Anda di halaman 1dari 52

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI KONSEP MOL

DAN STOIKIOMETRI MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK FOUR-


TIER BERBASIS MODEL PENGEMBANGAN ADDIE

Oleh:
Uswatun
NIM 200109029

PROGRAM STUDI TADRIS KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2023

1
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI KONSEP MOL
DAN STOIKIOMETRI MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK FOUR-
TIER BERBASIS MODEL PENGEMBANGAN ADDIE

Proposal Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram
untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana pendidikan

Oleh:
Uswatun
Nim: 200109029

PROGRAM STUDI TADRIS KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2023

2
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal oleh Uswatun, NIM 200109029 dengan judul “Identifikasi


Miskonsepsi Siswa Pada Materi Konsep Mol dan Stoikiometri Menggunakan
Tes diagnostik Four-Tier Berbasis Model Pengembangan ADDIE” telah
memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal:

Pembimbing,

Syarifatul Mubarak, M.Pd


NIP 199009202018011003

3
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat
dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga kepada
keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya, Aamiin.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian proposal skripsi dengan
judul "Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Konsep Mol dan Stoikiometri
Menggunakan Tes diagnostik Four-Tier Berbasis Model Pengembangan
ADDIE" ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut.
1. Bapak Syarifatul Mubarak, M.Pd sebagai dosen pembimbing yang
memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus,
dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban
menjadikan proposal skripsi ini lebih matang dan cepat selesai;
2. Bapak Yahdi, M.Si. selaku Ketua Program Studi tadris Kimia dan Ibu Yuli
Kusumadewi, M.Si selaku sekretaris program studi tadris kimia.
3. Bapak Dr. Jumarim, M.H.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan;
4. Bapak Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut
ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di
kampus tanpa pernah selesai;
5. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan proposal skripsi ini
yaitu keluarga dan sahabat karena telah memberikan motivasi, semangat dan
canda tawanya.

Mataram, 30 Oktober 2023

Uswatun

4
DAFTAR ISI

SAMPUL…………………………………………………………………………i
JUDUL …………………………………………………………………………..ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………………………iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….v
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….vi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………vii
A. Latar belakang masalah ……………………………………………………...1
B. Fokus masalah ……………………………………………………………….4
C. Perumusan penelitian ………………………………………………………..4
D. Kajian teoritik ……………………………………………………………….5
1. Konsep pengembangan model …………………………………………..5
2. Kerangka teoritik ………………………………………………………..11
E. Metode penelitian …………………………………………………………...28
1. Tujuan penelitian ………………………………………………………..28
2. Tempat dan waktu penelitian …………………………………………...28
3. Karakteristik model yang dikembangkan ………………………………28
4. Pendekatan dan metode penelitian ……………………………………...28
F. Rencana jadwal kegiatan penelitian ………………………………………...39
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..40

5
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Wujud zat, 19


Tabel 2. Kategori Tes Diagnostik Four-Tier, 31
Tabel 3. Tingkat pemahaman konseptual, 32
Tabel 4. Skala respon Certainty of Response Index (CRI), 33
Tabel 5.Kriteria untuk Membedakan antara Paham Konsep, Tidak Paham Konsep
dan Miskonsepsi, 34
Tabel 6. Kategori perhitungan indeks V, 34
Tabel 7. Ketentuan Uji Validitas, 35
Tabel 8. Ketentuan uji reliabilitas, 36
Tabel 9. Kriteria tingkat kesukaan, 37

6
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta konsep materi, 17


Gambar 2. Rumus umum persamaan reaksi, 17
Gambar 3. Rumus jumlah atom, 18
Gambar 4. Contoh penempatan koefisien dan indeks, 18
Gambar 5. Rumus jumlah partikel, 21
Gambar 6. Rumus massa molar, 21
Gambar 7. Rumus volume molar, 22
Gambar 8. Persamaan gas ideal, 22
Gambar 9. Alur penelitian, 28
Gambar 10. Tahapan model pengembangan ADDIE, 29

7
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan proses belajar mengajar atau pengajaran melibatkan
implementasi kurikulum suatu institusi pendidikan dengan tujuan
mempengaruhi siswa dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, peran dan pengaruh guru
sangatlah penting dalam membentuk karakter siswa di lingkungan kampus.
Guru harus memiliki kemampuan untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang aktif, menyenangkan, dan memberikan kesan yang positif bagi siswa
agar siswa dapat dengan baik menyerap dan memanfaatkan pengetahuan
yang siswa peroleh untuk kehidupan siswa di masa depan.1 Ilmu kimia
merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari
materi dan perubahan yang terjadi padanya, baik perubahan secara fisik
maupun kimiawi.2
Pengajaran ilmu kimia memiliki tujuan untuk memungkinkan siswa
memahami dan menguasai konsep-konsep kimia serta hubungannya, dan
mampu menggunakan metode ilmiah serta bersikap ilmiah dalam
menyelesaikan masalah. Mengetahui pentingnya mempelajari ilmu kimia
sebagai bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
perhatian pengajar perlu difokuskan pada peningkatan pemahaman siswa
dalam menguasai konsep dan teori dalam pembelajaran kimia. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengarahkan pembelajaran ke kegiatan yang mendorong
dan memotivasi siswa agar lebih aktif.3 Namun, saat ini proses pembelajaran
sering kali masih terpusat pada guru sebagai sumber belajar atau berpusat
pada guru. Hal ini dapat menyebabkan siswa tidak sepenuhnya dapat
menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga terkadang
pemahaman siswa tidak selaras atau berbeda dengan konsep yang dianut oleh
para ahli. Ketidakselarasan pemahaman ini, yang sering disebut sebagai
miskonsepsi atau kesalahpahaman konsep dapat mempengaruhi kemampuan
siswa dalam memahami konsep secara lebih mendalam.4 Oleh karena itu,
penting untuk mengidentifikasi miskonsepsi tersebut agar tidak menghambat
proses pembelajaran selanjutnya. Miskonsepsi sering terjadi saat
pembelajaran, termasuk Konsep Mol dan Stoikiometri.

1
Ratna Dwi Rahayu, “Miskonsepsi Mahasiswa Menggunakan Four-Tier Diagnostic
Test”, Simetris, Vol. 15 No. 2, Desember 2021, Hlm. 18.
2
Raudha Isminiarti Izza, et al, “Analisis Miskonsepsi Siswa Menggunakan Tes
Diagnosticesai Berbantuan CRI (Certaint Of Response Index) Pada Pokok Bahasan
Asam Basa”, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 5(1): 55 - 63 (2021).
3
Yusran Khery dan Pahriah, “Pemahaman Konsep Dan Hasil Belajar Mahasiswa
Kimia Umum Dalam Penerapan Model Pembelajaran Concept Attainment”, Pendidikan
Mandala,Volume 1, Desember 2016, Hlm. 66.
4
Ratna Dwi Rahayu, Ibid

1
David Hammer dalam yuyu R, berpendapat bahwa miskonsepsi dapat
dipandang sebagai suatu konsepsi atau struktur kognitif yang melekat dengan
kuat dan stabil dibenak siswa yang sebenarnya menyimpang dari konsepsi
yang dikemukakan para ahli, yang dapat menyesatkan para siswa dalam
memahami fenomena alamiah dan melakukan eksplanasi ilmiah. 5 Memahami
konsep kimia dalam pembelajaran kimia merupakan hal sangat penting.
Pada kenyataannya, siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami
berbagai konsep kimia. Pemahaman konsep kimia oleh siswa yang tidak
sesuai dengan konsep kimia yang benar menurut para ahli kimia, disebut
sebagai miskonsepsi kimia.6 Akibat lebih jauh karena miskonsepsi kimia
adalah hasil belajar kimia siswa yang rendah.
Menurut suparno, Miskonsepsi dapat disebabkan oleh siswa itu sendiri,
guru, sumber belajar, dan metode pembelajaran yang digunakan.7 Dalam
situasi ini, guru memainkan peran penting dalam menghasilkan miskonsepsi.
Oleh karena itu, Konsep yang tidak tepat akan terus menyulitkan pemahaman
konsep berikutnya. Miskonsepsi dapat menyebabkan hasil belajar siswa
menjadi lebih buruk. Mengingat dampak miskonsepsi, sangat penting untuk
mengidentifikasi miskonsepsi sebagai upaya untuk mengurangi penurunan
hasil belajar.8 Dalam hal ini, untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang
terjadi adalah dengan menggunakan tes diagnostik.
Tes diagnostik dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi
yang sering terjadi pada siswa. Tes diagnostik adalah instrumen yang dapat
digunakan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan siswa dalam pelajaran
secara akurat.9 Tes diagnostik untuk mengidentifikasi miskonsepsi dapat
dilakukan dengan Interview10, Open-Ended Tests, Multiple-Choice Tests,
yaitu Two-Tier11, Three-Tier12, Four- Tier13, dan Certainty of Response
Index14. Perbedaan dalam desain tes diagnostik tersebut disebabkan oleh
5
Yuyu R. Tayubi. 2005 Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika
Menggunakan Certainty of Response Index (CRI). Mimbar Pendidikan, No. 3/XXIV/2005.
6
Paul suparno, Miskonsepsi & Perubahan Konsep Fisika. Jakarta: PT. grasindo. 2005
7
Paul suparno, miskonsepsi dan perubahan konsep dalam pendidikan fisika. Jakarta:
grasindo. 2013. Hlm 54.
8
Resti Rahayu, “Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Fisika Pada Materi Hukum
Newton Dengan Menggunakan Four-Tier Diagnostic”, (Bandar Lampung: 2018). Hlm: 4-6.
9
Ratna Dwi Rahayu, “Miskonsepsi Mahasiswa Menggunakan Four-Tier Diagnostic
Test”, Simetris, Vol. 15 No. 2, Desember 2021, Hlm. 19.
10
Wells, swackhamer and hestenes.
11
Rositasari, Saridewi, and Agung; Viyandari, Priatmoko, and Latifah.
12
Jumini, Retyanto, and Noviyanti; Syahrul and Setyarsih
13
Riska Irsanti, et al, ‘Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four-
TierDiagnostic Test Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Larutan Non Elektrolit Di Kelas X
SMA Islam Al-Falah Kabupaten Aceh Besar Abstrak Pendahuluan Metode Penelitian’,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK), 2.3 (2017), 230–37.
14
Venny Haris, ‘Identifikasi Miskonsepsi Materi Mekanika Dengan Menggunakan CRI
(Certainty of Response Index )’, Ta’dib, 16.1 (2013); Gumilar.

2
perkembangan kebutuhan untuk mempelajari dan memperbaiki tes diagnostik
yang telah dilakukan sebelumnya. Tes diagnostik memiliki tujuan yang sama
yaitu menemukan miskonsepsi.15 Maka digunakan tes diagnostik four-tier
bertipe open ended.
Tes diagnostik four-Tier adalah evolusi dari tes diagnostik Three-Tier.
Perbedaan utamanya adalah penambahan tingkat keyakinan siswa dalam
memilih jawaban dan memberikan alasan. Hal ini dilakukan dalam empat
tingkat yakni tingkat pertama adalah soal dengan jawaban yang benar, tingkat
kedua adalah tingkat keyakinan siswa dalam jawaban yang diberikan, tingkat
ketiga adalah alasan siswa memberikan jawaban pada tingkat pertama, dan
tingkat keempat adalah tingkat keyakinan siswa dalam memberikan alasan.
Keunggulan dari Tes diagnostik Four-Tier adalah sebagai berikut: 1)
memungkinkan guru untuk membedakan tingkat keyakinan jawaban dan
alasan siswa sehingga siswa dapat mengidentifikasi miskonsepsi yang lebih
mendalam; 2) mendiagnosis miskonsepsi yang lebih rinci; 3) menentukan
materi yang memerlukan penekanan yang lebih besar; dan 4) membantu
merancang pembelajaran yang lebih baik.16
Open ended test biasa disebut sebaga soal terbuka bersifat luas
merupakan soal yang dimana pertanyaannya untuk mendapatkan jawaban
yang luas. Dalam hal ini, tes tersebut membutuhkan lebih dari sekedar
jawaban singkat dan pasti seperti ya atau tidak. Becker dan Shimada dalam
takahashi17 berpendapat bahwa bila penggunaan soal terbuka diberikan pada
siswa di kampus, ada lima keuggulan yang dapat diharapkan, sebagai berikut:
1) siswa dapat lebih berpartisipasi aktif pada pembelajaran dan dapat
mengekspresikan ide mereka dengan lebih sering; 2) siswa mempunyai
kesempatan yang lebih untuk secara komprehensif menggunakan
pengetahuan dan keterampilan. Jadi, mereka akan terlibat lebih aktif dalam
menggunakan potensi pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki
sebelumnya. 3) siswa dengan kemampuan rendah bisa memberikan reaksi
terhadap masalah dengan beberapa cara signifikan dari milik mereka sendiri.
(4) Mendorong siswa untuk memberikan bukti. (5) siswa mempunyai
pengalaman yang kaya dan senang atas penemuan mereka dan menerima
persetujuan temannya.

15
Resti Rahayu, “Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Fisika Pada Materi Hukum
Newton Dengan Menggunakan Four-Tier Diagnostic”, (Bandar Lampung: 2018). Hlm: 6
16
Widya Bratha Sheftyawan, et al, Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan
Four- Tier Diagnostic Test Pada Materi Optik Geometri”, Jurnal Pembelajaran Fisika,
Vol.7 No.2, Juni 2018, Hlm 148.
17
Takahashi, A. (2005). What is The Open-Ended Aproach Chicago: Depault
University. Tersedia pada: http://www.docstoc.com/docs/22 59444/An-Overview-What-
isThe-Open-Ended-Approach. Di akses pada tanggal 14 Mei 2014

3
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Islami pada tahun 2018, dalam
jurnalnya yang berjudul Identifikasi Miskonsepsi Peserta didik Pada Konsep
Ikatan Kimia Menggunakan Test diagnostik Four Tier di SMA Negeri 1
Karawang menunjukkan bahwa terjadi miskonsepsi sebesar 30,31%, dan
miskonsepsi signifikan yang teridentifikasi pada 8 dari 13 subkonsep Ikatan
Kimia yang diteliti yaitu subkonsep Struktur Lewis dan Kaidah Duplet,
Oktet, dan Pengecualiannya (33,33%), Ikatan Logam dan Sifat Logam
(20,83%), Senyawa Ionik dan Senyawa Kovalen (27,08%), Teori VSEPR
(20,83%), Teori Domain Elektron (18,75%), Kepolaran Molekul (27,08%),
Gaya van der Waals (14,58%), dan Ikatan Hidrogen (29,17%). Hal ini dapat
menjadi rujukan untuk penuntasan terjadinya miskonsepsi pada peserta didik,
selanjutnya peneliti menerangkan bahwa penuntasan miskonsepsi sangat
diperlukan. Serta dilakukannya suatu penelitian di berbagai tingkat sekolah
menengah atas ataupun universitas agar mengetahui sejauh mana
miskonsepsi yang terjadi pada konsep ikatan kimia.18
Setelah melakukan wawancara salah satu SMA Negeri di Kota Bima
yaitu pada salah satu siswa kelas XI 3 di SMA 2, yang dimana pada saat dites
dengan menggunakan soal diagnostik four tier open ended satu butur soal
yang hasilnya termasuk dalam kategori miskonsepsi. Maka perlu dilakukan
identifikasi miskonsepsi pada siswa dengan menggunakan tes diagnostik
four-tier. Selain keunggulan tes diagnostik four-tier yang sudah dipaparkan,
Penggunaan tes diagnostik four-tier open ended untuk mengukur pemahaman
siswa SMA Negeri di Kota Bima belum pernah dilakukan.
Penelitian mengenai identifikasi miskonsepsi pada siswa SMA dalam
memahami Konsep Mol dan Stoikiometri menggunakan tes diagnostik Four-
Tier open ended merupakan penelitian yang penting untuk dilakukan.
Dengan mengidentifikasi miskonsepsi yang sering terjadi pada siswa, maka
dapat dirancang strategi pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi
miskonsepsi serta dapat memberikan solusi bagi pengajar dalam mengatasi
miskonsepsi yang sering terjadi pada siswa dalam memahami suatu konsep
khususnya Konsep Mol dan Stoikiometri.
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus masalahnya
adalah mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Konsep Mol dan
Stoikiometri Menggunakan Tes diagnostik Four-Tier open ended berbasis
model pengembangan ADDIE.
C. Perumusan Penelitian

18
Islami, et al. Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Ikatan Kimia Menggunakan
Tes Four-Tier MultipleChoice (4TMC). Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2018, 9(1), 1-21.

4
1. Seberapa tinggi tingkat miskonsepsi yang terjadi pada siswa SMA
Negeri di Kota Bima dalam memahami Konsep Mol dan Stoikiometri?
2. Seberapa efektif tes diagnostik four-tier open ended berbasis model
pengembangan ADDIE dalam mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa
SMA Negeri di Kota Bima dalam memahami Konsep Mol dan
Stoikiometri?
D. Kajian Teoritik
1. Konsep Pengembangan Model
Menurut beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian penelitian
yaitu, Penelitian merupakan proses ilmiah yang mencakup unsur formal
dan intensif.19 Maksudnya adalah penelitian yang terikat dengan aturan
tertentu serta cara penyajiannya, agar memperoleh hasil yang bermanfaat.
Sugiyono mendefinisikan “Penelitian dan pengembangan adalah
penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk khusus, dan
menguji keefektifan produk tersebut.20
Penelitian selalu berupaya untuk mencapai pemahaman ilmiah
yang lebih menyeluruh dari sebelumnya, dengan tingkat kesalahan yang
lebih rendah dibandingkan dengan pengetahuan yang telah terhimpun
sebelumnya. Metode penelitian adalah cara-cara yang digunakan untuk
mengumpulkan dan menganalisi data, yang dikembangkan untuk
memperoleh pemahaman melalui prosedur yang dapat diandalkan dan
terpercaya.21 Borg and Gall mengemukakan bahwa, penelitian dan
pengembangan (research and development/ R&D), merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi
produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.22
Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mengembangkan atau
menghasilkan produk tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat
ini.23
Dalam konteks pengembangan model, dapat diaplikasikan
sebagai solusi untuk menghasilkan suatu produk baru atau memperbaiki
produk yang sudah ada. Produk yang dikembangkan oleh peneliti
nantinya dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Sebelum
diimplementasikan, produk yang dikembangkan oleh peneliti harus

19
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2012).h.4
20
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: ALFABETA, cv. 2013). h. 407
21
Ibnu hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996). h.10
22
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: ALFABETA, cv. 2013). h. 9
23
M.E. Winarno, Metodologi Penelitian dalam Pendidikan JaSMAni (Malang: Media
Cakrawala Utama Press, 2011), h.76

5
melewati tahap uji coba dan dieksperimenkan untuk mengetahui seberapa
efektif produk yang dikembangkan.
a. Pengertian Model
Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai: (1) suatu tipe desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang
dipergunakan untuk membantu visualisasi sesuatu yang tidak dapat
dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data,
dainferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara
matematis suatu obyek atau peristiwa; (4) suatu desain yang
disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang
disederhanakan; (5) deskripsi suatu sistem yang mungkin imajiner;
dan (6) penyajian data yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan
menunjukan sifat bentuk aslinya.24
Model adalah representasi abstrak dari dunia nyata atau
gambaran peristiwa atau sistem yang kompleks, disajikan dalam
bentuk naratif, matematis, grafis, atau simbol-simbol lainnya. Nadler
menyatakan bahwa model bukanlah realita diri mereka sendiri, tetapi
merupakan representasi realita yang dikembangkan dari keadaan atau
kondisi tertentu.25 Nadler juga berpendapat bahwa setiap individu
memiliki kemampuan untuk merancang model-model yang
mencerminkan cara mereka memahami dunia sekitarnya setiap hari.
Kehadiran model menjadi krusial karena tanpa model, seseorang akan
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah-masalah
kehidupan sehari-hari.
Berikut adalah pegertian model menurut para ahli:26
1) Simamarta
Model ialah gambaran inti yang sederhana serta dapat mewakili
sebuah hal yang ingin ditunjukkan.
2) Departemen P dan K
Model merupakan pola atau contoh dari sebuah hal yang akan
dihasilkan.
3) Gordon
Model ialah sebuah kerangka informasi tentang sesuatu hal yang
di susun untuk mempelajari dan membahas hal tersebut.
4) Marx

24
Komarudin, Kamus istilah karya tulis ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 100.
25
L. Nadler, Designing Training Program (Massachussetts: Addison Wesley Publishing
Company, 2000), h. 59.
26
Admin, “pengertian model menurut para ahli” dalam
https://dilihatya.com/3284/pengertian-model-menurut-para-ahli-adalah, di akses pada tanggal
3 November 2023, pukul 19.11.

6
Model merupakan sebuah keterangan secara terkonsep yang
dipakai sebagai saran atau referensi untuk melanjutkan penelitian
empiris yang membahas suatu masalah.
5) Murty
Model merupakn sebuah pemaparan tentang system tertentu yang
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai peneliti.
b. Pengembangan
Secara etimologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berasal dari
kata kembang yang artinya menjadi tambah sempurna (tentang pribadi,
fikiran, pengetahuan dan sebagainya). Dengan demikian pengembangan
mengacu pada suatu, proses, cara, perbuatan. Sedangkan, menurut istilah
pengembangan merujuk pada penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan
penyempurnaan dalam suatu kegiatan.27
Pengembangan adalah suatu proses yang diterapkan untuk
mengembangkan dan menvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah
dari proses ini biasanya disebut sebagai siklus R&D, yang melibatkan
studi temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan
dikembangkan, Mengembangkan produk berdasarkan temuan ini,
pengujian produk di lingkungan yang relevan, dan penyempurnaan
berdasarkan evaluasi kekurangan yang muncul selama tahap pengujian.
Dalam program pengembangan yang lebih ketat, siklus ini dapat diulang
hingga data uji menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan
perilaku yang telah ditentukan.28
Nusa Putra menyatakan bahwa, Pengembangan merupakan
penerapan ilmu atau pengatuan teknis dalam rangka memproduksi bahan
baru atau peralatan, produk dan jasa yang ditingkatkan secara substansial
untuk proses atau sistem baru, sebelum dimulainya produksi komersial
atau aplikasi komersial, atau untuk meningkatkan secara substansial apa
yang sudah diproduksi atau digunakan.29 Menurut borg and gall30
penelitian pengembangan pendidikan (R&D) adalah sebuah proses yang
digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.
Hasil dari penelitian pengembangan tidak hanya pengembangan sebuah

27
Ani ramdhani, pengertian pengembangan, jenis dan contohnya” dalam
https://www.pinhome.id/blog/pengertian-pengembangan/, diakses pada tanggal 3 november
2023, pukul 20.12
28
Borg W. R et al. Educational Research: An Introduction, Fifth Edition. New York:
Longman. 1983.
29
Nusa putra, “Research and development Penelitian dan pengembangan:suatu
pengantar”. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Hlm.72.
30
Borg and gall, “Educational Research : An Introduction, Fifth Edition”. New York:
Longman. 1989.

7
produk yang sudah ada melainkan juga untuk menemukan pengetahuan
atau jawaban atas permasalahan praktis.
Sugiyono31 berpendapat bahwa, metode penelitian dan
pengembangan (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keektifan produk tersebut.
Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang
bersifat analisis kebutuhan (digunakan metode survey atau kualitatif) dan
untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di
masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keektifan
produk tersebut (digunakan metode eksperimen).
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulakan bahwa
pengembangan adalah sebuah medote penelitian dan pengembangan
(Reaserch and Development) untuk menvalidasi sebuah produk media
pembelajaran dan lainnya penelitian pengembangan bersifat analisis
kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat
berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji
keefektifan produk tersebut.
Research and Development (Penelitian dan Pengembangan)
merupakan metode penelitian untuk mengembangkan dan menguji
produk yang nantinya akan dikembangkan dalam dunia pendidikan.
Terdapat berbagai macam model penelitian yang dapat dijadikan sebagai
acuan dalam penelitian Research and Development ini.32
Borg and gall33 menjelaskan empat ciri utama dalam penelitian R &
D, yaitu:
1) Melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan temuan
penelitian terkait dengan produk yang akan dikembangkan.
2) Mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian tersebut.
3) Dilakukannya uji lapangan dalam seting atau situasi senyatanya di
mana produk tersebut nantinya digunakan.
4) Melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
ditemukan dalam tahap-tahap uji lapangan.
Dari empat ciri utama R & D tersebut, memberikan gambaran bahwa
ciri utama R & D adalah adanya langkah-langkah penelitian awal terkait
dengan produk yang akan dikembangkan. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut kemudian produk.

31
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
D. Bandung : Alfabeta.2009
32
Khairul Amali, et al. “pengembangan lembar kerja peserta didik berbasis sains
teknologi masyarakat pada mata pelajaran IPA di sekolah dasar. Journal of natural science
integration. 2(2). 2019. hlm. 191-202.
33
Borg and gall, ibid

8
Adapun bidang kajian R & D dalam penelitian ghufron 34 meliputi
organisasi dan manajemen, pembiayaan, mutu/ pembelajaran, dan guru.
Masalah-masalah di bidang organisasi dan manajemen yakni terkait
metodologi pengubahan perilaku sistemik organisasi pendidikan,
meliputi debirokratisasi struktural, demokratisasi kultural, dan
profesionalisme interaksional. Untuk masalah-masalah di bidang
pembiayaan pendidikan yakni meliputi model pembiayaan
sekolah/satuan pendidikan, model penggajian guru, model pendanaan
masyarakat, dan model beasiswa.
Berikut macam-macam model yang digunakan dalam penelitian dan
pengembangan:
1) Model Pengembangan Borg dan Gall
Menurut Borg & Gall model pengembangan ini menggunakan
alur air terjun (waterfall) pada tahap pengembangannya. Model
pengembangan Borg dan Gall ini memiliki tahap-tahap yang relatif
panjang karena terdapat 10 langkah pelaksanaan: (1) penelitian dan
pengumpulan data (research and information colleting), (2)
perencanaan (planning), (3) pengembangan draft produk (develop
preliminary form of product), (4) uji coba lapangan (preliminary
field testing), (5) penyempurnaan produk awal (main product
revision), (6) uji coba lapangan (main field testing), (7)
menyempurnakan produk hasil uji lapangan (operational product
revision), (8) uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing),
(9) penyempurnaan produk akhir (final product revision), dan (10)
diseminasi dan implementasi (disemination and implementation).35
Model pengembangan Borg dan Gall ini memiliki kelebihan dan
kekurangannya. Kelebihan dari model ini yaitu mampu
menghasilkan suatu produk dengan nilai validasi yang tinggi dan
mendorong proses inovasi produk yang tiada henti, sedangkan untuk
kelemahan dari model ini yaitu memerlukan waktu yang relatif
panjang, karena prosedur relatif kompleks dan memerlukan sumber
dana yang cukup besar.
2) Model pengembangan 4D
Menurut Thiagarajan terdiri dari empat tahap pengembangan.
Tahap pertama Define atau sering disebut sebagai tahap analisis
kebutuhan, tahap kedua adalah Design yaitu menyiapkan kerangka
konseptual model dan perangkat pembelajaran, lalu tahap ketiga
Develop, yaitu tahap pengembangan melibatkan uji validasi atau
34
Anik Ghufron. 2011. Pendekatan Penelitian dan Pengembangan (R&D) di Bidang
Pendidikan dan Pembelajaran. Handout. Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.
35
Hamdani, strategi belajar mengajar, (bandung: CV Pustaka setia, 2011), hlm.2.

9
menilai kelayakan media, dan terakhir adalah tahap Disseminate,
yaitu implementasi pada sasaran sesungguhnya yaitu subjek
penelitian.36
Kelebihan model 4D yaitu tidak membutuhkan waktu yang
realtif lama, karena tahapan relatif tidak terlalu kompleks.
Kelemahan Model 4D yaitu di dalam model 4D hanya sampai pada
tahapan penyebaran saja, dan tidak ada evaluasi, dimana evaluasi
yang dimaksud adalah mengukur kualitas produk yang telah
diujikan, uji kualitas produk dilakukan untuk hasil sebelum dan
sesudah menggunakan produk.
3) Model pengembangan ADDIE
Penelitian pengembangan MIE ini menggunakan model ADDIE
yang merupakan singkatan dari Analyze, Design, Development,
Implementation, Evaluation. Model ini dipilih karena model ADDIE
sering digunakan karena tahapan model ADDIE menggambarkan
pendekatan sistematis untuk pengembangan instruksional.37
Model ADDIE memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan model ADDIE terletak pada tahapan implementasi karena
dilakukan secara sistematik dan sistemik, sedangkan kekurangannya
terletak pada tahap desain karena model ADDIE tidak mengatakan
bagaimana membagi tujuan utama menjadi tujuan yang praktis.
Dengan demikian, analisis dan perencanaan harus hati-hati agar bisa
mencapai hasil yang diutamakan dari keseluruhan proses
pengembangan.
c. Model yang dikembangkan
Penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan atau
Research and Development (R&D). Penelitian pengembangan (R&D)
merupakan suatu penelitian yang dapat digunakan untuk menghasilkan
sebuah produk dan selanjutnya diuji efektivitasnya. Penelitian
pengembangan (R&D) memiliki banyak model, salah satunya adalah
model ADDIE.38 ADDIE merupakan akronim untuk Analyze, Design,
Develop, Implement dan Evaluate. Konsep model ADDIE ini
menerapkan untuk membangun kinerja dasar dalam pembelajaran, yakni
konsep mengembangkan sebuah desain produk pembelajaran. ADDIE
36
Thiagarajan, Instructional Development For Training Teachers Of Exceptional
Children: A Sourcebook.1974. Hlm. 101.
37
Yoman sugihartini, kadek yudiana. ADDIE sebagai model pengembangan media
instruksional edukatif (mie) mata kuliah kurikulum dan pengajaran. Jurnal pendidikan
teknologi dan kejuruan vol. 15 nomor 2 juli 2018. Hlm 277.
38
Risnawati, Pengembangan e-instrument test berbasisi four-tier multiple choice untuk
mengidentifikasi miskonsepsi siswa SMA pada materi archaebacteria dan eubacteria (Skripsi:
fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas jambi, jambi, 2023.

10
merupakan desain instruksional berpusat pada pembelajaran individu,
memiliki fase langsung dan jangka panjang, sistematis, dan
menggunakan pendekatan sistem tentang pengetahuan dan pembelajaran
manusia. Desain instruksional ADDIE yang efektif berfokus pada
pelaksanaan tugas otentik, pengetahuan kompleks, dan masalah asli.
Dengan demikian, desain instruksional yang efektif mempromosikan
kesetiaan yang tinggi antara lingkungan belajar dan pengaturan kerja
yang sebenarnya.39
Peneliti menggunakan model pengembangan ADDIE, karena model
pengembangan ini sederhana, dan mudah di pahami. Jika dibandingkan
dengan model-model di atas, model pengembangan ADDIE lebih unggul.
Model pengembangan borg dan gall membutuhkan waktu yang relatif
panjang, karena prosedurnya yang kompleks dan memerlukan sumber
data yang cukup besar, sedangkan ADDIE hanya terdapat 5 tahap
(sederhana). Model pengembangan 4D hanya sampai pada tahap
penyebaran saja, tidak ada evaluasi, dimana evaluasi yang dimaksud
adalah mengukur kualitas produk yang telah diujikan, uji kualitas produk
dilakukan untuk hasil sebelum dan sesudah menggunakan produk.
Sedangkan pada tahapan model pengembangan ADDIE terdapat tahap
evaluasi.
2. Kerangka Teoritik
a. Kajian pustaka
1) Konsep
(a) Definisi konsep
Konsep adalah sebuah istilah yang memberikan arti
yang abstrak terkait pengelompokkan suatu objek atau
peristiwa. Pemahaman konsep yang benar sangatlah penting
bagi siswa pada materi yang sedang dipelajari. Penerapan
pembelajaran kimia memiliki tujuan utama, satu diantaranya
adalah memahami konsep kimia. Untuk mencapai kemampuan
kognitif, penting bagi siswa dalam memahami konsep dasar
suatu materi pembelajaran.40 Menurut perspektif desiria
bahwa konsep merupakan gambaran mental, gagasan atau cara
dari suatu objek yang berkarakteristik tertentu. Konsep awal
sebelum memahami suatu materi tentu dimiliki oleh siswa,
39
Fitria hidayat. “model addie (analysis, design, development, implementation, and
evaluation) dalam pembelajaran pendidikan agama islam”, jurnal inovasi pendidikan agama
islam, 1(1), desember 2021. Hlm. 29.
40
Riadhotus Sholikhah, “Students’ Conceptions On Set Materials With The Cri
Method”, Jurnal Riset Pendidikan Dan Inovasi Pembelajaran Matematika, Vol. 6 (2022, No.
1 1-14).

11
konsep tersebut akan menjadi suatu rujukan atau representasi
awal dalam proses berpikir.41
Pentingnya pembelajaran konsep menjadi tujuan utama
dalam pendidikan. Konsep merupakan elemen fundamental
dalam pengembangan pemikiran seseorang. Konsep
memberikan dasar yang kuat bagi proses berpikir yang lebih
kompleks dalam merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi.
Dalam menghadapi masalah, seorang siswa perlu memiliki
pemahaman tentang aturan-aturan yang relevan, dan aturan-
aturan tersebut didasarkan pada konsep-konsep yang telah
dipelajarinya.42
Berikut adalah definisi konsep menurut para ahli sebagai
berikut: 43
(1) Soedjadi
Konsep merujuk pada ide abstrak yang dapat digunakan
untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan sesuatu.
Konsep ini biasanya diungkapkan melalui serangkaian
kata atau istilah yang memiliki makna tertentu.
(2) Aristoteles
Dalam karyanya "Teori konsep klasik", Aristoteles
mengemukakan bahwa makna konsep merupakan elemen
kunci dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan
pemikiran filosofis manusia.
(3) Bahri
Pengertian konsep adalah integrasi makna yang
merepresentasikan sekelompok objek dengan properti
yang serupa. Representasi konsep ini dapat dituangkan
dalam bentuk kata-kata (simbol bahasa).
(4) Umar
Menurut definisi Umar, konsep dapat dijelaskan sebagai
kumpulan teori yang terkait dengan suatu objek.
Rancangan konsep dapat dibentuk melalui proses

41
Elliza Aryani, “Identifikasi Miskonsepsi Peserta Didik Pada Materi Hidrolisis Garam
Dengan Menggunakan Instrument Tes Diagnostic Two-Tier Di SMA Negeri 4 Wira Bangsa
Meulaboh” (Skripsi, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Banda
Aceh, 2021), Hlm. 8.
42
Ratna Wilis Dahar, “Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran” (Jakarta: Erlangga,
2011). H.62.
43
Ayu Rifka Sitoresmi, “Apaitu Konsep? Ketahui Pengertian, Ciri-Ciri, Unsur, Fungsi
Dan Jenisnya” Dalam https://www.liputan6.com/hot/read/4818880/apa-itu-konsep-ketahui-
pengertian-ciri-ciri-unsur-fungsi-dan-jenisnya , Tanggal 21 Desember 2021, Pukul 15.45.

12
pengklasifikasian dan pengelompokkan objek-objek
tertentu yang memiliki karakteristik serupa atau mirip.
(5) Woodruf
Pengertian konsep menurut Woodruf adalah suatu
gagasan atau ide yang memiliki keterpaduan dan makna
yang signifikan. Konsep merupakan hasil subjektivitas
individu dalam memberikan pengertian terhadap objek
atau benda berdasarkan pengalaman dan persepsinya.
(6) Rosser
Konsep adalah suatu abstraksi yang merepresentasikan
kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang
memiliki kesamaan atau persamaan.44
(7) Ausubel
Konsep merujuk pada benda-benda, kejadian-kejadian,
situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki karakteristik
khusus dan direpresentasikan oleh tanda atau simbol
dalam setiap budaya.45
(b) Ciri-ciri konsep
Adapun ciri-ciri konsep sebagai berikut: 46
(1) Konsep adalah representasi abstrak dan mental mengenai
objek, peristiwa, atau kegiatan.
(2) Secara umum, konsep mengacu pada kumpulan benda
yang memiliki sifat atau kualitas tertentu.
(3) Setiap konsep yang bersifat personal.
(4) Konsep dapat dipahami melalui pembelajaran dari
pengalaman.
(5) Penting untuk dicatat bahwa arti konsep tidak hanya
terbatas pada makna kata dalam kamus, tetapi memiliki
dimensi yang lebih luas dan berbeda.
(c) Pembentukkan konsep
Setiap individu memiliki kemampuan untuk membentuk,
mengembangkan, dan mengubah konsep-konsep dalam
pikirannya melalui pengalaman yang mereka dapatkan.
Menurut Ausubel, terdapat dua cara untuk memperoleh
44
Kustiyah, “Miskonsepsi Difusi Dan Osmosis Pada Siswa Man Model”, Jurnal Ilmiah
Guru Kanderang Tingang, 1 (2007). Hlm.25
45
Yuyu R. Tayubi, “Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika
Menggunakan Certainty Of Response Index (Cri)”, Jurnal Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia, 24 (2005). Hlm.5
46
Ayu Rifka Sitoresmi, “Apaitu Konsep? Ketahui Pengertian, Ciri-Ciri, Unsur, Fungsi
Dan Jenisnya” Dalam https://www.liputan6.com/hot/read/4818880/apa-itu-konsep-ketahui-
pengertian-ciri-ciri-unsur-fungsi-dan-jenisnya , Tanggal 21 Desember 2021, Pukul 15.45.

13
konsep, yaitu melalui formasi konsep dan melalui asimilasi
konsep.47
(1) Formasi konsep
Formasi konsep merupakan bentuk perolehan konsep
sebelum anak-anak sekolah. Formasi konsep dapat
disamakan dengan belajar kosep-konsep yang konkrit.
(2) Asimilasi konsep
Asimilasi konsep merupakan proses utama untuk
memperoleh konsep- konsep sedang atau sesudah sekolah.
Perspektif hummel terkait asimilasi konsep merupakan
suatu proses menempatkan suatu pengalaman baru ke
dalam struktur mental.48
2) Miskonsepsi
a) Definisi miskonsepsi
Miskonsepsi adalah pemahaman suatu konsep yang tidak
serupa dengan para ahli, hal ini bisa disebabkan oleh kesalahan
baik dalam penyampaian ataupun menerimaan suatu materi.
Miskonsepsi merupakan kesalahpahaman peseserta didik
dalam memahami dan mengartikan suatu konsep yang di
dalamnya terdapat ketidaksesuaian kondep dengan para ahli.
Miskonsepsi juga dapat diartikan sebagai suatu keyakinan
yang tidak sesuai dengan bukti-bukti yang sudah benar adanya
dari suatu peristiwa atau kejadian tertentu.49
Kategori miskonsepsi ini terbagi atas 5 kategori yaitu
Paham Konsep (PK), Belum Paham Konsep (BPK),
Miskonsepsi (M)/Tidak Paham Konsep (TPK), Miskonsepsi
Negatif (MN) dan Miskonsepsi Positif (MP).50
b) Penyebab miskonsepsi
Penyebab terjadinya miskonsepsi sangat bervariasi dan
melibatkan faktor-faktor yang berbeda. Miskonsepsi tidak

47
Resti Rahayu, “Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Fisika Pada Materi Hukum
Newton Dengan Menggunakan Four-Tier Diagnostic”, (Skripsi, Lampung: Fakultas Tarbiyah
Dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung, 2018).
48
Fakhrah, et al., “Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Materi Pengklasifikasian
Phylum Arthropoda Melalui Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)” Jurnal
Biotik, Vol. 2, No. 2, Ed. September 2014, Hlm. 95.
49
Elliza Aryani, “Identifikasi Miskonsepsi Peserta Didik Pada Materi Hidrolisis Garam
Dengan Menggunakan Instrument Tes Diagnostic Two-Tier Di SMA Negeri 4 Wira Bangsa
Meulaboh” (Skripsi, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Banda
Aceh, 2021), Hlm. 10.
50
Wulan wahyuningstyas, et al. analisis miskonsepsi asam basa menggunakan
instrumen multirepresentasi diagnostic test berbasis web. Journal of Chemistry In Education
9 (1) (2020). Hlm. 3.

14
dapat dipisahkan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah karakteristik siswa,
metode pengajaran yang digunakan oleh guru, cara
penyampaian materi, konteks pembelajaran, serta sumber
informasi seperti buku teks. Selain itu, prakonsepsi yang
dimiliki oleh siswa sebelumnya, pengaruh lingkungan sosial
sekitar, dan pengalaman pribadi siswa juga dapat menjadi
penyebab miskonsepsi serta kemampuan kognitif dan
pemahaman siswa juga dapat memengaruhi terjadinya
miskonsepsi. Selain itu, ada beberapa guru menggunakan
metode mengajar terkadang menimbulkan miskonsepsi siswa
dikarenakan penekanan pada suatu cara mengajar.51
c) Cara mendeteksi miskonsepsi
Untuk mengidentifikasi miskonsepsi, beberapa pendekatan
dapat digunakan, seperti peta konsep, tes diagnostik bertipe
open ended, tes esai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi di
kelas, dan praktikum dengan tanya jawab. Metode-metode ini
dapat bekerja sama dengan satu sama lain. Salah satu
contohnya adalah tes diagnostik four-tier bertipe open ended,
di mana siswa diminta untuk menjawab pertanyaan dan
memberikan alasan mengapa mereka menjawab pertanyaan
tersebut. Dalam metode ini, meskipun jawaban telah
ditentukan atau diberikan, siswa tetap memiliki kebebasan
untuk menyuarakan pendapat mereka dan menyampaikan
alasan mereka. Dengan demikian, tes diagnostik bertipe open
ended question memberikan kesempatan bagi siswa untuk
menunjukkan seberapa jauh mereka memahami konsep.
3) Tes diagnostik Four-Tier
a) Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah jenis tes yang digunakan oleh guru
untuk mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa
dalam suatu pelajaran. Tujuan dari tes diagnostik adalah untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang area-
area yang memerlukan perhatian khusus dalam pembelajaran.
Melalui tes diagnostik, guru dapat menilai pemahaman siswa,
mengidentifikasi kesalahan umum atau miskonsepsi yang
mungkin terjadi, dan merancang strategi pengajaran yang
sesuai. Tes diagnostik membantu guru dalam mengidentifikasi

51
Edi Lisa, “Pengertian Miskonsepsi” Dalam
Https://Educhannel.Id/Blog/Artikel/Pengertian-Miskonsepsi.Html, 12 April 2022.

15
kebutuhan individu siswa dan mempersiapkan rencana
pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi kesulitan yang
ditemui.
Tes diagnostik adalah salah satu instrumen untuk
mengetahui kelemahan serta kekuatan siswa untuk mengetahui
kesalahpahaman konsep pada pembelajaran tertentu
b) Tes diagnostik Four-Tier
Tes Diagnostik Four-Tier merupakan pengembangan
diagnostik miskonsepsi sebelumnya dengan tipe Three-Tier.
Tes diagnostik Four-Tier (empat tingkat) ini memiiki empat
tingkatan. Pada tingkat pertama berisi jawaban pertanyaan
yang akan diberikan, tingkat kedua berisi tingkat keyakinan
atas jawaban pertanyaan yang diberikan, tingkat ketiga berisi
alasan mengapa siswa memberikan jawaban pada tingkat
pertama, serta tingkat keempat adalah tingkat terakhir yang
berisi mengenai tingkat keyakinan siswa atas alasan yang
diberikan.52
Keunggulan yang dimiliki tes diagnostik four-tier adalah
1) guru dapat membedakan tingkat keyakinan jawaban dan
tingkat keyaknian alasan yang dipilih siswa sehingga dapat
menggali lebih dalam tentang kekuatan pemahaman konsep
siswa, 2) mendiagnosis miskonsepsi yang dialami siswa lebih
dalam, 3) menentukan bagian-bagian materi yang memerlukan
penekanan lebih, dan 4) merencanakan pembelajaran yang
lebih baik untuk mengurangi miskonsepsi siswa.53
c) Tes diagnostik four tier open ended
Tes diagnostik four-tier open ended merupakan soal
terbuka bertingkat empat.

52
Ridha Maulana, “Identifikasi Miskonsepsi Peserta Didik Menggunakan Four Tier
Diagnostic Test Berbasis Certainty Of Response Index (Cri) Pada Materi Listrik Dinamis Di
SMAn Unggul Pidie Jaya” (Skripsi, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Ar-Raniry
Darussalam Banda Aceh, Banda Aceh, 2022) H.17.
53
Lovi Leoni, et al, “Pengembangan Instrument Tes Four-Tier Untuk Mengidentifikasi
Miskonsepsi Siswa Pada Materi Operasi Bentuk Akar”, Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan
Matematika, Volume 04, No. 02, November 2020, H.772.

16
d) Konsep mol dan stoikiometri

Persamaan reaksi kimia

Penyetaraan reaksi kimia

Massa atom relatif

Massa molekul relatif


Konsep mol
dan
stoikiometri
hubungan antara mol, jumlah
partikel, massa molar dan volume
molar gas

melakukan perhitungan kimia dalam


suatu persamaan reaksi

Rumus empiris senyawa

Rumus molekul senyawa

Menghitung kadar zat dalam


campuran

Gambar 1. Peta konsep materi


(1) Persamaan reaksi kimia
Pada suatu reaksi kimia terdapat dua jenis zat yaitu
pereaksi atau reaktan dan produk atau hasil reaksi. Penulisan
reaksi dengan menyatakan lambang unsur atau rumus kimia
senyawa yang terlibat dalam reaksi disebut persamaan reaksi.
Rumus umum persamaan reaksi sebagai berikut.

mA + nB → pC + qD

Reaktan Produk

Gambar 2. Rumus umum persamaan reaksi

17
Jika dijumpai reaksi kimia yang belum setara (jumlah
atom unsur ruas kiri tidak sama dengan jumlah atom unsur ruas
kanan), maka harus disetarakan dulu atau lebih dikenal dengan
istilah penyetaraan reaksi kimia. Untuk dapat menyetarakan
reaksi kimia silakan pahami uraian berikut.
(a) Aturan penulisan persamaan reaksi
Persamaan reaksi menyatakan kesetaraan jumlah zat-zat
yang bereaksi dengan jumlah zat-zat hasil reaksi. Untuk
menyatakannya digunakan rumus kimia zat-zat, koefisien
reaksi, dan wujud zat. Perhatikan contoh berikut:
2Na (s) + Cl2 (g) → 2NaCl (s)
 Rumus kimia zat-zat
Zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia dinyatakan
oleh rumus kimianya. Rumus pereaksi diletakkan di
ruas kiri dan hasil reaksi diletakkan di ruas kanan.
Kedua ruas dihubungkan oleh tanda panah yang
menyatakan arah reaksi.
 Koefisien reaksi
Koefisien reaksi menyatakan jumlah partikel
dari setiap pereaksi dan produk reaksi. Pada contoh di
atas, 2 molekul Na bereaksi dengan 1 molekul Cl2
menghasilkan 2 molekul NaCl. Koefisien reaksi 1
umumnya tidak ditulis. Untuk menghitung jumlah
atom unsur, dapat dilihat dari rumus berikut
Jumlah atom unsur = indeks x koefisien
Gambar 3. Rumus jumlah atom

Contoh:

3H2O
Koefisien indeks

gambar 4. Contoh penempatan koefisien dan indeks


Pada 3 molekul H2O di atas terdapat 6 atom H
dan 3 atom O
Pada suatu persamaan reaksi kimia berlaku:
Jumlah atom dari setiap unsur di ruas kanan =
Jumlah atom dari setiap unsur di ruas kiri

18
Jika suatu reaksi kimia belum setara maka harus
disetarakan dulu dengan urutan atom-atom yang
disetarakan sebagai berikut:
Atom logam-atom non logam selain H dan O-atom H
– atom O
 Wujud zat
Meskipun bukan keharusan, terkadang kita perlu
mencantumkan wujud zat-zat yang terlibat dalam
suatu reaksi. Wujud zat ditulis dengan singkatan
dalam tanda kurung, sebagai subskrip di belakang
rumus kimia zat yang bersangkutan.
Tabel 1. Wujud zat
Wujud zat Subskrip
Padat (solid) s
Cair (liquid) l
Gas (gas) g
Larut dalam air aq
(aqueous)

Contoh soal: Setarakan reaksi berikut:


Fe + O2 → Fe2O3
➢ Atom Fe di kiri ada 1 dan di kanan ada 2, maka
yang di kiri dikalikan 2:
2Fe + O2 → Fe2O3
➢ Atom O di kiri ada 2 dan di kanan ada 3, maka
3
yang di kiri dikalikan :
2
3
2Fe + O2 → Fe2O3
2
➢ Agar tidak ada pecahan, maka semua ruas
dikalikan 2:
4Fe + 3O2 → 2Fe2O3 (setara)
 Tanda arah reaksi yaitu tanda panah yang
memisahkan reaktan dengan hasil reaksi
(b) Kiat penyetaraan persamaaan reaksi Sebagian besar
persamaan reaksi sederhana dapat disetarakan dengan
mudah. Untuk menyetarakan reaksi-reaksi yang cukup
sulit, kita dapat memakai “metode abjad”.
Perhatikan contoh berikut:
Pb (NO3)2 → PbO + NO2 + O2

19
➢Masing-masing koefisien dimisalkan dengan huruf:

a Pb (NO3)2 → b PbO + c NO2 + d O2


ruas kiri = ruas kanan
Jumlah atom Pb a = b
N 2a = c
O 6a = b + 2c + 2d (*)
➢Salah satu koefisien huruf dimisalkan dengan angka.
Misalnya, a =1:
b=a
b=1
c = 2a
=2×1
=2
Untuk mencari d, maka harga a, b, c dimasukkan
ke persamaan (*):
6a = b + 2c + 2d
6 × 1 = 1 + (2 x 2) + 2d
6 = 5 + 2d
1
d=
2
Diperoleh harga koefisien a = 1, b = 1, c = 2, dan d
1
= , maka:
2
1
1Pb (NO3)2 → 1PbO + 2NO2 + O2
2
➢Agar tidak ada koefisien berbentuk pecahan, maka
masing-masing ruas dikalikan 2:
2Pb (NO3)2 → 2PbO + 4NO2 + O2 (setara)

(2) Massa atom relatif dan Massa molekul relatif


Massa Molekul Relatif (Mr) dan Massa Atom Relatif
(Ar) menyatakan perbandingan massa atom unsur dengan
massa atom C-12 atau secara matematik ditulis:
Massa1 atom unsur
Ar = 1
x massa 1 atomC−12
12
Massa atom relatif suatu unsur diperlukan untuk
menentukan massa molekul relatif suatu senyawa baik yang

20
berupa molekul unsur, molekul senyawa, dan senyawa ion.
Massa molekul relatif dinyatakan dengan Mr.
Massa molekul relatif (Mr) dapat dinyatakan dengan
menjumlahkan massa atom relatif (Ar) atom-atom unsur
pembentuk senyawa.
Mr = 𝜮 𝑨𝒓
Contoh :
Diketahui Ar H = 1; O = 16; S = 32; C = 12; N = 14.
Tentukan Mr H2SO4
(3) hubungan antara mol, jumlah partikel, massa molar dan
volume molar gas
Konsep mol digunakan untuk menghitung jumlah
partikel yang ada di dalam suatu zat apapun menggunakan
satuan mol. Nilai mol dinyatakan
dalam tetapan avogadro yang dinotasikan dengan L.
L = 6,02 x 1023 partikel
(a) jumlah partikel
Jumlah partikel suatu zat dapat dihitung menggunakan
konsep mol yang dirumuskan sebagai berikut:
P=n.L

Gambar 5. Rumus jumlah partikel


Keterangan:
P = jumlah partikel zat
n = jumlah mol
L = tetapan avogadro
(b) massa molar
Massa molar adalah massa zat penyusun suatu atom
atau senyawa. Massa molar dapat dihitung dengan
menjumlahkan massa atom relatif (Ar) dari setiap atom
penyusun suatu senyawa.
Hubungan konsep mol dan massa molar digunakan
untuk mencari massa nyata suatu zat, yang dirumuskan
sebagai berikut:
m = n x Mm

Gambar 6. Rumus massa molar


keterangan:
m = massa zat (gram)
n = jumlah mol (mol)

21
Mm = massa molar (gr/mol)
(c) volume molar
Volume molar menyatakan keadaan volume suatu gas
dalam keadaan tertentu. Nilai volume molar terbagi
menjadi 2 keadaan, yaitu:
 STP (Standard Temperature and Pressure).
Keadaan ini disebut juga dengan keadaan standard
berada pada suhu 00C dan tekanan 1 atm. Nilai
volume molar = 22,4 L/mol.
 RTP (Room Temperature and Pressure). Keadaan
ini disebut juga dengan keadaan kamar berada
pada suhu 250C dan tekanan 1 atm. Nilai volume
molar = 24 L/mol.
Volume molar dapat digunakan untuk mencari nilai
volume nyata gas, yang dirumuskan sebagai berikut:
V = n . Vm

Gambar 7. Rumus volume molar


Keterangan:
V = volume nyata gas (L)
n = jumlah mol (mol)
Vm = volume molar (L/mol)

Jika gas tidak dalam keadaan STP maupun RTP maka


digunakan persamaan gas ideal yang dirumuskan sebagai
berikut:
PV = nRT atau

n1 : V1 = n2 : V2
Gambar 8. persamaan gas ideal

Keterangan:
V = volume gas (L)
P = tekanan (atm)
R = tetapan gas ideal (0,082 L.atm/mol.K)
T = suhu (K)
(4) perhitungan kimia dalam suatu persamaan reaksi
(a) perhitungan jumlah partikel dalam persamaan reaksi
menurut Hukum Avogadro mengatakan perbandingan
koefisien menyatakan jumlah partikel. Maka dapat
dikatakan Perbandingan Koefisien = Perbandingan

22
Volume. Secara matematis rumusnya dapat dituliskan
sebagai berikut.

pA+ qB→ rC + sD
koef . dicari
JP dicari= x jpdiketahui
koef . diketahui

Keterangan: JP = jumlah partikel


p,q,r,s = koefisien

(b) perhitungan mold an massa dalam persamaan reaksi


Perhitungan mol dan massa dalam persamaan reaksi
secara garis besar sama dengan perhitungan jumlah
partikel dalam persamaan reaksi. Secara
umum Perbandingan Koefisien = Perbandingan Mol.
Secara matematis rumusnya dapat dituliskan sebagai
berikut.
pA+ qB→ rC + sD
koef . dicari
JP dicari= x jpdiketahui
koef . diketahui
massa=n x M r

Keterangan: n = mol
p,q,r,s = koefisien

(c) perhitungan volume dalam persamaan reaksi


Perhitungan volume dalam persamaan reaksi ini terdapat
dua cara yaitu dalam wujud gas dan wujud bukan gas.
Untuk lebih jelasnya sebagai berikut
 wujud gas
Pada wujud gas ini sama dengan persamaan rumus
diatas yaitu Perbandingan Koefisien =
Perbandingan Volume
 wujud bukan gas
Dalam wujud bukan gas ini kita bisa menggunakan
rumus gas ideal. Ingat di dalam persamaan tersebut
wujudnya tidak semua gas, terdapat campuran,

23
padatan, ataupun cairan. Rumus gas ideal adalah
sebagai berikut.
P×V=n×R×T
(5) rumus empiris senyawa dan rumus molekul senyawa
suatu senyawa mempunyai dua macam rumus yaitu Rumus
Molekul (RM) dan Rumus Empiris (RE). Rumus Molekul
adalah rumus sebenarnya dari senyawa, sedangkan Rumus
Empiris adalah rumus paling sederhana dari senyawa.
(a) Menentukan Rumus Empiris (RE) Berdasarkan Ar dan
Mr
Dalam menentukan rumus empiris zat, perbandingan
mol unsur-unsur dalam zat haruslah merupakan
perbandingan paling sederhana.
Berdasarkan Ar, Mr, dan persentase unsur-unsur
pembentuk senyawa, Ananda dapat menentukan rumus
kimia senyawa dengan langkah-langkah sebagai berikut.
 Tuliskan lambang unsur.
 Tuliskan perbandingan % massanya.
 Bagi % massa dengan Ar unsur tersebut, sehingga
didapat perbandingan jumlah unsur-unsur.
 Bagi dengan angka terkecil sehingga didapat
perbandingan yang sederhana. Agar lebih
memahami, perhatikan contoh soal berikut.
Contoh Soal
Tentukan rumus empiris dari senyawa yang mengandung
59% natrium dan 41% belerang! (Ar Na = 23, S = 32).
Penyelesaian:
Perbandingan % massa Na dan S = 59% : 41%
59 41
Perbandingan jumlah unsur Na dan S = :
23 32
2 ,56
=
1 ,28
2 ,56 1, 28
= :
1 ,28 1, 28
Perbandingan unsur Na dan S =2:1
Rumus Empiris = Na2S
(b) Menentukan Rumus Molekul (RM)
Rumus molekul atau rumus sebenarnya dari senyawa
merupakan kelipatan dari rumus empirisnya.
Mr Rumus Molekul = n x Mr Rumus Empiris

24
Atau
RM= (RE)n
Contoh soal
Suatu senyawa organik dengan Mr = 90 tersusun dari
40% karbon; 6,6% hidrogen; dan sisanya oksigen (Ar
C=12; H = 1; O = 16). Tentukan rumus molekul senyawa
tersebut!
Penyelesaian:
C = 40%; H= 6,6% ; O= 53,4%
40 6 , 6 53 , 4
mol C : mol H : mol O = ∶ ∶
12 1 16
= 3,3 : 6,6 : 3,3
=1:2:1
Rumus Empirisnya adalah: CH2O
RM = (RE)n
90 = (CH2O)n
90 = (Ar C + 2Ar H + Ar O)n
90 = (12 + (2x1) + 16)n
90 = (30)n
90
n=
30
n=3
Jadi, Rumus Molekulnya adalah (CH2O)3 = C3H6O3
(6) menghitung kadar zat dalam campuran
Kandungan zat terlarut di dalam suatu senyawa atau
produk dapat kita hitung dengan cara menentukan kadar zat
dalam campuran. Kadar campuran suatu zat menyatakan
banyaknya zat terlarut dalam campuran atau senyawa
tersebut.
Kadar zat dalam campuran dapat dinyatakan dalam
persen massa (% massa) atau persen volume (% volume) atau
per satu juta (bpj atau ppm = part per milion), molalitas,
molaritas dan fraksi mol. Berikut ini adalah rumus untuk
mencari kadar zat campuran:
(a) presentasi massa
Presentase massa, yaitu massa (gram) zat dalam setiap
100 gram campuran.
massa zat
%= x 100 %
massa campuran
(b) persentase volume

25
Presentase volume, yaitu volume (ml) zat dalam setiap
campuran.
volume zat
% volume= x 100 %
volumecampuran
(c) bagian per juta/ part per million (bpj / ppm)
Bpj adalah bagian per juta atau part per million (ppm),
yaitu massa (mg) zat dalam setiap 1 kg campuran.

massa zat 6
BPJ= x 10
massa campuran
(d) Molaritas (M)
Molaritas dinyatakan dengan jumlah mol zat
terlarut dalam 1 liter larutan, atau secara singkat disebut
“mol per liter”
Jika volume dalam mililiter (mL), besarnya
konsentrasi dalam molaritas dapat juga ditentukan
dengan:
mol terlarut 1000 ml larutan
M= x
volume larutan (ml) 1 liter larutan

Atau jika mol dijabarkan:

gram terlarut 1000


M=
Mr terlarut
x volume larutan (mL)

Molaritas merupakan rasio atau perbandingan,


sehingga satuan M dapat juga dituliskan mol per liter
(mol/L) atau millimol per milliliter (mmol/mL).
(e) Molalitas (m)
Molalitas (m) adalah jumlah zat terlarut (mol terlarut)
per 1 kg pelarut.
mol zat terlarut
M=
kg pelarut
Pada molalitas (m) yang diukur adalah massa pelarut,
bukan volume larutan. Jika massa pelarut dalam gram
(g), besarnya konsentrasi dalam molalitas dapat juga
ditentukan dengan:
gram terlarut 1000
M= x
Mr terlarut massa pelarut (gram)

26
(f) Fraksi mol (x)
Fraksi mol merupakan jumlah mol satu komponen
larutan dibandingkan dengan mol total dalam larutan.
Karena larutan terdiri dari zat terlarut dan pelarut, fraksi
mol dapat berupa fraksi mol terlarut (Xt) atau fraksi mol
pelarut (Xp).
mol terlarut
Xt =
mol terlarut +mol pelarut

mol pelarut
Xp =
mol terlarut +mol pelarut
Jumlah fraksi mol terlarut dan fraksi mol pelarut
adalah 1 (Xt + Xp = 1).
b. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual mengenai teori yang
dihubungkan dengan beberapa faktor yang telah diidentifikasi sebagai
suatu masalah.54 Berikut kerangka berpikir yang akan di gunakan
dalam penelitian ini:
Miskonsepsi siswa pada
konsep mol dan stoikiometri

Dengan menggunakan

Tes diagnostik four-tier open ended

Perlu dilakukan

Pengembangan instrument tes diagnostik four


tier open ended berbasis ADDIE

Analysis tahap ADDIE


Wawancara, Analisis materi, kurikulum dan analisis soal
tes diagnostik four-tier open ended.
Design

Kisi-kisi soal dan menyusun penilaian untuk pakar

Development
Menyusun draf soal, Uji validasi oleh pakar, uji reabilitas,
54 uji kesukaran,
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian uji beda.
Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

27
Revisi instrument tes diagnostik four-tier open ended

Implentasi
Uji coba tes diagnostik four-tier open ended, pelaksanaan
penelitian

Mengidentifikasi miskonsepsi yang dialami siswa

Paham Belum Miskonsepsi Miskonsepsi Miskonsepsi


konsep paham / tidak tahu Negatif Positif
konsep konsep

Gambar 9. Alur penelitian

E. Metode Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui tingkat miskonsepsi pada siswa SMA Negeri di Kota
Bima dalam konsep mol dan stoikiometri.
b. Mengetahui efektifitas tes diagnostik four-tier open ended berbasis
model pengembangan ADDIE dalam mengidentifikasi miskonsepsi
siswa SMA Negeri di Kota Bima terkait konsep mol dan stoikiometri.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri di Kota Bima yaitu SMA N 1,
2, 3, 4, 5 tahun ajaran 2023/2024 yang akan dilaksanakan pada bulan
Februari – selesai.
3. Karakteristik Model yang Dikembangkan
Adapun karakteristik model yang dikembangkan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Sasaran yang diujikan merupakan siswa yang sudah mempelajari
materi konsep mol dan stoikiometri.

28
b. Produk yang dikembangkan berupa instrument tes diagnostik four-tier
open ended berbasis model pengembangan ADDIE sebanyak 10 butir
soal
c. Produk ditulis dengan bahasa Indonesia yang komunikatif, lugas dan
jelas sehingga mudah dipahami.
4. Pendekatan dan Metode Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pengembangan.
b. Metode Penelitian
1) Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekumpulan orang, hewan, tumbuhan atau
benda yang mempunyai karakteristik/sifat tertentu yang akan
diteliti.55 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
XI SMA Negeri di Kota Bima tahun ajaran 2023/2024 yang
mempelajari kimia, yaitu SMA negeri 1, 2, 3, 4, dan 5.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi atau Pada penentuan sampel, peneliti
menggunakan simpel random sampling. Simpel Random sampling
adalah penambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi.56 Sampel diambil secara random dengan melakuan
undian, dimana membuat nomor urut kemudian dikocok dan
dipilih nomor urut secara random.
2) Desain Penelitian
Langkah-langkah pengembangan produk ini menggunakan
model pengembangan ADDIE, pengembangan ADDIE terdiri dari
5 tahapan yaitu analysis, design, development, implementation dan
evaluation. Berikut langkah-langkah model pengembangan
ADDIE:57

55
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2000), Hlm 55.
56
Sugiyono, metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. bandung: CV. Alfabeta.
2017. Hm l82
57
Admin, “model pengembangan ADDIE” dalam
https://educhannel.id/blog/artikel/model-pengembangan-addie.html , diakses 8 November
2023, pukul 8:17.

29
Gambar 10. Tahapan Model Pengembangan ADDIE
a. Analysis
Tujuan dari tahap analysis yaitu untuk mengidentifikasi
kemungkinan penyebab kesenjangan yang terjadi. Tahap
analisis juga bertujuan untuk mengetahui dan
mengklasifikasikan apakah masalah tersebut adalah benar-
benar masalah dan membutuhkan upaya untuk penyelesaian.
Pada tahap analysis, peneliti menganalisis masalah atau
wawancara pada siswa di kelas XI dan guru kimia SMA
Negeri 2 Kota Bima dan menganalisis kurikulum merdeka,
analisis silabus, analisis modul ajar dimana model
pemebelajaran yang digunakan adalah Discovery Learning, uji
pemahaman materi dengan soal pilihan ganda dan esay
sedangkan remidinyanya menggunakan soal esay, kemudian
analisis analisis materi konsep mol dan stoikiometri dimana
berpatokan dari buku, LKPD, serta internet.
b. Design
Pada tahap ini dimulai dengan rencana kerja. Rencana
kerja untuk menegaskan mengenai gambaran produk yang
akan dihasilkan pada tahap akhir pengembangan. Pada tahap
design, peneliti menyusun kisi-kisi soal yang akan digunakan
untuk mengembangkan soal dan menyusun instrumen
penilaian untuk pakar. Soal tes diagnostik four-tier open ended
berbasis model pengembangan ADDIE sebanyak 10 butir soal.
Analisis Indikator serta ranah kognitif taksonomi bloom.
c. Develop

30
Development atau pengembangan dalam model
pengembangan ADDIE adalah dimana produk dikembangkan
berdasarkan saran yang diberikan atau divalidasi dengan
mengacu pada indeks aiken validasi melalui penilaian pada
sejumlah 10 butir instrument oleh 4 ahli. Setelah produk
direvisi sesuai saran dari tim ahli validasi, maka dilanjutkan
dengan evaluasi formatif. Evaluasi formatif adalah proses
mengumpulkan data yang digunakan untuk merevisi produk
yang dikembangkan sebelum implementasi atau diterapkan
dalam proses pembelajaran.
Pada tahap develop ini, peneliti mengembangkan produk
dimana dilakukan menyusun draf soal tes diagnostik four-tier
open ended, Uji validasi oleh pakar, uji reabilitas, uji
kesukaran, uji beda dan melakukan revisi berdasarkan saran
atau divalidasi oleh ahli media dan materi.
d. Implement
Pada tahap implementasi produk yang telah diuji coba
diterapkan dalam situasi nyata yang sesungguhnya. Pada tahap
ini, produk yang sudah dikembangkan atau yang sudah
divalidasi oleh pakar, maka selanjutnya diujicobakan kepada
10 siswa kelas XII SMA Negeri 2 Kota Bima kemudian
melakukan penelitian menggunakan produk tersebut kepada
sampel penelitian.
e. Evaluate
Pada tahap evaluasi, apa yang telah dilakukan
direfleksikan dan direvisi yaitu mulai dari tahap analisis
(analyze), desain (design), pengembangan (development),
hingga tahap implementasi (implementation). Adapun tujuan
tahap evaluasi adalah menilai kualitas dari produk dan proses.
Pada tahap ini, peneliti menentukan keefektifan soal yang
sudah dikembangkan. Kefektifan soal diukur dari perhitungan
presentasi hasil pekerjaan siswa.
3) Instrument penelitian
Penelitian ini menggunakan suatu jenis instrument lembar tes
yang berdesain four-tier untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang
bertujuan untuk untuk mengetahui siswa yang paham konsep,
tidak paham konsep/miskonsepsi, miskonsepsi positif dan siswa
yang mengalami miskonsepsi serta error. Butir soal yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 butir soal
Open Ended bertingkat.

31
Adapun kategori untuk menjawab pada tes Diagnostik four-
tier adalah sebagai berikut:58
Tabel 2. Kategori Tes Diagnostik Four-Tier
Kombinasi jawaban Kategori
Tier 1 Tier 2 Tier 3 Tier 4
B Y B Y PK
B Y B TY BPK
B TY B Y BPK
B TY B TY BPK
B Y S Y MP
B Y S TY BPK
B TY S Y BPK
B TY S TY BPK
S Y B Y MN
S Y B TY BPK
S TY B Y BPK
S TY B TY BPK
S Y S Y M/TPK
S Y S TY BPK
S TY S Y BPK
S TY S TY BPK
Sumber: (Gurel, Eryilmaz, & McDermott, 2015)
Paham Konsep (PK), Belum Paham Konsep (BPK),
Miskonsepsi (M)/Tidak Paham Konsep (TPK), Miskonsepsi
Negatif (MN) dan Miskonsepsi Positif (MP).
Analisis yang digunakan untuk jawaban dan alasan ini di
kembangkan dari analisis yang telah dilakukan oleh Musa
Dikmenli.59 Menggunakan kerangka coding yang telah di siapkan
oleh Musa Dikmenli yang terdiri dari lima tingkatan pemahaman
konseptual dan telah dikembangkan oleh peneliti, sehingga lima
tingkatan yang di gunakan adalah:
Tabel 3. Tingkat pemahaman konseptual

58
Gurel, D. K, et al.. (2015). A Reviewand Comparisonof Diagnostic Instruments
toIdentifyStudents’ Misconceptions inScience.Eurasia Journal of Mathematics, Science&
Technology Education, 11(5).
59
Musa dikmenli “Misconceptions of cell division held by student teachers in biology:
A drawing analysis”. Scientific Research and Essay. 2009. 5(2) : 235- 247.

32
Level Kategori Keterangan
Level 1 Tidak ada “Siswa tidak tahu, “ atau tak ada
jawaban jawaban yang di berikan kepada
pertanyaan itu
Level 2 Jawaban Siswa berusaha menjawab, namun
yang salah jawaban nya salah atau bukan jawaban
yang di inginkan oleh peneliti
Level 3 Jawaban Siswa menjawab tetapi jawaban yang
miskonseps diberikan menunjukkan beberapa
i kesalahpaham konsep
Level 4 Jawaban Siswa menjawab namun jawaban yang
partial di berikan memiliki konsep yang tidak
utuh/belum lengkap.
Level 5 Jawaban Siswa menjawab dengan jawaban yang
lengkap utuh secara konsep yang telah ada dan
menunjukkan pemahan yang baik pada
soal yang diberikan.

Dalam penelitian ini, tingkat keyakinan pada tingkat kedua dan


keempat diukur menggunakan skala Certainty of Response Index
(CRI) dan kriterianya.60 Certainty of Response Index (CRI)
merupakan metode yang digunakan untuk mengukur tingkat
keyakinan siswa terhadap materi yang telah diajarkan oleh
guru. Certainty of Response Index (CRI) adalah ukuran tingkat
keyakinan/kepastian responden dalam menjawab setiap
pertanyaan yang diberikan. 61
Tabel 4. Skala respon Certainty of Response Index (CRI)
CRI Kriteria
1 Hanya menebak
2 Sangat Tidak yakin
3 Tidak yakin
4 Yakin
5 Sangat yakin
Berdasarkan tabel di atas, skala CRI yang digunakan ada 5
(1-5). Dimana angka 1 menandakan bahwa siswa tidak paham
konsep sama sekali (hanya menebak secara total), sedangkan
60
Budhisp, “ Pengertian Model Pembelajaran Cri” Dalam
Https://Www.Scribd.Com/Document/358323694/Pengertian-Model-Pembelajaran-Cri, 8
September 2017
61
Saleem Hasan, et.al, “Misconception and the certainty of Response Index (CRI)”,
Journal of Phys. Educ. Vol.5,1999. h.294

33
angka 5 yang menandakan bahwa siswa memiliki kepercayaan
diri yang penuh atas kebenaran pengetahuan dalam menjawab
suatu pertanyaan, tidak ada unsur temakan sama sekali.
Apabila derajat keyakinan rendah (CRI 1-3) maka dalam
hal ini menggambarkan bahwa proses penebakan berperan secara
signitifikan dalam menentukan jawaban atau alasan. Tanpa
melihat jawaban/alasan benar atau salah, skala CRI yang rendah
menunjukkan adanya unsur penebakan yang secara tidak
langsung mencerminkan ketidaktahuan konsep yang mendasari
penentuan jawaban/alasan. Sebaliknya Jika CRI tinggi (CRI 4
dan 5), maka siswa memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi
dalam memberikan jawaban. Jika dilihat pada Tabel 4, maka
dapat disimpulkan bahwa tingkat keyakinan CRI (1-3) siswa
terhadap jawaban yang diberikan dinyatakan tidak yakin. Begitu
pula sebaliknya, tingkat keyakinan CRI (4 dan 5) siswa terhadap
jawaban yang diberikan dinyatakan yakin.
Tabel 5. Kriteria untuk Membedakan antara Paham Konsep,
Tidak Paham Konsep dan Miskonsepsi62
Kriteria jawaban CRI rendah (1-3) CRI tinggi (4 dan 5)
Jawaban benar Jawaban benar tapi Jawaban benar dan
CRI rendah berarti CRI tinggi
tidak paham konsep berarti paham
konsep
Jawaban salah Jawaban salah dan Jawaban salah dan
CRI rendah CRI tinggi
berarti tidak paham berarti terjadi
konsep miskonsepsi

Berikut adalah uraian terkait instrument yang digunakan


dalam penelitian ini:
(a) Uji validasi
Validitas penelitian ini akan melibatkan penilaian para ahli.
Data hasil validasi ahli terhadap instrument tes kemudian
dianalisis menggunakan rumus aiken V. Rumus aiken V
digunakan karena dapat menunjukkan indeks kesempatan
antara rater terhadap kesesuaian butir soal dengan indikator

62
Andri Adi Mustika, Yusminah Hala, and Andi Faridah, „Identifikasi Miskonsepsi
Mahasiswa
Biologi Universitas Negeri Makasar Pada Konsep Genetika Dengan Metode CRI‟,
Jurnal SainsMat,3.2 (2014). h.125.

34
yang ingin diukur.63 Rumus aiken V dapat dilihat sebagai
berikut:
s
V=
n (c−1)
Keterangan:
V= indeks kesepakatan rater mengenai validitas butir
s = Skor yang ditetapkan setiap rater dikurangi skor terendah
dalam kategori yang dipakai
n = Banyaknya rater
c = Banyaknya kategori yang dapat dipilih rater
Hasil perhitungan indeks V, suatu butir atau perangkat
dapat dikategorikan berdasarkan indeksnya. Adapun rincian
pengkategorian indeks adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Kategori perhitungan indeks V
Indeks kategori
< 0,4 Kurang valid
0,4-0,8 sedang
>0,8 Sangat valid

Uji Validitas suatu instrumen penelitian merupakan


ukuran sejauh mana instrumen tersebut mengukur apa yang
sebenarnya ingin diukur. Dalam penelitian ini, instrumen yang
digunakan adalah tes obyektif dalam bentuk pilihan jamak.
Validitas instrumen dapat dihitung menggunakan koefisien
korelasi menggunakan rumus koefisien product moment.
Rumus ini digunakan untuk mengukur hubungan antara skor
instrumen dengan konstruk yang diukur.64
N Σ XY −( Σ X )( ΣY )
r xy =
√¿ ¿ ¿ ¿
rxy = Koefisien korelasi product moment
N = jumlah siswa
𝑋 = jumlah item soal
𝑌 = jumlah total siswa
Ketentuan valid atau tidaknya instrument dapat dilihat
ketentuan sebagai berikut:
Tabel 7. Ketentuan Uji Validitas

63
Heri ratnawati, Analisis Kuantittif Instrumen Penelitian, (Yogyakarta: Parama
Publishing, 2016), h. 40.
64
Resti Rahayu, “Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Fisika Pada Materi Hukum
Newton Dengan Menggunakan Four-Tier Diagnostic”, (Skripsi, Lampung: Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung, 2018), Hlm. 42-43.

35
rxy Keterangan
rxyhitung > rxytabel Valid
rxyhitung < rxytabel Tidak valid
Item soal dalam uji validasi dikatakan valid jika rxyhitung > rxytabel
pada nilai signifikansi 5%
(b) Uji Reabilitas
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari
suatu instrumen. Reliabilitas tes berkenaan dengan
pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan.65 Uji reabilitas diujikan
pada instrument tes diagnostik four-tier dan pengujian
dilakukan untuk tiap tingkatnya. Pengujian reliabilitas
dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana instrumen yang
digunakan konsisten dalam mengukur konstruk yang
diinginkan. Salah satu metode yang digunakan adalah uji Alfa
Cronbach. Metode ini digunakan untuk instrumen yang
memiliki jawaban benar lebih dari satu.66
Rumus koefisien reliabilitas Alfa Cronbach digunakan
dalam pengujian ini dan dinyatakan sebagai berikut.

{ }
2
k s
r i= 1− i2
(k−1) st
Keterangan:
r i = koefisien reliabilitas Alfa Cronbach
k = jumlah item soal
2
si = jumlah varians skor tiap item
2
st = varians total
Dalam melihat reliabilitas soal tes, dapat dilakukan dengan
membandingkan koefisien reliabel r i dengan koefisien
korelasi tabel rxytabel dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 8. Ketentuan uji reliabilitas
rxy Keterangan
rxyhitung > rxytabel Reliable
rxyhitung < rxytabel Tidak reliable

65
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
rosdakarya, 2017. H.258.
66
Febrianawati Yusup, “Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Kuantitatif”, Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 7 No. 1. Januari – Juni 2018,
H. 22

36
Harga r i hasil pehitungan dibandingka dengan r tabel
dengan taraf signifikansi 5%. Jika r i > rtabel maka butir soal
terliabel.67
Perhitungan reliabilitas dan validasi dalam penelitian ini
dibantu dengan menggunakan software miscrosoft excel.
Penafsiran koefisein korelasi menggunakan kriteria koefesien
korelasi seperti pada penentuan kriteria validitas butir soal.
Soal dan instrumen tes yang telah valid dan reliabel,
kemudian instrumen direvisi, kemudian diperoleh instrumen
tahap akhir yang diujikan kembali.68
(c) Tingkat kesukaran
Instrumen yang baik adalah instrumen yang memiliki
tingkat kesulitan yang seimbang, tidak terlalu mudah maupun
terlalu sulit. Tingkat kesukaran instrument tes diagnostik
four-tier diuji untuk setiap kombinasi tingkatnya. Untuk
menentukan tingkat kesulitan item pada instrumen tersebut,
dapat menggunakan rumus berikut:69
B
P=
JS
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Jumlah siswa yang menjawab benar
JS= Jumlah seluruh siswa tes

Tabel 9. Kriteria tingkat kesukaan70


seluruh peserta tes Keterangan
Nilai
P < 0,30 Sukar
0,30 > P > 0,70 Sedang
P > 0,70 Mudah
(d) Uji Daya Beda
Daya pembeda dari setiap item soal mencerminkan
sejauh mana item tersebut dapat membedakan antara siswa
yang menjawab dengan benar dan siswa yang menjawab

67
Febrinawati Yusup, Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif,
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan 7 (1), (Banjarmasin: 2018). h. 22
68
Lisa Fitriyani Simatupang, “Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Tes
Diagnostik Three Tier Pada Materi Asam Basa di SMA Negeri I Mesjid Raya”, (Skripsi,
Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2021), Hlm. 43.
69
Sugiyono, Statistik Untuk Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013). h. 208
70
Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. h. 385

37
dengan salah. Untuk menghitung daya pembeda setiap item
soal, dapat menggunakan rumus berikut:
BA−BB
D= =PA−PB
JA−JB
Keterangan:
D = Daya pembeda
J𝐴 = Banyaknya peserta kelompok atas
JB= Banyaknya peserta kelompok bawah
B𝐴 = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab
benar
BB= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab
benar
P𝐴 = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
(P sebagai indeks kesukaran)
PB= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
4) Teknik pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tes tertulis menggunakan instrument diagnostik four-
tier sebanyak 10 soal yang telah diuji valid dan reliabel.
Instrument tersebut akan diberikan kepada seluruh sampel yang
telah mempelajari materi konsep mol dan stoikiometri. Instrument
tes diagnostik four-tier yang digunakan telah melalui serangkaian
uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
Semua uji tersebut dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan
agar diperoleh item-item pertanyaan yang valid dan konsisten. Uji
validitas dan reliabilitas dilakukan pada minimal 10 responden
yang sudah mempelajari materi konsep mold an stoikiometri.
a. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variable yang berupa catatan, transkip buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger agenda-agenda dan
lain sebagainya.71 Metode dokumentasi dalam penelitian ini
digunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan
dalam penelitian. Dokumentasi dalam penelitian ini
bersumber pada benda yang tertulis ataupun berupa
gambar/foto.
b. Tes

71
Lian G Otaya, ‘Analisis Kualitas Butir Soal Pilihan Ganda Menurut Teori Tes Klasik
Dengan Menggunakan Program Iteman’, TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2.2
(2014). h.274

38
Tes merupakan pemberian stimulus kepada seseorang dengan
maksud mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar
bagi skor angka.72 Tes yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah tes obyektif berbentuk terbuka berjumlah 10 butir
soal. Tes dilakukan untuk mengetahui tingkat miskonsepsi
siswa dengan desain tes diagnostik four-tier open ended
terdiri dari empat tingkatan. Tingkat pertama yaitu soal dan
jawaban yang diberikan oleh siswa, tingkat kedua berupa CRI
terhadap jawaban yang diberikan, tingkat ketiga berisi alasan
mengapa memberikan jawaban pada tingkat pertama, tingkat
keempat berisi CRI terhadap tingkat ketiga.
5) Teknik analisis data
Sebelum tes digunakan sebagai alat penelitian, terlebih dahulu
melalui proses pengecekan validitas, reliabilitas, kesukaran dan
kekhasan. Ini secara kolektif disebut sebagai teknik verifikasi
reliabilitas penelitian. Instrumen yang akan digunakan diuji
terlebih dahulu dengan kelompok siswa yang seharusnya
mengerjakan soal konsep mol dan stoikiometri. Selain itu,
validitas, reliabilitas dan tingkat kesulitan alat diukur. Hasil
pengukuran tersebut menjadi bahan pertimbangan untuk
menentukan apakah alat tersebut layak untuk digunakan.
Mengalisis data dan pengelompokkan siswa mana yang
mengalami miskonsepsi, paham, belum paham konsep,
miskonsepsi positif, dan miskonsepsi negatif dapat dilihat pada
tahap tingkat keyakinan, hal ini dapat di lihat tabel 2.
Analisis persentase dilakukan untuk melihat seberapa besar
siswa yang miskonsepsi dan siswa yang tidak tahu konsep
mengunakan teknik persentase sebagai berikut:73
a
P= x 100%
ja
Keterangan:
P= Persentase jumlah siswa pada paham konsep, tidak tahu konsep
dan miskonsepsi
a= banyaknya siswa pada paham konsep, tidak tahu konsep dan
miskonsepsi
Ja= jumlah seluruh siswa
F. Rencana jadwal kegiatan penelitian
72
Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010).
73
Lisa Fitriyani Simatupang, “Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Tes
Diagnostik Three Tier Pada Materi Asam Basa Di SMA Negeri I Mesjid Raya”, (Skripsi,
Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2021), Hlm. 46.

39
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri di Kota Bima tahun ajaran
2023/2024 pada bulan Februari 2024.
No. Kegiatan Bulan ke-
1 2 3 4
1. Penyusunan proposal
2. Seminar proposal
3. Penelitian
4. Tahap analisis data
5. Membuat draf pembahasan
6. Sidang skripsi

DAFTAR PUSTAKA

Amali, Khairul., Kurniawati, Yenni., dan Zulhiddah. “Pengembangan Lembar


Kerja Peserta Didik berbasis sains teknologi masyarakat pada mata
pelajaran IPA di Sekolah Dasar. Journal of natural science integration.
Vol. 2, nomor 2. 2019. hlm. 191-202.

Arifin, zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja rosdakarya, 2017.


H.258.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Aryani, Elliza., “Identifikasi Miskonsepsi Peserta Didik Pada Materi Hidrolisis


Garam Dengan Menggunakan Instrument Tes Diagnostik Two-Tier Di
Sma Negeri 4 Wira Bangsa Meulaboh”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Banda Aceh, 2021, Hlm. 10.

Borg, W.R. & Gall, M.D. Gall. (1989). Educational Research : An Introduction,
Fifth Edition. New York: Longman.

40
Dahar, Ratna Wilis., “Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran”, Jakarta: Erlangga,
2011. H.62.

Fakhrah., Muhibbuddin., Sarong., dan Ali. “Peningkatan Pemahaman Konsep


Siswa Materi Pengklasifikasian Phylum Arthropoda Melalui Model
Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)” Jurnal Biotik, Vol. 2, No.
2, Ed. September 2014, Hlm. 95.

Ghufron, Anik. 2011. Pendekatan Penelitian dan Pengembangan (R&D) di


Bidang pendidikan dan Pembelajaran. Handout. Fakultas Ilmu
pendidikan UNY.

Gurel, D. K., Eryılmaz, A., &McDermott,L. C. 2015. A Reviewand Comparisonof


Diagnostik Instruments toIdentifyStudents’ Misconceptions
inScience.Eurasia Journal of Mathematics, Science& Technology
Education, vol. 11, nomor 5.

Hadjar, Ibnu., Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam pendidikan.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996. h.10

Hamdani, strategi belajar mengajar, Bandung: CV Pustaka setia, 2011, hlm.2.

Haris, V. (2013). Identifikasi Miskonsepsi Materi Mekanika dengan


menggunakan CRI ( Certainty of Response Index ). Ta’dib, 16(1).
Hasan, Saleem., Bagayoko, Diola., dan Kelley, Ella L., “Misconception and the
certainty of Response Index (CRI)”, Journal of Phys. Educ. Vol.5,1999

Hidayat, Fitria. “model ADDIE (analysis, design, development, implementation,


and evaluation) dalam pembelajaran pendidikan agama islam”, jurnal
inovasi pendidikan agama islam, vol. 1, nomor 1, Desember 2021. Hlm.
29.

Irsanti, R., Khaldun, I., & Hanum, L. (2017). Identifikasi Miskonsepsi Siswa
Menggunakan Four- TierDiagnostic Test pada Materi Larutan Elektrolit
dan Larutan Non Elektrolit di Kelas X SMA Islam Al-falah Kabupaten
Aceh Besar Abstrak Pendahuluan Metode Penelitian. Jurnal Ilmiah
Siswa pendidikan Kimia (JIMPK), 2(3), 230–237.
Islami, D., Suryaningsih, S., & Bahriah, E. S. (2018). Identifikasi Miskonsepsi
Siswa pada Konsep Ikatan Kimia Menggunakan Tes Four-Tier
MultipleChoice (4TMC). Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 9(1), 1-21.

41
Izza, Raudha Isminiarti., “Analisis Miskonsepsi Siswa Menggunakan Tes
Diagnostikesai Berbantuan CRI (Certaint Of Response Index) Pada
Pokok Bahasan Asam Basa”, Jurnal Guruan Dan Ilmu Kimia, vol. 5,
nomor 1. Hlm: 55 – 63, 2021.

Jumini, S., Retyanto, B. D., & Noviyanti, V. (2016). Identifikasi Miskonsepsi


Fisika Menggunakan Three-Tier Diagnostic Test Pada Pokok Bahasan
Kinematika Gerak.
Khery, Yusran dan Pahriah, “Pemahaman Konsep Dan Hasil Belajar Siswa
Kimia Umum Dalam Penerapan Model Pembelajaran Concept
Attainment”,

Komarudin, Kamus istilah karya tulis ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara, 2000, h. 100.

Kustiyah, “Miskonsepsi Difusi Dan Osmosis Pada Siswa Man Model”, Jurnal
Ilmiah Guru Kanderang Tingang, 1, 2007. Hlm.25

Leoni, Lovi., Maison dan Muslim, “Pengembangan Instrument Tes Four-Tier


Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Operasi Bentuk
Akar”, Jurnal Cendekia: Jurnal pendidikan Matematika, Volume 04, No.
02, November 2020, H.772.

Lisa, Edi. “Pengertian Miskonsepsi” Dalam


Https://Educhannel.Id/Blog/Artikel/Pengertian-Miskonsepsi.Html, 12
April 2022.

Margono, Metode Penelitian pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010).

Maulana, Ridha. “Identifikasi Miskonsepsi Peserta Didik Menggunakan Four


Tier Diagnostik Test Berbasis Certainty Of Response Index (CRI) Pada
Materi Listrik Dinamis Di Sman Unggul Pidie Jaya”, Skripsi, Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh,
Banda Aceh, 2022. H.17.

Mustika, A. A., Hala, Y., & Faridah, A. (2014). Identifikasi Miskonsepsi Siswa
Biologi Universitas Negeri Makasar pada Konsep Genetika dengan
Metode CRI. Jurnal SainsMat, 3(2).
Nadler, L.. “Designing Training Program”, Massachussetts: Addison Wesley
Publishing Company, 2000, h. 59.

42
Otaya, L. G. (2014). Analisis Kualitas Butir Soal Pilihan Ganda Menurut Teori
Tes Klasik dengan Menggunakan Program Iteman. TADBIR Jurnal
Manajemen pendidikan Islam, 2(2).

Pengertian model menurut para ahli dalam https://dilihatya.com/3284/pengertian-


model-menurut-para-ahli-adalah, di akses pada tanggal 3 November
2023, pukul 19.11.

Putra, Nusa., “Research and development Penelitian dan pengembangan:suatu


pengantar”. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Hlm.72.

Rahayu, Ratna Dwi., “Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four-Tier Diagnostik


Test”, Simetris, Vol. 15 No. 2, Desember 2021, Hlm. 18.

Rahayu, Resti. “Identifikasi Miskonsepsi Siswa Fisika Pada Materi Hukum


Newton Dengan Menggunakan Four-Tier Diagnostik”, Skripsi,
Lampung: Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung,
2018, Hlm. 42-43.

Ramdhani, Ani., pengertian pengembangan, jenis dan contohnya” dalam


https://www.pinhome.id/blog/pengertian-pengembangan/, diakses pada
tanggal 3 November 2023, pukul 20.12

Risnawati, Pengembangan e-instrument test berbasisi four-tier multiple choice


untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa SMA pada materi
archaebacteria dan eubacteria, Skripsi: fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan universitas jambi, jambi, 2023.

Rositasari, D., Saridewi, N., & Agung, S. (2014). Pengembangan Tes Diagnostik
Two-Tier untuk Mendeteksi Miskonsepsi Siswa SMA pada Topik Asam-
Basa. EDUSAINS, VI(02).
Sheftyawan, Widya Bratha., Prihandono, Trapsio., dan Lesmono, Albertus
Djoko.. Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four- Tier
Diagnostik Test Pada Materi Optik Geometri”, Jurnal Pembelajaran
Fisika, Vol.7 No.2, Juni 2018, Hlm 148.

Sholikhah, Riadhotus. “Students’ Conceptions On Set Materials With The Cri


Method”, Jurnal Riset pendidikan Dan Inovasi Pembelajaran
Matematika, Vol. 6 2022, No. 1 :1-14.

Simatupang, Lisa Fitriyani., “Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Tes


Diagnostik Three Tier Pada Materi Asam Basa Di SMA Negeri I Mesjid

43
Raya”, Skripsi, Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar-
Raniry Banda Aceh, 2021, Hlm. 43.

Sitoresmi, Ayu Rifka., “Apaitu Konsep? Ketahui Pengertian, Ciri-Ciri, Unsur,


Fungsi Dan Jenisnya” Dalam Apa Itu Konsep? Ketahui Pengertian, Ciri-
Ciri, Unsur, Fungsi Dan Jenisnya - Hot Liputan6.Com, Tanggal 21
Desember 2021, Pukul 15.45.

Sugihartini, yoman. dan yudiana, kadek. ADDIE sebagai model pengembangan


media instruksional edukatif (MIE) mata kuliah kurikulum dan
pengajaran. Jurnal pendidikan teknologi dan kejuruan vol. 15 nomor 2
juli 2018. Hlm 277.
Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan, Bandung: Alfabeta, CV. 2013. Hlm. 9

Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2000, Hlm 55.

Sugiyono. (2013). Statistik untuk pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.


2013

Sukardi, Metodologi Penelitian pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012).


hlm.4.

Syahrul, D. A., & Setyarsih, W. (2015). Identifikasi Miskonsepsi dan Penyebab


Miskonsepsi Siswa dengan Three-tier Diagnostic Test pada Materi
Dinamika Rotasi. Jurnal Inovasi pendidikan Fisika, 04(03).

Tayubi, Yuyu R. “Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika


Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI)”, Jurnal pendidikan
Universitas pendidikan Indonesia, 24, 2005. Hlm.5

Thiagarajan, Instructional Development For Training Teachers Of Exceptional


Children: A Sourcebook.1974. Hlm. 101.

Viyandari, A., Priatmoko, S., & Latifah. (2012). Analisis Miskonsepsi Siswa
terhadap Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) dengan
Menggunakan Two-Tier Diagnostic Instrument. Jurnal Inovasi
pendidikan Kimia, 6(1).

44
Wahyuningstyas, Wulan., Sumarti, Sri Susilogati., Susilaningsih, Endang., dan
Wijayati, Nanik.. “Analisis Miskonsepsi Asam Basa Menggunakan
Instrumen Multirepresentasi Diagnostic Test Berbasis Web”. Journal Of
Chemistry In Education. Vol. 9 Nomor 1. 2020. Hlm. 3.

Wells, M., Swackhamer, G., and Hestenes, D. 1992, Force Concept Inventory,
The Physics Teacher, Vol 30, Hal 141-158.

Winarno, M.E., Metodologi Penelitian dalam pendidikan Jasmani. Malang:


Media Cakrawala Utama Press, 2011, h.76

Yusup, Febrianawati., “Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian


Kuantitatif”, Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Keguruan, Vol. 7 No. 1.
Januari – Juni 2018, H. 22

45

Anda mungkin juga menyukai