Anda di halaman 1dari 6

Antropologi Ragawi

Oleh
Yogi Revido (1810822037)
Diajukan sebagai pemenuhan tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Antropologi Raga
wi
Dosen Pengampu: Dr. Yevita Nurti, M.Si
A. Paleoantropologi: Suatu Pengenalan
Paleoantropologi adalah suatu ilmu tentang manusia purba dengan menyelidiki evolu
si manusia sejak awal sejarahnya hingga perkembangan manusia zaman logam. Secara um
um, kajian paleoantropologi meliputi pendahulu manusia (paleo primatologi) dan manusia
modern, juga mencakup kajian manusia fosil para periode mesolithikum. Sehingga objek k
ajian paleoantropologi mempelajari sisa-sisa manusia pada bagian yang keras seperti tulan
g belulang yang berubah menjadi fosil dan subfosil seperti jejak kaki atau tangan yang tela
h menjadi fosil dan koprolit atau kotoran yang telah memfosil (fosil feces). Adapun tujuan
dari kajian ilmu paleoantropologi adalah untuk mengetahui kehidupan bio-kultural manusia
sejak manusia muncul di muka bumi.
Ilmu paleoantropologi sendiri dalam perkembangannya melalui masa dan wilayah dis
tribusi yang cukup panjang dan luas. Salah satunya dapat dilihat dari ditemukannya situs-si
tus paleoantropologi di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Situs-situs penting
paleoantropologi yang ditemukan di Indonesia diantaranya di pulau Jawa, Sumatera, Sulaw
esi, Nusa Tenggara dan Irian. Tingkat kepurbaan manusia Indonesia yang pernah di temuk
an sekitar 2 juta hingga 5 ribu tahun yang lalu yang termasuk dalam kategori pithecanthro
pus hingga homo erectus sapiens. Usia kepurbaan manusia awal di lingkaran pasifik, asia t
enggara dan Indonesia seringkali di tolak oleh banyak ahli karena kepulauan nusantara posi
sinya adalah perifer atau disebut juga wilayah tepi terhadap benua benua lama, sehingga di
yakini sebagai wilayah penerima migrasi yang baru belakangan dikunjungi manusia. Kepul
auan nusantara diyakini tidak termasuk wilayah yang berkebudayaan tinggi seperti Mesir,
Asia Barat, Eropa Selatan.
Situs di Indonesia berperan sebagai tempat berkumpulnya fosil organisma yang belu
m tentu hidup (sikronis) atau setempat (simpatris). Beberapa penemuan situs menunjukkan
adanya asosiasi fosil dengan hewan atau tumbuhan tertentu dan terkadang beberapa piranti
budaya. Namun situs juga dapat mengalami kerusakan yang biasanya disebabkan oleh:
a. Kerusakan yang disebabkan pencarian logam mulia pada situs.
b. Perusakan karena gua kyokkenmoddinger (tumpukan kulit kerang purba), jalan, tu
ris, perkebunan, perkuburan, dan sebagainya.
c. Perusakan oleh gerombolan hewan.
d. Penggalian klandestin yaitu temuan purbakala untuk tujuan komersial.
e. Akar tumbuhan hingga bencana alam.
Adapun beberapa contoh kerusakan situs di beberapa daerah di dunia:
a. Bukit kerang kyokkenmoddinger, yakni sampah dapur yang tertimbun dari zaman
mesolithik dipakai untuk menghasilkan kapur bermutu tinggi di Vietnam, Malays
ia, Kamboja, Aceh, Sumatera bagian Timur.
b. Gua di Cina, Malaysia, Filipina.
c. Abrasi pesisir di Jawa Timur, Sulawesi, Bali, Sumba.
d. Pengendapan fosil di daerah pertanian seperti di Jawa, Sulawesi, Filipina.
e. Pencurian bekal kubur di Jawa, Sulawesi Selatan, Maluku.
f. Pengembangan daerah pemukiman, jalan dan irigasi di kota-kota di Jawa, Filipin
a, Muangthai, Malaysia.
Terjadinya sebuah fosil melalui beberapa proses. Proses tersebut berawal dari terjadi
suatu “lubang” (keluputan) proses alam. Proses ini terjadi karena seharusnya semua benda
organis di alam akan didaur ulang, namun karena adanya mata rantai proses yang putus, se
hingga terjadi pengawetan satu benda organic yang kemudian dikenal sebagai fosil. Fosil s
endiri dalam analisanya membutuhkan perlakuan laboratoris melalui penalaran ekstrapolari
s yang melibatkan lintas bidang ilmu seperti biologi, anatomi kedokteran hingga bidang il
mu yang dapat merekonstruksi aspek bio-kultural.
B. Paleoantropologi: Perkembangan Kehidupan Manusia Purba di Indonesia
Manusia purba atau prehistoric people adalah jenis manusia yang hidup jauh sebelum
dikenal tulisan, dan diyakini mendiami bumi sekitar 4 juta tahun yang lalu. Manusia purba
dalam perkembangan sosial, ekonomi dan budaya melalui tahap-tahap kehidupannya diant
aranya masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa berburu dan mengumpulkan mak
anan tingkat lanjut, masa bercocok tanam dan masa perundagian. Manusia purba pun memi
liki alat pendukung yang terbuat dari batu sebagai peralatan kebutuhan hidupnya. Terungka
pnya berbagai jenis manusia purba berawal dari penemuan fosil dan artefak. Fosil adalah tu
lang belulang manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan yang telah membantu. Sedangkan art
efak adalah peralatan dan perlengkapan kehidupan manusia sebagai hasil dari kebudayaann
ya. Melalui fosil dan artefak inilah para ahli dapat meneliti manusia putba untuk mengetah
ui usia dan keberadaannya di alam kehidupannya.
Beberapa fosil manusia purba ditemukan di Indonesia. Pertama, ditemukan oleh Von
Koniegswald di Sangiran, Lembah Bengawan Solo pada tahun antara 1936-1941 yang bern
ama meganthropus paleojavanicus. Meganthropus paleojavanicus sendiri berarti manusia b
esar dan makhluk tertua yang hidup di pulau Jawa. Manusia purba meganthropus paleojava
nicus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Memiliki tulang pipi tebal
b. Memiliki otot kunyah yang kuat
c. Memiliki tonjolan kening yang menyolok
d. Tidak memiliki dagu
e. Memiliki perawakan yang tegap
f. Memakan jenis tumbuh-tumbuhan
g. Mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar
Kedua, pithecanthropus erectus ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 di T
rinil Jawa Tengah. Pithecanthropus erectus memiliki arti manusia yang berjalan tegak. Cir
i-ciri pithecanthropus erectus diantaranya:
a. Volume otak 759-1350 cc
b. Tinggi badan sekitar 165-180 cm
c. Bentuk tubuh tegap
d. Alat pengunyah dan otot tengkuk sangat kuat
e. Bentuk geraham besar
f. Rahang kuat
g. Tonjolan kening tebal
h. Bentung hidung tebal
i. Tidak memiliki dagu
j. Bagian belakang kepala tampak menonjol
k. Tulang paha menunjukkan makhluk itu berjalan tegak
Jenis pithecanthropus lainnya yang ditemukan adalah pithecanthropus mojokertensis,
pithecanthropus robustus, homo dan homo floresiensis. Sepanjang sejarah perkembangann
ya, fosil-fosil yang ditemukan pun menunjukkan tahap perjalanan yang panjang dari leluhu
r menyerupai kera sampai ke homo sapiens.
C. Bahasa Manusia: Pra Tinjauan tentang Asal Usul Bahasa
Bahasa manusia adalah bentuk komunikasi yang unik. Bahasa manusia bersifat
terbuka, rasional, simbolik, dan maknawi. Namun, tak hanya manusia, binatang juga
berkomunikasi dengan sesamanya. Binatang mengeluarkan suara sebagai sistem
komunikasi yang terbatas dan tertutup dimana satu suara atau bunyi hanya mewakili satu
pesan serta bersifat naluriah.
Pada mamalia dan bayi manusia suara atau bunyi yang dihasilkan melibatkan
laring, glotis, lidah dan kotak suara. Laring berada tinggi di tenggorokan dimana
memisahkan udara dan jalur makanan, membuat ia mampu makan dan bernafas sekaligus.
Setelah balita, laring manusia turun ke tenggorokan. Di sini ia menciptakan sejumlah besar
suara yang menyebabkan kita tidak dapat makan dan bernapas sekaligus. Para peneliti
merekonstruksi posisi laring dari tampilan di dasar tengkorak. Pada fosil manusia purba,
laring berada di tinggi tenggorokan, sehingga membatasi jangkauan suara yang mungkin.
Bila makhluk purba memang memiliki bahasa lisan, mereka hanya dapat bersuara lebih
terbatas daripada manusia modern.
Pithecanthropus ditemukan di Indonesia sekitar 225 juta tahun yang lalu dan
memiliki ciri fisik, yakni tinggi badan 165 cm - 180 cm, badan tegap tegak, geraham besar,
rahang kuat dengan rahang atas yang menonjol dan memiliki diastema yang jarang terdapat
pada manusia modern, dagu tidak ada, tulang hidung lebar, volume otak masih kecil.
Dengan ciri fisik yang demikian, diperkirakan manusia pithecanthropus berkomunikasi
linguistik secara sangat terbatas dan diperkirakan masih banyak dibantu dengan isyarat
tubuh, muka dan tangan yang diartikan sebagai kondisi pra-bahasa.
Terdapat pandang tentang sumber evolusioner bahasa yang keduanya saling
bertolak belakang. Pertama, bahasa tumbuh sebagai akibat pertambahan volume otak
ketika ambang kognitif otak terlampaui yang hanya dimiliki oleh manusia oleh Noam
Chomsky. Kedua, bahasa lisan berevolusi dengan lambat sejak zaman leluhur - bukan
manuisa - sampai manusia modern (continuity model). kedua pandangan ini mencerminkan
dikotomi prinsip tentang asal muasal kejadian manusia. Pandangan pertama pro pada
skenario penciptaan bahwa kualitas keberadaan manusia berbeda dengan hewan dan
pandangan kedua cenderung pada skenario evolusi bahwa manusia bagian dari perubahan
lamabat hewan yang lebih sederahana di masa lalu.
Asal-usul bahasa ditetapkan para ahli melalui beberapa bukti bukti, pertama bukti
tak langsung yang berasal dari barang peninggalan leluhur, perubahan anatomi, piranti dan
tingkat kecanggihan teknologi dan ungkapan artistik. Kedua, bukti anatomis yaitu
perubahan pada struktur fisiologis yang di lihat melalui fosil. Terakhir, bukti teknologi dan
ungkapan artistik.
D. Nyeri Ditinjau dari Sudut Antropologi
Secara biologis rasa nyeri di pelajari oleh ilmu neuroanatomi dan psikofisiologi
serta dari sudut pandang genetika dan farmakologi. Namun sebagaimana ciri biologis
lainnya seperti makan, reproduksi, rasa nyeri juga mendapat pengaruh dari lingkungan
sosial kultural. Rasa nteri diberi makna kultural atas dasar toleransi dan penerimaan
terhadap rasa sakit.
Hasil riset menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi dan reaksi terhadap
rasa sakit oleh berbagai kelompok etnik yang berbeda. Hal ini penting dipahami oleh
sistem pengobatan medis modern karena dapat mempengaruhi diagnosa dan terapi
penyembuhan. Wolf dan langley (1977) menemukan bahwa ambang nyeri berbeda antara
kelompok etnik Yahudi, Itali, Inggris, Irlandia, Indian, Eskimo, Negro, dan sebagainya.
Pada masyarakat primitif dan sederhana, pengungkapan emosi dan reaksi terhadap
rasa sakit lebih ditekan. Rasa sakit yang timbul karena inisiasi tradisi sangat di tenggang
dan diminta kesediaan untuk menerima rasa sakit tersebut. Rasa nyeri juga dipengaruhi
oleh penyebab nyeri timbul spontan, ditimbulkan diri sendiri atau disebabkan orang lain.
Toleransi terhadap nyeri juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, semakin tinggi
pendidikan semakin berpengaruh terhadap ketepatan menggambarkan rasa nyeri dan
sumbernya. Pekerjaan kasar dengan pendidikan rendah lebih bereaksi terhadap nyeri pada
punggung dibandingkan tengkuk.
Nyeri merupakan fenomena biologis yang kompleks, sistem peringatan untuk
proteksi stimuli bahaya pada tubuh. Nyeri juga merupakan latihan dalam menghadapi
lingkungan dengan membuat antisipasi agar ridak sakit.sebagian besar aktivitas kedokteran
berhubungan dengan upaya pengurangan rasa sakit, oleh karenanya penting untuk
mengetahui bagamaimana orang menggambarkan rasa sakit agar diagnosa dan terapi
dilakukan dengan tepat.
E. Antropologi Ragawi Terpakai: Antropologi Forensik
Antropologi Forensik merupakan ilmu mengidentifikasi individual dibidang
kepolisian dan kedokteran. Kajian ini masih sedikit mendapat perhatian karena ada
berbagai cabang ilmu yang benar benar khusu mempelajari forensik sehingga kajian
Antropologi Forensik masih seidikit mendapat perhatian. Kajian antropologi forensik
dimulai dari identifikasi ras, jenis kelamin dan usia. Kajian Antropologi Forensik mulai
dikembangkan awal abad 19 terutama setelah perang dunia kedua. Departemen
Antropologi Ragawi Smithsonian Institution di Amerika telah menggunakan identifikasi
forensik untuk keperluan lembaga FBI.
Identifikasi Antropologi Forensik digunakan untuk keperluan kepolisian, badan
intelijen, kedokteran umum, korban perang, korban bencana alam, keperluan arkeologis
dan keperluan keperluan perseorangan. Fokus identifikasi oleh Antropologi terutama pada
aspek ras atau etnis, jenis kelamin dan usia. Antropologi dapat membantu apakah suatu
rangka merupakan objek arkeologis atau bukan melalui penelitian bekal kubur yang
terdapat atau tidak terdapat bersama rangka.
Dalam kajiannya, Antropolog Forensik mempunyai batasan studi, seperti sisa
rangka dibawah 50 tahun karena mempertimbangkan saksi hidup dan mempertimbangkan
jangka waktu hidup manusia. Kemudian mampu mengidentifikasi mayat yang fleshed body
atau tubuh yang berupa daging untuk menentukan umur. Terkahir, mengidentifikasi orang
hidup dalam menentukan masa hukuman.
F. Antropologi Ragawi Terpakai: Antropometri dan Teknik dalam Antropologi
Anthropometri terdiri dari dua kata yaitu anthropos yang berarti manusia dan metri
yang berarti ukuran, menurut Stevenson dan Nurmianto, Anthropometri didefenisikan
sebagai suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh
manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan data untuk penanganan masalah
desain. Singkatnya anthropometri dapat diartikan sebagai suatu studi tentang pengukuran
dimensi tubuh manusia.
Anthropometri ini di fungsikan untuk mendapatkan perangcangan yang optimum
dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi. Sehingga mampu mengoperasikan produk
tersebut dengan sebaik-baiknya. Pada prinsipnya peralatan kerja yang dibuat itu
mengambil referensi dimensi ukuran tubuh manusia. Adapun kemampuan penyesuaian
produk merupakan prasyarat penting dalam perancangan. Istilah anthropometri digunakan
untuk studi tentang ukuran tubuh manusia dan gerak-gerik manusia yang efketif. Dimensi
tubuh dan gerak merupaka informasi awal, yang akan dilanjutkan untuk memperoleh
informasi berikutnya untuk tujuan merancang.
Anthropometri mampu memperlihatkan adanya variasi ukuran fisik antar populasi
mampu memperlihatkan adanya variasi ukuran fisik antar populasi, seperti gender, usia,
golongan kerja, keals sosial, antar generasi dan data tersebut berguna untuk melihat tingkat
kesesuaian penciptaan sebuah alat dalam membantu kegiatan manusia.

Anda mungkin juga menyukai