Anda di halaman 1dari 3

AWAL YANG BERMULA

Hari raya idul fitri telah usai, Pertanda buatku untuk Kembali ke pondok. Namun, tahun
itu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Persyaratan balik ke pondok tahun itu diperketat,
karena saat itu sedang PPKM.
Hampir semua teman-temanku Kembali ke pondok. Tetapi ada juga yang tidak, termasuk
aku. Orang tuaku tidak mengizinkanku untuk Kembali ke pondok waktu itu, mereka
menginginkanku untuk menunggu hingga masa PPKM selesai. Aku mengikuti arahan orang
tuaku dan melanjutkan belajar secara daring.
Dua bulan setelahnya PPKM masih belum selesai. Aku menjadi satu-satunya murid di
kelasku yang belajar lewat daring. Bahkan sampai kelas daring itu diberhentikan, Aku tak
kunjung balik ke pondok.
Kemudian Karena kekhawatiran orang tuaku akan covid dan kekhawatiran akan
anaknya tidak mendapatkan pelajaran, mereka memutuskan untuk memindahkanku sekolah di
Palu. Dan sekolah yang pertama mereka pilih adalah MA Alkhairaat pusat palu. Selain karena
dekat dari rumah, mereka memilih Alkhairaat juga karena mereka menginginkanku lanjut belajar
agama dan Bahasa arab.
Dan disinilah semuanya bermula…
Orang tuaku pun mendaftarkanku Di MA Alkhairaat dengan jurusan agama, namun
karena keterbatasan kuota dalam setiap jurusan, dan jurusan agama sudah penuh. Akhirnya aku
kebagian di jurusan IPA. Walau orang tuaku menginkanku di jurusan agama, namun mereka
tidak keberatan aku masuk di jurusan IPA.
Karena saat itu masih masa covid, aku menghabiskan satu semester kelas 10 ku dengan
belajar daring. Kemudian disemester duanya murid-murid sudah dibolehkan belajar ke sekolah,
tetapi dengan aturan persesi. Di kelas 10 ini, aku tidak mengenal banyak orang. Karena aku
orangnya tidak pandai bergaul aku hanya berteman dengan sepupu-sepupuku saja yang
kebetulan sekelas denganku.
Lanjut ke kelas 11…
Di kelas 11 ini tidak ada lagi masuk persesi. Semuanya wajib datang ke sekolah. Di kelas
11 inilah aku mulai mengenal banyak orang. Aku juga mulai mencoba melakukan hal-hal baru.
Mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah. Bahkan aku juga bergabung ke organisasi dan juga
ekstrakurikuler. Aku masuk ke PPIA atau OSIS dan juga jurnalistik.
Namun untuk orang Introvert sepertiku melakukan hal- hal ini tidaklah muda. Itulah
yang aku rasakan awalnya. Takut bertemu orang baru, takut dibully, takut tidak bisa
menyesuaikan dengan orang-orang. Namun di sisi lain aku juga tau kalau aku begini terus, aku
tidak bakal kemana-kemana. Aku masih ingat pertama kali aku masuk PPIA, awalnya itu bukan
kemauanku melainkan kemauan orang tuaku. Dan dibantu paksaan dari sepupu-sepupuku.
“Nagib masuk PPIA kita?!!”, Tanya man.
“Seru gib!! Dari pada kau di rumah terus”, haikal meyakinkan.
“Aduhh!!! Malasss! Mending di rumah tidur”, jawabku.
Itulah jawabanku pertama kali di ajak gabung PPIA. Mereka tau aku bakal menolak,
makanya itu mereka memakai cara lain untuk membujukku. Mereka menggunakan umiku. Jadi
setiap kali mereka datang kerumahku mereka mulai mengompori umiku.
“Ati Un! Nagib tidak mau masuk PPIA!!!”,
“NAGIBB!!! Masuk PPIA!”, Suruh umiku dengan marah.
“Iyaaa miii! Nanti nagib masuk”, jawabku.
Dan ini berulang berkali-kali sampai akhirnya aku menyerah dan bergabung dengan
PPIA. Aku sadar bahwa aku harus berubah, tidak boleh minder, harus percaya diri, seperti yang
selalu di katakan abaku.
“Nagib! Kunci menguasai dunia itu ada dua. Yang pertama itu percaya diri. Kalau kau percaya
diri, aba yakin kau bisa lakukan apa saja. Dan yang kedua itu menguasai Bahasa”.
Sampai saat ini aku masih berusaha menguasai keduanya.
Selain PPIA aku juga masuk jurnalistik. Di jurnalistik juga sama, aku dipaksa masuk
sama temanku, Omar namanya. Hanya di kelas 11 ini aku tidak terlalu aktif di jurnalistik.
Soalnya aku masuk di akhir-akhir pergantian jabatan.
Selain berorganisasi aku juga cukup berpestasi dikelas,
Lanjut ke kelas 12…
Di kelas 12 ini aku lebih aktif dalam PPIA dan Jurnalistik dibandingkan tahun kemaren,
Di awal tahun ajaran aku menjadi ketua panitia acara Isra mi’raj. Di acara itu aku membacakan
laporan ketua panitia di depan orang banyak. Di jurnalistik juga aku belajar lebih banyak,
Terutama dalam hal fotografi. Aku banyak menjadi fotografer di acara-acara sekolah, seperti di
upacara 17 agustus, diklat, maulid, dll.
Di kelas 12 ini

Anda mungkin juga menyukai