Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ILMIAH

Pendampingan Guru dalam


Mengimplementasikan Coaching dan
STOP melalui Role Model di Era
Merdeka Belajar

Disampaikan pada Forum Ilmiah APSI Pusat


Hari Jumat tanggal 1 Oktober 2021

PENGAWAS SEKOLAH

PENYUSUN : Soepriatin Poerwantiningtyas BIDANG


PENGAWAS : Pengawas SMP
UNIT KERJA : Dinas Pendidikan Kota Surabaya

TAHUN 2021

HALAMAN PENGESAHAN
Dengan ini, Koordinator Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Kota Surabaya
menyatakan bahwa makalah gagasan berjudul: “Pendampingan Guru dalam
Mengimplementasikan Coaching dan STOP melalui Role Model di Era Merdeka
Belajar”
adalah benar-benar karya dari saudara Soepriatin Poerwantiningtyas, S.Pd., M.Pd
Pengawas Sekolah SMP Dinas Pendidikan Kota Surabaya Wilayah Barat-Selatan
Kecamatan Dukuh Pakis-Sambikerep-Asemrowo.

Surabaya, 13 September 2021


Koordinator Pengawas Sekolah
Dinas Pendidikan Kota Surabaya

Drs. Adji Suharko, M.Pd


Pembina, IV.a
NIP 196503122007011024
ABSTRAK

Makalah ini ditulis dengan tujuan yakni memberikan pendampingan bagi guru Dukis
Kerep Asem dalam menerapkan Pendampingan Guru dalam Mengimplementasikan
Teknik Coaching dan Stop melalui Role Model di Era Merdeka Belajar. Materi
pendampingan diambil dari materi CGP Angkatan ke-2 Tahun 2021 yaitu
Coaching dan STOP yang pada dasarnya guru dimotivasi mampu melakukan
coaching pada murid dengan kondisi guru berkesadaran penuh (mindfull) dengan
teknik STOP sehingga pelayanan berpihak pada murid tercapai secara optimal.
Peningkatan keterampilan pelayanan guru berpihak pada murid menuju well being
akan dilakukan pengawas melalui praktik coaching menjadi role model bagi guru
sehingga guru terampil sebagai coach yang mind fullness dengan teknik STOP.
Guru mampu memberikan rasa nyaman dan kebahagiaan peserta didik yang
ditunjukkan melalui sikap dan emosi positif terhadap satuan pendidikan, bersikap
positif terhadap proses akademik, merasa senang mengikuti kegiatan di satuan
pendidikan, terbebas dari perasaan cemas, terbebas dari keluhan kondisi fisik
satuan pendidikan, dan tidak memiliki masalah sosial di satuan pendidikannya.
Berdasarkan hasil pelaksanaan pendampingan supervisi pembelajaran dan hasil
pembahasan berkaitan dengan Keterampilan Guru Dalam Implementasi Pelayanan
Berpihak Pada Murid Melalui Coaching-STOP maka dapat disimpulkan sebagai
berikut: (1) Pendampingan Coaching-STOP menjadi langkah tepat bagi pengawas
dalam meningkatkan keterampilan guru menerapkan pelayanam berpihak pada
murid, (2) Keterampilan guru menerapkam pelayanan yang berpihak pada murid
meningkat maka potensi atau kodrat yang dimiliki murid berkembang dengan
optimal (3) Keterampilan coaching dan STOP yang dilakukan guru sangat
membantu murid mencapai well being dengan berkarakter yang mencerminkan
karakter Profil Pelajar Pancasila.

Kata Kunci: Teknik Coaching dan STOP, Role Model, Era Merdeka Belajar

1
A. PENDAHULUAN

Merdeka Belajar menjadi salah satu program inisiatif Mendikbudristek


Nadiem Makarim yang ingin menciptakan suasana belajar yang bahagia, baik bagi
murid maupun para guru. Kebijakan Merdeka Belajar merupakan langkah untuk
mentransformasi pendidikan demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM)
Unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar Pancasila.
Menurut Mendikbud “Guru Penggerak sebagai pendorong transformasi
pendidikan Indonesia, diharapkan dapat mendukung tumbuh kembang murid
secara holistik sehingga menjadi Pelajar Pancasila, menjadi pelatih atau mentor
bagi guru lainnya untuk pembelajaran yang berpusat pada murid, serta menjadi
teladan dan agen transformasi bagi ekosistem pendidikan,”
Jadi di Era Merdeka belajar guru harus memiliki ketrampilan pelayanan
pendidikan yang berpihak pada murid.
Bulan Januari 2021 pengawas mendapatkan pembagian tugas pengawasan
di 17 sekolah dan di bulan Juli 2021 mendapatkan tambahan tugas pengawas 5
sekolah, namun 1 sekolah binaan di tahun pembelajaran 2021-2022 telah
memutuskan tidak menerima peserta didik baru, sehingga jumlah sekolah binaan
yaitu 22 sekolah. Berdasarkan pengalaman pendampingan pada sekolah yang
memutuskan tidak beroperasi ini, pengawas melaksanakan pendekatan coaching
pada kepala sekolah, wakil kepala sekolah, bendahara dan guru. Selain itu temuan
hasil pelaksanaan supervisi secara daring salah satu temuannya yaitu Konten RPP
aktual, kekininan dan manfaat bagi murid menuju well being masih dilakukan 68%
responden. Kemudian, rata-rata hasil supervisi pembelajaran masih sebesar 72,9%
dari seluruh aspek yang ditanyakan yang mengarah keterampilan guru berpihak
pada murid. Pengalaman menjadi fasilitator calon guru penggerak (CGP) angkatan
ke-2, pengawas mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat dan dapat diterapkan
dalam pendampingan akademik dan manajerial. Materi Pendidikan Guru
Penggerak (PGP) yang akan diterapkan dalam pendampingan keterampilan guru
berpihak pada murid yaitu Coaching dan STOP.
Menurut Grant, (1999) Sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi,

2
berorientasi pada hasil dan sistematis, coach memfasilitasi peningkatan atas
performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi
dari coachee. Pernyataan ini sangat mendukung pengawas dalam melakukan
pendampingan berlatih coaching bagi guru sekolah binaan. Hal ini bertujuan agar
keluhan murid yang kurang baik tidak ada lagi.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pengawas dalam pembelajaran di
kelas hasil refleksi yang terjadi masih belum sesuai dengan target. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pengawas dan guru belum mampu berkomunikasi untuk
meneruskan informasi atau pesan dari satu pihak ke pihak yang lain. Oleh karena
itu, dibutuhkan komunikasi yang efektif dengan menggunakan media komunikasi
berbentuk lisan dan tulisan ataupun tanda peraga yang seharusnya dilatih atau
dipraktikkan dengan komunikasi satu arah dan dua arah. Dalam hal ini ada peran
pemberi pesan dan penerima pesan. Komunikasi yang memberdayakan dan efektif
serta menstabilkan kompetensi sosial emosional. Inilah yang akan dilakukan
pengawas untuk meningkatkan keterampilan guru mengelola pembelajaran
pelayanan berpihak pada murid.
Pengawas mencoba menjadi role model sekaligus meningkatkan
keterampilan coaching dan STOP bagi guru, sehingga guru mampu menjadi
pendidik yang menuntun murid dengan menggali potensi atau kekuatan kodrat
yang dimiliki murid. Tujuan murid dapat berkembang sesuai perkembangan
zaman dengan meningkatkan pengelolaan pembelajaran yang berpihak pada
murid. Hal ini harus disiapkan guru diawal tahun pelajaran baru atau diawal
semester.
Pendampingan Coaching dan STOP, dalam hal ini pengawas sebagai coach
hanya memberikan arahan bukan memberikan keputusan. Nasihat atau solusi pada
coachee serta pengawas dengan menjalin kemitraan yang setara dengan cochcee.
Jadi coachee mampu melakukan atau memutuskan tindakan apa yang akan
dilakukan oleh coachee sendiri di masa selanjutnya.

3
B. MASALAH UTAMA DAN PEMBAHASAN
Ketrampilan guru memberikan ketrampilan berpihak pada murid belum
terlaksana 100%. Hal ini masih ditemukan saat pengawas melakukan supervisi
pembelajaran masih berpusat pada guru.
Berdasarkan Pengalaman sebagai fasilitatar pengawas akan memberikan
praktik coaching dan STOP. Praktik coaching dan STOP diperoleh dari PPGP.
PPGP (Program Pendidikan Guru Penggerak) merupakan kegiatan pengembangan
profesi berkelanjutan melalui pelatihan dan pendampingan yang berfokus pada
kepemimpinan pembelajaran agar mampu mendorong tumbuh kembang peserta
didik secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya
untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik.
PPGP juga menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan
untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila yang
dimaksud adalah murid memiliki enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada
Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong,
mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Berdasarkan modul LMS CGP yakni pada modul 1, 2 dan 3 dijelaskan
bahwa manfaat Pendidikan Guru Penggerak adalah sebagai berikut: 1) bergeraknya
komunitas belajar secara berkelanjutan sebagai tempat diskusi dan simulasi agar
guru dapat menerapkan pembelajaran aktif yang sesuai dengan potensi dan tahap
perkembangan peserta didik, 2) diterapkannya pembelajaran aktif oleh guru lain di
lingkungan satuan pendidikannya dan lingkungan sekitar sebagai dampak
bergeraknya komunitas guru secara berkelanjutan, 3) terbangunnya rasa nyaman
dan bahagia peserta didik berada di lingkungan satuan pendidikan, 4)
meningkatnya sikap positif peserta didik terhadap proses pembelajaran yang
bermuara pada peningkatan hasil belajar, 5) terwujudnya lingkungan fisik dan
budaya satuan pendidikan yang nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik;
dan 6) terbukanya kesempatan bagi guru penggerak untuk menjadi pemimpin
Satuan Pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas dapat dinyatakan bahwa guru era merdeka belajar
harus memiliki keterampilan pelayanan berpihak pada murid menuju well being.

4
Guru mampu memberikan rasa nyaman dan kebahagiaan peserta didik yang
ditunjukkan melalui sikap dan emosi positif terhadap satuan pendidikan, bersikap
positif terhadap proses akademik, merasa senang mengikuti kegiatan di satuan
pendidikan, terbebas dari perasaan cemas, terbebas dari keluhan kondisi fisik
satuan pendidikan, dan tidak memiliki masalah sosial di satuan pendidikannya.
Oleh karena itu, guru juga harus memiliki kestabilan sosial emosional dalam
melaksanakan pelayanan pendidikan berpihak pada murid, dengan kata lain guru
mampu memberikan pembelajaran yang berpusat pada murid.
Materi/ Modul PGP meliputi 3 modul sebagai berikut:
Modul 1 Paradigma dan Visi Guru Penggerak
1.1. Refleksi Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara
1.2. Nilai dan Peran Guru Penggerak
1.3. Visi Guru Penggerak
Modul 2 Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid
2.1. Memenuhi kebutuhan belajar Murid melalui Pembelajaran Berdifferensiasi
2.2. Pembelajaran Sosial dan Emosional
2.3. Coaching
Modul 3 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah
3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
3.3. Pengelolaan Program berdampak pada Murid
Materi PGP dapat diterapkan oleh pengawas dalam memberikan
pendampingan akademik dan manajerial. Pengawas dapat mengambil dan
menerapkan teknik Coaching dan STOP (Pembelajaran Sosial dan Emosional)
dalam pendampingan akademik.
Berdasarkan hasil pelaksanaan supervisi pembelajaran guru di sekolah
binaan yang dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan awal September
2021. Supervisi pembelajaran dilakukan melalui vicon. Pengawas memberikan
umpan balik dengan video call melalui WhatsApp. Kemudian untuk penilaian diri
sendiri dengan cara mengisi link google form Microsoft office 365. Berikut hasil
supervisi pembelajaran, yakni:

5
1. Pengawas memiliki target supervisi yaitu sebesar 100%. Dari 22 sekolah
binaan guru yang memberikan respon untuk dapat mengijinkan pengawas
melaksanakan pendampingan supervisi pembelajaran dengan mengisi link
instrument google form sebanyak 93,93%. Respon yang didapatkaan sebanyak
62 orang dari 66 orang melalui link pra supervisi (google form-google drive
dan pasca observasi (Microsoft form-microsoft office 365).
2. Hasil pelaksanaan supervisi pembelajaran sebagai berikut:
a. 60% perangkat pembelajaran (RPP) sudah terdapat tujuan pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran dan Penilaian.

b. 71% (30 dari 42 responden) tujuan pembelajaran tertulis dengan


mengandung komponen A, B, C, D

c. 60% responden sudah menyusun RPP dengan menerapkan TIK

6
d. 57% RPP sudah disusun mengutamakan protokol kesehatan dan
berpihak pada murid.

e. 68% Konten RPP aktual, kekinian dan manfaat bagi murid menuju well
being.

f. 55% materi pembelajaran disajikan dengan menarik


g. Proses

Pembelajaran tahap pendahuluan terlaksana dengan tepat 70%

7
h. Tahap langkah-langkah pembelajaran terlaksana 63%

i. 65% responden sudah melakukan kegiatan penutup dengan tepat.

j. 50% kegiatan penilaian sudah dilakukan 20 responden dengan tepat


k. 100% guru telah membuat kesepakatan bersama murid dan guru yang
mengkondisikan keputusannya (hasil wawancara online)

8
l. 38% Kesepakatan bersama dilakukan bukan pada saat awal tahun
pelajaran atau setiap awal semester

Hasil pelaksanaan supervisi pembelajaran diperoleh rata-rata sebesar 72,9%


dari seluruh aspek yang diberikan sehingga guru masih perlu pendampingan
menyusun pelayanan berpihak pada murid. Guru telah melakukan kesepakatan
bersama dengan murid sebesar 100%, namun aturan yang disepakati masih murni
dari guru. Sebanyak 62% responden (16 dari 42 responden) belum membuat
kesepakatan bersama diawal tahun pelajaran atau awal tahun semester. Hal tersebut
menggambarkan bahwa keterampilan guru dalam implementasi pelayanan berpihak
pada murid masih perlu ditingkatkan. Peningkatan keterampilan guru dalam
implementasi pelayanan berpihak pada murid dapat dilakukan dengan cara yang
menyenangkan, yaitu melalui praktik Coaching-STOP.
Keterampilan guru dalam implementasi pelayanan berpihak pada murid
dapat dilakukan seperti berikut: 1) membuat kesepakatan kelas, 2) Menarik
perhatian murid dengan gaya bicara yang menyenangkan dan penjelasan yang
mudah dipahami, 3) Menjelaskan gambaran umum kegiatan pembelajaran sebelum
pembelajaran dimulai, 4) Meningkatkan motivasi siswa, 5) Mengaitkan
pembelajaran dengan mata pelajaran lainnya, 6) Mengadakan evaluasi, 7).
Keterampilan komunikasi memberdayakan dan efektif. (Modul 2 CGP_Fasilitator
Angkatan 2)
Keterampilan guru dalam implementasi pelayanan berpihak pada murid
pada poin no 1-7 guru akan dipantau dengan pendampingan coaching saat guru
menyusun pembelajaran berpihak pada murid. Pada poin no 7 komunikasi
memberdayakan dan efektif dalam coaching dan STOP ini yang akan dilatihkan
pada guru sekolah binaan.

9
COACHING
Tujuan pendidikan yaitu ‘menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan
kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya’ Ki Hadjar Dewantara. Sebuah
proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan
sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja,
pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee
(Grant, 1999).
Menurut Whitmore 2003, kunci pembuka potensi seseorang untuk
memaksimalkan kinerjanya yakni dengan coaching. Coaching lebih kepada
membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya.
Coaching didefinisikan Internasional Coach Federation (ICF) sebagai: ”…
bentuk kemitraan bersama klien (cochee) untuk memaksimalkan potensi pribadi
dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan
mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif”
Pramudianto (2020) menyampaikan tiga makna dari definisi coaching sebagai: 1.
Kemitraan. Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara.
Untuk membantu coachee mencapai tujuannya, seorang coach mendukung secara
maksimal tanpa memperlihatkan otoritas yang lebih tinggi dari coachee.
2. Memberdayakan. Proses inilah yang membedakan coaching dengan proses
lainnya. Dalam hal ini, dengan coaching dengan penekanan pada bertanya
reflektif dan mendalam, berarti seorang coach mnginspirasi coachee untuk
menemukan jawaban-jawaban sendiri atas permasalahannya.
3. Optimalisasi. Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan
berupaya memastikan jawaban yang didapat oleh coachee diterapkan dalam
aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang. (Modul 2 CGP Angkatan 2)

Guru tentu telah mengetahui bahwa murid memiliki potensi, kekuatan atau
kodrat yang berbeda-beda, misal pengembangan diri murid dapat berlangsung
dengan cepat, perlahan-lahan atau berhenti. Pengembangan diri murid ini dapat

10
dimaksimalkan dengan proses coaching. Proses coaching adalah proses
mengaktivasi kerja otak coachee (murid) dengan memberikan pertanyaan
pertanyaan reflektif dengan harapan coachee mampu berfikir kritis dan mendalam
sehingga coachee dapat menemukan potensi diri dan mengembangkannya.
Berdasarkan uraian definisi coaching diatas maka seorang coach (guru) memiliki
peran menuntun segala kekuatan kodrat atau potensi coochee (murid) berkembang.
Dengan tuntunan coach maka coachee mampu mengembangkan potensi diri yang
dimiliki sehingga murid mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia
maupun anggota masyarakat.
Dalam proses coaching, coachee (murid) diberikan kebebasan dalam
mengembangkan kodratnya. Peran coach (guru) yaitu hanya memberi tuntunan dan
arahan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan reflektif agar coachee tidak
kehilangan arah dan membahayakan dirinya, sehingga kekuatan kodrat murid
terpancar.
Kompetensi utama seorang coach meliputi: 1) Keterampilan membangun
dasar proses coaching; 2) keterampilan membangun hubungan baik; 3)
keterampilan berkomunikasi; 4) keterampilan memfasilitasi pembelajaran.
Keempat kompetensi coach ini perlu dilatihkan bagi guru secara kontinue.
Pengawas hanya memiliki 1 CGP dari 372 guru, sehingga ini yang menjadi
latar belakang pengawas untuk mengembangkan keterampilan guru berpihak pada
murid menuju well being. Well being merupakan rasa nyaman dan kebahagiaan
murid yang ditunjukkan melalui sikap dan emosi positif terhadap satuan
pendidikan, bersikap positif terhadap proses akademik, merasa senang mengikuti
kegiatan di satuan pendidikan, terbebas dari perasaan cemas, terbebas dari keluhan
kondisi fisik satuan pendidikan, dan tidak memiliki masalah sosial di satuan
pendidikannya.
Coaching diperlukan karena murid kita adalah sosok merdeka. Sosok yang
dapat menentukan arah dan tujuan pembelajarannya, serta meningkatkan
potensinya sendiri. Murid memerlukan dorongan dan arahan dari guru (coach)
sebagai pemimpin pembelajaran untuk memancarkankan potensi mereka.
Dalam bukunya Beck, Benet dan Wall mendeskripsikan sebagai berikut:
Komunikasi adalah tentang diri kita, berawal dari dalam kita dan melalui kita.

11
Komunikasi mempresentasikan keinginan diri kita untuk memiliki arti dan
memberikan arti bagi kehidupan.
Komunikasi memberdayakan dapat membentuk relasi, menciptakan
kenyaman, dan menghasilkan kreativitas serta kemerdekaan. Empat unsur utama
yang mendasari prinsip komunikasi yang memberdayakan: 1) Hubungan saling
mempercayai, 2) Menggunakan data yang benar, 3) Bertujuan menuntun para
pihak untuk optimalisasi potensi, 4) Rencana tindak lanjut atau aksi.
Pengembangan diri murid dari potensi atau kodrat yang dimiliki murid dapat
terpancar keluar melalui proses coaching dengan memberikan pertanyaan
pertanyaan reflektif membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam.
Murid dapat mengembangkan diri menuju well being menjadi tanggung jawab
guru.
Masa kini coaching adalah salah satu kompetensi pemimpin yang terus
dikembangkan, dan keterampilan berkomunikasi harus terus diasah dengan kata
lain coaching dipraktikkan guru dalam pengelolaan berpihak pada murid. Praktik
Coaching yang akan dilatih yaitu Komunikasi asertif, Pendengar aktif, Bertanya
efektif, dan Umpan balik positif.
A. Komunikasi Asertif
Menurut MacNeilage dan Adams, asertif adalah satu bentuk tingkah
laku interpersonal yang terdiri dari komunikasi secara langsung, terbuka dan
jujur yang menunjukkan pertimbangan dan penghormatan terhadap individu
lain (Hamzah & Ismail, 2008:11).
Komunikasi asertif adalah gaya berkomunikasi yang tegas dan lugas
tetapi tetap mempertimbangkan perasaan dan koneksi lawan bicara dengan
percaya diri, jelas dan terkontrol (Confidence, Clear, Control). Komunikasi
Asertif merupakan perpaduan gaya komunikasi agresif dan submisif.
Berkomunikasi secara asertif akan membangun kualitas hubungan kita
dengan orang lain sehingga menjadi lebih positif karena ada pencapaian
bersama dan kesepakatan dalam pemahaman dari kedua belah pihak. Kualitas
hubungan yang diharapkan dibangun atas rasa hormat pada pemikiran dan
perasaan orang lain.
Pemahaman komunikasi asertif perlu dibangun agar timbul rasa percaya
12
dan aman. Ketika rasa aman itu hadir dalam sebuah hubungan coach and
coachee, maka coachee akan lebih terbuka dan menerima ajakan kita untuk
berkomunikasi. Dalam usaha membangun keselarasan berkomunikasi, coach
juga perlu belajar menyamakan posisi diri pada saat coaching berlangsung.
Beberapa tips singkat yang dapat seorang coach lakukan:
1. Menyamakan kata kunci
Kata-kata kunci biasanya merupakan kata-kata yang diulang-ulang
atau ditekankan oleh coachee dan ini biasanya terkait dengan nilai
kehidupan. Coach dapat menggunakan kata-kata kunci ini untuk
membimbing coachee untuk mencapai tujuannya.
2. Menyamakan bahasa tubuh
Bahasa tubuh menentukan bagaimana rekan bicara kita akan
menanggapi dan berhubungan selanjutnya dengan kita. Kegiatan
penyamaan bahasa tubuh yaitu mimik wajah, suara, postur tubuh atau
gerakan tubuh lainnya perlu dilakukan dengan halus dan tidak kentara agar
coachee tidak merasa ditiru.
4. Menyelaraskan emosi
Emosi pun diusahakan untuk diselaraskan, terutama ketika coachee
mengucapkan hal-hal yang emosional. Hal ini akan membuat coachee
merasa coach-nya ada pada pihaknya dan mengerti perasaannya.
5. Membangun relasi
Komunisai asertif membangun relasi yang baik dan positif sebagai modal
proses coaching.

B. Mendengarkan aktif
Keterampilan mendengar aktif merupakan modal dalam coaching. Dalam sesi
coaching yaitu coach yang benar akan mendengar lebih banyak dan kurang
berbicara, pusat komunikasi pada diri cochee (murid). Jadi seorang coach
harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang

13
ada dipikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.
Berikut teknik mendengarkan aktif: 1) Memberikan perhatian penuh pada
lawan bicara kita dalam menyampaikan pesan (fokus) , 2) Tunjukkan bahwa
kita mendengarkan menggunakan bahasa tubuh, 3) Menanggapi perasaan
dengan tepat, 4) Parafrase (penegaskan kembali makna pesan yang
disampaikan dengan menggunakan kalimat kita sendiri), 5) Bertanya

C. Bertanya Efektif
‘Bertanya’ pada coaching merupakan kemampuan bertanya dengan tujuan
tertentu. Bukan sekedar jawaban singkat yang diharapkan, namun pertanyaan
yang diberikan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal
yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai
dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi
pengembangan potensi diri. Dalam proses coaching bertanya efektif diupayakan
menghindari jenis pertanyaan tertutup dan pertanyaan yang mengarahkan.

D. Umpan Balik
Dalam coaching umpan balik diberikan tujuan agar potensi yang ada pada
coachee terbangun dan umpan balik juga dapat menginspirasi coachee untuk
berkarya. Umpan balik dimaknai coachee sebagai refleksi dan melakukan
pengembangan diri, coach harus tetap memberikan dorongan sampai coachee
berhasil pada tahap aksi nyata.
Bentuk umpan balik dapat disampaikan dalam beberapa cara dengan aspek
aspek berikut (Pramudianto, 2015):
1. Langsung diberikan saat komunikasi
2. Spesifik-fokus pada apa yang dikatakan
3. Faktor Emosi-mengikutsertakan emosi yang dirasakan
4. Apresiasi-menyertakan motivasi positif
Coaching adalah sebuah kegiatan komunikasi pemberdayaan
(empowerment) yang bertujuan membantu para coachee dalam mengembangkan
potensi yang dimilikinya dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi

14
agar hidupnya menjadi lebih efektif. Kemampuan berkomunikasi menjadi kunci
dan proses coaching sebab pendekatan dan teknik yang dilakukan dalam coaching
merupakan proses mendorong dari belakang sehingga coachee dapat menemukan
jawaban dari apa yang dia temukan sendiri, bukan dengan diarahkan atau digurui.
Inilah yang menjadi keunikan coaching (Pramudianto, 2015)
Berikut Tips Memberikan Umpan Balik Saat Coaching yang dapat dilatihkan pada
diri pengawas sendiri maupun pada guru binaan.
1. Coach yang berperan sebagai pemberi umpan balik diharapkan hadir
sepenuhnya sehingga dapat fokus pada coachee yang adalah penerima
umpan balik.
2. Hindari melakukan/memberikan coaching dan/atau umpan balik disaat yang
sulit, misalnya ketika jam sibuk anda sebagai coach.
3. Bersabarlah dalam memberikan umpan balik/coaching. Menguatkan
kualitas kesabaran dapat memampukan coach untuk bisa merespon pada
saat yang tepat dan mampu memberikan ruang kepada coachee untuk
bicara.
4. Bangunlah rasa ingin tahu sebagai coach dan hindari pemberian nasihat atau
solusi secara langsung. Fokuskan rasa ingin tahu sebagai pendamping pada
ucapan yang disampaikan coachee.
5. Dalam memberikan umpan balik, mulailah dengan menyepakati topik
pembicaraan dan hasil pembicaraan yang diharapkan.
6. Hubungkan fakta-fakta berdasarkan kejadian-kejadian yang dihadapi
selama proses coaching.
7. Bersama-sama dengan coachee, kembangkan ide sebagai alternatif solusi
8. Bersama dengan coachee, perkuat komitmen untuk proses selanjutnya.
Jadi coaching dapat diartikan kegiatan percakapan antara coach dan
coachee yang menstimulasi pemikiran coachee untuk memberdayakan potensi
coachee berkembang dengan dukungan kestabilan emosi, penyelarasan emosional
dan sosial dari coachee.

15
STOP
Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan
secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan
anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.
Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk 1) memberikan pemahaman,
penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi, 2) menetapkan dan
mencapai tujuan positif, 3) merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain,
4) membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta 5) membuat
keputusan yang bertanggung jawab. (Modul 2-2.2. Pembelajaran Sosial
Emosional_CGP Angkatan 2, 2021)
Berdasarkan definisi di atas dapat digambarkan bahwa pembelajaran sosial
dan emosional merupakan sebuah proses mengembangkan keterampilan, sikap,
serta nilai-nilai yang diperlukan untuk memperoleh kompetensi sosial dan
emosional sebagai modal anak dalam berinteraksi dengan dirinya, orang lain, dan
lingkungan sekitar. Berarti seorang guru (coach) dapat menciptakan kondisi yang
mengizinkan semua anak mengakses belajar. Artinya dengan memahami dan
menerapkan pembelajaran sosial dan emosional, coach dapat : 1) memberikan
pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi 2) menetapkan
dan mencapai tujuan positif 3) merasakan dan menunjukkan empati kepada orang
lain 4) membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta 5)membuat
keputusan yang bertanggung jawab.
Lima kompetensi sosial dan emosional yang mendukung pembelajaran
sosial emosional yaitu: 1. Kesadaran Diri (Self Awareness), 2. Manajemen Diri
(Self Management), 3. Kesadaran Sosial (Social Awareness), 4. Kemampuan
Berelasi (Relationship Skill), 5. Pembuatan Keputusan Bertanggung Jawab
(Responsible Decision Making).
1. Kesadaran Diri (Self Awareness), kemampuan untuk mengenali diri secara
akurat mengenai emosi, pikiran dan nilai atau value diri.
2. Manajemen Diri (Self Management), kemampuan untuk mengatur emosi,
pikiran, perilaku di berbagai situasi. Kemampuan ini juga berkaitan dengan

16
penanganan stress, mengontrol hasrat, bertahan menghadapi tantangan untuk
mencapai tujuan.
3. Kesadaran Sosial (Social Awareness), kemampuan untuk bisa berempati dengan
orang lain dan mengambil perspektif dari berbagai sudut pandang. Singkatnya,
kemampuan ini berkaitan erat dengan norma dan etika berperilaku terutama di
kelompok misalnya di masyarakat.
4. Kemampuan Berelasi (Relationship Skill), kemampuan seseorang untuk
membangun dan memelihara suatu hubungan yang sehat antar individu dan
kelompok.
5. Pembuatan Keputusan Bertanggung Jawab (Responsible Decision Making),
kemampuan pembuatan pilihan konstruktif yang benar serta cara bertindak
sesuai etis, norma sosial dan keselamatan.

Kesadaran penuh (mindfulness) menurut Kabat - Zinn (dalam Hawkins,


2017, hal. 15) dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang
memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa
ingin tahu dan kebaikan (The awareness that arises when we pay attention, on
purpose, in the present moment, with curiosity and kindness). Ada beberapa kata
kunci, yaitu: kesadaran (awareness), perhatian yang disengaja (on purpose), saat
ini (present moment), rasa ingin tahu (curiosity), dan kebaikan (compassion).
Artinya ada keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan (yang
bertujuan), dan rasa (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada kegiatan (fisik) yang
sedang dilakukan. Kesadaran penuh (mindfulness) muncul saat seorang sadar
sepenuhnya pada apa yang sedang dikerjakan, atau dalam situasi yang
menghendaki perhatian yang penuh. Intinya adalah adanya perhatian yang
dilakukan secara sadar dengan dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan.
Mindfulness (kesadaran penuh) bisa diartikan sebagai kondisi pikiran yang
berfokus pada pengenalan tentang apa yang dirasakan pada saat ini, tanpa melalui
penilaian. Mindfulness berarti membawa perhatian ke momen saat ini, sambil
menerima dan mengenali segala pikiran, emosi, dan perasaan fisik apa pun.
Menurut kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat diartikan
17
sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Well-being (kesejahteraan hidup)
adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri
sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya
sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola
lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih
bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.
Menurut Mcgrath & Noble, 2011, murid yang memiliki tingkat well-being
yang optimum memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi
akademik yang lebih tinggi, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki
ketangguhan dalam menghadapi stress dan terlibat dalam perilaku sosial yang
lebih bertanggung jawab.
Hal diatas menggambarkan bahwa Kelas yang terasa "hidup" ditunjukkan
oleh : (1) Ekspresi murid yang bahagia, semangat dan percaya diri (2)
Kekompakan dalam bekerja sama (3) Berpendapat dengan bebas dan nyaman (4)
Kesadaran diri dalam belajar (5) Komunikasi yang menyenangkan antara guru dan
murid juga antara murid dengan murid, (6) Suasana belajar kekeluargaan (7)
Saling support satu sama lain.
Jadi murid nyaman belajar jika memiliki 5 kompetensi sosial emosional
yaitu: 1) Kesadaran Diri, 2) Manajemen Diri, 3) Kesadaran Sosial, 4) Kemampuan
Berelasi, 5) Pembuatan Keputusan Bertanggung Jawab yang dapat dikondisikan salah
satunya dengan teknik STOP.
Oleh karena itu guru berpihak pada murid dalam pelayanan pengembangan
5 komptensi sosial emosional melalui coaching hendaknya berada dalam kondisi
kesadaran penuh (mindfulness). Salah satu teknik mengkondisikan mindfulness
yaitu dengan Teknik STOP.
STOP merupakan akronim dari S = Berhenti, T = Take a deep Breath/
Tarik napas dalam, O = Observe/ Amati, P = Proceed/ Lanjutkan.
Stop berarti menghentikan apapun yang sedang kita lakukan.
Take a deep Breath/ Tarik nafas dalam berati menyadari napas masuk dan napas
keluar serta merasakan udara segar yang masuk melalui hidung serta rasakan udara
hangat yang keluar dari lubang hidung. Kegiatan ini dilakukan 2-3 kali.

18
Observe/ Amati berarti kita mengmati apa yang kita rasakan pada tubuh kita. Kita
dapat mengamati perut yang mengembang sebelum membuang napas. mengamati
perut yang mengempes saat kita membuang napas. Amati juga pilihan-pilihan yang
dapat kita lakukan.
Prosceed/ Lanjutkan. Latihan selesai. Silahkan melanjutkan kembali aktivitas kita
dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap yang lebih
Positif.

Role Model
Dalam teori kepemimpinan, secara sederhana arti dari kata role model adalah
teladan. Menurut Wikipedia, role model adalah “person who serve as an example,
whose behavior is emulated by others” atau seseorang yang memberikan teladan
dan berperilaku yang bisa diikuti oleh orang lain.

PENDAMPINGAN COACHING – STOP MELALUI ROLE MODEL


Coaching dan STOP - Pembelajaran Sosial Emosional diberikan dalam
pembimbingan dan pelatihan secara darimg melalui Learning Manajemen System
(LMS) dan dipraktikkan pada materi PGP Modul 2 Praktik Pembelajaran yang
Berpihak pada Murid. Dua materi ini yang diambil dan akan diterapkan pengawas
melaksanakan pendampingan akademik meningkatkan keterampilan pelayanan
guru berpihak pada murid.
Coaching merupakan proses mengeluarkan seluruh kemampuan yang
dimiliki coachee atau klien. Salah satu kemampuan coaching adalah bagaimana
seorang coachee menanyakan suatu pertanyaan dengan benar atau asking the right
question. Teknik coaching yang efektif bisa dimulai dengan rumus 3W dan 1H
dalam proses tanya jawab saat coaching. Proses coaching dan menjawab
pertanyaan ini terdiri dari input, proses bertanya, output yang tercipta dan powerful
questioning. Satu hal penting ketika bertanya atau contoh kalimat tanya saat proses
coaching itu bukan agar coachnya tahu jawabannya, melainkan supaya coachee
yang tahu dan menyadari jawabannya.
19
Kemampuan coach mengelola komunikasi inilah yang akan dilakukan oleh
pengawas yaitu komunikasi memberdayakan dan efektif melalui role model
pengawas dalam melaksanakan komunikasi asertif, pendengar aktif, bertanya
efektif, dan umpan balik positif pada saat pendampingan bagi guru sekolah binaan.
Menurut Mcgrath & Noble, 2011 murid yang memiliki tingkat well-being
yang optimum memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi
akademik, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan
dalam menghadapi stress dan terlibat dalam perilaku social yang lebih bertanggung
jawab. Peneliti Daniel Goleman, “kecerdasan intelektual menyumbang 20% hidup
manusia, selebihnya sekitar 80% berasal dari kecerdasan emosi dan sosial”
Hal ini membuktikan bahwa seseorang mendapatkan kesuksesan tidak hanya
memiliki kecerdasan pengetahuan akan tetapi kecerdasan sosial emosionalnya juga
harus baik. Oleh karena itu pengendalian sosial emosional juga dilatihkan
pengawas adalah teknik STOP. Melalui teknik STOP akan membuat pikiran dan
sikap coach dan coachee menjadi jernih, emosi stabil tidak meledak-ledak, tidak
stress, galau, kepercayaan diri muncul, siap berkolaborasi bekerja sama, saling
mendukung dan yang paling utama coochee berkesadaran diri untuk belajar dan
potensi diri berkembang.
Kelas "hidup" ditunjukkan oleh : (1) Ekspresi murid yang bahagia,
semangat dan percaya diri (2) Kekompakan dalam bekerja sama (3) Berpendapat
dengan bebas dan nyaman (4) Kesadaran diri dalam belajar (5) Komunikasi yang
menyenangkan antara guru dan murid juga antara murid dengan murid, (6)
Suasana belajar kekeluargaan (7) Saling support satu sama lain. Pelayanan guru
berpihak pada siswa keberhasilannya dapat dilihat kelas “hidup” dan tercapai well
being.
Teknik STOP yang dilatihkan secara kontinue akan menjadi budaya atau
pembiasaan, yaitu coah dan coachee memiliki:

1. kemampuan untuk mengenali diri secara akurat mengenai emosi, pikiran dan
nilai atau value diri.
20
2. kemampuan untuk mengatur emosi, pikiran, perilaku di berbagai situasi.
Kemampuan ini juga berkaitan dengan penanganan stress, mengontrol hasrat,
bertahan menghadapi tantangan untuk mencapai tujuan.

3. kemampuan untuk bisa berempati dengan orang lain dan mengambil perspektif
dari berbagai sudut pandang. Singkatnya, kemampuan ini berkaitan erat
dengan norma dan etika berperilaku terutama di kelompok misalnya di
masyarakat.

4. kemampuan seseorang untuk membangun dan memelihara suatu hubungan


yang sehat antar individu dan kelompok.

5. kemampuan pembuatan pilihan konstruktif yang benar serta cara bertindak


sesuai etis, norma sosial dan keselamatan.
Berdasarkan 5 kemampuan diatas akan menghantarkan coachee
menemukan dan mengembangkan potensi diri coachee (murid) sehingga benar
benar tercapai well being dengan karakter Profil Pelajar Pancasila.

E. PENUTUP
Guru sebagai pendidik dan pengajar memiliki peran menuntun murid mengikuti
perkembangan zaman yang selalu berkembang dengan pesat. Menuntun murid
dalam melaksanakan pembelajaran. Menuntun murid dalam mencapai cita cita.
Menuntun murid dalam mencapai kebahagiaan hidupnya. Menuntun murid
merdeka dalam belajarnya. Oleh karena itu guru dituntut memiliki kompetensi
kesadaran penuh atau sosial emosional yang stabil sehingga dapat berperan sebagai
coach. Jadi coach dapat mengembangkan potensi yang dimiliki muridnya
Guru mampu mendesign pembelajaran yang berpihak pada murid untuk
menggali potensi murid sekaligus mengembangkan berbagai strategi yang
disepakati bersama melalui proses coaching. Proses coaching dapat dilaksanakan
dengan optimal jika guru selalu memiliki kompetensi sosial emosional yang stabil
atau selalu berkesadaran penuh, sehingga pembelajaran berpihak pada murid dapat
tercapai sekaligus mendukung program merdeka belajar.
Kesimpulan yang dapat dituliskan berkaitan dengan Keterampilan Guru
Dalam Implementasi Pelayanan Berpihak Pada Murid Melalui Coaching-Stop
21
yaitu: (1) Pendampingan Coaching dan STOP menjadi langkah tepat bagi
pengawas dalam meningkatkan keterampilan guru menerapkan pelayanam
berpihak pada murid, (2) Keterampilan guru menerapkam pelayanan yang
berpihak pada murid meningkat maka potensi atau kodrat yang dimiliki murid
berkembang dengan optimal (3) Keterampilan coaching dan STOP yang
dilakukan guru sangat membantu murid mencapai well being dengan berkarakter
Profil Pelajar Pancasila.
22
DAFTAR PUSTAKA

Brown, G. B. (2008). Guiding Faculty to Excellence. Colorado, USA: ACSI

Cangara, H. (2012). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Carr, J.F., Herman, N., Harris, D. (2005). Creating Dynamic Schools Through and
Mentoring, Coaching, Collaboration. Alexandria: Association for Supervision and
Curriculum Development.

Downey, M. (2003). Effective Coaching: Lessons from the Coaches' Coac


Coaching: Lessons from the Coaches' Coach. Cengage Learning.

Hendrarno, E. dkk. (2003). Bimbingan dan Konseling. Semarang: Swadaya


Manunggal.

Modul PGP-CGP Angkatan 2, https://lms21-gp.simpkb.id/course/view.php?id=


190&sectioned=15087

McMahon, G and Archer,A. (2010). “101 Coaching Strategies and Techniques.”


London: Routledge.

Pramudianto. (2015). “I’m a Coach: Strategi mengembangkan diri dengan


coaching.”. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Rhodes, C., et al. (2004). A Practical Guide for Mentoring Coaching, and Peer
Networking: Teacher professional development in schools and college. London:
RoutledgeFalmer

Siregar, M. K., Amalia, I. (2014). Modul Corporate Coach Program 1,2. Jakarta:
LOOP Indonesia.

Stone, F. (2002). Coaching and Mentoring. Oxford: Capstone


PublishingWhitmore, J. (2009). Coaching for Performance: GROWing human
potential and purpose: The principles and practice of coaching and leadership.
London: Nicholas Brealey Publishing.

Zachary, L. J. (2002). The role of teacher as mentor. New Directions for Adult
and Continuing Education, 93.
23

Anda mungkin juga menyukai