Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah kami tentang perkembangan politik dan ekonomi pada
masa pemerintahan Presiden K.H Abdurrahman Wahid.
Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai masa pemerintahan Presiden K.H
Abdurrahman Wahid. Adapun tujuan kami membuat makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas
dari guru pembimbing kami dalam mata pelajaran SEJARAH. Di sisi lain, kami membuat makalah untuk
mengetahui lebih Tentang masa pemerintahan Presiden K.H Abdurrahman Wahid..

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, diharapkan kritik
dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah kami untuk ke depannya. Mudah-mudahan makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi siswa/siswi yang mau mempelajari materi kami.

Pandan Jaya, 17 Januari 2024

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………… 1


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………... 2
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………..………………………………………………………… 3
1.1 Latar Belakang …………………… ………………..………………………………………….. 3
1.2 Rumusan Masalah ……… ……………………………………………………………………... 4
1.3 Tujuan ……………… ………………….…………………………………………… … 4
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………….………………………… 5
A Pemilihan umum Tahun 1999 ………………………………………..…………………. 5
B Sidang Umum MPR Hasil Pemilihan Umum 1999 ……………………………………..5
C Masa pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid ……………………………..……….… 6
D Pembuatan Jatuhnya Pemerintahan K. H. Abdurrahman Wahid ………… ……..… 9
E Kelebihan kekurangan pemeritahan Abdurrahman Wahid ………………………….. 11
BAB III PENUTUP ……………………………… …………………………………………………………. 12
Kesimpulan ………………………………………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………...… 12

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada awal tahun 1998 rezim Orde Baru sudah tidak mampu membendung arus Reformasi
yang bergulir begitu cepat. Setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri maka bangsa Indonesia
memasuki babak baru. Yang dimulai dari Presiden BJ.Habibie segera melakukan langkah-langkah
pembaruan sebagaimana tuntutan Reformasi. Yang selanjutnya dilanjutkan oleh Presiden
Abdurrahman Wahid yang menampilkan energi yang luar biasa, tekad untuk menggulingkan unsur-
unsur sentralistis dan hierarkis yang represif (menindas) semasa pemerintahan Soeharto dan
kesediaan untuk berfikir kreatif sehingga banyak pihak mengaguminya. Yang selanjutnya dilanjutkan
dengan masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri yang tetap tabah dalam menghadapi dalam
berbagai macam kasus, seperti kasus pengeboman, KKN, maupun bencana alam. Setelah masa
kepemimpinan Presiden Soekarnoputri berakhir selanjutnya dilanjutkan oleh masa pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono sampai sekarang.
Bulan-bulan pertama pemerintahan Abdurrahman Wahid menunjukkan gabungan dari
harapan, janji, visi, kebingungan, dan kekecewaan. Hal tersebut mengingat kepada kondisi
kesehatannya yang buruk dan kekuatan-kekuatan politik yang bersatu menentangnya, namun Gusdur
menampilkan energy yang luar biasa tekad yang kuat untk menggulingkan unsure-unsur sentralistis
dan hierarkis yang menindas semasa pemerintahan Soeharto, dan kesediaan untuk berfikir kreatif
sehingga banyak pihak mengaguminya dan juga kunjungan ke luar negeri yang dilakukannya
menghasilkan banyak mitra luar negeri, serta berhasil mengurangi dukungan bagi kaum separatis GAM
di Aceh meskipun kunjungannya menuai kritik dari berbagai pihak, selain itu Abdurrahman wahid
mendorong pluralisme dan keterbukaan. Dia memperbolehkan umat Cina Konfusius untuk melakukan
perayaan sacara terbuka, yang sebelumnya tidak diperbolehkan. Akibat munculya ketidakpercayaan
parlemen pada Presiden Abdurrahman Wahid, maka kekuasaan Abdurrahman Wahid berakhir pada
tahun 2001. DPR/MPR kemudian memilih dan mengangkat Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden
Republik Indonesia dan Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden Indonesia

1.2 Rumusan Masalah


A. Bagaimana Pemilihan umum Tahun 1999 ?
B. Apa Hasil Sidang Umum MPR Hasil Pemilihan Umum 1999 ?
C. Bagaimana Masa pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid?
D. Bagaimana Jatuhnya Pemerintahan K. H. Abdurrahman Wahid?
E. Apa Saja Kelebihan kekurangan pemeritahan Abdurrahman Wahid ?

3
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.3.1 Mengetahui Pemilihan umum Tahun 1999.
1.3.2 Mengetahui Hasil Sidang Umum MPR Hasil Pemilihan Umum 1999.
1.3.3 Mengetahui Masa pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid.
1.3.4 Mengetahui Jatuhnya Pemerintahan K. H. Abdurrahman Wahid.
1.3.5 Mengetahui Kelebihan kekurangan pemeritahan Abdurrahman Wahid

4
BAB II
ISI

A. Pemilihan Umum Tahun 1999


Pemilihan Umum yang dilaksanakan tahun 1999 menjadi sangat penting, karena diharapkan
dapat memulihkan keadaan Indonesia yang sedang dilanda multikrisis. Pemilu tahun 1999 juga
merupakan ajang pesta rakyat Indonesia dalam menunjukkan kehidupan berdemokrasi. Sifat pemilu ini
Luber Jurdil Presiden Habibie menetapkan tanggal 7 Juni 1999 sebagai waktu pelaksanaan pemiliahan
umum. Selanjutnya lima paket undang-undang tentang politik dicabut. Sebagai gantinya DPR berhasil
menetapkan tiga undang-undang politik baru yang disahkan pada tanggal 1 Februari 1999 dan
ditandatangani oleh Presiden Habibie. Ketiga udang-udang itu antara lain undang-undang partai politik,
pemilihan umum, susunan serta kedudukan MPR, DPR dan DPRD. Munculnya undang-undang politik
yang baru memberikan semangat untuk berkembangnya kehidupan politik di Indonesia. Dengan
munculnya undang-undang politik banyak parpol bermunculan sebanyak 112. Namun hanya 48 partai
politik yang berhasil mengikuti pemilu. Pelaksanaan pemilu ditangani oleh Komisi Pemilihan Umum
(KPU) yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil pemerintah dan wakil-wakil dari partai-partai politik
peserta pemilu. Hasilnya lima besar partai yang berhasil meraih suara-suara terbanyak diantaranya
PDI-P, Golkar, Partai Persatuan pembangunan, Partai Pembangkitan Bangsa, PAN. Pemilu berjalan
dengan aman dan dapat di terima oleh suara partai peserta pemilihan umum.

B. Sidang Umum MPR Hasil Pemilihan Umum 1999


Sidang Umum MPR tahun 1999 diselenggarakan sejak tanggal 1 – 21 Oktober 1999. Amien
Rais dikukuhkan menjadi Ketua MPR dan Akbar Tanjung menjadi Ketua DPR. Sedangkan pada Sidang
Paripurna MPR XII, pidato pertanggung jawaban Presiden Habibie ditolak oleh MPR melalui
mekanisme voting dengan 355 suara menolak, 322 menerima, 9 abstain dan 4 suara tidak sah,
sehingga Habibie tidak dapat mencalonkan diri menjadi Presiden Republik Indonesia. Akibatnya
muncul tiga calon Presiden yaitu Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarno putri, dan Yuhsril
Ihza Mahendra. Namun tanggal 20 Oktober 1999, Yuhsril Ihza Mahendra mengundurkan diri. Dari hasil
pemilihan presiden yang dilaksanakan secara voting, Abudurrahman Wahid terpilih menjadi Presiden
Republik Indonesia. Pada tanggal 2 Oktober 1999 dilaksanakan pemilihan Wakil Presiden dengan
calonnya Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz. Pemilihan Wakil Presiden ini kemudian
dimenangkan oleh Megawati Soekarno putri. Kemudian pada tanggal 25 Oktober 1999 Presiden

5
Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden Megawati Soekarno putri berhasil membentuk Kabinet
Persatuan Nasional.

C. Masa pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid


Masa pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid – K.H. Abdurrahman Wahid terpilih sebagai
presiden pada tanggal 20 Oktober 1999. Pemilihannya berjalan dengan demokratis dan transparan.
Beliau yang biasa disebut Gus Dur dicalonkan sebagai presiden oleh Poros Tengah, yaitu Fraksi
Persatuan Pembangunan, Fraksi Kebangkitan Bangsa dan Fraksi Bulan Bintang.
Pidato pertamanya setelah terpilih sebagai presiden memuat tugas-tugas yang akan dijalankannya,
yaitu sebagai berikut :
1. Peningkatan pendapatan rakyat.
2. Menegakkan keadilan mendatangkan kemakmuran.
3. Mempertahankan keutuhan bangsa dan negara.

Presiden K.H. Abdurrahman Wahid didampingi Megawati Soekarnoputri sebagai wakil


presiden. Mereka bekerja sama membentuk kabinet yang disebut dengan Kabinet Persatuan Nasional.
Kabinet diumumkan pada tanggal 28 Oktober 1999.

Pada masa pemerintahan Gus Dur banyak diwarnai tindakan-tindakan kontroversi. Contohnya sebagai
berikut :
1. Kabinet seringkali mengalami reshuffle (perubahan susunan).
2. Menghapus Departemen Sosial dan Departemen Penerangan.
3. Sering melakukan kunjungan ke luar negeri.

Tugas yang menjadi kewenangan wakil presiden, antara lain sebagai berikut :
1. Menyusun program dan agenda kerja kabinet.
2. Menentukan fokus dan prioritas kebijakan pemerintah.
3. Memimpin sedang kabinet.
4. Menandatangani keputusan tentang pengangkatan dan pemberhentian pejabat setingkat eselon
satu.

Ada beberapa persoalan yang dihadapi yang merupakan warisan dari pemerintahan Orde Baru yaitu :
1) Masalah praktik KKN yang belum terselesaikan
2) Pemulihan ekonomi

6
3) Masalah BPPN
4) Kinerja BUMNPresiden
5) Pengendalian Inflasi
6) Mempertahankan kurs rupiah
7) Masalah jejaring pengamanan sosial ( JPS)
8) Masalah disintegrasi dan konflik antarumat beragama
9) Penegakan hukum dan penegakan Hak asasi manusia (HAM)

Pembaharuan yang dilakukan pada masa Pemerintahan Gus Dur adalah :


1) Membentuk Kabinet Kerja
Untuk mendukung tugas dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari, Gus Dur membentuk
kabinet kerja yang diberi nama Kabinet Persatuan Nasional yang anggotanya diambil dari perwakilan
masing-masing partai politik yang dilantik pada tanggal b28 Oktober 1999. Di dalam Kabinet Persatuan
Nasional terdapat dua departemen yang dihapuskan, yaitu Departemen Sosial dan Departemen
Penerangan.

2) Bidang Ekonomi
Dalam hal ekonomi, dibandingkan tahun sebelumnya, pada tahun 1999 kondisi perekonomian
Indonesia mulai menunjukkan adanya perbaikan. Laju pertumbuhan PDB mulai positif walaupun tidak
jauh dari 0% dan pada tahun 2000 proses pemulihan perekonomian Indonesia jauh lebih baik lagi
dengan laju pertumbuhan hampir mencapai 5%. Selain pertumbuhan PDB, laju inflasi dan tingkat suku
bunga (SBI) juga rendah yang mencerminkan bahwa kondisi moneter di dalam negeri sudah mulai
stabil.

Pembentukan Dewan Ekonomi Nasional (DEN)


Pembentukan DEN dimaksudkan untuk memperbaiki ekonomi Indonesia yang belum pulih
akibat krisis yang berkepanjangan. Ketua DEN adalah Prof. Emil Salim dengan wakilnya Subiyakto
Cakrawerdaya, Sekretaris Dr. Sri Mulyani Indrawati. Anggota DEN adalah Anggito Abimanyu, Sri
Ningsih, dan Bambang Subianto.

3) Bidang Budaya dan Sosial


Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik antarumat beragama, Gus Dur memberikan
kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama. Hak itu dibuktikan dengan adanya
beberapa keputusan presiden yang dikeluarkan, yaitu :

7
a) Keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil Penganut Agama
Konghucu. Etnis Cina yang selama Orde Baru dibatasi, maka dengan adanya Keppres No. 6
dapat memiliki kebebasan dalam menganut agama maupun menggelar budayanya secara
terbuka seperti misalnya pertunjukan Barongsai.
b) Menetapkan Tahun Baru Cina (IMLEK) sebagai hari besar agama, sehingga menjadi hari libur
nasional.
C) Menandatangani nota kesepahaman dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) hingga awal tahun
2001

Disamping pembaharuan-pembaharuan di atas, Gus Dur juga mengeluarkan berbagai kebijakan


yang dinilai Kontroversial dengan MPR dan DPR, yang dianggap berjalan sendiri, tanpa mau menaati
aturan ketatanegaraan, melainkan diselesaikan sendiri berdasarkan pendapat kerabat dekatnya, bukan
menurut aturan konstitusi negara. Kebijakan-kebijakan yang menimbulkan kontroversial dari berbagai
kalangan yaitu :
1) Pencopotan Kapolri Jenderal Polisi Roesmanhadi yang dianggap Orde Baru.
2) Pencopotan Kapuspen Hankam Mayjen TNI Sudradjat, yang dilatarbelakangi oleh adanya
pernyataan bahwa Presiden bukan merupakan Panglima Tinggi.
3) Pencopotan Wiranto sebagai Menkopolkam, yang dilatarbelakangi oleh hubungan yang tidak
harmonis dengan Gus Dur.
4) Mengeluarkan pengumuman tentang menteri Kabinet Pembangunan Nasional yang terlibat KKN
sehingga mempengaruhi kinerja kabinet menjadi merosot.
5) Gus Dur menyetujui nama Irian Jaya berubah menjadi Papua dan mengizinkan pengibaran
bendera Bintang Kejora.

Akan tetapi, ketenangan masyarakat setelah terpilihnya Presiden Indonesia keempat tidak
berlangsung lama. Presiden mulai menunjukkan sikap dan mengeluarkan ucapan-ucapan kontroversial
yang membingungkan pelaku-pelaku bisnis. Presiden cenderung bersikap diktator dan praktek KKN di
lingkungannya semakin intensif, bukannya semakin berkurang yang merupakan salah satu tujuan dari
gerakan reformasi. Ini berarti bahwa walaupun namanya pemerintahan reformasi, tetapi tetap tidak
berbeda denga rezim orde baru. Sikap presiden tersebut juga menimbulkan perseteruan dengan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang klimaksnya adalah dikelurakannya peringatan resmi kepada
Presiden lewat Memorandum I dan II. Dengan dikeluarkannya Memorandum II, Presiden terancam
akan diturunkan dari jabatannya jika usulan percepatan Sidang Istomewa MPR jadi dilaksanakan pada
bulan Agustus 2001.

8
Selain itu, hubungan pemerintah Indonesia dibawah pimpinan Abdurrahman Wahid dengan IMF
juga tidak baik, terutama karena masalah amandemen UU No. 23 tahun 1999 mengenai Bank
Indonesia; penerapan otonomi daerah, terutama menyangkut kebebasan daerah untuk pinjam uang
dari luar negeri; dan revisi APBN 2001 yang terus tertunda pelaksanaannya. Tidak tuntasnya revisi
tersebut mengakibatkan IMF menunda pencairan bantuannya kepada pemerintah Indonesia, padahal
roda perekonomian nasional saat ini sangat tergantung pada bantuan IMF. Selain itu, Indonesia
terancam dinyatakan bangkrut oleh Paris Club (negara-negara donor) karena sudah kelihatan jelas
bahwa Indonesia dengan kondisi perekonomiannya yang semakin buruk dan defisit keuangan
pemerintah yang terus membengkak, tidak mungkin mampu membayar kembali utangnya yang
sebagian besar akan jatuh tempo tahun 2002 mendatang. Bahkan, Bank Dunia juga sempat
mengancam akan menghentikan pinjaman baru jika kesepakatan IMF dengan pemerintah Indonesia
macet.

Ketidakstabilan politik dan sosial yang tidak semakin surut selama pemerintahan Abdurrahman
Wahid menaikkan tingkat country risk Indonesia. Ditambah lagi dengan memburuknya hubungan
antara pemerintah Indonesia dan IMF. Hal ini membuat pelaku-pelaku bisnis, termasuk investor asing,
menjadi enggan melakukan kegiatan bisnis atau menanamkan modalnya di Indonesia. Akibatnya,
kondisi perekonomian nasional pada masa pemerintahan reformasi cenderung lebih buruk daripada
saat pemerintahan transisi. Bahkan, lembaga pemeringkat internasional Moody’s Investor Service
mengkonfirmasikan bertambah buruknya country risk Indonesia. Meskipun beberapa indikator ekonomi
makro mengalami perbaikan, namun karena kekhawatiran kondisi politik dan sosial, lembaga rating
lainnya (seperti Standard & Poors) menurunkan prospek jangka panjang Indonesia dari stabil ke
negatif.

D. Jatuhnya Pemerintahan K. H. Abdurrahman Wahid


Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur
opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Gus Dur lalu
mengunjungi Afrika Utara dan juga Arab Saudi untuk naik haji. Abdurrahman Wahid melakukan
kunjungan terakhirnya ke luar negeri sebagai presiden pada Juni 2001 ketika ia mengunjungi Australia.
Pada pertemuan dengan rektor-rektor universitas pada 27 Januari 2001, Gus Dur menyatakan
kemungkinan Indonesia masuk kedalam anarkisme. Ia lalu mengusulkan pembubaran DPR jika hal
tersebut terjadi. Pertempuan tersebut menambah gerakan anti-Wahid. Pada 1 Februari, DPR bertemu
untuk mengeluarkan nota terhadap Gus Dur.

9
Nota tersebut berisi diadakannya Sidang Khusus MPR dimana pemakzulan Presiden dapat
dilakukan. Anggota PKB hanya bisa walk out dalam menanggapi hal ini. Nota ini juga menimbulkan
protes di antara NU. Di Jawa Timur, anggota NU melakukan protes di sekitar kantor regional Golkar. Di
Jakarta, oposisi Gus Dur turun menuduhnya mendorong protes tersebut. Gus Dur membantah dan
pergi untuk berbicara dengan demonstran di Pasuruan. Namun, demonstran NU terus menunjukan
dukungan mereka kepada Gus Dur dan pada bulan April mengumumkan bahwa mereka siap untuk
mempertahankan Gus Dur sebagai presiden hingga mati.

Pada bulan Maret, Gus Dur mencoba membalas oposisi dengan melawan disiden pada
kabinetnya. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra dicopot dari kabinet
karena ia mengumumkan permintaan agar Gus Dur mundur. Menteri Kehutanan Nurmahmudi Ismail
juga dicopot dengan alasan berbeda visi dengan Presiden, berlawanan dalam pengambilan kebijakan,
dan diangap tidak dapat mengendalikan Partai Keadilan, yang pada saat itu massanya ikut dalam aksi
menuntut Gus Dur mundur. Dalam menanggapi hal ini, Megawati mulai menjaga jarak dan tidak hadir
dalam inagurasi penggantian menteri. Pada 30 April, DPR mengeluarkan nota kedua dan meminta
diadakannya Sidang Istimewa MPR pada 1 Agustus.

Puncak jatuhnya Gus dur dari kursi kepresidenan ditandai oleh adanya Skandal Brunei Gate dan
Bulog Gate yang menyebabkan ia terlibat dalam kasus korupsi, maka pada tanggal 1 Februari 2006
DPR-RI mengeluarkan memorandum yang pertama sedangkan memorandum yang kedua dikeluarkan
pada tanggal 30 Aril 2001. Gus Dur menanggapi memorandum tersebut dengan mengeluarkan
maklumat atau yang biasa disebut Dekrit Presiden yang berisi antara lain :
1) Membekukan MPR / DPR-RI
2 Mengembalikan kedaulatan di tangan rakyat dan mengambil tindakan serta menyusun badan
yang diperlukan untuk pemilu dalam waktu satu tahun.
3) Membubarkan Partai Golkar karena dianggap warisan orde baru
Dalam kenyataan, Dekrit tersebut tidk dapat dilaksanakan karena dianggap bertentangan dengan
konstitusi dan tidak memiliki kekuatan hokum,

Gus Dur mulai putus asa dan meminta Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan
(Menko Polsoskam) Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyatakan keadaan darurat. Yudhoyono
menolak dan Gus Dur memberhentikannya dari jabatannya beserta empat menteri lainnya dalam
reshuffle kabinet pada tanggal 1 Juli 2001.

10
Akhirnya pada 20 Juli, Amien Rais menyatakan bahwa Sidang Istimewa MPR akan dimajukan
pada 23 Juli. TNI menurunkan 40.000 tentara di Jakarta dan juga menurunkan tank yang menunjuk ke
arah Istana Negara sebagai bentuk penunjukan kekuatan. Gus Dur kemudian mengumumkan
pemberlakuan dekrit yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan
rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar
sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekrit tersebut tidak memperoleh
dukungan dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan
Megawati Sukarnoputri.
Abdurrahman Wahid terus bersikeras bahwa ia adalah presiden dan tetap tinggal di Istana
Negara selama beberapa hari, namun akhirnya pada tanggal 25 Juli ia pergi ke Amerika Serikat karena
masalah kesehatan.

E. Kelebihan kekurangan pemeritahan Abdurrahman Wahid


1. Kelebihan sistem Pemerintahan Abdurrahman Wahid
a) Sukses melakukan kesepahaman dengan GAM.
b) Sukses membawa Indonesia ke Forum Ekonomi Dunia.
c) Sukses melaksanakan persamaan hak menyatakan pendapat di muka umum
d) Etnis Tioghoa yang berpuluh-puluh tahun dikekang diberikan kebebasan sama seperti orang
pribumi.
e) Jadwal ketat kunjungan ke luar negeri menghasilkan banyak mitra luar negeri. Di bulan April,
Wahid mengunjungi Afrika Selatan dalam perjalanan menuju Kuba untuk menghadiri pertemuan G-
77.
f) Sukses menggulingkan unsur-unsur sentrakistis dan hierarkis yang represif (menindas)semasa
pemerintahan Soeharto.
g) Sukses mengurangi dukungan bagi kaum separatis GAM di Aceh.
2. Kekurangan Sistem Pemerintahan Abdurrahman Wahid
a) Semaraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme.
b) Munculnya berbegai reaksi negatif dari rakyat atas usul Presiden Abdurrahman Wahid mengenai
pembatalan Ketetapan MPRS Tahun 1966 mengenai pelarangan ajaran Marxisme-Leninisme.
c) Kesulitan ekonomi semakin meluas.
d) Kerusuhan antaretnis terus berlanjut yaitu pembunuhan antara umat Islam dan Kristen di Maluku
yang menewaskan lebih dari seribu orang sepanjang tahun 1999.
e) Di Aceh, kekerasan antarkaum separatis dan aparat keamanan terus terjadi.

11
f) Pemecatan terhadap beberapa menteri yang memunculkan berbagai pro dan kontra di
masyarakat.
g) Berusaha membuka hubungan dengan Israel, yang menyebabkan kemarahan pada kelompok
Muslim Indonesia.
h) Muncul dua skandal pada tahun 2000, yaitu skandal Buloggate dan Bruneigate.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Abdurrahman Wahid adalah presiden ke-4 RI, walaupun pada awalnya masa kepemimpinannya
banyak diragukan dari berbagai pihak tetapi ternyata Abdurrahman Wahid dapat menunjukkan energi
yang besar dan kuat kepada masyarakat Indonesia. Selain itu, beliau juga telah berhasil menjalin
hubungan kerja sama dan mitra dengan negara-negara lain. Pada pertengahan 2001 tampak jelas
bahwa pola perilaku warisan masa lalu tidak akan mudah diubah. Tindakan Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme tak dapat lepas dari masa pemerintahan presiden yang dikenal dengan nama Gus Dur.
Masa kepresidenan yang kacau itu berakhir pada bulan juli 2001, dia berusaha dengan dekret
membekukan lembaga perwakilan untuk menghindar dari turunan jabatan, namun tidak ada yang
menghiraukan, akhirnya MPR mengadakan sidang istimewa, memberhentikan Abdurrahman Wahid
dan melantik Megawati sebagai Presiden Indonesia yang kelima.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2009. Pemerintahan Abdurrahman Wahid. (Online), (www.wikipedia.com, diakses tanggal


15 Oktober 2010)

Anonym. 2009. Kekurangan dan Kelebihan pemerintahan Gus Dur. (Online), (www.google.com,
diakses tanggal 15 Oktober 2010) Rokhman, Nur dan Supardi. 2006. Mari Belajar Sejarah untuk
SMA-MA Kelas XII IPA. Yogyakarta: SIC Thamiend, Nico. 2006. Dinamika Sejarah 3. Jakarta:
Yudhistira

http://dwiayuindaswarynhb.blogspot.co.id/2012/04/makalah-sejarah-sejarah-pemerintahan.html

http://marianajheweelytha.blogspot.co.id/2014/02/makalah-sejarah-masa-pemerintahan-bj.html

http://wartasejarah.blogspot.co.id/2014/12/kh-abdurrahman-wahid.html

http://memey7894.blogspot.co.id/2014/02/perekonomian-indonesia-pada-masa.html

13

Anda mungkin juga menyukai