Anda di halaman 1dari 9

PROROSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL DENGAN


KECEMASAN PASIEN YANG AKAN MENJALANI OPERASI
ORTHOPEDIC DI RS. MITRA KELUARGA SURABAYA

OLEH : POLTAK SANDRO WILANTARA


NIM : 20231.05.039

PRODI S-1 RECOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU II

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH SURABAYA

2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Penelitian ini telah di Setujui untuk di lakukan Penelitian


Tanggal XX NOVEMBER 2023

Oleh :
Pembimbing I , Pembimbing II,

Aristina Halawa, S.Kep.,Ns.,M.Kes. Ethyca Sari, S.Kep.,Ns.,M.Kes.

Mengetahui :
KETUA STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA

LINA M., M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An.


KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun proposal yang berjudul
“Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Dengan Kecemasan Pasien Yang Akan
Menjalani Operasi Orthopedic Di Rs. Mitra Keluarga Surabaya" sesuai waktu yang
ditentukan.
Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar S1 Keperawatan di Stikes William Booth Surabaya. Dalam penyusunan, penulis
mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Lina M., M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An, selaku Ketua Stikes William Booth Surabaya
yang telah memfasilitasi kami dalam penelitian ini.
2. Aristina Halawa, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku pembimbing I penelitian ini yang
telah banyak memberi pengarahan, dalam penyusunan penelitian ini.
3. Ethyca Sari, S.Kep.Ns.,M.Kes, selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan arahan untuk penyelesaian KTI ini.
4. Dr. Jeanny Suryatin, M.Kes., selaku Direktur RS. Mitra Keluarga Surabaya yang
telah memberikan ijin memakai lahan penelitian .
5. Lies Hidayati, S.Kep.,Ns, selaku Kadep Keperawatan RS. Mitra Keluarga
Surabaya, yang telah memberi penunjuk, revisi dan saran hingga terwujudnya
penelitian ini.
6. Rekan-rekan mahasiswa Stikes William Booth Surabaya RPL 2 dan seluruh pihak
yang telah membantu kelancaran penelitian ini yang tidak dapat peneliti sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua
pihak, untuk menyempurnakannya.

Surabaya, November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………….....................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….......……............................….ii
KATA PENGANTAR ………….................................................................................iii
DAFTAR ISI …………................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN ...........................................................................………….
1.1 Latar Belakang ................................................................................……………...
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................……………..
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................………………...
1.3.1. Tujuan Umum .....................................................................………….
1.3.2. Tujuan Khusus ..................................................................…………..
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................……………………………
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembedahan merupakan pengalaman yang sulit dilupakan dan sangat


ditakuti oleh hampir semua orang (Joyce M. Black 2014). Pembedahan ini bisa
disebabkan oleh berbagai hal diantaranya oleh karena patah tulang (fracture).
Jawa Timur secara khusus memiliki jumlah kasus fraktur yang melebihi rata-rata
kasus nasional dengan nilai 6,0% dibanding 5,8% (Riskesdas, 2013). Menurut
Paryanto (2009) bahwa pada closed fracture pasien akan mengalami tingkat
kecemasan yang lebih tinggi karena operasinya bersifat diperlukan atau waktu
tunggu operasinya sesuai urutan jadwal operasi sehingga dalam masa waktu
tunggu itu biasanya pasien akan berfikir tentang kemungkinan buruk yang akan
menimpa dirinya karena terkait dengan berbagai macam prosedur asing yang
harus dijalani selama tindakan operasi. Dampak yang mungkin muncul bila
kecemasan pasien pre operasi closed fracture tidak segera tertangani adalah pasien
tidak bisa berkonsentrasi dan memahami kejadian selama tindakan sehingga
pasien tidak kooperatif dalam prosedural, terjadi disharmoni dalam tubuh yang
dapat meningkatkan tekanan darah dan pernafasan sehingga menyebabkan
pendarahan baik pada saat pembedahan ataupun pasca operasi. Pada kondisi
seperti ini dibutuhkan suatu intervensi dalam rangka untuk mengurangi rasa
kecemasannya. Prosedur pembedahan yang mengancam jiwa menimbulkan
gangguan fisiologis maupun psikologis. Hal ini mengakibatkan pasien pre operasi
mempunyai berbagai masalah keperawatan (Amri & Saefudin 2012). Masalah
keperawatan yang dapat timbul pada pasien pre operasi adalah gangguan
kenyamanan. Pengalaman ketidaknyamanan yang dirasakan oleh pasien pre
operasi adalah kecemasan, hipotermia, nyeri, dan mual (Wagner & Kolcaba 2006).
Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO)
jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang sangat
signifikan dari tahun ke tahun. Tercatat di tahun 2017 terdapat 140 juta pasien di
seluruh Rumah Sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2018 data mengalami
peningkatan sebesar 148 juta jiwa, untuk di Indonesia pada tahun 2017 mencapai
1,2 juta jiwa (Sartika,2018). Tindakan operasi di Provinsi Jawa Barat tahun 2017
sebesar 3.884 kasus (36,38%), dari tahun 2016-2017 kejadian tindakan operasi
mengalami kenaikan 89, 95% (Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan data Kemenkes
(2021) tindakan operasi/pembedahan menempati urutan posisi ke-11 dari 50
penanganan penyakit yang ada di Indonesia, 32% diantaranya tindakan
pembedahan elektif. Pola penyakit di Indonesia diperkirakan 32% bedah mayor,
25,1% mengalami kondisi gangguan jiwa dan 7% mengalami ansietas.
Berdasarkan data Riskesdas (2007), tindakan bedah menempati urutan ke 11 dari
50 pertama pola penyakit di rumah sakit seIndonesia dengan presentase 12,8% dan
diperkirakan 32% diantaranya merupakan bedah laparatomi, dan pada tahun 2013
angka pembedahan di Indonesia sebesar 9,8% dengan provinsi tertinggi di DKI
Jakarta sebesar 19,9% dan pada tahun 2018 angka pembedahan terjadi penurunan
yaitu sebesar 8,9% dengan provinsi tertinggi di DKI Jakarta sebesar 14,9%.
Kecemasan adalah suatu perasaan subyektif yang dialami seseorang
terutama oleh karena adanya pengalaman baru, termasuk pada pasien yang
mengalami tindakan invasif seperti pembedahan (Purba 2008). Kecemasan pre
operasi merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat
dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup,
integeritas tubuh, atau bahkan kehidupan itu sendiri (Brunner & Suddarth’s 2010).
Ada berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan atau kecemasan pada
pasien yang akan dilakukan tindakan operasi closed fracture diantaranya yaitu
takut terjadi perubahan fisik (cacat), takut menghadapi ruang operasi, takut mati
saat dilakukan anestesi, serta takut operasinya akan gagal (Potter & Perry 2013)
Manusia terdiri dari dua unsur yaitu unsur jasmaniah dan unsur rohaniah.
Unsur jasmaniah bila terserang penyakit, maka dampaknya terasa langsung dan
diusahakan penyembuhan secepatnya. Akan tetapi bila diserang adalah rohaniah,
kadangkala di biarkan, bahkan sebahagian orang tidak menganggapnya sebagai
penyakit. Untuk itu agama mengingatkan pentingnya manusia memperhatikan dan
mempertahankan homeostasis (keseimbangan) diantara keduanya (Idris, 2006).
Zaidin, (2002) mengatakan bahwa perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan memandang klien secara holistik yang memiliki kebutuhan bio-
psikososial-spiritual, karena jika seseorang sakit, maka akan terjadi gangguan
keseimbangan pada keempat aspek tersebut diatas. Menurut Potter (2005), tenaga
kesehatan atau perawat penting untuk memahami konsep yang mendasari
kesehatan spiritual, mampu mendefinisikan aspek spiritual pada pasien, mampu
mengidentifikasi kebutuhan spiritual pada pasien yang sakit, dan perawat mampu
memberikan alternatif cara untuk memenuhi kebutuhan spiritual. Pentingnya
perawat memberikan pemenuhan kebutuhan spiritual karena dapat membantu
penyembuhan atau pada perkembangan 4 kebutuhan dan perhatian spiritual
seseorang. Pada kondisi ketika sakit, seseorang sering menjadi kurang mampu
untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan
dan dukungan. Menurut Bambang (2010), perawat hendaknya berusaha untuk
membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan
yang menyeluruh, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan
spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan
spiritual atau keagamaan yang sama. Perawatan spiritual yang dirasakan dapat
langsung mempengaruhi kualitas kesehatan seseorang, atau kualitas individu dan
pengalaman kematian keluarga. Individu dengan tingkat spiritual yang tinggi dan
baik cenderung mengalami ansietas pada tingkat yang rendah.
Perawat dan tenaga kesehatan lainnya perlu bekerja sama dengan tim
pelayanan agama untuk menolong pasien agar merasa tidak begitu sakit , yaitu
dengan dengan jalan memulihkan pikiran, perasaan, emosi dan hubungannya
dengan orang lain. Dengan terjadinya pemulihan pribadi maka penyakit yang di
alami oleh pasien itu 5 dapat berkurang bahkan akan timbul motivasi kesembuhan
yang membuat pasien lebih optimis dalam menghadapi penyakitnya.
(Kinasih,2012).
Berdasarkan hasil wawancara langsung yang peneliti lakukan pada
November 2023 di Rumah Sakit Mitra Keluarga Surabaya pada 9 orang pasien
yang akan menjalani operasi, 5 orang pasien mengalami kecemasan dari cemas
sedang sampai cemas berat, 1 dari 9 orang pasien tersebut tidak mengalami
kecemasan karena operasi sudah pernah dilakukan dan bukan pengalaman pertama
bagi pasien tersebut. Kecemasan tersebut disebabkan karena operasi merupakan
pengalaman pertama yang mereka hadapi, dan tidak tahu bagaimana dengan
proses sesudahnya yang mereka hadapi.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
apakah ada hubungan pemenuhan kebutuhan spiritual dengan kecemasan pasien
yang akan menjalani operasi orthopedic.
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pemenuhan kebutuhan spiritual dengan


kecemasan pasien yang akan menjalani operasi orthopedic RS Mitra Keluarga
Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui pemenuhan kebutuhan spiritual pasien yang akan
menjalani operasi orthopedic di RS Mitra Keluarga Surabaya.
1.3.2.2 Mengetahui kecemasan pasien yang akan menjalani operasi
orthopedic di RS Mitra Keluarga Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Instansi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi upaya peningkatan mutu pelayanan


yang diberikan kepada pasien dalam hal pemberian pemenuhan kebutuhan
spiritual.
1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan

Menambah pengetahuan tentang pentingnya pemenuhan


kebutuhan spiritual pada pasien yang akan menjalani operasi.
1.4.3 Bagi Klien

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk


mencapai kesehatan yang optimal terutama kesehatan mental melalui
pemenuhan kebutuhan spiritual.
1.4.4 Bagi Peneliti

Meningkatkan pemahaman tentang pemenuhan kebutuhan


spiritual serta motivasi kesembuhan pada klien di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai