik desa.
Tinjauan lapangan yang dilakukan untuk melihat dan mengetahui secara materiil kondisi fisik
lokasi tanah milik desa dan lokasi calon pengganti. Verifikasi data dilakukan untuk memperoleh bukti
formil melalui pertemuan di desa yang dihadiri oleh unsur dari Pemerintah Desa, BPD, pihak yang
melakukan tukar menukar, pihak pemilik tanah yang digunakan untuk tanah pengganti, aparat
Kecamatan, Pemerintah Daerah Kabupaten dan Provinsi, serta pihak dan/atau instansi terkait lainnya.
Hasil tinjauan lapangan dan verifikasi data dimuat dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh pihak
dan/atau instansi terkait lainnya. Berita Acara tersebut memuat antara lain:
a. hasil musyawarah desa;
b. letak, luasan, harga wajar, tipe tanah desa berdasarkan penggunaannya; dan
c. bukti kepemilikan tanah desa yang ditukar dan penggantinya.
Ganti rugi berupa uang apabila dibelikan tanah pengganti dan terdapat selisih sisa uang yang relatif
sedikit atau uang ganti rugi relatif kecil dapat digunakan selain untuk tanah. Selisih uang dimasukkan
dalam Kas Desa dan penggunaannya ditetapkan dalam APBDesa.
Sejalan dengan ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan Aset Desa, tukar menukar aset desa berupa tanah untuk pembangunan bagi kepentingan
umum sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 45 sampai dengan Pasal 48 Peraturan Bupati
Semarang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Aset Desa. Bahwa menukar aset desa berupa
tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Tukar menukar dilakukan setelah terjadi kesepakatan besaran ganti rugi sesuai
harga yang menguntungkan desa dengan menggunakan nilai wajar hasil perhitungan tenaga penilai.
Dalam hal tanah pengganti belum tersedia, dengan kesepakatan dalam musyawarah Desa dan dengan
persetujuan BPD maka terhadap tanah pengganti terlebih dahulu dapat diberikan berupa uang.
Belum tersedianya tanah pengganti tersebut dibuktikan dengan Surat Pernyataan bermaterai
cukup dari Instansi Pemohon yang memuat tentang besaran ganti rugi yang akan diberikan kepada desas
yang tanahnya akan ditukar. Musyawarah desa tersebut sekurang-kurangnya membahas dan
menyepakati tentang:
a. Besaran ganti rugi berupa uang;
b. Pengelolaan termasuk pengadministrasian dan penyimpanan uang ganti rugi ;
c. Rencana penggunaan uang ganti rugi ;
d. Rencana pengadaan tanah pengganti ;
e. Pembentukan tim atau panitia pengadaan tanah pengganti yang ditetapkan dengan keputusan
kepala desa; dan
f. Dalam hal ganti rugi diberikan berupa uang disepakati waktu pembayaran ganti rugi dan batasan
waktu pembelian tanah pengganti.
Penggantian berupa uang masuk dalam rekening kas Desa pada bank yang ditunjuk sebagai
titipan sementara, digunakan untuk membeli tanah pengganti yang senilai dan diutamakan berlokasi di
Desa setempat. Dalam hal lokasi tanah pengganti tidak tersedia di Desa setempat, tanah pengganti dapat
berlokasi dalam satu Kecamatan dan/atau Desa di kecamatan lain yang berbatasan langsung. Ganti rugi
berupa uang didasarkan pada perhitungan nilai wajar oleh tenaga penilai terhadap tanah kas Desa yang
akan ditukar, yang terdiri dari nilai ganti rugi fisik dan nilai ganti rugi non fisik yang semuanya merupakan
nilai perolehan aset desa berupa tanah. Ganti rugi berupa uang masuk dalam rekening kas desa pada
bank yang ditunjuk sebagai dana titipan sementara digunakan untuk membeli tanah pengganti dan biaya-
biaya yang timbul akibat adanya tukar menukar tanah kas Desa dan/ atau pengadaan tanah penganti.
Biaya-biaya yang timbul akibat adanya tukar menukar tanah kas Desa adalah diluar pembelian tanah
pengganti, terdiri:
a. Biaya ukur calon tanah pengganti;
b. Biaya appraisal tanah pengganti;
c. Biaya makan minum rapat-rapat;
d. Biaya administrasi;
e. Biaya koordinasi/ perjalanan dinas;
f. Biaya honor tim;
g. Biaya sertifikasi tanah pengganti;
h. Biaya kompensasi akibat tidak bisa mengusahakan tanah kas desa, mendasarkan pada
rekomendasi atau hasil penilaian instansi terkait; dan
i. Biaya pelepasan hak.
Penggunaan biaya ganti rugi harus mendapatkan persetujuan dari BPD dan selanjutnya
dituangkan dalam Rencana Anggaran Belanja (RAB) Penggunaan Biaya Ganti Rugi, dilegalisasi oleh
Kepala Desa, mengetahui BPD yang selanjutnya diverifikasi oleh Tim Pengkaji Tingkat Kabupaten. Ganti
rugi berupa uang apabila dibelikan tanah pengganti dan terdapat selisih sisa uang yang relatif sedikit atau
uang ganti rugi relatif kecil dapat digunakan selain untuk tanah. Jangka waktu pembelian tanah pengganti
paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya ganti rugi berupa uang dalam rekening kas Desa. Selisih
sisa uang atau uang ganti rugi relatif kecil paling banyak sebesar Rp70.000.000,00 (tujuh puluh juta
rupiah). Selisih sisa uang atau uang ganti rugi relatif kecil tersebut dimasukkan dalam Kas Desa sebagai
Pendapatan Desa, digunakan untuk kegiatan Bidang Pemerintahan atau Bidang Pelaksanaan
Pembangunan sesuai dengan hasil musyawarah Desa, untuk belanja modal atau penambahan nilai aset
Desa yang ditetapkan dalam APBDesa setelah sebelumnya mendapat persetujuan dari Bupati.
Selanjutnya tata cara tukar menukar tanah kas desa untuk pembangunan bagi kepentingan
umum dilakukan sebagai berikut:
a. Pihak yang memerlukan tanah, mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Desa,
disertai data yang mendukung kejelasan permohonan tersebut, dengan tembusan kepada Bupati,
Perangkat Daerah (PD) dan Camat terkait ;
b. Kepala Desa setelah mempelajari dan mengkaji atas permohonan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a menyampaikan kepada BPD untuk diselenggarakan musyawarah desa .
c. Atas dasar Berita Acara hasil musyawarah sebagaimana dimaksud huruf b Kepala Desa
mengajukan permohonan persetujuan tukar menukar tanah kas Desa kepada BPD;
d. Setelah BPD memberikan persetujuan, Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa
tentang Pelepasan Tanah Desa untuk disampaikan kepada Kepala Desa dan oleh Kepala Desa
disampaikan kepada BPD untuk mendapatkan kesepakatan bersama;
e. Penyampaian permohonan izintukar menukar tanah kas Desa dari Kepala Desa kepada Bupati,
dengan tembusan Perangkat Daerah (PD) terkait termasuk Camat, dengan dilampiri:
1. Surat permohonan dari pihak yang memerlukan tanah kepada Desa, disertai data-data yang
mendukung kejelasan permohonan tersebut dengan tembusan kepada Bupati, Perangkat
Daerah (PD) dan Camat terkait;
2. Surat pernyataan kesanggupan dari pihak yang memerlukan tanah desa, untuk menyediakan
tanah pengganti yang senilai dan menanggung segala biaya yang timbul sebagai akibat adanya
tukar menukar tanah kas desa, termasuk pensertifikatan tanah pengganti atau surat keterangan
dari pihak yang memerlukan tanah kas Desa bahwa tanah pengganti belum tersedia dan
sanggup memberikan ganti rugi berupa uang sesuai dengan nilai penggantia wajar yang sudah
memperhitungkan nilai kerugian fisik dan nilai kerugian non fisik;
3. Berita acara hasil musyawarah Desa ;
4. Persetujuan BPD;
5. Rancangan Peraturan Desa tentang Tukar Menukar Tanah Kas Desa ;
6. Rencana penggunaan ganti rugi berupa uang apabila tukar menukar tanah kas Desa dilakukan
dengan mekanisme tanah ganti uang, dibuat oleh Panitia Pengadaan Tanah Pengganti, yang
disetujui oleh Kepala Desa dan BPD ;
7. Daftar susunan keanggotaan Tim Pengadaan Tanah Pengganti
8. Daftar inventarisasi tanah tanah desa yang bersangkutan ;
9. Foto Copy sertifikat atau bukti kepemilikan yang sah atas tanah kas Desa serta sertifikat atau
bukti kepemilikan lain yang sah atas tanah calon pengganti.
10. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) dan Izin Lokasi terhadap tanah kas desa yang
akan ditukar atau digunakan oleh pihak pemohon.
11. Surat pernyataan tidak keberatan dari pemilik tanah yang akan dibeli atau sebagai pengganti .
12. Surat ukur terbaru atas tanah desa yang akan dilepas dan tanah pengganti .
13. Foto lokasi tanah desa yang akan dilepas dan calon tanah pengganti.
14. Foto copy Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB) tanah
desa yang akan dilepas dan Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan Pajak Bumi dan Bangunan
(SPPT PBB) tanah calon pengganti.
f. Pembentukan Tim Pengkaji Tukar Menukar Tanah Kas Desa Tingkat Kabupaten oleh Bupati;
g. Pembahasan permohonan izintukar menukar dari Kepala Desa, tinjauan lapangan serta verifikasi
data dan/ atau administrasi oleh Tim Pengkaji Tukar Menukar Tanah Kas Desa Kabupaten. Tinjauan
lapangan dilakukan untuk melihat dan mengetahui secara materiil kondisi fisik lokasi tanah milik
desa dan lokasi calon pengganti tanah milik desa. Verifikasi data dan/ atau administrasi dilakukan
untuk memperoleh bukti formil melalui pertemuan di desa yang dihadiri oleh unsur dari Pemerintah
Desa, BPD, pihak yang melakukan tukar menukar, pihak pemilik tanah yang digunakan untuk tanah
pengganti, aparat Kecamatan. Hasil tinjauan lapangan dan verifikasi data dimuat dalam Berita Acara
yang ditandatangani oleh Anggota Tim dan para pihak dan/atau instansi terkait lainnya.
h. Berita Acara memuat antara lain:
1. Hasil musyawarah desa;
2. Letak, luasan, harga wajar, keadaan tanah desa berdasarkan penggunaannya; dan
3. Bukti kepemilikan tanah desa yang ditukar dan penggantinya.
i. Penyampaian Berita Acara Hasil Verifikasi oleh Tim kepada Bupati sebagai bahan pertimbangan
Bupati untuk menerbitkan Surat izintukar Menukar Tanah Kas Desa .
j. Permohonan izinkepada Gubernur, dilampiri hasil verifikasi dan izin dari Bupati.
k. Penetapan Peraturan Desa tentang Tukar Menukar Tanah Kas Desa ;
l. Pelepasan Tanah Pengganti dan pensertifikatan tanah pengganti menjadi atas nama Pemerintah
Desa dan pelepasan tanah kas desa serta pensertifikatan tanah kas desa menjadi atas nama pihak
pemohon.
Dengan surat izin Bupati, tukar menukar dan pelepasan tanah kas desa dapat dilaksanakan,
apabila telah terpenuhi:
a. Tersedianya tanah pengganti yang senilai;
b. Tersedianya uang ganti rugi sesuai dengan nilai penggatian wajar apabila penggantinya berupa
uang dan tanah pengganti yang senilai dengan tanah kas desa yang sudah dibeli dari uang ganti rugi
.
c. Persetujuan gubernur;
d. Penetapan rancangan peraturan desa tukar menukar tanah kas desa menjadi peraturan desa; dan
e. Apabila tukar menukar atau pelepasan tanah kas desa sudah dilaksanakan, dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya tanah pengganti disertifikatkan atas nama pemerintah desa.
Proses penyediaan kebutuhan lahan untuk pembangunan bendungan Jragung juga menggunakan tanah
yang dimiliki/dikuasai oleh Badan Usaha Milik Negara yaitu Perusahaan Perseroan (Persero) PT.
Perusahaan Listrik Negara. Penguasaan/pemilikan tanah oleh Badan Uasaha Milik Negara tersebut
berada di daerah genangan, green belt dan spoil area yang digunakan sebagai menara saluran udara
tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang sudah selesai dibangun dan beberapa sedang dalam proses
pembangunan. Berdasarkan kondisi eksisting kebutuhan tanah untuk pembangunan Bendungan Jragung
terdapat 12 titik menara SUTET yang berada di daerah genangan, green belt, dan spoil area.
Terhadap penyediaan lahan untuk pembangunan Bendungan Jragung yang mana untuk objek
pengadaan tanah yang dimiliki/dikuasasi Badan Usaha Milik Daerah, diatur dalam ketentuan Pasal 82
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk ,Kepentingan Umum yang berbunyi bahwa Ganti Kerugian tidak diberikan terhadap
Pelepasan hak Objek Pengadaan Tanah yang dimiliki/dikuasai Pemerintah/Badan Usaha Milik Negara/
Badan Usaha Milik Daerah, kecuali:
a. Objek Pengadaan Tanah yang telah berdiri bangunan yang dipergunakan secara aktif untuk
penyelenggaraan tugas pemerintahan;
b. Objek Pengadaan Tanah yang dimiliki/dikuasai oleh Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik
Daerah; dan/atau
c. Objek Pengadaan Tanah kas desa.
Ganti Kerugian atas Objek Pengadaan Tanah yang telah berdiri bangunan yang dipergunakan
secara aktif untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan dan Objek Pengadaan Tanah kas desa diberikan
dalam bentuk tanah dan/atau bangunan atau relokasi. Berdasarkan ketentuan tersebut maka bentuk ganti
kerugian atas pemilikan/penguasaan lahan dan bangunan untuk menara SUTET PT. Perusahaan Listrik
Negara (Persero) adalah dalam bentuk tanah dan bangunan. Keberadaan 12 menara SUTET tersebut
terletak di kawasan hutan seluas 0,32 Ha yang digunakan untuk 12 Tapak SUTET PLN dan tanah
masyarakat seluas 0,03 Ha yang berada di kawasan permukiman masyarakat.
Tabel 7. 18 Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah yang Menggunakan Tanah dan Bangunan
SUTET Milik PLN
Rencana Status / Penguasaan Tanah (Ha)
Perhutani Kas Desa Warga
Rencana Pemindahan 12 Tapak Tower SUTET PLN (B) 0.32 0.00 0.03
Rencana Pemindahan Jaringan Kabel Tower SUTET PLN (C) 18.96 0.26 0.78
Grand Total 19,28 0,26 0,81
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Dari ketentuan diatas maka untuk mengganti lahan milik PLN yang digunakan untuk SUTET
maka diperlukan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk mengganti Tapak Menara SUTET dan Jaringan
Kabel SUTET PLN adalah seluas 19,28 Ha. Serta untuk menggunakan tanah kas desa maka diperlukan
tanah pengganti atas penggunaan tanah kas desa seluas 0,26 Ha. Sedangkan utuk ganti kerugian atas
tanah yang dimiliki dan/atau dikuasai masyarakat seluas 0,81 Ha dilakuka melalui pemberi ganti kerugian
atas tanahnya yang digunakan untuk mengganti aset yang dimiliki PLN.
Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya bahwa dalam rencana pembangunan Bendungan Jaragung
membutuhkan lahan yang berada di kawasan hutan produksi dibawah pengelolaan Perhutani. Mekanisme
untuk penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan di luar kegiatan kehutanan, dalam hal ini adalah
pembangunan bendungan adalah melalui izin pinjam pakai kawasan hutan. Oleh karena itu kebutuhan
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk rencana Pembangunan Bendungan Jragung sebagaimana
diuraikan sebagai berikut:
Tabel 7. 19 Usulan IPPKH untuk Rencana Pembangunan Bendungan Jragung dan Lahan Pengganti
untuk Menara dan Jaringan SUTET PLN
No Fungsi Kawasan Hutan
1. Area Genangan dan Green Belt Buffer +50 M 512,62
2. Spoil Area, Tapak Bendungan, dan Bangunan Pelengkap 88,37
3. Borrow Area Penawangan 2,15
4. Borrow Area Candirejo 12,13
5. Jalan Akses 8,72
6. Jalan Material Penawangan 6,06
7. Jalan Material Candirejo 1,72
8. Lahan Pengganti untuk Menara dan Jaringan SUTET PLN:
a. 12 Tapak Menara SUTET 0,32
b. Jaringan Kabel 12 Menara SUTET 18,96
Total Kebutuhan Penggunaan Kawasan Hutan 631.76
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Sebagaiamana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2018 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang menerangkan
bahwa Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang selanjutnya disingkat IPPKH adalah izin yang diberikan
untuk menggunakan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa
mengubah fungsi dan peruntukan kawasan hutan. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kebutuhan
tanah yang berada di kawasan hutam adalah seluas 631,76 Ha. Luasan kebutuhan lahan yang
menggunaan kawasan hutan tersebut untuk memenuhi penyediaan lahan untuk rencana pembangunan
Bendungan Jragung termasuk menyediakan lahan pengganti untuk 12 Tapak Menara SUTET yang
dimiliki oleh PLN yang harus dipindahkan akibat rencana pembangunan bendungan. Kebutuhan
penggunaan kawasan hutan yang paling luas ialah difungsikan untuk area genangan. Oleh karena itu
usulan IPPKH untuk rencana pembangunan Bendungan Jragung yang dibutuhkan adalah seluas
631,76Ha.
Secara konseptual disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan
Kawasan Hutan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2015
tentang Perubahan Kesua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan
Kawasan Hutan (selanjutnya dibaca Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentag Penggunaan
Kawasan Hutan). Bahwa kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertahankan keberadaanya sebagai hutan tetap. Berdasarkan sifatnya maka bentuk
kawasan hutan terdiri dari dua bentuk yaitu hutan produksi dan hutan lindung. Hutan produksi yang
dimaksud merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
Sedangkan hutan lindung yang dimaksud merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.
Dalam penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan Bendungan Jragung
diatas, maka bentuk penggunaan kawasan hutan tersebut merupakan jenis penggunaan atas sebagian
kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah fungsi dan
peruntukan kawasan hutan. Secara konseptual bendungan merupakan bangunan yang berupa urukan
tanah, urukan batu, beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan
menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau
menampung lumpur sehingga terbentuk waduk. Oleh karena itu pembangunan bendungan bertujuan
untuk meningkatkan kemanfaatan fungsi sumber daya air, pengawetan air, pengendalian daya rusak air,
dan fungsi pengamanan atau tampungan lumpur. Berdasarkan karakteristik bendungan tersebut maka
dapat dikatakan bahwa penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan bendungan merupakan jenis
penggunaan kawasan hutan yang bersifat nonkomersial atau untuk tujuan tidak mencari keuntungan.
Sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010
tentang Penggunaan Kawasan Hutan yang berbunyi bahwa penggunaan kawasan hutan untuk
kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam:
a. Kawasan hutan produksi; dan/atau
b. Kawasan hutan lindung.
Penggunaan kawasan hutan diatas dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan
dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan.
Penggunaan kawasan hutan dalam rencana Pembangunan Bendungan Jragung merupakan bentuk
penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan untuk kegiatan
yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat dielakkan. Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) huruf g
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentag Penggunaan Kawasan Hutan), menegaskan bahwa
salah satu bentuk penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan diluar kegiatan kehutanan meliputi
kegiatan pembangunan waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air
dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya.
Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentag
Penggunaan Kawasan Hutan menegaskan bahwa penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan
pembangunan di luar kegiatan kehutanan dilakukan berdasarkan Izin Pinjam Pakai kawasan hutan. Izin
Pinjam Pakai kawasan hutan dapat dilakukan:
1. Pada provinsi yang luas kawasan hutannya sama dengan atau kurang dari 30% (tiga puluh per
seratus) dari luas daerah aliran sungai, pulau, dan/atau provinsi, dengan kompensasi:
a. Lahan untuk penggunaan komersial; dan
b. Melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai terutama pada kawasan
hutan untuk penggunaan nonkomersial.
2. Pada provinsi yang luas kawasan hutannya di atas 30% (tiga puluh per seratus) dari luas daerah
aliran sungai, pulau, dan/atau provinsi, dengan kompensasi:
a. Membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak Penggunaan Kawasan Hutan dan melakukan
penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai terutama pada kawasan hutan
untuk penggunaan komersial; dan
b. Melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai terutama pada kawasan
hutan untuk penggunaan nonkomersial,
Dari ketentuan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan
Kawasan Hutan tersebut jelas bahwa untuk penggunaan kawasan hutan bagi pembangunan Bendungan
Jragung maka menggunakan Izin Pinjam Pakai. Selanjutnya terkait dengan Izin Pinjam Pakai
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1//7/2018 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan, menegaskan bahwa
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang selanjutnya disingkat IPPKH adalah izin yang diberikan untuk
menggunakan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa
mengubah fungsi dan peruntukan kawasan hutan.
Selanjutnya diatur dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1//7/2018 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan, menerangkan
bahwa penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya
dapat dialukan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat dielakkan. Salah satu
pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang mempunyai tujuan strategis diantaranya adalah
pembangunan waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan
sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya.
Sejalan dengan ketentuan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Penggunaan Kawasan Hutan diatas Pasal 5 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1//7/2018 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan bahwa penggunaan
kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan dilakukan berdasarkan
IPPKH. IPPKH tersebut dilakukan dengan ketentuan:
a. Pada provinsi yang luas kawasan hutannya sama dengan atau kurang dari 30% (tiga puluh
perseratus) dari luas daerah aliran sungai, pulau, dan/atau provinsi, dengan kompensasi:
1) Lahan untuk penggunaan kawasan hutan yang bersifat komersial, dengan ratio 1:2 (satu
berbanding dua);
2) Melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai terutama pada kawasan
hutan untuk penggunaan kawasan hutan yang bersifat non komersial, dengan ratio 1:1 (satu
berbanding satu);
b. Pada provinsi yang luas kawasan hutannya di atas 30% (tiga puluh perseratus) dari luas daerah
aliran sungai, pulau, dan/atau provinsi, dengan kompensasi:
1) Membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan dan melakukan penanaman dalam rangka
rehabilitasi daerah aliran sungai terutama pada kawasan hutan untuk penggunaan kawasan
hutan yang bersifat komersial, dengan ratio 1:1 (satu berbanding satu);
2) Melakukan penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai terutama pada kawasan
hutan untuk penggunaan kawasan yang bersifat non komersial, dengan ratio 1 : 1 (satu
berbanding satu);
Untuk memenuhi kebutuhan akan persyaratan IPPKH diatas maka harus diketahui mengenai
kedudukan kawasan hutan di Provinsi Jawa Tengah. Bahwa Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 35
Kabupaten/Kota yaitu 29 Kabupaten dan 6 Kota. Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi di Jawa,
letaknya diapit oleh dua provinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Letaknya antara 5°40' dan
8°30' Lintang Selatan dan antara 108°30' dan 111°30' Bujur Timur (termasuk Pulau Karimunjawa). Jarak
terjauh dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke Selatan 226 km (tidak termasuk Pulau
Karimunjawa). Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota.
Luas wilayah Jawa Tengah tercatat sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 persen dari luas
Pulau Jawa (1,70 persen dari luas Indonesia). Kawasan hutan di Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari
kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung. Berdasarkan data yang dipublikasi oleh Perum
Perhutani Devisi Regional I Jawa Tengah dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa
Tengah, kawasan hutan diProvinsi Jawa Tengah dipaparkan dalam tabel berikut:
Tabel 7. 20 Luas Lahan dan Luas Kawasan Hutan di Provinsi Jawa Tengah (dalam Ha)
No Kabupaten/Kota Luas Kawasan Hutan Luas
Lahan Hutan Hutan Produksi Kawasan
Lindung Terbatas Tetap Hutan
Kabupaten
1. Cilacap 213 851.00 82.91 21 554.72 28 052.15 49 689.78
2. Banyumas 132 759.00 7902.42 15102.26 5 537.07 28541.75
3. Purbalingga 77 765.00 10944.03 3 541.22 594.66 15 079.91
4. Banjarnegara 106 974.00 2 370.93 14 396.60 327.89 17 095.42
5. Kebumen 128 274.00 3 982.56 14 151.34 825.83 18 959.73
6. Purworejo 103 482.00 - 6 489.08 2 343.59 8 832.67
7. Wonosobo 98 468.00 4 255.10 8 340.04 5 809.85 18 404.99
8. Magelang 108 573.00 1 472.95 1 846.74 1 955.71 5 275.40
9. Boyolali 101 507.00 - 1 198.57 12 689.22 13 887.79
10. Klaten 65 556.00 52.30 201.71 388.89 642.90
11. Sukoharjo 46 666.00 304.15 70.30 - 374.45
12. Wonogiri 182 237.00 11 842.95 7 084.25 1 159.06 20 086.26
13. Karanganyar 77 220.00 7 080.20 - 209.20 7 289.40
14. Sragen 94 649.00 54.50 279.57 4 898.08 5 232.15
15. Grobogan 197 585.00 - 3 175.54 66 515.99 69 691.53
16. Blora 179 440.00 - 131.51 81 728.00 81 859.51
17. Rembang 101 410.00 2 450.96 2 229.82 19 347.52 24 028.30
18. Pati 149 120.00 1 118.61 1 838.02 19 669.09 22 625.72
19. Kudus 42 517.00 1 288.85 1 112.59 1 233.42 3 634.86
20. Jepara 100 416.00 2 707.81 1 660.14 9 607.88 13 975.83
21. Demak 89 743.00 - 615.61 2 843.41 3 459.02
22. Semarang 94 686.00 1 899.96 2 325.15 6 676.41 10 901.52
23. Temanggung 87 023.00 3 272.73 2 941.88 7 290.32 13 504.93
24. Kendal 100 227.00 1 701.79 1 310.21 15 339.18 18 351.18
25. Batang 78 895.00 3 135.74 8 978.77 5 751.84 17 866.35
26. Pekalongan 83 613.00 1 679.29 25 593.16 1 213.55 28 486.00
27. Pemalang 101 190.00 5 479.69 10 447.36 16 794.16 32 721.21
28. Tegal 87 970.00 2 901.52 6 663.01 14 244.07 23 808.60
29. Brebes 165 773.00 6 252.88 20 395.06 23 450.07 50 098.01
Kota
1. Magelang 1 812.00 - - - -
2. Surakarta 4 403.00 - - - -
3. Salatiga 5 296.00 - - - -
4. Semarang 37 367.00 - 260.78 1 915.01 2 175.79
5. Pekalongan 4 496.00 - - - -
6. Tegal 3 449.00 - - - -
Total Luas Kawasan 3 254 412.00 84 234.83 183 935.01 358.411.12 626.580.96
Hutan
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan Tabel Luas Lahan dan Luas Kawasan Hutan di Provinsi Jawa Tengah (dalam Ha)
diatas menunjukan bahwa luas lahan di Provinsi Jawa Tengah adalah seluas 3.254 412 Ha, dan Luas
Kawasan Hutan di Provinsi Jawa Tengah yang terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota adalah seluas
626.580,96 Ha. Dengan demikian luas kawasan hutan di Provinsi Jawa Tengah yaitu 19,25 Persen dari
Luas lahan di Provinsi Jawa Tengah.
Sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 21 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1//7/2018 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan
bahwa persyaratan permohonan IPPKH berupa:
a. Persyaratan komitmen; dan
b. Persyaratan teknis.
Persyaratan komeitmen untuk permohonan IPPKH yang merupakan pernyataan pemohon untuk
memenuhi persyaratan IPPKH sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 22 terdiri atas:
a. Menyelesaikan tata batas areal IPPKH;
b. Menyerahkan lahan kompensasi bagi permohonan IPPKH dengan kewajiban menyerahkan lahan
kompensasi;
c. Menyampaikan baseline penggunaan kawasan hutan dan peta baseline skala paling kecil 1:50.000
(satu berbanding lima puluh ribu) atau skala terbesar pada lokasi yang dimohon bagi permohonan
IPPKH dengan kompensasi membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan;
d. Menyelesaikan AMDAL atau UKL-UPL; dan/atau
e. Menyampaikan pernyataan bersedia mengganti biaya investasi pengelolaan/pemanfaatan hutan
kepada pengelola/pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan.
Sedangkan untuk persyaartan teknis untuk permohonan IPPKH sebagaimana diatur dalam
ketentuan Pasal 23 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1//7/2018 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan terdiri atas:
a. Perizinan/perjanjian yang diterbitkan oleh pejabat sesuai kewenangannya antara lain Izin Usaha
Pertambangan, yang masih berlaku dengan jangka waktu paling singkat 6 (enam) bulan, kecuali
untuk kegiatan yang tidak wajib memiliki perizinan/ perjanjian;
b. Lokasi, luas areal, dan rincian penggunaan kawasan hutan yang dimohon yang dituangkan dalam
bentuk peta skala paling kecil 1:50.000 (satu berbanding lima puluh ribu) atau lebih besar dalam
bentuk softcopy format shapefile (shp) dengan koordinat sistem UTM Datum WGS 84;
c. Surat keterangan dari Direktorat Jenderal yang membidangi Mineral dan Batubara terkait kegiatan
eksplorasi lanjutan pada tahap operasi produksi yang dilengkapi peta yang menggambarkan areal
yang akan dilakukan kegiatan eksplorasi lanjutan dan kegiatan operasi produksi bagi pemohon
IPPKH untuk kegiatan eksplorasi lanjutan pada tahap operasi produksi;
d. Rekomendasi gubernur tentang penggunaan kawasan hutan;
e. Pertimbangan teknis Perum Perhutani dalam hal permohonan berada dalam wilayah kerja Perum
Perhutani;
f. Izin Lingkungan;
g. Peta citra penginderaan jauh dengan resolusi minimal 5 (lima) meter liputan 1 (satu) tahun terakhir
dilampiri dengan softcopy dengan koordinat sistem UTM Datum WGS 84;
Kebutuhan penyediaan lahan untuk rencana pembangunan Bendungan Jragung adalah seluas 651,04 Ha
yang diperuntukan untuk fungsi Area Genangan dan Green Belt, Spoil Area, Tapak Bangunan, dan
Bangunan Pelengkap, Borrow Area, Jalan Akses, Jalan Material, dan termasuk penyediaan tanah
pengganti untuk pemindahaan menara SUTET PLN. Sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 4
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1//7/2018 tentang
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan, menerangkan bahwa penggunaan kawasan hutan untuk
kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dialukan untuk kegiatan yang
mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat dielakkan. Salah satu pembangunan di luar kegiatan
kehutanan yang mempunyai tujuan strategis diantaranya adalah pembangunan waduk, bendungan,
bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan
lainnya.
Sejalan dengan hal tersebut sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 5 Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1//7/2018 tentang Pedoman Pinjam
Pakai Kawasan Hutan bahwa penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan dilakukan berdasarkan IPPKH. IPPKH (Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan)
merupakan izin yang diberikan untuk menggunakan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di
luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah fungsi dan peruntukan kawasan hutan. Bagi pemegang IPPKH
wajib untuk menyediakan dan menyerahkan lahan hukan kawasan hutan untuk membayar sejumlah dana
yang dijadikan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagai pengganti lahan kompensasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan atau melaksanakan penanaman dalam rangka rehabilitasi
daerah aliran sungai.
Namun tidak semua pemengang IPPKH wajib memberikan kompensasi atas penggunaan
kawasan hutan, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 5 ayat 2 huruf c Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1//7/2018 tentang Pedoman Pinjam
Pakai Kawasan Hutan, yang berbunyi bahwa izin pinjam pakai kawasan hutan tanpa kompensasi lahan
atau tanpa kompensasi membayar PNBP penggunaan kawasan hutan dan tanpa melakukan melakukan
penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai, diantaranya untuk infrastruktur oleh instansi
pemerintah. Selanjutnya untuk memberikan perlindungan IPPKH untuk infrastruktur dibebani untuk
melakukan penanaman tanaman katu kiri kanan atau sekeliling dalam areal IPPKH sebagai bentuk
perlindungan. Oleh karena itu jelas bahwa Bendungan Jragung merupakan fasilitas fisik yang diperlukan
untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar pertumbuhan
ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan baik. Maka bentuk kompensasi atas IPPKH pembangunan
Bendungan Jragung adalah melakukan penanaman tanaman kayu di kiri kanan atau sekeliling dalam
areal IPPKH.
Sebagaiamana diatur dalam ketentuan Pasal 16 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1//7/2018 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan bahwa
permohonan IPPKH diajukan oleh:
a. Pelaku usaha perseorangan;
b. Pelaku usaha non perseorangan; atau
c. Intansi pemerintah.
Lebih lanjut dalam ketentuan Pasal 17 Permohonan IPPKH diatas dapat diajukan oleh:
a. Menteri atau kepala lembaga pemerintah yang tidak menangani bidang lingkungan hidup dan
kehutanan;
b. Gubernur;
c. Bupati/wali kota;
d. Pimpinan badan hukum/badan usaha; atau
e. Perseorangan, kelompok orang dan/atau masyarakat.
Untuk permohonan IPPKH rencana pembangunan Bendungan Jragung permonan dilakukan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, penggunaan kawasan hutan ditetapkan oleh
menteri (menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan
kehutanan) yang didahului permohonan oleh Direktur Jenderal (direktur jenderal yang diserahi tugas dan
bertanggung jawab di bidang planologi kehutanan dan tata lingkungan atau Kepala Badadn lingkup
Kementerian yang membidangi urusan sesuai permohonan.
Sebagaimana diatur dadlam ketentuan Pasal 20 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1//7/2018 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan
bahwa permohonan IPPKH untuk rencana pembangunan bendungan jragung yang merupakan bentuk
perizinan non berusaha diajukan kepada Menteri melalui Direktur (Direktur yang diserahi tugas dan
bertanggungjawab di bidang perizinan penggunaan kawasan hutan). Selanjutnya pemohon menyerahkan
berkas permohonan kepada Petugas di loket Kementerian. Berkas permohonan wajib dilengkapi
persyaratan teknis dalam bentuk dokumen asli atau salinan dokumen yang dilegalisasi oleh instansi
penerbit atau notaris dalam bentuk hardcopy dan digital (softcopy). Petugas di loket Kementerian
memeriksa dan menilai kelengkapan persyaratan, dan dalam hal:
a. Persyaratan tidak lengkap dan/atau tidak sesuai, mengembalikan berkas permohonan kepada
pemohon dengan memberikan bukti hasil verifikasi;
b. Telah sesuai, memberikan tanda terima dan menyerahkan berkas kepada Direktur.
Lebih lanjut untuk penyelesaian permohonan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 30
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1//7/2018 tentang
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan, menerangkan bahwa berdasarkan permohonan dan persyaratan
permohonan, Direktur dalam jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja melakukan
pengawasan terhadap pernyataan komitmen dan persyaratan teknis. Ketentuan mengenai pelaksanaan
pengawasan terhadap persyaratan permohonan. Pelaksanaan pengawasan terhadap persyaratan
permohonan terdiri atas:
a. Melakukan identifikasi dan pemilahan data kelengkapan persyaratan permohonan; dan
b. Melakukan penelaahan teknis;
Hasil pengawasan berupa permohonan:
a. Telah memenuhi kelengkapan persyaratan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; atau
b. Telah memenuhi kelengkapan persyaratan namun substansinya tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Permohonan yang telah memenuhi persyaratan dan telah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan undangan, apabila memenuhi:
a. Kelengkapan persyaratan komitmen dan persyaratan teknis; dan
b. Ketentuan teknis.
Dalam rangka pengawasan dapat dilakukan verifikasi lapangan. Berdasarkan hasil pengawasan,
Direktur menyampaikan hasilnya kepada Direktur Jenderal. Berdasarkan hasil pengawasan:
a. Apabila tidak memenuhi ketentuan teknis, Direktur Jenderal atas nama Menteri menyampaikan
penolakan kepada pemohon; atau
b. Apabila memenuhi ketentuan teknis, Direktur Jenderal menyampaikan telaahan teknis dan peta
lampiran IPPKH kepada Sekretaris Jenderal.
Sekretaris Jenderal dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima
telaahan teknis dan konsep peta lampiran IPPKH, melakukan penelaahan hukum dan selanjutnya
menyampaikan konsep keputusan IPPKH dan peta lampiran IPPKH kepada Menteri. Menteri dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah menerima konsep keputusan IPPKH dan peta
lampiran IPPKH, menerbitkan keputusan IPPKH. Ketentuan tata waktu penyelesaian permohonan IPPKH
tidak berlaku dalam hal terdapat permasalahan teknis maupun hukum yang memerlukan verifikasi
lapangan.
Dari kebutuhan lahan untuk pembangunan Bendungan Jragung terdapat penguasaan tanah yang
digunakan/dimanfaatkan oleh masyarakat tanpa hak kepemilikan tanah. Penggunaan tanah tanpa hak
tanah tersebut berada di Dusun Kedungglatik yang diperuntukan sebagai area genangan dan green belt.
Dari hasil pendataan terdapat 33 kepemilikan rumah hunian yang tidak memiliki hak atas tanah, dengan
arsitektural joglo yang mayoritas terbuat dari kayu. Berdasarkan pemilikan atau penguasaan objek
pengadaan tanah sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, menyebutkan
bahwa pengadaan tanah merupakan kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian
yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.
Pihak yang berhak tersebut berupa perseorangan, badan hukum, baddan sosial, badan
keagamaan, atau instansi pemerintah yang memiliki atau menguasai objek pengadaan tanah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pihak yang yang dimaksud sesuai dengan ketentuan
Pasal 17 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum adalah pemegang hak atas tanah, pemegang hak
pengelolaan, nadzir untuk tanah wakaf, pemilik tanah bekas milik adat, masyarakat hukum adat, pihak
yang menguasai tanah negara dengan itikad baik, pemegang dasar penguasaan atas tanah; dan/atau
pemilik bangunan, tanaman, atau benda lain yang berkaitan dengan tanah.
Meskipun 33 hunian rumah tinggal sebagaimana dalam Tabel 7.8 Ganti Kerugian Atas Rumah
Hunian Tanpa Memiliki Hak Hak Atas Tanah di Area Genangan dan Green Belt Dusun Kedungglatik yang
tidak memiliki hak atas tanah yang dikuasainya dapat dikategorikan sebagai pihak yang menguasai tanah
Negara dengan itikad baik. Namun sebagaimana ketentuan Pasal 23 Peraturan Presiden Nomor 71
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
menyebutkan bahwa kriteria pihak yang menguasai tanah negara dengan itikad baik ialah perseorangan,
badan hukum, badan sosial, badan keagamaan, atau instansi pemerintah yang secara fisik menguasai,
menggunakan, memanfaatkan dan memelihara tanah negara secara turun temurun dalam waktu tertentu
dan/atau memperoleh dengan cara tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penguasaan tanah negara dengan itikad baik tersebut dibuktikan dengan alat bukti:
a. Sertifikat hak atas tanah yang telah berakhir jangka waktu haknya;
b. Surat sewa-menyewa tanah;
c. Surat keputusan penerima obyek tanah landreform;
d. Surat izin garapan/membuka tanah; atau
e. Surat penunjukan/pembelian kavling tanah pengganti.
Berdasarkan hasil pendataan awal terhadap status 33 kepemilikan rumah hunian masyarakat
yang ada di Dusun Kedungglatik tidak mempunyai bukti atas penguasaan tanah negara dengan itikad
baik. Maka status atas tanah dan rumah hunian yang dikuasai masyarakat tersebut tidak dapat
dikategorikan sebagai objek pengadaan tanah dan pihak yang berhak dalam pengadaan tanah bagi
pembangunan Bendungan Jragung.
Sebagai upaya untuk menggunakan tanah negara yang dikuasai masyarakat dan tidak memiliki
hak atas tanah yang dikuasainya, dapat dilakukan melalui pemberian santuan atau relokasi. Sebagaimana
diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2018 tentang Penanganan Dampak Sosial
Kemasyarakatan Dalam Rangka Penyediaan Tanah Untuk Pembangunan Nasional. Penanganan
Dampak Sosial Kemasyarakatan merupakan penanganan masalah sosial berupa pemberian santunan
untuk pemindahan masyarakat yang menguasai tanah yang akan digunakan untuk pembangunan
nasional.
Penanganan dampak sosial tersebut dilatar belakangi kebutuhan untuk pelaksanaan percepatan
pembangunan nasional guna memenuhi kebutuhan dasar serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
perlu dilakukan percepatan penyediaan tanah yang diperlukan. bahwa dalam penyediaan tanah yang
diperlukan untuk pembangunan nasional. seringkali terhambat oleh keadaan dimana tanah yang akan
digunakan, telah dikuasai dan digunakan masyarakat dengan itikad baik dalam jangka waktu yang lama.
bahwa untuk penyelesaian tanah yang dikuasai dan digunakan oleh masyarakat dilakukan penanganan
dampak sosial kemasyarakatan. Sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 4 dan Pasal 5 Peraturan
Presiden Nomor 62 Tahun 2018 tentang Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan Dalam Rangka
Penyediaan Tanah Untuk Pembangunan Nasional, bahwa masyarakat penerima santunan memenuhi
kriteria:
a. Memiliki identitas atau keterangan kependudukan yang disahkan oleh kecamatan setempat; dan
b. Tidak memiliki hak atas tanah yang dikuasainya.
Penguasaan masyarakat tersebut memenuhi persyaratan:
a. Telah menguasai dan memanfaatkan tanah secara fisik paling singkat 10 (sepuluh) tahun secara
terus menerus; dan
b. Menguasai dan memanfaatkan tanah dengan itikad baik secara terbuka, serta tidak diganggu gugat,
diakui dan dibenarkan oleh pemilik hak atas tanah dan/atau lurah/kepala desa setempat.
Selanjutnya terkait dengan mekanisme penyediaan tanah untuk pembangunan Bendungan
Jragung yang telah dikuasai dan digunakan masyarakat yang ada di Dusun Kedungglatik adalah sebagai
berikut:
1. Penyusunan Dokuman Rencana Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan
Kementerian/lembaga, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik
daerah yang tanahnya akan digunakan untuk pembangunan nasional dan dikuasai oleh masyarakat
menyusun dokumen rencana penanganan dampak sosial kemasyarakatan peembangunan
Bendungan Jragung. Dokumen rencana penanganan dampak sosial kemasyarakatan tersebut
disampaikan kepadad Gubenur Jawa Tengah.Dokumen rencana penanganan dampak sosial
kemasyarakatan tersebut memuat:
a. Letak tanah dan luas tanah serta kondisi di atas tanah yang dikuasai oleh Masyarakat;
b. Data Masyarakat yang menguasai tanah; dan
c. Gambaran umum situasi dan kondisi Masyarakat yang menguasai tanah.
2. Pembentukan Tim Terpadu Penanganan Dampak Sosial
Gubernur Jawa Tengah setelah menerima dokumen rencana penanganan dampak sosial
kemasyarakatan membentuk tim terpadu penanganan dampak sosial kemasyarakatan/Tim Terpadu.
Tim Terpadu tersebut mempunyai tugas:
a. Melakukan pendataan, verifikasi, dan validasi atas bidang tanah yang dikuasai oleh
Masyarakat;
b. Melakukan pendataan, verifikasi, dan validasi atas Masyarakat yang menguasai tanah;
c. Mengusulkan bentuk Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan;
d. Menunjuk pihak independen untuk menghitung besaran nilai santunan;
e. Memfasilitasi penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan Penanganan
Dampak Sosial Kemasyarakatan;
Sesuai dengan Standar Penilaian Indoneia diterangkan bahwa nilai adalah konsep ekonomi yang merujuk
kepada Harga yang sangat mungkin disepakati oleh pembeli dan penjual dari suatu barang atau jasa yang
tersedia untuk dibeli. Nilai bukan merupakan fakta, tetapi lebih merupakan Harga yang sangat mungkin
dibayarkan untuk barang atau jasa pada waktu tertentu sesuai dengan definisi tertentu dari nilai.
Sedangkan harga adalah istilah yang digunakan untuk sejumlah uang yang diminta, ditawarkan, atau
dibayarkan untuk suatu barang atau jasa. Hubungannya dengan penilaian, Harga merupakan fakta
historis, baik yang diumumkan secara terbuka maupun dirahasiakan. Karena kemampuan finansial,
motivasi, atau kepentingan khusus dari seorang penjual atau pembeli, Harga yang dibayarkan atas suatu
barang atau jasa dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan nilai barang atau jasa yang
bersangkutan. Meskipun demikian Harga biasanya merupakan indikasi atas nilai relatif dari barang atau
jasa oleh pembeli tertentu dan atau penjual tertentu dalam kondisi yang tertentu pula.
Nilai bukanlah fakta, tetapi hanyalah sebuah opini (pendapat). Banyak kekuatan yang
mempengaruhi Nilai dan dikelompokkan menjadi empat faktor yaitu:
1. Faktor Politik, situasi politik berpengaruh terhadap nilai properti. Jika situasi politik adalah stabil,
maka nilai properti akan mengalami peningkatan, dan sebaliknya.
2. Faktor Ekonomi, misalnya tingkat pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, nilai tukar rupiah
terhadap valuta asing, tingkat inflasi dan lain-lain. Selain itu juga perlu diperhatikan beberapa prinsip
ekonomi yang berpengaruh terhadap nilai yaitu.
a. Prinsip antisipasi, artinya nilai tercipta karena antisipasi atas keuntungan ataupun kerugian
yang mungkin akan terjadi pada masa yang akan datang.
b. Prinsip perubahan (change) artinya cepat atau lambat, apapun yang ada di dunia pasti akan
mengalami perubahan, baik perubahan ke arah positif (meningkatkan nilai) ataupun ke arah
negatif (menurunkan nilai).
c. Prinsip permintaan dan penawaran artinya nilai properti akan naik, jika permintaan bertambah
atau barang yang yang ditawarkan berkurang, demikian sebaliknya.
d. Prinsip kompetisi artinya nilai properti akan turun (berkurang), manakala muncul (terdapat)
properti pesaing.
e. Prinsip substitusi artinya adalah nilai suatu properti akan turun manakala terdapat property
penggantinya. Dengan demikian, prinsip ini ada keterkaitannya dengan prinsip kompetisi.
f. Prinsip keseimbangan artinya nilai properti akan mencapai nilai yang optimal manakala
property tersebut memiliki keseimbangan.
g. Prinsip kontribusi atas nilai, artinyan nilai sebuah properti disumbangkan tidak semata-mata
hanya oleh satu atau beberapa variabel fisik, tetapi merupakan akumulasi dari seluruh variabel.
h. Prinsip konformitas artinya agar tercipta Nilai yang optimal, maka keadaan sebuah property
seharusnya menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya.
i. Prinsip eksternalitas artinya Nilai sebuah properti dipengaruhi oleh faktor lingkungan alam
ataupun akibat pembangunan.
3. Faktor Sosial, misalnya perilaku masyarakat, adat, budaya, tingkat pendidikan, struktur umur, jumlah
penduduk dan lain-lain.
4. Faktor Lingkungan, bisa berupa lingkungan alam ataupun lingkungan hasil dari pembangunan,
sebagaimana telah dibahas pada faktor eksternalitas.
Sebuah benda akan memiliki nilai manakala benda tersebut memiliki (1) Demand, yaitu
permintaan terhadap barang tersebut. (2) Utility, artinya barang tersebut dapat memuaskan pengguna. (3)
Scarcity (kelangkaan), artinya semakin langka sebuah barang berarti semakin sedikit penawaran dan (4)
Transferabiltiy, yaitu mudah dipindah-milikkan. Lebih lanjut terkait dengan jenis nilai dapat dibedakan
sebagai berikut:
1. Nilai Pasar
Nilai Pasar didefinisikan sebagai estimasi sejumlah uang pada tanggal penilaian, yang dapat
diperoleh dari transaksi jual beli atau hasil penukaran suatu properti, antara pembeli yang berminat
membeli dengan penjual yang berminat menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang
pemasarannya dilakukan secara layak, di mana kedua pihak masing-masing bertindak atas dasar
pemahaman yang dimilikinya, kehati-hatian dan tanpa paksaan. Nilai Pasar dipahami sebagai nilai
dari suatu properti yang diestimasi tanpa memperhatikan biaya penjualan atau pembelian dan tanpa
dikaitkan dengan setiap pengenaan pajak pengalihan yang terkait. Konsep Nilai Pasar tidak harus
tergantung pada transaksi sebenarnya yang terjadi pada tanggal penilaian.
Nilai Pasar lebih merupakan estimasi Harga yang mungkin terjadi dalam penjualan pada tanggal
penilaian sesuai dengan persyaratan definisi Nilai Pasar. Nilai Pasar merupakan representasi atas
Harga yang disepakati pembeli dan penjual pada waktu itu sesuai definisi Nilai Pasar, yang
sebelumnya masing-masing pihak telah mempunyai cukup waktu untuk menguji kemungkinan dan
kesempatan lain serta menyadari bahwa kenungkinan akan diperlukan waktu untuk menyiapkan
kontrak formal dan dokumentasi lainnya.
2. Nilai Penggunaan (Value in Use)
Nilai Dalam Penggunaan (Value in Use) adalah nilai yang dimiliki oleh suatu properti tertentu bagi
pengguna tertentu untuk seorang pengguna tertentu dan oleh karena itu tidak berkaitan dengan Nilai
Pasar. Nilai dalam penggunaan ini adalah nilai yang diberikan oleh properti tertentu kepada badan
usaha dimana property tersebut merupakan bagian dari badan usaha tanpa memperdulikan
penggunaan terbaik dan tertinggi dari properti tersebut atau jumlah uang yang diperoleh atas
penjualannya.
3. Nilai Kena Pajak (Assessed , Reteable, Taxable Value)
Nilai Kena Pajak adalah nilai berdasarkan definisi yang tertuang dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku berkaitan dengan penaksiran nilai, dan atau penentuan pajak properti.
Walaupun beberapa peraturan perundang-undangan mungkin mengutip Nilai Pasar sebagai dasar
penaksiran nilai, metodologi penilaian yang digunakan untuk mengestimasi nilai dapat menghasilkan
nilai yang berbeda dengan Nilai Pasar. Oleh karena itu Nilai Kena Pajak tidak dapat dipertimbangkan
sebagai Nilai Pasar kecuali diindikasikan sebaliknya secara eksplisit. Contoh Nilai Kena Pajak yaitu
NJOP dalam PBB, NPOP dalam BPHTB.
4. Nilai Wajar
Menurut SPI adalah nilai untuk kepentingan pemilik yang didasarkan kepada keikutsertaan kepada
kesetaraan dengan nilai pasar atas suatu properti, dengan memperhatikan unsur luar biasa berupa
kerugian non fisik yang diakibatkan adanya pengambilalihan hak atas property dimaksud. Melalui
nilai wajar dapat dihasilkan dari kombinasi kerugian fisik dan non fisik atas suatu objek penilaian.
Kombinasi ini dapat digambarkan sebagai penjumlahan indikasi nilai pasar atas kerugian fisik
ditambah indikasi nilai atas kerugian non fisik.
5. Pemanfaatan tertinggi dan Terbaik (Highest and Best Use)
Tujuan analisis HBU merupakan gambaran tentang penggunaan tanah yang paling sesuai dari
sebuah properti, sehingga diperoleh nilai tertinggi dari tanah tersebut. HBU didefinisikan sebagai
penggunaan yang paling mungkin dan optimal dari suatu properti, yang secara fisik memungkinkan,
telah dipertimbangkan secara memadai, secara hukum diizinkan, secara finansial layak, dan
menghasilakn nilai tertinggi dari property tersebut. Analisis HBU perlu dilakukan oleh penilai sebelum
melakukan penilaian properti, baik tanah kosong ataupun yang di atasnya sudah terbangun dengan
bangunan. Appraisal Institute (2001) mendefinisikan HBU yaitu “The reasonable probable and legal
use of vacant land and improved property, which is physically possible, appropriately supported,
financially feasible and that results in the highest value.” Dengan demikian, sebuah properti
dikatakan memiliki HBU yang tepat manakala telah memenuhi empat kriteria yaitu :
a. Hukum (peraturan) Penggunaan lahan sebuah properti hendaknya sesuai dengan tata guna
lahan/tanah (zoning) sebagaimana yang telah ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota
setempat, bangunan (gedung) yang berada di atas tapak tersebut harus memenuhi koefisien
dasar bangunan, koefisien lantai bangunan dan peraturan yang lain.
b. Fisik Penggunaan properti tersebut harus didukung oleh sifat fisik tapak, misalnya ukuran,
bentuk, luas, ketinggian tapak dari permukaan jalan atau laut, kontur, lebar depan tapak
(frontage) , kedalaman tapak dari jalan raya (depth), utilitas, kelembaban udara, koordinat bumi,
gempa bumi dan lainlain. Selain itu pula terdapat kesepakatan di antara sebagian ahli/pakar
yang terkait.
c. Finansial Analisis finansial dilakukan setelah tapak tersebut memenuhi kriteria hukum dan fisik.
Variabel dan alat analisis yang dapat digunakan misalnya tingakat pendapatan, return,
kekosongan, kerugian sewa, biaya dan lainlain.
d. Produktifitas Berdasarkan analisis finansial maka akan diperoleh tingkat pengembalian (rate of
return), net present value, internal rate of return (IRR), rate of return, rate on equity, pay back
periode dan lain-lain.
Semarang. Maka dalam kesempatan ini akan diuraikan mengenai nilai aset yang ada dilokasi
pembangunan Bendungan Jragung. Berdasarkan hasil perencanaan sementara kebutuhan lahan untuk
pembangunan Bendungan Jragung terletak di Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Kebutuhan
lahan tersebut diperuntukkan untuk rencana daerah genangan dan green belt, jalan akses, borrow area,
jalan material, dan termasuk resetlemen area. Berdasarkan hasil analisis sementara harga tanah dan
bangunan yang digunakan untuk rencana pembangunan Bendungan Jragungadalah sebai berikut:
Luas Perkiraan
Status /
No. RT. Nama Nama Pemilik Hak Tanah Harga Tanah
Jenis Hak
(m2) (Rp)
15. 002 Anwar Letter C Anwar 1120 15.680.000,00
SHM Anwar/Karsini 671 9.394.000,00
Letter C Karsini 700 9.800.000,00
SHM Kartiyem 238 3.332.000,00
SHM Taswanto 1736 24.304.000,00
16. 002 Istad/Miasih Letter C Sumarno 156 2.184.000,00
17. 002 Listanto/Anita Letter C Anita 145 2.030.000,00
SHM Rani 247 3.458.000,00
18. 002 Santoso Letter C Linda 219 3.066.000,00
19. 002 Ngatini Letter C Ngatini 110 1.540.000,00
20. 002 Sugiharto SHM Sugiharto 3995 55.930.000,00
SHM Sugiharto 285 3.990.000,00
Letter C Winarno 180 2.520.000,00
21. 002 Maryono Letter C Maryono/Darwati 84 1.176.000,00
Letter C Sumarto 800 11.200.000,00
22. 002 Nanang Samsyul SHM Umiyati 544 7.616.000,00
Akbar Letter C Sumarjati 100
1.400.000,00
23. 002 Jumadi Letter C Djumadi 100 1.400.000,00
24. 002 Imawati Letter C Imawati 2100 29.400.000,00
25. 002 Sumarno/Sumiyem SHM Sumarno 2890 40.460.000,00
Letter C Sumarno/Sumiyem 156 2.184.000,00
26. 002 Sumarno/Suwarti Letter C Suwarti 1966 27.524.000,00
SHM Warti 233 3.262.000,00
Letter C Suwarti 230 3.220.000,00
27. 002 Tunsrini Letter C Agus Wandi 200 2.800.000,00
28. 002 Marmin Letter C Haryanti 619 8.666.000,00
Letter C Sudiharni 168 2.352.000,00
Letter C Marmin/Sudiharni 1040 14.560.000,00
29. 002 Hadi Wiyono/Intarti Letter C Intarti 1665 23.310.000,00
Letter C Hadi Wiyono 206 2.884.000,00
30. 002 Eko Budiono/Sutini SHM Eko Budiono 234 3.276.000,00
Letter C Sutini 100 1.400.000,00
31. 002 Kamjani/Marsipah SHM Kamjani 173 2.422.000,00
32. 002 Suyoto Letter C Suyoto/Suwarti 240 3.360.000,00
33. 002 Sutardi SHM Istiani 418 5.852.000,00
34. 002 Ngatemi SHM Asmanah 402 5.628.000,00
35. 002 Suyatman/Hari SHM Yatman 101
1.414.000,00
Setiawan
36. 002 Slamet Riyadi SHM Slamet Riyadi 278 3.892.000,00
Letter C Slamet Riyadi 350 4.900.000,00
Letter C Slamet Riyadi 2600 36.400.000,00
Letter C Slamet Riyadi 318 4.452.000,00
Letter C Slamet Riyadi 1334 18.676.000,00
37. 003 Sugeng Letter C Sugeng 276 3.864.000,00
38. 003 Riyanto Letter C Riyanto/Marillah 370 5.180.000,00
SHM Marilah 317 4.438.000,00
Letter C M, Basiran 900 12.600.000,00
39. 003 Dardianto/Yuliana Letter C Dardianto/Yuliana 630 8.820.000,00
40. 003 Sutarno SHM Sutarno 410 5.740.000,00
41. 003 Supratmi/Sriyono SHM Sriyono 312 4.368.000,00
Luas Perkiraan
Status /
No. RT. Nama Nama Pemilik Hak Tanah Harga Tanah
Jenis Hak
(m2) (Rp)
42. 003 Pahrodin Letter C Pahrodin 1101 15.414.000,00
Letter C Pahrodin 1372 19.208.000,00
43. 003 Marsiban Letter C Tubi 755 10.570.000,00
44. 003 Umi Nadhiroh SHM Umi Nadhiroh 136 1.904.000,00
45. 003 Rohadi/Roisyah SHM Rohadi 1337 18.718.000,00
46. 003 Munrohati/Sudadi Letter C Sudadi/Munrohati 538 7.532.000,00
47. 003 Rusidi SHM Rusidi 4072 57.008.000,00
48. 003 Saroni Letter C Sri Ningsih 1200 16.800.000,00
49. 003 Asmanah/Slamet SHM Asmanah 402
5.628.000,00
Riyadi
50. 003 Djuri/Markamah Letter C Djuri 1200 16.800.000,00
Letter C Djuri 200 2.800.000,00
51. 003 Mashadi SHM Mashadi/Partimah 402 5.628.000,00
Letter C Mashadi 1890 26.460.000,00
52. 003 Regiyanti SHM Regiyanti 259 3.626.000,00
Total 776.048.000,00
2) Perkiraan Harga Tanah Untuk Fungsi Spoil Area, Tapak Bangunan dan Bangunan Pelengkap
di Dusun Borangan dan Dusun Sapen Berdasarkan NJOP
Sebagaimana dalam Tabel Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Spoil Area,
Tapak Bangunan, dan Bangunan Pelengkap yang terletak di Dusun Borangam. Bahwa terdapat 8
(delapan) kepemilikan hak atas tanah milik masyarakat yang digunakan untuk fungsi spoil area,
tapak bangunan, dan bangunan pelengkap rencana Pembangunan Bendungan Jragung.
Berdasarkan nilai kena pajak NJOP tanah di dusun Borangan adalah Rp.20.000,00 (dua puluh ribu
rupiah). Maka perkiraan harga tanah untuk fungsi spoil area, tapak bangunan, dan bangunan
pelengkap di Dusun Borangan adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 22 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Spoil Area, Tapak Bangunan dan Bangunan
Pelengkap di Dusun Borangan Berdasarkan NJOP
Tanah (m2)
Perkiraaan Harga
No. Nama Status / Jenis Hak Luas Luas Tanah (Rp)
Sertifikat Terdampak
1. Kasmijan SHM 1.969 24,14 482.800,00
2. Arun Janatin SHM 1.321 1.861,70 37.234.000,00
3. Giono Tidak diketahui 484 483,63 9.672.600,00
4. Kasini Tidak diketahui 1.853,23 37.064.600,00
5. Sunaji Tidak diketahui - 13.930,02 278.600.400,00
6. Sukaini Tidak diketahui 1.275 546,83 10.936.600,00
7. Darwanto SHM 1.104 1.660,03 33.200.600,00
8. Suwito Rateni SHM 805 1.682,19 33.643.800,00
Total 440.835.600,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Sedangkan untuk harga tanah untuk fungsi spoil area, tapak bangunan, dan bangunan pelengkap di
Dusun Sapen, sebagaimana dalam Tabel Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk
Fungsi Spoil Area, Tapak Bendungan, dan Bangunan Pelengkap terdapat 36 (tiga puluh enam) hak
kepemilikan tanah oleh masyarakat. Berdasarkan nilai kena pajak NJOP tanah di Dusun Sapen
adalah Rp.20.000,00 (dua puluh ribu rupiah). Maka perkiraan harga tanah untuk fungsi spoil area,
tapak bangunan, dan bangunan pelengkap di Dusun Sapen adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 23 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Spoil Area, Tapak Bangunan dan Bangunan
Pelengkap di Dusun Sapen Berdasarkan NJOP
Tanah (m2)
Status/Jenis Perkiraan Harga
No Nama Luas Luas
Hak Tanah (Rp)
Sertifikat Terdampak
1. Ahmad Parjo Tidak diketahui - 2.829,79 56.595.800,00
2. Ahmad Roji SHM 1.457 884,42 17.688.400,00
3. Alimin SHM 330 783,36 15.667.200,00
4. Asrokin / Sumaryati SHM 1.059 628,71 12.574.200,00
5. Asrokin / Sumaryati SHM 1.448 1.531,74 30.634.800,00
6. Budinarto Tidak diketahui 2.650 5.848,69 116.973.800,00
7. Buhadi / Ramini Tidak diketahui 5.070 378,74 7.574.800,00
8. Dewi Arini Tidak diketahui 2.328 2.914,41 58.288.200,00
9. Hartini / Tri Susanti SHM 1.244 1.979,36 39.587.200,00
10. Jasmini / Jaiman Tidak diketahui 5.543 3.983,99 79.679.800,00
11. Kartini SHM 1.187 1.472,54 29.450.800,00
12. Kastoni / Supranoto SHM 1.134 627,32 12.546.400,00
13. Lajemi Tidak diketahui - 634,60 12.692.000,00
14. Larasati / Narnomo Tidak diketahui 825 1.524,36 30.487.200,00
15. Mat Khoirudin SHM 1.003 898,11 17.962.200,00
16. Muhammad Akta Jual Beli 392 3.824,07
76.481.400,00
Khusnun
17. Muslimin Tidak diketahui 13.930 4.787,73 95.754.600,00
18. Ngadiran SHM 2.802 2.554,46 51.089.200,00
19. Punardi / Sutiono Tidak diketahui - 1.383,13 27.662.600,00
20. Punardi / Sutiono Tidak diketahui 780 1.930,41 38.608.200,00
21. Puntini SHM 985 2.131,00 42.620.000,00
22. Sajem SHM 1.304 831,53 16.630.600,00
23. Sardi Tidak diketahui 370 716,12 14.322.400,00
24. Sarino / Siti Fatimah Akta Jual Beli 324 1.443,10 28.862.000,00
25. Sarino / Siti Fatimah Bukti Warisan 275 922,39 18.447.800,00
26. Sriyati Tidak diketahui 2.000 2.187,14 43.742.800,00
27. Sugiyati - Asro SHM 993 824,31 16.486.200,00
28. Sujadi Tidak diketahui - 2.804,06 56.081.200,00
Tanah (m2)
Status/Jenis Perkiraan Harga
No Nama Luas Luas
Hak Tanah (Rp)
Sertifikat Terdampak
29. Sujono Tidak diketahui - 876,42 17.528.400,00
30. Sulin / Narko SHM 1.307 1.078,56 21.571.200,00
31. Sulin / Narko SHM 2.299 3.096,39 61.927.800,00
32. Supardi Tidak diketahui 781 2.534,07 50.681.400,00
33. Suryah SHM 1.299 2.195,84 43.916.800,00
34. Susilo Hananto SHM 915 1.256,91 25.138.200,00
35. Tasmin SHM 3.808 1.453,39 29.067.800,00
36. Winarto SHM 544 806,16 16.123.200,00
Total 1.331.146.600,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
3) Perkiraan Harga Tanah Untuk Fungsi Borrow Area di Desa Candirejo dan Desa Penawangan
Berdasarkan NJOP
Sebagaimana dalam Tabel Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Borrow Area
yang terletak di Desa Candirejo. Bahwa terdapat 24 (dua puluh empat) kepemilikan hak atas tanah
yang digunakan untuk fungsi Borrow Area di Desa Candirejo. Berdasarkan nilai kena pajak NJOP
tanah di Desa Candirejo adalah Rp.27.000,00 (dua puluh tuju ribu rupiah). Maka perkiraan harga
tanah untuk fungsi borrow area di Desa Candirejo adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 24 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Borrow Area di Desa Candirejo Berdasarkan
NJOP
Tanah (m2) Perkiraan Harga
No. Nama
Jumlah Bidang Luas Tanah
1. Hardi 1 1.283,84 34.663.680,00
2. Haryanto 1 3.472,37 93.753.990,00
3. Imam Suparman 1 2.613,95 70.576.650,00
4. Jarwoto 1 373,36 10.080.720,00
5. Kamerin / Rohayati 1 2.197,74 59.338.980,00
6. Karnoto 1 1.515,69 40.923.630,00
7. Kaseran 1 1.063,32 28.709.640,00
8. Muhlisun Sugiarti 1 3.976,24 107.358.480,00
9. Munadi 1 1.083,03 29.241.810,00
10. Ngatiman 2 3.308,05 89.317.350,00
11. Ngatinem 1 687,96 18.574.920,00
12. Pujiarto 1 983,17 26.545.590,00
13. Sabar Wartono 1 566,2 15.287.400,00
14. Sabar/Tukiman 1 1.111,29 30.004.830,00
Selanjutnya sebagaimana dalam Tabel Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk
Fungsi Borrow Area yang terletak di Desa Penawangan. Terdapat 288 (dua ratus delapan puluh
delapan) hak kepemilikan atas tanah masyarakat yang digunakan untuk fungsi Borrow Area di Desa
Penawangan. Berdasarkan nilai kena pajak NJOP tanah di Desa Penawangan adalah Rp.36.000,00
(tiga puluh enam ribu rupiah). Maka perkiraan harga tanah untuk fungsi borrow area di Desa
Penawangan adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 25 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Borrow Area di Desa Penawangan
Berdasarkan NJOP
4) Perkiraan Harga Tanah Untuk Fungsi Jalan Akses di Desa Jatirunggo Berdasarkan NJOP
Pada Tabel Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah untuk Fungsi Jalan Akses. Bahwa
terdapat 58 (lima puluh delapan) hak kepemilikan atas tanah masyarakat Desa Jatirunggo yang
digunakan untuk fungsi jalan akses dalam rencana pembangunan Bendungan Jragung. Berdasarkan
nilai kena pajak NJOP tanah di Desa Jatirunggo adalah Rp.36.000,00 (tiga puluh enam ribu rupiah).
Maka perkiraan harga tanah di Desa Jatirunggo untuk fungsi jalan akses adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 26 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Jalan Akses di Desa Jatirunggo Berdasarkan
NJOP
Tanah (m2)
Status / Jenis Perkiraan Harga
No Nama Luas Luas
Hak Tanah (Rp)
Sertifikat Terdampak
1. Ahwadi SHM 1.674 79,48 2.861.280,00
2. Asmawi SHM 500 53,39 1.922.040,00
3. Aspuriyah SHM 1.746 237,18 8.538.480,00
4. Bukari Tidak diketahui 2.500 106,72 3.841.920,00
5. Gunanto Tidak diketahui 3.970 102,58 3.692.880,00
6. H. Badiah / Ulfa Masturoh SHM 1.262 255,26 9.189.360,00
7. H. Suyatman Idris SHM 3.249 653,83 23.537.880,00
8. Imam Supi'i SHM 930 229,23 8.252.280,00
9. Isbun Tidak diketahui - 190,06 6.842.160,00
Tanah (m2)
Status / Jenis Perkiraan Harga
No Nama Luas Luas
Hak Tanah (Rp)
Sertifikat Terdampak
10. Jariyah / Rohmat Tidak diketahui 1.238 142,3 5.122.800,00
11. Joko Susilo (Rumah 2) SHM 220 47,38 1.705.680,00
12. Joko Susilo / Nuryati (Rumah 1) SHM 303 14,77 531.720,00
13. Karli Tidak diketahui - 116,37 4.189.320,00
14. Kas Desa - Masykur Kas Desa - 100,26 3.609.360,00
15. Kasdi Tidak diketahui 581 61,01 2.196.360,00
16. Kasiyan 69,7 2.509.200,00
Tidak diketahui 358
17. Kasiyan 62,29 2.242.440,00
18. Kusnah / Sutimin SHM 434 63,67 2.292.120,00
19. Kusnin Tidak diketahui 588 2,22 79.920,00
20. Kusrin Tidak diketahui 538 57,66 2.075.760,00
21. Mahmudi / Tuminah SHM 2.102 144,36 5.196.960,00
22. Marmin / Muhlisin SHM 950 156,51 5.634.360,00
23. Mugiyono Tidak diketahui 1.734 41,31 1.487.160,00
24. Muhlisin SHM 571 171 6.156.000,00
25. Nahrowi / Yusuf SHM 600 65,43 2.355.480,00
26. Narwati Tidak diketahui 686 36,95 1.330.200,00
27. Nasokah Tidak diketahui - 94,3 3.394.800,00
28. Ngatiman (alm) / Marsono Tidak diketahui 6.878 348,99 12.563.640,00
29. Nur Kholis 82,9 2.984.400,00
SHM 1.350
30. Nur Kholis 72,24 2.600.640,00
31. Robi'i 32,6 1.173.600,00
SHM 3.490
32. Robi'i 261,91 9.428.760,00
33. Rohman SHM 2.863 263,13 9.472.680,00
34. Samidi Tidak diketahui 248 34,35 1.236.600,00
35. Sitin / Kipyati SHM 491 148,81 5.357.160,00
36. Sri Mulyati Tidak diketahui 600 39,62 1.426.320,00
37. Sudarsih SHM 2.150 24,59 885.240,00
38. Sukeni SHM 1.762 143,53 5.167.080,00
39. Sulimin SHM 136,57 4.916.520,00
1.543
40. Sulimin SHM 113,63 4.090.680,00
41. Sumidi / Martinus Petok D 960 90,09 3.243.240,00
42. Sumiin Tidak diketahui 1.450 175,38 6.313.680,00
43. Sunarno 134,77 4.851.720,00
SHM 824
44. Sunarno 82,54 2.971.440,00
45. Suparno Tidak diketahui 252 121,72 4.381.920,00
46. Suradi SHM 2.143 76,7 2.761.200,00
Tanah (m2)
Status / Jenis Perkiraan Harga
No Nama Luas Luas
Hak Tanah (Rp)
Sertifikat Terdampak
47. Surmin 63,27 2.277.720,00
48. Surmin Tidak diketahui 250 20,69 744.840,00
49. Surmin 16,9 608.400,00
50. Suroso Tidak diketahui 322 34,78 1.252.080,00
51. Suroto Tidak diketahui 606 60,44 2.175.840,00
52. Sutarji SHM 2.143 101,25 3.645.000,00
53. Suwardi SHM 425 85,29 3.070.440,00
54. Suyadi SHM 529 25,66 923.760,00
55. Turoso SHM 4.662 159,55 5.743.800,00
56. Wagiyem / Supandi Tidak diketahui 1.500 150,54 5.419.440,00
57. Wittakim SHM 292 99,03 3.565.080,00
58. Zainal Tidak diketahui - 32,76 1.179.360,00
Total 237.220.200,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
5) Perkiraan Harga Tanah Untuk Jalan Material di Desa Penawangan dan Desa Candirejo
Berdasarkan NJOP
Kebutuhan tanah milik masyarakat yang difungsikan sebagai jalan material dalam pembangunan
Bendungan Jragung yang terletak di Desa Penawangan dan Desa Candirejo. Sebagaimana dalam
Tabel Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Jalan Material yang Terletak di
Desa Penawangan, yang terdapat 42 (empat puluh dua) hak kepemilikan atas tanah masyarakat.
Berdasarkan nilai kena pajak NJOP tanah di Desa Penawangan adalah Rp.36.000,00 (tiga puluh
enam ribu rupiah). Maka perkiraan harga tanah di Desa Penawangan untuk fungsi jalan material
adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 27 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Jalan Material di Desa Penawangan
Berdasarkan NJOP
Tanah Luas
Terkena Perkiraan Harga
No. Nama Bidang Luas Total Rencana Tanah (Rp)
Tanah (m2) Jalan (m2)
1. Giyono 1 1.834,15 774,52 27.882.720,00
2. Jasmo 1 3.010,02 563,43 20.283.480,00
3. Jiyono 1 3.968,65 1.117,94 40.245.840,00
4. Jumain 1 1.075,91 527,13 18.976.680,00
5. Kamsiah 1 1.869,97 439,28 15.814.080,00
6. Kardi Kunting 1 15.590,26 2.679,71 96.469.560,00
7. Karjin 1 2.941,82 650,38 23.413.680,00
Tanah Luas
Terkena Perkiraan Harga
No. Nama Bidang Luas Total Rencana Tanah (Rp)
Tanah (m2) Jalan (m2)
8. Karjin 1 3.419,45 679,22 24.451.920,00
9. Karmin 1 3.198,54 241,47 8.692.920,00
10. Kasman Bin Kasdi 1 5.318,33 1.221,27 43.965.720,00
11. Kusnah 1 2.439,44 140,97 5.074.920,00
12. Layem 1 2.343,19 887,18 31.938.480,00
13. Marwi Bin Marmin 1 1.304,71 258,08 9.290.880,00
14. Moro 1 3.178,82 422 15.192.000,00
15. Mudayah 1 4.284,54 773,01 27.828.360,00
16. Mujiono 1 6.131,76 1.271,22 45.763.920,00
17. Nadir 1 2.342,85 898,94 32.361.840,00
18. Narto 1 3.020,57 105,56 3.800.160,00
19. Ngadenan 1 10.298,41 1.770,56 63.740.160,00
20. Ngatiman 1 4.401,13 778,47 28.024.920,00
21. Padimin 1 2.508,94 63,21 2.275.560,00
22. Paimin 1 2.622,60 654,91 23.576.760,00
23. Pardiyono 1 2.804,67 1.012,44 36.447.840,00
24. Sadimin 1 7.518,27 107,19 3.858.840,00
25. Sagi 1 9.008,46 867,79 31.240.440,00
26. Saifan Bin Marni 1 4.332,33 943 33.948.000,00
27. Sakimo 1 1.645,51 178 6.408.000,00
28. Sapi'i 1 5.025,60 1.177,34 42.384.240,00
29. Sarmin 2 3.425,38 506,37 18.229.320,00
30. Sojo 1 3.268,46 439,81 15.833.160,00
31. Suliman Bin Murni 1 2.884,61 15,37 553.320,00
32. Sumarto 1 6.927,37 609,92 21.957.120,00
33. Sumidi 2 6.321,28 412,62 14.854.320,00
34. Sumini 1 7.211,02 114,91 4.136.760,00
35. Tarmi Bin Anisah 1 7.746,76 1.064,08 38.306.880,00
36. Tarso 1 2.331,50 201,91 7.268.760,00
37. Taslimun 1 2.850,12 18,5 666.000,00
38. Tiyono 1 4.878,80 248,95 8.962.200,00
39. Tutik Haryati 1 2.646,89 215,6 7.761.600,00
40. Umi 1 1.191,21 56,17 2.022.120,00
41. Wasimin 1 1.824,29 515,26 18.549.360,00
42. Wuryadi 1 4.937,49 62,03 2.233.080,00
Total 924.685.920,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Sedangkan kebutuhan jalan material yang berada di Desa Candirejo sebagaimana dalam Tabel
Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Jalan Material yang Terletak di Desa
Candirejo. Terdapat 4 (empat) kepemilikan hak atas tanah. Berdasarkan nilai kena pajak NJOP
tanah di Desa Candirejo adalah Rp.27.000,00 (dua puluh tuju ribu rupiah). Maka perkiraan harga
tanah untuk jalan material yang terletak di Desa Candirejo adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 28 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Jalan Material di Desa Candirejo
Berdasarkan NJOP
Tanah Luas
Terkena Perkiraan Harga
No Nama Jumlah Luas Lahan Rencana Tanah (Rp)
Bidang (m2) Jalan (m2)
1 Kamerin / Rohayati 1 4.059,40 214,09 5.780.430,00
2 Kaseran 1 2.029,74 370,88 10.013.760,00
3 Munadi 1 2.226,26 345,63 9.332.010,00
4 Yusman 1 2.010,66 444,3 11.996.100,00
Total 37.122.300,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Selanjutnya kebutuhan tanah yang digunakan untuk jalan akses yang merupakan tanah kas Desa
Jatirunggo, NJOP tanah di Desa Jatirunggo adalah Rp.36.000,00 (tiga puluh enam ribu rupiah).
Sebagaimana dalam tabel Gati Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah yang menggunakan Tanah
Kas Desa Untuk Fungsi Jalan Akses yang terletak di Desa Jatirunggo. Maka perkiraan harga tanah
kas desa di Desa Jatirunggo untuk fungsi jalan akses adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 30 Perkiraan Harga Tanah Kas Desa Untuk Fungsi Borrow Area yang Terletak di
Desa Jatirunggo Berdasarkan NJOP
Luas
Warga yang Jumlah Perkiraan Harga Tanah
No. Terdampak
Memanfaatkan Bidang (Rp)
(m2)
1. Kas Desa Jatirunggo 2 100,26 3.609.360,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
7) Perkiraan Harga Tanah Untuk Tanah Pengganti Tapak Menera SUTET PLN
Sebagaimana dalam perencanaan pembangunan Bendungan Jragung, bahwa selain pemenuhan
untuk penyediaan lahan bagi rencana pembangunan Bendungan Jragung, juga menyediakan tanah
untuk mengganti tanah milik PLN yang digunakan untuk tapak menera SUTET. Kebutuhan tanah
untuk mengganti tanah milik PLN yang digunakan untuk tapak menara SUTET adalah seluas 0,81
Ha. Perkiraan harga tanah untuk memenuhi kebutuhan tanah pengganti tersebut s diuraikan dalam
tabel berikut:
Tabel 7. 31 Pengganti Bangunan SUTET Milik PLN
Luas Tanah Perkiraan Harga
Rencana
(Ha) Tanah
Rencana Pemindahan 12 Tapak Tower SUTET PLN (B) 0.03 10.800.000,00
Rencana Pemindahan Jaringan Kabel Tower SUTET PLN (C) 0.78 280.800.000,00
Grand Total 0.81 291.600.000,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Sebagaimana dalam Tabel Ganti Kerugian Atas Tanah dengan Hak Kepemilikan di Araa Genangan
dan Green Belt yang terletak di Dusun Kedungglatik terdapat 52 hak kepemilikan atas tanah.
Berdasarkan harga pasar tanah di dusun kedungglatik adalah Rp.70.000,00 (tujuh puluh ribu rupiah
per meter2) maka perkiraan harga tanah untuk area genangan dan green belt di Dusun Kedungglatik
adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 32 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Daerah Genangan dan Green Belt di Dusun
Kedungglatik Berdasarkan Harga Pasar
Luas
Status / Perkiraan Harga
No. RT. Nama Nama Pemilik Hak Tanah
Jenis Hak Tanah (Rp)
(m2)
1. 001 Herman Letter C Tatik 108 7.560.000,00
2. 001 Sugiono Letter C Saudah 173 12.110.000,00
Letter C Sutiyem 98 6.860.000,00
3. 001 Taswanto Letter C Taswanto 2100 147.000.000,00
SHM Taswanto 187 13.090.000,00
SHM Taswanto 258 18.060.000,00
4. 001 Sutrisno SHM Sutrisno/Painem 558 39.060.000,00
5. 001 Sukiswanto Letter C Sri Hartini 184 12.880.000,00
6. 001 Supratno Letter C Marjatun 368 25.760.000,00
Letter C Marjatun 160 11.200.000,00
7. 001 Sarmidi/Wartini SHM Sarmidi 702 49.140.000,00
8. 001 Turmudi Letter C Supiyanto 162 11.340.000,00
9. 001 Sunarti Letter C Sunarti 575 40.250.000,00
10. 001 Marki Letter C Marki 70 4.900.000,00
11. 001 Riyadi Letter C Sukowati 192 13.440.000,00
12. 001 Sugito SHM Sugito 274 19.180.000,00
13. 001 Paryati/Suparmin Letter C Paryati 90 6.300.000,00
Letter C Parmen 284 19.880.000,00
SHM Paryati 313 21.910.000,00
14. 002 Suhadi SHM Suparti 145 10.150.000,00
Letter C Lindrayani 153 10.710.000,00
Letter C Suparti 748 52.360.000,00
15. 002 Anwar Letter C Anwar 1120 78.400.000,00
SHM Anwar/Karsini 671 46.970.000,00
Letter C Karsini 700 49.000.000,00
SHM Kartiyem 238 16.660.000,00
SHM Taswanto 1736 121.520.000,00
16. 002 Istad/Miasih Letter C Sumarno 156 10.920.000,00
17. 002 Listanto/Anita Letter C Anita 145 10.150.000,00
SHM Rani 247 17.290.000,00
18. 002 Santoso Letter C Linda 219 15.330.000,00
19. 002 Ngatini Letter C Ngatini 110 7.700.000,00
20. 002 Sugiharto SHM Sugiharto 3995 279.650.000,00
SHM Sugiharto 285 19.950.000,00
Letter C Winarno 180 12.600.000,00
21. 002 Maryono Letter C Maryono/Darwati 84 5.880.000,00
Letter C Sumarto 800 56.000.000,00
22. 002 Nanang Samsyul SHM Umiyati 544 38.080.000,00
Akbar Letter C Sumarjati 100 7.000.000,00
Luas
Status / Perkiraan Harga
No. RT. Nama Nama Pemilik Hak Tanah
Jenis Hak Tanah (Rp)
(m2)
24. 002 Imawati Letter C Imawati 2100 147.000.000,00
25. 002 Sumarno/Sumiyem SHM Sumarno 2890 202.300.000,00
Letter C Sumarno/Sumiyem 156 10.920.000,00
26. 002 Sumarno/Suwarti Letter C Suwarti 1966 137.620.000,00
SHM Warti 233 16.310.000,00
Letter C Suwarti 230 16.100.000,00
27. 002 Tunsrini Letter C Agus Wandi 200 14.000.000,00
28. 002 Marmin Letter C Haryanti 619 43.330.000,00
Letter C Sudiharni 168 11.760.000,00
Letter C Marmin/Sudiharni 1040 72.800.000,00
29. 002 Hadi Wiyono/Intarti Letter C Intarti 1665 116.550.000,00
Letter C Hadi Wiyono 206 14.420.000,00
30. 002 Eko Budiono/Sutini SHM Eko Budiono 234 16.380.000,00
Letter C Sutini 100 7.000.000,00
31. 002 Kamjani/Marsipah SHM Kamjani 173 12.110.000,00
32. 002 Suyoto Letter C Suyoto/Suwarti 240 16.800.000,00
33. 002 Sutardi SHM Istiani 418 29.260.000,00
34. 002 Ngatemi SHM Asmanah 402 28.140.000,00
35. 002 Suyatman/Hari SHM Yatman 101 7.070.000,00
Setiawan
36. 002 Slamet Riyadi SHM Slamet Riyadi 278 19.460.000,00
Letter C Slamet Riyadi 350 24.500.000,00
Letter C Slamet Riyadi 2600 182.000.000,00
Letter C Slamet Riyadi 318 22.260.000,00
Letter C Slamet Riyadi 1334 93.380.000,00
37. 003 Sugeng Letter C Sugeng 276 19.320.000,00
38. 003 Riyanto Letter C Riyanto/Marillah 370 25.900.000,00
SHM Marilah 317 22.190.000,00
Letter C M, Basiran 900 63.000.000,00
39. 003 Dardianto/Yuliana Letter C Dardianto/Yuliana 630 44.100.000,00
40. 003 Sutarno SHM Sutarno 410 28.700.000,00
41. 003 Supratmi/Sriyono SHM Sriyono 312 21.840.000,00
42. 003 Pahrodin Letter C Pahrodin 1101 77.070.000,00
Letter C Pahrodin 1372 96.040.000,00
43. 003 Marsiban Letter C Tubi 755 52.850.000,00
44. 003 Umi Nadhiroh SHM Umi Nadhiroh 136 9.520.000,00
45. 003 Rohadi/Roisyah SHM Rohadi 1337 93.590.000,00
46. 003 Munrohati/Sudadi Letter C Sudadi/Munrohati 538 37.660.000,00
47. 003 Rusidi SHM Rusidi 4072 285.040.000,00
48. 003 Saroni Letter C Sri Ningsih 1200 84.000.000,00
49. 003 Asmanah/Slamet SHM Asmanah 402 28.140.000,00
Riyadi
50. 003 Djuri/Markamah Letter C Djuri 1200 84.000.000,00
Letter C Djuri 200 14.000.000,00
51. 003 Mashadi SHM Mashadi/Partimah 402 28.140.000,00
Letter C Mashadi 1890 132.300.000,00
52. 003 Regiyanti SHM Regiyanti 259 18.130.000,00
Total 3.880.240.000,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
2) Perkiraan Harga Tanah Untuk Fungsi Spoil Area, Tapak Bangunan dan Bangunan Pelengkap di
Dusun Borangan dan Dusun Sapen Berdasarkan Harga Pasar
Sebagaimana dalam Tabel Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Spoil Area,
Tapak Bangunan, dan Bangunan Pelengkap yang terletak di Dusun Borangam. Bahwa terdapat 8
(delapan) kepemilikan hak atas tanah milik masyarakat yang digunakan untuk fungsi spoil area,
tapak bangunan, dan bangunan pelengkap rencana Pembangunan Bendungan Jragung.
Berdasarkan harga pasar tanah di dusun Borangan adalah Rp.100.000,00 (seratus ribu rupiah).
Maka perkiraan harga tanah untuk fungsi spoil area, tapak bangunan, dan bangunan pelengkap di
Dusun Borangan adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 33 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Spoil Area, Tapak Bangunan dan Bangunan
Pelengkap di Dusun Borangan Berdasarkan Harga Pasar
Tanah (m2)
Perkiraaan Harga
No. Nama Status / Jenis Hak Luas Luas Tanah (Rp)
Sertifikat Terdampak
1. Kasmijan SHM 1.969 24,14 2.414.000,00
2. Arun Janatin SHM 1.321 1.861,70 186.170.000,00
3. Giono Tidak diketahui 484 483,63 48.363.000,00
4. Kasini Tidak diketahui 1.853,23 185.323.000,00
5. Sunaji Tidak diketahui - 13.930,02 1.393.002.000,00
6. Sukaini Tidak diketahui 1.275 546,83 54.683.000,00
7. Darwanto SHM 1.104 1.660,03 166.003.000,00
8. Suwito Rateni SHM 805 1.682,19 168.219.000,00
Total 2.204.177.000,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Sedangkan untuk harga tanah untuk fungsi spoil area, tapak bangunan, dan bangunan pelengkap di
Dusun Sapen, sebagaimana dalam Tabel Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk
Fungsi Spoil Area, Tapak Bendungan, dan Bangunan Pelengkap terdapat 36 (tiga puluh enam) hak
kepemilikan tanah oleh masyarakat. Berdasarkan harga pasar tanah di Dusun Sapen adalah
Rp.100.000,00 (searatus ribu rupiah). Maka perkiraan harga tanah untuk fungsi spoil area, tapak
bangunan, dan bangunan pelengkap di Dusun Sapen adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 34 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Spoil Area, Tapak Bangunan dan Bangunan
Pelengkap di Dusun Sapen Berdasarkan Harga Pasar
Tanah (m2)
Status/Jenis Perkiraan Harga Tanah
No Nama Luas Luas
Hak (Rp)
Sertifikat Terdampak
1. Ahmad Parjo Tidak diketahui - 2.829,79 282.979.000,00
2. Ahmad Roji SHM 1.457 884,42 88.442.000,00
3. Alimin SHM 330 783,36 78.336.000,00
Tanah (m2)
Status/Jenis Perkiraan Harga Tanah
No Nama Luas Luas
Hak (Rp)
Sertifikat Terdampak
4. Asrokin / Sumaryati SHM 1.059 628,71 62.871.000,00
5. Asrokin / Sumaryati SHM 1.448 1.531,74 153.174.000,00
6. Budinarto Tidak diketahui 2.650 5.848,69 584.869.000,00
7. Buhadi / Ramini Tidak diketahui 5.070 378,74 37.874.000,00
8. Dewi Arini Tidak diketahui 2.328 2.914,41 291.441.000,00
9. Hartini / Tri Susanti SHM 1.244 1.979,36 197.936.000,00
10. Jasmini / Jaiman Tidak diketahui 5.543 3.983,99 398.399.000,00
11. Kartini SHM 1.187 1.472,54 147.254.000,00
12. Kastoni / Supranoto SHM 1.134 627,32 62.732.000,00
13. Lajemi Tidak diketahui - 634,60 63.460.000,00
14. Larasati / Narnomo Tidak diketahui 825 1.524,36 152.436.000,00
15. Mat Khoirudin SHM 1.003 898,11 89.811.000,00
16. Muhammad Akta Jual Beli 392 3.824,07
Khusnun 382.407.000,00
17. Muslimin Tidak diketahui 13.930 4.787,73 478.773.000,00
18. Ngadiran SHM 2.802 2.554,46 255.446.000,00
19. Punardi / Sutiono Tidak diketahui - 1.383,13 138.313.000,00
20. Punardi / Sutiono Tidak diketahui 780 1.930,41 193.041.000,00
21. Puntini SHM 985 2.131,00 213.100.000,00
22. Sajem SHM 1.304 831,53 83.153.000,00
23. Sardi Tidak diketahui 370 716,12 71.612.000,00
24. Sarino / Siti Fatimah Akta Jual Beli 324 1.443,10 144.310.000,00
25. Sarino / Siti Fatimah Bukti Warisan 275 922,39 92.239.000,00
26. Sriyati Tidak diketahui 2.000 2.187,14 218.714.000,00
27. Sugiyati - Asro SHM 993 824,31 82.431.000,00
28. Sujadi Tidak diketahui - 2.804,06 280.406.000,00
29. Sujono Tidak diketahui - 876,42 87.642.000,00
30. Sulin / Narko SHM 1.307 1.078,56 107.856.000,00
31. Sulin / Narko SHM 2.299 3.096,39 309.639.000,00
32. Supardi Tidak diketahui 781 2.534,07 253.407.000,00
33. Suryah SHM 1.299 2.195,84 219.584.000,00
34. Susilo Hananto SHM 915 1.256,91 125.691.000,00
35. Tasmin SHM 3.808 1.453,39 145.339.000,00
36. Winarto SHM 544 806,16 80.616.000,00
Total 6.655.733.000,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
3) Perkiraan Harga Tanah Untuk Fungsi Borrow Area di Desa Candirejo dan Desa Penawangan
Berdasarkan Harga Pasar
Sebagaimana dalam Tabel Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Borrow Area
yang terletak di Desa Candirejo. Bahwa terdapat 24 (dua puluh empat) kepemilikan hak atas tanah
yang digunakan untuk fungsi Borrow Area di Desa Candirejo. Berdasarkan harga pasar tanah di
Desa Candirejo adalah Rp.200.000,00 (dua ratus ribu rupiah). Maka perkiraan harga tanah untuk
fungsi borrow area di Desa Candirejo adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 35 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Borrow Area di Desa Candirejo Berdasarkan
Harga Pasar
Tanah (m2) Perkiraan Harga
No. Nama
Jumlah Bidang Luas Tanah
1. Hardi 1 1.283,84 256.768.000,00
2. Haryanto 1 3.472,37 694.474.000,00
3. Imam Suparman 1 2.613,95 522.790.000,00
4. Jarwoto 1 373,36 74.672.000,00
5. Kamerin / Rohayati 1 2.197,74 439.548.000,00
6. Karnoto 1 1.515,69 303.138.000,00
7. Kaseran 1 1.063,32 212.664.000,00
8. Muhlisun Sugiarti 1 3.976,24 795.248.000,00
9. Munadi 1 1.083,03 216.606.000,00
10. Ngatiman 2 3.308,05 661.610.000,00
11. Ngatinem 1 687,96 137.592.000,00
12. Pujiarto 1 983,17 196.634.000,00
13. Sabar Wartono 1 566,2 113.240.000,00
14. Sabar/Tukiman 1 1.111,29 222.258.000,00
15. Slamet/Wasimin 1 620,78 124.156.000,00
16. Sukardi 1 366,84 73.368.000,00
17. Sukimin 1 2.011,58 402.316.000,00
18. Suparmin 1 2.188,01 437.602.000,00
19. Supratman (Sambeng) 1 639,82 127.964.000,00
20. Suryono 1 9.670,81 1.934.162.000,00
21. Tidak diketahui 1 1.138,48 227.696.000,00
22. Toyo 2 818,46 163.692.000,00
23. Tuminah 1 2.510,50 502.100.000,00
24. Yusman 1 1.054,57 210.914.000,00
Total 9.051.212.000,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Selanjutnya sebagaimana dalam Tabel Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi
Borrow Area yang terletak di Desa Penawangan. Terdapat 288 (dua ratus delapan puluh delapan)
hak kepemilikan atas tanah masyarakat yang digunakan untuk fungsi Borrow Area di Desa
Penawangan. Berdasarkan harga pasar tanah di Desa Penawangan adalah Rp.200.000,00/m2 (tiga
puluh enam ribu rupiah). Maka perkiraan harga tanah untuk fungsi borrow area di Desa Penawangan
adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 36 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Borrow Area di Desa Penawangan
Berdasarkan Harga Pasar
4) Perkiraan Harga Tanah Untuk Fungsi Jalan Akses di Desa Jatirunggo Berdasarkan Harga Pasar
Sebagaimana dalam Tabel Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah untuk Fungsi Jalan Akses.
Bahwa terdapat 58 (lima puluh delapan) hak kepemilikan atas tanah masyarakat Desa Jatirunggo
yang digunakan untuk fungsi jalan akses dalam rencana pembangunan Bendungan Jragung.
Berdasarkan harga pasar tanah di Desa Jatirunggo adalah Rp.200.000,00 (dua ratus ribu rupiah).
Maka perkiraan harga tanah di Desa Jatirunggo untuk fungsi jalan akses adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 37 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Jalan Akses di Desa Jatirunggo Berdasarkan
Harga Pasar
Tanah (m2)
Status / Jenis Perkiraan Harga
No Nama Luas Luas
Hak Tanah (Rp)
Sertifikat Terdampak
1. Ahwadi SHM 1.674 79,48 15.896.000,00
2. Asmawi SHM 500 53,39 10.678.000,00
3. Aspuriyah SHM 1.746 237,18 47.436.000,00
4. Bukari Tidak diketahui 2.500 106,72 21.344.000,00
5. Gunanto Tidak diketahui 3.970 102,58 20.516.000,00
6. H. Badiah / Ulfa Masturoh SHM 1.262 255,26 51.052.000,00
7. H. Suyatman Idris SHM 3.249 653,83 130.766.000,00
8. Imam Supi'i SHM 930 229,23 45.846.000,00
9. Isbun Tidak diketahui - 190,06 38.012.000,00
10. Jariyah / Rohmat Tidak diketahui 1.238 142,3 28.460.000,00
11. Joko Susilo (Rumah 2) SHM 220 47,38 9.476.000,00
12. Joko Susilo / Nuryati (Rumah 1) SHM 303 14,77 2.954.000,00
13. Karli Tidak diketahui - 116,37 23.274.000,00
14. Kas Desa - Masykur Kas Desa - 100,26 20.052.000,00
15. Kasdi Tidak diketahui 581 61,01 12.202.000,00
16. Kasiyan 69,7 13.940.000,00
Tidak diketahui 358
17. Kasiyan 62,29 12.458.000,00
18. Kusnah / Sutimin SHM 434 63,67 12.734.000,00
19. Kusnin Tidak diketahui 588 2,22 444.000,00
20. Kusrin Tidak diketahui 538 57,66 11.532.000,00
21. Mahmudi / Tuminah SHM 2.102 144,36 28.872.000,00
22. Marmin / Muhlisin SHM 950 156,51 31.302.000,00
23. Mugiyono Tidak diketahui 1.734 41,31 8.262.000,00
24. Muhlisin SHM 571 171 34.200.000,00
25. Nahrowi / Yusuf SHM 600 65,43 13.086.000,00
26. Narwati Tidak diketahui 686 36,95 7.390.000,00
27. Nasokah Tidak diketahui - 94,3 18.860.000,00
28. Ngatiman (alm) / Marsono Tidak diketahui 6.878 348,99 69.798.000,00
Tanah (m2)
Status / Jenis Perkiraan Harga
No Nama Luas Luas
Hak Tanah (Rp)
Sertifikat Terdampak
29. Nur Kholis 82,9 16.580.000,00
SHM 1.350
30. Nur Kholis 72,24 14.448.000,00
31. Robi'i 32,6 6.520.000,00
SHM 3.490
32. Robi'i 261,91 52.382.000,00
33. Rohman SHM 2.863 263,13 52.626.000,00
34. Samidi Tidak diketahui 248 34,35 6.870.000,00
35. Sitin / Kipyati SHM 491 148,81 29.762.000,00
36. Sri Mulyati Tidak diketahui 600 39,62 7.924.000,00
37. Sudarsih SHM 2.150 24,59 4.918.000,00
38. Sukeni SHM 1.762 143,53 28.706.000,00
39. Sulimin SHM 136,57 27.314.000,00
1.543
40. Sulimin SHM 113,63 22.726.000,00
41. Sumidi / Martinus Petok D 960 90,09 18.018.000,00
42. Sumiin Tidak diketahui 1.450 175,38 35.076.000,00
43. Sunarno 134,77 26.954.000,00
SHM 824
44. Sunarno 82,54 16.508.000,00
45. Suparno Tidak diketahui 252 121,72 24.344.000,00
46. Suradi SHM 2.143 76,7 15.340.000,00
47. Surmin 63,27 12.654.000,00
48. Surmin Tidak diketahui 250 20,69 4.138.000,00
49. Surmin 16,9 3.380.000,00
50. Suroso Tidak diketahui 322 34,78 6.956.000,00
51. Suroto Tidak diketahui 606 60,44 12.088.000,00
52. Sutarji SHM 2.143 101,25 20.250.000,00
53. Suwardi SHM 425 85,29 17.058.000,00
54. Suyadi SHM 529 25,66 5.132.000,00
55. Turoso SHM 4.662 159,55 31.910.000,00
56. Wagiyem / Supandi Tidak diketahui 1.500 150,54 30.108.000,00
57. Wittakim SHM 292 99,03 19.806.000,00
58. Zainal Tidak diketahui - 32,76 6.552.000,00
Total 1.317.890.000,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
5) Perkiraan Harga Tanah Untuk Jalan Material di Desa Penawangan dan Desa Candirejo Berdasarkan
Harga Pasar
Kebutuhan tanah milik masyarakat yang difungsikan sebagai jalan material dalam pembangunan
Bendungan Jragung yang terletak di Desa Penawangan dan Desa Candirejo. Sebagaimana dalam
Tabel Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Jalan Material yang Terletak di
Desa Penawangan, yang terdapat 42 (empat puluh dua) hak kepemilikan atas tanah masyarakat.
Berdasarkan harga pasar tanah di Desa Penawangan adalah Rp.200.000,00 (dua ratus ribu rupiah).
Maka perkiraan harga tanah di Desa Penawangan untuk fungsi jalan material adalah sebagai
berikut:
Tabel 7. 38 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Jalan Material di Desa Penawangan
Berdasarkan Harga Pasar
Tanah Luas
Terkena Perkiraan Harga
No. Nama Bidang Luas Total Rencana Tanah (Rp)
Tanah (m2) Jalan (m2)
1. Giyono 1 1.834,15 774,52 154.904.000,00
2. Jasmo 1 3.010,02 563,43 112.686.000,00
3. Jiyono 1 3.968,65 1.117,94 223.588.000,00
4. Jumain 1 1.075,91 527,13 105.426.000,00
5. Kamsiah 1 1.869,97 439,28 87.856.000,00
6. Kardi Kunting 1 15.590,26 2.679,71 535.942.000,00
7. Karjin 1 2.941,82 650,38 130.076.000,00
8. Karjin 1 3.419,45 679,22 135.844.000,00
9. Karmin 1 3.198,54 241,47 48.294.000,00
10. Kasman Bin Kasdi 1 5.318,33 1.221,27 244.254.000,00
11. Kusnah 1 2.439,44 140,97 28.194.000,00
12. Layem 1 2.343,19 887,18 177.436.000,00
13. Marwi Bin Marmin 1 1.304,71 258,08 51.616.000,00
14. Moro 1 3.178,82 422 84.400.000,00
15. Mudayah 1 4.284,54 773,01 154.602.000,00
16. Mujiono 1 6.131,76 1.271,22 254.244.000,00
17. Nadir 1 2.342,85 898,94 179.788.000,00
18. Narto 1 3.020,57 105,56 21.112.000,00
19. Ngadenan 1 10.298,41 1.770,56 354.112.000,00
20. Ngatiman 1 4.401,13 778,47 155.694.000,00
21. Padimin 1 2.508,94 63,21 12.642.000,00
22. Paimin 1 2.622,60 654,91 130.982.000,00
23. Pardiyono 1 2.804,67 1.012,44 202.488.000,00
24. Sadimin 1 7.518,27 107,19 21.438.000,00
25. Sagi 1 9.008,46 867,79 173.558.000,00
26. Saifan Bin Marni 1 4.332,33 943 188.600.000,00
27. Sakimo 1 1.645,51 178 35.600.000,00
28. Sapi'i 1 5.025,60 1.177,34 235.468.000,00
29. Sarmin 2 3.425,38 506,37 101.274.000,00
Tanah Luas
Terkena Perkiraan Harga
No. Nama Bidang Luas Total Rencana Tanah (Rp)
Tanah (m2) Jalan (m2)
30. Sojo 1 3.268,46 439,81 87.962.000,00
31. Suliman Bin Murni 1 2.884,61 15,37 3.074.000,00
32. Sumarto 1 6.927,37 609,92 121.984.000,00
33. Sumidi 2 6.321,28 412,62 82.524.000,00
34. Sumini 1 7.211,02 114,91 22.982.000,00
35. Tarmi Bin Anisah 1 7.746,76 1.064,08 212.816.000,00
36. Tarso 1 2.331,50 201,91 40.382.000,00
37. Taslimun 1 2.850,12 18,5 3.700.000,00
38. Tiyono 1 4.878,80 248,95 49.790.000,00
39. Tutik Haryati 1 2.646,89 215,6 43.120.000,00
40. Umi 1 1.191,21 56,17 11.234.000,00
41. Wasimin 1 1.824,29 515,26 103.052.000,00
42. Wuryadi 1 4.937,49 62,03 12.406.000,00
Total 5.137.144.000,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Sedangkan kebutuhan jalan material yang berada di Desa Candirejo, sebagaimana dalam Tabel
Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah Untuk Fungsi Jalan Material yang Terletak di Desa
Candirejo. Terdapat 4 (empat) kepemilikan hak atas tanah. Berdasarkan harga pasar tanah di Desa
Candirejo adalah Rp.200.000,00 (dua ratus ribu rupiah). Maka perkiraan harga tanah untuk jalan
material yang terletak di Desa Candirejo adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 39 Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Jalan Material di Desa Candirejo
Berdasarkan Harga Pasar
Tanah Luas
Terkena Perkiraan Harga
No Nama Jumlah Luas Lahan Rencana Tanah (Rp)
Bidang (m2) Jalan (m2)
1 Kamerin / Rohayati 1 4.059,40 214,09 42.818.000,00
2 Kaseran 1 2.029,74 370,88 74.176.000,00
3 Munadi 1 2.226,26 345,63 69.126.000,00
4 Yusman 1 2.010,66 444,3 88.860.000,00
Total 274.980.000,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Sebagaimana dalam Tabel Ganti Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah yang Menggunakan Tanah
Kas Desa Untuk Fungsi Borrow Area yang Terletak di Desa Penawangan. Berdasarkan harga pasar
tanah di Desa Penawangan adalah Rp.200.000,00 (dua ratus ribu rupiah). Maka perkiraan harga
tanah kas desa untuk fungsi borrow area di Desa Penawangan adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 40 Perkiraan Harga Tanah Kas Desa Untuk Fungsi Borrow Area yang Terletak di
Desa Penawangan Berdasarkan Harga Pasar
Luas
Warga yang Jumlah Perkiraan Harga Tanah
No. Terdampak
Memanfaatkan Bidang (Rp)
(m2)
1. Anang Panoto 2 3.620,70 724.140.000,00
2. Andy setiawan 1 2.116,33 423.266.000,00
3. Bambang Nurholib 1 1.812,03 362.406.000,00
4. Budi Utomo 1 3.381,20 676.240.000,00
5. Hatok Riyadi 1 3.279,60 655.920.000,00
6. Kebayan II 1 9.357,24 1.871.448.000,00
7. MH, Aripin 1 1.670,37 334.074.000,00
8. Modin Punden 1 2.663,72 532.744.000,00
9. Mudin Muhdlori 1 1.747,54 349.508.000,00
10. Muhdlori 1 12.660,52 2.532.104.000,00
11. Sudarto 1 1.962,53 392.506.000,00
12. Sulistiyo 2 20.898,01 4.179.602.000,00
13. Warsito 1 3.593,36 718.672.000,00
Total 13.752.630.000,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Selanjutnya kebutuhan tanah yang digunakan untuk jalan akses yang merupakan tanah kas Desa
Jatirunggo, harga pasar tanah di Desa Jatirunggo adalah Rp.200.000,00 (dua ratus ribu rupiah).
Sebagaimana dalam tabel Gati Kerugian Atas Objek Pengadaan Tanah yang menggunakan Tanah
Kas Desa Untuk Fungsi Jalan Akses yang terletak di Desa Jatirunggo. Maka perkiraan harga tanah
kas desa di Desa Jatirunggo untuk fungsi jalan akses adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 41 Perkiraan Harga Tanah Kas Desa Untuk Fungsi Borrow Area yang Terletak di
Desa Jatirunggo
Luas
Warga yang Jumlah Perkiraan Harga Tanah
No. Terdampak
Memanfaatkan Bidang (Rp)
(m2)
1. Kas Desa Jatirunggo 2 100,26 20.052.000,00
Total 20.052.000,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
7) Perkiraan Harga Tanah Untuk Tanah Pengganti Tapak Menera SUTET PLN
Sebagaimana dalam perencanaan pembangunan Bendungan Jragung, bahwa selain pemenuhan
untuk penyediaan lahan bagi rencana pembangunan Bendungan Jragung, juga menyediakan tanah
untuk mengganti tanah milik PLN yang digunakan untuk tapak menera SUTET. Kebutuhan tanah
untuk mengganti tanah milik PLN yang digunakan untuk tapak menara SUTET adalah seluas 0,81
Ha. Perkiraan harga tanah untuk memenuhi kebutuhan tanah pengganti tersebut s diuraikan dalam
tabel berikut:
Tabel 7. 42 Perkiraan Harga Tanah sebagai Tanah Pengganti Bangunan SUTET Milik PLN
Luas Tanah Perkiraan Harga
Rencana
(Ha) Tanah
Rencana Pemindahan 12 Tapak Tower SUTET PLN (B) 0.03 60.000.000,00
Rencana Pemindahan Jaringan Kabel Tower SUTET PLN (C) 0.78 1.560.000.000,00
Grand Total 0.81 1.620.000.000,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Pada area genangan dan green belt Dusun Kedungglatik berdasarkan hasil pendataan awal terdapat dua
bentuk kepemilikan rumah tinggal yaitu bangunan yang berdiri di atas tanah yang memiliki hak atas tanah,
dan bangunan rumah tinggal yang berdiri di atas tanah yang tidak memiliki hak atas tanah. Dari kedua
bentuk kepemilikan rumah tinggal di Dusun Kedungglatik yang diperuntukan untuk area genangan dn an
green belt diuraikan sebagai berikut:
A. Perkiraan Harga Atas Rumah Hunian Dengan Hak Kepemilikan di Area Genangan dan Green
Belt Dusun Kedungglatik
Perkiraan harga atas rumah dengan hak kepemilikan yang digunakan untuk fungsi area genangan
dan green belt yang terletak di Dusun Kedungglatik apabila dihitung berasarkan harga per meter
persegi adalah Rp.600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 7. 43 Perkiraan Harga Atas Rumah Hunian dengan Hak Milik di Area Genangan dan
Green Belt Dusun Kedungglatik
Luas Perkiraan Harga
NO RT Nama
Bangunan Bangunan Rumah
1. 001 Herman 105 63.000.000,00
2. 001 Sugiono 132 79.200.000,00
3. 001 Taswanto 325 195.000.000,00
4. 001 Sutrisno 77 46.200.000,00
5. 001 Sukiswanto 104 62.400.000,00
6. 001 Supratno 180 108.000.000,00
7. 001 Sarmidi/Wartini 115 69.000.000,00
8. 001 Turmudi 150 90.000.000,00
9. 001 Sunarti 72 43.200.000,00
B. Perkiraan Harga Atas Rumah Hunian Tanpa Hak Kepemilikan di Area Genangan dan Green
Belt Dusun Kedungglatik
Bangunan hunian rumah tinggal yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di Dusun Kedungglatik tidak
seluruhnya mempunyai hak atas tanah terhadap bangunan berdiri diatasnya. Dari hasil pendataan
awal diperoleh bangunan yang tidak mempunyai hak atas tanah adalah sebagai berikut:
Tabel 7. 44 Perkiraan Harga Rumah Hunian Tanpa Hak Milik Atas Tanah di Area Genangan
dan Green Belt Dusun Kedungglatik
Luas Perkiraan Harga
NO RT Nama
Bangunan Bangunan Rumah
1. 001 Tulus/Dani 78 46.800.000,00
2. 001 Sugiman 195 117.000.000,00
3. 001 Ma'sum 143 85.800.000,00
4. 001 Akhir Basuki 91 54.600.000,00
5. 001 Surmini 95 57.000.000,00
6. 001 Rumiasih 72 43.200.000,00
7. 001 Budiono/Tini 144 86.400.000,00
8. 001 Marni 72 43.200.000,00
9. 001 Maeroah 99 59.400.000,00
10. 001 Kastini 50 30.000.000,00
11. 001 Yanto 78 46.800.000,00
12. 002 Sanusi 340 204.000.000,00
13. 002 Amin Sanusi 72 43.200.000,00
14. 002 Budi Purwono 102 61.200.000,00
15. 002 Supriyatin 56 33.600.000,00
16. 002 Ngatiyem 78 46.800.000,00
17. 002 Sakiyem 14 8.400.000,00
18. 002 Martono 21 12.600.000,00
19. 002 Sugiyanto 0 0,00
20. 002 Anang Setiyanto 80 48.000.000,00
21. 003 Sanuryadi 72 43.200.000,00
22. 003 Deni Hartini 78 46.800.000,00
23. 003 Painem 70 42.000.000,00
24. 003 Sumini 50 30.000.000,00
25. 003 Sudarsono 62 37.200.000,00
26. 003 Sumarni 160 96.000.000,00
27. 003 Efendi 88 52.800.000,00
28. 003 Abidin/Musarofah 110 66.000.000,00
29. 003 Anim Mustika/Heri Setiawan 42 25.200.000,00
30. 003 Partimah 111 66.600.000,00
31. 003 Kasihanto 98 58.800.000,00
32. 003 Sainem 123 73.800.000,00
33. 003 Maryono 80 48.000.000,00
Total 1.814.400.000,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
A. Total Keseluruhan Atas Perkiraan Harga Tanah Berdasarkan NJOP dan Harga Pasar
Berdasarkan perhitungan perkiraan harga tanah yang berdasarkan NJOP dan harga pasar untuk
penyediaan tanah untuk rencana pembangunan Bendungan Jragung diatas. Maka dapat
disimpulkan bahwa perkiraan harga tanah untuk rencana pembangunan Bendungan Jragung yang
dihitung berdasarkan NJOP dan harga pasar, dapat diuraikan sebagaimana dalam Tabel berikut:
Tabel 7. 45 Total Keseluruhan Atas Perkiraan Harga Tanah Masyarakat Berdasarkan NJOP
dan Harga Pasar untuk Rencana Pembangunan Bendungan Jragung
Total Perkiraan
Total Perkiraan
Harga Tanah
No. Total Perkiraan Harga Tanah Harga Tanah
Berdasarkan Harga
Berdasarkan NJOP
Pasar
1. Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Daerah 776.048.000,00 3.880.240.000,00
Genangan dan Green Belt di Dusun Kedungglatik
2. Perkiraan Harga Tanah Untuk Fungsi Spoil Area, 440.835.600,00 2.204.177.000,00
Tapak Bangunan dan Bangunan Pelengkap di
Dusun Borangan
3. Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Spoil Area, 1.331.146.600,00 6.655.733.000,00
Tapak Bangunan dan Bangunan Pelengkap di
Dusun Sapen
4. Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Borrow Area 1.221.913.620,00 9.051.212.000,00
di Desa Candirejo
5. Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Borrow Area 12.613.587.120,00 70.075.484.000,00
di Desa Penawangan
6. Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Jalan Akses 237.220.200,00 1.317.890.000,00
di Desa Jatirunggo
7. Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Jalan 924.685.920,00 5.137.144.000,00
Material di Desa Penawangan
8. Perkiraan Harga Tanah untuk Fungsi Jalan 37.122.300,00 274.980.000,00
Material di Desa Candirejo
9. Perkiraan Harga Tanah Kas Desa Untuk Fungsi 2.475.473.400,00 13.752.630.000,00
Borrow Area yang Terletak di Desa Penawangan
10. Perkiraan Harga Tanah Kas Desa Untuk Fungsi 3.609.360,00 20.052.000,00
Borrow Area yang Terletak di Desa Jatirunggo
11. Perkiraan Harga Tanah sebagai Tanah Pengganti 291.600.000,00 1.620.000.000,00
Bangunan SUTET Milik PLN
Total 20.353.242.120,00 113.989.542.000,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Tabel 7. 46 Total Keseluruhan Atas Perkiraan Harga Bangunan Rumah Hunian Untuk Rencana
Pembangunan Bendungan Jragung
No. Total Perkiraan Harga Bangunan Rumah Hunian Total Perkiraan Harga
Bangunan Rumah
Hunian
1. Total Perkiraan Harga Atas Rumah Hunian dengan Hak Milik di Area 4,520,400,000.00
Genangan dan Green Belt Dusun Kedungglatik
2. Perkiraan Harga Rumah Hunian Tanpa Hak Milik Atas Tanah di Area 1,814,400,000.00
Genangan dan Green Belt Dusun Kedungglatik
3. Perkiraan Harga 1 (satu) Rumah Hunian Tanpa Hak Milik Atas Tanah 31.200.000,00
di Area Genangan dan Green Belt Dusun Kedungglatik
Total 6.336.000.000,00
Sumber: Analisa LARAP Bendungan Jragung, 2018
Peta 7. 2a Peta Objek Pengadaan Tanah pada Spoil Area - Dusun Sapen
7.2b Peta Objek Pengadaan Tanah pada Spoil Area - Dusun Borangan
7.3b Peta Objek Pengadaan Tanah pada Borrow Area Desa Penawangan – 2
7.3c Peta Objek Pengadaan Tanah pada Borrow Area Desa Penawangan – 3
7.3d Peta Objek Pengadaan Tanah pada Borrow Area Desa Penawangan – 4
Peta 7. 5 Peta Objek Pengadaan Tanah pada Jalan Akses Desa Jatirunggo
7.5b Peta Objek Pengadaan Tanah pada Jalan Akses Desa Jatirunggo - Potongan Lahan Warga
7.6b Peta Objek Pengadaan Tanah pada Jalan Material Penawangan - Potongan Lahan Warga
BAB 8
PELAKSANAAN PERMUKIMAN KEMBALI
Bab ini menjelaskan tahapan setelah disepakatinya proses yang dijalani pada bab sebelumnya
yaitu proses pengadaan tanah bagi kepentingan umum beserta dengan kesepakatan kompensasi,
provisi atau ganti rugi. Kurang lebih menjelaskan teknis pemindahan masyarakat yang terkena
pembangunan Bendungan Jragung
Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM) telah terlaksana sebanyak dua (2) kali dan data yang diperoleh
sangat berbeda pada masing-masing pelaksanaan PKM.
Pada tahap pelaksanaan PKM pertama adalah aspirasi warga untuk pemindahan permukiman beserta
unit rumah yang terdapat di Dusun Kedungglatik, dengan luas lahan pada area permukiman Dusun
Kedungglatik yang memiliki luas 2,79 hektar. Pemindahan permukiman ini pun warga memberikan 3
alternatif lokasi yang dapat dijadikan lokasi sebagai Resettlement area. Dari 3 alternatif maka dilakukan
analisa menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) yang mengeluarkan hasil penilaian tertinggi pada
lokasi Dusun Pondok Sempu Desa Candirejo dengan nilai priority vector 0.56.
Tanah yang berlokasi di Pondok Sempu adalah milik warga yang bernama Heriyanto yang
memiliki 4 petak lahan seluas 7.16 hektar. Lokasi ini sangat pas jika mengaplikasikan secara langsung
terhadap aspirasi warga pada saat PKM pertama dengan rincian lahan seluas 7,16 hektar ini akan
menampung sejumlah 86 unit rumah, dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas (PSU) seperti
prasanana jalan lingkungan, sarana beribadah (masjid), makam, lapangan voli, serta lokasi pindah bagi
kandang ternak. Dalam kawasan ini tentunya akan dialiri jaringan listrik PLN dan air bersih dari sumur bor.
Serta penataan lokasi yang mengakomodir dari pendapat dan aspirasi warga Kedungglatik yang
mengharapkan pemindahan permukiman dengan cara mengikutsertakan setiap unit hunian, fasilitas
masjid, makam, dan juga kandang ternaknya. Sehingga dalam PKM pertama ini mengasilkan dua
alternatif yang menjadi acuan terhadap penyelenggaraan resettlement area yaitu mengikuti aspirasi warga
dan standarisasi prosedur resettlement.
A. Alternatif Pertama
Pada aspirasi warga yaitu alternatif pertama Pembagian unit direncanakan masih sama dengan kondisi di
Dusun Kedungglatik, yakni terbagi menjadi 3 (tiga) rukun tetangga. Dari segi fisik tiap-tiap unit rumah tidak
akan berganti tipe dan luasan. Namun untuk alasan safety dan efektifitas, pondasi rumah akan
diseragamkan menggunakan pondasi umpak dengan tinggi 40 cm untuk menopang balok inti dari pondasi
rumah. Berikut merupakan tabel pembagian luasan per zonasi atau guna lahan pada rencana lokasi
resettlement alternatif pertama.
Infrastruktur yang direncanakan pada kawasan permukiman ini meliputi ruas jalan lingkungan
dengan total panjang 934 meter dan lebar 4 meter serta drainase tertutup yang diarahkan ke aliran sungai
yang berada di kawasan permukiman. Dalam lokasi permukiman ini belum terdapat sistem jaringan air
bersih seperti PDAM maupun SPAM, namun telah tersedia sumur dari pemilik lahan yang dapat di
fungsikan sebagai sumber air bersih. Jaringan air bersih dapat disalurkan dengan sistem tangki terpusat
atau headtank, sistem ini dapat diaplikasikan karena wilayah rencana resettlement memiliki kontur yang
mendukung aliran air. Tangki air dari sumber air direncanakan terbagi menjadi tiga lokasi titik tampung,
hal ini dilakukan agar memperlancar aliran air pada masing-masing RT. Namun kuantitas sumur sebagai
sumber air bersih yang hanya satu buah untuk memenuhi pasokan kebutuhan satu lokasi dirasa masih
kurang, sehingga penambahan sumber air dari jaringan lain diperlukan.
Terdapat satu titik area pada lokasi permukiman ini yang menyediakan fasilitas ibadah dan
olahraga yaitu bangunan Masjid dan 1 (satu) lapangan voli dilengkapi jogging track. Untuk rencana
kandang yang ikut dipindah direncanakan menjadi satu kawasan tersendiri dengan luas 533 m² atau 0,05
hektar dengan berisikan 37 kandang ternak. Sarana makam direncanakan memiliki luas 910 m² atau 0,09
hektar, dan terdapat seluas 1.022 m² atau 0,10 hektar yang disediakan untuk taman bermain anak.
Sementara itu, bagi kepala keluarga yang juga memiliki asset selain rumah, telah disediakan pula pada
lokasi ini tanah pengganti. Lokasi tanah pengganti ini terletak terpisah menjadi tiga lokasi, namun lokasi
tersebut masih berada di sekitar permukiman. Jumlah petak tanah pengganti ini 29 (dua puluh sembilan)
petak tanah dan 1 (satu) petak tanah untuk Ibu Kasini dengan luas yang sama dengan luas yang warga
miliki sebelumnya. Luas total tanah pengganti ini adalah 43.852 m² atau 4,38 hektar.
Alternatif pertama ini juga menyediakan opsi bagi warga yang tidak memiliki hak atas tanah. Opsi
yang disediakan diantaranya adalah program santunan yang dikoordinir pemerintah nantinya. Sehingga
harapan kedepannya santunan tersebut dapat dirupakan tanah dengan menyesuaikan besaran santunan.
Besaran santunan akan ditentukan oleh pemerintah sebagai stakeholder yang memiliki wewenang atas
terlaksananya pembangunan Bendungan Jragung.
B. Alternatif Kedua
Alternatif kedua untuk permukiman kembali (resettlement) mengikuti standar yang ada yakni membagi
kategori hunian dengan 3 tipe unit hunian. Ketiga tipe ini diantaranya yaitu tipe rumah dengan luas 200
m², tipe rumah seluas 100 m², dan juga tipe rumah seluas 50 m². Tipe-tipe ini akan dibagikan kepada
warga berdasarkan konversi nilai tanah dan luasan yang dimiliki pada rumah sebelumnya di Dusun
Kedungglatik. Berikut merupakan tabel pembagian zona dan guna lahan bagi lokasi rencana alternatif
kedua.
Lokasi permukiman dan sarana prasarana yang direncanakan pada kawasan lokasi alternatif
kedua berbeda dengan alternatif pertama. Lokasi dari alternatif kedua berada di sisi timur dari lahan
alokasi alternatif pertama. Lahan pada alternatif kedua memiliki kontur yang cenderung lebih datar
dibanding dengan alternatif pertama. Luasan untuk permukiman secara garis besar tidak lebih luas
dengan alternatif pertama. Hal tersebut dikarenakan adanya justifikasi nilai atau harga tanah yang
berbeda antara lokasi di Dusun Kedungglatik dengan lokasi yang menjadi lokasi resettlement. Perbedaan
justifikasi nilai atau harga tanah tersebut menyebabkan penyusutan luas tanah yang dimiliki oleh warga.
Menurut hasil survey, nilai asumsi penyusutan terhitung sampai dengan 0,37% dengan harga tanah
pasaran pada lokasi tujuan resettlement.
Masyarakat Dusun Kedungglatik yang memiliki hak atas tanah namun dengan luasan minimum
berhak mendapatkan jenis kompensasi tanah disesuaikan dengan hasil konversi. Selain mendapatkan
kompensasi dari tanah yang dimiliki, warga yang memiliki hak atas tanah dengan luas di bawah 70 m²
direncanakan mendapatkan tambahan santunan sesuai dengan luasan tanah dan dapat menempati
rumah dengan type 50 m². Unit rumah alternatif kedua ini direncanakan berjumlah total 86 unit. Sejumlah
rumah ini telah diasumsikan pembagiannya berdasarkan luasan yang dimiliki oleh warga Kedungglatik
sebelumnya, yaitu sejumlah sebanyak 23 unit rumah type 200 m², 10 unit rumah type 100 m², dan 19 unit
rumah type 50 m² yang dibagikan pada warga Dusun Kedungglatik dengan kepemilikan hak atas tanah.
Lokasi lahan akan juga direncanakan berdekatan dengan tanah pengganti milik warga
Kedungglatik yang masih memiliki sisa luas tanah yang cukup luas. Terdapat sejumlah 18 (delapan belas)
buah petak dan 1 (satu) petak lahan pengganti untuk Ibu Kasini, hal ini diputuskan berdasar pertimbangan
bahwa warga yang sisa tanahnya kurang dari 70 m² akan diganti dengan uang dan warga yang tanahnya
masih tersisa lebih dari 70 m² akan diganti dengan tanah pengganti, sementara luas dari tanah pengganti
akan mengikuti besaran nilai harga tanah. Fasilitas-fasilitas seperti lapangan voli, makam, kandang
ternak, taman, serta gedung serbaguna. Sarana peribadatan (masjid) berada pada sisi dekat permukiman
warga yang berada di sebelah timur. Dari segi infrastruktur pada alternatif kedua akan dibangunkan
prasarana berupa jalan dengan kelas jalan lingkungan, dengan panjang 810 meter dan lebar 4 meter.
Material yang direncanakan menggunakan semenisasi serta drainase tertutup. Untuk jaringan air bersih
direncanakan menggunakan menggunakan sistem headtank seperti pada alternatif yang pertama. Berikut
merupakan siteplan, overview lokasi alternatif kedua.
PKM kedua warga Kedungglatik merubah pandangan dengan memberikan saran lain atas konsep
pemindahan permukiman yaitu meminta permukiman kembali/relokasi. Jika relokasi menjadi pilihan bagi
warga Kedungglatik maka system penggantian akan lebih mudah yaitu permukiman kembali yang
tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Permukiman kembali dapat
dilaksanakan bagi warga pemilik hak atas tanah dan ada perlakuan khusus bagi warga yang tidak
memiliki ha katas tanah yang membuat system penggantian berbeda yaitu sistem penggantian dalam
bentuk lain yang disepakati. Namun warga Kedungglatik masih berpikiran untuk mengambil kembali sisa
material bekas pembongkaran rumah-rumah warga dan meminta untuk luasan tanah yang akan diganti
harus sama dengan luas yang ada sebelumnya.
Berdasarkan 3 pemilihan alternatif lokasi yang diusulkan warga telah ditetapkan berdasarkan Analytic
Hierarchy Process (AHP) dengan berbagai pertimbangan yang diantaranya:
Status Tanah
Kontur
Aksesbilitas
Keberadaan Fasilitas
Analisa yang dilaksanakan terkait dengan proses pemindah warga terkena dampak
pembangunan Bendungan Jragung didapatkan hasil kesimpulan bahwa tanah milik warga atas nama Pak
Herianto yang memenuhi kelayakan dan penilaian. Penilaian ini didasarkan atas perbandingan dengan
dua lahan lain yang menjadi usulan rekomendasi lokasi pemindahan. Tanah yang dimiliki oleh Pak
Herianto ini lebih baik dari dua lahan lainnya yang diusulkan oleh warga. Untuk lebih memenuhi kelayakan
sebagai lahan permukiman, sebelum proses pemindahan berlangsung akan dilakukan pula pematangan
lahan yang akan dibantu oleh pemerintah. Selain itu telah diusulkan pula siteplan permukiman kembali
sebagai acuan warga untuk mempermudah saat proses pembangunan.
Sebagian warga Kedungglatik meminta pemindahan permukiman pada lokasi yang telah mereka sepakati,
yaitu di Dusun Pondok Sempu Desa Candi Rejo. Dalam proses pemindahannya ada beberapa yang perlu
di perhatikan termasuk penyusutan luasan tanah yang akan diganti berdasarkan nilai tanah di kedua
lokasi. Penyusutan berdasarkan harga pasar yang telah disurvey menunjukan diangka Rp. 75.000 ke Rp.
200.000 (sebesar 0,37%) sehingga luas kepemilikan warga mengalami penyusutan yang lumayan jauh
dari luasan sebelumnya.
Bagian lain yang perlu diperhatikan adalah warga yang sebelumnya memiliki luasan tanah yang
sempit akan menjadi lebih sempit, sehingga diperlukannya santunan tambahan luasan kavling terhadap
warga yang memiliki hak tanah namum kurang dari 52 m² agar dapat membangun rumah seperti warga
yang lain di Type rumah kecil sesuai usulan desain dan Anggaran yang telah diusulkan.
Adapun usulan desain yang akan diberikan memiliki 2 type usulan desain beserta RAB
pembangunan rumah, yaitu type 48 dan type 36. Kemudian diklasifikasikan terhadap estimasi nilai ganti
rugi yang akan didapatkan agar pembagian dalam siteplan bisa ternecana berdasarkan kemampuan dari
hasil estimasi nilai ganti rugi yang diberikan.
Nilai ganti rugi akan ditambahkan nilai aset atas tanah, aset atas bangunan, dan aset atas tanam
tumbuh yang berdiri di lahan, serta biaya lain yang diperkirakan akan dikeluarkan. Sehingga dari kedua
usulan desain rumah akan diberikan desain siteplan petak kavling berdasarkan perhitungan nilai ganti rugi
dikurangi dengan RAB yang telah dihitungkan, warga masih memiliki sisa uang hasil ganti rugi. Maka bagi
warga yang mendapatkan nilai ganti rugi atas haknya mampu memiliki kavling dengan luas 90 m² dan
mampu membangun rumah type 48 sesuai nilai RAB yang telah dihitungkan serta masih memiliki sisa
maka type 90/48 m² lah yang tergambar di siteplan, begitupun bagi warga yang mampu memiliki kavling
dan membangun type rumah 52/36 m².
Adapun sisa hasil nilai ganti rugi dapat dirupakan uang ataupun tanah pengganti (kebun) dengan
luas sesuai nilai tanah pada lokasi penggantian yang menjadi pilihan bagi warga yang berhak. Dalam
konsep ini sisa penggantian akan diasumsikan jika sisa ganti rugi masih mampu mendapatkan tanah
dengan luas lebih dari 100 m² maka akan disediakan petak lahan sebagai tanah pengganti dengan
meyesuaikan luasannya. Namun jika sisa nilai ganti rugi kurang dari 100 m² maka akan diganti dengan
Uang Tunai. Sementara itu, rumah yang diusulkan berupa rumah permanen dengan dinding pasangan
batu bata dengan dimensi rumah Lebar 6 X 6 m² serta kavling lebar 6.5 X 8 m² seperti pada gambar
berikut ini.
Rumah yang diusulkan berupa rumah permanen dengan dinding pasangan batu bata dengan
dimensi rumah Lebar 6 X 8 m² serta kavling lebar 7.5 X 12 m². Dalam proses pembangunan dapat
digunakan dengan cara gotong royong atau menggunakan system layaknya arisan, sehingga dari 52
warga yang mendapatkan hak ganti rugi lebihdulu dapat membantu warga lain yang belum menerima
ganti rugi sehingga dapat mempercepat proses relokasi dan meringankan biaya pembangunan tanpa
harus melibatkan tukang. Pada tahap pembagian letak kavling akan diusulkan berdasarkan luasan dan
wilayah RT yang sebelumnya sudah terbentuk sejak bermukim di Kedungglatik sehingga dapat
memperbaiki tatanan massa bangunan agar lebih terlihat rapi dan bersih. Dari total 85 rumah yang berdiri
di Kedungglatik 33 diantaranya tidak memiliki ha katas tanah yang artinya rumah yang dimiliki berdiri
menumpang tanah milik Perhutani maupun tanah milik warga yang lainnya sehingga penilaian ganti rugi
yang dapat dihitung hanya aset rumah. Penyelesaian yang dapat dilakukan adalah dengan mengajukan
proposal program rumah khusus yang dapat dilakukan melalui pemerintahan provinsi Jawa Tengah
seperti yang tertuang pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 20 /PRT/M/2017 Tentang Penyediaan Rumah Khusus. Dari ke 33 rumah tersebut akan
diusulkan desain siteplan di lahan yang berbeda dengan 52 rumah lainnya agar tidak ada rasa
kecemburuan sosial namun lokasi yang ada jaraknya tidak begitu jauh dan desain rumah juga akan
diusulkan dengan type rumah 36.
Melihat dari hasil PKM yang telah dilakukan bahwa pendapat yang diinginkan warga dapat
dikategorikan system penggantian dengan Bentuk lain yang disepakati. Hal ini disebabkan adanya
perlakuan-perlakuan yang perlu disepakati terlebih dahulu kepada warga seperti yang tertera di Konsep
Resettlement berkaitan rumah yang masih menumpang tanah pemilik lain dan kecilnya luasan yang
terjadi setelah penyusutan, sehingga akan diasumsikan bagi pemilik yang luas tanah penggantinya lebih
kecil dari 52 m² akan diberikan santunan penambahan luasan agar mencapai hingga 52 m². Dari kedua
usulan desain telah dilampirkan pula RAB yang dapat menjadi acuan warga sebagai bahan pertimbangan
untuk pembangunan rumah masing-masing dengan kemampuan besaran nilai ganti yang telah dihitung
berdasarkan aset-aset yang dimiliki masing-masing warga.
A B C D E F G H I J K L M N O P
Sisa/kekurangan Sisa/kekurangan
Prosentase penyusutan Nilai Luas Total Rab
L. Rumah L. Tanah penggantian penggantian
Nilai Aset Rumah Tanah (Harga Pasar Tanah Luas Kavling (m²) Nilai Aset Tanah Total Nilai Aset Pembangunan Harga Kavling
Eksisting Eksisting (JIKA MEMILIH UANG) (JIKA MEMILIH TANAH)
No RT Nama Kedungglatik & Candi Rejo Pengganti Rumah KETERANGAN
KG = 75.000 Rekomendasi
Hasil Survey (D X Rp 778.654) Hasil Survey (F X G) (H X Rp 200.000) (E + J) (I X 200.000) (K - L - M) (N : Rp 200.000)
CR = 200.000 Standarisasi
1 1 HERMAN 105 81.758.670 108 0,375 40,50 60 8.100.000 89.858.670 72.172.000 12.000.000 5.686.670 28
2 1 SUGIONO 132 102.782.328 271 0,375 101,63 60 20.325.000 123.107.328 72.172.000 12.000.000 38.935.328 195
3 1 TULUS / DANI 78 60.735.012 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 60.735.012 72.172.000 - -
4 1 TASWANTO 325 253.062.550 2545 0,375 954,38 90 190.875.000 443.937.550 112.866.000 18.000.000 313.071.550 1.565
5 1 SUTRISNO 77 59.956.358 558 0,375 209,25 60 41.850.000 101.806.358 72.172.000 12.000.000 17.634.358 88
6 1 SUGIMAN 195 151.837.530 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 151.837.530 72.172.000 - -
7 1 SUKISWANTO 104 80.980.016 184 0,375 69,00 60 13.800.000 94.780.016 72.172.000 12.000.000 10.608.016 53
8 1 MA'SUM 143 111.347.522 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 111.347.522 72.172.000 - -
9 1 SUPRATNO 180 140.157.720 528 0,375 198,00 60 39.600.000 179.757.720 72.172.000 12.000.000 95.585.720 478
10 1 AKHIR BASUKI 91 70.857.514 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 70.857.514 72.172.000 - -
11 1 SURMINI 95 73.972.130 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 73.972.130 72.172.000 - -
12 1 SARMIDI / WARTINI 115 89.545.210 702 0,375 263,25 90 52.650.000 142.195.210 112.866.000 18.000.000 11.329.210 57
13 1 TURMUDI 150 116.408.773 162 0,375 60,75 60 12.150.000 128.558.773 72.172.000 12.000.000 44.386.773 222
14 1 RUMIASIH 72 56.063.088 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 56.063.088 72.172.000 - -
15 1 BUDIONO / TINI 144 112.126.176 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 112.126.176 72.172.000 - -
16 1 SUNARTI 72 56.063.088 575 0,375 215,63 60 43.125.000 99.188.088 72.172.000 12.000.000 15.016.088 75
17 1 MARKI 48 37.375.392 70 0,375 26,25 60 5.250.000 42.625.392 72.172.000 12.000.000 (41.546.608) (208) Nilai Aset ≤ RAB
18 1 MARNI 72 56.063.088 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 56.063.088 72.172.000 - -
19 1 RIYADI 170 132.371.180 192 0,375 72,00 60 14.400.000 146.771.180 72.172.000 12.000.000 62.599.180 313
20 1 MAEROAH 99 77.086.746 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 77.086.746 72.172.000 - -
21 1 KASTINI 50 38.932.700 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 38.932.700 72.172.000 - -
22 1 SUGITO 256 199.335.424 274 0,375 102,75 60 20.550.000 219.885.424 72.172.000 12.000.000 135.713.424 679
23 1 YANTO 78 60.735.012 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 60.735.012 72.172.000 -
24 1 PARYATI / SUPARMIN 91 70.857.514 687 0,375 257,63 60 51.525.000 122.382.514 72.172.000 12.000.000 38.210.514 191
A B C D E F G H I J K L M N O P
Sisa/kekurangan Sisa/kekurangan
Prosentase penyusutan Nilai Luas Total Rab
L. Rumah L. Tanah penggantian penggantian
Nilai Aset Rumah Tanah (Harga Pasar Tanah Luas Kavling (m²) Nilai Aset Tanah Total Nilai Aset Pembangunan Harga Kavling
Eksisting Eksisting (JIKA MEMILIH UANG) (JIKA MEMILIH TANAH)
No RT Nama Kedungglatik & Candi Rejo Pengganti Rumah KETERANGAN
KG = 75.000 Rekomendasi
Hasil Survey (D X Rp 778.654) Hasil Survey (F X G) (H X Rp 200.000) (E + J) (I X 200.000) (K - L - M) (N : Rp 200.000)
CR = 200.000 Standarisasi
1 2 SUHADI 126 97.798.942 1046 0,375 392,25 90 78.450.000 176.248.942 112.866.000 18.000.000 45.382.942 227
2 2 SANUSI 340 264.742.360 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 264.742.360 72.172.000 - -
3 2 ANWAR 671 522.489.682 4465 0,375 1674,38 90 334.875.000 857.364.682 112.866.000 18.000.000 726.498.682 3.632
4 2 AMIN SANUSI 72 56.063.088 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 56.063.088 72.172.000 - -
5 2 ISTAD / MIASIH 378 294.331.212 156 0,375 58,50 60 11.700.000 306.031.212 72.172.000 12.000.000 221.859.212 1.109
6 2 LISTANTO / ANITA 108 83.705.305 392 0,375 147,00 60 29.400.000 113.105.305 72.172.000 12.000.000 28.933.305 145
7 2 SANTOSO 282 219.572.641 219 0,375 82,13 60 16.425.000 235.997.641 72.172.000 12.000.000 151.825.641 759
8 2 NGATINI 76 58.928.535 110 0,375 41,25 60 8.250.000 67.178.535 72.172.000 12.000.000 (16.993.465) (85) Nilai Aset ≤ RAB
9 2 SUGIHARTO 176 137.043.104 4460 0,375 1672,50 90 334.500.000 471.543.104 112.866.000 18.000.000 340.677.104 1.703
10 2 MARYONO 84 65.406.936 884 0,375 331,50 60 66.300.000 131.706.936 72.172.000 12.000.000 47.534.936 238
11 2 NANANG SAMSYUL AKBAR 168 130.813.872 644 0,375 241,50 90 48.300.000 179.113.872 112.866.000 18.000.000 48.247.872 241
12 2 JUMADI 108 84.094.632 100 0,375 37,50 60 7.500.000 91.594.632 72.172.000 12.000.000 7.422.632 37
13 2 IMAWATI 57 44.149.682 2100 0,375 787,50 90 157.500.000 201.649.682 112.866.000 18.000.000 70.783.682 354
14 2 BUDI PURWONO 102 79.767.652 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 79.767.652 72.172.000 - -
15 2 SUMARNO / SUMIYEM 59 45.862.721 3046 0,375 1142,25 90 228.450.000 274.312.721 112.866.000 18.000.000 143.446.721 717
16 2 SUMARNO / SUWARTI 123 95.961.319 2429 0,375 910,88 90 182.175.000 278.136.319 112.866.000 18.000.000 147.270.319 736
17 2 TUNSRINI 58 44.780.392 200 0,375 75,00 60 15.000.000 59.780.392 72.172.000 12.000.000 (24.391.608) (122) Nilai Aset ≤ RAB
18 2 MARMIN 168 130.580.276 1827 0,375 685,13 90 137.025.000 267.605.276 112.866.000 18.000.000 136.739.276 684
19 2 HADI WIYONO / INTARTI 110 85.566.288 1871 0,375 701,63 90 140.325.000 225.891.288 112.866.000 18.000.000 95.025.288 475
20 2 EKO BUDIONO / SUTINI 27 21.023.658 334 0,375 125,25 60 25.050.000 46.073.658 72.172.000 12.000.000 (38.098.342) (190) Nilai Aset ≤ RAB
21 2 KAMJANI / MARSIPAH 79 61.552.599 173 0,375 64,88 60 12.975.000 74.527.599 72.172.000 12.000.000 (9.644.401) (48) Nilai Aset ≤ RAB
22 2 SUYOTO 120 93.438.480 240 0,375 90,00 60 18.000.000 111.438.480 72.172.000 12.000.000 39.266.480 196
23 2 SUPRIYATIN 56 43.355.455 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 43.355.455 72.172.000 - -
24 2 NGATIYEM 78 60.735.012 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 60.735.012 72.172.000 - -
25 2 SAKIYEM 14 10.901.156 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 10.901.156 72.172.000 - -
26 2 MARTONO 21 16.702.128 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 16.702.128 72.172.000 - -
27 2 SUTARDI 53 41.587.910 418 0,375 156,75 60 31.350.000 72.937.910 72.172.000 12.000.000 (11.234.090) (56) Nilai Aset ≤ RAB
28 2 NGATEMI 80 62.292.320 402 0,375 150,75 60 30.150.000 92.442.320 72.172.000 12.000.000 8.270.320 41
29 2 SUGIYANTO 0 - 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS - 72.172.000 - -
30 2 ANANG SETYANTO 80 62.292.320 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 62.292.320 72.172.000 - -
31 2 SUYATMAN / HARI SETIAWAN 112 86.897.786 101 0,375 37,88 60 7.575.000 94.472.786 72.172.000 12.000.000 10.300.786 52
32 2 SLAMET RIYADI 204 158.845.416 4880 0,375 1830,00 90 366.000.000 524.845.416 112.866.000 18.000.000 393.979.416 1.970
A B C D E F G H I J K L M N O P
Sisa/kekurangan Sisa/kekurangan
Prosentase penyusutan Nilai Luas Total Rab
L. Rumah L. Tanah penggantian penggantian
Nilai Aset Rumah Tanah (Harga Pasar Tanah Luas Kavling (m²) Nilai Aset Tanah Total Nilai Aset Pembangunan Harga Kavling
Eksisting Eksisting (JIKA MEMILIH UANG) (JIKA MEMILIH TANAH)
No RT Nama Kedungglatik & Candi Rejo Pengganti Rumah KETERANGAN
KG = 75.000 Rekomendasi
Hasil Survey (D X Rp 778.654) Hasil Survey (F X G) (H X Rp 200.000) (E + J) (I X 200.000) (K - L - M) (N : Rp 200.000)
CR = 200.000 Standarisasi
1 3 SUGENG 154 119.912.716 276 0,375 103,50 60 20.700.000 140.612.716 72.172.000 12.000.000 56.440.716 282
2 3 RIYANTO 370 288.101.980 1587 0,375 595,13 90 119.025.000 407.126.980 112.866.000 18.000.000 276.260.980 1.381
3 3 SANURYADI 72 56.063.088 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 56.063.088 72.172.000 - -
4 3 DENI HARTINI 78 60.735.012 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 60.735.012 72.172.000 - -
5 3 PAINEM 70 54.505.780 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 54.505.780 72.172.000 - -
6 3 DARDIANTO / YULIANA 112 87.209.248 630 0,375 236,25 60 47.250.000 134.459.248 72.172.000 12.000.000 50.287.248 251
7 3 SUTARNO 84 65.406.936 410 0,375 153,75 60 30.750.000 96.156.936 72.172.000 12.000.000 11.984.936 60
8 3 SUMINI 50 38.932.700 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 38.932.700 72.172.000 - -
9 3 SUPRATMI / SRIYONO 78 60.735.012 312 0,375 117,00 60 23.400.000 84.135.012 72.172.000 12.000.000 (36.988) (0) Nilai Aset ≤ RAB
10 3 PAHRODIN 271 211.015.234 2473 0,375 927,38 90 185.475.000 396.490.234 112.866.000 18.000.000 265.624.234 1.328
11 3 SUDARSONO 62 48.276.548 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 48.276.548 72.172.000 - -
12 3 MARSIBAN 120 93.438.480 755 0,375 283,13 90 56.625.000 150.063.480 112.866.000 18.000.000 19.197.480 96
13 3 UMI NADHIROH 90 70.078.860 136 0,375 51,00 60 10.200.000 80.278.860 72.172.000 12.000.000 (3.893.140) (19) Nilai Aset ≤ RAB
14 3 ROHADI / ROISYAH 108 84.094.632 1337 0,375 501,38 90 100.275.000 184.369.632 112.866.000 18.000.000 53.503.632 268
15 3 SUMARNI 160 124.584.640 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 124.584.640 72.172.000 - -
16 3 MUNROHATI / SUDADI 96 74.750.784 538 0,375 201,75 60 40.350.000 115.100.784 72.172.000 12.000.000 30.928.784 155
17 3 EFENDI 88 68.521.552 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 68.521.552 72.172.000 -
18 3 RUSIDI 96 74.750.784 4072 0,375 1527,00 90 305.400.000 380.150.784 112.866.000 18.000.000 249.284.784 1.246
19 3 SARONI 80 62.292.320 1200 0,375 450,00 90 90.000.000 152.292.320 112.866.000 18.000.000 21.426.320 107
20 3 ABIDIN / MUSAROFAH 110 85.651.940 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 85.651.940 72.172.000 - -
21 3 ANIM MUSTIKA/HERI SETIAWAN 42 32.703.468 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 32.703.468 72.172.000 - -
22 3 ASMANAH / SLAMET RIYADI 204 158.845.416 402 0,375 150,75 60 30.150.000 188.995.416 72.172.000 12.000.000 104.823.416 524
23 3 DJURI / MARKAMAH 120 93.438.480 1400 0,375 525,00 90105.000.000 198.438.480 112.866.000 18.000.000 67.572.480 338
24 3 PARTIMAH 111 86.041.267 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 86.041.267 72.172.000 - -
25 3 KASIHANTO 98 76.308.092 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 76.308.092 72.172.000 - -
26 3 SAINEM 123 95.774.442 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 95.774.442 72.172.000 - -
27 3 MASHADI 180 140.157.720 2292 0,375 859,50 90 171.900.000 312.057.720 112.866.000 18.000.000 181.191.720 906
28 3 REGIYANTI 119 92.659.826 259 0,375 97,13 60 19.425.000 112.084.826 72.172.000 12.000.000 27.912.826 140
29 3 MARYONO 80 62.292.320 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 62.292.320 72.172.000 - -
30 - KASINI 52 40.490.008 850 0,375 318,75 60 63.750.000 104.240.008 72.172.000 12.000.000 20.068.008 100
BAB 9
MEKANISME PEMULIHAN PENDAPATAN
Bab ini merupakan penjabaran dari tahapan yang dilakukan tim konstruksi Bendungan
Jragung dalam melakukan telaah sosial mengenai kesejahteraan masyarakat yang
kehidupannya terkena dampak dari pembangunan Ben dungan Jragung hingga kembali bounce -
up dengan kehidupan baru nanti setelah Bendungan Jragung berada pada tahapan pasca -
konstruksi
Kegiatan pembangunan Bendungan Jragung tidak terlepas dari aspek sosial masyarakat yang berada di
dalam dan sekitar bendungan, dalam hal ini khusus masyarakat Desa Candirejo, Desa Jatirunggo, dan
juga Desa Penawangan di Kecamatan Pringapus. Mengingat dalam pembangunan bendungan Jragung
tersebut membutuhan lahan yang sebelumnya digunakan untuk beraktivitas, tumbuh berkembang dan
melekat dalam kehidupan sosial masyarakat. Apabila aspek sosial ini diabaikan maka dapat berpotensi
menghambat proses pembangunan bendungan.
Melihat dari kondisi di lapangan untuk proses pembangunan bendungan yang lain menunjukan
beberapa pembangunan bendungan yang telah diresmikan atau akan dibangun ternyata masih
menyisakan berbagai permasalahan sosial yang belum terselesaikan secara tuntas. Beberapa
permasalahan muncul diantaranya karena belum sinergisnya tujuan pembangunan antara Pemerintah
dengan berbagai pemangku kepentingan dalam perencanaan dan pemanfaatan pembangunan
bendungan.
Rekayasa sosial merupakan langkah preventif untuk mencegah terjadinya permasalah sosial
kemasyarakatan akibat pembangunan Bendungan Jragung, yang tahapannya berisikan perencanaan
penanganan dampak sosial kemasyarakatan dalam pembangunan. Kebijakan nasional yang mengatur
tentang rekayasa sosial pembangunan bendungan telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor: 03/PRT/M/2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bendungan. Pada
peraturn ini disebutkan bahwa permasalahan sosial utama yang terjadi pada pembangunan bendungan
adalah ketidak merataan penerimaan masyarakat dan ketidaksetujuan warga yang hidupnya terdampak
pembangunan bendungan. Oleh karenanya sejak tahap inisiasi pembangunan bendungan rekayasa sosial
perlu untuk dilakukan. Menurut kebijakan tersebut, Bagan Alir Rekayasa Sosial dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
Kategori Pemangku
Kepentingan
Penentu Responden
& Lokasi
Tahap Prakonstruksi:
Pemetaan Sos
Masalah Sosial Sosialisasi Rencana Pemb Bend
Pembangunan Inventarisasi Aset
Bendungan Pembebasan Lahan
Teratasi Forum Dialog Pemangku
Kepentingan
Secara konseptual rekayasa sosial pembangunan bendungan adalah serangkaian kegiatan untuk
mengubah berbagai pandangan dari pemangku kepentingan (stakeholders) secara terencana untuk
menyelesaikan permasalahan sosial yang disebut dalam Peraturan Menteri PU Nomor 3 Tahun 2009
secara umum adalah ketidakpuasan masyarakat terhadap pembangunan bendungan. Rekayasa sosial
dalam bagan alir diatas dilaksanakan pada masa sebelum konstruksi (prakonstruksi), pada saat
konstruksi dilaksanakan (selama konstruksi), pada saat sesudah konstruksi (pasca konstruksi) yang
merupakan proses holistik dalam pembangunan infrastruktur. Harapan jangka panjang dari rekayasa
sosial pembangunan bendungan adalah rasa memiliki dan rasa tanggung jawab masyarakat atau pihak
lain yang terkait, terhadap aset bendungan yang berkelanjutan. Mengenai pelaksanaan LARAP
Bendungan Jragung yang mewadahi proses rekayasa sosial, dijelaskan dalam tabel pelaksanaan
rekayasa sosial berikut.
Tabel 9.1 Tabel Pelaksanaan Rekayasa Sosial pada Pembangunan Bendungan Jragung
No Tahapan Pelaksanaan ReSos Pada Bendungan Jragung
1 Identifikasi Pemangku Kepentingan Pada proses kegatan LARAP Bendungan Jragung tahapan ini
dilaksanakan pada proses sebelum berjalannya kegiatan LARAP.
Termasuk didalamnya adalah tahapan persiapan tim penyusun
LARAP.
2 Pendekatan Rekayasa Sosial Pendekatan rekayasa sosial dilaksanakan pada tahap survey
pendahuluan yang dilaksanakan pada proses:
- Pengumpulan hasil studi sebelumnya
- Tinjauan awal lokasi (observasi)
- Penyusunan rencana survey lapangan; hingga
- Penyelesaian tahapan laporan pendahuluan LARAP
Bendungan Jragung.
3 Penentuan Pemangku Kepentingan Penentuan pemangku kepentingan yang terlibat dibahas dalam
dan Perannya laporan pendahuluan
4 Peningkatan Kapasitas Pemangku Peningkatan kapasitas dari masing-masing pemangku kepentingan
Kepentingan Dan Perencanaan berada pada tahapan persiapan pelaksanaan pemetaan sosial
Rekayasa Sosial
5 Rekaya Sosial Tahap Pra Konstruksi Pelaksanaan yang telah selesai dilaksanakan tim LARAP pada
tahap pra-konstruksi untuk mewadahi rekayasa sosial adalah:
- Pemetaan sosial yang hasil kajiannya terdapat pada profil
warga terkena pembangunan Bendungan Jragung (terlampir
pada setiap tahapan pelaporan);
- Penentuan kebutuhan luasan pembangunan bendungan yang
mana didalamnya terdapat lahan milik masyarakat
- Penentuan warga masyarakat yang berhak menerima ganti
rugi dan juga menentukan mekanisme pelaksanaan ganti
kerugian
- Pengadaan pelatihan pembekalan pada masyarakat yang
nanti diperkirakan akan kehilangan mata pencaharian akibat
proses pembangunan Bendungan Jragung.
6 Rekayasa Sosial Tahap Konstruksi - Inisiasi pemberdayaan masyarakat dengan menentukan
warga masyarakat terkena dampak pembangunan
Bendungan Jragung untuk dapat mengikuti serangkaian acara
pembekalan dan pelatihan seperti pengolahan makanan
- Memberikan stimulan untuk warga masyarakat pro aktif dalam
pembangunan Bendungan Jragung seperti membuat warung-
warung makanan di sekitar area pembangunan bendungan
- Warga masyarakat yang memiliki mata pencaharian sebagai
buruh bangunan dan telah menerima pelatihan teknisk
bangunan dapat turut serta dalam pelaksanaan konstruksi
Bendungan Jragung
7 Rekayasa Sosial Tahap Pasca - Pengembangan bidang usaha masyarakat sesuai dengan
Konstruksi pelatihan dan pembekalan keterampilan yang pernah diikuti
- Pemberdayaan masyarakat jenis lain adalah dengan
mengadakan sosialisasi hasil pembangunan Bendungan
Jragung yang kemajemukan sektor pemanfaatannya mungkin
dapat membuka lapangan kerja bagi warga sekitar. Sektor-
sektor tersebut seperti perekonomian melalui perdagangan
Meski saat ini tahap yang dilaksanakan masih berada pada tahap pra konstruksi, namun
rekayasa sosial yang detail dan mendalam terhadap pengelolaan aspirasi masyarakat mengenai
pembangunan Bendungan Jragung harus dikaji mendetail agar pelaksanaan kegiatan pembangunan
bendungan ini kedepannya tidak mengalami kendala. Jangka panjang yang ingin dicapai dari kegiatan
LARAP yang mewadahi rekayasa sosial adalah terbangunnya Bendungan Jragung yang manfaatnya
sesuai dengan harapan serta kebutuhan masyarakat. Bendungan Jragung pun diharapkan tidak hanya
memberikan manfaat bagi kondisi sosial ekonomi dan kesejahteraan ekosistem hilir, namun kedepannya
dapat berguna dan memberikan manfaat yang sama bagi eksosistem hulu yakni wilayah lokasi
pembangunan Bendungan Jragung saat ini.
Tahapan restorasi kesejahteraan warga sekitar pembangunan Bendungan Jragung adalah tahapan
dengan risiko pelaksanaan paling tinggi. Hal ini disebabkan oleh pelaksana kegiatan antara tahapan yang
melibatkan berbagai pihak dan kepentingan. Oleh karenanya agar tidak menimbulkan kerugian bagi salah
satu pemangku kepentingan, tahapan restorasi kesejahteraan perlu dipilah secara tuntas dan tepat
sasaran yang sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2009 mengenai
Pedoman Rekayasa Sosial.
inventarisasi aset merupakan suatu kegiatan penting karena terkait dengan kepercayaan
masyarakat terhadap pelaksana pembangunan bendungan. Tujuan dari inventarisasi aset yang
telah selesai dilaksanakan ii adalah mendapatkan gambaran mengenai objek pengadaan tanah
yang berupa tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang
berkaitan dengan tanah yang dapat dinilai.
b. Perencanaan Sosial
Perencanaan sosial yang telah dilaksanakan oleh tim selaku bagian dari pelaksana
pembangunan Bendungan Jragung yaitu berupa penyusunan program-program atau kegiatan-
kegiatan dalam masyarakat untuk kehidupan bersama, didasarkan pada pemenuhan
kebutuhan masyarakat yang dibuat oleh masyarakat sendiri (bottom up). Dalam perencanaan
sosial ini partisipasi aktif masyarakat merupakan kunci utama. Tujuan dari perencanaan sosial
adalah:
1) Mengembangkan kemampuan masyarakat;
2) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang mencakup kebutuhan pangan, sasndang,
perumahan, pendidikan dan keterampilan, kesehatan dan penghasilan.
Mengingat kegiatan perencanaan sosial ini sangat bertumpu pada partisipasi masyarakat,
maka hal-hal yang dilakukan tim persiapan pembangunan Bendungan Jragung pada tahapan
pra konstruksi diantaranya adalah:
Hal teknis yang dapat dilakukan pada tahapan pra konstruksi dengan sasaran utama dalah
warga masyarakat Kedungglatik diantaranya adalah:
- Pembekalan Sumber Daya Manusia dengan pembekalan teknik bangunan dan pengolahan
bahan makanan yang melimpah di Dusun Kedungglatik;
- Gotong Royong dalam babat lahan atau menyiapkan lahan resettlement area selagi proses
legalisasi dilaksanakan; dan juga
- Sosialisasi Teknik Dasar Kemampuan Praktis seperti Pembekalan / Pelatihan Sumber
Daya Manusia dalam teknik dasar bangunan, pengolahan mina tani sederhana rumahan,
maupun pengolahan bahan makanan (gadung) untuk kaum perempuan beserta cara
pemasarannya.
Pada tahapan pra konstruksi dimana tim LARAP Bendungan Jragung telah menyelesaikan tahapan
pemetaan sosial dan sensus sosial telah dapat diidentifikasi aspirasi masyarakat terutama warga
Dusun Kedungglatik dalam pelaksanaan restorasi pemulihan kesejahteraan warga. Pada tahap ini
dokumen LARAP tidak hanya memberikan rekomendasi jenis pelatihan dan pembekalan saja,
namun juga mengarahkan para kepala keluarga warga Dusun Kedungglatik untuk mengikuti program
pemberdayaan masyarakat sesuai hasil aspirasi yang telah ditampung pada saat PKM kedua.
Berikut merupakan rekomendasi pelatihan yang dapat dilakukan oleh masing-masing kepala
keluarga Dusun Kedungglatik yang berhak menerima gantirugi atas penyediaan lahan Bendungan
Jragung.
Jika melihat pada mata pencaharian dan juga masukan warga, pada RT 1 terdapat beberapa jenis
pelatihan yang dibutuhkan diantaranya adalah pengolahan makanan, teknik bangunan, pertanian
serta teknik menjahit. Beberapa kepala keluarga pada lokasi RT 1 yang termasuk dalam warga
masyarakat lanjut usia Ibu Sunarti, Marki, serta Ibu Maeroah diarahkan mengikuti pelatihan usaha
rumahan yang nantinya diharapkan pada tahapan konstruksi dapat memberikan konstrbusi dengan
berdirinya warung-warung makan dan juga sentra pengolahan makanan sederhana. Sementara
untuk Bapak Suyin, Ibu Rumiasih dan Bapak Sugito tetap diharapkan dapat mengikuti pelatihan yang
menyesuaikan pekerjaan utamanya yakni pertanian.
Berikut merupakan tabel rekomendasi bagi RT 2 di Dusun Kedungglatik.
Mata pencaharian yang bervariasi membuat warga RT 02 lebih beragam dalam jenis rekomendasi
pelatihan yang akan direkomendasikan. Pelatihan tersebut diantaranya adalah teknik mesin/otomotif,
pengolahan makanan, teknik bangunan, pertanian serta teknik menjahit. Terdapat setidaknya lima
orang kepala keluarga pada lokasi RT 02 yang termasuk dalam warga lanjut usia. Diantaranya
adalah Ibu Sakiyem dan Bapak Jumadi yang diarahkan mengikuti pelatihan usaha pengolahan
makanan rumahan yang nantinya diharapkan pada tahapan konstruksi dapat memberikan konstrbusi
dengan berdirinya warung-warung makan dan juga sentra pengolahan makanan sederhana.
Warga lanjut usia lain adalah Bapak Sugiyarto yang menurut aspirasinya ingin mengikuti pelatihan
teknik bangunan, sementara Ibu Sri dan Ibu Ngatemi tetap menyesuaikan mata pencaharian
utamanya yakni pelatihan teknik pertanian.
Berikut merupakan tabel rekomendasi bagi RT 03 di Dusun Kedungglatik.
Pada RT 3 terdapat beberapa kepala keluarga yang berkeinginan untuk bekerja dan tidak mengikuti
pelatihan, sehingga masukan rekomendasinya disesuaikan dengan mata pencahariannya saat ini.
Pelatihan yang direkomendasikan pada RT 3 banyak diantaranya memilih pengolahan makanan, hal
tersebut karena terdapat keinginan kuat dari warga RT 3 Dusun Kedungglatik untuk membuat
warung proyek pada saat tahap konstruksi bendungan dilaksanakan. Selain pengolahan makanan,
terdapat juga rekomendasi pelatihan pertanian, teknik bangunan, dan ada pula yang menyarankan
pelatihan keamanan lokasi konstruksi.
Bagi beberapa kepala keluarga yang termasuk dalam warga lanjut usia di RT 3 seperti Ibu Sumini
dan Ibu Sumarni, rekomendasi pelatihan yang dapat diberikan pada kepala keluarga ini adalah
pengolahan makanan dan juga teknik bangunan menyesuaikan mata pencaharian utama
sebelumnya. Tabel berikut adalah kompilasi jumlah peserta per kebutuhan pelatihan untuk tahapan
pra konstruksi Bendungan Jragung, yang mana dari hasil perhitungan terdapat lima jenis pelatihan
yang dibutuhkan warga Kedungglatik selama masa pra konstruksi.
Tabel 9.5 Perkiraan Jumlah Peserta Pelatihan pada Pra Konstruksi Bendungan Jragung
No Jenis Pelatihan Jumlah Peserta Perkiraan Kelas Pelatihan
1. Pertanian 48 2
2. Teknik Bangunan 23 2
2. Masa Konstruksi
Pada tahapan masa konstruksi nanti diharapkan sudah terdapat pembagian peran yang jelas dari
masing-masing pemangku kepentingan. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih
antara pemangku kepentingan satu dengan yang lain sehingga proses pembangunan Bendungan
Jragung dapat berjalan secara efektif dan efisien.
1) Peran Warga Kedungglatik dan wilayah sekita pembangunan Bendungan Jragung
Peran masyarakat dalam masa konstruksi Bendungan Jragung meliputi:
a) Menyediakan tenaga kerja dalam konstruksi Bendungan Jragung bagi laki-laki;
dengan beberapa orang warga Kedungglatik yang dapat menjadi inisiator atau
koordinator bagi warga lain seperti Bapak Nur; Bapak Tri Setiawan; Bapak
Sukiswanto; dan Bapak Tulus;
b) Menyediakan tenaga pekerja lokal untuk pembukaan lahan resettlement dan
penyiapan lahan pertanian pengganti (ladang berkebun maupun ternak ikan
rumahan) seperti Pak Efendi, Pak Winarno, dan Pak Yanto yang dapat menjadi
koordinator.
c) Pengadaan warung makan untuk pekerja pembangunan Bendungan Jragung dalam
area pembangunan bendungan bagi perempuan. Hal ini dapat dikoordinir oleh para
kepala keluarga dengan aspirasi warung proyek seperti Ibu Imawati, Pak Taswanto,
dan Pak Teguh Rahayu.
d) Memulai tahap olahan bagi pengembangan sentra olah-makanan dari bahan
makanan gadung. Hal ini dapat dikoordinir oleh para kepala keluarga dengan
aspirasi pengolahan sentra makanan local olahan khas Kedungglatik seperti Ibu
Roisyah, Bapak Sanusi, dan Ibu Tini.
e) Memantau atau melakukan kontrol terhadap kualitas dan kuantitas pembangunan
bendungan, melalui pemberian informasi kepada tokoh formal mengenai adanya
pelanggaran yang ditemukan sehubungan dengan pekerjaan konstruksi Bendungan
Jragung;
f) Menyampaikan informasi mengenai tercadinya pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan sekitar akibat konstruksi bangunan bendungan.
2) Peran Tokoh Masyarakat Kedungglatik, maupun Desa Candirejo, Desa Jatirunggo, Desa
Penawangan dan Kecamatan Pringapus secara umum; meliputi:
BAB 10
RENCANA TINDAK
Pada bagian ini dibahas mengenai strategi pengadaan tanah yang meliputi tahapan
perencanaan, persiapan, serta pelaksanaan hingga pada proses penyerahan hasil
proses pengadaan tanah. Bab ini juga akan membahas rencana tindak untuk
tahapan izin pinjam pakai kawasan hutan
Bendungan Jragung
Penyusunan rencana tindak ini ditujukan untuk memberikan panduan bagi setiap instansi yang yang terkait
dalam kegiatan menyediakan tanah untuk pembangunan Bendungan Jragung. Sehingga dapat dihasilkan
sebuah perencanaan yang jelas, operasional, dan selaras dengan kebijakan nasional. Rencana Aksi
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Bendungan Jragung disusun berdasarkan tahapan
pengadaan tanah untuk pembangunan Bendungan Jragung yang meliputi perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, dan penyerahan hasil. Rencana aksi pengadaan tanah untuk pembangunan Bendungan
Jragung diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan Pengadaan Tanah, target pada pada tahap Perencanaan ini adalah adanya
tersedianya Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah yang setidaknya berisi mengenai suvey
sosial ekonomi, kelayakan lokasi, analisis biaya dan manfaat pembangunan bendungan bagi
wilayah dan masyarakat, perkiraan nilai tanah, dampak lingkungan dan dampak sosial dan
studi lain yang diperlukan yang ditetapkan oleh Kementerian PUPR dan tersampaikannya
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah tersebut Kepada Gubernur Jawa Tengah.
2. Persiapan Pengadaan Tanah, target pada tahap persiapan ini adalah Penetapan lokasi
pembangunan Bendungan Jragung. Dalam proses penetapan tersebut dibantu oleh Tim
Persiapan yang dibentuk Gubernur setelah menerima Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah. Penetapan Lokasi tersebut dilakukan melalui pemberitahuan rencana pembangunan,
pendataan awal lokasi rencana pembangunan, konsultasi publik rencana pembangunan,
penetapan dan pengumuman lokasi pembangunan Bendungan Jragung.
3. Pelaksanaan Pengadaan Tanah, target pada tahap pelaksanaan pengadaan tanah ini adalah
pelepasan objek pengadaan tanah sekaligus pemutusan hubungan hukum antara Pihak yang
Berhak dengan objek pengadaan tanah melalui pemberian gantikerugian. Pelaksanaan
Pengadaan Tanah diselenggarakan oleh BPN melalui pembentukan Pelaksana Pengadaan
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, bahwa penyelenggaraan pengadaan tanah untuk
kepentingan umum diselenggarakan melalui tahapan perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan penyerahan
hasil. Maka dalam pelaksanaanya kelengkapan data pengadaan tanah bagi pembangunan diuraikan sebagai
berikut:
Dari kebutuhan data pengadaan tanah bagi pembangunan Bendungan Jragung diatas. Maka agar
dapat menyiapkan kebutuhan data penyelenggaraan pengadaan tanah sesuai dengan tahapan perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, penyerahan hasil dan sampai dapat dimulainya pembangunan Bendungan Jragung
maka pada Bab ini disusunlah identifikasi rencana tindak yang diharapkan dapat sebagai petunjuk yang jelas
untuk menyiapkan berbagai produk terkait dengan pengadaan lahan untuk pembangunan Bendungan
Jragung. Rencana tindak tersebut diurakan sebagai berikut:
Tabel 10.1 Bagian Umum Perencanaan Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Bendungan Jragung
Penjelas Indikator Pengukur Data/Cara Penjelas Pencapaian Asumsi Penting
Tujuan
Tersusunnya Perencanaan Pengadaan Tanah 1. Tersedianya hasil studi kelayakan Pusat Bendungan membuat perencanaan pengadaan tanah
yang disusun oleh Pusat Bendungan/Balai Besar pembangunan Bendungan Jragung; untuk Pembangunan Bendungan Jragung
Wilayah Sungai Pemali Juana 2. Tersedianya Dokumen Perencanaan
Bendungan Jragung
Kegunaan
Sebagai Dasar penetapan Dokumen 1. Adanya Penetapan Dokumen Perencanaan pengadaan tanah untuk Pembangunan
Perencanaan Pengadaan Tanah Pembangunan Perencanaan Pengadaan Tanah Bendungan Jragung disusun dalam bentuk Dokumen
Bendungan Jragung oleh Pusat Pembangunan Bendungan Jragung Oleh Perencanaan Pengadaan Tanah Pembangunan Bendungan
Bendungan/Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Pusat Bendungan/Balai Besar Wilayah Jragung
Juana Sungai Pemali Juana
2. Terlaksananya penyampaian Dokumen
Perencanaan Pembangunan Bendungan
Jragung kepada Gubernur Jawa Tengah.
Hasil/Output
1. Studi Kelayakan Pembangunan Bendungan 1. Adanya hasil Studi Kelayakan 1. Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah Pembangunan
Jragung; Pembangunan Bendungan Jragung; Bendungan Jragung disusun berdasarkan studi kelayakan,
2. Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah 2. Adanya Dokumen Perencanaan yang mencakup*
Pembangunan Bendungan Jragung; Pembangunan Bendungan Jragung a. Survey sosial ekonomi;
3. Penetapan Dokumen Perencanaaan 3. Ditetapkannya Dokumen Perencanaaan b. Kelayakan lokasi;
Pengadaan Tanah Pembangunan Pengadaan Tanah Pembangunan c. Analisis bidaya dan manfaat pembangunan
Bendungan Jragung; Bendungan Jragung oleh Pusat Bendungan Jragung bagi wilayah dan masyarakat;
4. Penyampaian Dokumen Perencanaaan Bendungan/Balai Besar Wilayah Sungai d. Perkiraan nilai tanah;
Pengadaan Tanah Pembangunan Pemali Juana e. Dampak lingkungan dan dampak sosial yang mungkin
Bendungan Jragung kepada Gubernur Jawa 4. Diterimanya Dokumen Perencanaaan timbul akibat dari Pengadaan Tanah dan
Tengah; Pengadaan Tanah Pembangunan pembangunan bendungan; dan
5. Perencanaan pembentukan Tim Persiapan Bendungan Jragung oleh Gubernur Jawa f. Studi lain yang diperlukan.
Pembangunan Bendungan Jragung oleh Tengah dari Pusat Bendungan/Balai 2. Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah Pembangunan
Gubernur Jawa Tengah. Besar Wilayah Sungai Pemali Juana Bendungan Jragung, paling sedikit memuat:*
5. Adanya bahan untuk Gubernur Jawa a. Maksud dan tujuan rencana pembangunan
Tengah membentuk Tim Persiapan Bendungan Jragung;
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
1. Penyusunan Studi Kelayakan Pusat Bendungan/Balai
Pembangunan Bendungan Besar Wilayah Sungai
Jragung. Pemali Juana
2. Penyempurnaan Dokumen Pusat Bendungan/Balai
Perencanaan Pengadaan Besar Wilayah Sungai
Tanah untuk Pembangunan Pemali Juana/lembaga
Bendungan Jragung. professional yang
ditunjuk
3. Penetapan Dokumen Pusat Bendungan/Balai
Perencanaan Pengadaan Besar Wilayah Sungai
Tanah. Pemali Juana
4. Penyampaian Dokumen Pusat Bendungan/Balai
Perencanaan Pengadaan Besar Wilayah Sungai
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Tanah Pembangunan Pemali Juana
Bendungan Jragung Kepada
Gubernur.
5. Penerimaan Dokumen Gubernur Jawa Tengah
Perencanaan Pengadaan
Tanah Pembangunan
Bendungan Jragung oleh
Gubernur dari Pusat
Bendungan/Balai Besar
Wilayah Sungai Pemali
Juana.
Sumber: Hasil Analisa, 2018
Keterangan * :
1. Studi Kelayakan Pembangunan Bendungan Jragung yang mencakup:
No. Materi Muatan Keterangan
1 Survey Sosial Ekonomi dilakukan untuk menghasilkan kajian mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat yang diperkirakan terkena dampak Pengadaan
Tanah.
2 Kelayakan Lokasi dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai kesesuaian fisik lokasi dengan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan
untuk
kepentingan umum yang dituangkan dalam bentuk peta rencana lokasi pembangunan.
3 Analisis Biaya dan Manfaat Pembangunan dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai biaya yang diperlukan dan manfaat pembangunan yang diperoleh bagi wilayah dan
Bendungan Jragung masyarakat.
4 Perkiraan Nilai Tanah dilakukan untuk menghasilkan perkiraan besarnya nilai Ganti Kerugian Objek Pengadaan Tanah.
5 Dampak Lingkungan dan Dampak Sosial dilakukan untuk menghasilkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau dokumen lingkungan hidup lainnya yang sesuai
yang mungkin timbul akibat dari Pengadaan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tanah dan Pembangunan
6 Studi Lain yang diperlukan dapat berupa studi budaya masyarakat, studi politik dan keamanan, atau studi keagamaan, sebagai antisipasi dampak spesifik akibat
pembangunan untuk kepentingan umum.
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Penyusunan Surat Keputusan Provinsi Jawa Tengah
Gubernur Provinsi Jawa Tengah
tentang Pembentukan Tim
Persiapan dan Sekretariat
Pengadaan Tanah untuk
Pembangunan Bendungan
Jragung.
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
1. Penerbitan Undangan Tim Persiapan
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Sosialisasi dan Tatap Muka
Rencana Pembangunan
Bendungan Jragung;
2. Penyampaian Surat Tim Persiapan
Pemberitahuan Rencana
Pembangunan Bendungan
Jragung;
3. Publikasi Rencana Tim Persiapan
Pembangunan Bendungan
Jragung di Media Cetak
(Nasional, Jawa Tengah dan
Kabupaten Semarang)
4. Pubulikasi Rencana Provinsi Jawa Tengah
Pembangunan Bendungan
Jragung melalui media
elektronik Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah di laman
https://jatengprov.go.id
5. Publikasi Rencana Kabupaten Semarang
Pembangunan melalui media
elektronik Kabupaten
Semarang di laman http:
//www.semarangkab.go.id
6. Publikasi Rencana Pusat Bendungan/Balai
Pembangunan melalui media Besar Wilayah Sungai
elektronik Pusat Pemali Juana
Bendungan/Balai Besar
Wilayah Sungai Pemali Juana
di laman http:
//www.bbwspemalijuana.com
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
1. Pengumpulan dan Tim Persiapan bersama
pengkasifikasian data Pejabat
awal Pihak yang Kelurahan/Desa
Berhak dan Objek
Pengadaan Tanah;
2. Penyusunan Daftar Tim Persiapan
Sementara Lokasi Rencana
Pembangunan Bendungan
Jragung.
3. Penandatanganan Daftar Tim Persiapan
Sementara Lokasi Rencana
Pembangunan Bendungan
Jragung oleh Ketua Tim
Persiapan
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
1. Penyiapan Jadwal dan Tim Persiapan
Tempat pelaksanaan
Konsultasi Publik
2. Penyiapan Undangan Tim Persiapan
Konsultasi Publik
3. Tanda Terima Undangan Tim Persiapan
Konsultasi Publik
4. Daftar Hadir Konsultasi Tim Persiapan
Publik
5. Konsultasi Publik Tim Persiapan
6. Berita Acara Kesepakatan Tim Persiapan
hasil Konsultasi Publik
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Rencana Pembangunan
Bendungan Jrgaung.
A. Konsultasi Publik Rencana Pembangunan (Untuk Penanganan Keberatan Atas Lokasi Rencana Pembangunan)
Tabel 10. 6 Konsultasi Publik Rencana Pembangunan (Untuk Penanganan Keberatan Atas Lokasi Rencana Pembangunan)
Penjelas Indikator Pengukur Data/Cara Penjelas Pencapaian Waktu Diperlukan
Tujuan
Penanganan keberatan atas lokasi rencana 1. Terlaksananya Konsultasi Publik Ulang; Dalam hal Konsultasi Publik terdapat Pihak yang berhak dan Dilaksanakan dalam
pembangunan Bendungan Jragung dari 2. Tersedianya Berita Acara Kesepakatan masyarakat yang terkena dampak/kuasanya tidak sepakat jangka waktu paling
Pihak yang Berhak dan masyarakat yang dalam Konsultasi Publik Ulang atau keberatan atas lokasi rencana pembangunan, lama 30 (tiga) puluh
terkena dampak. dilaksanakan Konsultasi Publik Ulang; hari sejak Berita Acara
Kesepakatan Konsultasi
Publik Ulang
Kegunaan
Surat Gubernur Jawa Tangah tentang 1. Terbentuknya Tim Kajian Keberatan dan 1. Gubernur membentuk Tim Kajian Keberatan untuk Penanganan keberatan
diterima atau ditolaknya keberatan atas Sekretariat Tim Kajian Keberatan melakukan kajian atas keberatan lokasi rencana oleh Gubernur
lokasi rencana pembangunan Bendungan 2. Terumusakannya keanggotaan Tim pembangunan. Tim Kajian Keberatan yang selanjutnya dilakukan paling lama 3
Jragung. Kajian Keberatan. disebut sebagai Tim Kajian adalah tim yang dibentuk (tiga) hari kerja sejak
3. Terumuskannya tugas dan fungsi Tim oleh gubernur untuk membantu gubernur melaksanakan diterimanya keberatan
Kajian Keberatan. inventarisasi masalah yang menjadi alasan keberatan, sejak diterimanya
4. Adanya Rekomendasi dari Tim Kajian melakukan pertemuan atau klarifikasi dengan pihak yang
laporan keberatan dari
Kebaratan kepada Gubernur untuk keberatan, melakukan kajian dan membuat rekomendasi
Pusat Bendungan/Balai
mengeluarkan surat diterima atau diterima atau ditolaknya keberatan.
ditolaknya keberatan atas lokasi rencana 2. Tim Kajian atas keberatan lokasi rencana pembangunan Besar Wilayah Sungai
pembangunan Bendungan Jragung terdiri atas: Pemali Juana
a. Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah atau
pejabat yang ditunjuk sebagai ketua merangkap
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
1. Penyusunan Laporan Pusat Bendungan/Balai
keberatan atas lokasi Besar Wilayah Sungai
rencana pembangunan Pemali Juana
Bendungan Jragung yang
disampaikan Kepada
Gubenur.
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
2. Penyusunan Surat Gubernur Jawa Tengah
Keputusan Gubernur tentang
Pembentukan Tim Kajian
Keberatan dan Sekretariat
Tim Kajian Keberatan.
3. Penyusunan Dokumen Tim Kajian Keberatan
Keberatan oleh Tim Kajian
Keberatan
4. Penyusunan Rekomendasi Tim Kajian Keberatan
diterima atau ditolaknya
keberatan yang disampiakna
kepada Gubernur
5. Penyusunan Surat Gubernur Gubernur Jawa Tengah
Jawa Tangah tentang
diterima atau ditolaknya
keberatan atas lokasi
rencana pembangunan
Bendungan Jragung.
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
1. Penyusunan Keputusan Gubernur Provinsi
Gubernur Jawa Tengah Jawa Tengah
tentang Persetujuan
Penetapan Lokasi
Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan Bendungan
Jragung di Kabupaten
Semarang
2. Penyusunan Peta Lokasi Pusat
Pembangunan Bendungan Bendungan/Balai
Jragung di Kabupaten Semarang Besar Wilayah Sungai
Pemali Juana
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
1. Pengumuman Penetapan Gubernur Jawa Tengah
Lokasi Pembangunan dan Pusat
Bendungan Jragung di Bendungan/Balai Besar
Kabupaten Semarang, yang Wilayah Sungai Pemali
ditempelkan di kantor Juana
Kecamatan Pringapus, Desa
Candirejo (Dusun
Kedungklatik, Dusun Sapen,
Dusun Borangan), Desa
Jatirunggo, Desa
Penawangan dan di lokasi
pembangunan.
2. Pengumuman Penetapan Pusat Bendungan/Balai
Lokasi Pembangunan Besar Wilayah Sungai
Bendungan Jragung di media Pemali Juana
cetak Lokal (Provinsi Jawa
Tengah dan Kabupaten
Semarang), dan Nasional.
3. Pengumuman Penetapan Pemerintah Provinsi
Lokasi Pembangunan Jawa Tengah
Bendungan Jragung melalui
media elektronik resmi
Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah di
(https://jatengprov.go.id)
4. Pengumuman Penetapan Pemerintah Kabupaten
Lokasi Pembangunan Semarang
Bendungan Jragung melalui
media elektronik resmi
Pemerintah Kabupaten
Semarang
(http://www.semarangkab.go.
id)
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
5. Pengumuman Penetapan Pusat Bendungan/Balai
Lokasi Pembangunan Besar Wilayah Sungai
Bendungan Jragung melalui Pemali Juana
media elektronik resmi Pusat
Bendungan/Balai Besar
Wilayah Sungai Pemali
Juana
(http://www.bbwspemalijuana
.com)
10.1.3.1 Penetapan Pelaksana Pengadaan Tanah oleh Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Tengah atau Penugasan Kepada
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang
Tabel 10.9 Penetapan Pelaksana Pengadaan Tanah
Penjelas Indikator Pengukur Data/Cara Penjelas Pencapaian Asumsi Penting
Tujuan
Penentuan Ketua Pelaksana Pengadaan Diterimanya pengajuan pelaksanaan Pengajuan pelaksanaan pengadaan tanah dari Pusat
Tanah untuk Pembangunan Bendungan pengadaan tanah dari Pusat Bendungan/Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana kepada
Jragung di Kabupaten Semarang Bendungan/Balai Besar Wilayah Sungai Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi
Pemali Juana kepada Kepala Kantor Jawa Tengah yang dilengkapi dengan:
Wilayah Badan Pertanahan Nasional 1. Keputusan Gubernur Jawa Tengah tentang Persetujuan
Provinsi Jawa Tengah. Penetapan Lokasi Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan
Bendungan Jragung di Kabupaten Semarang.
2. Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah untuk
Pembangunan Bendungan Jragung di Kabupaten
Semarang.
3. Data awal Pihak yang Berhak dan Objek Pengadaan Tanah
untuk Pembangunan Bendungan Jragung di Kabupaten
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Penelitian dan Pertimbangan Kepala Kantor Wilayah
Teknis untuk penetapan Badan Pertanahan
Pelaksana pengadaan tanah Nasional Provinsi
Pembangunan Bendungan Jawa Tengah
Jragung di Kabupaten
Semarang.
A. Pelaksana Pengadaan Tanah yang dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Tengah
Tabel 10.10 Pelaksana Pengadaan Tanah yang dilakukan oleh Kepala BPN Provinsi
Penjelas Indikator Pengukur Data/Cara Penjelas Pencapaian Asumsi Penting
Tujuan
Pelaksanaan Pengadaan Tanah yang Adanya Susunan Keanggotaan Pelaksana Penyiapan bahan Susunan Keanggotaan Pelaksana Pengadaan
dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Tanah Untuk Pembangunan Bendungan Jragung di Kabupaten
Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Bendungan Jragung di Kabupaten Semarang Semarang dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Tengah. dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi Jawa Tengah.
Nasional Provinsi Jawa Tengah, yang
berunsur dari:
1. Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Provinsi Jawa Tengah;
2. Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah,
3. Camat Pringapus Kabupaten Semarang,
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Penyusunan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Pertanahan Nasional Provinsi Provinsi Jawa Tengah
Jawa Tengah tentang Susunan
Keanggotaan Pelaksana
Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan Bendungan
Jragung di Kabupaten Semrang
dan Sekretariat.
B. Penetapan Pelaksana Pengadaan Tanah oleh Kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang
Tabel 10.11 Pelaksana Pengadaan Tanah yang dilakukan oleh Kepala BPN Kabupaten
Penjelas Indikator Pengukur Data/Cara Penjelas Pencapaian Asumsi Penting
Tujuan
Pelaksasanaan Pengadaan Tanah yang Adanya Susunan Keanggotaan Pelaksana Penyiapan bahan Susunan Keanggotaan Pelaksana
dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Bendungan Jragung di
Kabupaten Semarang Bendungan Jragung di Kabupaten Semarang Kabupaten Semarang dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan
dari Kantor Pertanahan Kabupaten Nasional Provinsi Jawa Tengah, yang dilengkapi dengan:
Semarang, yang berunsur dari: 1. Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
1. Kantor Pertanahan Kabupaten Nasional Provinsi Jawa Tengah tentang Penugasan Kepala
Seamarang, Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang Sebagai Ketua
2. Perangkat Daerah Kabupaten Semarang, Pelaksana Pengadaan Tanah untuk Pembangunan
3. Camat Pringapus Kabupaten Semarang, Bendungan Jragung di Kabupaten Semarang
4. Kepala Desa Candirejo, Desa
Penawangan, Desa Jatirenggo; dan
Kegunaan:
Pembentukan Susunan Keanggotaan 1. Dilaksanakannya penyusunan Keputusan Membentuk Susunan Keanggotaan Pelaksana Pengadaan
Pelaksana Pengadaan Tanah Untuk Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tanah Untuk Pembangunan Bendungan Jragung di Kabupaten
Pembangunan Bendungan Jragung di Semarang tentang Susunan Semarang dan Sekretariat dengan susunan keanggotaan paling
Kabupaten Semrang oleh Kepala Kantor Keanggotaan Pelaksana Pengadaan kurang sebagai berikut:
Pertanahan Kabupaten Semarang Tanah Untuk Pembangunan Bendungan a. Pelaksana Pengadaan Tanah
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Penyusunan Keputusan Kepala Kantor Kantor
Pertanahan Kabupaten Semarang Pertanahan
tentang Susunan Keanggotaan Kabupaten
Pelaksana Pengadaan Tanah Untuk Semarang
Pembangunan Bendungan Jragung di
Kabupaten Semarang
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
1. Penetapan Ketua Pelaksana Kepala Kantor Wilayah
Pengadaan Tanah Badan Pertanahan
Nasional Provinsi Jawa
Tengah/Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten
Semarang
2. Penyusunan Rencana Kerja Ketua Pelaksana
Pengadaan Tanah Pengadaan Tanah
3. Pembentukan Keputusan Ketua Pelaksana
Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah
Pengadaan Tanah tentang
Satuan Tugas Pelaksana
Pengadaan Tanah
Kegunaan:
Penentuan Pihak yang Berhak dalam 1. Terlaksananya pengukuran dan 1. Satgas A melaksanakan pengukuran dan pemetaan bidang Hasil Inventarisasi
pemberian ganti kerugian pemertaan bidang per bidang tanah per bidang tanah meliputi: dan Identifikasi
yang dilakukan Satgas A a. pengukuran batas keliling lokasi pengadaan tanah; diumukan di kantor
2. Adanya Peta Bidang Tanah hasil b. pengukuran bidang per bidang; kelurahan/desa,
pengukuran dan pemetaan bidang per c. menghitung, menggambar bidang per bidang dan batas kantor kecamatan,
bidang tanah yang ditandatangani oleh keliling; dan dan lokasi
Ketua Satgas A d. pemetaan bidang per bidang dan batas keliling bidang pembangunan dalam
3. Terkumpulnya data yang dilakukan tanah. waktu paling kurang
oleh Satgas B Pengukuran bidang per bidang tanah tersebut dilakukan 14 (empat belas) hari
4. Tersusunnya Daftar Nominatif, yang dengan car mengukur dan memetakan tanah pihak yang kerja.
memuat: berhak di dalam keliling bidang tanah atau trase.
a. identitas Pihak yang Berhak; 2. Satgas B melaksanakan pengumpulan data paling kurang:
b. letak, luas, dan status/jenis hak; a. nama, pekerjaan, dan alamat Pihak yang Berhak;
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
1. Peta Bidang Tanah hasil Satgas A
pengukuran dan pemetaan
bidang per bidang tanah;
2. Datar Nominatif; Satgas B
3. Berita Acara Hasil Ketua Satgas
Inventarisasi dan
Identifikasi dan/atau Berita
Acara Verifikasi dan
Perbaikan HASIK
Inventarisasi dan
Identifikasi;
4. Pengumuman hasil Ketua Pelakasa
Inventasisasi dan Pengadaan Tanah
Identifikasi oleh Ketua
Pengadaan Tanah.
5. Penetapan Pihak yang Ketua Pelakasa
Bergak dalam pemberian Pengadaan Tanah
ganti kerugian
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Pelaksanaan Pengadaan Jasa Ketua Pelaksana
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Musyawarah Penetapan Bentuk Pelaksana Pengadaan
Ganti Kerugian Tanah dan Pusat
Bendungan/Balai
Besar Wilayah Sungai
Pemali Juana
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Pemeberian Ganti Kerugian Pusat
dan Pelepasan Hak oleh Pihak Bendungan/Balai
yang Berhak Besar Wilayah Sungai
Pemali Juana
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Pemberian Ganti Kerugian dalam Balai Wiayah Sungai
bentuk uang dan Pelepasan hak Pemali Juana
oleh Pihak yang Berhak bersama Pihak
Perbankan (apabila
ganti kerugian dalam
bentuk uang melalui
bank)
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Pemberian Ganti Kerugian dalam Balai Wiayah Sungai
bentuk tanah pengganti dan Pemali Juana
Pelepasan hak oleh Pihak yang
Berhak
SUMBER DAYA
2019 2020 2021 2022
Aktivitas/Kegiatan
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Pemberian Ganti
Pusat
Kerugian dalam bentuk
Bendungan/Balai
permukiman kembali
Besar Wilayah Sungai
dan Pelepasan hak oleh
Pemali Juwana
Pihak yang Berhak
Pematangan Lahan Pusat
Resettlement Bendungan/Balai
SUMBER DAYA
2019 2020 2021 2022
Aktivitas/Kegiatan
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Besar Wilayah Sungai
Pemali Juwana
Pusat
Pembangunan Jalan Bendungan/Balai
Lingkungan Besar Wilayah Sungai
Pemali Juwana
Pembongkaran Pusat Bendungan/Balai
bangunan, Besar Wilayah Sungai
pengangkutan Pemali Juwana
bangunan, serta
pembangunan Rumah
kembali pada lahan baru
Pembongkaran Pusat Bendungan/Balai
bangunan, Besar Wilayah Sungai
pengangkutan Pemali Juwana
bangunan, serta
pembangunan
Bangunan Fasilitas
Umum dan Sosial
Pusat
Pengembangan Bendungan/Balai
Jaringan Drainase Besar Wilayah Sungai
Pemali Juwana
Pusat Bendungan/Balai
Pengembangan
Besar Wilayah Sungai
Jaringan Listrik
Pemali Juwana
Pengembangan Pusat Bendungan/Balai
Jaringan Air Limbah Besar Wilayah Sungai
Rumah Tangga Pemali Juwana
Pembangunan Sistem Pusat Bendungan/Balai
Persampahan Besar Wilayah Sungai
SUMBER DAYA
2019 2020 2021 2022
Aktivitas/Kegiatan
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Pemali Juwana
Pusat Bendungan/Balai
Pembangunan IPAL Besar Wilayah Sungai
Pemali Juwana
Pusat Bendungan/Balai
Pembangunan RTH Besar Wilayah Sungai
Pemali Juwana
Pusat Bendungan/Balai
Pengurusan IMB Besar Wilayah Sungai
Pemali Juwana
Penyerahan Pusat Bendungan/Balai
Kompensasi dan Besar Wilayah Sungai
Santunan Pemali Juwana
Pemindahan Penduduk Pusat Bendungan/Balai
Menuju Area Besar Wilayah Sungai
Resettlement Pemali Juwana
Pusat Bendungan/Balai
Proses Sertifikasi Lahan Besar Wilayah Sungai
Pemali Juwana
Pusat Bendungan/Balai
Penyerahan IMB Besar Wilayah Sungai
Pemali Juwana
Pusat Bendungan/Balai
Pemindahan Makam Besar Wilayah Sungai
Pemali Juwana
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Pemberian Ganti Kerugian dan Balai Wiayah Sungai
Pelepasan hak oleh Pihak yang Pemali Juana
Berhak
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Pemberiganti kerugian dalam Balai Wiayah Sungai
keadaan khusus Pemali Juana
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Penitipan Ganti Kerugian Pusat
Bendungan/Balai
Besar Wilayah Sungai
Pemali Juana
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Pelepasan Hak Objek Pusat
Pengadaan Tanah Bendungan/Balai
Besar Wilayah Sungai
Pemali Juana dan
Kantor Pertanahan
Kabupaten
Seamarang
10.1.3.9 Pemutusan Hubungan Hukum antara Pihak yang Berhak dengan Objek Pengadaan Tanah
Tabel 10.23 Pemutusan Hubungan Hukum antara Pihak yang Berhak dengan Objek Pengadaan Tanah
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Pemutusan Hubungan Hukum Kantor Pertanahan
antara Pihak yang Berhak Kabupaten Semarang
dengan Objek Pengadaan
Tanah
10.1.3.10 Pendokumentasian Peta Bidang, Daftar Nominatif dan Data Administrasi Pengadaan Tanah
Tabel 10.24 Pendokumentasian Peta Bidang, Daftar Nominatif dan Data Administrasi Pengadaan Tanah
Penjelas Indikator Pengukur Data/Cara Penjelas Pencapaian Asumsi Penting
Tujuan
Pendokumentasian Peta Bidang, Daftar Terlaksananya pengumpulan, Pelaksana Pengadaan Tanah melakukan pengumpulan,
Nominatif dan Data Administrasi pengelompokan, pengolahan dan pengelompokan, pengolahan dan penyimpanan data
Pengadaan Tanah penyimpanan data Pengadaan Tanah. Pengadaan Tanah yang meliputi:
a. peta bidang tanah;
b. daftar nominatif; dan
b. data administrasi.
Data Pengadaan Tanah meliputi:
1. Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah;
2. Surat Pemberitahuan Rencana Pembangunan;
3. Data Awal Subyek dan Objek;
4. Undangan Dan Daftar Hadir Konsultasi Publik;
5. Berita Acara Kesepakatan Konsultasi Publik;
6. Surat Keberatan;
7. Rekomendasi Tim Kajian;
8. Surat Gubernur (Hasil Rekomendasi);
9. Surat Keputusan Penetapan Lokasi Pembangunan;
10. Pengumuman Penetapan Lokasi Pembangunan;
11. Surat Pengajuan Pelaksanaan Pengadaan Tanah;
12. Berita Acara Inventarisasi dan Identifikasi;
13. Peta Bidang Objek Pengadaan Tanah dan Daftar
Nominatif;
14. Pengumuman Daftar Nominatif;
15. Berita Acara Perbaikan Dan Verifikasi;
16. Daftar Nominatif Yang Sudah Disahkan;
17. Dokumen Pengadaan Penilai;
18. Dokumen Hasil Penilaian Pengadaan Tanah;
19. Berita Acara Penyerahan Hasil Penilaian;
20. Undangan dan Daftar Hadir Musyawarah Penetapan
Ganti Kerugian;
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Penyusunan Data Pengadaan Kantor Pertanahan
Tanah Kabupaten Semarang
SUMBER DAYA
Aktivitas/Kegiatan 2019 2020 2021 2022
Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran Instansi Anggaran
Penyusunan Dokumen Peta Ketua Pelaksana
Bidang Daftar Nominatif dan Data Pengadaan Tanah
Administrasi Pengadaan Tanah
Sumber: Analisa Data LARAP Bendungan Jragung, 2018
Penyusunan rencana tindak ini ditujukan untuk memberikan panduan bagi pihak yang terlibat dalam
pengurusan izin pinjam pakai kawasan hutan untuk Bendungan Jragung, tahapan pelaksanaan izin pinjam
pakai hutan dilalui dengan melengkapi syarat-syarat pengurusan sesuai dengan tahapan yang dijabarkan
dalam tabel berikut ini.
Tabel 10.26 Permohonan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Untuk Bendungan Jragung
No Kelengkapan Keterangan Waktu
1. Permohonan Pendahuluan Penggunaan kawasan hutan dilakukan oleh
Penggunaan Kawasan Hutan diajukan Kementerian, penggunaan kawasan hutan
oleh Direktur Jendral Sumber Daya Air ditetapkan oleh Menteri dengan didahului
kepada Kementerian Lingkungan permohonan oleh Direkur Jenderal atau Kepala
Hidup Badan lingkup Kementerian yang membidangi
urusan sesuai permohonan.
2. Persyaratan permohonan berupa: Persyaratan komitmen terdiri atas:
a. pernyataan komitmen a. Menyelesaikan tata batas areal IPPKH;
(merupakan pernyataan b. Menyerahkan lahan kompensasi bagi
pemohon untuk memenuhi permohonan IPPKH dengan kewajiban
persyaratan IIPPKH); dan menyerahkan lahan kompensasi;
b. persyaratan teknis. c. Menyampaikan baseline penggunaan
kawasan hutan dan peta baseline skala
paling kecil 1:50.000 (satu berbanding lima
puluh ribu) atau skala terbesar pada lokasi
yang dimohon bagi permohonan ippkh
dengan kompensasi membayar pnbp
penggunaan kawasan hutan;
d. Menyelesaikan amdal atau ukl-upl; dan/atau
e. Menyampaikan pernyataan bersedia
mengganti biaya investasi
pengelolaan/pemanfaatan hutan kepada
pengelola/pemegang izin usaha
pemanfaatan hasil hutan.
Persyaratan Teknis terdiri atas:
a. Lokasi, luas areal, dan rincian penggunaan
kawasan hutan yang dimohon yang
dituangkan dalam bentuk peta skala paling
kecil 1:50.000 (satu berbanding lima puluh
ribu) atau lebih besar dalam bentuk softcopy
format shapefile (shp) dengan koordinat
sistem utm datum wgs 84;
b. Rekomendasi gubernur tentang penggunaan
kawasan hutan;
c. Pertimbangan teknis perum perhutani dalam
hal permohonan berada dalam wilayah kerja
perum perhutani;
6. Penerbitan Keputusan IPPKH Menteri setelah menerima konsep keputusan Paling lama 3
IPPKH dan peta lampiran IPPKH, menerbitkan (tiga) hari kerja
BAB 11
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi adalah tabel teknis berisikan kegiatan yang dapat dilaksanakan pada
tahapan pengembangan dari tiga tahapan besar untuk implementasi strategi yakni pra, saat
Keberhasilan kegiatan monitoring dan evaluasi sangat ditentukan oleh perencanaan monitoring dan
evaluasi yang baik dengan cara menentukan kerangka kerja dalam melaksanakan proses monitoring dan
evaluasi apakah dilakukan dengan pendekatan langusung maupun tidak langsung. Pendekatan langsung
dilakukan dengan mendatangi pelaksanaan kegiatan untuk melihat kesesuaian antara rencana dan
realisasi pelaksanaan kegiatan serta efektifitas pelaksanaan kegiatan. Sedangkan pendekata tidak
langsung dilakukan melalui telaahan terhadap dokumen rencana pelaksanaan kegiatan.
Monitoring dan evaluasi tidak hanya merupakan kegiatan pelengkap dalam siklus perencanaan
dan penganggaran. Apabila kegiatan monitoring/pemantauan dan evaluasi tidak berjalan maka
Pemerintah tidak dapat mengetahui dampak dan manfaat program/kegiatan yang telah dilaksanakan
terhadap masyarakat sehingga hal ini bias menimbulkan kesalahan pemerintah dalam mengambil
kebijakan. Sebagaimana kebijakan nasional yang mengatur mengenai pemantauan dan evaluasi telah
diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
Secara konseptual pemantauan merupakan kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan
rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan
timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan
realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar.
Sedangkan rencana merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dari ketentuan tersebut
maka jelas bahwa terdapat korelasi hubungan timbal balik antara perencanaan, monitoring, dan evaluasi
yang saling terkait antara satu dengan yang lain di setiap tahapannya.
Oleh karena itu untuk perencanaan pembangunan Bendungan Jragung dibutuhkan kajian
mengenai kelengkapan sistem pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencacna pembangunan, untuk
mengidentifikasi kelemahan sistem yang ada dan mengajukan usulan perbaikan, sehingga dapat
terbentuk suatu sistem pamantauan dan evaluasi yang efektif dan efisien yang dapat menjadi input bagi
pengambil kebijakan terkait siklus perencanaan dan penganggaran pengadaan tanah untuk
pembangunan Bendungan Jragung. Disusunnya monitoring dan evaluasi ini digunakan sebagai
instrument pengendalian melalui serangkaian kegiatan manejemn yang dimaksudkan untuk menjamin
agar suatu program/kegiatan yang dilaksankaan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Kegiatan pengendalian tersebut dimaksudkan untuk mengamati perkembangan pelaksanaan
rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan atau akan
timbul dalam pembangunan Bendungan Jragung untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. Tindak
lanjutnya melalui kegiatan atau langkah-langkah operasional yang ditempuh berdasarkan pada hasil
pelaksanaan kegiatan dan pengawasan untuk menjamin agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan acuan
dan rencana yang telah ditetapkan, seperti antara lain melakukan koreksi atas penyimpangan kegiatan,
akselerasi atas keterlambatan pelaksanaan, atau pun klarifikasi atas ketidakjelasan pelaksanaan rencana.
Sedangkan evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah
pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat
dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang.
Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan dampak (impacts) dari
pelaksanaan rencana pembangunan. Oleh karena itu, dalam perencanaan yang transparan dan
akuntabel, harus disertai dengan penyusunan indikator kinerja pelaksanaan rencana, yang
sekurangkurangnya meliputi; (i) indikator masukan, (ii) indikator keluaran, dan (iii) indikator hasil/manfaat.
Didalam pelaksanaannya, kegiatan evaluasi dapat dilakukan pada berbagai tahapan yang berbeda yaitu:
i. Evaluasi pada Tahap Perencanaan (ex-ante), yaitu evaluasi dilakukan sebelum ditetapkannya
rencana pembangunan dengan tujuan untuk memilih dan menentukan skala prioritas dari berbagai
alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya;
ii. Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan (on-going), yaitu evaluasi dilakukan pada saat pelaksanaan
rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan rencana dibandingkan
dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya, dan
iii. Evaluasi pada Tahap Pasca-Pelaksanaan (ex-post), yaitu evaluasi yang dilaksanakan setelah
pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk melihat apakah pencapaian
(keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin
dipecahkan. Evaluasi ini digunakan untuk menilai efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan
masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap
kebutuhan) dari suatu program.
Berdasarkan tahapan monitoring dan evaluasi yang dimulai dari tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan dan tahap pasca pelaksanaan diatas. Dalam pembangunan Bendungan Jragung hal-hal
utama yang terkait dengan membangun sistem pemantauan dan evaluasi adalah:
a. Memformulasikan sasaran/tujuan dan hasil;
Terdapat dua jenis monitoring dan evaluasi yaitu internal dan eksternal. Monitoring dan evaluasi
internal adalah monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh pihak pelaksana kegiatan sendiri. Pada
umumnya pelaksanaan monitoring dan evaluasi internal adalah anggota tim pelaksana sendiri yaitu Team
Leader , co-Team Leader, para tenaga ahli, serta asisten tenaga ahli, pelaksana survey lapangan, serta
tim teknis pelaksana lain yang terlibat dalam pelaksanaan LARAP. Tujuan utama monitoring dan evaluasi
internal adalah mengetahui tingkat kemajuan tim sehubungan dengan sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan.
Monitoring dan evaluasi eksternal adalah monitoring dan evaluasii yang dilaksanakan oleh pihak
eksternal dari tim pelaksana kegiatan yang juga menerima manfaat dari pelaksanaan kegiatan. Hasil
monitoring evaluasi eksternal dapat digunakan untuk rewards system terhadap pencapaian kegiatan,
meningkatkan pencapaian daripada jadwal target sasaran kegiatan, mengakomodasi kepentingan
akuntabilitas publik, memperbaiki sistem yang ada secara keseluruhan, dan membantu tim pelaksana
kegiatan untuk dapat mengembangkan dirinya.
Pemantauan (monitoring) diperlukan untuk memberikan masukan bagi proses pelaksanaan untuk
mencapai hasil yang lebih baik. Sementara itu evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil yang diperoleh
terutama output maupun outcome dalam satu periode tertentu. Untuk meningkatkan efektifitas monitoring
dan evaluasi, maka tim LARAP Bendungan Jragung menyusun rancangan pemantauan dan evaluasi
yang akan dijelaskan dalam bab ini.
Indikator yang dipantau dalam LARAP Bendungan Jragung Semarang terbagi dalam dua bidang yaitu
pemantauan pada proses pengadaan tanah dan proses pemukiman kembali (resettlement). Pada proses
pengadaan tanah terdapat empat (4) tujuan, yaitu:
Indikator periksa (checklist) yang dipantau cukup banyak dan spesifik masing-masing tujuan.
Berikut adalah daftar indikator untuk Tujuan 1:
Apakah Kementerian PUPR sudah melakukan studi kelayakan pembangunan Bendungan
Jragung?
Apakah hasil studi kelayakan sudah ditetapkan kedalam bentuk Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Bendungan Jragung oleh Kementerian PUPR?
Daftar indikator capaian yang dimonitor monitoring dan evaluasi pengadaan tanah untuk
pembangunan Bendungan Jragung sebagaimana yang disampaikan pada Tabel 11.1 berikut.
Tabel 11.1 Daftar Indikator Capaian Monitoring Dan Evaluasi Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan Bendungan Jragung
Tujuan dan Target Indikator Capaian yang Dimonitor Instansi
Tujuan 1. Perencanaan Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Bendungan Jragung
Target 1.A: Tersusunnya 1.1
Dilaksanakannya kelayakan pembangunan Kementerian PUPR
Dokumen Perencanaan Bendungan Jragung
Pengadaan Tanah 1.2 Tersusunnya Dokumen Perencanaan
Pembangunan Bendungan Pengadaan Tanah untuk Pembangunan
Jragung. Bendungan Jragung
1.3 Penetapan Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah Pembangunan Bendungan Jragung
1.4 Penyampaian Dokumen Perencanaaan
Pengadaan Tanah Pembangunan Bendungan
Jragung kepada Gubernur Jawa Tengah
1.5 Perencanaan pembentukan Tim Persiapan
Pembangunan Bendungan Jragung oleh
Gubernur Jawa Tengah.
Tujuan 2. Persiapan Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Bendungan Jragung
Target 2.A: Penetapan 2.1 Terumuskannya keanggotaan Tim Persiapan Gubernur Jawa Tengah
Keputusan Gubernur Jawa dan Kesekretariatan Pengadaan Tanah untuk
Tengah tentang Pembangunan Bendungan Jragung.
Pembentukan Tim Persiapan 2.2 Terumuskannya pembagian tugas Tim Persiapan
dan Sekretariat Pengadaan dan fungsi Sekretariat pengadaan tanah untuk
Tanah untuk Pembangunan pembangunan Bendungan Jragung dalam
Bendungan Jragung. Keputusan Gubernur Jawa Tengah tentang
Pembentukan Tim Persiapan dan Sekretariat
Pengadaan Tanah untuk Pembangunan
Bendungan Jragung.
Target 2.B: Pemberitahuan 2.3 Terlaksananya pemberitahuan rencana Tim Persiapan
Rencana Pembangunan pembangunan Bendungan Jragung yang
Bendungan Jragung oleh dilaksanakan oleh Tim Persiapan, yang meliputi:
Tim Persiapan a. Tersampaikannya surat pemberitahuan
Waktu pelaksanaan pemantauan tidak dapat diseragamkan antar tujuan pada proses pengaadaan tanah
atau antar jenis pada proses pemukiman kembali. Namun, pelaksanaan pemantauan harus tetap
memperhatikan keseimbangan antara prinsip efisiensi waktu dan ketuntasan dalam pemantauan semua
indikator yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk frekuensi pelaporan Form Pemantauan dan Evaluasi
dapat dilakukan minimal dua kali, yaitu diawal dan diakhir proses masing-masing tujuan untuk proses
pengadaan tanah dan masing-masing jenis untuk proses pemukiman kembali.
Dari indikator capaian yang dimonitor monitoring dan evaluasi pengadaan tanah untuk
pembangunan Bendungan Jaragung diatas, berikut adalah Tabel 11.2 mengenai kebutuhan waktu
sebagai target penyelesaian pengadaan tanah untuk pembangunan Bendungan Jragung.
Tabel 11. 2 Kebutuhan Target Penyelesaian Pengadaan Tanah Pembangunan Bendungan Jragung
III.4 Pengumuman Peta Bidang Tanah dan 14 (empat belas) a. Peta Bidang Tanah dan daftar
Daftar Nominatif hari kerja nominatif diumumkan di kantor
kelurahan/desa atau nama lain,
kantor kecamatan, dan lokasi
pembangunan dalam waktu paling
lama 14 (empat belas) hari kerja.
b. Pengumuman, dapat dilaksanakan
secara bertahap, parsial, atau
keseluruhan.
III.5 Pengajuan Keberatan Kepada Ketua 14 (empat belas) Dalam hal Pihak yang Berhak keberatan
Pelaksana Pengadaan Tanah hari kerja atas hasil inventarisasi dan identifikasi,
Pihak yang Berhak dapat mengajukan
keberatan kepada Ketua Pelaksana
Pengadaan Tanah dalam waktu paling
lama 14 (empat belas) hari kerja
terhitung sejak diumumkan hasil
inventarisasi.
III.6 Verifikasi dan Perbaikan Terhadap Peta 14 (empat belas) Verifikasi dan perbaikan dilakukan
Bidang Tanah dan/atau Daftar Nominatif hari kerja dalam waktu paling lama 14 (empat
belas) hari kerja sejak diterimanya
pengajuan keberatan atas hasil
inventarisasi.
1. Inventarisasi dan Identifikasi Aset Terkena Dampak dan Warga Terkena Dampak.
2. Penyusunan Daftar Nominatif Aset Terkena Dampak dan Warga Terkena Dampak
3. Penyusunan Daftar Bangunan Gedung Hunian Rumah Tinggal Warga Terkena Dampak.
4. Penilaian ganti kerugian Bangunan Gedung Rumah Tinggal Warga Terkena Dampak
6. Persiapan Pemberian Ganti Kerugian Permukiman Kembali bagi Warga Terkena Dampak
Sebelas jenis pemantauan di atas (kecuali jenis ke-9) dilakukan oleh Bidang Bendungan Wilayah Barat-
Pusat Bendungan. Khusus untuk jenis ke 9 (yaitu pemberian ganti kerugian) dilakukan oleh Kementerian
Keuangan.
Hasil pemantauan harus dilaporkan sebagai informasi mengenai kondisi terkini yang disusun berdasarkan
format tertentu. Substansi pelaporan pemantauan dalam LARAP Bendungan Jragung adalah:
Kegiatan evaluasi selain yang dilakukan bersamaan dengan pemantauan dapat pula dilakukan tersendiri
yang mencakup indikator masukan dan proses keluaran. Kegiatan evaluasi dapat juga dilakukan pada
indikator outcome. Indikator yang dievaluasi dalam LARAP Bendungan Jragung didasarkan pada outcome
dari masing-masing tujuan/jenis pantauan. Proses keluaran pada dasarnya adalah hasil akhir (outcome)
yang diharapkan pada masing-masing tujuan/jenis pantauan. Sesuai dengan lingkup pengadaan tanah
bagi pembangunan Bendungan Jragung maka indikator capaian yang dimonitor dipaparkan sebagai
berikut:
Waktu pelaksanaan evaluasi dilakukan pada akhir pelaksanaan masing-masing tujuan/jenis pantauan
seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Hasil evaluasi harus dilaporkan sebagai informasi mengenai kondisi terkini yang disusun berdasarkan
format tertentu. Substansi pelaporan evaluasi dalam LARAP Bendungan Jragung adalah penilaian
(assessment) apakah outcome yang diinginkan telah tercapai.
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai proses monitoring dan evaluasi dari kegiatan dan tahapan
dalam permohonan izin pinjam pakai kawasan hutan untuk Bendungan Jragung setelah tahapan-tahapan
persiapan pada kegiatan LARAP telah selesai dicapai serta dilaksanakan. Monitoring yang dilakukan akan
mencakup dua bagian yakni target kegiatan dan indicator capaian kegiatan seperti yang tertera pada
Tabel 11.5 berikut.
Tabel 11.5 Daftar Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Permohonan Izin Pinjam Pakai Kawasan
Hutan Untuk Bendungan Jragung
No Kegiatan Indikator Capaian Kegiatan Keterangan
1 Permohonan Pendahuluan Penggunaan Kawasan Sudah terbitnya surat dan/atau
Hutan diajukan oleh Direktur Jendral Sumber Daya keterangan kesepahaman antara
Air kepada Kementerian Lingkungan Hidup Direktur Jendral Sumber Daya Air
dengan Kementerian Lingkungan
Hidup
2. Persyaratan permohonan berupa: 1. Persyaratan yang diminta
a. Pernyataan Komitmen yang terdiri dari: sesuai dengan kebijakan dan
Menyelesaikan tata batas areal IPPKH; regulasi telah dipenuhi
Menyerahkan lahan kompensasi bagi (bentuk form checklist setiap
permohonan IPPKH dengan kewajiban persyaratan permohonan
menyerahkan lahan kompensasi; disertai dengan surat resmi
Menyampaikan baseline penggunaan pendamping)
kawasan hutan dan peta baseline 2. Terbitnya Berita Acara
skala paling kecil 1:50.000 (satu permohonan
berbanding lima puluh ribu) atau skala
terbesar pada lokasi yang dimohon
bagi permohonan ippkh dengan
kompensasi membayar pnbp
penggunaan kawasan hutan;
Menyelesaikan amdal atau ukl-upl;
dan/atau
Menyampaikan pernyataan bersedia
mengganti biaya investasi
pengelolaan/pemanfaatan hutan
kepada pengelola atau pemegang izin
usaha pemanfaatan hasil hutan.
b. Persyaratan Teknis.
SEKAT
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
KG = 75.000 Rekomendasi
Hasil Survey (D X Rp 778.654) Hasil Survey (F X G) (H X Rp 200.000) (E + J) (I X 200.000) (K - L - M) (N : Rp 200.000)
CR = 200.000 Standarisasi
1 1 HERMAN 105 81.758.670 108 0,375 40,50 60 8.100.000 89.858.670 72.172.000 12.000.000 5.686.670 28
2 1 SUGIONO 132 102.782.328 271 0,375 101,63 60 20.325.000 123.107.328 72.172.000 12.000.000 38.935.328 195
3 1 TULUS / DANI 78 60.735.012 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 60.735.012 72.172.000 - -
4 1 TASWANTO 325 253.062.550 2545 0,375 954,38 90 190.875.000 443.937.550 112.866.000 18.000.000 313.071.550 1.565
5 1 SUTRISNO 77 59.956.358 558 0,375 209,25 60 41.850.000 101.806.358 72.172.000 12.000.000 17.634.358 88
6 1 SUGIMAN 195 151.837.530 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 151.837.530 72.172.000 - -
7 1 SUKISWANTO 104 80.980.016 184 0,375 69,00 60 13.800.000 94.780.016 72.172.000 12.000.000 10.608.016 53
8 1 MA'SUM 143 111.347.522 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 111.347.522 72.172.000 - -
9 1 SUPRATNO 180 140.157.720 528 0,375 198,00 60 39.600.000 179.757.720 72.172.000 12.000.000 95.585.720 478
10 1 AKHIR BASUKI 91 70.857.514 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 70.857.514 72.172.000 - -
11 1 SURMINI 95 73.972.130 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 73.972.130 72.172.000 - -
12 1 SARMIDI / WARTINI 115 89.545.210 702 0,375 263,25 90 52.650.000 142.195.210 112.866.000 18.000.000 11.329.210 57
13 1 TURMUDI 150 116.408.773 162 0,375 60,75 60 12.150.000 128.558.773 72.172.000 12.000.000 44.386.773 222
14 1 RUMIASIH 72 56.063.088 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 56.063.088 72.172.000 - -
15 1 BUDIONO / TINI 144 112.126.176 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 112.126.176 72.172.000 - -
16 1 SUNARTI 72 56.063.088 575 0,375 215,63 60 43.125.000 99.188.088 72.172.000 12.000.000 15.016.088 75
17 1 MARKI 48 37.375.392 70 0,375 26,25 60 5.250.000 42.625.392 72.172.000 12.000.000 (41.546.608) (208) Nilai Aset ≤ RAB
18 1 MARNI 72 56.063.088 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 56.063.088 72.172.000 - -
19 1 RIYADI 170 132.371.180 192 0,375 72,00 60 14.400.000 146.771.180 72.172.000 12.000.000 62.599.180 313
20 1 MAEROAH 99 77.086.746 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 77.086.746 72.172.000 - -
21 1 KASTINI 50 38.932.700 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 38.932.700 72.172.000 - -
22 1 SUGITO 256 199.335.424 274 0,375 102,75 60 20.550.000 219.885.424 72.172.000 12.000.000 135.713.424 679
23 1 YANTO 78 60.735.012 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 60.735.012 72.172.000 -
24 1 PARYATI / SUPARMIN 91 70.857.514 687 0,375 257,63 60 51.525.000 122.382.514 72.172.000 12.000.000 38.210.514 191
3.944
Lampiran 8b Penilaian Aset
A B C D E F G H I J K L M N O P
KG = 75.000 Rekomendasi
Hasil Survey (D X Rp 778.654) Hasil Survey (F X G) (H X Rp 200.000) (E + J) (I X 200.000) (K - L - M) (N : Rp 200.000)
CR = 200.000 Standarisasi
1 2 SUHADI 126 97.798.942 1046 0,375 392,25 90 78.450.000 176.248.942 112.866.000 18.000.000 45.382.942 227
2 2 SANUSI 340 264.742.360 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 264.742.360 72.172.000 - -
3 2 ANWAR 671 522.489.682 4465 0,375 1674,38 90 334.875.000 857.364.682 112.866.000 18.000.000 726.498.682 3.632
4 2 AMIN SANUSI 72 56.063.088 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 56.063.088 72.172.000 - -
5 2 ISTAD / MIASIH 378 294.331.212 156 0,375 58,50 60 11.700.000 306.031.212 72.172.000 12.000.000 221.859.212 1.109
6 2 LISTANTO / ANITA 108 83.705.305 392 0,375 147,00 60 29.400.000 113.105.305 72.172.000 12.000.000 28.933.305 145
7 2 SANTOSO 282 219.572.641 219 0,375 82,13 60 16.425.000 235.997.641 72.172.000 12.000.000 151.825.641 759
8 2 NGATINI 76 58.928.535 110 0,375 41,25 60 8.250.000 67.178.535 72.172.000 12.000.000 (16.993.465) (85) Nilai Aset ≤ RAB
9 2 SUGIHARTO 176 137.043.104 4460 0,375 1672,50 90 334.500.000 471.543.104 112.866.000 18.000.000 340.677.104 1.703
10 2 MARYONO 84 65.406.936 884 0,375 331,50 60 66.300.000 131.706.936 72.172.000 12.000.000 47.534.936 238
11 2 NANANG SAMSYUL AKBAR 168 130.813.872 644 0,375 241,50 90 48.300.000 179.113.872 112.866.000 18.000.000 48.247.872 241
12 2 JUMADI 108 84.094.632 100 0,375 37,50 60 7.500.000 91.594.632 72.172.000 12.000.000 7.422.632 37
13 2 IMAWATI 57 44.149.682 2100 0,375 787,50 90 157.500.000 201.649.682 112.866.000 18.000.000 70.783.682 354
14 2 BUDI PURWONO 102 79.767.652 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 79.767.652 72.172.000 - -
15 2 SUMARNO / SUMIYEM 59 45.862.721 3046 0,375 1142,25 90 228.450.000 274.312.721 112.866.000 18.000.000 143.446.721 717
16 2 SUMARNO / SUWARTI 123 95.961.319 2429 0,375 910,88 90 182.175.000 278.136.319 112.866.000 18.000.000 147.270.319 736
17 2 TUNSRINI 58 44.780.392 200 0,375 75,00 60 15.000.000 59.780.392 72.172.000 12.000.000 (24.391.608) (122) Nilai Aset ≤ RAB
18 2 MARMIN 168 130.580.276 1827 0,375 685,13 90 137.025.000 267.605.276 112.866.000 18.000.000 136.739.276 684
19 2 HADI WIYONO / INTARTI 110 85.566.288 1871 0,375 701,63 90 140.325.000 225.891.288 112.866.000 18.000.000 95.025.288 475
20 2 EKO BUDIONO / SUTINI 27 21.023.658 334 0,375 125,25 60 25.050.000 46.073.658 72.172.000 12.000.000 (38.098.342) (190) Nilai Aset ≤ RAB
21 2 KAMJANI / MARSIPAH 79 61.552.599 173 0,375 64,88 60 12.975.000 74.527.599 72.172.000 12.000.000 (9.644.401) (48) Nilai Aset ≤ RAB
22 2 SUYOTO 120 93.438.480 240 0,375 90,00 60 18.000.000 111.438.480 72.172.000 12.000.000 39.266.480 196
23 2 SUPRIYATIN 56 43.355.455 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 43.355.455 72.172.000 - -
24 2 NGATIYEM 78 60.735.012 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 60.735.012 72.172.000 - -
25 2 SAKIYEM 14 10.901.156 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 10.901.156 72.172.000 - -
26 2 MARTONO 21 16.702.128 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 16.702.128 72.172.000 - -
27 2 SUTARDI 53 41.587.910 418 0,375 156,75 60 31.350.000 72.937.910 72.172.000 12.000.000 (11.234.090) (56) Nilai Aset ≤ RAB
28 2 NGATEMI 80 62.292.320 402 0,375 150,75 60 30.150.000 92.442.320 72.172.000 12.000.000 8.270.320 41
29 2 SUGIYANTO 0 - 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS - 72.172.000 - -
30 2 ANANG SETYANTO 80 62.292.320 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 62.292.320 72.172.000 - -
31 2 SUYATMAN / HARI SETIAWAN 112 86.897.786 101 0,375 37,88 60 7.575.000 94.472.786 72.172.000 12.000.000 10.300.786 52
32 2 SLAMET RIYADI 204 158.845.416 4880 0,375 1830,00 90 366.000.000 524.845.416 112.866.000 18.000.000 393.979.416 1.970
13.317
Lampiran 8b Penilaian Aset
A B C D E F G H I J K L M N O P
KG = 75.000 Rekomendasi
Hasil Survey (D X Rp 778.654) Hasil Survey (F X G) (H X Rp 200.000) (E + J) (I X 200.000) (K - L - M) (N : Rp 200.000)
CR = 200.000 Standarisasi
1 3 SUGENG 154 119.912.716 276 0,375 103,50 60 20.700.000 140.612.716 72.172.000 12.000.000 56.440.716 282
2 3 RIYANTO 370 288.101.980 1587 0,375 595,13 90 119.025.000 407.126.980 112.866.000 18.000.000 276.260.980 1.381
3 3 SANURYADI 72 56.063.088 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 56.063.088 72.172.000 - -
4 3 DENI HARTINI 78 60.735.012 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 60.735.012 72.172.000 - -
5 3 PAINEM 70 54.505.780 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 54.505.780 72.172.000 - -
6 3 DARDIANTO / YULIANA 112 87.209.248 630 0,375 236,25 60 47.250.000 134.459.248 72.172.000 12.000.000 50.287.248 251
7 3 SUTARNO 84 65.406.936 410 0,375 153,75 60 30.750.000 96.156.936 72.172.000 12.000.000 11.984.936 60
8 3 SUMINI 50 38.932.700 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 38.932.700 72.172.000 - -
9 3 SUPRATMI / SRIYONO 78 60.735.012 312 0,375 117,00 60 23.400.000 84.135.012 72.172.000 12.000.000 (36.988) (0) Nilai Aset ≤ RAB
10 3 PAHRODIN 271 211.015.234 2473 0,375 927,38 90 185.475.000 396.490.234 112.866.000 18.000.000 265.624.234 1.328
11 3 SUDARSONO 62 48.276.548 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 48.276.548 72.172.000 - -
12 3 MARSIBAN 120 93.438.480 755 0,375 283,13 90 56.625.000 150.063.480 112.866.000 18.000.000 19.197.480 96
13 3 UMI NADHIROH 90 70.078.860 136 0,375 51,00 60 10.200.000 80.278.860 72.172.000 12.000.000 (3.893.140) (19) Nilai Aset ≤ RAB
14 3 ROHADI / ROISYAH 108 84.094.632 1337 0,375 501,38 90 100.275.000 184.369.632 112.866.000 18.000.000 53.503.632 268
15 3 SUMARNI 160 124.584.640 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 124.584.640 72.172.000 - -
16 3 MUNROHATI / SUDADI 96 74.750.784 538 0,375 201,75 60 40.350.000 115.100.784 72.172.000 12.000.000 30.928.784 155
17 3 EFENDI 88 68.521.552 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 68.521.552 72.172.000 -
18 3 RUSIDI 96 74.750.784 4072 0,375 1527,00 90 305.400.000 380.150.784 112.866.000 18.000.000 249.284.784 1.246
19 3 SARONI 80 62.292.320 1200 0,375 450,00 90 90.000.000 152.292.320 112.866.000 18.000.000 21.426.320 107
20 3 ABIDIN / MUSAROFAH 110 85.651.940 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 85.651.940 72.172.000 - -
21 3 ANIM MUSTIKA/HERI SETIAWAN 42 32.703.468 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 32.703.468 72.172.000 - -
22 3 ASMANAH / SLAMET RIYADI 204 158.845.416 402 0,375 150,75 60 30.150.000 188.995.416 72.172.000 12.000.000 104.823.416 524
23 3 DJURI / MARKAMAH 120 93.438.480 1400 0,375 525,00 90 105.000.000 198.438.480 112.866.000 18.000.000 67.572.480 338
24 3 PARTIMAH 111 86.041.267 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 86.041.267 72.172.000 - -
25 3 KASIHANTO 98 76.308.092 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 76.308.092 72.172.000 - -
26 3 SAINEM 123 95.774.442 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 95.774.442 72.172.000 - -
27 3 MASHADI 180 140.157.720 2292 0,375 859,50 90 171.900.000 312.057.720 112.866.000 18.000.000 181.191.720 906
28 3 REGIYANTI 119 92.659.826 259 0,375 97,13 60 19.425.000 112.084.826 72.172.000 12.000.000 27.912.826 140
29 3 MARYONO 80 62.292.320 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 62.292.320 72.172.000 - -
30 - KASINI 52 40.490.008 850 0,375 318,75 60 63.750.000 104.240.008 72.172.000 12.000.000 20.068.008 100
Lampiran 8c Pembagian Rumah Khusus
A B C D E F G H I J K L M N O P
Sisa/kekurangan
Prosentase penyusutan Nilai Sisa/kekurangan penggantian
L. Rumah L. Tanah Luas Total Tanah Rab Pembangunan penggantian
Nilai Aset Rumah Tanah (Harga Pasar Kedungglatik Luas Kavling (m²) Nilai Aset Tanah Total Nilai Aset Harga Kavling (JIKA MEMILIH TANAH)
NO Eksisting Eksisting Pengganti Rumah (JIKA MEMILIH UANG)
No RT Nama & Candi Rejo KETERANGAN
Urut
KG = 75.000 Rekomendasi
Hasil Survey (D X Rp 778.654) Hasil Survey (F X G) (H X Rp 200.000) (E + J) (I X 200.000) (K - L - M) (N : Rp 200.000)
CR = 200.000 Standarisasi
1 3 1 TULUS / DANI 78 60.735.012 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 60.735.012 72.172.000 - -
2 6 1 SUGIMAN 195 151.837.530 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 151.837.530 72.172.000 - -
3 8 1 MA'SUM 143 111.347.522 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 111.347.522 72.172.000 - -
4 10 1 AKHIR BASUKI 91 70.857.514 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 70.857.514 72.172.000 - -
5 11 1 SURMINI 95 73.972.130 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 73.972.130 72.172.000 - -
6 14 1 RUMIASIH 72 56.063.088 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 56.063.088 72.172.000 - -
7 15 1 BUDIONO / TINI 144 112.126.176 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 112.126.176 72.172.000 - -
8 18 1 MARNI 72 56.063.088 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 56.063.088 72.172.000 - -
9 20 1 MAEROAH 99 77.086.746 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 77.086.746 72.172.000 - -
10 21 1 KASTINI 50 38.932.700 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 38.932.700 72.172.000 - -
11 23 1 YANTO 78 60.735.012 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 60.735.012 72.172.000 -
12 2 2 SANUSI 340 264.742.360 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 264.742.360 72.172.000 - -
13 4 2 AMIN SANUSI 72 56.063.088 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 56.063.088 72.172.000 - -
14 14 2 BUDI PURWONO 102 79.767.652 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 79.767.652 72.172.000 - -
15 23 2 SUPRIYATIN 56 43.355.455 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 43.355.455 72.172.000 - -
16 24 2 NGATIYEM 78 60.735.012 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 60.735.012 72.172.000 - -
17 25 2 SAKIYEM 14 10.901.156 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 10.901.156 72.172.000 - -
18 26 2 MARTONO 21 16.702.128 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 16.702.128 72.172.000 - -
19 29 2 SUGIYANTO 0 - 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS - 72.172.000 - -
20 30 2 ANANG SETYANTO 80 62.292.320 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 62.292.320 72.172.000 - -
21 3 3 SANURYADI 72 56.063.088 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 56.063.088 72.172.000 - -
22 4 3 DENI HARTINI 78 60.735.012 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 60.735.012 72.172.000 - -
23 5 3 PAINEM 70 54.505.780 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 54.505.780 72.172.000 - -
24 8 3 SUMINI 50 38.932.700 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 38.932.700 72.172.000 - -
25 11 3 SUDARSONO 62 48.276.548 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 48.276.548 72.172.000 - -
26 15 3 SUMARNI 160 124.584.640 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 124.584.640 72.172.000 - -
27 17 3 EFENDI 88 68.521.552 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 68.521.552 72.172.000 -
28 20 3 ABIDIN / MUSAROFAH 110 85.651.940 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 85.651.940 72.172.000 - -
29 21 3 ANIM MUSTIKA/HERI SETIAWAN 42 32.703.468 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 32.703.468 72.172.000 - -
30 24 3 PARTIMAH 111 86.041.267 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 86.041.267 72.172.000 - -
31 25 3 KASIHANTO 98 76.308.092 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 76.308.092 72.172.000 - -
32 26 3 SAINEM 123 95.774.442 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 95.774.442 72.172.000 - -
33 29 3 MARYONO 80 62.292.320 0 0,375 0,00 SANTUNAN RUMAH KHUSUS 62.292.320 72.172.000 - -
Lampiran 8d Pembagian Rumah Tipe 48
A B C D E F G H I J K L M N O P
Sisa/kekurangan Sisa/kekurangan
Prosentase penyusutan Nilai Luas Total Rab
L. Rumah L. Tanah Luas Kavling penggantian penggantian
Nilai Aset Rumah Tanah (Harga Pasar Tanah Nilai Aset Tanah Total Nilai Aset Pembangunan Harga Kavling
NO No Eksisting Eksisting (m²) (JIKA MEMILIH UANG) (JIKA MEMILIH TANAH)
RT Nama Kedungglatik & Candi Rejo Pengganti Rumah KETERANGAN
Urut RMH
KG = 75.000 Rekomendasi
Hasil Survey (D X Rp 778.654) Hasil Survey (F X G) (H X Rp 200.000) (E + J) (I X 200.000) (K - L - M) (N : Rp 200.000)
CR = 200.000 Standarisasi
1 4 1 TASWANTO 325 253.062.550 2545 0,375 954,38 90 190.875.000 443.937.550 112.866.000 18.000.000 313.071.550 1.565
2 12 1 SARMIDI / WARTINI 115 89.545.210 702 0,375 263,25 90 52.650.000 142.195.210 112.866.000 18.000.000 11.329.210 57
3 1 2 SUHADI 126 97.798.942 1046 0,375 392,25 90 78.450.000 176.248.942 112.866.000 18.000.000 45.382.942 227
4 3 2 ANWAR 671 522.489.682 4465 0,375 1674,38 90 334.875.000 857.364.682 112.866.000 18.000.000 726.498.682 3.632
5 9 2 SUGIHARTO 176 137.043.104 4460 0,375 1672,50 90 334.500.000 471.543.104 112.866.000 18.000.000 340.677.104 1.703
6 11 2 NANANG SAMSYUL AKBAR 168 130.813.872 644 0,375 241,50 90 48.300.000 179.113.872 112.866.000 18.000.000 48.247.872 241
7 13 2 IMAWATI 57 44.149.682 2100 0,375 787,50 90 157.500.000 201.649.682 112.866.000 18.000.000 70.783.682 354
8 15 2 SUMARNO / SUMIYEM 59 45.862.721 3046 0,375 1142,25 90 228.450.000 274.312.721 112.866.000 18.000.000 143.446.721 717
9 16 2 SUMARNO / SUWARTI 123 95.961.319 2429 0,375 910,88 90 182.175.000 278.136.319 112.866.000 18.000.000 147.270.319 736
10 18 2 MARMIN 168 130.580.276 1827 0,375 685,13 90 137.025.000 267.605.276 112.866.000 18.000.000 136.739.276 684
11 19 2 HADI WIYONO / INTARTI 110 85.566.288 1871 0,375 701,63 90 140.325.000 225.891.288 112.866.000 18.000.000 95.025.288 475
12 32 2 SLAMET RIYADI 204 158.845.416 4880 0,375 1830,00 90 366.000.000 524.845.416 112.866.000 18.000.000 393.979.416 1.970
13 2 3 RIYANTO 370 288.101.980 1587 0,375 595,13 90 119.025.000 407.126.980 112.866.000 18.000.000 276.260.980 1.381
14 10 3 PAHRODIN 271 211.015.234 2473 0,375 927,38 90 185.475.000 396.490.234 112.866.000 18.000.000 265.624.234 1.328
15 12 3 MARSIBAN 120 93.438.480 755 0,375 283,13 90 56.625.000 150.063.480 112.866.000 18.000.000 19.197.480 96
16 14 3 ROHADI / ROISYAH 108 84.094.632 1337 0,375 501,38 90 100.275.000 184.369.632 112.866.000 18.000.000 53.503.632 268
17 18 3 RUSIDI 96 74.750.784 4072 0,375 1527,00 90 305.400.000 380.150.784 112.866.000 18.000.000 249.284.784 1.246
18 19 3 SARONI 80 62.292.320 1200 0,375 450,00 90 90.000.000 152.292.320 112.866.000 18.000.000 21.426.320 107
19 23 3 DJURI / MARKAMAH 120 93.438.480 1400 0,375 525,00 90 105.000.000 198.438.480 112.866.000 18.000.000 67.572.480 338
20 27 3 MASHADI 180 140.157.720 2292 0,375 859,50 90 171.900.000 312.057.720 112.866.000 18.000.000 181.191.720 906
Lampiran 8e Pembagian Rumah Tipe 36
A B C D E F G H I J K L M N O P