: Dorma Elvrianty Sirait : 1001112214 : Hubungan Internasional : Pemikiran Politik Timur : Drs. H. MUHAMMAD SAERI, M.Hum. :A
Confucius mengajarkan seseorang mengasihi orang-orang lain, namun ia seharusnya lebih mengasihi orangtuanya dibanding orang lain pada umumnya. Sementara menurut Mencius selayaknya Mohisme menegaskan bahwa kasih kepada orang-orang lain hendaknya sederajat dengan kasih kepada orang-orang pada umumnya. Mencius menganggap bahwa corak kasih berjenjang seharusnya dihindari. Confucius memandang perikemanusiaan sebagai suatu sifat yang secara alami berkembang dari dalam kodrat manusia, sedangkan penganut Mohisme dan Mencius memandang kasih semesta sebagai sesuatu yang secara sengaja ditambahkan dari luar kepada manusia. Menurut Mencius :Barang siapa telah mengembangkan jiwanya secara sempurna mengetahui kodratnya. Barang siapa mengetahui kodratnya, mengetahui alam Ketuhanan. Karena itu bila kita mengembangkan ;jiwa ini secara penuh, maka kita mengetahui kodrat kita. Dan kodrat ini merupakan sesuatu yang oleh alam Ketuhanan telah diberikan kepada kita. Prinsip-prinsip moral manusia adalah juga prinsip-prinsip metafisik alam semesta, dan kodrat manusia merupakn salinan contoh salinan prinsip-prinsip ini. Jika seseorang mengetahui Alam Ketuhanan, maka ia bukan hanya warga masyarakat, melainkan juga warga Alam Ketuhanan. Mencius juga mengingatkan :Segala sesuatu secara lengkap ada dalam diri kita. Tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan dibanding menyadari hal ini melalui peningkatan taraf jiwa sendiri. Tidak ada jalan lebih baik menuju perikemanusiaan dibanding pengamalan prinsip shu. Artinya dengan mengembangkan kodratnya sebagai manusia, manusia tidak hanya mengetahui Alam Ketuhanan tetapi juga dapat neyatu dengannya. Mengenai pendidikan, Mencius mengungkapkan: Setiap orang dapat menjadi Yao atau Shun. Artinya setiap manusia bisa menjadi orang yang bijaksana, asal ia mengembangkan kodratnya dengan penuh, karena pada dasarnya setiap manusia adalah sama.
menyingkap hokum-hukum yang mendasari perubahan segala sesuatu di alam semesta. Segala sesuatu berubah, tetapi hokum yang mendasarinya tidak. Jika seseorang mmatuhi hhukumhukum ini dan menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan hokum tersebut, maka apa saja dapat diarahkan agar menguntungkannya. Tahap yang ketiga adalah memandang kehidupan serta kematian diri pribadi dan orang-orang lain, dari sudut pandangan yang lebih tinggi, maka orang dapat mentransendensi di atas dunia yang kita diami. Ini merupakan suatu bentuk pelarian diri, tetapi bukan pelarian diri dari masyarakat ke gunung-gunung atau hutan-hutan, melainkan dari dunia ini ke dunia lain. Dapat dikatakan bahwa para penganut Taoisme dini adalah orang-orang yang bersikap mementingkan diri pribadi. Tetapi dalam perkembangannya kemudian sikap mementingkan diri sendiri ini berbalik dan menghancurkan dirinya sendiri.
Kesimpulan Mencius berpendapat manusia pada kodratnya adalah baik, namun dia juga mengakui adanya unsur-unsur lain yang apabila tidak terkendali secara tepat akan menimbulkan keburukan. Unsurunsur ini mewakili segi hewani kehidupan manusia. Setiap manusia memiliki empat benih pemula, yaitu: 1. Rasa belas kasih merupakan benih pemula perikemanusiaan 2. Rasa malu serta enggan merupakan benih pemula perikeadilan 3. Rasa rendah hati serta kebersamaan merupakan benih pemula kepantasan 4. Keinsyafan tentang betul dan salah merupakan benih pemula kearifan Taoisme pertama sekali dikemukakan oleh Yang Chu. Gagasan pokok Yang Chu ialah Setiap orang mengurus dirinya sendiri-sendiri, dan memandang rendah harta benda serta memandang tinggi kehidupan. Gagasan-gagasan tersebut sangat bertentangan dengan gagasangagasan Mo Tzu, yang menganut azas kasih semesta. Sedangkan yang menjadi titik tolak filsafat Taoisme adalah melestarikan kehidupan serta menghindari hal-hal yang merugikan. Dan metode yang digunakan adalah melarikan diri yang biasa dilakukan pertapa-pertapa biasa yang melarikan diri dari masyarakat dan bersembunyi di gunung-gunung serta hutan-hutan.
Referensi Creel.H.G, 1989, Alam Pikiran Cina, Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya