NIM : 20220101609
Jadi, elastisitas harga permintaan steak tersebut adalah sekitar -1,67. Karena nilai
elastisitas negatif, permintaan bersifat elastis (yaitu, peningkatan harga akan
mengakibatkan penurunan proporsional dalam jumlah diminta).
3. Koefisien elastisitas silang mengukur sejauh mana permintaan suatu barang merespons
perubahan harga barang lain. Koefisien elastisitas silang ( E xy ) dihitung menggunakan
rumus berikut:
Exy = % perubahan jumlah diminta barang X / % perubahan harga barang Y
Dalam kasus ini, ketika harga tiket bus naik dari Rp 50.000 menjadi Rp 55.000,
permintaan tiket KA meningkat dari 3.000 menjadi 3.500. Mari hitung perubahan
persentase permintaan tiket KA ( % perubahan jumlah diminta barang X ) dan perubahan
persentase harga tiket bus ( % perubahan jumlah diminta barang X )
Koefisien elastisitas silang (Exy) adalah sekitar 1,615, yang menunjukkan bahwa
permintaan tiket KA bersifat elastis terhadap perubahan harga tiket bus.
Apakah sudah optimal atau tidak tidak dapat disimpulkan hanya dari nilai elastisitas ini
saja. Untuk menilai apakah kebijakan harga tiket bus dan tiket KA sudah optimal, perlu
dilakukan analisis yang lebih mendalam melibatkan faktor-faktor lain seperti biaya
produksi, pendapatan konsumen, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Studi kasus di
Indonesia yang bersifat komprehensif dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang optimalitas kebijakan harga tiket bus dan KA.
4. Untuk memaksimalkan utilitas (TU) dengan anggaran terbatas, konsumen harus memilih
kombinasi barang X (Qx) dan Y (Qy) yang memberikan utilitas total tertinggi tanpa
melebihi anggarannya. Kita dapat mencari kombinasi Qx dan Qy yang memaksimalkan
utilitas dengan membandingkan margin utilitas (MU) dari setiap barang dengan harga
relatifnya (Px dan Py).
Dalam hal ini, harga barang X dan Y adalah $10,000 per unit, dan anggaran konsumen
adalah $80,000.
a. Untuk memaksimalkan utilitas, konsumen harus memilih kombinasi Qx dan Qy di
mana MUx/Px = MUy/Py.
Mari hitung MUx/Px dan MUy/Py untuk setiap tingkat konsumsi:
Pada Q1 = MUx/Px = 11 / 10 = 1.1 dan MUy/Py = 19 / 10 = 1.9
Pada Q2 = MUx/Px = 10 / 10 = 1 dan MUy/Py = 17 / 10 = 1.7
Pada Q3 = MUx/Px = 9 / 10 = 0.9 dan MUy/Py = 15 / 10 = 1.5
Pada Q4 = MUx/Px = 8 / 10 = 0.8 dan MUy/Py = 13 / 10 = 1.3
Pada Q5 = MUx/Px = 7 / 10 = 0.7 dan MUy/Py = 12 / 10 = 1.2
Pada Q6 = MUx/Px = 6 / 10 = 0.6 dan MUy/Py = 10 / 10 = 1
Pada Q7 = MUx/Px = 5 / 10 = 0.5 dan MUy/Py = 8 / 10 = 0.8
Pada Q8 = MUx/Px = 4 / 10 = 0.4 dan MUy/Py = 6 / 10 = 0.6
Ketika MUx/Px sama dengan MUy/Py, konsumen memperoleh utilitas maksimal.
Dari perbandingan di atas, kita dapat melihat bahwa kondisi ekuilibrium terjadi pada
Q2 (Qx = 2, Qy = 2) karena pada titik ini MUx/Px = MUy/Py = 1
5. Untuk memaksimalkan utilitas (TU) dengan anggaran terbatas, konsumen harus memilih
kombinasi barang X (Qx) dan Y (Qy) yang memberikan utilitas total tertinggi tanpa
melebihi anggarannya. Kita dapat mencari kombinasi Qx dan Qy yang memaksimalkan
utilitas dengan membandingkan margin utilitas (MU) dari setiap barang dengan harga
relatifnya (Px dan Py).
Dalam hal ini, harga barang X dan Y adalah $10,000 per unit, dan anggaran konsumen
adalah $80,000.
a. Untuk memaksimalkan utilitas, konsumen harus memilih kombinasi Qx dan Qy di
mana MUx/Px = MUy/Py.
Mari hitung MUx/Px dan MUy/Py untuk setiap tingkat konsumsi:
Pada Q1 = MUx/Px = 20 / 4 = 5 dan MUy/Py = 28 / 2 = 14
Pada Q2 = MUx/Px = 18 / 4 = 4.5 dan MUy/Py = 24 / 2 = 12
Pada Q3 = MUx/Px = 16 / 4 = 4 dan MUy/Py = 20 / 2 = 10
Pada Q4 = MUx/Px = 14 / 4 = 3.5 dan MUy/Py = 16 / 2 = 8
Pada Q5 = MUx/Px = 10 / 4 = 2.5 dan MUy/Py = 12 / 2 = 6
Pada Q6 = MUx/Px = 8 / 4 = 2 dan MUy/Py = 8 / 2 = 4
Pada Q7 = MUx/Px = 6 / 4 = 1.5 dan MUy/Py = 6 / 2 = 3
Pada Q8 = MUx/Px = 4 / 4 = 1 dan MUy/Py = 0 / 2 =