Anda di halaman 1dari 3

Nama NIM Jurusan MK Dosen Kelas

: Dorma Elvrianty Sirait : 1001112214 : Hubungan Internasional : Pemikiran Politik Timur : Drs. H. MUHAMMAD SAERI, M.Hum. :A

Mencius dan Kodrat Manusia dan Skeptisme Mistik Taoisme


Tulisan ini adalah ringkasan yang membahas mengenai pemikiran politik yang berkembang di wilayah timur yang dikembangkan oleh filsuf China ternama Mencius dan juga Lao Tzu. Tulisan ini di sarikan dari beberapa sumber yang relevan dengan tema atau pun tok tulisan ini yang diambil dari beberapa referensi baik itu buku maupun internet dan juga jurnal. 1. Mencius dan Kodrat Manusia Menurut kitab Catatan-catatan Sejarah, Mencius lahir di Negara Tsou (sekarang merupakan bagian propinsi Shantung di Cina Timur). Mencius merupakan murid cantrik Tzu-ssu yang notabene-nya merupakan cucu Confucius. Oleh karena itu dalam ajarannya terdapat kemiripan dengan ajaran Confucius. Mencius merupakan salah satu sarjana dari Chi-hsia (salah satu pusat ilmu pengetahuan saat itu). Mencius bersama cantrik-cantriknya menyusun kitab Mencius dalam tujuh buah buku yang kemudian mendapat penghirmatan sebagai salah satu Kitab nan Empat yang termasyur. Mencius mewakili sayap idealistic Confucianisme dan terkenal dengan Teori Kodrat Manusia. Mencius berpendapat manusia pada kodratnya adalah baik, namun dia juga mengakui adanya unsur-unsur lain yang apabila tidak terkendali secara tepat akan menimbulkan keburukan. Unsur-unsur ini mewakili segi hewani kehidupan manusia. Untuk menopang teorinya Mencius mengemukakan beberapa pendapat, yakni: Setiap orang mempunyai hati yang tidak tahan (melihat penderitaan) orang lain .. Setiap manusia memiliki empat benih pemula, yaitu: 1. Rasa belas kasih merupakan benih pemula perikemanusiaan 2. Rasa malu serta enggan merupakan benih pemula perikeadilan 3. Rasa rendah hati serta kebersamaan merupakan benih pemula kepantasan 4. Keinsyafan tentang betul dan salah merupakan benih pemula kearifan Karena setiap manusia memiliki empat benih pemula ini, maka perlu diajarkan bagaimana mengembangkan serta menyempurnakannya. Jika benih-benih ini berkembang dengan sempurna, maka benih-benih ini akan mempunyai kemampuan yang cukup untuk melindungi apa saja yang berada dalam lingkungan lautan nan empat, dan jika sebaliknya, untuk mengabdi kepada orangtua pun benih ini tidak mempunyai cukup kemampuan. Mencius mengatakan keempat benih inilah yang membedakan manusia dengan hewan berkaki empat, hanya dengan mengembangkan benih-benih inilah manusia dapat dikatakan manusia sejati. Mencius juga mnegatakan :Yang membedakan manusia dari burung serta hewan berkaki empat adalah sesuatu yang kecil sekali. Sebagian besar manusia mencampakkannya sementara manusia unggul melestarikannya.

Confucius mengajarkan seseorang mengasihi orang-orang lain, namun ia seharusnya lebih mengasihi orangtuanya dibanding orang lain pada umumnya. Sementara menurut Mencius selayaknya Mohisme menegaskan bahwa kasih kepada orang-orang lain hendaknya sederajat dengan kasih kepada orang-orang pada umumnya. Mencius menganggap bahwa corak kasih berjenjang seharusnya dihindari. Confucius memandang perikemanusiaan sebagai suatu sifat yang secara alami berkembang dari dalam kodrat manusia, sedangkan penganut Mohisme dan Mencius memandang kasih semesta sebagai sesuatu yang secara sengaja ditambahkan dari luar kepada manusia. Menurut Mencius :Barang siapa telah mengembangkan jiwanya secara sempurna mengetahui kodratnya. Barang siapa mengetahui kodratnya, mengetahui alam Ketuhanan. Karena itu bila kita mengembangkan ;jiwa ini secara penuh, maka kita mengetahui kodrat kita. Dan kodrat ini merupakan sesuatu yang oleh alam Ketuhanan telah diberikan kepada kita. Prinsip-prinsip moral manusia adalah juga prinsip-prinsip metafisik alam semesta, dan kodrat manusia merupakn salinan contoh salinan prinsip-prinsip ini. Jika seseorang mengetahui Alam Ketuhanan, maka ia bukan hanya warga masyarakat, melainkan juga warga Alam Ketuhanan. Mencius juga mengingatkan :Segala sesuatu secara lengkap ada dalam diri kita. Tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan dibanding menyadari hal ini melalui peningkatan taraf jiwa sendiri. Tidak ada jalan lebih baik menuju perikemanusiaan dibanding pengamalan prinsip shu. Artinya dengan mengembangkan kodratnya sebagai manusia, manusia tidak hanya mengetahui Alam Ketuhanan tetapi juga dapat neyatu dengannya. Mengenai pendidikan, Mencius mengungkapkan: Setiap orang dapat menjadi Yao atau Shun. Artinya setiap manusia bisa menjadi orang yang bijaksana, asal ia mengembangkan kodratnya dengan penuh, karena pada dasarnya setiap manusia adalah sama.

Skeptisme Mistik Taoisme


Taoisme didirikan oleh seorang yang bernama Yang Chu. Para penganut Taoisme adalah orang-orang yang sesudah mengasingkan diri, berusaha untuk menyusun suatu system oemikiran yang kiranya dapat memberikan makna kepada tindakan mereka. Pokok-pokok ajaran Taoisme berupa hedonisme ekstrim (itulah sebabnya kitab Forke berjudul Yang Chus Garden of Pleasure), sedangkan dalam tulisan-tulisan dini yang lain tidak pernah didapati bahwa Yang Chu sebagai seorang penganut hedonism. Gagasan-gagasan Yang Chu yang sebenarnya tidak pernah dilukiskan secara tersistematika, melainkan hanya didapat dari sejumlah karya penulis-penulis lain. Gagasan pokok Yang Chu ialah Setiap orang mengurus dirinya sendiri-sendiri, dan memandang rendah harta benda serta memandang tinggi kehidupan. Gagasan-gagasan tersebut sangat bertentangan dengan gagasan-gagasan Mo Tzu, yang menganut azas kasih semesta. Sedangkan yang menjadi titik tolak filsafat Taoisme adalah melestarikan kehidupan serta menghindari hal-hal yang merugikan. Dan metode yang digunakan adalah melarikan diri yang biasa dilakukan pertapa-pertapa biasa yang melarikan diri dari masyarakat dan bersembunyi di gunung-gunung serta hutan-hutan. Dengan berbuat demikian, ia mengira dapat menghindari keburukan-keburukan lingkungan manusia. Dalam perkembangannya Taoisme mengalami 3 tahapan. Tahap yang pertama adalah gagasan-gagasan yang dikatakan oleh Yang Chu. Tahap kedua adalah gagasan-gagasan yang sebagian besar terungkap dalam kitab Lao-Tzu yang menggambarkan suatu usaha untuk

menyingkap hokum-hukum yang mendasari perubahan segala sesuatu di alam semesta. Segala sesuatu berubah, tetapi hokum yang mendasarinya tidak. Jika seseorang mmatuhi hhukumhukum ini dan menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan hokum tersebut, maka apa saja dapat diarahkan agar menguntungkannya. Tahap yang ketiga adalah memandang kehidupan serta kematian diri pribadi dan orang-orang lain, dari sudut pandangan yang lebih tinggi, maka orang dapat mentransendensi di atas dunia yang kita diami. Ini merupakan suatu bentuk pelarian diri, tetapi bukan pelarian diri dari masyarakat ke gunung-gunung atau hutan-hutan, melainkan dari dunia ini ke dunia lain. Dapat dikatakan bahwa para penganut Taoisme dini adalah orang-orang yang bersikap mementingkan diri pribadi. Tetapi dalam perkembangannya kemudian sikap mementingkan diri sendiri ini berbalik dan menghancurkan dirinya sendiri.

Kesimpulan Mencius berpendapat manusia pada kodratnya adalah baik, namun dia juga mengakui adanya unsur-unsur lain yang apabila tidak terkendali secara tepat akan menimbulkan keburukan. Unsurunsur ini mewakili segi hewani kehidupan manusia. Setiap manusia memiliki empat benih pemula, yaitu: 1. Rasa belas kasih merupakan benih pemula perikemanusiaan 2. Rasa malu serta enggan merupakan benih pemula perikeadilan 3. Rasa rendah hati serta kebersamaan merupakan benih pemula kepantasan 4. Keinsyafan tentang betul dan salah merupakan benih pemula kearifan Taoisme pertama sekali dikemukakan oleh Yang Chu. Gagasan pokok Yang Chu ialah Setiap orang mengurus dirinya sendiri-sendiri, dan memandang rendah harta benda serta memandang tinggi kehidupan. Gagasan-gagasan tersebut sangat bertentangan dengan gagasangagasan Mo Tzu, yang menganut azas kasih semesta. Sedangkan yang menjadi titik tolak filsafat Taoisme adalah melestarikan kehidupan serta menghindari hal-hal yang merugikan. Dan metode yang digunakan adalah melarikan diri yang biasa dilakukan pertapa-pertapa biasa yang melarikan diri dari masyarakat dan bersembunyi di gunung-gunung serta hutan-hutan.

Referensi Creel.H.G, 1989, Alam Pikiran Cina, Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya

Anda mungkin juga menyukai